Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TTN (TRANSIENT TACYPNAE


OF NEWBORN)
DI RUANG BAYI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Tanggal 20 – 25 September 2021

Oleh

Miftakhul Jannah, S.Kep

NIM. 2030913320054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TTN (TRANSIENT TACYPNAE OF


NEWBORN)
DI RUANG BAYI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Oleh

Miftakhul Jannah, S.Kep


NIM. 2030913320054

Banjarmasin, September 2021

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Eka Santi, Ns., M.Kep


NIP. 19780615 200812 2 001
A. DEFINISI
Transient tachypnea of the newborn (TTN) adalah keadaan bayi baru lahir
(newborn) mengalami pernapasan yang cepat dan butuh usaha tambahan dari
normal karena kondisi di paru-paru. Sekitar 1% dari bayi baru lahir mengalami hal
ini dan umumnya menghilang setelah beberapa hari dengan tatalaksana yang
optimal. (Stefano, 2005). Transient tachypnea of the newborn (TTN) yaitu
pernapasan cepat (frekuensi nafas > 60 x/menit ) sementara yang terjadi pada bayi
waktu lahir umunya cukup bulan dan biasanya ringan serta dapat sembuh sendiri
dengan perawatan yang baik. (Stuart and Sunden, 2001).

B. ETIOLOGI
Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau respiratory
distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN
tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur (paru-
paru bayi prematur belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab
TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian
TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko TTN pada bayi baru lahir diantaranya:
1. Lahir secara secar
2. Lahir dari ibu dengan diabetes
3. Lahir dari ibu dengan asma
4. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age).
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan
sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar. Perubahan
hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paruparu. Bayi
yang kecil atau prematur atau yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat
atau dengan secar tidak mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan
hormonal seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami
penumpukan cairan di paru- paru saat mereka menarik napas untuk pertama kali.
C. PATOFISIOLOGI
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan bayi
tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat oksigen dari
pembuluh darah plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di paru-paru bayi mulai
berkurang sebagai respon dari perubahan hormonal. Cairan juga terperas keluar saat
bayi lahir melewati jalan lahir (tekanan mekanis terhadap thoraks). Setelah lahir
bayi mengambil napas pertamanya dan paru-paru terisi udara dan cairan di
paruparu didorong keluar. Cairan yang masih tersisa kemudian dibatukkan atau
diserap tubuh secara bertahap melalui sistem pembuluh darah atau sistem limfatik.
Bayi dengan TTN mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru atau
pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan
untuk menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan
lebih dalam untuk mendapat cukup oksigen ke paru-paru.
PATHWAY TRANSIET TACHYPNEA OF THE NEWBORN (TTN)

Ibu dengan DM Fungsi organ


Sectio Caesaria Lahir Prematur
belum sempurna

Tidak ada kompresi


Cairan meningkat Giant baby BBLR Lapisan lemak
rongga dada
belum terbentuk

Oligohidramnion Kesulitan jalan lahir Pengeluaran cairan Perkmbangan paru


dalam paru tidak adekuat belum matang
Jaringan lemak
subkutan lebih tipis
Produksi surfaktan tidak
cukup
Pemaparan dengan
suhu luar
TTN Alveolus kolaps
Risiko
Penguapan Kehilangan Hipoter
berlebih panas mia
Nafas Cepat >60 Risiko Hipoksia
kali/menit

Intake Nafas cuping Ketidakefektifan


Refleks
tidak hidung Pola Nafas
hisap
adekuat
menurun

Risiko Aspirasi
D. Tanda Dan Gejala
1. Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/meni
2. Napas cuping hidung (nasal flare)
3. Sela iga cekung saat bernapas (retraksi interkostal)
4. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
5. Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas Selain
tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak seperti bayi lainnya

E. PENATALAKSANAAN
Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di NICU
(perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung,
pernapasan dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan
frekuensi pernapasan menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya
mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker, selang di bawah
hidung atau kotak oksigen (headbox). Jika bayi tetap berusaha keras untuk
bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive airway
pressure (CPAP) dapat digunakan untuk memberikan aliran udara ke paru-
paru. Dengan CPCP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin
secara berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk
membantu paru-paru tetap terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat maka
bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi. Nutrisi
dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat sehingga
bayi tidak dapat mengisap,menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada
kasus ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak
dehidrasi dan kadar gula darah bayi tetap terjaga. Dalam 24-48 jam proses
pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan kembali normal
dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika keadaan bayi
belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab lainnya
yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih dari TTN umumnya bayi akan
pulih sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum
pulang berikan edukasi kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan
memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas,
tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul segera hubungi
dokter dan unit gawat darurat terdekat.
ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSIS Etiologi NOC NIC

1. Ketidakefektifan Hiperventilasi Setelah dilakukan tindakan keperwatan Manajemen Jalan Nafas


- Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Pola Nafas selama 1x15 menit diharapkan
ventilasi
ketidakefektifan pola nafas pasien dapat - Monitor status pernafasan dan
oksigenasi,sebagaimana mestinya
teratasi dengan kriteria hasil :
- Lakukan penyedotan melalui endotrakea
Status Pernafasan atau nasotrakea
Terapi Oksigen
- Frekuensi pernafasan
- Bersihkan mulut, hidung dan sekresi
- Irama pernafasan
trakea dengan tepat
- Kedalaman inspirasi
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Suara auskultasi nafas
- Siapkan peralatan oksigen dan berikan
- Kepatenan jalan nafas
melalui sistem humidifier
Dari skala cukup berat (2) menjadi
- Berikan oksigen tambahan seperti yang
ringan (4)
diperintahkan
- Monitor aliran oksigen
- Monitor posisi perangkat (alat)
pemberian oksigen
- Monitor efektifitas terapi oksigen
- Monitor kemampuan pasien untuk
mentoleril pengangkatan o2 ketika makan
- Rubah perangkat pemberian o2 dari
masker kanul saat makan.
- Sediakan o2 ketika pasien dipindahkan
2. Hipotermia Suhu Setelah dilakukan tindakan Perawatan Hipotermia :

8
lingkungan keperawatan 1x30 menit diharapkan - Monitor suhu pasien, menggunakan alat
suhu tubuh pasien dapat kembali pengukur dan rute yang tepat
rendah
normal dengan kriteria hasil: - Bebaskan pasien dengan lingkungan
Termoregulasi: Bayi Baru Lahir yang dingin
- Suhu tidak stabil - Bebaskan pasien dari pakaian yang
- Hipotermia dingin dan basah
- Napas tidak teratur - Tempatkan pasien pada posisi telentang
- Perubahan warna kulit - Minimalkan stimulasi pada pasien
Dari cukup berat (2) menjadi ringan - Bagi panas tubuh, gunakan baju yang
(4) tidak terlalu tebal untuk menfasilitasi
pemindahan panas
- Berikan pemanasan eksternal aktif
- Berikan pengobatan dengan hati hati
- Monitor adanya gejala yang berhubungan
dengan hipotermi ringan
- Monitor warna dan suhu kulit

Pengaturan Suhu
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat
- Selimuti bayi segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas
- Selimuti bayi berat badan lahir rendah
dengan selimut berbahan dalam plastic
- Berikan topi stockinette untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir
- Tempatkan bayi baru lahir dibawah
penghangat,jika diperlukan
- Pertahankan kelembaban pada 50% atau
lebih besar dalam inkubator untuk

9
mencegah hilangnya panas
- Sesuaikan suhu lingkungan untuk
kebutuhan pasien
- Berikan medikasi yang tepat untuk
mencegah atau mengkontrol menggigil
- Berikan pengobatan antiperetik

3. Risiko Aspirasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas


- Posisikan pasien untuk memaksimalkan
keperawatanselama 1 x 24 jam
ventilasi
diharapkan risiko asfiksia pasien dapat - Monitor status pernafasan dan
oksigenasi,sebagaimana mestinya
teratasi dengan kriteria hasil:
- Lakukan penyedotan melalui endotrakea
atau nasotrakea
Status Pernafasan
- Frekuensi pernafasan
- Irama pernafasan
- Kedalaman inspirasi
- Suara auskultasi nafas
- Kepatenan jalan nafas
Dari skala cukup berat (2) menjadi
ringan (4)

10
DAFTAR PUSTAKA

Hermansen C, Lorah K . Respiratory Distress in the Newborn, American


Academy of
Family Physicians. 2007.
Murai DT. Respiratory Distress in the Newborn. Based pediatrics for medical
students. 2002.
Gomella TL. Transient Tachypnea of the Newborn , Neonatology ;
Management, Prosedur, On-cal problems Disease and Drugs. Fitth edition.

11

Anda mungkin juga menyukai