Anda di halaman 1dari 43

JURNAL KESEHATAN

YAYASAN DARUL MA’ARIF AL-INSAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Juli, 2014

DELI LILIA

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS


PARU DI DESA DADI MULYO WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS
PANDAN AGUNG KECAMATAN MADANG SUKU II KABUPATEN OKU
TIMUR TAHUN 2014

xviii + 86 halaman + 14 tabel + 3 gambar + 5 lampiran


ABSTRAK

Tuberkulosis paru adalah penyakit kronis menular yang masih merupakan salah
satu masalah kesehatan yang harus dihadapi masyarakat dunia. Di Indonesia Tuberkulosis
paru penyebab kematian terbesar ke tiga dengan pertambahan sekitar 600.000 kasus setiap
tahun. Sebagian besar penderitanya adalah masyarakat yang hidup di lingkungan kumuh
dengan kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat. Desain penelitian ini
menggunakan desain Cross sectional, dengan observasi. Analisa yang digunakan analisa
Univariat dan Bivariat dengan uji statistik Chi-Square. Populasi penelitian ini adalah
rumah di Desa Dadi Mulyo Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pandan Agung Kabupaten
OKUT yang berjumlah 159 rumah, waktu penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret-Juli
2014.Hasil analisa univariat dari 159 sampel yang menderita TB paru sebanyak 12,6%,
pencahayaan yang tidak baik 22%, ventilasi yang tidak memenuhi syarat 36,5%, kondisi
lantai yang tidak memenuhi syarat 69,8%, kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat
20,8%, bahan bakar masak yang tidak memenuhi syarat 62,9% dan suhu dalam rumah
yang lembab 17,6%. Hasil bivariat ada hubungan yang bermakna antara pencahayaan p
value 0,000, ventilasi p value 0,037, kondisi lantai p value 0,038, kepadatan hunian p
value 0,000, bakar bahan masak p value 0,035, suhu dalam rumah p value 0,000 dengan
kejadian Tuberkulosis paru. Hasil penelitian ini diharapkan bagi masyarakat agar
memperhatikan aspek sanitasi dan kondisi fisik rumah.

Kata Kunci : kejadian Tuberkulosis paru

Daftar Pustaka : 26 (2008-2014)

1
JURNAL KESEHATAN

BAB I lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan rumah (Depkes RI, 2010).


PENDAHULUAN

Kasus insiden Tuberkulosis

Paru tertinggi di dunia adalah India,

Cina, Afrika Selatan, Negeria, dan

A. Latar Belakang Indonesia. Saat ini terdapat 27 negara

Pembangunan kesehatan yang yang termasuk dalam kategori high

dilaksanakan pada saat ini burden countries for MDR

mempunyai tujuan mencapai derajat Tuberkulosis. Menurut WHO (World

kesehatan masyarakat yang optimal. Health Organization) di negara-

Untuk mencapai derajat kesehatan negara tersebut muncul 534.000

tersebut dipengaruhi oleh empat kasus baru per tahun dengan angka

faktor yaitu lingkungan, perilaku, kematian sebanyak 88.000 kematian

keturunan, dan pelayanan kesehatan. per tahun. Indonesia berada di

Lingkungan memegang peranan yang peringkat ke-8 dari 27 negara dan

sangat penting, bila terjadi perubahan diperkirakan terdapat pasien

lingkungan akan terjadi pula Tuberkulosis Paru MDR (Multidrug

perubahan proses interaksi yang akan Resistance) sebanyak 12.209 dengan

mempengaruhi kesehatan pada perkiraan Tuberkulosis Paru MDR

sekelompok masyarakat yang ada di 6.395 kasus per tahun.

dalamnya. Salah satu bagian


Di Indonesia Tuberkulosis
lingkungan yang erat kaitannya
paru penyebab kematian terbesar ke
dengan penularan penyakit adalah
tiga dengan pertambahan sekitar

600.000 kasus setiap tahun. Sebagian

2
JURNAL KESEHATAN

besar penderitanya adalah masyarakat Target program

miskin yang hidup di lingkungan penanggulangan Tuberkulosis adalah

kumuh dengan tingkat kebersihan tercapainya penemuan pasien baru

lingkungan rendah. Hampir 75% TB BTA positif paling sedikit 70%

penderita Tuberkulosis paru di dari perkiraan dan menyembuhkan

temukan pada kelompok usia 85% dari semua pasien sesuai tujuan

reproduktif (15-50 tahun) (Zaleha, millenium development goals

2012). (MDGs) tahun 2015 tentang

pengendalian penyakit menular


Survei Kesehatan Rumah
langsung (Depkes RI, 2011).
Tangga (SKRT) tahun 2007

menunjukkan bahwa estimasi insiden Data Riskesdas (2013)

tuberkulosis paru berdasarkan Tuberkulosis paru menduduki urutan

pemeriksaan mikroskopis Bakteri ke-3 dengan jumlah kasus penderita

Tahan Asam (BTA+) sebesar sebanyak 18.085 (25,5%), sedangkan

104/100.000 penduduk. Badan Propinsi Sumatera Selatan jumlah

penelitian Litbangkes Tuberkulosis kasus penderita Tuberkulosis paru

(2007) estimasi insiden kasus tahun 2012 sebesar 1.728 (15,07%).

tuberkulosis paru (BTA+) sekitar Penderita Tuberkulosis paru

128/100.000 penduduk. Penderita cenderung meningkat di Propinsi

tuberkulosis paru sekitar 75% adalah Sumatera Selatan yaitu jumlah kasus

kelompok usia produktif secara penderita Tuberkulosis paru tahun

ekonomis (15-50 tahun) (DepKes, 2013 sebesar 1.896 (18,98%).

2011).
Data penderita Tuberkulosis

paru di Kabupaten Ogan Komering

3
JURNAL KESEHATAN

Ulu Timur tahun 2011 terdapat 233 Abndung, dan Desa Suka Negara.

(65,45%) kasus penderita Kasus TB paru di Desa lain ada tetapi

Tuberkulosis paru, kemudian tahun tidak mengikuti program pengobatan

2012 terdapat 245 (72,5%) kasus dari Puskesmas, mereka berobat ke

penderita Tuberkulosis paru dan pada rumah sakit, dan klinik swasta,

tahun 2013 terdapat 236 (67,5%) sehingga data penderita TB paru yang

kasus penderita Tuberkulosis paru sebenarnya tidak masuk ke data

(Profil Dinkes OKUT, 2013). Puskesmas. Pada tahun 2011

penderita Tuberkulosis paru di Desa


Berdasarkan data yang
Dadi Mulyo 18 (13,53%) penderita,
diperoleh dari bidang pemberantasan
pada tahun 2012 penderita
penyakit menular di UPTD
Tuberkulosis paru di Desa Dadi
Puskesmas Pandan Agung tahun
Mulyo 17 (12,27%) penderita dan
2011 bahwa angka penemuan kasus
tahun 2013 penderita Tuberkulosis
sebanyak 40 (23,52%) penderita
paru di Desa Dadi Mulyo 20
tahun 2012 angka penemuan kasus
(15,03%) penderita (Profil UPTD
sebanyak 50 (24,40%) penderita,
Puskesmas Pandan Agung, 2013).
tahun 2013 angka penemuan kasus

sebanyak 48 (24,22%) penderita. Di Berdasarkan data survai awal yang

UPTD Puskesmas Pandan Agung dilakukan oleh peneliti di Desa Dadi

kasus Tuberkulosis paru ini masih Mulyo dari 262 rumah terdapat rumah

banyak. Dari 19 desa hanya ada 6 sehat sebanyak 122 (46,6%) dan rumah

desa yang ditemukan penderita TB tidak sehat sebanyak 140 (53,4%).

paru, diantaranya 3 besar desa yaitu Rumah tidak sehat di Desa Dadi Mulyo

Desa Dadi Mulyo, Desa Riang rata-rata kondisi lantai rumah masih

4
JURNAL KESEHATAN

banyak menggunakan tanah, C. Pertanyaan Penelitian

pencahayaan & ventilasi ada tetapi tidak 1. Adakah hubungan pencahayaan

dibuka setiap hari dan tidak memenuhi dengan kejadian Tuberkulosis

syarat, sebagian besar dalam satu rumah Paru di Desa Dadi Mulyo

lebih dari satu KK, sebagian besar dalam Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

memasak penduduk masih menggunakan Pandan Agung Kecamatan

bahan bakar kayu dan ventilasi rumah Madang Suku II Kabupaten OKU

kurang. Dari pengamatan peneliti Timur Tahun 2014?

tersebut maka, peneliti tertarik 2. Apakah ada hubungan ventilasi

melakukan penelitian dengan judul dengan kejadian Tuberkulosis

“hubungan kondisi fisik rumah dengan Paru di Desa Dadi Mulyo

kejadian Tuberkulosis Paru di Desa Dadi Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Mulyo Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pandan Agung Kecamatan

Pandan Agung Kecamatan Madang Suku Madang Suku II Kabupaten OKU

II Kabupaten OKU Timur Tahun 2014”. Timur Tahun 2014?

3. Apakah ada hubungan kondisi

B. Rumusan Masalah lantai dengan kejadian

Diketahuinya Hubungan Tuberkulosis Paru di Desa Dadi

kondisi fisik rumah dengan kejadian Mulyo Wilayah Kerja UPTD

Tuberkulosis Paru di Desa Dadi Puskesmas Pandan Agung

Mulyo Wilayah Kerja UPTD Kecamatan Madang Suku II

Puskesmas Pandan Agung Kabupaten OKU Timur Tahun

Kecamatan Madang Suku II 2014?

Kabupaten OKU Timur Tahun 2014. 4. Apakah ada hubungan kepadatan

hunian dengan kejadian

5
JURNAL KESEHATAN

Tuberkulosis Paru di Desa Dadi D. Tujuan Penelitian

Mulyo Wilayah Kerja UPTD 1. Tujuan Umum

Puskesmas Pandan Agung Diketahuinya hubungan

Kecamatan Madang Suku II kondisi fisik rumah dengan kejadian

Kabupaten OKU Timur Tahun Tuberkulosis Paru di Desa Dadi

2014? Mulyo Wilayah Kerja UPTD

5. Apakah ada hubungan bahan Puskesmas Pandan Agung

bakar memasak dengan kejadian Kecamatan Madang Suku II

Tuberkulosis Paru di Desa Dadi Kabupaten OKU Timur Tahun 2014.

Mulyo Wilayah Kerja UPTD


2. Tujuan Khusus
Puskesmas Pandan Agung
a. Diketahuinya hubungan
Kecamatan Madang Suku II
pencahayaan dengan
Kabupaten OKU Timur Tahun
kejadian Tuberkulosis Paru di
2014?
Desa Dadi Mulyo Wilayah
6. Apakah ada hubungan suhu
Kerja UPTD Puskesmas
dalam rumah dengan kejadian
Pandan Agung Kecamatan
Tuberkulosis Paru di Desa Dadi
Madang Suku II Kabupaten
Mulyo Wilayah Kerja UPTD
OKU Timur Tahun 2014.
Puskesmas Pandan Agung
b. Diketahuinya
Kecamatan Madang Suku II
hubungan ventilasi dengan
Kabupaten OKU Timur Tahun
kejadian Tuberkulosis Paru di
2014.?
Desa Dadi Mulyo Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas

Pandan Agung Kecamatan

6
JURNAL KESEHATAN

Madang Suku II Kabupaten UPTD Puskesmas Pandan

OKU Timur Tahun 2014. Agung Kecamatan Madang

c. Diketahuinya Suku II Kabupaten OKU

hubungan kondisi lantai Timur Tahun 2014.

dengan kejadian f. Diketahuinya

Tuberkulosis Paru di Desa hubungan suhu dalam rumah

Dadi Mulyo Wilayah Kerja dengan kejadian

UPTD Puskesmas Pandan Tuberkulosis Paru di Desa

Agung Kecamatan Madang Dadi Mulyo Wilayah Kerja

Suku II Kabupaten OKU UPTD Puskesmas Pandan

Timur Tahun 2014. Agung Kecamatan Madang

d. Diketahuinya Suku II Kabupaten OKU

hubungan kepadatan hunian Timur Tahun 2014.

dengan kejadian Tuberkulosis

Paru di Desa Dadi Mulyo


BAB III
Wilayah Kerja UPTD
KERANGKA KONSEP, DEFINISI
Puskesmas Pandan Agung
OPERASIONAL
Kecamatan Madang Suku II DAN HIPOTESA

Kabupaten OKU Timur

Tahun 2014. A. Kerangka Konsep

e. Diketahuinya Kerangka konsep penelitian

hubungan bahan bakar ini mengacu pada teori HL. Blum

memasak dengan kejadian dalam buku Notoadmojo (2007)

Tuberkulosis Paru di Desa dengan dilakukan beberapa

Dadi Mulyo Wilayah Kerja modifikasi sesuai dengan kebutuhan

7
JURNAL KESEHATAN

penelitian. Berdasarkan kerangka teori yang telah disusun maka

kerangka konsep dalam penelitian ini

Pencaahayaan

Ventilasi

Kondisi Lantai
Kejadian Tuberkolosis Paru
Kepadatan Hunian

Bahan Bakar Memasak

Suhu dalam Rumah

B. Definisi Operasional

1. Variabel Dependen
a. Nama Variabel : Kejadian Tuberkolosis Paru
Definisi Operasional : Seseorang yang menderita penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman
Tuberkolosis (Mycobacterium tuberculosis).
Cara Ukur : Observasi dan wawancara
Alat Ukur : Kuesioner dan Rekam Medik
Skala Ukur : Nominal
Kategori :1 Ya (bila menderita Tb Paru)
2 Tidak (bila tidak menderita Tb Paru)
2. Variabel Independen

a Nama Variabel : Pencahayaan


Definisi Operasional : Banyaknya cahaya yang masuk kedalam
ruangan dibandingkan dengan luas lantai
ruangan.
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Cek-list

8
JURNAL KESEHATAN

Skala Ukur : Ordinal


Kategori : 1 Tidak baik (jika tidak dapat membaca dalam
ruangan tanpa lampu penerangan di siang
2 hari)
Baik (jika dapat membaca dalam ruangan
tanpa lampu penerangan di siang hari)
b Nama Variabel : Ventilasi
Definisi Operasional : Keadaan lubang sirkulasi udara yang ada
dalam ruangan pada bangunan rumah yang
memenuhi syarat (≥ 10%) dari luas lantai.
Cara Ukur : Observasidan Wawancara
Alat Ukur : Cek-list dan Kuesioner
Skala Ukur : Ordinal
Kategori : 1 Tidak memenuhi syarat (bila ventilasi < 10%
dari luas lantai)
2 Memenuhi syarat (bila ventilasi (≥ 10%) dari
luas lantai

c Nama Variabel : Kondisi lantai


Definisi Operasional : Bahan bagunan yang digunakan untuk lantai
dalam rumah sesuai dengan peraturan
Kemenkes RI No 829/Menkes/SK/VII/1999
yaitu harus kedap air dan mudah dibersihkan.
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Cek-list
Skala Ukur : Ordinal
Kategori :1 Tidak memenuhi syarat (bila kondisi lantai
tidak kedap air dan sulit di bersihkan)
2 Memenuhi syarat (bila lantai kedap air dan
mudah dibersihkan)

d Nama Variabel : Kepadatan Hunian


Definisi Operasional : Perbandingan antara luas lantai rumah
dengan jumlah anggota keluarga dalam satu
rumah tinggal, minimal 10 m²/orang.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Skala Ukur : Ordinal

9
JURNAL KESEHATAN

Kategori : 1 Tidak memenuhi syarat (bila diperoleh hasil


bagi antara luas lantai dengan jumlah
penghuni <10 m²/orang)
2 Memenuhi syarat (bila hasil bagi antara luas
lantai dengan jumlah penghuni >10 m²/orang)

e Nama Variabel : Bahan Bakar Memasak


Definisi Operasional : Bahan bakar yang digunakan untuk memasak
setiap hari
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Cek-list
Skala Ukur : Ordinal
Kategori : 1 Tidak memenuhi syarat (bahan bakar yang
digunakan kayu bakar)
: 2 Memenuhi syarat (bahan bakar masak
menggunakan gas/ minyak)

f Nama Variabel : Suhu dalam Rumah


Definisi Operasional : Keadaan suhu udara dalam ruangan yang
ideal dalam rumah antara 180C-37°C
Cara Ukur : Cek-list
Alat Ukur : Higrometer
Skala Ukur : Ordinal
Kategori : 1 Lembab (Bila suhu < 18 0C)
2 Tidak Lembab (Bila suhu ≥ 18 0 C-37 0C)

B. Hipotesa Madang Suku II Kabupaten OKU

1. Ada hubungan pencahayaan Timur tahun 2014.

dengan kejadian Tuberkolosis 2. Ada hubungan ventilasi dengan

Paru di Desa Dadi Mulyo kejadian Tuberkolosis Paru di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Desa Dadi Mulyo Wilayah Kerja

Pandan Agung Kecamatan UPTD Puskesmas Pandan Agung

10
JURNAL KESEHATAN

Kecamatan Madang Suku II 6. Ada hubungan suhu dalam rumah

Kabupaten OKU Timur tahun dengan kejadian Tuberkolosis

2014. Paru di Desa Dadi Mulyo

3. Ada hubungan kondisi lantai Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

dengan kejadian Tuberkolosis Pandan Agung Kecamatan

Paru di Desa Dadi Mulyo Madang Suku II Kabupaten OKU

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Timur tahun 2014.

Pandan Agung Kecamatan

Madang Suku II Kabupaten OKU BAB IV

Timur tahun 2014.


METODE PENELITIAN
4. Ada hubungan kepadatan hunian
A. Desain Penelitian
dengan kejadian Tuberkolosis
Desain penelitian ini adalah
Paru di Desa Dadi Mulyo
penelitian deskriptif analitik dengan
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
pendekatan Cross Sectional dimana
Pandan Agung Kecamatan
variabel independen (pencahayaan,
Madang Suku II Kabupaten OKU
ventilasi, kondisi lantai, kepadatan
Timur tahun 2014.
hunian, bahan bakar masak, dan suhu
5. Ada hubungan bahan bakar
dalam rumah) dan variabel dependen
memasak dengan kejadian
(kejadian penyakit Tb Paru),
Tuberkolosis Paru di Desa Dadi
dikumpulkan pada suatu saat (Point Time
Mulyo Wilayah Kerja UPTD
Approach) dan tiap-tiap subjek
Puskesmas Pandan Agung
penelitiannya di observasi satu kali saja
Kecamatan Madang Suku II
(Notoadmojo, 2007).
Kabupaten OKU Timur tahun

2014.

11
JURNAL KESEHATAN

B. Populasi dan Sampel populasi mempunyai

1. Populasi kesempakatan yang sama untuk

Populasi penelitian adalah dipilih sebagai sampel. Maka

keseluruhan objek penelitian atau dalam perhitungan sampel

objek yang diteliti (Notoadmojo, digunakan rumus sebagai berikut

N (Notoatmodjo, 2010):
n =
1 + N (d2)

2010). Populasi penelitian ini

adalah rumah di Desa Dadi


Keterangan :
Mulyo Wilayah Kerja UPTD
N = Besar Populasi
Puskesmas Pandan Agung
n = Besar Sampel
Kabupaten Ogan Komering Ulu
d = Tingkat Kepercayaan/Ketepatan
Timur sebanyak 262 rumah tahun
yang diinginkan yaitu sebesar
2014.
95% = 0,05

2. Sampel

Sampel adalah sebagian 262


n=
yang diambil dari keseluruhan 1+262( 0 ,05 2 )
objek yang diteliti dan dianggap n = 158,3 159 rumah

mewakili populasi (Notoatmodjo,


Jadi jumlah sampel sebesar 159
2010). Pengambilan sampel
rumah
dilakukan secara acak sederhana

(simple random sampling). Dalam

metode pengambilan sampel C. Waktu dan Tempat Penelitian

secara acak sederhana setiap 1. Waktu Penelitian

12
JURNAL KESEHATAN

Penelitian ini dilaksankan pada kuesioner untuk dilakukan

Bulan Maret-Juli tahun 2014. wawancara.

2. Lokasi Penelitian E. Pengumpulan Data

Lokasi penelitian dilaksankan di Data yang dikumpulkan meliputi data

Desa Dadi Mulyo Wilayah Kerja primer dan data sekunder.

Puskesmas Pandan Agung


1. Data Primer
Kecamatan Madang Suka II
Data primer diperoleh dari hasil
Kabupaten OKU Timur tahun
kuesioner, serta hasil observasi
2014.
dirumah responden.

2. Data Sekunder Diperoleh dari :

D. Etika Penelitian a) Dari Dinas Kesehatan

Sebelum melakukan penelitian, Kabupaten OKU Timur

peneliti terlebih dahulu meminta izin meliputi data TB paru.

kepada UPTD Puskesmas Pandan b) Data dari UPTD Puskesmas

Agung dan Kepala Desa Dadi Mulyo, Pandan Agung meliputi data

selanjutnya peneliti akan melakukan TB paru.

bina hubungan saling percaya c) Kantor Kepala Desa Dadi

terhadap responden agar dapat Mulyo yang meliputi

menghasilkan data yang akurat. Demografi dan data

Responden akan menandatangani Geografis.

format persetujuan jika adanya

persetujuan. Hal ini dilakukan


F. Pengolahan Data
sebelum peneliti menyerahkan

13
JURNAL KESEHATAN

Data yang diperoleh dari kuesioner kedalam program komputer

diolah secara komputerisasi untuk sesuai dengan variabel-variabel.

mempermudah pengolahan data,


4. Cleaning Data (pembersihan
maka dilakukan tahapan melalui :
data)

1. Coding (pengkodean) Cleaning data adalah data yang

Coding adalah dimasukkan dilakukan

mengklasifikasikan jumlah atau pengecekan dan pembersihan bila

hasil yang ada menurut ditemukan kesalahan pada saat

macamnya kedalam bentuk yang entry sehingga dapat segera

lebih ringkas dengan diperbaiki.

menggunakan kode.

2. Editing (pengeditan data)


G. Analisa Data
Editing adalah meneliti kembali
1. Analisa Univariat
kelengkapan data atau isian
Analisa dilakukan untuk
kuesioner sehingga apabila ada
memperoleh gambaran distribusi
kekurangan dapat segera
frekuensi dari variable yang
dilengkapi kembali.
diteliti yaitu: pencahayaan,

ventilasi, jenis lantai, kepadatan

hunian, bahan bakar masak, dan

suhu dalam ruangan yang


3. Entry Data (pemasukan data)
berhubungan dengan kejadian
Entry data adalah memasukkan
penderita TB paru dengan
data-data dari hasil penelitian
menampilkan hasil dalam bentuk

presentase.

14
JURNAL KESEHATAN

2. Analisa Bivariat namun bila p value > 0,05, maka

Dilakukan tabulasi silang yang perhitungan tidak bermakna atau

bertujuan melihat hubungan tidak ada hubungan.

antara variabel dependen

(kejadian penderita TB paru)

maupun variabel independen

(pencahayaan, ventilasi, jenis

lantai, kepadatan hunian, bahan

bakar masak, dan suhu dalam

ruangan) dengan menggunakan

uji statistic “Chi-Square” dengan

tingkat kepercayaan (α : 95%)

atau tingkat ketepatan (α: 0.05).

Bila p value ≤ 0,05, maka

perhitungan statistik bermakna

yang berarti ada hubungan,

BAB V Kecamatan Madang Suku II


Kabupaten OKU Timur Tahun
HASIL PENELITIAN
2014

No Tuberkulo Frekuensi %
1. sis Paru
a. Tuberkulosis Paru 1 Ya 20 12,6
Tabel 5.2 2 Tidak 139 87,4
Distribusi Frekuensi Jumlah 159 100
Tuberkolosis Paru di Desa Dadi
Mulyo Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pandan Agung

15
JURNAL KESEHATAN

Berdasarkan tabel 5.2 di atas dari 159 tidak baik sebanyak 35 responden (22%),

sampel di dapatkan distribusi frekuensi dan distribusi frekuensi pencahayaan

bahwa responden dengan penderita baik sebanyak 124 responden (78%).

Tuberkolosis paru sebanyak 20

responden (12,6%), sedangkan responden

yang tidak menderita Tuberkolosis paru

sebesar 139 responden (87,4%).

a. Pencahayaan b. Ventilasi

Tabel 5.3 Tabel 5.4


Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi Ventilasi
Pencahayaan dengan Kejadian dengan Kejadian Tuberkulosis
Tuberkulosis Paru di Desa Dadi Paru di Desa Dadi Mulyo
Mulyo Wilayah Kerja UPTD Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pandan Agung Puskesmas Pandan Agung
Kecamatan Madang Suku II Kecamatan Madang Suku II
Kabupaten OKU Timur Tahun Kabupaten OKU Timur Tahun
2014 2014

No Pencahayaan Frekuensi % No Ventilasi Frekuensi %


1 Tidak Baik 35 22 1 Tidak 58 36,5
Memenuhi
2 Baik 124 78 Syarat
Jumlah 159 100 2 Memenuhi 101 63,5
Syarat

Jumlah 159 100


Dari tabel 5.3 di atas dapat

diketahui dari 159 sampel bahwa


Berdasarkan tabel 5.4 di atas
proporsi distribusi frekuensi pencahayaan
dapat dilihat dari 159 sampel diperoleh

16
JURNAL KESEHATAN

proporsi distribusi frekuensi ventilasi Berdasarkan tabel 5.5 di atas

yang tidak memenuhi syarat sebesar 58 dari 159 sampel didapatkan distribusi

responden (36,5%), sedangkan frekuensi kondisi lantai tidak memenuhi

distribusi frekuensi ventilasi yang syarat sebesar 111 responden (69,8%),

memenuhi syarat sebanyak 101 dan responden dengan distribusi

responden (63,5%). frekuensi kondisi lantai memenuhi syarat

sebanyak 48 responden (30,2%).

c. Kondisi Lantai

Tabel 5.5 d. Kepadatan Hunian

Distribusi Frekuensi Kondisi Tabel 5.6


Lantai dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru di Desa Dadi Distribusi Frekuensi
Mulyo Wilayah Kerja UPTD Kepadatan Hunian dengan
Puskesmas Pandan Agung Kejadian Tuberkulosis Paru di
Kecamatan Madang Suku II Desa Dadi Mulyo Wilayah
Kabupaten OKU Timur Tahun Kerja UPTD Puskesmas
2014 Pandan Agung Kecamatan
Madang Suku II Kabupaten
OKU Timur

No Kondisi Frekuensi % Tahun 2014


Lantai

1 Tidak 111 69,8


Memenuhi No Kepadatan Frekuensi %
Syarat Hunian

2 Memenuhi 48 30,2 1 Tidak 33 20,8


Syarat Memenuhi
Syarat
Jumlah 159 100
2 Memenuhi 126 79,2
Syarat

Jumlah 159 100

17
JURNAL KESEHATAN

Berdasarkan tabel 5.6 di atas dari Berdasarkan tabel 5.7 dari 159

159 sampel di dapatkan bahwa distribusi sampel didapat bahwa distribusi

frekuensi kepadatan hunian yang tidak frekuensi responden yang menggunakan

memenuhi syarat sebesar 33 responden bahan bakar masak tidak memenuhi

(20,8%), dan responden dengan distribusi syarat sebanyak 100 responden

frekuensi kepaatan hunian memenuhi (62,9%), dan distribusi frekuensi

syarat sebanyak 126 responden (79,2%). responden yang menggunakan bahan

bakar masak memenuhi sebanyak 59

responden (37,1%).
e. Bahan Bakar Masak
f. Suhu dalam Rumah
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Bahan
Bakar Masak dengan Kejadian Distribusi Frekuensi Suhu dalam
Tuberkulosis Paru di Desa Dadi Rumah dengan Kejadian
Mulyo Wilayah Kerja UPTD Tuberkulosis Paru di Desa Dadi
Mulyo Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pandan Agung
Puskesmas Pandan Agung
Kecamatan Madang Suku II
Kecamatan Madang Suku II
Kabupaten OKU Timur Tahun Kabupaten OKU Timur
2014
Tahun 2014

No Bahan Frekuensi %
No Suhu Frekuensi %
Bakar
dalam
Masak
Rumah
1 Tidak 100 62,9
1 Lembab 28 17,6
Memenuh
i Syarat 2 Tidak 131 82,4
Lembab
2 Memenuh 59 37,1
i Syarat Jumlah 159 100
Jumlah 159 100

18
JURNAL KESEHATAN

Berdasarkan tabel 5.8 dari 159

sampel di dapat distribusi frekuensi Dari tabel di atas dapat

rumah dengan suhu lembab sebanyak 28 diketahui bahwa penderita

responden (17,6%), dan distribusi Tuberkulosis Paru sebanyak 20

frekuensi rumah dengan suhu tidak responden dengan proporsi

lembab sebanyak 131 responden pencahayaan tidak baik yang

(82,4%). menderita Tuberkulosis Paru

sebanyak 12 responden (34,3%),


2. Analisa Bivariat
lebih besar dari proporsi
a. Pencahayaan pencahayaan baik yang menderita

Tuberkulosis Paru sebanyak 8

Tabel 5.9 responden (6,5%). Hasil uji

Hubungan Pencahayaan dengan statistik Chi – Square diperoleh p


Kejadian Tuberkolosis Paru di Desa
value 0,000. Hal ini berari ada
Dadi Mulyo Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pandan Agung Kecamatan hubungan yang bermakna antara
Madang Suku II Kabupaten OKU
Timur Tahun 2014 pencahayaan dengan kejadian

Penc Tuberkulosis Paru  Tuberkulosis Paru.


No ahay
Ya Tidak (%)
aan

1. Tida 12 23 35
k
Baik (34,3%) (65,7%) (100%)

2. Baik 8 116 124

(8,5%) (93,5%) (100%)

20 139 159
Jumlah
(12,6%) (87,4%) (100%)

19
JURNAL KESEHATAN

b. Ventilasi

Tabel 5.10

Hubungan Ventilasi dengan Kejadian Tuberkolosis Paru di Desa Dadi Mulyo


Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pandan Agung Kecamatan Madang Suku II
Kabupaten OKU Timur Tahun 2014

Tuberkulosis Paru

No Ventilasi p value
Ya Tidak (%)

1. Tidak Memenuhi Syarat 12 45 58


(20,7%) (79,3%) (100%)
0,037
2. Memenuhi Syarat 8 93 101
(7,8%) (92,1%) (100%)

20 139 159
Jumlah
(12,6%) (87,4%) (100%)

Dari tabel di atas dapat Tuberkulosis Paru sebanyak 8

diketahui bahwa penderita responden (7,9%). Hasil uji

Tuberkulosis Paru sebanyak 20 statistik Chi – Square diperoleh p

responden dengan proporsi value 0,037. Hal ini berarti ada

ventilasi tidak memenuhi syarat hubungan yang bermakna antara

yang menderita Tuberkulosis Paru ventilasi dengan kejadian

sebanyak 12 responden (20,7%), Tuberkulosis Paru.

lebih besar dari proporsi ventilasi

memenuhi syarat yang menderita

20
JURNAL KESEHATAN

c. Kondisi Lantai

Tabel 5.11

Hubungan Kondisi Lantai dengan Kejadian Tuberkolosis Paru di Desa Dadi


Mulyo Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pandan Agung Kecamatan Madang
Suku II Kabupaten OKU Timur Tahun 2014

Tuberkulosis Paru

No Kondisi Lantai p value
Ya Tidak (%)

1. Tidak Memenuhi Syarat 18 93 111


(16,2%) (83,8%) (100%)
0,038
2. Memenuhi Syarat 2 46 48
(4,2%) (95,8%) (100%)

20 139 159
Jumlah
(12,6%) (87,4%) (100%)

Dari tabel di atas dapat lantai memenuhi syarat yang

diketahui bahwa penderita menderita Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis Paru sebanyak 20 sebanyak 2 responden (4,2%).

responden dengan proporsi kondisi Hasil uji statistik Chi – Square

lantai tidak memenuhi syarat yang diperoleh p value 0,038. Hal

menderita Tuberkulosis Paru ini berarti ada hubungan yang

sebanyak 18 responden (16,2%), bermakna antara kondisi lantai

lebih besar dari proporsi kondisi dengan kejadian Tuberkulosis Paru.

21
JURNAL KESEHATAN

d. Kepadatan Hunian

Tabel 5.12

Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Tuberkolosis Paru di Desa Dadi


Mulyo Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pandan Agung Kecamatan Madang
Suku II Kabupaten OKU Timur Tahun 2014

Tuberkulosis Paru

No Kepadatan Hunian p value
Ya Tidak (%)

1. Tidak Memenuhi Syarat 12 21 33


(36,4%) (63,6%) (100%)
0,000
2. Memenuhi Syarat 8 118 126
(6,3%) (93,7%) (100%)

20 139 159
Jumlah
(12,6%) (87,4%) (100%)

Dari tabel di atas dapat kepadatan hunian yang memenuhi

diketahui bahwa penderita syarat yang menderita Tuberkulosis

Tuberkulosis Paru sebanyak 20 Paru sebanyak 8 responden (6,3%).

responden dengan proporsi Hasil uji statistik Chi – Square

kepadatan hunian tidak memenuhi diperoleh p value 0,000. Hal ini

syarat yang menderita Tuberkulosis berarti ada hubungan yang

Paru sebanyak 12 responden bermakna antara kepadatan hunian

(36,4%), lebih besar dari proporsi dengan kejadian Tuberkulosis Paru.

e. Bahan Bakar Masak

Tabel 5.13

22
JURNAL KESEHATAN

Hubungan Bahan Bakar Masak dengan Kejadian Tuberkolosis Paru di Desa


Dadi Mulyo Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pandan Agung Kecamatan
Madang Suku II Kabupaten OKU Timur Tahun 2014

Tuberkulosis Paru

No Bahan Bakar Masak p value
Ya Tidak (%)

1. Tidak Memenuhi Syarat 17 83 100


(17%) (83%) (100%)
0,035
2. Memenuhi Syarat 3 56 59
(5,1%) (94,9%) (100%)

20 139 159
Jumlah
(12,6%) (87,4%) (100%)

Dari tabel di atas dapat proporsi bahan bakar masak yang

diketahui bahwa penderita memenuhi syarat yang menderita

Tuberkulosis Paru sebanyak 20 Tuberkulosis Paru sebanyak 3

responden dengan proporsi responden (5,1%). Hasil uji

responden yang menggunakan statistik Chi – Square diperoleh p

bahan bakar masak tidak value 0,035. Hal ini berarti ada

memenuhi syarat yang menderita hubungan yang bermakna antara

Tuberkulosis Paru sebanyak 17 bahan bakar masak dengan

responden (17%), lebih besar dari kejadian Tuberkulosis paru.

F. Suhu dalam Rumah

23
JURNAL KESEHATAN

Tabel 5.14

Hubungan Suhu dalam Rumah dengan Kejadian Tuberkolosis Paru di Desa Dadi
Mulyo Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pandan Agung Kecamatan Madang
Suku II Kabupaten OKU Timur Tahun 2014

Tuberkulosis Paru

No Suhu dalam Rumah p value
Ya Tidak (%)

1. Lembab 16 12 28
(57,1%) (42,9%) (100%)
0,000
2. Tidak Lembab 4 127 131
(3,1%) (96,9%) (100%)

20 139 159
Jumlah
(12,6%) (87,4%) (100%)

Dari tabel di atas dapat responden (3,1%). Hasil uji statistik

diketahui bahwa penderita Chi – Square diperoleh p value

Tuberkulosis Paru sebanyak 20 0,000. Hal ini berarti ada hubungan

responden dengan proporsi suhu yang bermakna antara suhu dalam

dalam rumah yang menderita rumah dengan kejadian Tuberkulosis

Tuberkulosis Paru sebanyak 16 paru.

responden (57,1%), lebih besar dari


BAB VI
proporsi suhu dalam rumah yang
PEMBAHASAN
memenuhi syarat yang menderita

Tuberkulosis Paru sebanyak 4 A. Pembahasan Hasil Penelitian

24
JURNAL KESEHATAN

1. Hubungan syarat kesehatan mempunyai


Pencahayaan dengan Kejadian
Tuberkolosis Paru di Desa resiko terkena Tuberkulosis paru
Dadi Mulyo Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Pandan 9 kali lebih besar dibanding
Agung Kecamatan Madang
Suku II Kabupaten OKU dengan rumah dengan
Timur Tahun 2014
pencahayaan rumahnya

memenuhi syarat. Cahaya alami


Penderita Tuberkulosis
sangat penting karena dapat
paru dengan proporsi
membunuh bakteri-bakteri
pencahayaan tidak baik yang
pathogen dalam rumah misalnya
menderita Tuberkulosis Paru
basil Tuberkulosis. Kuman
sebanyak 12 responden (34,3%),
Tuberkulosis paru cepat mati
lebih besar dari proporsi
dengan sinar matahari pagi karena
pencahayaan baik yang menderita
banyak mengandung sinar
Tuberkulosis Paru sebanyak 8
ultraviolet, tetapi bakteri ini dapat
responden (6,5%). Hasil uji
hidup beberapa jam di tempat
statistik Chi – Square diperoleh
yang gelap dan lembab.
p value 0,000. Maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang Menurut Mukono,

bermakna antara pencahayaan (2009) bahwa cahaya yang

dengan kejadian Tuberkulosis cukup kuat untuk penerangan

paru. didalam rumah merupakan

kebutuhan manusia.
Penelitian ini sesuai yang
Penerangan ini dapat
dilakukan oleh Adnani (2011)
diperoleh dengan pengaturan
besarnya resiko rumah yang

pencahayaannya tidak memenuhi

25
JURNAL KESEHATAN

cahaya buatan dan cahaya a) Baik, bila jelas

alam. membaca koran

dengan huruf kecil


1) Pencahayaan alam
dalam ruangan tabpa
Pencahayaan alam
lampu penerangan di
diperoleh dengan
siang hari.
masuknya sinar matahari

ke dalam ruangan b) Kurang, bila hanya

melalaui jendela, celah- huruf besar yang

celah atau bagian ruangan terbaca atau tidak

yang terbuka. Sinar dapat membaca dalam

sebaiknya tidak terhalang ruangan tanpa lampu

oleh bangunan, pohon- penerangan disiang

pohon maupun tembok hari..

pagar yang tinggi.


Pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan standar cahaya
cahaya untuk penerangan
alam yang memenuhi
alamiah sangat ditentukan
syarat kesehatan untuk
oleh letak dan lebar
kamar keluarga dan kamar
jendela. Untuk
tidur mnurut WHO 60-120
memperoleh jumlah
Lux. Suatu cara untuk
cahaya matahari pada pagi
menilai baik atau tidaknya
hari ecara optimal
penerangan alam yang
sebaiknya jendela kamar
terdapat dalam rumah,
tidur menghadapke timur.
adalah sebagai berikut :
Luas jendela yang baik

26
JURNAL KESEHATAN

paling sedikit mempunyai penerangan yang relatif

luas 10-20 % dari luas rendah mampu menghasilkan

lantai. Apabila luas cahaya yang baik bila

jendela melebihi 20 % dibandingkan dengan

dapat menimbulkan penggunaan lampu pijar. Bila

kesilauan dan panas, ingin menggunakan lampu

sedangkan sebaliknya pijar sebaiknya dipilih yang

kalau terlalu kecil dapat warna putih dengan

menimbulkan suasana dikombinasikan beberapa

gelap dan pengap. lampu neon. Untuk

penerangan malam hari alam


2) Pencahayaan buatan
ruangan terutama untuk
Penerangan pada
ruang baca dan ruang kerja,
rumah tinggal dapat diatur
penerangan minimum adalah
dengan memilih sistem
150 lux sama dengan 10 watt
penerangan dengan suatu
lampu TL, atau 40 watt
pertimbangan hendaknya
dengan lampu pijar.
penerangan tersebut dapat

menumbuhkan suasana Berdasarkan asumsi

rumah yang lebih peneliti bahwa responden

menyenangkan. Lampu yang memiliki rumah dengan

Flouresen (neon) sebagai pencahayaan tidak memenuhi

sumber cahaya dapat syarat kesehatan memiliki

memenuhi kebutuhan I resiko menderita

penerangan karena pada Tuberkulosis paru lebih besar

27
JURNAL KESEHATAN

dibanding dengan responden jika pencahayaan bagus maka

yang rumahnya dengan penularan dan

pencahayaan memenuhi perkembangbiakan kuman

syarat. Di Desa Dadi Mulyo bisa dicegah.

masih banyak rumah yang


2. Hubungan
memiliki sumber masuknya Ventilasi dengan Kejadian
Tuberkolosis Paru di Desa
cahaya (ventilasi dan jendela) Dadi Mulyo Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Pandan
yang ditutup atau jendela Agung Kecamatan Madang
Suku II Kabupaten OKU
yang jarang dibuka karena Timur Tahun 2014

alasan keamanan, sehingga


Hasil penelitian ventilasi
cahaya yang masuk kedalam
dengan proporsi ventilasi tidak
rumah ataupun kamar tidur
memenuhi syarat yang menderita
sangat kurang atau bahkan
Tuberkulosis Paru sebanyak 12
tidak ada. Kondisi
responden (20,7%), lebih besar
pencahayaan merupakan
dari proporsi ventilasi memenuhi
faktor resiko yang cukup
syarat yang menderita
signifikan hal ini dapat dilihat
Tuberkulosis Paru sebanyak 8
dari penelitian diatas, dengan
responden (7,9%). Hasil uji
pencahayaan yang kurang
statistik Chi – Square diperoleh
maka perkembangan kuman
p value 0,037. Maka dapat
TB Paru akan meningkat
disimpulkan ada hubungan yang
karena cahaya matahari
bermakna antara ventilasi dengan
merupakan salah satu faktor
kejadian Tuberkulosis Paru.
yang dapat membunuh

kuman TB Paru, sehingga

28
JURNAL KESEHATAN

Hasil penelitian ini sesuai Kurangnya ventilasi akan

dengan penelitian yang dilakukan menyebabkan kurangnya oksigen

Sugianto (2011) menyebutkan didalam rumah, disamping itu

ada hubungan yang bermakna juga menyebabkan kelembaban

antara ventilasi ruangan dengan udara dalam rumah naik karena

kejadian Tuberkulosis paru terjadi proses penguapan cairan

dengan nilai p.value 0,01. Begitu dari kulit dan penyerapan. Untuk

pula yang dilakukan penelitian sirkulasi yang baik diperlukan

Rundu (2011) tentang faktor paling sedikit luas lubang

resiko Tuberkulosis paru di ventilasi ≥ 10 % dari luas lantai.

wilayah Kabupaten Konowe Untuk luas ventilasi permanen

Selatan menyatakan ventilasi minimal 10% dari luas lantai.

yang tidak memenuhi syarat Udara segar juga diperlukan

memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk menjaga temperature dan

untuk terkena Tuberkulosis paru. kelembaban uadar dalam ruangan.

Ventilasi merupakan Umumnya temperature kamar 220

-300 C dari kelembaban udara


lubang angin tempat udara keluar
optimum kurang lebih 60%
masuk secara bebas (Nurhasanah,
(Depkes, 2010).
2009). Ventilasi mempunyai

banyak fungsi pertama untuk Berdasarkan asumsi


menjaga aliran udara didalam peneliti bahwa ventilasi yang
rumah tersebut tetap segar. Hal tidak memenuhi syarat
ini berarti keseimbangan oksigen mempengaruhi kejadian
yang diperlikan oleh penghuni Tuberkulosis paru. Di Desa Dadi
rumah tersebut tetap terjaga.

29
JURNAL KESEHATAN

Mulyo banyak rumah yang karena terjadi aliran udara yang

memiliki ventilasi yang tidak terus menerus. Bakteri yang

memenuhi syarat kesehatan terbawa oleh udara akan

misalnya ventilasi tersebar mengalir. Fungsi lain adalah

banyak di rumah tapi dengan untuk menjaga kelembaban

ukuran kecil, ada juga ventilasi ruangan kamar tidur selalu

yang berukuran besar namun optimum.

ditutup dengan kayu atau papan 3. Hubungan Kondisi


Lantai dengan Kejadian
dan dipaku dengan alasan lubang Tuberkolosis Paru di Desa
Dadi Mulyo Wilayah Kerja
tersebut akan menjadi lubang UPTD Puskesmas Pandan
Agung Kecamatan Madang
keluar masuknya nyamuk dan Suku II Kabupaten OKU
Timur Tahun 2014
alasan terakhir yaitu demi

menjaga keamanan. Rumah


Hasil analisa kondisi
dengan ventilasi tidak memenuhi
lantai dengan proporsi kondisi
syarat mempengaruhi
lantai tidak memenuhi syarat yang
kelembaban. Kelembaban ini
menderita Tuberkulosis Paru
merupakan media yang baik
sebanyak 18 responden (16,2%),
untuk pertumbuhan bakteri
lebih besar dari proporsi kondisi
pathogen seperti basil
lantai memenuhi syarat yang
Tuberkulosis. Sebaiknya ventilasi
menderita Tuberkulosis Paru
di buka setiap hari pada siang
sebanyak 2 responden (4,2%).
hari/ pagi hari. Ventilasi memiliki
Hasil uji statistik Chi – Square
fungsi untuk sirkulasi udara dan
diperoleh p value 0,038. Maka
untuk membebaskan udara
dapat disimpulkan ada hubungan
ruangan dari bakteri pathogen,

30
JURNAL KESEHATAN

yang bermakna antara kondisi faktor pencetus Tuberkulosis

lantai dengan kejadian paru. Dimana p value : 0,016

Tuberkulosis Paru tersebut dapat di interprestasikan

bahwa resiko untuk menderita


Lantai adalah bahan yang
Tuberkulosis paru berpeluang 3-4
digunakan sebagai injakan. Jenis
lebih tinggi dengan keadaan lantai
lantai rumah merupakan salah
yang tidak memenuhi syarat.
satu dari tujuh indikator untuk

menilai rumah sehat. Lantai Asumsi dari hasil

rumah yang sehat adalah yang penelitian ini menunjukan bahwa

terbuat dari semen, papan, ubin kondisi lantai rumah penderita

dan kayu. Jenis lantai menurut Tuberkulosis paru sebangian

Kemenkes RI No besar masih berupa tanah

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang terutama bagian kamar tidur,

persyaratan kesehatan perumahan dapur dan ditemukan kondisi

adalah kedap air dan mudah lantai dengan semen retak.

dibersihkan (Depkes, 2010). Kondisi lantai yang tidak

memenuhi syarat kesehatan


Hasil penelitian ini sesuai
menyebabkan debu terendap dan
dengan penelitian yang dilakukan
mengurangi kelembaban. Lantai
oleh Suryani (2011) ada
yang sulit dibersihkan akan
hubungan yang bermakna antara
menyebabkan penumpukan debu
kondisi lantai mempengararuhi
sehingga akan dijadikan media
kejadian Tuberkulosis paru.
yang baik untuk
Lantai yang tidak memenuhi

syarat kesehatan merupakan

31
JURNAL KESEHATAN

perkembangbiakkan basil Hasil analisa hubungan

Tuberkulosis paru. kepadatan hunian dengan

kejadian Tuberkulosis paru


4. Hubungan
Kepadatan Hunian dengan diperoleh proporsi kepadatan
Kejadian Tuberkolosis Paru di
Desa Dadi Mulyo Wilayah hunian tidak memenuhi syarat
Kerja UPTD Puskesmas
Pandan Agung Kecamatan yang menderita Tuberkulosis Paru
Madang Suku II Kabupaten
OKU Timur Tahun 2014 sebanyak 12 responden (36,4%),

lebih besar dari proporsi

kepadatan hunian yang memenuhi

syarat yang menderita

Tuberkulosis Paru sebanyak 8

responden (6,3%). Hasil uji

statistik chi– square diperoleh p

value 0,000. Maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang

bermakna antara kepadatan

hunian dengan kejadian

Tuberkulosis Paru.

Hasil penelitian ini tidak

sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Atmosukart dari

Litbang Kesehatan (2010), bahwa

rumah penderita yang mempunyai

kebiasaan tidur dengan balita

32
JURNAL KESEHATAN

mempunyai resiko terkena bangunan dan fasilitas yang

Tuberkulosis 2,8 kali dibanding tersedia. Untuk perumahan

dengan yang tidur terpisah. sederhana, minimum 10

Tingkat penularan Tuberkulosis m²/orang. Untuk kamar tidur

di lingkungan keluarga penderita diperlukan minimum 2 orang.

cukup tinggi, dimana seorang Kamar tidur sebaiknya tidak

penderita rata-rata dapat dihuni > 2 orang, kecuali untuk

menularkan kepada 2-3 orang di suami istri dan anak dibawah dua

dalam rumahnya. Besar resiko tahun. Apabila ada anggota

terjadinya penularan dengan keluarga yang menjadi penderita

penderita lebih dari 1 orang penyakit tuberkulosis sebaiknya

adalah 4 kali dibanding rumah tidak tidur dengan anggota

tangga dengan hanya 1 orang keluarga lainnya (Lubis. 2010).

penderita Tuberkulosis.
Berdasarkan asumsi

Kepadatan penghuni peneliti bahwa kepadatan hunian

adalah perbandingan antara luas sangat mempengaruhi kejadian

lantai rumah dengan jumlah Tuberkulosis paru karena

anggota keluarga dalam satu biasanya jika rumah dengan

rumah tinggal (Lubis, 2009). penghuni padat akan

Persyaratan kepadatan hunian menyebabkan overload. overload

untuk seluruh perumahan biasa atau kurangnya konsumsi

dinyatakan dalam m² per orang. oksigen. Di Desa Dadi Mulyo

Luas minimum per orang sangat masih banyak rumah yang padat

relatif, tergantung dari kualitas penghuni, hal ini dikarenakan

33
JURNAL KESEHATAN

adat istiadat dimana anak

perempuan tua dan anak


Hasil analisa hubungan
perempuan bungsu yang telah
antara penggunaan bahan bakar
menikah tidak diperkenankan
masak yang mempengaruhi
untuk pindah rumah. Kepadatan
Tuberkulosis paru didapat
hunian juga merupakan salah satu
proporsi responden yang
mudahnya penularan penyakit
menggunakan bahan bakar masak
infeksi kepada anggota keluarga
tidak memenuhi syarat yang
yang lain. Kepadatan hunian
menderita Tuberkulosis Paru
sangat mepengaruhi penularan
sebanyak 17 responden (17%),
penyakit TB Paru, karena kuman
lebih besar dari proporsi bahan
TB Paru dapat ditularkan lewat
bakar masak yang memenuhi
media udara sehingga jika rumah
syarat yang menderita
padat penghuni kuman ini mudah
Tuberkulosis Paru sebanyak 3
sekali menular. Jika rumah tidak
responden (5,1%). Hasil uji
padat maka sirkulasi udara
statistik chi square diperoleh p
menjadi lancar sehingga pasien
value 0,035. Maka dapat
dan anggota keluarga yang lain
disimpulkan ada hubungan yang
bisa menjaga penularan TB Paru.
bermakna antara bahan bakar

masak dengan kejadian

Tuberkulosis Paru.
5. Hubungan Bahan
Bakar Masak dengan Kejadian
Tuberkolosis Paru di Desa Berdasarkan hasil
Dadi Mulyo Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Pandan penelitian Zaleha (2012) jenis
Agung Kecamatan Madang
Suku II Kabupaten OKU bahan bakar yang digunakan
Timur Tahun 2014

34
JURNAL KESEHATAN

mempunyai hubungan yang lebih banyak memanfaatkan kayu

bermakna secara statistik dengan yang lebih murah harganya.

kejadian Tuberkulosis paru (p =


Jenis bahan bakar yang
0,011). Besarnya risiko menderita
digunakan untuk kegiatan
Tuberkulosis paru masyarakat
memasak sehari-hari saling
yang tinggal di rumah dengan
berkaitan erat dengan kualitas
jenis bahan bakar yang digunakan
udara di dalam rumah. Asap yang
adalah kayu memiliki risiko
dihasilkan dari hasil pembakaran
terkena Tuberkulosis paru sebesar
kayu akan lebih banyak apabila
2,8 kali lebih besar dibandingkan
dibandingkan dengan asap hasil
yang tinggal di rumah dengan
pembakaran gas. Banyaknya asap
jenis bahan bakar yang digunakan
yang dihasilkan dari pembakaran
gas. Hasil penelitian tersebut
di ruang dapur, apabila asap
menunjukkan bahwa risiko
tersebut tidak mudah keluar maka
terkena Tuberkulosis paru akan
akan mengganggu sistim
meningkat jika tinggal di rumah
pernapasan seseorang yang
yang menggunakan bahan bakar
berada di ruangan dapur tersebut.
kayu. Jenis bahan bakar yang
Asap ini juga mempengaruhi suhu
digunakan sebagian besar adalah
dalam ruangan, bila suhu > 370 C
kayu, karena kemampuan
memudahkan basil tuberkulosis
ekonomi keluarga yang rendah.
untuk berkembangbiak. Dengan
Keluarga kurang mampu membeli
demikian seseorang terutama
bahan bakar dari gas yang
balita akan menderita sesak
harganya relatif tinggi.Keluarga
napas. Sehingga jenis bahan

35
JURNAL KESEHATAN

bakar tertentu sangat dadi Mulyo rata-rata masih

berhubungan dengan kejadian menggunakan bahan bakar masak

Tuberkulosis paru dengan menggunakan kayu.

(Kassamsi,2010). Sebab rata-rata penduduk Desa

Asap dapur merupakan Dadi Mulyo memiliki industri

faktor risiko yang dapat rumah tangga tempe, tahu dan

menyebabkan Tuberkulosis paru, gorengan dengan alasan untuk

hal ini dikarenakan asap hasil menekan biaya. Penggunaan jenis

pembakaran bahan bakar untuk bahan bakar dari kayu akan

memasak dengan konsentrasi mengeluarkan asap. Asap ini

tinggi dapat meruak mekanisme dapat menjadi media bagi bakteri

pertahanan paru-paru sehingga dan virus jika terhirup penghuni

akan memudahkan terinfeksi rumah Asap yang dihasilkan dari

Tuberkulosis paru. Asap hasil pembakaran kayu akan lebih

pembakaran mengandung banyak apabila dibandingkan

berbagai pertikel , seperti timbal dengan asap hasil pembakaran

(Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn), gas. Banyaknya asap yang

Arsen (Ar), Cadmium (Cd) yang dihasilkan dari pembakaran di

dapat menyebabkan iritasi pada ruang dapur, apabila asap tersebut

mukosa saluran nafas sehingga tidak mudah keluar maka akan

saluran pernafasan mudah mengganggu sistim pernapasan

mengalami infeksi (Syarif, 2009). seseorang yang berada di ruangan

dapur tersebut. Asap ini juga


Asumsi dari hasil
mempengaruhi suhu dalam
penilitian ini masyarakat Desa
ruangan, dan memudahkan basil

36
JURNAL KESEHATAN

tuberkulosis untuk yang memenuhi syarat yang

berkembangbiak. Dengan menderita Tuberkulosis Paru

demikian seseorang terutama sebanyak 4 responden (3,1%).

balita akan menderita sesak Hasil uji statistik chi square

napas. Sehingga jenis bahan diperoleh p value 0,000. Maka

bakar tertentu sangat dapat disimpulkan ada hubungan

berhubungan dengan kejadian yang bermakna antara suhu dalam

Tuberkulosis paru. rumah dengan kejadian

Tuberkulosis paru.

Beberapa penelitian telah

dilakukan yang menegaskan


6. Hubungan Suhu
bahwa suhu udara bisa menjadi
dalam Rumah dengan Kejadian
Tuberkolosis Paru di Desa
salah satu faktor penyebab (faktor
Dadi Mulyo Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Pandan
risiko) Tuberkulosis paru seperti
Agung Kecamatan Madang
Suku II Kabupaten OKU
penelitian yang dilakukan oleh
Timur Tahun 2014
Fatimah (2012) yang menyatakan

Hasil analisa hubungan bahwa ada hubungan antara

antara suhu dalam rumah yang kejadian Tuberkulosis paru

mempengaruhi Tuberkolosis paru dengan suhu p value 0,009.

didapat proporsi suhu dalam Selanjutnya, Atmosukarto dan

rumah yang menderita Soewasti (2010) yang melakukan

Tuberkulosis Paru sebanyak 16 penelitian tentang pengaruh

responden (57,1%), lebih besar lingkungan permukiman dengan

dari proporsi suhu dalam rumah kejadian Tuberkulosis paru

37
JURNAL KESEHATAN

menemukan bahwa suhu ruangan banyak di rumah yang gelap

memberikan pengaruh terhadap (Anonim, 2009).

kejadiaan Tuberkulosis paru


Berdasarkan asumsi
dengan p.value 0,012. Hal ini
peneliti bahwa suhu yang lembab
menunjukkan bahwa individu
berhubungan dengan kejadian
yang memiliki rumah dengan
Tuberkulosis paru. Rumah yang
o
suhu <18 / > 37 C memiliki risiko
memiliki suhu lembab merupakan
terkena Tuberkulosis paru sebesar
media yang baik untuk tumbuh
2,7 an 5,1 kali dibandingkan
dan berkembangbiaknya kuman
o
dengan suhu ruangan 18-37 C.
tuberkulosis. Sebagian rumah di
Suhu udara yang ideal
Desa Dadi Mulyo bentuk
dalam rumah antara 18 - 37°C.
ventilasinya yang tidak
Suhu optimal pertumbuhan
memenuhi syarat mempengaruhi
bakteri sangat bervariasi.
kelembaban. Ventilasi dan
Mycobacterium tuberculosis
pencahayaan yang tidak
tumbuh optimal pada suhu 37°C.
memenuhi syarat mempengaruhi
Paparan sinar matahari selama 5
kelembaban suhu dalam rumah.
menit dapat membunuh M.
Kelembaban ini merupakan
tuberculosis dan tahan hidup pada
media yang baik untuk
tempat gelap, sehingga
pertumbuhan bakteri pathogen
perkembangbiakan bakteri lebih
seperti basil Tuberkulosis.

38
JURNAL KESEHATAN

BAB VII Desa Dadi Mulyo dengan p value

0,037.
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Ada hubungan yang

bermakna antara kondisi lantai

A. Kesimpulan rumah dengan kejadian

Dari hasil wawancara dengan Tuberkulosis Paru di Desa Dadi

159 responden sebagai sempel Mulyo dengan p value 0,038.

tentang kejadian penyakit 4. Ada hubungan yang

tuberkolosis paru di Desa Dadi bermakna antara kepadatan

Mulyo Wilayah Kerja Puskesmas hunian dengan kejadian

Pandan Agung Kecamatan Madang Tuberkulosis Paru di Desa Dadi

Suku II Kabupaten OKU Timur Mulyo dengan p value 0,000.

seperti yang diuraikan pada bab 5. Ada hubungan yang

sebelumya maka penulis dapat bermakna antara bahan bakar

mengambil kesimpulan sebagai masak dengan kejadian

berikut. Tuberkulosis Paru di Desa Dadi

Mulyo dengan p value 0,035.


1. Ada hubungan yang
6. Ada hubungan yang
bermakna antara pencahayaan
bermakna antara suhu dalam
dengan kejadian Tuberkulosis
rumah dengan kejadian
Paru di Desa Dadi Mulyo dengan
Tuberkulosis Paru di Desa Dadi
p value 0,000.
Mulyo dengan p value 0,000.
2. Ada hubungan yang

bermakna antara ventilasi dengan

kejadian Tuberkulosis Paru di

39
JURNAL KESEHATAN

B. Saran c. Kondisi lantai sebaiknya di

Sesuai dengan hasil penelitian bagian kamar dan dapur di

yang penulis lakukan, maka penulis usahakan di semen sama

memberikan beberapa masukan untuk dengan di ruang tamu.

membantu dalam meningkatkan d. Sebaiknya anggota keluarga

pelaksanaan penurunan kejadian yang sudah berumah tangga

Tuberkulosis paru, sebagai berikut: membuat rumah sendiri atau


rumah di perluas.
1. Bagi Petugas Kesehatan
e. Sebaiknya masyarakat yang
a. Petugas kesehatan hendaknya menggunakan bahan bakar
memberi penyuluhan secara kayu didapur di buatkan
berkala tentang persyaratan cerobong asap.

rumah sehat f. Agar suhu tidak lembab

b. Melibatkan bidan desa dalam sebaiknya pohon yang

penjaringan suspek TB paru merindangi rumah di pangkas


dan jendela di buka pada pagi
yang berobat di luar
hari.
Puskesmas.

2. Bagi Masyarakat

a. Sebaiknya membuka jendela

pada pagi hari sebelum

bekerja dan memasang DAFTAR PUSTAKA

genting kaca agar sinar

matahari bisa masuk dalam Achmadi, T. 2009. Tuberkulosis:


Diagnosis, Tatalaksana dan
rumah. Masalahnya. Jakarta: UI
b. Ventilasi sebaiknya di buka Press

pada pagi hari agar tejadi

pertukaran udara. Ariati, J. 2008. Variabel Epidemiologi


Penyakit Menular. Jakarta:
Majalah Kesehatan

40
JURNAL KESEHATAN

Masyarakat No. 19 Depkes __________ 2011. Laporan Situasi


RI Terkini Perkembangan
Tuberkulosis di lndonesi.
Kementerian Kesehatan RI
Adnani, S. 2011. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Edisi Revisi V. Jakarta : __________, 2012. Pedoman Teknik
Rineka Cipta Penyehatan Perumahan.
Jakarta : Departemen
Kesehatan RI – Direktorat
Atmosukarto. dkk. 2010. Pengaruh Jendral PPM dan PL
Lingkungan Pemukiman
dalam Penyebaran
Tuberkulosis. Jakarta: Fatimah, S.2012 Faktor Kesehatan
Media Litbang Kesehatan, Lingkungan Rumah yang
Depkes RI Berhubungan dengan
Kejadian Tb Paru di Kab.
Cilacap tahun 2012. Tesis.
Anonim, A. 2009. Ilmu Penyakit Paru Program Pasca Sarjana
dan Kesehatan Lingkungan. Universitas Diponegoro.
Jakarta: Mutiara Sumber Semarang
Daya

Kasamssi. P.2010. Hubungan antara


Bahar, J.M. 2008. Mikrobiologi dan luas ventilasi dan
Patologi Modern untuk Perawat. Jakarta: pencahayaan rumah
EGC dengan kejadian
tuberculosis paru anak di
wilayah kerja puskesmas
Kedungmundu Kecamatan
Departemen Kesehatan RI. 2008.
Tembalang Semarang
Pedoman Nasional
tahun 2010. Jurnal
Penanggulangan
kesehatan masyarakat
Tuberkulosis. Jakarta:
volume 3/ no 2.
Dinas.P2M
Lismarni, M. 2010. Kesalahan-
kesalahan dalam
__________, 2010. Pedoman Nasional Pemeriksaan Sputum BTA
Penanggulangan Tu- pada Program
berkulosis Paru. Jakarta: Penanggulangan TB
Depkes RI terhadap Beberapa
Pemeriksaan dan

41
JURNAL KESEHATAN

Identifikasi Penyakit TBC. Nurhasanah, 2009. Dasar-Dasar


Jakarta: Media Litbang Metodologi Penelitian
Kesehatan Kedokteran dan Kesehatan,
Gramedia

Litbang. 2010. Laporan Situasi Terkini


Perkembangan Tuberkulosis Rundu. A. 2011. Sikap Manusia Teori
di lndonesia. Jenkins.The dan Pengukurannya,
microbiology of Tuberculosis Pustaka Pelajar Offset,
During Houston Yogyakarta

Lubis, C. 2010. Pencegahan Sugianto. 2011. Psikologi Sosial (Suatu


Tuberkuloisis pada Bayi Pengantar), Yogyakarta
dan Anak 2010. Browsing
at http//www.depkes.com
on 25 Maret Suryani, 2011. Penyakit Tropis:
Epidemiologi, Pnularan,
Pencegahan, dan
Mukono, dkk. 2006. Hubungan Tingkat Pemberantasannya,
Konsumsi Energi dan Erlangga, Semarang
Protein, Status Gizi,
Sanitasi Lingkungan
dengan terjadinya Penyakit Syarif. M. 2009. Hubungan Antara
TB Paru di Puskesmas Pulo Karakteristik Lingkungan
Merak. Diakses dari: Rumah Dengan Kejadian
http://elibrary.ub.ac.id Tuberkulosis (TB) Pada
(diunduh 11 Maret 2014) Anak Di Kecamatan Paseh
Kabupaten Subang,
Fakultas Ilmu Keperawatan,
Notoatmodjo, S. 2007. Metodelogi Universitas Padjadjaran,
Penelitian Kesehatan, Bandung
Rineke Cipta, Jakarta

Soeswati A. 2010. Hubungan Faktor


___________. 2010. Pendidikan dan Lingkungan Rumah dengan
perilaku Kesehatan, Rineke Penularan TB Paru Kontak
Cipta, Jakarta Serumah, Jurnal Ekologi
Kesehatan: 3(5); Vol. 486

42
JURNAL KESEHATAN

Zaleha.P. 2012. Pedoman Teknik http://repository.ipb.ac.id.


Penyehatan Perumahan. (diunduh 11 Maret 2014)
Tesis. Diakses dari:

43

Anda mungkin juga menyukai