Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMASI INDUSTRI

OLEH :
NAMA : NUGRAH NOVIANTI
NIM : 3351161486
KELAS :B

PROGRAM STUDI APOTEKER

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

BANDUNG-CIMAHI

2017
TUGAS FARMASI INDUSTRI
Karakteristik Validasi Metode Analisis yang perlu diperhatikan:
1. Selectivity/Sensitivity
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Atau sering juga
diartikan spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur yang dituju secara
tepat dan spesifik dengan adaya komponen-komponen lain dengan matriks
sampel seperti ketidak murnian produk degradasi dan kompoen matriks.
Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan
(degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung
bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis,
senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang
tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan.
ICH membagi spesifisitas dalam dua kategori yakni uji identifikasi dan
uji kemurnian atau pengukuran. Untuk tujuan identifikasi, spesifisitas
ditunjukkan dengan suatu metode analisis untuk membedakan antar senyawa
yang mempunyai struktur molekul yang hampir sama. Untuk tujuan uji
kemurnian dan tujuan pengukuran kadar spesifsitas ditunjukkan oleh daya
pisah dua senyawa yang berdekatan. Senyawa-senyawa tersebut biasanya
adalah komponen utama atau komponen aktif dan atau suatu pengotor.
Penentuan spesifisitas metode dapat diperoleh dengan dua jalan yang pertama
adalah dengan melakukanoptimasi sehingga diperoleh senyawa yang dituju
terpisah secara sempurna dari senyawa-senyawa lain (pada solusi senyawa
yang dituju > dua). Cara kedua untuk memperoleh spesifisitas adalah dengan
menggunakan detektif selektif, terutama untuk senyawa-senyawa yang
terelusi secara bersama-sama. Sebagai contoh detector elektro kimia atau
detector fluoresen hanya akan mendeteksi senyawa tertetu, sementara
senyawa yang lainnya tidak terdeteksi. Selektivitas metode ditentukan dengan
membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai,
senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil
analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi.
Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya.
Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat
diperoleh, maka selektivitas dapat ditunjukkan dengan cara menganalisis
sampel yang mengandung cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang
hendak diuji lalu dibandingkan dengan metode lain untuk pengujian
kemurnian seperti kromatografi, analisis kelarutan fase, dan Differential
Scanning Calorimetry. Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut
merupakan ukuran selektivitas.Pada metode analisis yang melibatkan
kromatografi, selektivitas ditentukan melalui perhitungan daya resolusinya
(Rs).
Pemisahan dua puncak yang berdekatan dalam kromatogram, resolusi
(R) ditentukan dengan persamaan:

2(t 2−t 1)
R=
W 2 +W 1

Di mana t2 dan t1 adalah waktu retensi dua komponen, W1 dan W2 adalah


lebar puncak. Komponen pertama dan komponen kedua yang diukur dengan
jalan ekstrapolasi sisi puncak yang relatif lurus sampai garis dasar (base line).

2. Linearity
Linearitas merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk
menunjukkan hubungan secara langsung atau proporsional antara respons
detektor dengan perubahan konsentrasi analit. Diuji secara statistik, yaitu
Linear Regression (y = a + bx); dimana b adalah kemiringan slope garis
regresi dan a adalah perpotongan dengan sumbu y.

Ʃ ( x−Xbar ) ( y −Ybar)
Koefisien korelasi ( r ) =
√ [Ʃ ( x− Xbar ) Ʃ ( y −Ybar ) ]
x adalah pengukuran individual dalm N pengukuran x (bar) adalah nilai rata-
rata pengukuran; y adalah nilai individual sebenarnya dalam N nilai
sebenarnya dan y (bar) adalah nilai rata-rata sebenarnya.
Pengujian dilakukan paling tidak dengan menggunakan 5 kadar yang
berbeda, kemudian dilihat apakah memberikan respons yang linear apa tidak,
yang ditunjukkan dengan nilai r ≥ 0,98.

3. Accuracy (ketepatan)
Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau ketepatan antara
nilai tertukur dengan nilai yang diterima baik nilai konfensi nilai sebenarnya
atau nilai rujukan akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh
kembali pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu
sampel. Untuk pengujian senyawa obat, akurasi diperoleh dengan
membandingkan hasil pengukuran dengan bahan rujukan standar (Standard
reference material, SRM).
Terdapat 5 metode penentuan akurasi untuk penetapan kadar bahan
aktif obat dalam bahan baku dan produk obat, yaitu :
a. Menggunakan metode analisis untuk menetapkan kadar analit dalam
bahan baku berkhasiat yang diketahui kemurniannya (misalnya bahan
baku pembanding sekunder).
b. Bahan baku berkhasiat atau cemaran dalam jumlah yang diketahui
ditambahkan kedalam plasebo. Metode analisis ini akan digunakan untuk
penetapan kadar bahan baku berkhasiat/cemaran dalam produk obat.
c. Bila plasebo tidak bisa diperoleh, verifikasi akurasi metode dapat
dilakukan dengan teknik standar adisi, yaitu dengan menambahkan
sejumlah tertentu analit kedalam produk obat yang telah diketahui
kadarnya. Metode analisis ini digunakan untuk penetapan kadar bahan
baku berkhasiat/cemaran dalam produk obat
d. Menambahkan cemaran dalam jumlah tertentu ke dalam bahan baku
berkhasiat/produk obat. Metode analisis ini digunakan untuk penetapan
kadar cemaran dalam bahan baku berkhasiat dan produk obat
e. Membandingkan dua metode analisis untuk mengetahui ekivalensinya,
yaitu membandingkan hasil yang diperoleh dari metode analisis yang
divalidasi terhadap hasil yang diperoleh dari metode analisis yang valid
(akurasi metode analisis yang valid ini telah diketahui). Metode analisis
ini digunakan untuk penetapan kadar bahan baku berkhasiat dalam bahan
baku berkhasiat, produk obat dan penetapan kadar cemaran.

Akurasi dinyatakan sebagai prosentase (%) perolehan kembali


(recovery). Akurasi dinilai dengan menggunakan sedikitnya 9 penentuan
dengan sedikitnya 3 tingkat konsentrasi dalam rentang pengujian metode
analisis tersebut (misalnya 3 konsentrasi/3 replikasi untuk tiap prosedur
analisis lengkap). Ketepatan metode analisa dihitung dari besarnya rata-rata
(mean, x) kadar yang diperoleh dari serangkaian pengukuran dibandingkan
dengan kadar sebenarnya.

Hasil Analisis
Recovery= x 100 %
Nilai Sebenarnya

Syarat recovery : 98 – 102 %

4. Precision (Presisi/ketelitian)
Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil pengujian individual
dengan hasil rata-rata pengujian berulang pada sampel yang homogen dengan
kondisi pengujian yang sama.
Terdapat 3 kategori pengujian presisi :
a. Repeatability (keterulangan) yaitu kemampuan metode untuk memberikan
hasil analisis yang sama untuk beberapa sampel yang kadarnya sama,
orangnya sama, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya sama.
b. Intermediate precision (presisi antara) yaitu ketepatan (precision) pada
kondisi percobaan yang berbeda, baik orangnya, peralatannya, tempatnya,
maupun waktunya.
c. Reproducibility (reprodusibilitas)merupakan presisi terakhir dan
tuntas.Diuji dengan cara menyiapkan sampel yang homogen dan stabil,
lalu diuji oleh beberapa laboratorium (studi kolaboratif). Hal ini akan
memperlihatkan adanya galat acak yang disebabkan oleh sampel dan
laboratorium, serta adanya galat sistemik yang belum tuntas dikoreksi.
Macam-macam presisi terdiri dari:
a. Presisi dinyatakan dalam bentuk RSD (relative standart deviation) atau
SRB (sebaran baku relatif) .
b. Persyaratan RSD sebagai berikut :

No Tipe Metode Analisis Persyaratan RSD (misal)


.
1. Prosedur penetapan kadar bahan aktif
Tidak lebih dari 2%
obat
2. Metode analisis untuk penetapan
kadar impuritas:
Tidak lebih dari 2%
Batas impuritas: 1-10%
Tidak lebih dari 10%
0,01%
Tidak lebih dari 20%
1 ppm

Presisi biasanya dilakukan pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu:


a. Keterulangan (repetibility) yaitu ketepatan (precision) pada kondisi
percobaan yang sama (berlang) baik orangnya, peralatannya, tempatnya,
maupun waktunya.
b. Presisi antara (intermediate precision) yaitu ketepatan (precision) pada
kondisi percobaan yang berbeda, baik orangnya, peralatannya,
tempatnya, maupun waktunya.
c. Ketertiruan (reproduksibility) merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium
yang lain.
Umumnya presisi yang baik untuk bahan obat memiliki KV kurang dari
2%. Namun, untuk bahan tumbuhan biasanya dapat kurang dari 10%, serta
untuk cairan biologis kurang dari sama dengan 15 sampai 20%.
5. Detection Limit (LOD)
Batas Deteksi (Limit of Detection/LOD) merupakan jumlah analit terkecil
yang masih bisa dideteksi namun tidak perlu dapat terukur. Beberapa
pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan batas deteksi tergantung
pada jenis metode analisis apakah metode analisis instrumental atau
noninstrumental.
a. Berdasarkan evaluasi visual
Evaluasi visual dapat digunakan untuk metode analisis noninstrumental, 
tapi dapat juga digunakan untuk metode analisis instrumental. Batas
deteksi ditentukan dengan melakukan analisis terhadap sampel yang
diketahui konsentrasinya dan menetapkan kadar terendah yang dapat
dideteksi dengan baik.
b. Berdasarkan rasio signal terhadap noise
Pendekatan ini hanya dapat diterapkan pada metode analisis yang
memberikan baseline noise. Penentuan signal to noise dilakukan dengan
membandingkan pengukuran signal sampel yang diketahui mengandung
analit dalam konsentrasi rendah dan blanko, kemudian dapat ditetapkan
konsentrasi minimum analit yang dapat dideteksi dengan baik. Rasio
signal to noise sama dengan 3 atau 2 : 1 umumnya dianggap dapat
diterima untuk memperkirakan batas deteksi.
Simpangan respon dan kemiringan (“slope”) kurva kalibrasi: Batas deteksi
dapat dinyatakan sebagai :
3.3 σ
DL=
S
Dimana, DL (batas deteksi), σ (simpangan baku respon), S (kemiringan/slope
kurva kalibrasi). Slope dapat ditentukan dari kurva kalibrasi analit, sedangkan
σ dapat ditentukan dengan simpangan baku dari blanko dan kurva kalibrasi.
6. Quantitation Limit (LOQ)
Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation/LOQ) merupakan jumlah analit
terkecil yang yang masih bisa diukur dengan akurat (tepat) dan presisi
(teliti)/reprodusible. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk
penentuan batas kuantitasi tergantung pada jenis metode analisis instrumental
atau noninstrumental.
a. Berdasarkan evaluasi visual
Evaluasi visual dapat digunakan untuk metode analisis noninstrumental,
tapi dapat juga digunakan untuk metode analisis instrumental. Batas
kuantitasi ditentukan dengan melakukan analisis terhadap sampel yang
diketahui konsentrasinya dan  menetapkan kadar terendah analit yang
dapat ditentukan secara kuantitatif dengan akurasi dan presisi yang dapat
diterima
b. Berdasarkan rasio signal terhadap noise :
Pendekatan ini hanya dapat digunakan pada metode analisis yang
memberikan baseline noise. Penentuan rasio signal terhadap noise
dilakukan dengan membandingkan signal yang diukur dari sampel yang
mempunyai konsentrasi analit yang rendah dan blankonya, kemudian
ditentukan konsentrasi terendah analit yang dapat ditetapkan secara
kuantitatif dengan baik, umumnya pada rasio signal terhadap noise 10:1.
c. Simpangan baku dari respon dan kemiringan (slope) kurva kalibrasi :
Batas kuantitasi dapat dinyatakan sebagai :
10 σ
LOQ=
S
Dimana, LOQ (batas kuantitas), σ (simpangan baku respon), S
(kemiringan/slope kurva kalibrasi). Slope dapat ditentukan dari kurva
kalibrasi analit, sedangkan σ dapat ditentukan dengan simpangan baku
dari blanko dan kurva kalibrasi.

7. Robustness (ketegaran)
Robustness merupakan ukuran kemampuan metode untuk tidak
terpengaruh dan bertahan terhadap pengaruh kecil. Tapi dilakukan dengan
sengaja dengan membuat variasi dalam faktor metode yang memberikan
indikasi realibilitas metode normal pada pengujian. Contoh. Bila pengukuran
peka terhadap variasi kondisi analisis maka kondisi tersebut harus
dikendalikan atau harus berhati-hati terhadap kondisi tersebut. Kesesuaian
sistem harus ditetapkan pada evaluasi robustness untuk menjamin keabsahan
metode analisis tetap terpelihara ketika digunakan.
Ketegaran (robustness) merupakan kapasitas suatu metode analisis untuk
TIDAK terpengaruh oleh variasi-variasi kecil dalam parameter metode
analisa. Contoh variasi kecil dalam metode analisa secara HPLC, antara lain:
pH fase gerak, suhu, tekanan, stabilitas, jumlah pelarut organik yang
dimodifikasi, konsentrasi buffer, konsentrasi additive, flow rate, suhu kolom,
dan lain-lain.
Stabilitas dari nilai yang diamati dapat diuji dengan mengubah beberapa
kondisi analisis seperti pH larutan, suhu reaksi, waktu reaksi atau penambahan
reagen. Ketika nilai yang diamati tidak stabil, prosedur analisis harus
diperbaiki. Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan
metodologi yang kecil dan terus menerus serta mengevaluasi respon analitik
dan efek pada presisi dan akurasi.
DAFTAR PUSTAKA

Gholib, Ibnu. 2008. Kimia Analisis Farmasi. Universitas Gadjah Mada


Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Mimi V, Syahputri., 2006, Pemastin Mutu Obat : Kompendium pedoman dan


bahan-bahan terkait, penerbit EGC, Jakarta

Rahman, Abdul. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Graha Ilmu.


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai