Anda di halaman 1dari 163

SUPERVISI KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU


DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-HIDAYAH
TANJUNG JABUNG TIMUR

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar


Magister Manajemen Pendidikan Islam

AHMAD NUR HAMIM

NIM : MMP. 193065

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2021
i
ii
iii
iv
MOTTO

ٰٓ ِ ‫ا َِّن ّٰللا ٌأْمر ُكم ا َ ْن تُؤدُّوا ْاْلَمٰ ٰن‬


ِ َّ‫ت ا ِٰلى ا َ ْه ِل َه ۙا َواِذَا َح َك ْمت ُ ْم بٌَْنَ الن‬
‫اس ا َ ْن ت َ ْحكُ ُم ْوا‬ َ ْ ُ ُ َ َ‫ه‬
٨٥ - ‫صٌ ًْرا‬ ِ َ‫س ِم ٌْعً ۢا ب‬ َ ‫ظ ُك ْم ِب ٖه ۗ ا َِّن ه‬
َ ‫ّٰللا َكا َن‬ َ ‫ِب ْالعَ ْد ِل ۗ ا َِّن ه‬
ُ ‫ّٰللا ِن ِع َّما ٌَ ِع‬

Artinya :

“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha
Mendengar, Maha Melihat..”1 (Q.S An-Nisa : 58)

1
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Jakarta : Pustaka Harapan, 2007),
hal. 6

v
PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan kepada :

Ibunda tercinta Siti Mukholifah

Ayahanda tercinta Sriyono

Kakak tercinta Siti Nurul Istiqomah dan Tri Lestari

Adik tercinta Khoirilli Amanah

Keluarga dan Kerabat tercinta

Teman-teman Program Studi Manajemen Pendidikan Islam di


Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penyelesaian
tugas akhir ini.

vi
ABSTRAK

Ahmad Nur Hamim, Supervisi Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan


Kompetensi Profesional Guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah
Tanjung Jabung Timur. Tesis. Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2021.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji supervisI kepala madrasah


dalam pembinaan peningkatan profesional tenaga pendidik di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur. Penelitian ini berfokus
pada peran kepala madrasah sebagai supervisor dan bagaimana upaya-
upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam meningkatkan
kompetensi yang dimiliki oleh guru.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif analisis. Dalam pengumpulan data menggunakan 3 teknik yaitu
observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Sedangkan untuk teknik
analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan konsep Miles dan Huberman yang mana teknik analisa ini
terdiri dari 3 tahapan yaitu reduksi data, penyajian data (data display), dan
penarikan kesimpulan (conclusion).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan


supervisi dalam meningkatkan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah
Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur menampakakan hasil dimana
pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur dilakukan
dengan cara pengawasan secara langsung yang dilakukan oleh kepala
madrasah terhadap guru yang bersangkutan ketika sedang melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.Teknik yang digunakan oleh kepala madrasah
dalam melakukan kegiatan pengawasan adalah dengan cara kunjungan
ke kelas yang bersangkutan dan pemanggilan secara individu terhadap
guru yang ingin disupervisi.
Adapun hasil atau output dari pelaksanaan penelitian ini adalah
guru yang telah disupervisi lebih disiplin dalam penyiapan administrasi
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Kata Kunci : Supervisi, Kepala Madrasah, Kompetensi Guru

vii
ABSTRACT

Ahmad Nur Hamim, Supervision of Madrasah Principals in Improving


Teacher Professional Competence at Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur. Thesis. State Islamic University of
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2021.

This study aims to examine the supervision of madrasah principals


in fostering professional improvement of educators at Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur. This study focuses on the
role of the principal as a supervisor and how the efforts made by the
principal in improving the competence of the teacher.
This study uses a qualitative research that is descriptive analysis. In
collecting data using 3 techniques, namely observation, interviews and
documentation studies. Meanwhile, the data analysis technique used in
this research is to use the concept of Miles and Huberman where this
analysis technique consists of 3 stages, namely data reduction, data
display (data display), and conclusion drawing (conclusion).
The results of this study indicate that the implementation of
supervision activities in improving teacher competence at Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur results where the
implementation of supervision activities carried out by the head of the
madrasa at Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur is
carried out by direct supervision carried out by the head of the madrasa to
the teacher concerned while carrying out teaching and learning activities.
The technique used by the head of the madrasa in carrying out
supervisory activities is by visiting the class in question and calling
individually for the teacher who wants to be supervised.
The results or outputs of the implementation of this research are
teachers who have been supervised more disciplined in administrative
preparation used in the learning activities carried out.

Keywords: Supervision, Head of Madrasah, Teacher Competence

viii
‫نبذة مختصرة‬

‫أحمد نور حمٌم ‪ ،‬اإلشراف على مدٌري المدرسة فً تحسٌن الكفاءة المهنٌة للمعلمٌن فً‬
‫مدرسة الهداٌة تنجونع جابونع تٌمور‪ .‬أطروحة‪ .‬كلٌة الدراسات العلٌا للدولة اإلسالمٌة‬
‫فً سلطان طها سٌف الدٌن جامبً‪.‬‬

‫تهدف هذه الدراسة إلى فحص إشراف رئٌس المدرسة على تدرٌب التحسٌن المهنً‬
‫ألعضاء هٌئة التدرٌس فً مدرسة الهداٌة تنجونع جابونع تٌمور‪ .‬تركز هذه الدراسة على‬
‫دور مدٌري المدرسة كمشرفٌن وكٌف أن الجهود التً ٌبذلها مدٌرو المدرسة فً تحسٌن‬
‫كفاءات المعلمٌن‪.‬‬
‫ٌستخدم هذا البحث البحث النوعً وهو التحلٌل الوصفً‪ .‬فً جمع البٌانات باستخدام ‪3‬‬
‫تقنٌات وهً المالحظة والمقابالت ودراسة التوثٌق‪ .‬وفً الوقت نفسه ‪ ،‬فإن تقنٌة تحلٌل‬
‫البٌانات المستخدمة فً ه ذه الدراسة هً استخدام مفهوم مٌلٌس و حوبورمان ‪ ،‬حٌث تتكون‬
‫تقنٌة التحلٌل هذه من ‪ 3‬مراحل ‪ ،‬وهً تقلٌل البٌانات وعرض البٌانات واْلستنتاج‪.‬‬
‫تشٌر نتائج هذه الدراسة إلى أن تنفٌذ أنشطة اإلشراف فً تحسٌن كفاءة المعلمٌن فً‬
‫مدرسة الهداٌة تنجونع جابونع تٌمور لم تظهر النتائج القصوى‪ .‬وٌرجع ذلك إلى حقٌقة أن‬
‫العدٌد من أوجه القصور والضعف ْل تزال موجودة ‪ ،‬سواء من استعداد ْلستكمال إدارة‬
‫المدرسة واكتمال المرافق والبنٌة التحتٌة الداعمة‪ْ .‬ل ٌتم إجراء اإلشراف بانتظام فً كل‬
‫فصل دراسً ‪ ،‬ولكن ٌتم تنفٌذ اإلشراف فقط للوفاء باْللتزامات عندما ٌأتً المشرف إلى‬
‫المدرسة‪.‬‬
‫استنتاج هذه الدراسة هو أن اإلشراف الذي قام به رئٌس المدرسة فً مدرسة الهداٌة‬
‫تنجونع جابونع تٌمور لم ٌتم بشكل روتٌنً وعلى النحو األمثل‪ .‬وٌرجع ذلك إلى نقص‬
‫الخبرة والمعرفة باإلشراف على مدٌري المدارس‪ .‬أصبحت المرافق والبنٌة التحتٌة التً لم‬
‫ٌتم تلبٌتها بالكامل عقبات أمام المعلمٌن لتنفٌذ عملٌة أنشطة التدرٌس والتعلم‪.‬‬

‫الكلمات المفتاحٌة ‪ :‬إشراف ‪ ،‬مدٌر المدرسة ‪ ،‬كفاءة المعلم‬

‫‪ix‬‬
‫الر ِحٌ ِْم‬
َّ ‫الرحْ مٰ ِن‬ ِ ‫بِس ِْم ه‬
َّ ‫ّٰللا‬
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu terpanjatkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan taufiq dan hidayahNya serta yang telah memberi kekuatan
kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat beriringkan
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabiyullah
Muhammad SAW. Tesis ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu syarat guna untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar
Magister dalam ilmu Manajemen Pendidikan Islam di Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis sangat
menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna baik secara penulisan, metodologi dan analisisnya. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat
penulis harapkan.

Selama proses penyelesaian Tesis ini, banyak pihak yang telah


memberikan kontribusi baik secara langsung maupun secara tidak
langsung khususnya kepada pembimbing saya Bapak Dr. H. Lukman
Hakim, M.Pd.I dan Ibu Dr. Hj. Ramlah, M.Pd.I, M.Sy yang telah membantu
dalam penyelesaian tugas akhir ini baik secara materiil maupun moriil.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
yang telah membantu dalam hal ini. Ucapan terima kasih terutama penulis
khususkan kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, P.hd selaku Rektor UIN STS
Jambi
2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Syukri, Ss. M.Ag selaku Direktur
Program Pascasarjana UIN STS Jambi
3. Ibu Dr. Minnah El Widdah, M.Ag selaku Ketua Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam

x
4. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing I
5. Ibu Dr. Hj. Ramlah, M.Pd.I, M.Sy selaku Dosen Pembimbing II
6. Segenap para dosen dan civitas akademik Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah
membimbing dan mengampu mata kuliah serta membantu dalam
menyelesaikan studi di kampus tercinta.
7. Bapak Bambang Madiyo, S.Pd.I sebagai Kepala Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur, majelis guru,
siswa-siswi dan tenaga administrasi yang telah memberikan
sejumlah data dan informasi penting yang penulis butuhkan dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
8. Kedua orang tua yang telah membantu baik secara materi maupun
non materi sehingga penulis bisa sampai pada tahap akhir.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu - persatu


dalam karya tulis ini. Semoga Allah memberikan balasan dan selalu
menambahkan kebaikan atas apa yang telah diberikan kepada penulis.
Aamiin yaa robbal „alamiin.

Jambi, 15 Juni 2021

Penulis

Ahmad Nur Hamim


MMP.193065

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
NOTA DINAS ......................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINAL TESIS ............................................. iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................. vii
ABSTRACT .......................................................................................... viii
ABSTRACT ARAB ................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 12
C. Fokus Penelitian .......................................................................... 13
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORI DAN STUDI RELEVAN

A. Landasan Teori .......................................................................... 15


1. Supervisi Kepala Madrasah ..................................................... 15
2. Kompetensi Profesional Guru .................................................. 42

B. Studi Relevan ............................................................................. 64


BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ............................................................... 68


B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 69
1. Tempat Penelitian ................................................................. 69
2. Waktu Penelitian ................................................................... 70
C. Jenis Data dan Sumber Data ..................................................... 70
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 72

xii
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 80
F. Pengecekan Keabsahan Data .................................................... 84
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum Penelitian ............................................................ 87


B. Temuan Khusus dan Pembahasan Penelitian ............................ 105
C. Analisis Hasil Penelitian ............................................................. 118
D. Analisis Hasil Penelitian Dengan Penelitian Relevan ................. 121
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 123


B. Implikasi .................................................................................... 124
C. Rekomendasi ............................................................................ 125
D. Saran ........................................................................................ 127
E. Kata Penutup ............................................................................ 128

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Dewan Majelis Guru di MTs Al-Hidayah ......................... 63


Tabel 4.2 Keadaan Guru di MTs Al-Hidayah ....................................... 69
Tabel 4.3 Keadaan Siswa di MTs Al-Hidayah ........................................ 71
Tabel 4.4 Data Prestasi Siswa di MTs Al-Hidayah ................................. 72
Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana di MTs Al-Hidayah ............................. 76

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara sederhana, program pendidikan di Indonesia memiliki
tujuan untuk memerdekakan warga Indonesia dari buta huruf. Ini
berarti bahwa diselenggarakannya pendidikan di Indonesia ditujukan
agar terbentuknya manusia unggul yang berkualitas serta
kemampuan yang lebih kompleks secara menyeluruh. Tujuan ini
tentunya sejalan dengan tingkat kelahiran manusia yang tinggi di
Indonesia, sehingga diharapkan dengan bekal pendidikan mampu
membuat manusia bertahan ditengah-tengah persaingan yang
semakin mengglobal.
Pendidikan bagi warga Indonesia berperan sebagai inti pokok
yang sangat diperlukan dan harus didapatkan oleh seluruh
masyarakat, karena melalui pendidikanlah kita bisa menciptakan
warga negara Indonesia yang berkualitas, bermutu dan berintegritas.
Dasar diselenggarakannya pendidikan ini sesuai dengan Undang -
Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, yang
mana Undang-undang ini bertujuan untuk mengatur tentang sistem
pendidikan nasional. Undang – Undang ini menjelaskan
bahwasannya : “Tujuan dari Pendidikan Nasional adalah bertujuan
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik
sehingga diharapkan agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakawa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi seorang warga yang
demokratis serta tanggung jawab”. 2

2
Depdiknas, UU No, 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :
Sinar Grafika, 2009), hal.7
2

Di era yang modern saat ini, kebanyakan masyarakat pada


umumnya lebih menyoroti kepada masalah kemanusiaan dan moral
yang menjadi penilaian dari seseorang. Oleh karena itu melalui
pendidikanlah yang didalamnya mencakup nilai-nilai kemanusiaan
yang dijunjung tinggi menjadikan salah satu pilihan terbaik yang dapat
kita lakukan. Generasi pemuda merupakan sekelompok orang yang
sedang menjalani proses untuk mencari jati diri mereka. Mereka
harus diberikan pendekatan yang bukan lagi dengan melakukan
kekerasan fisik atau mental terhadap peserta didik. Akan tetapi
generasi muda saat ini lebih memerlukan sentuhan yang bersifat
manusiawi, hal ini dapat membantu mereka menuju masa depan yang
mereka impikan dan bukan dengan melaui cara yang bersifat kearah
kekerasan. Oleh karena itu seorang guru hendaklah memahami
berbagai perkembangan yang mengarah kepada pendidikan yang
mengarah pada hal kemanusiaan.
Didalam ajaran islam sendiri, pendidikan sudah diikuti pertama
oleh manusia yang diciptakan pertama di muka bumi, yaitu mulai
sejak diciptakannya Nabi Adam „alaihissalam. Keyakinan ini memiliki
dasar yang kuat, hal ini juga sesuai dengan penjelasan didalam kitab
suci yang terdapat didalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 31 :

ٰٓ َ ‫علَى ْٱل َملَ ٰـٰٓ ِئ َك ِة فَقَا َل أ َ ۢن ِبـُٔونِى ِبأ َ ْس َما ٰٓ ِء َه ٰـٰٓؤ‬


‫ُْل ِء إِن ُكنت ُ ْم‬ َ ‫ض ُه ْم‬ َ ‫علَّ َم َءا َد َم ْٱأل َ ْس َما ٰٓ َء ُكلَّ َها ث ُ َّم‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫َو‬
. َ‫ص ٰـ ِدقٌِن‬
َ

“Dan Allah telah mengajarkan kepada Adam Nama-nama


seluruhnya, kemudian mengemukakan hal tersebut kepada Para
Malaikat lalu Ia berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar".3
Menurut kitab tafsir ibnu katsir, ini merupakan sebutan yang
disampaikan oleh Allah SWT yang mana didalamnya terdapat
kandungan keutamaan - keutamaan nabi Adam „alaihissalam atas

3
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta : Depag RI, 2017),hal. 12
3

malaikat berkat keistimewaan dan kekhususan yang diberikan oleh


Allah SWT baginya yang berupa ilmu-ilmu tentang nama-nama yang
mencakup segala sesuatu yang ada didunia, dan Allah pun
memerintahkan kepada para malaikat-malaikatnya untuk bersujud
kepada Nabi Adam „alaihissalam.4 Dari ayat diatas jelaslah bahwa
proses terjadinya pendidikan pertama didunia terjadi saat Allah SWT
mengajarkan nama-nama yang ada didunia ini kepada Nabi Adam
„alaihissalam.
Pendidikan ialah kebutuhan mendasar yang sangat vital bagi
setiap manusia, dimana didalam pendidikan terdapat usaha-usaha
yang dilakukan untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan yang
nantinya akan berguna bagi kehidupan seseorang. Seseorang dapat
memperoleh pendidikan melalui jenjang penyelenggaraan yang
bersifat formal atau melalui jenjang pendidikan yang bersifat informal.
Pendidikan yang bersifat formal dapat diartikan sebagai sekumpulan
mata pelajaran yang ditetapkan oleh pemerintah dalam satuan
pendidikan nasional. Sedangkan pendidikan non formal berupa
latihan-latihan, pengajaran dan ilmu-ilmu yang bersifat keterampilan
yang berguna dalam lingkungan masyarakat.5
Tujuan dari pelaksanaan sistem pendidikan nasional yaitu
berorientasi dalam pengembangan bakat keterampilan dan berupaya
untuk membentuk karakter serta peradaban generasi bangsa yang
dapat bersaing di era modern yang tentunya bangsa yang memiliki
martabat. Oleh sebab itu dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, maka diperlukanlah sebuah terobosan ide-ide yang baru dan
didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki kualitas unggul
pula. Dalam melaksanakan proses menciptakan manusia yang
berkuali

4
Muhammad Syekh Ali Yusuf, Terjemah Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta : Pustaka Setia),
2016, hal. 56
5
Ramazani Janiar Deni & Lukman Hakim, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam
Menjalin Kerjasama Sekolah dan Masyarakat di MTs Nurul Huda Muaro Jambi, 2020
4

tas, dibutuhkan pula tenaga pendidikan yang berkualitas. Guru dalam


bidang ini tentunya menjadi sentral utama dalam menjalankan
tugasnya di sekolah yang menjadi ukuran tertinggi bagi terciptanya
manusia yang berkualitas tersebut.
Seorang pemimpin memegang peranan penting dalam sebuah
organisasi atau lembaga. Sebuah perubahan perlu dilakukan didalam
sebuah lembaga yang mana hal ini tidak bisa dilakukan secara
mendadak dan dalam jangka waktu yang singkat dalam proses
menuju perubahannya. Akan tetapi hal itu dilakukan dengan cara
yang bertahap selangkah demi selangkah dengan cara menyesuaikan
kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia yang menjadi
pelaksana dan penggerak disekolah tersebut. Selain itu, kerjasama
yang solid dalam suatu tim sangat diperlukan untuk menggapai tujuan
yang ingin dicapai.6
Salah satu sumber daya manusia yang memiliki tingkat urgensi
tertinggi dalam penyelenggaraan proses pendidikan adalah seorang
kepala madrasah. Kepala madrasah memiliki peran dan kontribusi
yang sangat penting dalam mempengaruhi pelaksanaan sistem
pendidikan dalam suatu lembaga sekolah. Dilhat dari segi
operasional, kepala madrasah merupakan seseorang yang berada
digaris terdepan dalam upaya meningkatkan pembelajaran yang
bermutu di sekolah yang ia pimpin.7 Kepala madrasah sebagai
seseorang yang mengatur manajerial sekolah harus memiliki strategi
yang tepat untuk meingkatkan pemberdayaan tenaga pendidikan
melalui kerjasama-kerjasama dengan lembaga diatasnya, yang selalu
mendorong keikutsertaan seluruh tenaga pendidik dalam mengikuti
kegiatan yang berguna dalam menunjang program pendidikan
sekolah dan melakukan dorongan dalam bentuk dukungan kepada

6
Pramono, Leadership dalam Dunia Pendidikan, (Yogyakarta : Media Utama, 2016), hal. 74
7
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2018), hal. 30
5

guru untuk lebih meningkatkan kemampuan profesional yang


dimilikinya.8
Menurut Stoner yang dikutip oleh Wahjosumijo ada delapan
macam fungsi manajer yang perlu dilakukan dalam suatu organisasi
pendidikan yaitu : (a) melakukan kerjasama dengan orang lain untuk
tidak hanya mengandalkan kemampuan yang dimilikinya, (b) memiliki
rasa tanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang telah
diambil, (c) adanya waktu dan sumber daya manusia yang terbatas
tidak menjadikannya sebagai persoalan untuk menyerah, (d) memiliki
cara berpikir yang realistis dan memiliki daya konseptul, (e) mampu
menjadi juru tengah terhadap persoalan-persoalan yang terjadi baik
secara internal maupun eksternal, (f) memiliki jiwa sebagai politisi
sehingga tidak mudah untuk dijatuhkan oleh lawannya, (g) seseorang
yang memiliki jiwa diplomat, (h) mampu berperan sebagai pengambil
keputusan meskipun dalam menghadapi permasalahan yang sulit. 9
Kepala madrasah merupakan seseorang yang bertindak sebagai
pimpinan tertinggi didalam suatu instansi lembaga organisasi
pendidikan yang mempunyai peran dan pengaruh yang cukup besar
dalam melakukan pembinaan-pembinaan untuk meningkatkan
kemampuan guru baik dalam melaksanakan proses kegiatan
pembelajaran maupun dalam proses persiapan yang harus dilakukan
terlebih dahulu oleh seorang guru. Untuk menjadikan seorang guru
yang profesional, seorang guru tidak hanya meningkatkan kompetensi
yang dimilikinya melalui keikutsertaannya dalam kegiatan penataran
yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan, maupun kegiatan
pelatihan memperoleh pengetahun belajar saja, akan tetapi fakto-
faktor lain yang harus diperhatikan oleh kepala madrasah adalah
bagaimana usaha yang dilakukan dalam meningkatkan disiplin guru,

8
Mukhtar dkk, Sekolah Berprestasi, (Jakarta : Nimas Multima, 2016), hal. 13
9
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Surabaya : Alfabeta, 2015), hal. 96
6

memberikan motivasi kepada guru ,memberikan bimbingan dan


pendampingan dalam meningkatkan kompetensi yang dimiliki guru.10
Dalam manajerial lembaga pendidikan, kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang kepala madrasah adalah memiliki kompetensi
supervisi atau bertindak sebagai supervisor. Hal ini sesuai dengan
peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13 tahun 2007 yang
mencakup perencanaan dilaksanakannya pelaksanaan program
supervisi akademik yang tentunya hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh
seorang guru, pelaksanaan kegiatan supervisi akademik terhadap
guru di sekolah dengan cara menggunakan berbagai pendekatan-
pendekatan dan teknik-teknik pelaksanaan supervisi yang optimal dan
cara kepala madrasah dalam menindaklanjuti hasil daripada kegiatan
supervisi terhadap guru yakni dalam rangka peningkatan kompetensi
profesional yang harus dimiliki guru.
Hal yang sangat menunjang dan menentukan hasil dari
pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala
madrasah, maka seorang kepala madrasah harus memiliki bekal
pengetahuan pelaksanaan supervisi, keterampilan dalam membuat
perencanaan program yang akan dijalankan, melaksanakan supervisi
sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan setelah itu
bagaimana untuk menindaklanjuti hasil dari kegiatan supervisi yang
telah dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu sekolah melalui
peningkatan mutu guru. Dalam meningkatkan kualitas mutu guru,
kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah hendaknya
juga dapat didukung dengan kegiatan dalam melayani dan melakukan
pembinaan dengan memberi kebebasan guru untuk terlebih dahulu
berusaha sesuai dengan kemampuan yang dimiliki guru dalam

10
Helmawati, Kinerja Kepala Sekolah Managerial Skills, (Jakarta : Rineka Cipta, 2015),
hal.18
7

menempah kemampuan yang dimilikinya hingga dapat menjadi guru


yang profesional.11
Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang betul-betul harus
dilaksanakan oleh seorang pemimpin, karena hal ini sangat
berhubungan dengan tugas kepemimpinan yang menjadi tanggung
jawab utamanya yaitu dalam meningkatkan mutu dan keprofesional
guru sebelum berlanjut pada mutu peserta didiknya . Hal ini tentunya
akan menjadi nilai tambah apabila mutu guru dan mutu peserta didik
dapat dirasakan oleh lingkungan disekitarnya tentu hal ini akan
menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar. Dengan melalui tahap
bimbingan, maka akan terciptanya kualitas sumber daya manusia
yang betul-betul bisa diandalkan demi tercapainya tujuan
12
pendidikan.
Supervisi tidak hanya berperan sebagai usaha untuk melihat
persiapan guru dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran, akan
tetapi dari kegiatan supervisi juga dapat berfungsi sebagai alat untuk
mengumpulkan informasi kelemahan dan kelebihan kegiatan
pembelajaran guru, menemukan ide dalam mengupgrade
kemampuan guru, petunjuk dalam menemukan solusi dari
permasalahan-permasalahan terhadap guru yang disupervisi dan
dalam berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan untuk
meningkatan kemampuan profesional seorang guru dalam kegiatan
belajar mengajar. Supervisi dalam pendidikan juga berperan sebagai
bentuk kerjasama dalam berkoordinasi, karena sudah menjadi
amanah dan tanggung jawab seorang kepala madrasah yaitu
sebagai pemimpin dari guru maupun staf-staf yang masing- masing
sudah ditentukan tugas dan tanggung jawabnya secara individu. Oleh
sebab itu seorang kepala madrasah hendaknya berusaha untuk
menjaga semangat dan tekad guru untuk selalu menjalankan tugas

11
Maisah, Manajemen Pendidikan, (Jakarta : Cipta Media, 2017), hal. 78
12
Pidarta, Supervisi Pendidikan di Indonesia, (Bandung : Pustaka Media, 2010), hal. 13
8

dengan sebaik mungkin dan dalam berbagai situasi. Supervisi juga


berperan sebagai alat evaluasi dalam mencari tahu tingkat
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran , sehingga teknik yang digunakan dalam supervisi pun
juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan guru yang
bersangkutan.
Secara etimologi, kata profesional merupakan kata yang
bermakna kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan
pekerjaan. Dalam ruang lingkup pendidikan, profesional berarti
keahlian yang dimiliki seorang pendidik dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawab dalam pendidikan. Asmuni Syukir
mengungkapkan bahwa terdapat tiga tugas bagi seorang guru di
sekolah yang mutlak harus dimiliki, yaitu kemampuan dalam
menjalankan tugas secara profesional, kemampuan dalam
menjalankan tugas sosialnya dan kemampuan seorang guru dalam
menjalankan tugas personalnya.13 Sedangkan Mulyasa berpendapat
bahwa seseorang yang dikatakan sebagai seorang guru yang
memiliki kemampuan profesional haruslah mempunyai tingkat
kemampuan dalam menciptakan dan mengatur kondisi serta suasana
didalam kelas, mempunyai kemampuan dalam hal mengatur
berjalannya kegiatan pembelajaran yang efektif, mempunyai
kemampuan dalam memberikan penguatan kepada peserta didik atas
apa yang diajarkannya, dan mempunyai tekad yang kuat untuk lebih
meningkatkan kemampuan diri yang dimilikinya. 14
Menurut Jamal Asmani, ia mengungkapkan bahwa seorang
guru yang dapat dikatakan memiliki tingkat profesional ialah seorang
guru yang mempunyai kemampuan kecerdasan berpikir dalam
motoriknya, kecermatan dalam mengendalikan emosional,
mempunyai attitude yang dapat menjadi contoh bagi anak didiknya

13
Kompri, Manajemen Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2015), hal. 220
14
Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan, (Bandung : Pustaka Setia,2013), hal. 24
9

dan mempunyai kemampuan pengetahuan.15 Bafadhal


menambahkan bahwa seorang guru ketika mengajar harus
memperhatikan persiapan-persiapan yang harus terlebih dahulu
dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran.
Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan tersebut ialah:
1. Menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah
berakhirnya proses kegiatan pembelajaran.
2. Menentukan dan menganalisa materi-materi yang akan
disampaikan yang mengacu kepada tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
3. Memilih metode pembelajaran yang dianggap memiliki korelasi
antara cara-cara melaksanakan metode tersebut dengan materi
pelajaran yang hendak diajarkan kepada murid didalam kelas.
4. Menentukan media pembelajaran yang dianggap sebagai
pendukung dalam memudahkan guru untuk menyampaikan
penjelasan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada
murid-murid didalam kelas.
5. Merencanakan kegiatan evaluasi hasil pembelajaran untuk
mengukur kemampuan dari peserta didik setelah berakhirnya
materi pembelajaran yang disampaikan apakah peserta didik
sepenuhnya sudah menguasai materi yang telah diajarkan atau
belum.16
Pendidik didalam islam juga sering disebut sebagai murabbi,
mu‟allim, muaddib, mursyid dan mudarris. Seseorang ketika sudah
menyandang gelar sebagai pendidik berarti sudah memiliki tanggung
jawab yang berat dalam memberi bantuan pertolongan kepada
peserta didiknya untuk mendampingi masa perkembangan jasmani
dan perkembangan rohaninya sehingga mampu untuk mandiri dan
berusaha untuk tidak mengandalkan orang lain sehingga dapat

15
Sudarman Danim, Profesi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2016), hal. 5
16
Ibid, hal. 9
10

memenuhi tugas dan fitrahnya sebagai khalifah dimuka bumi serta


mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya. 17
Guru merupakan komponen terpenting dalam menentukan
berhasil atau tidaknya pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran.
Dalam proses program-program pendidikan di sekolah, tugas guru
selain sebagai seorang pengajar juga berperan sebagai seorang
pendidik. Hal ini yang harus ditanamkan oleh seorang guru dalam
membimbing dan mengajak siswanya dapat bersikap dan bertindak
secara kreatif dan mandiri baik didalam lingkungan keluarga maupun
didalam lingkungan sekolah. Tugas berat inilah yang menjadikan guru
sebagai tenaga profesi dituntut untuk bersikap dan memiliki tingkatan
kemampuan profesional yang dalam melaksanakan tugasnya.18
Namun pada kenyataan yang terjadi dilapangan, tidak sedikit
ditemukannya guru yang dianggap kurang memenuhi kriteria sebagai
pendidik yang dirasa belum maksimal dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya. Oleh karena itu, peran seorang kepala madrasah
harus memberikan bimbingan dan mensupport guru sehingga terus
berusaha mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Salah satu
penyebab kurangnya guru tidak maksimal dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dikarenakan kurang kontrol yang dilakukan
oleh kepala madrasah, sehingga kurangnya pengontrolan ini
menyebabkan guru lebih bersantai-santai dalam mempersiapkan
bahan-bahan pembelajaran yang akan dilaksanakannya.19
Dari hasil observasi awal di lapangan, didapatkan informasi
bahwa Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah adalah salah satu lembaga
pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Pondok
Pesantren Al-Hidayah dan memiliki akreditas lembaga pendidikan
dengan tingkat B (Baik). Berdasarkan informasi awal yang didapatkan

17
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Persada, 2014), hal. 88
18
Mukhtar dkk, Sekolah Berprestasi, (Jakarta : Nimas Multima, 2015) hal. 42
19
Roestiyah NK, Masalah-masalah Keilmuan Keguruan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2017)
hal. 8
11

dari salah satu guru bernama Syamsudin, S.Pd.I yang didalam


struktur madrasah menjabat sebagai wakil kepala bidang kurikulum di
madrasah tersebut, didapatkan keterangan bahwa :
“Untuk pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilakukan oleh
kepala madrasah masih belum dilaksanakan secara rutin, tetapi
biasanya kepala madrasah itu akan melakukan supervisi ketika
mendsengar informasi bahwa akan ada pengawas yang datang ke
madrasah untuk melihat perkembangan kegiatan pembelajaran
dan kemajuan program sekolah. Kepala Madrasah biasanya
melakukan pengawasan kinerja guru dengan melaksanakan
kontrol dengan mengadakan rapat rutin setiap bulan untuk
mengevaluasi program-program yang belum maksimal dan juga
untuk mempersiapkan program sekolah di bulan yang akan datang,
juga kepala sekolah melaksanakan kunjungan kelas saat guru
mengajar sehingga kepala sekolah tahu bagaimana guru tersebut
mengajar di kelas juga untuk melihat bagaimana kondisi siswa saat
belajar, Namun untuk kegiatan supervisi guru yang benar-benar
dijadwalkan belum berjalan secara rutin”.20

Permasalahan yang sering ditemukan pada umumnya,


khususnya pada madrasah-madrasah yang berada dibawah naungan
Pondok Pesantren dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar
mengajar kurang memperhatikan dalam mengatur pelaksanaan
kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi
profesional guru. Dalam hal ini sering dijumpai bahwasannya
pelaksanaan pembelajaran di madrasah yang umumnya bersifat
penyampaian pengetahuan yang dilakukan oleh guru kepada murid,
penanaman akhlak dan kepribadian yang santun dalam bertindak dan
berperilaku. Di dalam pola pendidikan madrasah-madrasah yang
bernaung dibawah pondok pesantren, kita sudah tidak meragukan
lagi tentang kompetensi guru dalam bidang pengetahuan, bidang
kepribadian dan bidang sosial. Karena memang pondok pesantren
merupakan tempat dan wadah yang sangat tepat dalam
pengembangan kepribadian dan menyangkut tentang kegiatan-
kegiatan sosial baik untuk guru maupun bagi murid. Akan tetapi

20
Observasi, 03 November 2020
12

dalam hal pengembangan kompetensi profesional guru masih jarang


ditemukannya kegiatan-kegiatan yang menunjang para majelis guru
untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya di madrasah.
Dari gambaran dan temuan permasalahan-permasalahan yang
terjadi dilapangan tersebut yang menjadikan hal ini layak untuk diteliti.
Dimana kegiatan pengontrolan dan pengawasan yang dilakukan oleh
kepala madrasah sangat memiliki dampak yang signifikan terhadap
perkembangan kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru. Oleh
sebab itu, memperhatikan dari permasalahan-permasalahan yang
sering terjadi dibeberapa madrasah yang berada dibawah naungan
pondok pesantren maka dirasakan perlu adanya suatu perubahan
yang dapat membantu penyelesaian dari permasalahan tersebut,
yang mana dalam hal ini lebih menitikberatkan pada pengawasan
kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru.
Dari permasalahan yang terjadi di madrasah tersebut, maka dirasa
perlu diadakannya penelitian dalam bentuk penelitian tesis dengan
mengambil judul “Supervisi Kepala Madrasah dalam Meningkatkan
Kompetensi Profesional Guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah
Tanjung Jabung Timur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan penjabaran-penjabaran yang terdapat
dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian tesis ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala
madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
2. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh kepala
madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
3. Bagaimana hasil dari pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh
13

kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesional


guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur?
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada diatas, maka
peneliti memberikan fokus dari penelitian ini agar penelitian ini lebih
terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Adapun fokus
penelitian dalam tesis ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan tentang pelaksanaan kegiatan supervisi
kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesional
guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur.
2. Untuk menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan oleh kepala
madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.
3. Untuk menjelaskan hasil supervisi kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan pendekatan supervisi yang diterapkan oleh
kepala madrasah dalam upaya meningkatkan kompetensi
profesional guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur.
b. Untuk menjelaskan upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh
kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesional di
Madrasah Tsnawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi kepala madrasah penelitian ini sebagai bahan pertimbangan
yang strategis dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional
guru di Madrasah Tsanawiyah Tanjung Jabung Timur.
14

b. Bagi guru penelitian tesis diharapkan dapat memberikan


penambahan pemahaman dan pengetahuan untuk lebih dapat
meningkatkan mutu diri agar kompetensi profesional yang
dimilikinya menjadi berkualitas .
c. Melengkapi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Strata
Dua.
15

BAB II
LANDASAN TEORI DAN STUDI RELEVAN

A. Landasan Teori
1. Supervisi Kepala Madrasah
Kata supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari
dua kata yaitu : super yang artinya “di atas atau memiliki pengaruh”
dan vision yang mempunyai arti “melihat”. Oleh karena itu secara
lebih lengkap supervisi dapat diartikan sebagai “melihat atau
mempengaruhi dari atas”. Dari dasar itulah, maka pengertian
supervisi adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh atasan
yang dalam hal ini pengawas dan kepala sekolah yang berperan
aktif dalam kegiatan ini. Karena pengawas dan kepala sekolah
merupakan pejabat yang berwenang dan memiliki kedudukan di
atas atau yang lebih tinggi dari guru sehingga merekalah yang
berwenang untuk memberikan pengawasan dan pengontrolan.21
Supervisi adalah sebuah kegiatan pengawasan dalam
membina dan mendampingi seorang guru dalam melaksanakan
tugasnya yang telah direncanakan dan dirancang ssecara matang
untuk membantu permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru
di sekolah. Kegiatan supervisi merupakan salah satu bentuk dari
pelaksanaan dalam manajerial administrasi pendidikan. Supervisi
merupakan salah satu kegiatan pengawasan, dimana didalam
pelaksanaannya terdapat tahapan-tahapan yang keseluruhannya
bermuara pada kegiatab pengorganisasian dan pembimbingan
guru kearah yang lebih profesional dalam melaksanakan tugas dan
fungsi pokoknya sebagai guru.22 Yang termasuk dalam kategori
orang-orang yang berperan sebagai supervisor dalam pendidikan
berdasarkan struktur organisasi yang berlaku sampai sekarang

21
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2014), hal. 4
22
Wibowo, Manajemen Kinerja Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hal. 30
16

yaitu kepala sekolah, pengawas sekolah atau penilik dan para


pengurus kependidikan baik di tingkat kabupaten maupun yang
ada di setiap provinsi.23
Beberapa ahli juga berbeda pendapat tentang bagaimana
supervisi itu sebenarnya. Oleh karena itu dibawah ini akan
dijelaskan tentang pengertian supervisi menurut para ahli :
a. Burton dan Brueckner
Burton dan Brueckner menjelaskan bahwa supervisi
merupakan sebuah teknik pelayanan yang dilakukan oleh
pengawas maupun pimpinan yang ada disuatu lembaga yang
tujuan utamanya adalah untuk mengevaluasi dan memberikan
bimbingan perbaikan yang dilakukan secara bersama-sama
dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Neagley
Neagley mengemukakan bahwa supervisi merupakan setiap
layanan-layanan yang diberikan kepada guru dengan tujuan
untuk mendapatkan perbaikan yang terstruktur dalam
memberikan bimbingan kepada guru dalam kegiatan
pembelajaran ataupun dalam mengembangkan suatu bahan
pembelajaran sehingga mudah untuk dipahami dan dijalankan.
c. Kimball Wiles
Kimball Wiles mengemukakan pendapatnya tentang
supervisi : “Supervisi is an assistance in the development of a
better teaching-learning situation”. Ia mengungkapkan bahwa
supervisi adalah bantuan-bantuan dalam kegiatan pengembangan
kompetensi guru dalam menciptakan pembelajaran yang lebih
baik dari sebelumnya.
d. N.A. Amatembon
Menurut Amatembon, supervisi adalah kegiatan
pengembangan dengan lebih memfokuskan pada perbaikan-

23
Sahertian, Supervisi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2016), hal. 17
17

perbaikan guru dalam meningkatkan kinerja kegiatan


pembelajaran sehingga diharapkan guru lebih bersikap
profesional dalam mendidik siswa di sekolah.
e. Oteng Sutisna
Sutisna menjelaskan bahwa kegiatan supervisi merupakan
pengumpulan suatu ide-ide pokok dalam membantu
pemecahan-pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru yang
bersangkutan. Sehingga diharapkan setelahnya proses kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan secara efisien.24

Jadi dapat disimpulkan bahwa supervisi berperan sebagai


alat bantu dan bimbingan profesional yang diberikan kepada guru
dalam menjalankan tugas demi untuk melakukan perbaikan-
perbaikan secara berkelanjutan sebagai upaya lembaga dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.25
Menurut Wahjosumidjo, kepala madrasah bisa diartikan
sebagai seseorang yang menjabat sebagai tenaga fungsional
penggerak guru yang diberikan wewenang untuk mengatur
lembaga sekolah dimana didalamnya terselenggaranya proses
pembelajaran atau dimana terdapat adanya kegiatan interaksi
yang dilakukan antara guru yang memberikan pelajaran dan
siswa yang menerima apa yang diajarkan.26
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Helmawati, kepala
madrasah merupakan bagian terpenting dilembaga sekolah yang
memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab memimpin dan
membimbing bersama anggota guru yang lain untuk mencapai
tujuan tertentu.27

24
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung :
Alfabeta, 2019).hal. 159
25
Jack Dunham, Efective School Management, (New York : Taylor and Francid e-Library,
2011), hal. 50
26
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah,(Jakarta : Grafindo, 2013), hal. 83
27
Helmawati, Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah,(Jakarta : Rineka Cipta, 2015) hal.18
18

Kinerja kepala madrasah agar dapat terlaksana


sebagaimana fungsi manajer pada umumnya, maka kepala
madrasah hendaknya harus memiliki kemampuan untuk
mengetahui dan mewujudkannya kedalam perbuatan dan
perilaku-perilaku yang mengandung nilai-nilai dalam keterampilan
manajerial yaitu,”Conceptual skill dan technical skill”.28
Dalam memanajerial sekolah, seorang kepala madrasah
harus memiliki pedoman dalam strategi yang tepat dalam rangka
mengembangkan kompetensi profesional guru di sekolah.
Adapun beberapa strategi yang dapat digunakan pemimpin dalam
melakukan tugasnya adalah sebagai berikut :
1) Strategi dalam memberikan instruksi
Fungsi dari kepala madrasah adalah melakukan
kegiatan pengarahan dan memberikan dukungan kepada
guru yang ada di sekolah. Dalam pelaksanaan penmberian
perintah, kepala madrasah hendaknya mempunyai teknik
dan strategi yang jitu berkenaan dengan bidang yang ia
pimpin. Dengan adanya sebuah strategi yang digunakan
maka seorang kepala madrasah dalam memimpin
diharapkan untuk memberikan hasil yang maksimal dalam
membantu guru untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
Dalam memberikan instruksi kepada bawahan,
kepala madrasah hendaknya menggunakan beberapa
strategi yang dirasa mampu untuk mempengaruhi orang
yang diperintahnya. Perintah yang baik harus memiliki
beberapa syarat, yaitu kepala madrasah sebagai pemimpin
memberikan perintah dengan memiliki sebuah tujuan

28
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar, (Bandung :
Alfabeta, 2012), hal. 33
19

terhadap apa yang diperintahkan kebawahannya tersebut,


Perintah yang diberikan haruslah jelas dan tidak rancu
sehingga sipenerima mandat akan mengerti dengan jelas
apa-apa saja yang perlu diperhatikan dalam
mengerjakannya. Selanjutnya instruksi yang diberikan
haruslah lengkap dan rinci sehingga detail dari perintah
kepala madrasah dapat dipahami dengan baik oleh
bawahannya, hal ini bertujuan untuk menghindari
pengulangan instruksi yang justru membuat seorang
pemimpin terlihat tidak profesional dalam memimpin.
Selain itu, dalam menyampaikan perintah haruslah
dengan menggunakan bahasa yang jelas dan mudah untuk
dimengerti. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
akan memudahkan seseorang yang diberikan perintah akan
memahami poin penting dari perintah sehingga yang
dikerjakannya sesuai dan tepat guna.
Akan tetapi yang harus dihindari oleh seorang
pemimpin adalah karena jabatannya yang tinggi, seorang
pemimpin tidak boleh memberikan perintah secara asal-
asalan dan atas keinginan yang tidak memiliki dasar. Oleh
karena itu dalam memberikan perintah haruslah memenuhi
syarat dari apa yang sudah dijelaskan diatas sehingga
kedepannya bawahan yang diperintah akan terus
melakukannya dengan respon yang baik dan dengan rasa
tanggung jawab.
2) Strategi dalam menegur
Teguran seorang pemimpin adalah sebagai
gambaran bahwa terdapat rasa kepedulian yang dalam
yang diberikannya kepada pegawainya yang ditegur. Akan
tetapi dalam memberikan sebuah teguran yang disampaikan
secara langsung hendaknya dilakukan ditempat yang
20

tertutup dan tidak banyak orang yang melihatnya. Hal ini


dikarenakan apabila seorang pemimpin menegur
bawahannya didepan khalayak ramai maka orang yang
ditegur tesebut akan merasa bahwa harga dirinya telah
dijatuhkan oleh orang yang memberi teguran tadi. Berbeda
dengan pemberian teguran yang dilakukan secara tertutup,
disini bawahan yang ditegur oleh atasan akan merasa
bahwa dirinya masih dihargai meskipun dia telah melakukan
sebuah kesalahan.
Pemberian teguran secara langsung harus
disampaikan secara langsung kepada orang yang ingin
dikoreksi, tidak boleh teguran langsung disampaikan melalui
media ataupun melalui perantara orang lain. Hal ini akan
lebih memberikan dampak pada perbaikan atas kesalahan
yang telah dilakukan oleh si penerima teguran tersebut dan
menandakan bahwa pemimpin itu memiliki jiwa yang
profesional dalam memimpin.
3) Strategi dalam menghargai orang lain
Menghargai seorang bawahan adalah salah satu
tugas terpenting seorang kepala madrasah terhdap guru di
sekolah. Hal ini dikarenakan setiap orang dalam bekerja
harus memiliki suatu dorongan atau hal mendorongnya
untuk bekerja secara baik dan penuh tanggung jawab.
Menghargai pekerjaan guru tidak harus dilakukan dengan
memberikan sebuah hadiah yang berbentuk benda saja,
akan tetapi penghargaan dalam hal ini bisa dilakukan
meskipun hanya dengan pengucapakan kalimat berupa
pujian atas keberhasilan yang telah dikerjakan oleh guru di
sekolahnya
Pemberian penghargaan kepada guru akan
memberikan dampak yang signifikan yaitu penerima
21

penghargaan akan merasakan bahwasannya tugas


pekerjaan yang telah ia laksanakan dihargai oleh atasannya
sehingga untuk kedepannya nanti ia akan lebih termotivasi
dan lebih giat dalam menjalankan tugas yang diberikan
kepadanya. Selain itu kegiatan menghargai yang dilakukan
oleh seorang kepala madrasah kepada gurunya juga akan
menandakan pentingnya kebersamaan dalam sebuah
organisasi lembaga pendidikan karena setiap anggota
organisasi itu memiliki tugas dan peran yang berbeda beda,
akan tetapi dengan pemberian penghargaan tersebut maka
para anggota dalam kelompok tersebut akan lebih
merasakan adanya sistem kekeluargaan yang terjalin dalam
lembaga pendidikan tersebut.
4) Strategi dalam memberi dan menerima saran
Pada umumnya seorang pemimpin sangat jarang
mau mengindahkan dan mendengarkan saran-saran yang
diberikan oleh anggota dibawahnya, hal ini dikarenakan
kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin tersebut belum
sepenuhnya optimal.
Menerima saran dalam suatu lembaga organisasi
adalah sebuah keharusan karna tidak semua saran yang
diberikan oleh bawahan itu tidak bersifat konstruktif. Oleh
karena itu ketika seorang kepala madrasah menerima
sebuah saran baik dari para guru dan orang tua siswa maka
ia tidak boleh dengan spontan memberikan reaksi terhadap
saran yang telah disampaikan, akan tetapi ia berusaha
untuk melakukan analisa terhadap saran yang diberikan itu
apakah memiliki sumbangsih dalam kemajuan program
sekolah atau malah menimbulkan permasalahan yang harus
dihadapi untuk kedepannya nanti.
22

5) Strategi dalam menjaga wibawanya sebagai seorang


pemimpin
Pemimpin yang memiliki sisi kewibawaan adalah
pemimpin yang pandai untuk menempatkan dirinya dalam
sebuah organisasi. Ia mengerti bagaimana ia harus
bertindak dan bertingkah laku ketika berada ditengah-
tengah anggotanya. Seorang kepala madrasah harus dapat
memberikan contoh kepada guru dan siswa yang ada di
sekolah, hal ini akan memberikan identitas tersendiri dimata
guru dan murid. Oleh karena itu seorang kepala madrasah
tidak boleh menjatuhkan wibawanya dengan bertingkah laku
yang tidak baik, karena itu semua akan berakibat pada
bagaimana dirinya dihargai oleh para pegawai yang berada
dibawah pimpinannya.
Menurut Willower dan Kmetz (2007), indikator kepala
sekolah efektif berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya.
Dimana dalam hal ini mengambil dari keberhasilan sekolah-
sekolah yang unggul, Ia mengemukakan beberapa indikator
kepala sekolah yang efisien yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki visi dan misi yang tinggi dalam menentukan
masa depan sekolah yang dipimpin dan berusaha untuk
selalu memberikan dorongan kepada semua warga di
sekolah dan secara bersama-sama berusaha untuk
mewujudkannya.
2. Menjunjung tinggi rasa optimis bahwa peserta didiknya
adalah siswa yang berprestasi dan dapat mengharumkan
nama baik sekolah. Sehingga setelah siswa tersebut lulus
dari sekolah tersebut maka dengan mudah ia dapat
diterima di perguruan tinggi yang diinginkannya.
3. Selalu berinovasi dalam membuat program-program baru
23

dan berusaha semampunya untuk mengadakan


kunjungan-kunjungan yang ditujukan kepada guru dalam
berbagai aktifitas dan pada saat kegiatan belajar
mengajar didalam kelas serta diharapkan dapat
memberikan umpan balik yang bernilai positif dan
cenderung kepada konstruksi pemikiran dalam rangka
menemukan penyelesaian atas masalah-masalah yang
dihadapi guru pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung dan melakukan perbaikan dari kegiatan
pembelajaran yang dirasa kurang maksimal dalam hasil
akhirnya (problem solving).
4. Memotivasi guru dan siswa untuk selalu memanfaatkan
waktu yang ada digunakan sebaik dan seefesien mungkin
dalam setiap kegiatan di sekolah.
5. Menggunakan semua sarana yang ada di sekolah
sebagai sumber belajar dan meminta kepada semua guru
dan siwa untuk ikut serta dalam menggunakan sarana
yang ada secara kreatif dan inovatif.
6. Memonitoring kemampuan yang dimiliki oleh peserta
didiknya baik dilakukan secara individu ataupun secara
berkelompok, dan selalu mencari informasi terbaru yang
berhubungan dengan perencanaan dalam kemajuan
lembaga sekolah.
7. Mengadakan evaluasi yang dilakukan bersama guru
untuk melihat kekurangan dari program-program sekolah
dan pencapaian yang telah diraih oleh sekolah.29
Kepala madrasah merupakan jabatan yang menuntut
keprofesionalan dalam mengemban dan menjalankan tugas
tersebut. Profesional yang dimaksud dalam hal ini bagimana

29
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,
2015) hal. 19
24

jabatan yang diamanahkan kepadanya harus dilaksanakan


dengan keahlian yang dimiliki dan mengefesienkan waktu yang
ada sehingga selalu ada program-program baru yang
bermunculan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja.30
Salah satu tugas dari kepala madrasah ialah sebagai supervisor.
Kepala madrasah memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan
mengevaluasi sebagai bentuk usaha dalam memperbaiki mutu
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam hal ini yang
dimaksud supervisi adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan
dalam mengoptimalkan kemampuan guru dan meningkatkan
proses pengelolaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
Kepala madrasah adalah seseorang yang mempunyai
pengaruh yang sangat tinggi dalam menciptakan seorang guru
yang memiliki tingkat profesional yang berkualitas, karena
seorang guru yang profesional tidak terlahir begitu saja, akan
tetapi membutuhkan seorang figur pemimpin profesional yang
juga menjadi penggerak bagi guru didalam suatu lembaga
pendidikan. Tugas seorang kepala madrasah yang juga bertindak
sebagai seorang supervisor diharapkan agar memiliki tekad
dalam membantu dan melibatkan guru untuk menciptakan kondisi
pembelajaran didalam kelas yang efektif dengan tujuan untuk
mendongkrak mutu dan kualitas sekolah.
Tugas kepala madrasah sebagai supervisor harus memiliki
kemampuan dalam memadukan informasi yang telah didapatkan
sebagai sarana untuk menyusun strategi maupun langkah-
langkah jitu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan. Selain itu kepala madrasah haruslah memahami
komponen dan sistem kerja baik tugas dan fungsi pokok dirinya
sebagai pemimpin di sekolah maupun tugas dan fungsi pokok

30
Ibid, hal. 23
25

guru-guru yang berada dibawah komandonya, sehingga program-


program yang akan dicapai sudah memiliki pedoman dan
penanggung masing-masing sesuai dengan tugas dan fungsi
pokok tersebut sehingga proses pengaplikasian kompetensi
profesional dapat berjalan dengan baik .31
Pelaksanaan kegiatan supervisi kepala madrasah yang
ditujukan kepada guru sangat diperlukan, karena dengan adanya
serangkaian kegiatan pengawasan dan evaluasi yang dilakukan
oleh kepala madrasah dapat membantu guru dalam
meningkatkan kompetensi profesional seorang guru sehingga
apabila guru sudah terampil dalam bidangnya maka akan memiliki
dampak positif pada perubahan dan peningkatan hasil belajar
siswa. Para ahli dan ilmuwan pendidikan banyak yang
berpendapat bahwasannya seseorang yang memiliki keahlian
dalam bidang pekerjaannya atau seseorang yang berkompeten
maka sudah pasti setiap pekerjaan yang dilakukannya akan
dikerjakan secara sungguh-sungguh dan dengan rasa tanggung
jawab karena jiwa profesional sudah tertanam dalam jiwanya.
Sedangkan seseorang yang tidak memiliki keahlian dibidangnya
maka ia akan mengerjakan pekerjaannya secara asal-asalan
tanpa mempertimbangkan kualitas hasil dari pekerjaannya
tersebut sehingga apabila hal ini diabaikan maka bukan tidak
mungkin akan terjadinya kemerosotan mutu dan kualitas dari
sebuah lembaga pendidikan.32
Pelaksanaan supervisi yang baik adalah supervisi yang
memiliki dampak perubahan kearah yang positif, hal ini dapat
dilihat dari perubahan ataupun peningkatan kompetensi yang
dimiliki seorang guru yang meliputi peningkatan kompetensi
pedagogik, peningkatan pada kompetensi kepribadian yang
31
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar, (Bandung :
Alfabeta, 2012), hal. 36
32
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah,(Jakarta : Grafindo, 2013), hal. 79
26

dimiliki guru, peningkatan kompetensi pada hubungan sosial


antara guru yang bersangkutan dengan orang lain baik hubungan
dengan atasan maupun dengan peserta didik, dan peningkatan
kompetensi guru pada bidang keprofesionalannya. Sikap
profesional yang dimiliki seorang guru merupakan hal yang
sangat berpengaruh dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang pendidik, karena dengan sikap
profesional maka pelaksanaan kegiatan pembelajaran akan
menghasilkan dampak pada peserta didik, terutama dalam
peningkatan pada perilaku siswa atau pada ranah afektif maupun
pada ranah kognitif peserta didik. Penanaman sikap profesional
ini akan terbentuk pada diri seorang guru apabila berada
dilingkungan yang dipimpin oleh seorang yang profesional dalam
pengelolaan lembaga pendidikan, profesional dalam
memanajerial guru dan siswa sehingga pembinaan dan motivasi
yang diberikan oleh seorang atasan akan membantu terwujudnya
seorang guru yang memiliki sikap profesional yang tinggi dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.33
Lucio dan Meneil berpendapat bahwa kegiatan supervisi
oleh kepala madrasah adalah usaha pimpinan untuk melakukan
perbaikan dan pemberian bantuan kepada guru baik berupa
saran maupun dukungan dalam kegiatan pembelajaran yang
dalam proses supervisi sangat diperlukan strategi-strategi
maupun langkah-langkah jitu dalam pelaksanaannya. Adapun
beberapa manfaat dilaksanakannya supervisi adalah sebagai
berikut :
a. Tugas perencanaan
Supervisi sebagai tugas perencanaan berfungsi untuk
membuat dan memutuskan kebijakan-kebijakan kepala

33
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung :
Alfabeta, 2019).hal. 120
27

madrasah maupun komite serta menjalankan program-


program yang telah direncanakan bersama dalam
peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Perencanaan
kebijakan dan program sekolah harus mengacu kepada
ranah profesional guru, dimana saat ini tugas guru sangat
berat dikarenakan tuntutan zaman modern yang kita hadapi
saat ini, dimana tujuan dari kegiatan pembelajaran di
sekolah lebih berprioritas pada perubahan perilaku dan
peningkatan kognitif peserta didik.
b. Tugas administrasi
Supervisi sebagai tugas administrasi dapat diartikan
bahwa dengan melaksanakan supervisi dapat dijadikan
sebagai media atau alat untuk berkoordinasi dalam
menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan
pembelajaran oleh guru baik dari segi penggunaan metode
pembelajaran, strategi yang digunakan, sampai dengan
perlengkapan administratif guru sebagai pendukung utama
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Setelah
ditemukannya kelemahan dan kekurang tersebut, maka
kepala madrasah sebagai supervisor atau pengawas
berkoordinasi dengan guru untuk bersama-sama dalam
mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi tersebut, sehingga akan terlihat dampak dari
pelaksanaan kegiatan supervisi tersebut.
c. Tugas partisipasi
Dalam hal ini peran supervisor adalah sebagai
pembimbing dan pembina guru dalam merumuskan tujuan-
tujuan pembelajaran, membuat pedoman pelaksanaan
pembelajaran, dan pelaksanaan kegiatan evaluasi akhir
sebagai tahapan final dari proses kegiatan belajar mengajar.
d. Tugas demonstrasi
28

Peran supervisi dalam tugas demonstrasi adalah


setelah guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
diawasi oleh kepala madrasah dan hasil supervisi sudah
dianalisis, maka seorang supervisor bisa memberikan
contoh ataupun memberikan praktik mengajar yang efektif
dan efisien. Sehingga guru yang bersangkutan dapat
menyimak, memahami dan membandingkan apa yang
didemonstrasikan oleh supervisor dengan yang telah
dilakukan sebelumnya.
e. Tugas penelitian.
Supervisi sebagai tugas penelitian adalah dengan
melalui supervisi maka seseorang dapat melakukan
penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
supervisi tersebut. Misalnya dengan melalui supervisi,
seseorang dapat meneliti bagaimana seorang kepala
madrasah melakukan kegiatan pengawasan, teknik-teknik
yang digunakan dalam pelaksanaan pengawasan, dan cara
seorang supervisor dalam menganalisa hasil dari kegiatan
supervisi.34
Mulyasa dalam bukunya menjelaskan ada tiga tujuan supervisi
antara lain untuk pengembangan profesional, pengawasan
kualitas dan penumbuhan motivasi :
a. Pengembangan Kemampuan Profesional
Salah satu tujuan dari pelaksanaan supervisi guru adalah
terbentuknya guru yang memiliki kualitas profesional yang
tinggi. Kemampuan profesional dalam hal ini adalah guru
mempunyai keahlian dalam menganalisa dan mengerti akan
kemampuan akademisnya, mengerti dan menetralisir kondisi
didalam kelas, pengembangan kemampuan dalam

34
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara,
2013), hal. 100
29

memberikan pelajaran dan pengajaran, serta mampu


mengaplikasikan bermacam-macam strategi dan teknik-teknik
dalam pembelajaran..
b. Pengawasan dalam Pembentukan Kualitas Guru
Supervisi dilakukan salah satunya adalah sebagai
pengawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran disuatu
lembaga sekolah. Kegiatan pengawasan ini dapat dilakukan
kepala madrasah dengan secara langsung melakukan kegiatan
kunjungan ke kelas yang ingin diawasi. Kegiatan pengawasan
dapat juga dilakukan dengan melakukan kegiatan tanya jawab
dengan guru yang bersangkutan, mencari informasi melalui
reka-rekan guru lainnya maupun berinteraksi dengan peserta
didik secara langsung untuk mendapatkan informasi tentang
keadaan guru ketika mengajar.
c. Pemberian Motivasi Terhadap Guru
Salah satu tujuan dilaksanakan kegiatan supervisi adalah
sebagai bahan untuk memberikan dorongan-dorongan positif
baik yang bersifat internal maupun eksternal kepada diri
seorang guru sehingga diharapkan dengan adanya dorongan
dari orang lain akan memberikan dampak yang positif terhadap
keinginan dan kemampuan guru dalam mengembangkan
kompetensi diri. Pemberian motivasi juga bertindak sebagai
sarana dalam memberikan perhatian yang dilakukan antara
seorang pemimpin dalam lembaga pendidikan dengan para
guru sebagai bawahannya.35
Dari beragam penjelasan-penjelasan yang menyangkut urgensi
dan tujuan dilaksanakannya supervisi, maka dapat disimpulkan
bahwasannya supervisi memegang peranan penting dalam menata
dan memanajerial suatu lembaga sekolah yang inti dari tujuan

35
Ali Mudlofir, Pendidikan Profesional; Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hal. 42
30

pelaksanaannya adalah sebagai bahan perbaikan dan peningkatan


kualitas pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran sehingga menghasilkan peserta didik yang
memiliki mutu lulusan yang baik adalah dengan memperbaiki
kinerja dan pemantapan kompetensi yang dimiliki oleh guru
disekolah tersebut.
Menurut Amatembun, hal-hal yang harus diperhatikan seorang
supervisor dalam merumuskan dan menentukan tujuan dari
pelaksanaan supervisi adalah dengan memperhatikan dan
menyadari sepenuhnya bahwa dengan melakukan supervisi akan
membantu seorang guru untuk meningkatkan kinerja guru didalam
memberikan pengajaran dan pembinaan sebagai tugas dan fungsi
utama dari seorang guru.36 Kualitas profesional diri seorang guru
didalam suatu lembaga pendidikan dapat dilihat pula dengan
prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik, sehingga sudah
tentu kegiatan pembelajaran guru yang berkualitas akan
menghasilkan peserta didik yang berkualitas pula.37
Pelaksanaan program supervisi akan berjalan dengan efektif
dan efisien apabila seorang supervisor mengikuti prosedur-
prosedur dan mempersiapkan perencanaan yang matang.
Persiapan yang dilakukan secara matang akan memberikan umpan
balik dalam menemukan poin-poin terpenting dalam membantu
guru untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pembelajaran
sehingga hasil yang didapat akan sesuai dengan apa yang
diinginkan. Sehingga hasil kegiatan tersebut dapat dianalis dengan
teknik yang telah dipersiapkan secara matang. Setelah dianalisa
permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru, maka supervisor
memiliki kewajiban untuk memberikan bimbingan dan

36
Rizkiana Nurutami, Kompetensi Profesional Guru sebagai Determinan terhadap Minat
Belajar Siswa, 2016, Universitas Pendidikan Indonesia
37
Luk-luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan Modern, (Jakarta : Pustaka Setia, 2009) hal.
18
31

pendampingan dalam memberikan problem solving atau


pemecahan dari masalah tersebut. Sehingga hasil dari kegiatan
supervisi ini akan memiliki kesan dan dampak dalam kemajuan
pembelajaran.38
Tujuan dalam pelaksanaan supervisi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu tujuan supervisi secara umum dan tujuan supervisi secara
khusus :
a. Tujuan supervisi secara umum
Tujuan supervisi secara umum ialah sebagai sarana dalam
menumbuh kembangkan kondisi dan situasi pembelajaran
didalam kelas yang efektif dan efisien. Selain itu pelaksanaan
supervisi diharapkan mampu memberikan bimbingan pembinaan
guru dalam memperbaiki kinerja yang tidak maksimal, sehingga
profesi seorang guru harus betul-betul dibarengi dengan
kemampuan yang mumpuni sesuai dengan profesi dibidangnya.
Langkah tersebut adalah usaha seorang pemimpin dalam
mengatur dan menentukan tujuan utama pendidikan, yaitu untuk
membantu peserta didik dalam membentuk karakter dan
menyalurkan potensi yang dimilikinya.
b. Tujuan supervisi secara khusus
M. Rifai menjelaskan bahwa terdapat beberapa tujuan
khusus dari pelaksanaan supervisi yaitu sebagai berikut :
1) Sebagai sarana dalam memberikan bantuan kepada guru
supaya lebih memahami tugas pokok dan fungsi seorang
guru dan memberikan pemahaman guru dalam menjalankan
tujuan dari pelaksanaan pendidikan di sekolah dan untuk
mencapai program pembelajaran yang telah ditentukan
secara maksimal.

38
Yunus Namsa, Profesi Kependidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009). Hal. 89
32

2) Memberikan pemahaman kepada pendidik bahwa kebutuhan


tiap-tiap peserta didik itu berbeda. Dalam pembelajaran di
sekolah sudah pasti akan ditemukannya siswa yang
mengalami kendala dan masalah didalam memahami
pelajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu guru
diharapkan dapat membantu siswa yang bermasalah
tersebut sehingga siswa lebih merasa diperhatikan dan
merasa didukung oleh guru di sekolah.
3) Sebagai sarana dan alat untuk menjalankan tugas
kepemimpinan seorang kepala sekolah secara prosedural
sehingga pelaksanaan kepemimpinan yang berjalan sesuai
dengan prosedur akan mendongkrak pada peningkatan
keprofesionalan dalam mencapai program-program kegiatan
dalam meningkatkan mutu sekolah yang dilakukan dengan
bekerjasama antara kepala sekolah, guru, staf dan peserta
didik.
4) Alat untuk melihat kelebihan dan kekurangan masing-
masing guru serta melihat karakteristik kemampuan guru
dalam menjalankan profesinya dan dan bagaimana
melakukan tanggung jawabnya sebagai pendidik sesuai
dengan kompetensi yang dimilikinya.
5) Alat bantu guru dalam meningkatkan performance dirinya
saat mengajar didalam kelas. Penampilan guru saat
mengajar sangat menentukan pemahaman yang dapat
ditangkap oleh siswa, apakah guru ketika mengajar dengan
menggunakan penampilan metode yang monoton atau
dengan penampilan mengajar yang interaktif.
6) Membantu guru dalam mengenal dan menyesuaikan dirinya
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai
seorang guru sehingga tugas yang diembannya akan
memiliki hasil yang maksimal.
33

7) Sebagai solusi dalam memecahkan masalah terhadap


kesulitan belajar siswa, sehingga apabila kesulitan-kesulitan
tersebut sudah teridentifikasi maka dapat dengan mudah
ditemukan cara untuk memperbaiki dan penyelesaiannya.
8) Menghindari pelaksanaan pembelajaran guru yang diluar
batas prosedural sehingga diantisipasi tidak akan terjadinya
tuntutan baik dari dalam lingkungan internal sekolah maupun
dari lingkungan masyarakat.39

Kepala madrasah adalah sebagai penggerak dan yang


berperan untuk memimpin suatu lembaga dan membawa
lembaga tersebut berprestasi dengan cara menerapkan sistem
keterbukaan antara dirinya dengan guru maupun pegawai yang
lain, menumbuhkan sisi kreatifitas dan kebebasan dalam
memberikan pendapat serta memiliki semangat dalam memimpin.
Tentunya dengan hal ini akan menciptakan iklim sekolah yang
kondusif dan dapat memberikan dampak psikologis bagi guru dan
murid di sekolah tersebut.40
Supervisi merupakan hal pokok terpenting dalam ruang
lingkup pelaksanaan program pendidikan dalam menciptakan dan
melaksanakan keefektifan program yang dirancang serta
menghasilkan produk pendidikan yang berkualitas. Ada dua
landasan terpenting mengapa supervisi itu penting untuk
dijalankan dan dilakukan, dua hal tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Perkembangan kurikulum adalah sebagai indikator dalam
melihat kemajuan didalam ruang lingkup pendidikan.
Kurikulum harus selalu menyesuaikan dengan apa yang

39
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara,
2013), hal. 116
40
Soewadji Lzaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta : Kanisius,
2014), hal. 20
34

dibutuhkan oleh siswa dengan melihat kepada


perkembangan teknologi dan informasi di era modern saat
ini. Dengan adanya penyesuaian antara kurikulum dengan
kebutuhan siswa, maka sudah barang tentu seorang guru
juga harus meningkatkan kemampuan dirinya dalam
mengimbangi kemajuan tersebut. Guru saat ini lebih dituntut
memiliki jiwa kreatifitas yang tinggi agar kurikulum yang telah
dirancang dapat berjalan dengan baik. Dalam proses
perjalanan mengembangkan kompetensi profesionalnya,
tentu banyak ditemukannya kendala baik berupa langkah-
langkah yang kurang tepat maupun faktor internal dari guru
yang bersangkutan.
2. Pengembangan diri seseorang harus dilakukan secara terus
menerus baik itu seorang guru, karyawan, pegawai dan lain
lain. Pengembangan diri bagi seorang guru dapat dilakukan
dengan mengikuti dua cara, yaitu pengembangan diri secara
formal dan pengembangan diri secara non formal.
Pengembangan diri secara formal ditempuh dengan
diselenggarakannya kegiatan peningkatan diri yang dibuat
oleh lembaga-lembaga pendidikan baik berupa pelatihan
atau penataran, projek pembelajaran, karya tulis , dan
sebagainya. Sedangkan pengembangan diri secara non
formal dapat ditempuh dengan melakukan pembelajaran
antar sesama guru, melakukan penelitian baik secara
individu maupun berkelompok, pendalaman dengan melalui
sumber-sumber yang relevan dan melalui kegiatan mandiri
lainnya.41
Menurut Briggs, fungsi dari supervisi tidak hanya pada
peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar saja, akan tetapi
lebih kepada pemberian stimulus kepada guru dalam menumbuh

41
Mukhtar Iskandar,Manajemen Sekolah, (Semarang : Tiga Serangkai, 2009), hal. 46
35

kembangkan kompetensi profesional guru. Didalam bukunya


Briggs menjelaskan setidaknya ada delapan fungsi dari
pentingnya pelaksanaan supervisi :
a. Sebagai alat dalam berkoordinasi yang dilakukan antara atasan
dan bawahan, yang dalam ini interaksi antara kepala sekolah
dan guru sangat diperlukan dalam mencapai tujuan sekolah.
b. Supervisi merupakan salah satu kompensi yang harus dimiliki
dan dijalankan oleh seorang kepala sekolah. Apabila salah
satu syarat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala
sekolah tidak dijalankan maka kepala sekolah tersebut dapat
dikatakan tidak profesional dalam menjalankan tugas dan
profesi yang dijalankannya.
c. Supervisi sebagai alat penambah pengetahua dan wawasan
guru dalam bidang pendidikan. Karena supervisor bukan hanya
berkewajiban untuk melakukan kegiatan pengawasan saja,
akan tetapi juga melakukan bimbingan dan pembinaan kepada
guru.
d. Memberikan stimulus/rangsangan guru dalam menciptakan
pembelajaran yang menerapkan kreatifitas dalam
pelaksanaannya.
e. Fasilitas dalam melakukan penilaian mutu guru yang dilakukan
secara bertahap dan berkelanjutan. Dengan demikian
pelaksanaan dari supervisi tidak boleh dilakukan sesekali saja,
akan tetapi juga menunjukkan keberlangsungan pelaksanaan
supervisi yang akan dilakukan selanjutnya.
f. Menganalisa kondisi dari situasi pembelajaran yang efektif
didalam kelas.
g.Sebagai sarana seorang atasan dalam pemberian pengetahuan
kepada bawahannya dalam memanajerial diri dalam
mempersiapkan kebutuhan dari peserta didik sehingga hal ini
akan menumbuhkan kreatifitas seorang guru dalam
36

menciptakan beragam teknik dan metode pembelajaran yang


bervariasi.
h.Pemberian bantuan kepada guru dalam menganalisa tujuan dari
pembelajaran dan peningkatan mutu dan kualitas guru.42
Dari uraian tentang supervisi diatas, maka jelaslah bahwa
supervisi sangat efektif dalam melakukan penelitian, mengoreksi
dan melakukan perbaikan dalam menciptakan situasi belajar yang
kondusif. Keadaan iklim belajar yang terkendali didalam kelas
akan menciptakan suasana nyaman dalam diri peserta didik
sehingga hal ini menyebabkan mudahnya siswa dalam
memahami apa yang diajarkan oleh gurunya dan dengan
demikian tujuan dari pembelajaran akan mudah tercapai dengan
perencanaan yang sudah ditentukan.
Dalam melakukan kegiatan pengawasan, tentunya sudah
diketahui hal ini akan menimbulkan permasalahan-permasalahan
yang harus dihadapi. Permasalahan yang sering terjadi adalah
seorang supervisor dalam melakukan kegiatan pengawasan
terhadap guru menampilkan sikap dan pemikiran yang otoriter
dan sangat korektif. Padahal seorang supervisor seharusnya juga
membangun dirinya untuk mengubah cara pikirnya sebagai
seorang yang kontruktif, kontruktif ini diartikan sebagai pola pikir
dalam membangun kepribadian orang lain dengan cara-cara yang
baik misalnya memberikan pemahaman dan dukungan kepada
orang yang dituju. Oleh karena itu seorang supervisor dalam
melaksanakan tugasnya harus berpegang pada landasan-
landasan dan prinsip-pronsip pelaksanaan supervisi.43
Permasalahan selanjutnya yang sering ditemui adalah
bahwa kebanyakan guru mengasumsikan bahwa kegiatan

42
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara,
2013), hal. 116
43
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Quantum Teaching,
2017) hal. 230
37

supervisi adalah kegiatan pengawasan yang hanya digunakan


untuk mencari kesalahan-kesalahan dari diri guru saja tanpa
dibarengi dengan pembinaan profesional setelahnya. Hal inilah
yang menjadikan guru menjadi kurang berpartisipatif dan
mengikuti kegiatan supervisi dengan keterpaksaan. Oleh karena
itu perlu ditumbuhkan pola pikir yang sebenarnya kepada diri guru
bahwa dengan melakukan kegiatan supervisi dapat menemukan
solusi dari permasalahan yang sering dihadapi didalam kelas dan
melalui kegiatan supervisi juga dapat meningkatkan kinerja untuk
kedepannya.
Pelaksanaan kegiatan supervisi diharuskan mengikuti
landasan dan prinsip-prinsip dari pada supervisi tersebut.
Dibawah ini akan dijelaskan tentang beberapa prinsip supervisi
yang harus dipahami oleh seorang supervisor maupun guru yang
akan disupervisi :
a. Prinsip ilmiah
Prinsip ilmiah mengandung pengertian bahwasannya
kegiatan supervisi yang dilakukan berpedoman pada sifat
realistis. Selain itu pelaksanaan supervisi harus berdasarkan
pada realita yang ada dilapangan, yang dalam hal ini
menitikberatkan pada guru. Oleh karena itu seorang
supervisor tidak boleh melakukan supervisi terhadap apa
yang belum dipahami maupun dilakukan oleh seorang guru
sebelum adanya pemberian pengetahuan kepada guru
tersebut. Prinsip ilmiah juga dapat diartikan bahwa supervisi
haruslah berorientasi pada situasi dan kondisi yang nyata dan
betul-betul ada, sehingga kegiatan supervisi dapat dijalankan
dengan baik dan hasil yang didapatkan bersifat realistis. 44
Sahertian mengungkapkan terdapat beberapa ciri-ciri
dalam prinsip ilmiah yaitu sebagai berikut :
44
Ibid, hal. 128
38

1) Kegiatan supervisi dilakukan dengan cara yang


menjunjung tinggi nilai objektivitas, dimana hasil temuan
data-data yang diperoleh harus bersifat objektif
berdasarkan kenyataan yang ada saat terjun ke lapangan.
Dalam hal ini data yang ditampilkan diperoleh berdasarkan
kenyataan yang ada didalam pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan guru didalam kelas dan tidak boleh ada
perekayasaan dalam penilaiannya.
2) Sistematis, artinya supervisi harus dilaksanakan dengan
melalui perencanaan-perencanaan yang matang sebelum
pelaksanaannya. Kegiatan apapun jika dirancang dan
terencana akan berdampak dapa hasil yang didapatkan,
semakin bagus sebuah perencanaan maka semakin
bagus pula hasil yang didapatkannya. Selain itu
pelaksanaan supervisi diharuskan memiliki keberlanjutan
dari supervisi sebelumnya sehingga hal ini akan lebih
memaksimalkan hasil yang ingin dicapai.
3) Dalam mendapatkan dan mengumpulan data, seorang
supervisor hendaknya juga mempergunakan alat pembantu
maupun teknologi yang dirasa mampu untuk membantunya
dalam mengumpulkan data. Alat bantu tersebut dapat
berupa alat recorder/alat untuk merekam, kuesioner, atau
pun wawancara pribadi yang dilakukannya.
b. Prinsip Demokratis
Prinsip demokratis mengandung ari bahwa pelaksanaan
kegiatan supervisi diharuskan berpedoman kepada menjunjung
tinggi harkat dan martabat seorang guru, bukan dilakukan
dengan berdasar kepada hubungan antara atasan dan
bawahan lagi, akan tetapi seperti layaknya seperti hubungan
39

antara teman.45 Dari sisi lainnya prinsip demokratis ini dapat


dipahami sebagai usaha sadar seorang kepala madrasah
dalam meningkatan dan mengembangkan mutu sekolahnya
yang dilakukan secara bersama-sama melalui jalan
musyawarah dan berdasarkan asas mufakat dalam bergotong
royong untuk mewujudkan keinginan bersama dan dilakukan
sesuai kemampuan dan menurut tugas dan fungsinya masing-
masing.46
Dari penjelasan diatas mengandung makna bahwa usaha
perbaikan dan peningkatan mutu sekolah tidak boleh dilakukan
dengan keterpaksaan dari seluruh anggota yang ada di
sekolah. Dengan kata lain pelaksanaan kegiatan supervisi
dilakukan dengan cara-cara yang sehat dan demokrasi serta
mengedepankan tugas fungsional dimana setiap kepala
sekolah dan tiap-tiap guru melakukan bantuan sesuai dengan
tempat dan fungsinya.
c. Prinsip kerjasama
Prinsip kerjasama dalam pelaksanaan supervisi dapat
diartikan bahwa kegiatan pengawasan tersebut tidak akan
terjadi tanpa adanya jalinan dan hubungan kerjasama antara
supervisor dengan guru. Pada hakikatnya supervisi adalah
usaha bersama yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi diri dengan melalui saling
memberikan semangat, berbagai pengalaman, bertukar ide
atau gagasan, memberikan stimulus, sehingga hal ini akan
berdampak pada hasil yang baik yang didapatkan melalui jalan
kerja sama antara guru dan kepala sekolah.47

45
Ali Mahmud, Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. 2015. Bandung : Sinar
Baru. hal. 31
46
Soewadji, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, 2016. Yogyakarta, Kanisius. hal.
41
47
Ali Mahmud, Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. 2015. Bandung : Sinar
Baru. hal. 54
40

d. Prinsip konstruktif
Prinsip konstruktif pada pelaksanaan supervisi adalah
pengembangan pada kemampuan guru dan mendorongnya
untuk berpartisipasi aktif dalam usaha untuk mengendalikan
dan membuat suasana belajar yang nyaman bagi peserta didik.
Prinsip konstruktif ditujukan agar supervisor memberikan
pemahaman dan dukungan terhadap guru yang akan
disupervisi, yang diharapkan dari hal ini adalah guru mampu
untuk mengembangkan kemandiriannya dalam mencapai
potensi yang dimilikinya secara baik dan utuh. Prinsip
konstruktif ini akan tercapai apabila seorang kepala sekolah
memiliki kemampuan untuk memberikan contoh-contoh positif
melalui diri seorang guru sehingga yang diharapkan adalah
guru mendapatkan kepuasan dalam bekerja sesuai dengan
profesi yang dijalankannya.
e. Berpusat pada guru
Pelaksanaan kegiatan supervisi dilakukan dengan
memfokuskan kepada diri seorang guru atau pendidik, karena
sasaran pokok dari kegiatan supervisi kepala madrasah adalah
guru yang ada di sekolahnya. Melalui supervisi inilah kepala
sekolah dapat melakukan bantuan dalam membina personil
guru di sekolahnya dengan tujuan untuk mendongkrak kualitas
dari hasil belajar siswa. Seiring berjalannya waktu, kualitas
hasil belajar siswa yang baik akan memberikan dampak pada
kenaikan prestasi seorang siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga sekolah setiap tahunnya dapat
menghasilkan output berupa lulusan yang memiliki mutu
terbaik.48

48
Ibid. hal. 78
41

f. Berdasarkan kebutuhan guru


Pada prinsip ini, supervisi sangat ditekankan pada
kebutuhan akademis seorang guru. Kebutuhan guru adalah
keperluan yang harus dipenuhi dalam membantu guru
melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara baik dan
maksimal. Misalkan dalam hal ini guru mengajar tanpa dengan
menggunakan sebuah media atau sumber belajar, maka
seorang kepala sekolah memberikan bimbingan bagimana cara
mempersiapkan dan mempergunakan media atau sumber
belajar sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara
efektif.49
g. Umpan balik dalam pembelajaran
Ketika seorang supervisor akan memberikan umpan balik
atau saran dan bimbingan kepada guru yang bersangkutan
setelah dilaksanakannya kegiatan supervisi maka disampaikan
dengan sesegera mungkin. Apabila pemberian umpan balik
yang dilakukan seorang supervisor dilakukan sangat lama,
maka proses dari penanganan kegiatan supervisi dirasa tidak
penting.
Arikunto mengatakan bahwasannya pemberian umpan balik
dapat dilakukan dengan cara seorang supervisor meminta
kepada guru yang bersangkutan untuk memberikan pertanyaan
ataupun pendapatnya mengenai supervisi yang telah
dilakukan, sehingga disini akan terlihat adanya suatu relasi
yang terjadi antara pelaku supervisi dan guru yang bertindak
sebagai objek yang disupervisi.50
h. Profesional
Kata profesional menunjukkan arti bahwasannya fungsi

49
Soewadji, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, 2016. Yogyakarta, Kanisius.
hal.48
50
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Praktik. 2017. Jakarta : Bina Aksara. hal. 56
42

utama guru dalam pembelajaran adalah dengan melakukan


kegiatan mengajar yang profesional. Maka dalam hal ini tujuan
utama supervisi adalah dengan mengarahkan pada
kompetensi profesional seorang guru. Apa yang diupayakan
guru profesional dalam mengajar akan menciptakan sesuatu
yang dinilai sangat menarik bagi dirinya dan peserta didiknya,
maka dari itu perlu diupayakannya setelah guru disupervisi
akan memberikan dampak pada kinerja dan profesional guru.

Dari penjabaran tujuan dan prinsip-prinsip supervisi diatas,


maka seorang kepala madrasah yang bertindak sebagai seorang
supervisor berperan penting dalam hal penyesuaian dirinya
dengan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam
mengkoordinir dan mengatur guru di sekolahnya. Oleh karena hal
itu merupakan tanggung jawabnya, maka proses dalam
membantu guru untuk memperoleh kemampuan profesional
adalah dengan cara menanamkan sikap kreatif terhadap guru
bukan malah menjadikan diri memiliki sikap korektif saja.

2. Kompetensi Profesional Guru

Istilah kompetensi berasal dari bahasa inggris yaitu,


competence yang berarti sebagai keahlian.51 Kompetensi
Profesional berasal dari dua kata yaitu “kompetensi”, dan
“profesional”. Istilah kompetensi memiliki beberapa arti yaitu
sebagai kemampuan, pengetahuan sikap yang dapat diwujudkan
dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan
lingkungannya, keterampilan, pengalaman, dan atribut yang
diperlukan untuk melaksanakan fungsi serta didefinisikan secara

51
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2017), hal. 97
43

efektif.52

Istilah profesional merupakan awal dari kata profesi. Profesi


sendiri dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang menuntut
keahlian dari si pelaku pekerjaan tersebut. Arifin berpendapat
bahwas profesional berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan
kemampuan yang ahli dalam pengerjaannya yang diperoleh
dengan melalui kegiatan pelatihan yang tertentu dan melewati
jenjang pendidikan tertentu.53 Istilah profesional juga dapat
diartikan sebagai ideologi, cukup mahir, kualitas dan standar atau
dapat juga diartikan sebagai usaha seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yaitu dengan mencari pekerjaan demi untuk
mendapatkan upah dari apa yang telah dikerjakannya.54

Kunandar menjelaskan didalam bukunya yang ia beri judul


Guru yang Profesional dalam Mengimplementasikan Kurikulum,
disebutkan bahwasannya profesional berasal dari akar kata yaitu
profesi yang memiliki arti satu pekerjaan yang membutuhkan
ketekunan dan ketelitian dari pelakunya. Kata profesi juga
memiliki arti bahwa jabatan tertentu memiliki syarat yang harus
dipenuhi misalnya dari segi faktor kemampuan penguasaan
pengetahuan, keterampilan tertentu yang mendukung bidang
tersebut, dan jenjang pendidikan yang relevan dengan bidang
tersebut. Jadi profesional disini adalah keahlian dan ketelitian
seseorang dalam melakukan pekerjaan tertentu.55

Dari sumber yang lain, Yunus Namsa berpendapat

52
Rizkiana Nurutami, Kompetensi Profesional Guru sebagai Determinan terhadap Minat
Belajar Siswa, 2016, Universitas Pendidikan Indonesia
53
Ali Mudlofir, Pendidikan Profesional; Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hal. 34
54
Rizkiana Nurutami, Kompetensi Profesional Guru sebagai Determinan terhadap Minat
Belajar Siswa, 2016, Universitas Pendidikan Indonesia
55
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Quantum Teaching,
2017) hal. 25
44

bahwasannya sebuah profesi hendaklah dilakukan dengan


keuletan dalam menjalankan tugasnya, karena suatu profesi
pekerjaan menuntut untuk dilakukan dengan menggunakan cara
dan prosedural yang bersifat ilmiah. Selain itu seorang yang
melakukan pekerjaan dituntut untuk memiliki nilai dedikasi yang
tinggi dalam menjalankan pekerjaan tersebut. Seseorang dapat
dikatakan sebagai seorang profesional apabila pekerjaan yang
dilakukannya berpusat pada keahlian yang khusus. Makna yang
terkandung didalam pekerjaan yang profesional memiliki
prosedur-prosedur ataupun membutuhkan standar operasional
dalam pelaksanaannya yang berdasarkan pada kemampuan
intelektual seseorang sehingga dapat memberikan suatu
56
pelayanan yang didasari oleh keahlian.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan
bahwasannya profesi ialah satu pekerjaan yang menuntut
keahlian dalam pengaplikasiannya, memiliki kemampuan
intelektual, memiliki tanggung jawab dan sikap percaya diri, dan
suatu keterampilan khusus yang diperoleh melalui pendidikan
akademik. Dengan hal itulah, suatu profesi guru memerlukan guru
yang ahli dalam memanajemen siswanya sehingga dapat
menjalankan pendidikan melalui mengajar dan mendidik yang
didasari oleh ketekunan.
Ali Mudlofir berpendapat bahwa pekerjaan yang profesional
membutuhkan bidang ilmu yang mendukung pelaksanaan
pekerjaan tersebut. Dimana bidang ilmu tersebut perlu dipelajari
dan diimplementasikan kedalam bidang pekerjaan tersebut
sehingga manfaat dari suatu profesi tersebut dapat dirasakan
oleh orang banyak atau menyangkut pada kepentingan
masyarakat pada umumnya. Adapun contoh dari pekerjaan yang

56
Yunus Namsa, Profesi Kependidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009). Hal. 89
45

menuntut keprofesionalan dalam pengerjaannya yaitu dokter,


pilot, guru, pengacara, hakim, polisi dan lain sebagainya.57
Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang
dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh
pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka
pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan yang maksimal.
Seseorang yang professional menjalankan pekerjaannya
sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki
kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya.
Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan
profesionalisme dan bukan secara amatiran. Profesionalisme
bertentangan dengan amatirisme. Seorang professional akan
terus-menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar,
melalui pendidikan dan pelatihan. 58
Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri
adalah, suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu
diperlukan dalam pekerjaan tertentu yangmana keahlian itu hanya
diperoleh melalui pendidikan khusus latihan khusus.
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan
seseorang yang menjadi mata pencaharian.59 Sementara itu, guru

57
Ali Mudlofir, Pendidikan Profesional; Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hal. 75
58
Yunus Namsa, Profesi Kependidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009). Hal. 75
59
Rizkiana Nurutami, Kompetensi Profesional Guru sebagai Determinan terhadap Minat
Belajar Siswa, 2016, Universitas Pendidikan Indonesia
46

yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang


dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran. Dengan kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah
orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidangnya.
Muhammad Usman dalam bukunya menyatakan bahwa
guru adalah seseorang yang melakukan pekerjaan mendidik.
Maka secara umum dapat diartikan bahwa guru adalah
seseorang yang memberikan pengajaran dan pendidikan kepada
peserta didik baik dari segi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotorik. Maka dapat dikatakan bahwa guru profesional
adalah seperangkat fungsi-fungsi dan tugas di lapangan dalam
ruang lingkup pendidikan dan dituntut memiliki keahlian khusus
serta mampu untuk mengembangkan keahlian yang dimiliki.
Menurut Rostiyah, seorang guru apabila dikatakan sebagai
seorang profesional adalah apabila guru tersebut memiliki tingkat
penguasaan ilmu yang tinggi dibidangnya, memiliki jiwa yang
terampil dan memiliki sikap yang mampu untuk dicontoh dan
memberikan contoh yang baik kepada anak didiknya serta selalu
berusaha untuk mengembangkan profesi yang dijalaninya,
memegang teguh kode etik profesinya, dan melakukan kegiatan-
kegiatan pengembangan dalam hal kependidikan.60
Guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi-
kompetensi mendasar yang harus dimiliki dan dikuasai oleh
seorang guru. Menurut Mulyas ada empat kompetensi yang harus
dikuasai guru dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga yang
60
Rostiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Bina Aksara : Jakarta, 1982), hal. 181
47

profesional, empat kompetensi itu adalah sebagai berikut :


tentunya harus memiliki kompetensi profesional. Dalam buku
yang ditulis oleh E. Mulyasa, Kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut :
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi guru yang
berhubungan dengan tingkat kemampuan intelektualnya dalam
mempelajari dan menganalisa langkah-langkah dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar yang baik dan tepat.
Guru dalam hal ini dituntut agar memiliki kemampuan dalam
pengelolaan sumber belajar yang membantunya dalam
menyampaikan pelajaran. Oleh karena itu guru diharuskan
memiliki strategi pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang jitu
sehingga proses berjalannya pemberian pengetahuan kepada
peserta didik tidak dihadapkan dengan suatu permasalahan
yang besar dan rumit.
Penguasaan kompetensi pedagogik ini sesuai dengan
undang-undang pendidikan di Indonesia pada pasal ke-28 ayat
ke-3, yang mana didalam undang undang tersebut dijelaskan
bahwasannya guru harus memiliki kemampuan pedagogik,
yang mana kemampuan ini berhubungan dengan bagaimana
cara seorang pendidik memahami karakteristik peserta
didiknya yang berbeda-beda karakter dan dalam memahami
pelajaran, kemampuan seorang guru dalam membuat
perencanaan pembelajaran dan administrasi kependidikan
lainnya, Kemampuan dalam mengevaluasi kegiatan belajar
siswa, dan memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam
menyalurkan bakat dan potensi yang dimiliki dari masing-
masing siswa. Ada beberapa indikator yang dapat menjadi
acuan untuk melihat guru memiliki kompetensi pedagogik,
indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut :
48

a) Guru melakukan pemahaman terhadap karakteristik


peserta didik dengan menggunakan langkah-langkah
yang bersifat baik secara ilmu kognitif peserta didik, Ilmu
kepribadian dan bimbingan konseling, dan melakukan
dengan melakukan pengidentifikasian masing-masing
dari peserta didiknya.
b) Dapat membuat rancangan kegiatan belajar mengajar
yang terdiri dari bagaimana pemahaman guru terhadap
landasan dasar pelaksanaan pendidikan, penggunaan
dan pemilihan teori-teori pengajaran yang mampu untuk
diaplikasikan kepada peserta didiknya, merancang
strategi belajar yang cocok yang akan digunakan,
menentukan kompetensi peserta didik apa saja yang
harus tercapai, dan mengaplikasikan keseluruhan dari
strategi dan teori yang dipilih kedalam rencana
pelaksanaan pembelajaran.
c) Melakukan kegiatan belajar mengajar dengan terlebih
dahulu menentukan situasi belajar yang akan
diciptakannya nanti ketika didalam kelas dan bagaimana
memanajerial kelas agar pelaksanaan kegiatan belajar
berjalan secara baik dan terkendali.
d) Membuat rencana kegiatan evaluasi hasil belajar siswa
dengan menetapkan poin-poin kompetensi penting yang
akan dinilai dari setiap peserta didiknya dengan
menggunakan metode evaluasi yang efektif dan objektif,
melakukan analisa terlebih dahulu sebelum menetapkan
kriteria ketuntasan minimum yang dalam hal ini melihat
beraptokan kepada kemampuan siswa dimasing-masing
kelas, dan menganalisa hasil evaluasi siswa sebagai alat
untuk melakukan perbaikan mutu dan kualitas belajar
peserta didik.
49

e) Membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi


yang dimiliki dengan memberikan bimbingan baik secara
akademisi maupun dengan membantunya melalui
kegiatan ekstrakurikuler.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah suatu keahlian dalam diri
seseorang yang meliputi kemampuan pribadi yang mumpuni,
berpikiran dan bertindak dewasa, memiliki akhlak yang bagus
dan dapat dijadikan contoh oleh peserta didiknya dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa indikator yang mencerminkan
seorang guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang baik
adalah sebagai berikut :
a) Guru dalam melakukan sebuah tindakan selalu
berlandaskan pada norma hukum dan sosial. Guru
dalam memutuskan sesuatu hal harus
mempertimbangkan baik dan buruknya serta imbas dari
apa yang akan diputuskannya. Oleh sebab itu seorang
guru harus memiliki kepribadian diri yang kuat dalam
menjalankan kewajibannya di sekolah karena apa yang
dilakukan guru juga akan dicontoh oleh anak didiknya.
b) Guru dapat memberikan gambaran dirinya melalui sikap
mandiri dalam mengemban tugas sebagai pendidik dan
meyakinkan orang yang ada disekitarnya bahwa ia
mempunyai semangat mendidik yang tinggi.
c) Guru mampu untuk mengolah emosional dari dalam
dirinya sehingga dengan hal itu menyebabkan setiap
tindakan yang akan dilakukannya tidak dikatakan
sebagai tindakan yang ceroboh.
d) Guru memiliki sikap terbuka baik antara dirinya dengan
atasan, dirinya dengan rekan kerjanya maupun antara
dirinya dengan peserta didik. Sikap terbuka ini akan
50

membuat setiap orang yang ada disekitarnya akan


berusaha untuk menghormari dirinya dan mengakui
profesinya.
e) Guru memiliki sisi dan wibawa yang tinggi sehingga
dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap anak
didiknya sehingga apa yang disampaikannya akan
didengar dan dilakukan oleh siswanya.
f) Memiliki budi pekerti yang baik dan memiliki jiwa yang
suka membantu rekan kerja dan peserta didik yang
membutuhkan pertolongan.
g) Memiliki sikap religius dan taat pada aturan dan norma
agama
3) Kompetensi Profesional
Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah guru
mampu memahami dan mengerti pokok-pokok yang berkaitan
dengan profesinya pendidikannya. Profesional guru dalam
mengajar dapat dilihat seberapa besar guru memahami dan
menguasai materi yang diajarkan berdasarkan kurikulum yang
ada di sekolah tersebut. Terdapat ciri-ciri atau indikator guru
yang memiliki kompetensi profesional, yaitu sebagai berikut :
a) Guru melakukan penguasaan terhadap substansi ilmu
yang berkaitan dengan bidangnya, karena antara satu
ilmu dengan ilmu lainnya itu saling berkaitan atau
memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan
b) Guru menguasai materi pelajaran yang akan
disampaikan sehingga akan memungkinkan mudahnya
materi pelajaran itu dipahami oleh peserta didik. Guru
yang menguasai akan terlihat santai ketika mengajar jika
dibandingan dengan guru yang tidak menguasai materi
pelajaran. Hasil belajar yang dicapai pun sudah pasti
berbeda antara guru yang menguasai materi dengan
51

yang tidak menguasai materi.


c) Guru mampu mengkaitkan setiap materi pelajaran
dengan keadaan yang ada disekitar lingkungannya
sehingga ini akan merangsang siswa untuk berpikir
bahwa segala sesuatu yang ditemui oleh siswa adalah
sebagai bahan untuk dipelajari.
d) Guru dapat menerapan berbagai macam keilmuan dalam
melaksanakan tugasnya. Misalnya guru mengajar
dibarengi dengan ilmu pendekatan psikologi peserta
didik atau ketika berbicara menggunakan ilmu tata
bahasa yang baik sehingga akan membantu guru dalam
menciptakan suasan belajar yang nyaman dan kondusif.
e) Guru menguasai langkah-langkah yang harus dilakukan
ketika mengajar di kelas. Dalam hal ini guru tidak serta
merta masuk kedalam kelas kemudian memberikan
tugas kepada siswa, akan tetapi guru melakukan
rentetan kegiatan pembelajaran yang sesuai prosedur,
misalnya pada awal masuk ke kelas guru memulai
pelajaran dengan mengajak berdoa bersama kemudian
melakukan kegiatan pendahuluan apersepsi baik berupa
pertanyaan maupun ulasan materi yang telah
disampaikan sebelumnya
f) Guru memiliki kemampuan dalam melakukan penelitian
sederhana terkait dengan pembelajaran didalam kelas.
Sehingga permasalahan yang sering dihadapi oleh guru
dapat dicari solusinya dengan cara mencari tahu titik
kelemahan apa yang menyebabkan sehingga terjadinya
masalah ataupun hambatan.
g) Guru mendalami kemampuan kognitifnya sesuai dengan
bidang studi yang diajarkannya baik melalui pelatihan-
pelatihan maupun melalui kegiatan belajar yang bersifat
52

otodidak.
4) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan mendasar seorang
guru dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Didalam
lingkungan sekolah yang semuanya berupa pendidikan, maka
dalam hal ini guru memiliki kemampuan berkomunikasi secara
baik dengan sesame rekan kerjanya, atau dengan para anak
didiknya. Kompetensi sosial ini dilakukan sebagai implementasi
dari pada norma-norma yang ada didalam lingkungan
masyarakat pada umumnya, yaitu norma kesopanan dan
norma kesusilaan. Terdapat beberapa indikator seorang guru
memiliki kemampuan sosialnya, yaitu sebagai berikut :
a) Memiliki kemampuan dalam melakukan komunikasi yang
baik dengan anak didiknya baik dillingkungan sekolah
maupun diluar lingkungan sekolah.
b) Guru mampu melakukan komunikasi dan menempatkan
dirinya ketika berhadapan dengan seorang atasan, sesama
rekan kerja, maupun ketika berhadapan dengan anggota
yang ada dibawahnya terkhusus ketika sedang berhadapan
dengan peserta didik.
c) Memiliki keahlian dalam menciptakan iklim komunikasi yang
kondusif yang dilakukan dengan lingkungan di sekitar
sekolah dan menjalin hubungan komunikasi dengan
masyarakat secara baik sehingga setiap kegiatan yang
direncanakan oleh pihak sekolah, maka dengan muda
didapatkannya dukungan dari masyarakat yang ada
disekitar lingkungan sekolah.61
Menurut Imam Tholhah, secara sederhana kualifikasi guru
profesional dijelaskan sebagai berikut :

61
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara,
2013), hal. 200
53

1) Kemampuan diri
Dengan memiliki kemampuan diri yang bagus yang
dimiliki oleh seorang guru, maka guru dituntut untuk
mempunyai tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang
memadai, memiliki jiwa kreatifitas dan terampil dalam
melakukan setiap kegiatan pembelajaran. Guru yang pandai
mengatur dirinya maka dapat dikatakan bahwa guru
tersebut memiliki jiwa seorang profesional yang berkualitas
sehingga hal ini dapat mendukung pengelolaan dan
pengimplementasian berbagai macam teknik dan strategi
belajara yang menjadikan proses pembelajaran berlangsung
dengan tertib sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2) Inovator
Guru yang memiliki jiwa sebagai inovator apabila ia
mempunyai keinginan dan mampu untuk membuat sesuatu
yang baru yang belum pernah ada sebelumnya dalam
proses kegiatan pendidikan. Suatu perubahan yang positif
perlu dilakukan oleh seseorang dalam setiap profesi yang
dijalankannya, hal ini bertujuan agar adanya kemajuan hasil
yang didapatkan dari suatu pekerjaan.
Guru yang inovatif akan mencoba untuk
mengaplikasikan dan metode pembelajaran efektif dan tidak
menjadikan dirinya sebagai guru yang pasif. Kegiatan
belajar mengajar akan dikatakan berhasil apabila terdapat
adanya interaksi siswa dengan gurunya, berpasrtisipasinya
siswa dalam pelajaran tersebut sehingga pembelajaran
yang bersifat interaktif sangat membantu siswa dalam
memahami materi yang diajarkan.
Inovasi-inovasi yang dilakukan perlu dilakukan dalam
ruang lingkup pendiddikan, hal ini seiring dengan tingkat
kemajuan ilmu dan teknologi yang sudah tidak bisa
54

terbendung lagi pada era digital saat ini. Guru dituntut harus
mengimbangi pelaksanaan pendidikan di sekolah dengan
menggunakan media maupun sumber belajar yang relevan
dengan kemodernan saat ini.
3) Developer
Guru bertindak sebagai developer, berarti guru harus
melakukan pengembangan-pengembangan yang bertujuan
untuk memperbaiki hal-hal yang dirasa kurang tepat. Guru
dituntut untuk mau melihat lebih jauh kedepan dalam
menghadapi tantangan zaman yang bermuara pada
penggunaan teknologi sebagai pendukung kegiatan
pendidikan.
Pengembangan dalam ruang lingkup pendidikan
dapat diupayakan dengan melakukan pengembangan-
pengembangan terhadap strategi-strategi pembelajaran,
metode dan teknik pembelajaran yang sudah ada saat ini.
Salah satu alasan mengapa guru harus bisa
mengembangkan dengan administrasi pembelajaran karena
tingkat kebutuhan siswa saat ini berbeda dengan kebutuhan
siswa pada tahun-tahun sebelumnya. 62
Guru sebagai pendidik harus betul-betul memahami tentang
kompetensi yang harus dikuasainya, yang mana pada kompetensi
ini guru dituntut untuk melakukan penguasaan terhadap sumber
belajar yang mendukung dirinya untuk tampil lebih optimal
didepan siswa. Penguasaan dirinya dalam menguasai materi
adalah kunci keberhasilan seorang guru dalam melakukan
pekerjaannya secara profesional. Penguasaan pada suatu bidang
atau pekerjaan ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW melalui salah satu hadisnya yang berbunyi :
“Apabila suatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang

62
Imam Tholhah, Membuka Jendela Pendidikan, hal. 225
55

bukan ahlinya maka tunggulah kehancuran”. (H.R Bukhari)


Maksud dari hadist diatas adalah bahwasannya dalam
melakukan suatu pekerjaan hendaklah diserahkan kepada
seseorang yang ahli dalam bidang tersebut. Ketika suatu
pekerjaan itu tidak dilakukan atau dikerjakan oleh orang yang
bukan ahli dalam bidang tersebut maka tidak akan menemukan
hasil yang bagus.63
Hal yang dapat disimpulkan berdasarkan hadist diatas
adalah bahwa guru dituntut untuk memiliki keahlian dibidang studi
yang diampu dan selalu berusaha bersungguh-sungguh dalam
meningkatkan pengetahuan dan ilmu yang dimiliki.
Terdapat 4 hal penting yang harus dikuasai guru dalam
mengembangkan kompetensi profesionalnya yaitu sebagai
berikut :
1. Self Regulation
Self regulation berawal dari adanya teori kognitif sosial
yang dicetuskan oleh salah satau ilmuwan tenama yaitu
Bandura. Berdasarkan teori tersebut, terdapat 3 unsur
terpenting yang harus diperhatikan pada diri seorang guru,
yaitu pada ranah kepribadian, ranah tingkah laku, dan ranah
sosial dalam lingkungan disekitarnya. Ketiga unsur tersebut
adalah unsur-unsur yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya, dimana seorang yang melakukan
regulasi terhadap dirinya maka akan menghasilkan tingkah
laku yang baik, dan ketika seseorang sudah memiliki
kepribadian yang baik maka ia dapat dengan mudah untuk
diterima disuatu lingkungan.64
Menurut Bandura, self regulation merupakan usaha-usaha
yang dilakukan seseorang untuk mengatur dirinya dengan
63
Kitab Shahih Bukhari, hal. 130
64
Shofiyatul Azmi, Self Regulated Learning Salah Satu Modal Kesuksesan Belajar dan
Mengajar, Universitas Wisnuwardhana Malang, Februari 2016.
56

cara mendalami suatu kemampuan dalam satu bidang tertentu


dan melakukan pengawasan secara mendalam terhadap
dirinya sendiri. Pada saat seseorang ingin meregulasi dirinya,
maka harus dilakukan dengan melalui proses yang secara
menyeluruh. Self regulation lebih berorientasi pada kegiatan
untuk memonitoring terhadap proses dilalui dirinya dalam
melakukan pekerjaan yang bersifat akademisi maupun yang
bersifat non akademisi.65
Menurut Pintrich, tindakan meregulasi diri dapat diartikan
sebagai kegiatan konstruktif diri seorang guru dalam
merencanakan dan melakukan monitoring terhadap kognitif
dirinya dan berusaha untuk memotivasi diri sendiri agar
perilaku dan tindakan yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan
yang ada saat ini.66
Sedangkan Winne Santrock menjelaskan bahwasannya
self regulation berarti suatu keahlian seseorang dalam
menampilan apa yang dimilikinya dengan melihat kepada
pemikiran dan tingkah laku yang dihasilkan dari usaha yang
telah dilakukan dalam mengatur dirinya. Tujuan yang ingin
dicapai dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru
berusaha untuk mendidik siswanya dengan terlebih dahulu
mengontrol dan mengatur sisi emosionalnya sehingga akan
membantu guru tersebut dalam menghasilkan perilaku baik
yang dapat dicontoh oleh peserta didik.67
Berdasarkan uraian dan penjelasan teori-teori para ahli
yang ada diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwasannya pengelolaan diri guru dalam mengajar

65
Bandura A. 1986, Social Foundation of Thought and Action : a Social Cognitive Theory.
Englewood Cliffs. New Jersey
66
Latipah, Strategi Self Regulated Learning, Journal Psikologi, volume 37, No. 1, Juni
2010
67
Santrock, J.W. 2007. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta : Prenada Media
Group
57

melibatkan aspek kognitif guru, motivasi dalam melaksanakan


kegiatan pembelajaran. Fungsi self regulation secara lebih
lengkap adalah kegiatan yang menyangkut proses
pelaksanaan pembelajaran, memantau perkembangan siswa
dalam kegiatan pembelajarans, dan membuat tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dalam beberapa waktu yang
akan datang.
2. Self Supervision
Self Supervision adalah suatu kemampuan yang bertujuan
untuk mengontrol dirinya untuk lebih progesional dalam
berkata maupun melakukan tindakan. Mensupervisi diri adalah
kemampuan yang berasal dari internal diri seorang guru,
dimana guru diwajibkan untuk mensupervisi dirinya sendiri
atau mengontrol dan mengawasi dirinya sendiri sebelum
melakukan pengawasan dan pengontrolan kepada peserta
didiknya.68Self Supervision merupakan usaha seseorang
dalam melakukan pembentengan dirinya dari tindakan-
tindakan yang tidak baik, sehingga pengawasan terhadap diri
sendiri sangat bermanfaat untuk mengantisipasi suatu
tindakan yang bersifat ceroboh dan tidak bermanfaat.
Menurut Baron dan Byrne, menjelaskan bahwa self
supervision adalah hal pokok yang berfungsi untuk
menumbuhkembangkan interaksi dan komunikasi yang
bersifat personal yang berhubungan dengan cara seseorang
dalam mengekspresikan dirinya dengan melihat pada situasi
dan kondisi yang berbeda beda yang dialami oleh setiap
manusia.69
Menurut Lennoc dan Wolfe, self supervision adalah
kemampuan diri seseorang untuk memodifikasi dirinya sendiri,
68
Ghufron, M.N, Teori-teori Psikologi, 2016. (Yogyakarta : Arruz Media), hal. 30
69
Baron, R. A dan Byrne, D (1987), Sosial psychology : Understanding human interaction
5th Edition. Boston : Allyn and Baccon Inc.
58

kemampuan untuk melakukan pengontrolan diri sebagai


pedoman dalam mengekspresikan dirinya sehingga tidak
semua yang diinginkannya harus didapatkan seketika, akan
tetapi dilakukan dengan melalui usaha terlebih dahulu.70
Dari beberapa penjelasan yang ada diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwasannya self supervision ialah kemampuan
seseorang untuk mensupervisi/mengatur dirinya sendiri dari
kemampuan yang biasa biasa saja menuju kearah diri yang
memiliki kemampuan lebih dari yang sebelumnya.
3. Self Certification
Self certification didefinisikan sebagai mekanisme kontrol
informal yang berbasis kepercayaan, dimana guru menerima
tanggung jawab secara penuh atas tanggung jawab yang telah
diembannya. Kepuasaan seseorang dalam suatu
pekerjaannya dihasilkan dari sosok yang jujur da bertindak
sesuai dengan standar moral yang menjadi bagian dari
identitas mereka sebagai guru. Seseorang akan bertindak
sesuai dengan identitas yang dimiliki mereka, mengungkapkan
ketidaknyamanan psikologis yang terjadi ketika aspek perilaku
seseorang berseberangan dengan identitas mereka.
Menurut Festinger, guru yang melakukan self certification
maka mereka akan secara eksplisit dan secara formal untuk
memberi pengakuan terhadap diri sendiri dalam menyadari
kemampuan seperti apa yang dimilikinya dengan berdasarkan
pada kelayakan dan tanggung jawab atas keputusan yang
diberikan serta tugas sebagai pendidik yang telah diserahkan
kepadanya.71
Sedangkan menurut Lowell, bahwa individu akan
termotivasi untuk menghindari situasi yang dapat
70
Lennox, Claudia, 2011, The Relationship of Self Supervision. Diskurs Kindheits und
Jugendforschung Heft-2011. S. 31-44
71
FestingerNicole Ang, Self Certification Encourage or Reduce, 2016, 1-16
59

menyebabkan mereka bertindak tidak konsisiten yang tidak


sesuai dengan identitas mereka sebagai guru. Norma moral
akan mengarahkan mereka pada pengalaman individu
masing-masing ketika seorang guru dihadapkan pada situasi
yang akan mengarahkan mereka untuk bertindak tidak sejalan
dengan self image mereka.72
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa self
certification yaitu suatu kemampuan untuk mengatur diri
bahwasanya seseorang merasa percaya diri untuk melakukan
sesuatu hal sesuai dengan kemampuan dan kapasitas diri
yang dimiliki dan akan melakukan tugas yang sudah
diamanahkan dengan sepenuh hati dan tanggung jawab.
4. Self Development
Self development atau yang sering dikenal dengan
pengembangan diri adalah bahwa seorang guru selalu dituntut
untuk meningkatkan kompetensi sesuai dengan profesi yang
menjadi tanggung jawabnya, oleh karena itu merupakan
sebuah tugas yang memang harus dikuasai dan dilakukan
guru sebagai upaya untuk mencapai target-target yang ada
disekolah sehingga bisa tercapai secara maksimal. 73 Penting
bagi guru yang juga berperan sebagai administrator untuk
melakukan hal ini dengan sungguh sungguh dan bagaimana
seorang guru memahami dan mengerti kebutuhan apa yang
dibutuhkan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
yang dilakukan didalam kelas.
Dalam sebuah lembaga pendidikan, kepala madrasah
memegang peranan yang sangat memiliki pengaruh besar
dalam peranannya sebagai seorang supervisor. Seorang
supervisor diharapkan dapat melakukan manajerial sekolah
72
Lowell Mandy M. Cheng, Behavioral Research in Accounting, 2017
73
Kasful Anwar, (2015), Jaminan Mutu dan Upaya Pengembangan Profesional Guru pada
Abad Pengetahuan, Vol. 2, Nomor 2.
60

yang dipimpinnya dengan melakukan pengawasan dan


pendampingan terhadap berjalannya proses kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan di sekolah.
Menurut Arikunto, fungsi kepala madrasah adalah sebagai
tenaga yang memberikan edukasi, melakukan tugas
melaksanakan supervisi, memberikan motivasi kepada guru
yang dibinanya, dan melakukan pengontrolan kedisiplinan
kepada peserta didiknya.74
Menurut Vivien Mc. Comb, pelaksanaan kegiatan untuk
mengembangkan kompetensi profesional guru yaitu dengan
melakukan refleksi terhadap kegiatan guru dalam berpikir
secara intelektual dan bertanggung jawab terhadap
peningkatan kompetensi dirinya sendiri disekolah dalam
konteks pendidikan yang lebih luas.75
Sedangkan menurut Mockler, pengembangan diri
profesional didapatkan melalui kegiatan peningkatan
kompetensi yang khusus baik melalui jenjang akademik formal
ataupun pelatihan lainnya yang bersifat informal sehingga
seorang pendidik mendapatkan kesempatan untuk lebih
meningkatkan kemampuan profesional yang mereka miliki.76
Dapat disimpulkan bahwa self development adalah usaha
sadar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan
kemampuan diri guru kepada kepandaian dan kepawaian
dalam menggunakan metode dan strategi yang dirasa dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah No. 19
tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),

74
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 2010, Jakarta : Rineka Cipta
75
Vivien Mc Comb dan Narelle Either. (2017). “Exploring the Personal, Social and
Occupational Elements of Teacher Professional Development”. Journal of Education
and Training Studies, Vol. 5, Nomor 12.
76
Mockler, N. (2013). “Teacher professional learning in a neoliberal age: Audit,
professionalism and identity”. Australian Journal of Teacher Education, 38(10), 34-47.
61

Permendiknas no. 22, 23, 24 dan peraturan-peraturan lainnya


mengenai pendidikan, telah menggiring Indonesia untuk
melaksanakan pendidikan bermutu yang lebih menjunjung
tingginya kompetensi guru dan penyelenggara pendidikan. 77
Secara lebih rinci, melalui permendiknas No. 16 tahun 2007
bahwasannya pemerintah menetapkan 4 kompetensi yang harus
dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Dari
keempat kompetensi profesional tersebut kemudian selanjutnya
dirinci menjadi 24 butir yang bisa dipahami oleh guru secara lebih
baik dan rinci.
Tujuan dari semua peraturan diatas adalah pemerintah
mengharapkan bahwa kemampuan dan kualitas yang dimiliki
oleh warga Indonesia yaitu terbentuknya warga negara Indonesia
yang memiliki kemampuan spiritual keagamaan, kemampuan
untuk mengendalikan diri, memiliki kepribadian yang baik, cakap
dalam segala bidang, memiliki jiwa yang berkreatifitas tinggi,
demokratis, memiliki mental tanggung jawab yang tangguh,
berakhlak mulia dan memiliki kemampuan yang dapat disalurkan
sehingga berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat sekitar.
Wina sanjaya menjelaskan bahwa indikator-indikator yang
dapat digunakan dalam mengetahui bahwa seorang guru
memiliki kompetensi profesional adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kemampuan dalam menguasai dasar pelaksanaan
pendidikan, mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan yang
harus diraih, memahami tugas dan fungsi dalam lembaga
instusional dan memahami tujuan dari pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan.
2) Memiliki kemampuan dalam menguasai materi-materi

77
BSNP. (2007). Permendiknas tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan.
Jakarta
62

pembelajaran yang telah ditentukan disetiap jenjang


pendidikan yang diembannya.
3) Memiliki kemampuan dalam bidang psikologi belajar, yaitu
bagaimana mengetahui perkembangan dari diri peserta didik,
memahami teori belajar yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik, dan memahami solusi dari permasalahan-
permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yang dialami
oleh seorang peserta didik didalam kelas.
4) Memiliki kemampuan dalam mendesain media dan sumber
belajar dengan cara pemanfaatan sarana yang ada disekitar
lingkungan sekolah.
5) Memiliki kemampuan dalam menerapkan bermacam-macam
metode dan strategi pembelajaran yang menyesuaikan
dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi
modern saat ini.
6) Memiliki kemampuan untuk merancang program-program
kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakannya, baik
berupa pogram pembelajaran yang berjangka pendek maupun
program pembelajaran yang berjangka panjang.
7) Memiliki kemampuan untuk menyusun dan melakukan
kegiatan evaluasi hasil belajar siswa dengan strategi yang
matang dan memiliki sisi keefektifan dari segi waktunya
sehingga kegiatan evaluasi pembelajaran tidak dianggap
sebagai penghambat untuk melanjutkkan materi yang akan
diajarkan selanjutnya.
8) Memiliki kemampuan dalam mempersiapkan administrasi
pembelajaran yang akan dilakukan, administrasi dalam
bimbingan belajar dan administrasi dalam bidang penyuluhan
peserta didik.
9) Memiliki kecakapan dalam melakukan penelitian tindakan
kelas yang digunakan untuk melihat kelebihan dan
63

kekurangan dari kegiatan pembelajaran yang telah


dilakukannya, sehingga akan ditemukannya solusi untuk
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi didalam
lingkungan kelas.
10) Mempunyai tekad dan kemampuan berpikir secara ilmiah
dalam meningkatkan kualitas diri dan kualitas dari kinerja
yang dimilikinya.78

Guru yang profesional haruslah pandai untuk menempatkan


dirinya sebagai pengajar dan mampu untuk menjadi tauladan
bagi siswa yang dididiknya. Karena generasi saat ini, yang kita
biasa sebut generasi millenial, yang mana generasi muda saat ini
lebih cenderung membutuhkan orang-orang yang ada
disekitarnya yang bisa diteladani. Generasi saat ini sudah pasti
memiliki bacaan dan tontonan yang lebih banyak dibandingkan
denan generasi-generasi sebelumnya. Hal ini menyebabkan
tantangan yang harus dihadapi oleh guru di sekolah semakin
besar.
Banyak guru yang memandang remeh tentang mengajar di
sekolah, terutama dalam menyiapkan bahan-bahan yang
digunakannya untuk mengajar. Guru harus memandang
bahwasannya setiap peserta didiknya adalah anak-anak muda
yang sedang mencari penerangan atas jati diri ditengah-tengah
kehidupannya yang masih belum jelas arah dan tujuannya.
Disinilah peran dan fungsi utama guru yang profesional, yaitu
bertugas untuk menanamkan kepercayaan yang kuat pada diri
peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari pemeran masa
depan yang harus berbuat banyak demi masa depan bangsa dan
negaranya.
78
Minnah El Widdah & M Risal Bikri,Tesis, Strategi Kepala Madrasah Dalam
Pengembangan Kompetensi Profesional Guru di Madrasah Aliyah Negeri 1 Merangin,
2020, hal. 78
64

Guru profesional harus bisa memberikan bimbingan dan


dukungan kepada peserta didiknya bahwa kelak mereka akan
menjadi bagian yang tidak terelakkan dari masa depannya. Oleh
karena itu peserta didik dituntut harus mempersiapkan diri untuk
menghadapi tuntutan tersebut. Guru yang profesional tidak
terletak pada kemampuannya untuk menjadikan dirinya sebagai
orang yang terhebat, akan tetapi kehebatan guru yang
profesional adalah terletak pada kemampuannya dalam
menciptakan peserta didiknya menjadi lebih hebat daripada
dirinya. Oleh karena itu, seorang guru yang memiliki tingkat
kemampuan profesional akan berusaha sekuat tenaga untuk
membimbing, mendidik dan menyalurkan kemampuan peserta
didiknya. Inilah kebesaran jiwa seorang guru yang hebat dan
harus ditanamkan pada diri seorang guru pada umumnya.
B. Studi Relevan

Pertama, Tesis yang ditulis oleh Erichyat Putra mahasiwa program


studi Manajemen Pendidikan Islam di Institur Agama Islam Negeri Batu
Sangkar. Adapun judul tesis tersebut adalah “Pengaruh Supervisi
Manejerial dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah pada
Sekolah Dasar Negeri Menurut Persepsi Guru Se-Kota Padang
Panjang” waktu penelitian dalam tesis ini dilakukannya pada tahun
2017. Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian tesis ini ialah
untuk mencari tahu pengaruh yang ditimbulkan dalam pelaksanaan
supervisi manajerial kepala sekolah dan melihat pengaruh dari
pemberian motivasi kerja kepala sekolah terhadap guru di Kota
Padang Panjang. Adapun pembahasan hasil penelitian ini adalah
bahwa dengan pelaksanaan kegiatan supervisi manajerial oleh kepala
sekolah dapat memberikan dampak positif yang sangat besar terhadap
perkembangan kinerja dan kualitas guru se Kota Padang Panjang.
Selain itu supervisi manajerial yang dilakukan oleh kepala sekolah
65

menjadikan guru semakin aktif dan bersemangat dalam menjalankan


tugas dan kewajibannya.
Kedua, Jurnal yang ditulis oleh Abdul Hamid Tanjung mahasiswa
program studi Pendidikan Agma Islam di Institut Agama Islam Negeri
Sumatera Utara. Adapun judul penelitian tersebut adalah
“Pelaksanaan Supervisi Akademik dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Lopian 2
Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah.” Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang
pelaksanaan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh
pengawas sekolah dalam rangka untuk meningkatkan kualitas dan
mutu kegiatan belajar mengajar pendidikan agama islam. Penelitian ini
dilakukan dengan cara menemukan dan menggali informasi tentang
bagaimana pelaksanaan supervisi akademik itu dilakukan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran. Hasil dari penelitian ini adalah
dalam merencanakan dan merancang pelaksanaan kegiatan supervisi
akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri
Lopian Kecamatan Badiri Sumatera Utara adalah dengan cara
membuat perncanaan yang dilakukan dengan cara mufakat bersama
atau musyawarah yang dilakukan antara guru dan kepala sekolah.
Kemudian hasil dari mufakat itu dituangkan kedalam program kerja
kepala sekolah dan dijalankan pada tiap semesternya. Hasil penelitian
yang selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan supervisi dalam bidang
akademik ini dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan yang telah
direncanakan seperti kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh kepala
sekolah, kegiatan pembinaan terhadap guru di sekolah, dan melakukan
penilaian sebagai bentuk evaluasi terhadap guru yang mengampu
mata pelajaran pendidikan agama islam. Hasil penelitian selanjutnya
adalah bahwa pelaksanaan supervisi akademik dalam meningkatkan
mutu kegiatan pembelajaran ini adalah berorientasi pada bentuk
pengawasan untuk melihat hasil daripada guru mata pelajaran agama
66

islam apakah sudah terlaksana dengan baik atau masih terdapat


banyak kekurang dalam pelaksanaannya.
Ketiga, Tesis yang ditulis oleh Taufiq Akbar yang berjudul
“Manajemen Kepala Sekolah Dalam Membina Kinerja Guru di
Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Kecamatan Keritang Indragiri Hilir
Riau”, tahun 2014. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa kepala
sekolah dalam menjalankan manajemen di sekolah tersebut dalam
membina kinerja guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan dirasa
belum memiliki hasil yang optimal, adapun hal ini disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya yaitu kurangnya komitmen terhadap
pembinaan kinerja guru, terbatasanya sarana dan prasarana,
kurangnya kesadaran guru untuk melaksanakan tugasnya secara
maksimal dan terbatasanya anggaran dana yang tersedia di sekolah
tersebut. Upaya yang dilaksanakan oleh kepala madrasah dalam
meningkatkan kualitas mutu guru yang ada di Madrasah Tsanawiyah
Nurul Wathan adalah dengan melakukan beberapa hal yaitu
meningkatkan disiplin dan berusaha semaksimal mungkin untuk
mengoptimalkan kompetensi yang dimiliki guru.
Keempat, Jurnal yang ditulis oleh Yuliana, Wahyudi dan Makiyah
Suib yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru di SMA Negeri 1 Mempawah
Hilir”. Jurnal ini berisikan tentang bagaimana seorang kepala sekolah
bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berkenaan dengan
pengelolaan sekolah, melibatkan guru-guru yang berkompeten
dibidangnya untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Gambaran
sikap profesional guru juga dapat dilihat dari kualifikasi pendidikan
akademik yang dimilikinya, maka diperoleh suatu data bahwa sebagian
guru telah menempuh jenjang strata satu. Strategi dalam meningkatkan
profesionalisme guru yang mengarah kepada pembinaan guru
berkualitas terutama guru yang sudah tersertifikasi. Faktor penghambat
yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam penelitian ini adalah
67

keterbatasannya fasilitas, persepsi antar anggota warga sekolah,


dukungan dana dan partisipasi oleh masyarakat sekitar.
Kelima, Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Qurtubi yang berjudul
“Peranan Kepala Sekolah dalam Memfasilitasi Pembinaan Guru di
Lingkungan Sekolah melalui Kepemimpinan Profesional“. Dalam jurnal
ini menjelaskan bahwa seorang kepala sekolah memiiki tanggung
jawab yang berat dalam memanajemen sekolah, meliputi manajemen
dalam masalah pelaksanaan kurikulum hingga pelaksanaan
administrasi yang baik di lembaga sekolah. Selain itu tugas dari kepala
sekolah juga harus melakukan pembinanan dan pembimbingan
terhadap guru agar selalu berproses dan memberikan bimbingan
kepada guru sehingga guru lebih profesional dalam mengerjakan
tugasnya di sekolah. Adapun hasil dari penelitian ini adalah dengan
didapatkannya sejumlah informasi yang menunjukkan bahwa terdapat
beberapa poin penting yang mempengaruhi kualitas pendidikan SMA
di Jakarta, yaitu kemampuan kepala sekolah dalam hal mengelola
siswa, melakukan manajerial keuangan, melakukan koordinasi dan
pengawasan kegiatan yang ada di seklah, dan mengembangkan
kompetensi yang dimiliki guru dan potensi yang ada pada diri peserta
didik.
Keenam, Jurnal yang berjudul Upaya Peningkatan Kompetensi Guru
dengan Supervisi Akademik di Madrasah Ibtidaiyah Yaspuri
Lowokwaru Malamg, yang ditulis oleh Siti Nurhayati pada tahun 2016,
jurnal ini membahas tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan
kepala madrasah dalam meningkatkan mutu dan kompetensi guru di
sekolah tersebut. Penelitian yang dilakukan dengan penelitian tindakan
yang terdiri dari siklus I dan siklus II. Hasil dari penelitian ini adalah
bahwa dengan pelaksanaan kegiatan supervisi akademik dapat
meningkatkan kompetensi guru terutama dalam kompetensi pedagogic
dan kompetensi profesional.
68

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun
pendekatan supervisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan pendekatan supervisi klinis. Pendekatan
pelaksanaan supervisi secara klinis pertama kali dikembangkan oleh
Morris Cogan pada tahun 1951 di Universitas Harvard. Dengan
menggunakan pendekatan supervisi klinis memungkinkan adanya
interaksi yang terjadi antara supervisor dan guru untuk membahas serta
menganalisa bersama-sama permasalahan yang dihadapi seorang guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan mencari solusi untuk
menuntaskan permasalahan tersebut.79 Adapun langkah langah yang
dilakukan didalam pendekatan supervisi klinis ini adalah sebagai berikut:
1. Relasi maupun terjalinnya hubungan yang baik antara seorang
guru dengan kepala madrasah yang bertindak sebagai seorang
supervisor
2. Membuat perencanaan yang baik antara supervisor dengan
guru yang akan disupervisi
3. Membuat rancangan langkah-langkah untuk melakukan
observasi kegiatan supervisi
4. Melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran didalam kelas
5. Melakukan analisa terhadap proses kegiatan pembelajaran
6. Melakukan perencanaan dalam menemukan solusi terhadap
kelebihan dan kekurangan dari kegiatan belajar mengajar yang
telah dilakukan

79
Sabandi,A. Supervisi Pendidikan Untuk Pengembangan Profesionalitas Guru
Berkelanjutan. Jurnal Ilmu Pendidikan. 2013. hal, 2
69

7. Adanya umpan balik dan hasil evaluasi dari kegiatan


80
supervisi.

Terdapat 4 hal pokok yang mendasari pendekatan penelitian


kualitatif yaitu: secara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Adapun yang
dimaksud penelitian yang dilakukan secara ilmiah yaitu kegiatan
penelitian yang berlandaskan pada kerasionalan, empiris dan sistematis.
Rasional berarti penelitian yang dilakukan haruslah dengan langkah-
langkah yang masuk akal dan penelitian yang terjangkau oleh pemikiran
manusia pada umumnya. Penelitian dilakukan secara empiris berarti
cara-cara yang dilakukan oleh peneliti itu dapat diamati oleh indra
manusia, sehingga dengan hal tersebut orang lain pun dapat
mengobservasi dan memahami langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian.81
Lexy J. Moleong menyebutkan bahwa ada beberapa istilah yang
digunakan untuk penelitian kualitatif yaitu penelitian atau indikuiri
naturalistik atau ilmiah, etnografi, interaksionis simbolis, perspektif,
kedalam, metodologi, the chicago school, fenomenologis, studi kasus,
interperaktif dan deskriptif.82
Dapat disimpulkan bahwasannya berdasarkan teori diatas,
penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengamati dan melihat
kejadian-kejadian yang ada dilapangan guna mendapatkan data yang
akurat dengan cara menggambarkan suasana dan keadaan yang
ditemui.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang peneliti ambil dalam penelitian tesis ini

80
Ibid. hal. 3
81
Afipudin dan Ahmad Beni Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Pustaka
Setia, 2014), hal. 80
82
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
hal. 3
70

adalah Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.


Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah terletak di
Desa Bangun Karya, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi. Lembaga Pendidikan Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur adalah madrasah
yang berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur dan berdiri di daerah yang sangat
stategis, karena daerah ini merupakan daerah pemukiman yang padat
penduduk sehingga peluang untuk diminati masyarakat sangatlah
tinggi.
Adapun dalam pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan
setelah peneliti mendapatkan izin dari kepala madrasah yang
berwenang didalam lembaga tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya penelitian yang ilegal dan tentunya untuk
memperlancar kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta data
yang diperoleh pun dapat dipertanggungjawabkan.

2. Waktu Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tesis ini, waktu penelitian yang telah
direncanakan akan dilaksanakan yaitu dimulai dari awal bulan Maret
2021 sampai dengan bulan Mei 2021. Penelitian akan dilakukan
secara bertahap sampai dengan didapatkan cukup data sebagaimana
yang diharapkan oleh peneliti.

C. Jenis Data dan Sumber Data


1. Jenis Data
Jenis data dalam ruang lingkup penelitian dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang berupa perkataan-perkataan dan tindakan-
tindakan yang dilakukan seorang kepala madrasah selaku
supervisor dan dewan majelis guru yang menjadi objek dalam
71

kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah.83


Data sekunder merupakan data-data yang berkaitan dengan
penelitian baik data yang berupa dokumen-dokumen maupun data
sejenis yang berhubungan dengan kegiatan penelitian baik berupa
profil dari lembaga sekolah maupun foto-foto kegiatan yang
dianggap memiliki keterkaitan dengan apa yang diteliti. 84
Dalam kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan, jenis data
primernya adalah hasil dari kegiatan observasi di lapangan dan
kegiatan wawancara yang akan peneliti lakukan dengan beberapa
narasumber yaitu kepala madrasah sebagai narasumber utama,
wakil kepala bidang kurikulum dan beberapa perwakilan dari
dewan majelis guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur yang dianggap mampu dan memahami
permasalahan yang sesuai dengan fokus penelitian ini. Sedangkan
yang termasuk dalam jenis data sekunder dalam penelitian ini
adalah analisa dari dokumen-dokumen, foto kegiatan, pamflet,
brosur yang ada di madrasah tersebut yang dirasa memiliki
keterkaitan dengan kajian yang akan diteliti.
2. Sumber Data
Sumber data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber data
yang berasal dari manusia dan sumber data yang bukan berasal
dari manusia. Sumber data yang berasal dari manusia berperan
sebagai sumber data yang utama yang harus digali untuk
mendapatkan informasi. Sedangkan sumber data yang bukan
berasal dari manusia dapat berupa dokumen yang berhubungan
dengan kegiatan penelitian yang dilakukan.85
Bila dilihat dari sumber datanya, maka sumber data terbagi

83
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2012). hal. 53
84
Ibid, hal. 54
85
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: RinekaCipta, 2018),
hal. 39
72

menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung
memberikan data kepada peneliti/pencari data. Sedangkan sumber
data sekunder merupakan sumber data yang bersifat tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
melalui perantara orang lain atau dengan menggunakan sebuah
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengumpulan data. 86
Sumber data yang termasuk dalam sumber data primer ini
adalah manusia yang ada dilingkungan sekolah yang terdiri dari
kepala madrasah, wakil kepala bidang kurikulum dan beberapa
dewan majelis guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur. Sedangkan sumber data yang bersifat sekunder
dalam penelitian ini adalah dengan mengamati kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan di sekolah ataupun kegiatan-kegiatan yang
pernah diikuti oleh sekolah tersebut. Selain itu sumber data
sekunder yang lainnya adalah dokumen-dokumen yang berisikan
informasi tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh
kepala madrasah atau dokumentasi yang berhubungan dengan
kegiatan peningkatan kompetensi profesional guru. Dokumen-
dokumen dalam hal ini baik berupa dokumen-dokumen tertulis
maupun tidak tertulis, dokumentasi foto agenda kegiatan, berkas-
berkas arsip maupun tulisan-tulisan yang memiliki hubungan
keterkaitan dengan usaha peningkatan kompetensi yang
dilaksanakan oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah
Tanjung Jabung Timur.
C. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data merupakan langkah-
langkah yang disusun secara strategis yang akan digunakan
dilapangan, adapun tujuan utamanya adalah untuk memperoleh data-

86
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, (Jakarta, Alfabeta,
2009). hal. 136
73

data penting yang akan membantu peneliti dalam memecahkan suatu


permasalahan.87
Kegiatan mengumpulkan data adalah usaha-usaha yang dilakukan
seorang peneliti dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi-
informasi dan data-data yang berkaitan dengan kajian yang ditelitinya.
Pengumpulan data bisa didapatkan dengan melalui beberapa
sumber terpercaya yang bisa untuk dipertanggungjawabkan. Adapun
teknik yang akan digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
adalah dengan menggunakan 3 teknik pengumpulan data saat terjun
ke lapangan. Adapun 3 teknik tersebut adalah teknik pengumpulan
metode observasi, metode wawancara dan dengan menggunakan
metode studi dokumentasi.
a) Observasi
Kegiatan observasi atau yang lebih dikenal dengan istilah
pengamatan adalah metode atau cara-cara yang dapat
digunakan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan seorang
peneliti dengan cara melakukan kegiatan pengamatan terhadap
objek yang akan diteliti.88 Observasi merupakan metode
pengumpulan data yang menggunkan indera penglihatan
sebagai sumber utamanya. Dalam kegiatan observasi banyak
cara yang dapat dilakukan oleh peneliti, karena metode
pengamatan dikategorikan sebagai pengamatan asli (dalam
kehidupan sehari-hari) atau ilmiah, partisipasi atau non
partisipasi, baik terstruktur maupun tidak terstruktur, terbuka
atau tersembunyi, aktif maupun pasif dan observasi langsung
maupun tidak langsung. Kegiatan observasi yang bersifat
partisipasi (participatory observation), dalam hal ini seorang
pengamat harus berperan secara langsung dalam kegiatan di
lapangan. Sedangkan dalam kegiatan observasi non-partisipasi

87
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2016). hal. 193
88
Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta : Cipta Media, 2019), hal. 19
74

(non-participatory observation) pengamat tidak harus berada


dalam lapangan.
Dalam pelaksanaan pengamatan pada penelitian tesis ini,
peneliti lebih menempatkan diri sebagai observasi non-
partisipasi. Jadi peneliti bertindak sebagai pengamat saja,
dengan melakukan pengamatan terhadap proses kegiatan
supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah. Dalam tahapan
tahapan kegiatan observasi ini peneliti diharuskan untuk
mencatat hal-hal yang berkaitan dengan apa yang diteliti.
b) Wawancara
Wawancara adalah proses kegiatan tanya jawab yang
dilakukan antara peneliti dengan subyek penelitian atau
informan/narasumber. Wawancara dapat dilakukan dengan cara
menggunakan seperangkat daftar-daftar pertanyaan yang telah
disusun oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah yang
berkaitan dengan yang diteliti yang akan dijawab melalui
kegiatan wawancara.89
Wawancara adalah kegiatan mengumpulkan informasi yang
dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan secara lisan. Salah satu ciri-ciri
utama dari kegiatan pengumpulan data dengan metode
wawancara ini adalah dengan cara bertemu langsung dengan
narasumber yang bersangkutan maupun dengan menggunakan
media elektronik yang mendukung pelaksanaan kegiatan
wawancara tersebut.90 Dalam pengumpulan data dan informasi
dengan menggunakan wawancara, harus dipersiapkan dengan
baik mulai dari menentukan tujuan, mengembangkan
pertanyaan, memvalidasi pertanyaan, menguji coba pertanyaan,

89
Mukhtar, Metode praktis Deskriptif Kualitatif, (Jakarta, 2013), hal. 118
90
Mungin, Burhan, Analisa data Kualitatif;Pemahaman Filosofis ke arah Penguasaaan
Model Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), hal. 71
75

memilih subjek yang akan diwawancara, pelaksanaan


wawancara sampai dengan analisa dari hasil wawancara.
Menurut Esterberg mengemukakan ada tiga jenis
wawancara yang dapat dilakukan oleh seorang peneliti, yaitu
wawancara terstruktur , wawancara semi struktur, dan
wawancara tidak struktur. Wawancara terstruktur adalah
pengumpulan data apabila peneliti telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan didapatkan. Dalam
kegiatan wawancara ini, pewawancara sebelumnya telah
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang telah tertulis
dilembaran wawancara yang telah disiapkan oleh pewawancara.
91

Wawancara semi struktur adalah wawancara yang dilakukan


dengan lebih bebas jika dibandingkan dengan wawancara yang
dilakukan secara terstruktur. Tujuan dari wawancara semi
struktur ini adalah dengan melakukan kegiatan tanya jawab
untuk menemukan jawaban atas permasalahan secara lebih
terbuka baik dari pewawancara maupun dari informan. Peneliti
dapat mendengarkan dan mencatat hal-hal penting apa yang
telah dikemukakan oleh seorang informan/narasumber.
Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah kegiatan
wawancara yang tidak terikat dengan bentuk formal dan
pewawancara tidak memerlukan panduan wawancara yang
92
telah disusun secara sistematis.
Borg W.R Gall dan Best J.W Khan memberikan beberapa
saran yang harus diperhatikan dalam proses wawancara agar
data yang diperoleh tidak bias. Penjelasannya adalah sebagai
berikut :
1. Perlakukan orang yang diwawancarai sebagai kolega bukan

91
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, hal. 233
92
Ibid, hal. 235
76

sebagai bawahan maupun atasan.


2. Menjaga kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh
narasumber sehingga hal ini sangat penting untuk
disampaikan kepada narasumber yang bersangkutan agar
merasa nyaman selama kegiatan wawancara berlangsung.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan
secara objektif dan menyampaikan kepada narasumber untuk
tidak memberikan jawaban/persetujuan hanya dengan
menggelengkan kepala ataupun dengan menganggukkan
kepala.
4. Menggunakan bahasa yang sopan, berbicara dengan penuh
keramahan sehingga tidak menimbulkan kesan mencurigai
atau mencurigakan.
5. Menjaga hubungan yang baik sebaik mungkin antara
pewawancara dengan narasumber selama kegiatan
wawancara, karena hubungan yang berbeda bisa
memberikan jawaban yang berbeda pula tergantung berapa
banyak subjek yang diteliti. 93
Dalam penetapan narasumber yang dirasa mampu
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam
penentuan informan, maka peneliti dalam hal ini
mempergunakan metode yang dikenal dengan purposive
sampling. Menurut Noto Atmojo berpendapat bahwa purposive
sampling yaitu suatu teknik dalam memilih sebuah sampel
berdasarkan ciri tertentu yang dirasa dapat membantu seorang
peneliti dalam mendapatkan Informasi.94
Sedangkan Sugiyono berpendapat bahwa purposive
sampling merupakan sebuah metode cara mengambil sampel
yang dilakukan melakukan pertimbangan tertentu agar data
93
Borg W.R Gall dan Best J.W Khan, 2003, Simple of Interview, hal. 24
94
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2012). hal. 75
77

yang dihasilkan dari kegiatan penelitian bersifat nyata dan betul-


betul terjadi.95 Disisi lain Arikunto menjelaskan bahwa purposive
sampling merupakan metode yang digunakan dalam mengambil
sampel tidak secara acak, akan tetapi dengan memilih sampel
yang berdasarkan pada suatu kriteria khusus yang dimiliki oleh
seorang calon informan. 96
Adapun terdapat beberapa tujuan yang ada didalam teknik
wawancara dengan menggunakan purposive sampling :
1) Sampel dipilih dengan menggunakan suatu pendapat tertentu
sehingga hasil yang akan didapatkan berupa data yang
memiliki keterangan yang maksimal dan cukup.
2) Menyelesaikan suatu permasalahan dengan mencari
penyelesaian melalui pendapat-pendapat yang diutarakan
oleh informan atau orang lain.
3) Pemberian nilai yang bersifat nyata dan dapat diterima oleh
orang lain pada umumnya.
4) Mendapatkan objek yang betul-betul berkualitas, sehingga
hasil informasi yang didapatkan juga akan memiliki mutu dan
berkualitas.
Teknik purposive sampling memiliki beberapa kelebihan yang
memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, adapun
kelebihan-kelebihan dari teknik ini adalah sebagai berikut :
1) Sampel yang dipilih merupakan sumber yang merupakan
pilihan kita sendiri yang kita rasa memiliki hubungan dengan
tema yang diteliti.
2) Teknik purposive sampling adalah teknik yang dalam
pelaksanaannya sangat mudah untuk dilakukan oleh seorang
peneliti.
3) Sampel yang dipilih biasanya seseorang yang sudah dikenal

95
Ibid. hal. 213
96
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, hal. 124
78

baik oleh peneliti.97


Teknik purposive sampling juga memiliki beberapa
kekurangan yang juga harus menjadi pertimbangan seorang
peneliti dalam menggunakan teknik ini. Adapun kekurangan-
kekurangan dari teknik ini adalah :
1) Teknik ini tidak mendukung dalam penggeneralisasian
dalam menarik kesimpulan yang bersifat statis.
2) Tidak dalam kriteria sebagai random sample
3) Tidak sebagus random sample.98
Adapun dalam pelaksanaannya, purposive sampling memiliki
syarat dalam pelaksanaannya. Adapun syarat-syaratnya adalah
sebagai berikut :
1) Peneliti terlebih dahulu menentukan kriteria dari objek
yang akan dipilihnya menjadi sampel. Penentuan kriteria
ini dapat berupa sikap yang dimiliki dari calon subjek yang
akan menjadi sampel atau pun faktor terpercaya lainnya
yang dimiliki oleh subjek tersebut.
2) Peneliti memiliki kriteria sebagai sampel yang terpercaya.
Sehingga informasi yang didapatkan oleh si peneliti dapat
dipertanggung jawabkan di khalayak umum atau ketika
sudah mencapai tahap publikasi hasil dari penelitian.
3) Sampel yang dipilih tersebut sangat berhubungan dengan
fokus dalam penelitian. 99
Langkah-langkah dalam melaksanakan teknik purposive
sampling dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai
berikut :
1) Terlebih dahulu seorang peneliti menentukan hal penting
apa yang ingin dicapainya dalam penelitian yang akan
dilakukan.
97
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, hal. 43
98
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2016), hal. 112
99
Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta : Cipta Media, 2019), hal. 32
79

2) Peneliti membuat rincian karakteristik yang ditujukan


untuk memilih sampel.
3) Memilih rincian populasi yang dipilih
4) Membuat daftar sampel yang digunakan dalam penelitian.
5) Melakukan penelitian sesuai dengan prosedur.

Di antara informan yang akan diwawancarai oleh peneliti


antara lain yaitu :
1) Kepala madrasah sebagai narasumber utama dalam
penelitian ini bisa dianggap sebagai sumber data terpenting
yang diharapkan membantu memberikan informasi dalam
meningkatkan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur.
2) Wakil kepala bidang kurikulum sebagai seseorang yang
membantu kepala madrasah dalam mengatur pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
3) Beberapa dewan majelis guru yang dirasa dapat memberikan
informasi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan supervisi
yang dilakukan oleh kepala madrasah.
Apabila kegiatan wawancara yang dilakukan bersama
dengan kepala madrasah sudah dirasa mendapatkan data yang
cukup, maka selanjutnya peneliti melanjutkan untuk melakukan
wawancara dengan narasumber selanjutnya yaitu dengan wakil
kepala bidang kurikulum dan selanjutnya dilakukan dengan
beberapa narasumber yang berasal dari beberapa majelis guru
yang ada di sekolah tersebut sampai data yang terkumpul sudah
lengkap dan semaksimal mungkin.
c) Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah penganalisaan dokumen-
dokumen baik yang berupa gambar-gambar, tulisan maupun
audio yang berhubungan dengan sebuah peristiwa. Menurut
80

Suharsimi Arikunto, dokumentasi berasal dari kata dokumen,


yang artinya segala sesuatu yang berbentuk tulisan, yang mana
dalam melaksanakan metode studi dokumentasi peneliti
melakukan penyelidikan terhadap benda-benda tertulis. Adapun
yang peneliti butuhkan dalam pelaksanaan analisa dokumentasi
adalah profil dan sejarah berdirinya madrasah, video
pembelajaran dan foto-foto kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan penelitian serta buku-buku yang relevansi
dengan fokus penelitian.100

Peneliti dalam hal ini mengumpulkan dokumen-dokumen,


papan program kerja kepala madrasah, foto-foto kegiatan
madrasah dan dokumen-dokumen pembelajaran yang dimiliki
oleh guru. Dokumen-dokumen tersebut diharapkan dapat
membantu peneliti dalam mendapatkan data-data tambahan
karena dari dokumen itu dimungkinkan dapat menjadi alat bantu
peneliti dalam melihat kegiatan supervisi yang dilakukan oleh
kepala madrasah dan untuk mengetahui program-program
kepala madrasah serta terobosan-terobosan baru apa yang
dilakukan oleh kepala madrasah dalam peningkatan kompetensi
mutu guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur.
D. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan cara pengorganisasian data-data yang diperoleh
kemudian dijabarkan dengan lebih rinci dan selanjutnya peneliti
mensintesi kedalam pola yang telah dipilih sehingga hal ini dapat
memunculkan bagian-bagian terpenting yang bisa dijadikan
panduan dalam membuat penarikan kesimpulan yang dapat
membantu peneliti dalam menjelaskan hasil penelitiannya kepada

100
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2016), hal. 129
81

orang lain.101 Teknik analisis data yang penelitian gunakan dalam


penelitian tesis ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif
dengan menggunakan konsep Miles dan Huberman. Konsep
yang dipergunakan dalam menganalisa data dapat dilakukan
dengan melalui 3 tahapan yaitu melakukan pereduksian data,
menyajikan data (data display) dan menarik kesimpulan
(conclusion).102 Metode kualitatif merupakan jenis penelitian tanpa
menggunakan penghitungan ataupun dengan menggunakan
prosedur statistic. Proses pengolahan data dapat dilakukan
secara berkesinambungan selama kegiatan penelitian
berlangsung, tidak perlu menunggu sampai pelaksanaan kegiatan
penelitian selesai dilaksanakan.
a) Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang


pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema
dan polanya sertamembuang yang tidak perlu. 103 Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, memudahkan peneliti melakukan pengumpulan
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Dalam praktiknya,
data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi
nantinya akan dipilih sesuai dengan masalah penelitian yang
diangkat. Seperti pendekatan supervisi yang dilakukan kepala
sekolah juga teknik supervisi yang diterapkan oleh kepala sekolah
dan juga hasil supervisi kepala sekolah terhadap peningkatan
profesionalisme guru. Adapun ketika data yang dikumpulkan
terdapat data yang tidak berhubungan dengan fokus
pembahasan, maka akan dibuang atau direduksi. Langkah-
langkah mereduksi data dalam penelitian ini adalah sebagai
101
Sugiyono, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta : Indo Cetak, 2015),
hal. 245
102
Ibid, hal. 140
103
Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta : Cipta Media, 2019), hal. 30
82

berikut :
5) Peneliti melakukan analisis dari metode yang digunakan
dalam pengumpulan data
6) Mengklasifikasikan hasil analisis kegiatan pengumpulan
data dengan metode observasi, metode wawancara dan
metode pengkajian dengan dokumentasi tentang
pelaksanaan kegiatan supervisi dalam meningkatkan
kompetensi profesional guru di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur.
7) Hasil kegiatan observasi, kegiatan wawancara dan studi
dokumentasi diubah kedalam bahasa yang lebih tepat dan
baik, kemudian ditransformasikan kedalam sebuah catatan.
b) Penyajian Data
Penyajian data adalah menyajikan data-data yang diperoleh
dengan menggunakan penjelasan-penjelasan singkat dengan
menggunakan pon-poin pentingnya saja, menggunakan struktur
bagan tertentu dan menjelaskan hubungan antara data yang
diperoleh dengan kecocokan data saat diperoleh dilapangan.
Kegiatan penyajian data yang terstruktur dalam pembuatan
polanya maka akan memudahkan dalam memahami dan
menganalisa data yang disajikan. Penyajian data dapat dilakukan
dengan cara dijabarkan secara narasi. Hal ini diperkuat dengan
pendapat yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman tentang cara
menyajikan data. Ia menjelaskan bahawa teknik penyajian data
dalam penelitian kualitatif yang efektif digunakan dengan
menampilkan teks yang bersifat naratif.104 Dengan menampilkan
data akan dapat membantu peneliti dalam memahami apa yang
terjadi dan untuk melakukan beberapa analisis untuk lebih lanjut
atas pemahaman tersebut. Oleh karena itu, agar data yang

104
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2012). hal. 80
83

didapatkan menjadi lebih mudah untuk dipahami maka penyajian


penelitian data dapat dilakukan dengan menggunakan uraian
singkat, draft, flowchart dan sebagainya.
Beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam
mentranskripsikan dan mendeskripsikan data adalah sebagai
berikut:
8) Mengidentifikasi dan menggarisbawahi kata kunci atau
kalimat yang disebutkan oleh narasumber yang mengacu
kepada permasalahan tentang upaya dan pelaksanaan
kegiatan supervisi oleh kepala dalam meningkatkan
kompetensi profesional guru.
9) Kemudian peneliti mempresentasikan data kedalam
masing-masing cluster, setelah itu dianalisis dan
dideskripsikan.
10)Peneliti juga melihat dari analisis dokumen tentang
dokumen-dokumen yang menyangkut tentang
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan
program supervisi yang dilaksanakan oleh kepala
madrasah.
c) Mengambil kesimpulan
Conclution adalah mengambil kesimpulan maupun verifikasi
yang mengungkapkan hasil dari temuan-temuan baik berupa
pendeskripsian yang dirasa sudah cukup jelas dari hasil
pembahasan penelitian. Menarik kesimpulan adalah sebagai
penentu data akhir setelah dilakukan semua tahapan dari proses
penganalisaan, sehingga semua masalah yang menjadi rumusan
penelitian dapat didapatkan hasil penjelasan akhirnya sesuai
dengan data yang sebenarnya.105 Miles dan Huberman
mengungkapkan bahwa kesimpulan yang diambil pada awal-awal

105
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2012). hal. 78
84

penelitian belum bisa dijadikan sebagai hasil sebenarnya dan


masih diperlukannya bukti pendukung yang kuat dalam
pelaksanaan penelitian.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data adalah usaha-usaha untuk
memeriksa kembali data yang diperoleh dengan lebih teliti dan
dilakukan secara lebih mendalam lagi. Fungsi dari pengecekan
keabsahan data ini adalah bagaimana penelitian ini dapat diyakini
dan memberikan kepercayaan bahwa penelitian ini telah dilakukan
dengan cara-cara yang sistematis dengan melakukan pembuktian-
pembuktian terhadap apa yang diteliti.
Beberapa langkah yang dapat peneliti lakukan untuk
mendapatkan data yang berdasarkan dengan standar-standar dalam
memenuhi keabsahan data. Adapun langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Melakukan pengamatan lebih jauh dengan memperpanjang waktu
yang digunakan
Memperpanjang kegiatan pengamatan adalah dengan cara
peneliti terjun kembali kelapangan dengan melakukan obeservasi
dan kegiatan wawancara yang dilakukan ulang dengan para
narasumber. Sehingga kegiatan memperpanjang kegiatan
pengamatan ini akan mendapatkan report yang baru. Waktu
penelitian yang telah direncanakan oleh peneliti akan dimulai
pada bulan maret 2021. Akan tetapi jika dikemudian hari data
yang sudah diperoleh peneliti dirasa masih ada data yang kurang
maka peneliti akan melakukan kegiatan perpanjangan wakktu
hingga bulan Mei 2021.
b) Menambah ketelitian dalam mengolah data
Ketelitian adalah hal yang harus dijadikan pedoman bagi
seorang peneliti. Dimana data yang telah diperoleh hendaknya
dilakukan pengolahan yang lebih mendalam dan dilakukan secara
85

terus menerus. Pengolahan data yang dilakukan secara teliti dan


tersusun secara sistematis akan memperkuat hasil penelitian
yang telah dilakukan, dimana kepastian dari data-data yang
diperoleh berdasarkan rangkaian kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dengan tetap berpedoman kepada focus penelitian.
c) Triangulasi Data
Triangulasi data adalah suatu teknik yang digunakan untuk
memeriksa keabsahan data dengan menggunakan sesuatu selain
data untuk mengecek dan membandingkan data yang
dikumpulkan.106
Triangulasi dalam analisa data ini dapat diartikan sebagai
salah satu cara untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh
dengan cara-cara tertentu dan dengan batas waktu yang telah
ditentukan. Sehingga hal ini akan memunculkan triangulasi yang
berhubungan dengan sumber-sumber data yang diperoleh,
triangulasi yang berhubungan dengan teknik-teknik pengumpulan
dalam memperoleh data, dan triangulasi limit waktu yang
membantu peneliti dalam merencanakan,mendapatkan data yang
dibutuhkan.
Adapun yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah
dengan menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi
dengan teknik dalam memperoleh data. Langkah-langka yang
digunakan dalam triangulasi sumber data yaitu dengan cara
melakukan pengecekan terhadap data yang sudah diperolehnya
tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh kepala
madrasah dalam melakukan kegiatan supervisi dan teknik yang
dilakukan oleh kepala madrasah.
Teknik triangulasi dapat dilakukan dengan melakukan
dengan cara pengamatan terhadap penyelenggaraan kegiatan
supervisi dan bagaimana tahapan-tahapan yang dilakukan oleh

106
Yeasmin, 2000, Teknik Pengumpulan Data, hal. 156
86

kepala madrasah dalam menentukan pendekatan-pendekatan


yang digunakan, teknik-teknik yang digunakan oleh supervisor
pada proses kegiatan perencanaan pelaksanaan supervisi.
Dalam mengevaluasi hasil-hasil yang yang diperoleh yang
berhubungan dengan usaha-usaha kepala madrasah dalam
meningkatkan profesional guru adalah dengan menganalisa hasil
dari kegiataan wawancara yang telah dilakukan dan
menghubungkan dokumentasi yang mendukung upaya
peningkatan profesional guru di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur.
Triangulasi data dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
1. Melakukan pembandingan data yang telah diperoleh dengan
menggunakan metode pengumpulan data observasi dengan
hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode
pengumpulan data wawancara.
2. Membandingkan pendapat atau jawaban yang diterima dari
narasumber dengan hasil observasi peneliti.
3. Membandingkan hasil kegiatan metode wawancara dengan
dokumen data yang berkaitan dengan objek penelitian.
4. Membandingkan data observasi dan analisa dokumen di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.
d) Mengkaji bahan-bahan yang referensial
Mengkaji bahan referensial adalah dengan melakukan
analisa-analisa terhadap bahan-bahan yang dirasa mendukung
hasil dari penelitian di lapangan dan membantu peneliti dalam
melakukan pembuktian-pembuktian berdasarkan data yang telah
didapatkan.
87

BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum Penelitian


Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang deskripsi lokasi
penelitian yang mencakup sejarah berdirinya Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur, letak geografis,
struktur organisasi sekolah, visi dan misi, keadaan guru, keadaan
siswa, prestasi sekolah dan siswa serta keadaan sarana dan
prasarana yang ada di madrasah tersebut.
1. Sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Al-hidayah
Tanjung Jabung Timur
Pada tahun 1980 didirikannya Pondok Pesantren Al-Hidayah
di Desa Bangun Karya Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten
Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi, yang mana pendiri dari
pondok pesantren ini bernama Kyai H. Syamsuddin Ahmad.
Pada awalnya, di pondok pesantren ini hanya diajarkan
pelajaran-pelajaran yang berhubungan dengan agama saja,
seperti pondok-pondok pesantren pada umumnya. Kemudian
beberapa tahun berjalan, banyak permintaan dari masyarakat-
masyarakat sekitar yang meminta kepada Kyai H.Syamsuddin
Ahmad untuk juga mendirikan madrasah sebagai tempat untuk
belajar ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Karena
mengingat daerah Tanjung Jabung Timur merupakan daerah
transmigrasi dan masih belum banyak sekolah-sekolah yang
ada didaerah tersebut.
Kemudian pada tahun 1984, berbekal dengan tekad dan
semangat bersama-sama dengan masyarakat sekitar, mulailah
didirikannya madrasah ibtidaiyah dan madrasah tsanawiyah.
Meskipun dengan sarana dan prasarana yang masih seadanya,
88

akan tetapi tidak membuat semangat belajar para santri untuk


menimba ilmu di madrasah tersebut.107
Sampai saat ini, Yayasan Pondok Pesantren Al-Hidayah
Tanjung Jabung Timur memiliki 4 jenjang sekolah yaitu
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Al-Hidayah, Madrasah
Ibtidaiyah Al-Hidayah, Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah, dan
Madrasah Aliyah Al-Hidayah. Dan direncanakan pada tahun
2022, juga akan didirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Al-
Hidayah.
Para siswa-siswi yang ada di madrasah formal juga
merupakan santriwan dan santriwati yang ada di Pondok
Pesantren Al-Hidayah, dimana pada siang hari mereka
mengikuti kegiatan belajar mengajar formal di madrasah,
sedangkan di sore hari hingga malam mereka diwajibkan untuk
mengikuti kegiatan belajar non formal/madrasah diniyah, yang
mana para siswa sekaligus santri belajar tentang kitab
kuning,nahwu shorof, muhadatsah, muhadharah dan
kepemimpinan. Untuk saat ini jumlah santri yang ada di Pondok
Pesantren Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur berjumlah lebih
kurang 400 orang.
2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur
a) Visi
“Membentuk siswa-siswi menjadi pemimpin yang mandiri,
kreatif, profesional, amanah dan berakhlakul karimah
dengan berwawasan Ahlussunnah Wal Jama‟ah.”
b) Misi
1) Membekali siswa dengan pengetahuan agama dan
umum

107
Wawancara, Kepala Madrasah (Bambang Madiyo), 10 Mei 2021
89

2) Membina siswa agar mampu memimpin kegiatan


keagamaan yang ada dimasyarakat
3) Menyelenggarakan pendidikan islami yang berlandaskan
iman dan taqwa
4) Menumbuhkembangkan sikap terpuji dilingkungan
sekolah dan dilingkungan masyarakat sehingga dapat
menjadi teladan bagi teman dan masyarakat
5) Menyelenggarakan pendidikan secara efektif sehingga
dapat membantu siswa untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya
6) Menciptakan lingkungan pendidikan yang religius
sehingga siswa dapat mengamalkan dan menghayati
agama yang dianutnya secara nyata
7) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri
sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan minat
dan bakat yang diinginkan siswa
8) Menyelenggarakan pembelajaran yang berorientasi pada
menumbuhkembangkan kemampuan siswa berpikir
secara aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah
yang dihadapi.
c) Tujuan Madrasah
1) Membantu tersuksesnya program pendidikan dasar
pemerintah wajib belajar 9 tahun
2) Membantu siswa dalam menggali dan mengembangkan
potensi dirinya secara maksimal
3) Meningkatkan kemampuan berfikir dan keterampilan
siswa
4) Meningkatkan prestasi siswa yang menggunakan
pelayanan ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman
dan taqwa sehingga terbentuknya insan yang
90

berakhlakul karimah dan berwawasan ahlussunnah wal


jama’ah
5) Meningkatkan profesionalitas dan integritas siswa,
karyawan dan majelis guru
6) Mewujudkan pola kehidupan islami yang berlandaskan
Al-Qur’an dan Hadits
7) Menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan
lembaga lain dalam rangka pengembangan dan
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
3. Struktur Organisasi Madrasah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur
Organisasi adalah sekumpulan dari sejumlah orang yang
mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama dan memiliki aturan
dan ketentuan yang harus dijalankan secara bersama.
Organisasi kepengurusan dalam lembaga pendidikan yang
terdiri dari tenaga struktural dan fungsional sekolah seperti
kepala sekolah, dewan majelis guru , karyawan, komite sekolah
dan organisasi siswa intra madrasah.
Untuk saat ini, kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah
Tanjung Jabung Timur adalah Bambang Madiyo, S.Pd.I, yang
telah menjabat sebagai kepala madrasah sejak tahun 2008
sampai dengan saat ini.
Lembaga pendidikan formal sebagai penyelenggaraan
organisasi kerja diselenggarakan secara sistematis, terpimpin,
terarah dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam menjalankan
kepemimpinannya dan untuk menjalankan kegiatan proses
belajar mengajar ia dibantu oleh para dewan majelis guru
sebagai berikut :
91

Tabel 4.1 Data Dewan Majelis Guru di Madrasah Tsanawiyah


Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.108
No Nama Guru Jabatan Riwayat Pendidikan
1 Bambang Kepala Pendidikan Agama
Madiyo, S.Pd.I Madrasah Islam (STAI Ma’arif
Jambi)
2 Kyai Ahmad Komite Pondok Pesantren
Dahlan Syam Madrasah Darul Ulum
Jombang
3 Nur Hakim, Wakil Kepala Pendidikan Agama
S.Pd.I Madrasah Islam (STAI Ma’arif
Jambi)
4 Syafruddin, Bendahara Pendidikan Agama
S.Pd Islam (STAI Ma’arif
Jambi)
5 Salafuddin Wakil Bidang Pendidikan Agama
Akbar, S.Pd.I IT Islam (UIN
Ponorogo)
6 Syamsudin, Wakil Bidang Pendidikan Agama
S.Pd.I Kurikulum Islam (STAI Ma’arif
Jambi)
7 Harmadi, S.Pd.I Wakil Bidang Pendidikan Agama
Kesiswaan Islam (STAI Ma’arif
Jambi)
8 Sutinem, S.Pd.I Wakil Bidang Pendidikan Agama
Umum Islam (IAIN STS
Jambi)
9 Karsyid Suhardi, Wakil Bidang Pendidikan Agama
S.Pd.I Humas Islam (STAI Ma’arif

108
Profil Monografi Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur, Tahun
2021
92

Jambi)
10 Sugiono, S.Pd.I Wakil Bidang Pendidikan Agama
Sarana dan Islam (STAI Ma’arif
Prasarana Jambi)
11 Ernawati, S.Pd Koordinator Pendidikan Fisika
KBM (UIN STS Jambi)
12 Siti Alimatul Koordinator Pendidikan
Hasanah, S.Pd Perpustakaan Matematika (UIN
STS Jambi)
13 Siti Munirah, SS Koordinator Sastra Inggris (UIN
UKS STS Jambi)
14 Nanik Sumarsih, Koordinator Pendidikan Agama
S.Pd.I Laboratorium Islam (STAI Ma’arif
Jambi)
15 M. Rukim,S.Pd.I Koordnitaor Porkes (Universitas
Ekstrakurikuler Jambi)
16 Anis Nur Aini, Koordinator Hukum Ekonomi
SE Tata Usaha Syari’ah (STIE Al-
Mujaddid)
17 Sutarmo, S.Pd Guru BK Pendidikan Agama
Islam (STAI Ma’arif
Jambi)
18 Sriyono Guru Mapel -
19 M. Ikhwan Guru Mapel -
20 Lina Kholila Guru Mapel -

Berdasarkan skema tabel struktur organisasi diatas, jelaslah


bahwa kepala madrasah sangat memiliki peran penting dalam
menentukan dimana setiap kegiatan yang menyangkut sekolah
tidak terlepas dari pengawasan kepala sekolah. Dibawah ini
akan dijelaskan rincian program kerja kepala sekolah dan
93

perangkat-perangkat yang lainnya yang ada di Madrasah


Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur :
a. Kepala Madrasah
1) Membuat perencanaan kebutuhan dari setiap guru
mata pelajaran
2) Membagikan jadwal tugas guru mengajar
3) Menyusun program-program bagi pengajar, jadwal
mata pelajaran dan membuat rincian jadwal
pendidikan dalam 1 tahun
4) Menganalisa kebutuhan sumber belajar bagi siswa
dan guru
5) Memeriksa perlengkapan dari setiap mata pelajaran
termasuk media dan bahan pembelajaran
6) Menjadwalkan rapat bulanan untuk membahas
progress dan mengevaluasi program yang belum
berjalan secara maksimal
7) Mengecek daftar kehadiran guru dan staf sekolah
secara berkala
8) Mengatur dan mengevaluasi berjalannya program 7 K
9) Membuat program pembelajaran yang bertujuan
untuk mendukung pelaksanaan proses pembelajaran
10) Membuat perencanaan penyelesaian guru yang
memiliki hambatan dalam mengajar
11) Memantau kegiatan pembelajaran
12) Menangani masalah yang terjadi
13) Memeriksa setiap jam pembelajaran yang sedang
berlangsung dengan berkeliling ke kelas
14) Melaksanakan supervisi kegiatan pembelajaran
15) Melaksanakan upacara bendera dan peringatan hari
besar islam
16) Menjalankan program kesehatan bagi guru dan siswa
94

17) Memeriksa program administrasi dalam hal surat


menyurat
18) Melaksanakan kegiatan rapat perencanaan setiap
minggu
19) Memeriksa kondisi pembiayaan
20) Mengontrol pengadaan alat perlengkapan sekolah
21) Melaksanakan pembiayaan dan pembayaran gaji
guru dan pegawai
22) Melaksanakan kontrol umum antara lain:
a. Memeriksa agenda setiap kelas
b. Mengevalusi bahan pembelajaran
c. Mengevaluasi program mengajar guru
d. Tingkat pencapaian pelaksanaan kurikulum
e. Minat dan bakat siswa
f. Evaluasi hasil belajar siswa
g. Pelaksanaan Bimbingan Konseling
23) Membuat laporan dan mempertanggungjawabkannya
kepada yayasan
24) Penyediaan sarana dan prasarana
25) Mengecek siswa masuk dan siswa keluar
b. Wakil Kepala Kurikulum
1) Membuat jadwal pembelajaran
2) Membantu guru dalam menyiapkan administrasi
pembelajaran
3) Membantu menyusun program pengajaran
4) Menyusun jadwal pelaksanaan ujian tengah semester
dan ujian akhir semester
5) Menentukan kriteria dalam menentukan siswa yang
bisa naik kelas dan tidak naik kelas serta kriteria
kelulusan
95

6) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan


kurikulum pembelajaran
7) Menertibkan buku laporan penilaian hasil belajar
siswa
8) Membina kegiatan MGMP bagi para guru
9) Menyusun laporan pembelajaran dan melaporkannya
kepada kepala madrasah
10) Membantu guru untuk mengatasi permasalahan yang
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran
c. Wakil Kepala Kesiswaan
1) Membina pengurus Organisasi Siswa Intra Madrasah
(OSIM)
2) Melaksanakan bimbingan dan pengarahan kegiatan
siswa dan organisasi siswa di sekolah
3) Melaksanakan pemilihan siswa berprestasi di setiap
semesternya
4) Menyusun program dan jadwal menajemen
kesiswaan secara berkala
5) Melaksanakan disiplin keamanan, kebersihan dan
ketertiban
6) Mengkoordinir siswa untuk aktif mengikuti kegiatan
yang diselenggarakan oleh intansi dan sekolah luar
7) Selalu mengecek mutasi masuk dan keluar siswa
8) Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan siswa secara
berkala
9) Menyusun dan mengevaluasi kegiatan ekstrakurikuler
d. Wakil Kepala Hubungan Masyarakat
1) Membina dan menjaga hubungan antara sekolah
dengan pihak luar seperti lembaga masyarakat,
pemerintah, dan lembaga sosial lainnya
96

2) Membina hubungan yang baik antara komite dan


sekolah
3) Mengkoordinir hubungan sekolah dengan wali murid
dengan diadakannya rapat yang melibatkan sekolah
dan wali murid
e. Wali Kelas
1) Mengatur dan mendisiplinkan siswa di kelas
2) Membuat struktur kelas
3) Membuat jadwal piket kebersihan kelas
4) Mengisi raport pada tiap semester ganjil dan genap
5) Menentukan peringkat kelas disetiap akhir semester
6) Mengontrol keadaan kelas secara berkala
f. Guru Bimbingan Konseling
1) Membantu penyelesaian siswa yang memiliki masalah
baik dalam segi psikis maupun non-psikis
2) Memantau perkembangan siswa bekerjasama dengan
wali kelas
3) Membuat buku daftar siswa yang memiliki masalah
dan solusinya
g. Tenaga Pengajar (Guru)
1) Melaksanakan program pembelajaran yang
dilaksanakan secara profesional
2) Menyusun dan mempersiapkan perangkat
pembelajaran
3) Membimbing siswa dalam belajar
4) Menjadi contoh serta teladan yang baik siswa di
sekolah
5) Membantu siswa dalam pengembangan bakat yang
dimiliki oleh masing-masing siswa
h. Tata Usaha
97

1) Membuat perencanaan administrasi bagai tenaga


pendidik dan peserta didik
2) Membantu peningkatan program guru dan pegawai
3) Melaksanakan administrasi yang dibutuhkan oleh
sekolah
i. Siswa
1) Meniatkan diri untuk menerima apa yang disampaikan
guru
2) Mematuhi disiplin dan tata tertib yang sudah
ditentukan oleh sekolah
4. Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur
Guru adalah seseorang yang memiliki pengaruh besar dalam
dunia pendidikan, karena guru terlibat langsung dalam proses
kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mentransfer ilmu
pengetahuan yang mana akan digunakan sebagai bekal bagi
siswa dimasa yang akan datang. Guru juga sangat berperan
penting dalam pembentukan karakter seseorang dan
pembentukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
intelektual dan juga kemampuan spiritual yang mumpuni.
Peran seorang guru dalam mengajar dan mendidik siswa
dalam menumbuhkan dan membekali siswa dalam
mengembangkan kemampuan dirinya melalui proses
pembelajaran di sekolah. Guru yang profesional adalah guru
yang selalu melaksanakan pembelajaran kepada peserta
didiknya secara efektif dan efisien, serta mengupayakan
penanaman sikap cinta dan semangat dalam menuntut ilmu.
Tanpa adanya guru, mustahil akan terlaksananya program
pendidikan, karena guru adalah unsur terpenting dalam suatu
lembaga pendidikan.
98

Demikian pula tentang kualitas dan pengelolaan guru di


Madrasah Tsanawiyah Al-hidayah Tanjung Jabung Timur
sangat ditentukan oleh kepala madrasah dengan dibantu oleh
guru yang memang memilki kemampuan yang berkualitas dan
amanah dalam mengemban tugas yang telah diberikan kepada
guru tersebut.
Keadaan guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur berjumlah 18 orang yang mengajar di madrasah
tersebut. Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur memiliki 4 orang guru yang sudah bersertifikasi oleh
Kementerian Agama Tanjung Jabung Timur dan 14 orang
berstatus sebagai Guru Tetap Yayasan (GTY).

Rincian dari pembagian tugas guru di madrasah tersebut


adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Keadaan guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah
Tanjung Jabung Timur.109
No Nama Guru Bidang Studi
1 Bambang Madiyo, S.Pd.I Bahasa Arab
2 Syafruddin, S.Pd Bahasa Arab
3 Syamsudin, S.Pd.I Matematika
4 Harmadi, S.Pd.I Bahasa Indonesia
5 Sutinem, S.Pd.I Ilmu Pengetahuan Sosial
6 Karsyid Suhardi, S.Pd.I Bimbingan Istighosah
7 Sugiono, S.Pd.I Al-Qur’an Hadits
8 Ernawati, S.Pd Ilmu Pengetahuan Alam
9 Siti Alimatul Hasanah, Seni Budaya
S.Pd
10 Siti Munirah, SS Bahasa Inggris

109
Profil Monografi Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur, Tahun
2021
99

11 Nanik Sumarsih, S.Pd.I Sejarah Kebudayaan Islam


12 M. Rukim,S.Pd.I Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan
13 Anis Nur Aini, SE Prakarya
14 Sutarmo, S.Pd Bimbingan Konseling
15 Sriyono Pendidikan
Kewarganegaraan
16 M. Ikhwan Fiqih
17 Lina Kholila Akidah Akhlak
18 Salafuddin Akbar, S.Pd.I Operator/ IT

5. Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung


Jabung Timur
Siswa merupakan orang yang menempuh jenjang pada
suatu lembaga pendidikan. Dalam ruang lingkup dunia
pendidikan, siswa sangat memerlukan pembinaan dan
bimbingan dari seluruh warga sekolah dalam peningkatan
kompetensi pengetahuan maupun dalam pengembangan sikap
dan spiritual siswa. Seluruh siswa yang ada dilembaga
pendidikan memiliki hak untuk mendapatkan pembinaan
pengembangan potensi dari masing-masing kemampuan yang
dimiliki oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan setiap daripada
peserta didik sangatlah banyak memiliki potensi dan bakat yang
mana perlu dikembangkan sebagai bentuk pembekalan bagi
siswa tersebut.
Dalam penyelenggaraan proses pendidikan yang
dilaksanakan di madrasah, proses kegiatan belajar mengajar
merupakan hal penting yang menjadi poin utama yang harus
dilaksanakan dengan semaksimal mungkin oleh para pendidik.
100

Berpedoman pada hasil penelitian yang telah dilakukan


dilapangan, keadaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur berjumlah 133 orang yang
mana untuk jumlah kelas sebanyak 7 rombel, untuk lebih rinci
tentang keadaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah
Tanjung Jabung Timur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.3 Keadaan Siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur.110
No Kelas Rombongan Belajar Jumlah
(Rombel)
1 VII (Tujuh) Rombel VII A (Putri) 18 orang
Rombel VII B (Putri) 14 orang
Rombel VII C (Putra) 25 orang
2 VIII Rombel VIII A (Putri) 13 orang
(Delapan)
Rombel VIII B (Putra) 27 orang
3 IX Rombel IX A (Putri) 23 orang
(Sembilan)
Rombel IX B (Putra) 13 orang
Jumlah 133 orang

Siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung


Timur juga memiliki beberapa prestasi yang pernah diraih dalam
beberapa tahun terakhir. Prestasi-prestasi tersebut dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data Prestasi Sekolah dan Siswa Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur.111

110
Profil Monografi Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur, Tahun
2021
101

No Prestasi Penyelenggara Tahun

1 Juara III Lomba Volly Kementerian 2009


Putri PORSEMA Tingkat Agama Tanjung
MTS Se-Kabupaten Jabung Timur
Tanjung Jabung Timur
2 Juara III Lomba Cepat Kementerian 2009
Tepat (LCT) PORSEMA Agama Tanjung
Tingkat MTS Se- Jabung Timur
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
3 Juara Harapan I Kemah Man 1 Tanjung 2010
Islami VII Jabung Timur
4 Juara II Lomba Qasidah Kementerian 2010
Rebana Tingkat MTS Agama Tanjung
Se-Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Jabung Timur
5 Juara II Lomba Pidato Dinas Pendidikan 2010
Putri POSPEDA Tanjung Jabung
Tanjung Jabung Timur Timur
6 Juara III Lomba Tenis Dinas Pendidikan 2010
Meja Tunggal Putra Tanjung Jabung
POSPEDA Tanjung Timur
Jabung Timur
7 Juara II Lomba Kaligrafi MAN 1 Tanjung 2013
Putri Menyambut 1 Jabung Timur
Muharram 1435 H
8 Juara III Lomba Volly MAN 1 Tanjung 2013

111
Profil Monografi Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur, Tahun
2021
102

Putri Menyambut 1 Jabung Timur


Muharram 1435 H
9 Juara II Lomba Kaligrafi MAN 1 Tanjung 2013
Putra Menyambut 1 Jabung Timur
Muharram 1435 H
10 Juara II Lomba Tilawah MAN 1 Tanjung 2013
Putra Menyambut 1 Jabung Timur
Muharram 1435 H
11 Juara II Lomba LKBB Dinas Pendidikan 2014
Putra dalam Rangka Rantau Rasau
HUT RI Ke-69
12 Juara III Lomba LKBB Dinas Pendidikan 2014
Putri dalam Rangka Rantau Rasau
HUT RI Ke-69
13 Juara II Lomba Tilawah Kecamatan Rantau 2015
Remaja Tingkat Rasau
Kecamatan Rantau
Rasau
14 Juara II Lomba Tartil Kecamatan Rantau 2015
Tingkat Kecamatan Rasau
Rantau Rasau
15 Juara I Lomba Qiro’atul Kementerian 2017
Kutub Pondok Agama Tanjung
Pesantren Se- Tanjung Jabung Timur
Jabung Timur
16 Juara II Lomba Qiro’atul Kementerian 2017
Kutub Pondok Agama Tanjung
Pesantren Se- Tanjung Jabung Timur
Jabung Timur
17 Juara II Lomba Pidato Kementerian 2019
103

Putri dalam Rangka Agama Tanjung


Lomba Keagamaan Jabung Timur
KKG Wilayah Timur

6. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana sekolah merupakan hal penting yang
menjadi kebutuhan pokok yang harus dilengkapi dan
diwujudkan oleh suatu lembaga pendidikan sebagai pendukung
dan penunjang terlaksananya kegiatan belajar mengajar
disekolah. Fasilitas sekolah yang tidak lengkap akan menjadi
penghambat dalam pelaksanaan proses mengajar sehingga hal
ini akan berpengaruh kepada hasil belajar siswa. Sarana dan
prasarana merupakan salah satu dari beberapa standar
kelayakan suatu lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana
yang baik dan terpenuhi akan sangat mengoptimalkan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang maksimal dan
membantu tercapainya tujuan pembelajaran.
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur dalam rangka
menunjang dan membantu terlaksananya proses kegiatan
pembelajaran dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Tabel 4.5 Sarana dan prasarana Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur.112

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan


1 Ruang Kepala Madrasah 1 Ruang Baik
2 Ruang Majelis Guru 1 Ruang Baik
3 Ruang Perpustakaan 1 Ruang Baik

112
Profil Monografi Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur, Tahun
2021
104

4 Ruang UKS 1 Ruang Baik


5 Ruang Kelas 7 Ruang Baik
6 Wc 7 Ruang Baik
7 Laboratorium Komputer 1 Ruang Baik
8 Gudang 1 Ruang Baik
9 Kantin Sekolah 2 Ruang Baik
10 Meja dan Kursi Guru 30 Buah Baik
11 Meja dan Kursi Siswa 15 Buah Baik
12 Papan Tulis 12 Buah Sangat Baik
13 Papan Mading 3 Buah Baik
14 Komputer 2 Unit Baik
15 Laptop 7 Unit Baik
16 Lemari Pajangan Piala 1 Buah Baik
17 Lemari Pajangan Karya 4 Buah Baik
Siswa
18 Lemari Dokumen 2 Buah Baik
19 Jam Dinding 12 Buah Baik
20 Perlengkapan P3K 1 Unit Baik
21 Lemari Buku 5 Buah Baik
22 Printer 4 Unit Baik
23 Rak Sepatu 8 Buah Baik
24 Kursi Sofa 2 Set Baik
25 Sound Sistem 2 Unit Baik
26 Proyektor 2 Unit Baik
27 Alat Kebersihan 5 Set Baik
28 Lapangan Volly 1 Buah Baik
29 Lapangan Futsal 1 Buah Baik
30 Lapangan Badminton 1 Buah Baik
31 Lapangan Takraw 1 Buah Baik
32 Peralatan Olahraga 5 Set Baik
105

B. Temuan Khusus dan Pembahasan Penelitian


a. Pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala
madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesional
guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur
Kepala madrasah adalah seseorang yang memegang
jabatan fungsional guru yang diberikan tugas untuk memimpin
suatu lembaga pendidikan/sekolah dimana diselenggarakannya
proses belajar mengajar, tempat dimana terjadinya interaksi
antara guru yang memberikan ilmu pengetahuan dan murid
yang menerima apa yang diberikan oleh guru. 113
Dengan demikian, kepala madrasah merupakan seorang
tenaga profesional yang diberikan amanah untuk mengkoordinir,
memimpin dan mengatur suatu lembaga sekolah. Kompetensi
yang harus dimiliki oleh kepala madrasah adalah kompetensi
pengetahuan, kompetensi keterampilan, kompetensi nilai-nilai
dasar yang harus diterapkan dan diaplikasikan dalam pekerjaan
atau jabatannya. Berdasarkan pasal 12 ayat 1 Peraturan
Pemerintah nomor 28 tahun 1990 dikemukakan bahwa “Kepala
sekolah wajib bertanggungjawab atas pelaksanaan
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana”.
Adapun tolak ukur yang digunakan kepala madrasah dalam
mensupervisi guru dalam rangka meningkatkan kompetensi
yang dimilikinya adalah sebagai berikut :
1. Guru memiliki Surat Keputusan pembagian tugas
mengajar dari kepala sekolah yang bersangkutan.

113
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahan
2020, (Jakarta : Grafindo), hal. 83
106

2. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran minimal 24


jam setiap minggunya.
3. Guru disiplin ketika datang ke sekolah sesuai dengan jam
yang telah ditentukan oleh sekolah
4. Guru mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional
guru tersebut.
5. Guru merancang program pembelajaran yang akan
dilakukan dengan membuat program tahunan dan
program semester.
6. Guru membuat silabus pembelajaran yang dibuat dengan
hasil usaha sendiri.
7. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
akan digunakan pada setiap kegiatan pembelajaran.
8. Guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
waktu dan jadwal yang telah ditentukan.
9. Guru menggunakan buku referensi ketika mengajar di
dalam kelas.
10. Guru melakukan penilaian dalam bentuk Ulangan Harian,
Ulangan Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester.
11. Guru membuat daftar nilai hasil belajar siswa.
12. Guru membuat perencanaan program dan intrumen-
intrumen penugasan secara terstruktur maupun yang tidak
terstruktur.
13. Guru melakukan kegiatan mengarsipkan setiap
administrasi yang telah digunakan pada kegiatan belajar
mengajar pada semester sebelumnya.
14. Guru menyusun dan melaksanakan program remedial,
pengayaan terhadap hasil belajar siswa.
15. Guru memiliki buku agenda kegiatan pembelajaran.
107

16. Guru melakukan kegiatan pengembangan bahan ajar baik


secara mandiri maupun berkelompok.
17. Guru memiliki karya ilmiah baik berupa hasil karya tulis
ilmiah maupun buku-buku yang berkenaan dengan
kegiatan pembelajaran.
18. Guru memiliki hasil Penelitian Tindakan Kelas. 114
Dalam mengatur terlaksananya peningkatan kompetensi
guru, kepala madrasah diharuskan memiliki cara dan usaha
yang jitu untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses
peningkatan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Dimana kepala
madrasah harus bertindak sebagai EMASLIM (Edukator,
Manager, Administrator, Supervisor, Leadership, dan Motivator).
Pada dasarnya pelaksanaan supervisi sangat memiliki
dampak pengaruh yang besar dan memiliki kedudukan yang
sangat penting, dimana supervisi merupakan salah satu upaya
dalam pembinaan dan pengembangan kompetensi guru baik
yang dilakukan oleh pengawas sekolah maupun oleh kepala
sekolah. Menurut Mukhtar dan Iskandar “Supervisi secara
umum berarti mengamati, mengawasi dan membimbing
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan tujuan
untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan terhadap
hal-hal yang dianggap masih belum lengkap”.
Di bawah ini akan dijelaskan tentang pelaksanaan dari
kegiatan supervisi dalam meningkatkan kompetensi profesional
guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung jabung Timur
baik dilihat dari waktu pelaksanaan supervisi, teknik
pelaksanaan supervisi, evaluasi hasil pelaksanaan supervisi dan
tindak lanjut dari pelaksanaan supervisi tersebut :

114
Suprawoto, Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah, (Bandung : Media Utama, 2018,
hal. 57
108

1) Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah


belum dilakukan secara rutin
Hal ini berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis
dengan Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur, bahwasannya :
“Untuk pelaksanaan supervisi guru sendiri belum saya
laksanakan secara rutin, dan dalam 1 tahun hanya saya
lakukan 1 kali saja. Dan dalam mengontrol persiapan guru
mengajar saya menginstruksikan kepada dewan majelis guru
untuk menjalankan tugasnya sebaik mungkin sebagaimana
layaknya seorang pendidik. Sehingga kemungkinan hal inilah
yang membuat guru di madrasah tersebut kurang
memperhatikan tentang persiapan-persiapan yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar. Selain dari saya mensupervisi guru, saya juga
berusaha untuk mengirimkan guru pada pelatihan pelatihan
baik dari dinas pendidikan terkait maupun dari kementerian
agama”.115

Dalam satu tahun kegiatan pembelajaran, pelaksanaan


supervisi dilakukan oleh kepala madrasah kadang hanya
dilakukan satu kali saja dalam setahun.
2) Langkah-langkah dan teknik pelaksanaan supervisi kepala
madrasah
Langkah-langkah yang dilakukan oleh kepala madrasah
berdasarkan hasil obeservasi dan wawancara dalam
melaksanakan supervisi manajerialnya yaitu sebagai berikut:
a) Membuat jadwal yang tercantum didalam papan kerja harian
kepala madrasah
b) Mensosialiasasikan waktu pelaksanaan supervisi guru yang
sudah direncanakan
c) Menghimbau guru untuk terlebih dahulu melengkapi
administrasi pembelajaran sebelum pelaksanaan supervisi
dilakukan

115
Wawancara Kepala Sekolah, 13 Maret 2021
109

d) Melakukan jadwal kunjungan ke kelas sesuai dengan jadwal


yang telah ditentukan
e) Melakukan analisa terhadap hasil dari kegiatan supervisi
guru yang telah dilakukan baik berupa kelebihan maupun
kekurangan dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran
terhadap guru yang bersangkutan
f) Menindaklanjuti hasil dari pelaksanaan supervisi

Upaya kepala madrasah dalam menindaklanjuti hasil dari


pelaksanaan supervisi dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur adalah sebagai berikut :
a) Mengikutsertakan guru pada pelatihan-pelatihan kompetensi
guru yang sering dilaksanakan baik dari kementerian
pendidikan dan kebudayaan Tanjung Jabung Timur maupun
provinsi atau pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh
Kementerian Agama Tanjung Jabung Timur.116
b) Pemanggilan secara individu yang dilakukan oleh kepala
madrasah kepada setiap guru yang masih ditemukan
memiliki kekurangan-kekurangan dalam penyiapan
administrasi perangkat pembelajaran maupun cara
mengajar yang dinilai masih belum efektif.
c) Memberikan tugas kepada guru yang bersangkutan untuk
melengkapi administasi yang belum lengkap sehingga
dikemudian hari dari kegiatan supervisi ini memberikan
dampak yang signifikan terhadap profesional guru dalam
mengajar.
2) Teknik pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala
madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru.

116
Wawancara Kepala Sekolah, 13 Maret 2021
110

Teknik pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala


madrasah dilakukan seperti pada pelaksanaan supervisi
kepala sekolah pada umumnya yaitu dengan melakukan
kunjungan-kunjungan ke kelas saat guru mengajar dan melihat
bahan-bahan serta persiapan apa saja yang dibawa oleh guru
kedalam kelas saat melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar. Selain hal itu, teknik supervisi yang dilakukan oleh
kepala madrasah yaitu dilakukan pemanggilan guru yang ingin
disupervisi untuk menghadap ke ruangan kepala madrasah
dengan membawa bahan-bahan pembelajaran termasuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Program
Semester, Program Tahunan, Hasil analisis belajar peserta
didik, sampai dengan jadwal pelaksanaan ulangan harian dan
ujian tengah semester. 117
b. Upaya-upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur
Berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan observasi,
wawancara dan studi dokumentasi, usaha-usaha yang sudah
dilakukan oleh kepala madrasah dalam peningkatan kompetensi
profesional guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur adalah sebagai berikut :
1) Mengadakan Pelatihan Pembuatan Perangkat Pembelajaran
Sebagai bentuk tanggung jawab kepala madrasah yang
berperan sebagai pemimpin dan yang mengatur sekolah serta
mempunyai kewajiban untuk membantu peningkatan
kompetensi guru, maka kepala madrasah beserta perangkat
dibawahnya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan peningkatan kompetensi guru.

117
Wawancara Kepala Sekolah, 13 Maret 2021
111

Beberapa tahun terakhir, kepala madrasah bekerjasama


dengan wakil kepala bidang kurikulum membuat program dan
jadwal pembinaan kepada guru di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur yang mana kegiatan ini
bertujuan untuk peningkatan kompetensi guru dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Program peningkatan
dan jadwal pembinaan tersebut pada umumnya sudah berjalan
60%, akan tetapi pada pelaksanaannya masih ditemukannya
beberapa kendala.
Menurut SN selaku guru yang mengampu mata pelajaran
ilmu pengetahuan sosial, ia mengungkapkan bahwa :

“Memang betul ada kegiatan tersebut, tetapi menurut saya


kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala madrasah
belum dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam
membantu meningkatkan kompetensi yang dimilikinya dan
teman guru lainnya. Permasalahan yang menjadi kendala
adalah kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh sekolah, karena menurutnya keberhasilan suatu
program pembelajaran juga dipengaruhi oleh sarana dan
prasarana yang tersedia, sehingga hal ini juga harus
dipikirkan kembali oleh kepala madrasah. Selain itu latar
belakang pendidikan guru yang berbeda-beda juga menjadi
kendala kurang maksimalnya hasil dari kegiatan
pengembangan kompetensi tersebut, karena ada beberapa
guru yang memiliki latar belakang bukan pada bidang
pendidikan melainkan pada bidang lain.118

Selain itu, Menurut SM ia mengungkapkan bahwa kegiatan


yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir yang dilakukan
oleh kepala madrasah dalam peningkatan kompetensi guru di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur sudah
mulai dapat dirasa mempunyai kemajuan, Hal ini menurutnya
dapat dilihat dari aktifnya kepala madrasah dalam
mengikutsertakan guru dalam pelatihan-pelatihan, dukungan
yang diberikan guru dalam setiap kegiatan pembelajaran yang

118
Wawacara Guru, 29 Maret 2021
112

baginya hal itu memunculkan semangat bagi ia dan teman-


teman guru lainnya. 119
Hal ini juga ditambahkan oleh wakil kepala kurikulum SM
pada saat wawancara yang penulis lakukan, ia mengungkapkan
bahwa kegiatan pembinaan yang dilakukan bersama kepala
sekolah dengan mendatangkan narasumber yang diyakini dapat
membantu dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Namun ia
menambahkan bahwasannya kegiatan pembinaan kompetensi
guru tersebut belum berjalan secara maksimal . 120
2) Mengikutsertakan guru dalam kegiatan pengembangan
kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan.
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan
wakil kepala bidang kurikulum (SM), Ia mengungkapkan bahwa:
“Pada awal tahun 2020 mulailah beberapa guru diikutsertakan
dalam kegiatan MGMP untuk sekolah-sekolah yang berada
diwilayah timur. Untuk guru yang diikutsertakan masih dalam
jumlah yang terbatas, yaitu hanya khusus pada guru yang
mengampu mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan
pendidikan olahraga, jasmani dan kesehatan.121Selain
diikutsertakan dalam kegiatan MGMP, beberapa guru juga aktif
diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
oleh Dinas Pendidikan kabupaten Tanjung Jabung Timur yang
berkerjasama dengan organisasi pendidikan Tanoto Foundation
mulai tahun 2018. Akan tetapi, dikarenakan pelatihan yang
diselenggarakan hanya dilaksanakan setiap satu semester 1
kali, hal ini dirasa belum mencukupi bekal guru dalam
membantu pelaksanaan dan penguatan kompetensi yang
dimiliki.122
3) Dengan keterbatasan dana yang minim, kepala madrasah
berusaha untuk melengkapi sarana dan sumber belajar.

Dalam proses berjalannya sebuah lembaga pendidikan,


pembiayaan adalah suatu hal yang sangat penting. Tanpa adanya

119
Wawacara Wakil Bidang Kurikulum, 3 April 2021
120
Wawacara Wakil Bidang Kurikulum, 17 Maret 2021
121
Wawacara Wakil Bidang Kurikulum, 17 Maret 2021
122
Wawacara Wakil Bidang Kurikulum, 17 Maret 2021
113

dukungan dari biaya yang memadai maka proses berjalannya


program pendidikan akan terhambat.
Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun secara organisasi/bersama-sama.
Menurut Supriyono biaya adalah pengorbanan ekonomis yang
dibuat untuk memperoleh barang dan jasa. 123
Pembiayaan pendidikan merupakan proses dimana
pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk menyusun
dan menjalankan program kegiatan suatu lembaga pendidikan.
Menurut Nanang Fattah biaya pendidikan, merupakan jumlah
pembiayaan yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai
keperluan penyelenggaraan pendidikan yang meliputi pembayaran
gaji guru, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, peningkatan
dan perlengkapan peralatan penunjang profesional, alat tulis
kantor, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan,
dan supervisi pendidikan.
Kemas Imron Rosadi dan Armawati dalam jurnalnya
menjelaskan bahwa permasalahan klasik yang melanda di
lembaga-lembaga pendidikan islam baik negeri maupun swasta
adalah terkait dengan anggaran dana pendidikan yang dinilai
masih rendah. Padahal menurutnya, pembiayaan pendidikan
adalah salah satu dari komponen yang sangat penting dalam
penyelenggaran pendidikan di sekolah dan pesantren. Tujuan dari
pelaksanaan pendidikan tidak akan tercapai jika tidak didukung
oleh pembiayaan pendidikan. Ia juga menambahkan bahwasannya
pembiayaan pendidikan sekolah-sekolah berbasis islam
merupakan tanggung jawab bersama masyarakat, orang tua dan

123
Supriyono, Pembiayaan Sekolah, hal. 123
114

pemerintah demi untuk kemajuan pendidikan yang dingin dicapai


dengan pelaksanaan yang efektif dan efisien. 124
Dalam pelaksanaan pendidikan, keuangan dan pembiayaan
merupakan hal yang sangat menentukan dan merupakan bagian
yang termasuk dalam kajian penting dalam manajemen
pendidikan. Dalam rangka pembentukan dan pengembangan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik, penggunaan anggaran dan
pengelolaan pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien dapat
menghasilkan output sumber daya manusia yang berhasil.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan
kepala madrasah/BM, ia mengungkapkan bahwa salah satu
permasalahan yang menjadi penghambat pelaksanaan supervisi
dan penyediaan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang
memadai adalah minimnya dana yang tersedia. Hal ini karena
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur
merupakan madrasah swasta yang berada dibawah naungan
yayasan Pondok Pesantren Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.
Pendanaan pembiayaan pendidikan hanya berasal dari dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS dan dana yang didapatkan
oleh yayasan). Oleh karena itu, permasalahan keterbatasan dana
merupakan permasalahan yang umum dan biasa dihadapi oleh
lembaga-lembaga pendidikan yang berstatus swasta. Akan tetapi
masalah pembiayaan pendidikan ini tidak menjadi penghalanga
bagi kepala madrasah dan rekan-rekan guru di madrasah tersebut
untuk tetap berusaha melengkapi sarana dan prasarana yang
mendukung dalam pelaksanaan program pengajaran, baik dengan
cara swadaya yang dilakukan oleh guru maupun penggunaan alat-

124
Kemas Imron Rosadi & Armawati, Jurnal Terapan, Faktor yang Mempengaruhi
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam : Sistem Pendanaan, UIN STS Jambi, 2021
115

alat disekitar lingkungan sekolah yang memiliki keterkaitan dengan


materi pembelajaran.125
Berdasarkan hasil kegiatan wawancara yang telah penulis
lakukan dengan beberapa narasumber, bahwa kegiatan
pengembangan dalam meningkatkan kompetensi guru di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur belum
menampakakan hasil yang sesuai dengan apa yang diinginkan.
Hal ini dikarenakan masih ditemukannya beberapa kekurangan
dan kelemahan baik dari kesiapan kelengkapan administrasi
sekolah maupun kelengkapan sarana dan prasarana yang
mendukung. Menurut kepala madrasah sendiri, ada ditemukannya
beberapa kendala dan kekurangan yang menjadi penghambat
kegiatan pengembangan kompetensi guru tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Latar belakang pendidikan guru yang tidak semuanya
berasal dari program studi pendidikan yang menjadikan hasil
output dari kegiatan ini berberda-beda antara satu guru
dengan guru yang lain.
2) Kepala madrasah belum menjalin hubungan/relasi yang baik
dengan ahli pembinaan dan hanya mendatangkan
narasumber untuk kegiatan pengembangan kompetensi guru
sesuai yang ditemukannya saja.
3) Keadaan sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya
terlengkapi sehingga belum bisa sepenuhnya mendukung
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
4) Waktu dan dana dalam penyelenggaraan kegiatan ini masih
terbatas dan harus memerlukan waktu yang lebih maksimal
dan optimal.

125
Wawancara Kepala Sekolah, 15 Maret 2021
116

c. Hasil dari kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala


madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesional
guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur
Adapun hasil dari kegiatan supervisi/pengawasan yang
dilakukan oleh kepala madrasah terhadap kompetensi
profesional guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut :
1) Setelah kegiatan pengawasan/supervisi yang dilakukan oleh
kepala madrasah, guru lebih tertib dalam administrasi
persiapan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran
yang meliputi :
a) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) pada setiap kegiatan pembelajaran tatap muka
yang telah dijadwalkan. Adapun RPP yang digunakan
dengan mengacu kepada penggunaan RPP 1 lembar
pada setiap pertemuannya sesuai dengan peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan saat ini.
b) Rencana Program Tahunan (Prota)
c) Rencana Program Semester (Promes)
d) Silabus
e) Analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar
f) Prosedur penilaian dalam mengevaluasi hasil belajar
siswa
g) Kriteria ketuntasan minimum
h) Jurnal kelas atau agenda guru,
i) Buku absensi kehadiran siswa
j) Daftar nilai baik dari nilai harian maupun nilai ujian
semester
k) Buku paket pegangan/modul pembelajaran
117

l) Pembuatan kisi-kisi soal uljian yang meliputi ujian harian,


ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester
(UAS)
m) Analisis hasil ulangan yang telah dilakukan
n) Prosedur pelaksanaan program remedial, untuk melihat
kembali apakah siswa yang belum menguasai materi
sudah memiliki kemampuan untuk memahami materi
pelajaran atau belum memahami
o) Pelaksanaan program pengayaan
p) Kumpulan bank soal mata pelajaran, dan
q) Penelitian tindakan kelas yang diperuntukkan bagi wali
kelas.
2) Penggunaan absen guru yang menggunakan absen finger
sangat efektif dalam penertiban kedisiplinan guru, sehingga
alokasi waktu belajar yang telah direncanakan dalam
program sekolah dapat dilaksanakan dengan seefesien
mungkin. Dalam hal kedisiplinan guru diwajibkan hadir 1
menit sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaranyang
dimulai pada pukul 07.30 wib. Selain itu, keterlambatan guru
masuk kedalam kelas hanya boleh dilakukan 3 kali dalam 1
bulan, yaitu waktu keterlambatan guru tidak boleh lebih dari
15 menit dari waktu yang telah ditentukan untuk memulai
kegiatan belajar mengajar. Apabila guru terlambat lebih dari
15 menit atau melebihi waktu yang telah ditentukan, maka
guru dianggap tidak hadir di sekolah meskipun pada hari itu
guru ada di sekolah.
3) Dengan kegiatan pelatihan-pelatihan soft skills baik yang
diselenggarakan oleh Tanoto Foundation, Kegiatan MGMP,
dan pelatihan pembuatan perangkatan pembelajaran yang
diikuti oleh guru memiliki dampak pada peningkatan kinerja
guru di sekolah.
118

C. Analisis hasil Penelitian


Manajemen pendidikan tidak terlepas dari sebuah kebijakan
yang dilakukan oleh pimpinan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Tilaar dan Rian Nugroho, kebijakan pendidikan adalah keseluruhan
dari sebuah proses, dan merupakan hasil dari perumusan langkah-
langkah strategis pendidikan yang mana berisikan penjabaran dari
visi dan misi pendidikan dalam mewujudkan tercapainya tujuan
pendidikan.126
Kepala madrasah sebagai manajer harus mengelola sumber
daya pendidikan islam dalam mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Dimana kepala madrasah harus mengutamakan
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian sumber daya pendidikan islam. Madrasah merupakan
lembaga pendidikan islam yang mana tujuan pendidikan lebih
khusus diarahkan pada aspek pengembangan pendidikan kepada
peserta didik. Kepala madrasah harus bertindak sebagai manajerial
yang menjiwai ajaran dan nilai-nilai serta norma agama islam yang
harus melekat pada gaya kepemimpinannya.
Berdasarkan pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14
tahun 25 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwasannya guru
harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat
kompetensi itulah yang bersifat holistik merupakan beberapa hal
yang menjadi suatu kesatuan yang mencirikan guru yang memilki
tingkat profesional.127
Salah satu tanda guru memiliki kemampuan profesional
adalah dengan memiliki sertifikasi pendidik (Serdik). Sertifikasi
pendidik adalah salah satu bukti formal yang mana sertifikat ini
berfungsi sebagai pengakuan dan penguat yang diberikan kepada

126
Tilaar dan Rian Nugroho, Analisis Kebijakan Pendidikan, hal. 23
127
Kemas Imron Rosyadi, Kompetensi Profesional Guru, hal. 12
119

guru yang berhak mendapat predikat pendidik dengan kemampuan


sebagai tenaga yang memiliki kemampuan profesional dibidangnya.
Guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dapat diartikan
bahwa guru tersebut telah diakui bahwa kompetensi yang dimiliki
sudah layak untuk memberikan layanan pendidikan pada suatu
lembaga pendidikan. Dengan kata lain guru bersertifikasi pendidik
ini harus melewati lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga-lembaga sertifikasi, dimana kegiatan program uji
kompetensi bagi guru ini sebagai tahapan wajib yang menentukan
layak dan tidak layaknya guru tersebut untuk mendapatkan
sertifikat pendidik tersebut.
Kepala madrasah dituntut untuk selalu berupaya dalam
meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh guru sehingga memiliki
pribadi yang profesional, menjalankan kewajiban yang telah
diamanahkan dengan tanggung jawab, menumbuhkan pola pikir
bahwasannya menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang mulia,
karena tujuan utama dari pelaksanaan pendidikan itu sendiri ialah
untuk memberantas kebodohan. Menanamkan pola pikir bahwa
memilih profesi sebagai guru atau pendidik bukan hanya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi juga ikut berkecimpung
dalam penanaman akhlak dan masa depan generasi muda sebagai
penerus bangsa yang cemerlang. Guru harus memahami betul-
betul bidang yang diembannya, penguasaan kompetensi dan
pemberian layanan dalam pendidikan berarti harus dibarengi
dengan kemampuan untuk merancang, melaksanakan kegiatan
proses belajar mengajar, memahami strategi dan model-model
pembelajaran dan melakukan kegiatan evaluasi apakah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sudah mencapai tahap pencapaian
yang diinginkan.
Menjadi seorang kepala madrasah yang profesional,
merupakan tanggung jawab yang berat karena berhubungan
120

dengan bagaimana mengatur guru untuk selalu ikhlas dalam


mengajar dan dapat menjadi teladan bagi anggota-anggota yang
dipimpinnya.
Di dalam Al-Qur’an Allah juga sudah menjelaskan tentang
bagaimana seseorang diperintahkan oleh Allah untuk bekerja
sebagai ikhtiar dalam mencari rezeki yang halal. Akan tetapi Allah
juga mengisyaratkan bahwasannya segala sesuatu yang dikerjakan
oleh manusia akan diminta pertanggung jawabannya. Sesuai
dengan Q.S At-Taubah ayat 105 sebagai berikut :

‫ست ُ َرد ُّْونَ ا ِٰلى ٰع ِل ِم‬


َ ‫س ْولُهٗ َو ْال ُمؤْ ِمن ُ ْو ۗنَ َو‬
ُ ‫ع َملَ ُك ْم َو َر‬ َ ‫ّٰللا‬ُ ‫سٌَ َرى ه‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َمل ُ ْوا ف‬
. َ‫ش َها َدةِ فٌَُنَ ِبّئ ُ ُك ْم ِب َما كُ ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُ ْون‬
َّ ‫ب َوال‬ِ ٌْ َ‫ْالغ‬
Artinya : Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan
melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang
mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S At-Taubah ayat 105).128

Dari ayat tersebut kita mendapatkan gambarannya bahwa


seorang mukmin hendaknya bekerja dan beribadah semata-mata
hanya mengharapkan ridha kepada Allah SWT. Dan dalam ayat ini
pula Allah meminta kepada orang mukmin untuk bekerja secara
sungguh-sungguh dan dengan tanggung jawab. Karena setiap
perbuatan sekecil apapun akan diminta pertanggungjawabannya
kelak di akhirat oleh Allah SWT.
Sebagaimana juga dijelaskan didalam sebuah hadits yang
terkait dengan profesional kerja seseorang.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda :”Sesungguhnya Allah mecintai seseorang yang apabila

128
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta : Depag RI, 2007)
121

bekerja, ia mengerjakannya secara sungguh-sungguh”. (HR.


Thabrani, No : 891).129
Dihadits ini Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita,
meskipun pekerjaan itu kecil dan dianggap sepele. Akan tetapi jika
pekerjaan itu dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan dengan
niat hanya karena Allah maka pekerjaan yang kecil tersebut bernilai
besar dan mulia disisi Allah SWT.
D. Analisis Hasil Penelitian Terhadap Penelitian Yang Relevan
Dalam hasil penelitian tesis ini dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yang lain. Terdapat adanya kesamaan hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh Erichyat Putra dengan judul
“Pengaruh Supervisi Manajerial dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri Se-Kota
Padang Panjang”. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini
dilakukan pada tahun 2017. Hasil yang didapat dalam penelitian
tesis ini memiliki kesamaan dengan hasil penelitian tesis yang
peneliti lakukan. Adapun kesamaan hasil penelitiannya adalah
pelaksanaan supervisi memberikan dampak dan pengaruh yang
besar terhadap kualitas dan kinerja guru di sekolah. Selain itu
dengan adanya kegiatan supervisi maka guru menjadi lebih
memiliki dorongan untuk melakukan tugas kedepannay dengan
lebih baik lagi.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Taufiq Akbar
yang berjudul “Manajemen Kepala Sekolah Dalam Membina Kinerja
Guru si Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Kecamatan Keritang
Indragiri Hilir Riau” yang dilaksanakan pada tahun 2014. Adapun
kesamaan hasil penelitian tesis peneliti dengan yang dilakukan oleh
saudara Taufiq Akbar adalah bahwa dengan keterbatasan dana
dan pembiayaan disuatu lembaga sekolah akan mengakibatkan
pada kurangnya kualitas dan mutu suatu pembelajaran di sekolah,

129
Kumpulan Hadis tentang Etos Kerja, hal. 12
122

yang dalam hal ini adalah dengan tidak tercukupinya pembiayaan


lembaga pendidikan akan berimbas kepada sarana dan prasarana
pembelajaran yang ada di sekolah dirasa kurang memadai.
123

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan uraian-uraian yang telah
penulis jelaskan dalam pembahasan tesis ini, dengan melakukan
penelitian yang telah penulis lakukan dengan menggunakan
metode observasi dan kegiatan wawancara yang penulis lakukan
bersama dengan beberapa narasumber atau informan yang
membantu penulis untuk mendapatkan informasi yang penulis
butuhkan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Maka dengan
demikian, penelitian tesis dengan judul “Supervisi Kepala Madrasah
dalam Meningkatkan Kompetensi Pofesional Guru di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur” dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala
madrasah di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur dilakukan dengan cara pengawasan secara
langsung yang dilakukan oleh kepala madrasah terhadap guru
yang bersangkutan ketika sedang melaksanakan kegiatan
belajar mengajar.
2. Teknik yang digunakan oleh kepala madrasah dalam
melakukan kegiatan pengawasan adalah dengan cara
kunjungan ke kelas yang bersangkutan dan pemanggilan
secara individu terhadap guru yang ingin disupervisi.
3. Hasil yang didapatkan dari kegiatan supervisi yang
dilaksanakan oleh kepala madrasah adalah berupa
kedisiplinan guru dalam mengajar, perlengkapan administrasi
perangkat pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar
dan umpan balik dari kegiatan supervisi.
124

4. Meskipun keadaan fasilitas sarana dan prasarana yang


berperan sebagai sumber belajar sepenuhnya belum
terpenuhi tidak menjadikan hambatan bagi kepala madrasah
dan guru untuk melaksanakan proses kegiatan pembelajaran
yang inovatif dan menyenangkan.
5. Pelaksanaan program pembinaan peningkatan kompetensi
guru oleh kepala madrasah di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur dilakukan dengan cara
mengadakan pelatihan pembuatan administrasi perlengkapan
perangkat pembelajaran, pengikutsertaan guru dalam
kegiatan pelatihan oleh kementerian agama maupun dinas
pendidikan, berkerjasama dengan sekolah lain untuk
mengadakan kegiatan MGMP diwilayah timur.
6. Hasil atau output dari pelaksanaan pengawasan yang
dilakukan oleh kepala madrasah berdampak pada lebih
disiplinnya guru dalam mempersiapkan administrasi perangkat
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran.
B. Implikasi
Tujuan dari penelitian tesis ini sebagai sumbangsih dalam
ruang lingkup dunia pendidikan, terkhusus dalam pelaksanaan
manajerial pengelolaan yang dilakukan oleh kepala madrasah.
Tentunya hal yang menjadi pokok bahasan penting adalah tentang
bagaimana kepala madrasah yang juga bertindak sebagai
supervisor melakukan tugas dan kewajibannya untuk
melaksanakan kegiatan supervisi bagi guru di sekolah yang
dipimpinnya. Hal ini sebagai usaha kepala madrasah dalam
membantu mengembangkan potensi yang dimiliki guru dan salah
satu usaha untuk meningkatkan kompetensi profesional guru.
Diharapkan dengan adanya peran, dorongan dan arahan yang
dilakukan oleh kepala madrasah di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur semakin menghasilkan guru-guru
125

yang memiliki kualitas dalam mendidik serta kemampuan


profesional yang tinggi sesuai dengan bidang yang dikuasai.
Sehingga ini juga akan berdampak pada mutu dan kualitas sekolah
tersebut dan dapat bersaing di era teknologi yang mengglobal pada
saat ini.
Selain itu, upaya kepala madrasah dalam peningkatan
kompetensi profesional guru tidak cukup hanya dengan
mengadakan pelatihan pembinaan dan mengikutsertakan guru
dalam kegiatan pembinaan kompetensi guru, tetapi kepala
madrasah juga harus mampu untuk mensupervisi/mengevaluasi
kemampuan guru di setiap semesternya sehingga semakin berganti
tahun maka kemampuan guru semakin profesional.
Berdasarkan data temuan penelitian di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur, diketahui
bahwasannya supervisi kepala madrasah belum memberikan
dampak yang signifikan terhadap peningkatan kompetensi guru
dikarenakan kegiatan supervisi guru oleh kepala madrasah belum
dilakukan secara berkesinambungan.
C. Rekomendasi
Dalam usaha peningkatan mutu sumber daya manusia, yang
berorientasi pada peningkatan kompetensi guru di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur, maka diperlukan
adanya suatu usaha yang maksimal untuk mencapai tujuan
tersebut. Salah satu bentuk daripada usaha tersebut adalah
dengan cara melalui kegiatan pengawasan atau yang lebih dikenal
dengan istilah supervisi, baik dilakukan sendiri oleh kepala
madrasah ataupun dibantu dengan pengawas madrasah.
Pada umumnya, banyak guru yang memiliki pandangan
yang kadang-kadang mengansumsikan bahwa pelaksanaan
kegiatan supervisi merupakan salah satu bentuk pengawasan
kepala madrasah terhadap guru yang dilakukan dengan cara yang
126

seolah-olah dianggap menekan kebebasan guru untuk bertindak


sesuai dengan yang diinginkan guru. Hal ini biasanya dipengaruhi
oleh sikap kepala madrasah yang memiliki sikap otoriter dalam
memimpin, sengaja mencari-cari kesalahan guru dan menganggap
bahwa jabatan sebagai guru dianggap lebih rendah dari
jabatannya.
Beberapa rekomendasi yang dapat penulis sampaikan
kepada Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur sebagai umpan balik penulis terhadap penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk Kepala Madrasah hendaknya menyusun jadwal
kegiatan pelaksanaan supervisi bagi guru dan
memasukkannya dalam program kerja kepala madrasah
jangka panjang, kemudian mensosialisasikan rencana
tersebut kepada semua guru di sekolah supaya guru tidak
merasa bahwa kegiatan itu bersifat mendesak dan guru
mempunyai waktu untuk merencanakan dan menyiapkan apa
yang dibutuhkan dalam kegiatan supervisi tersebut.
2. Selain melaksanakan supervisi, kepala madrasah juga harus
melaksanakan kontrol dan pengawasan kerja guru. Kegiatan
pengawasan ini bertujuan agar pelaksanaan dan proses
pembelajaran disekolah dapat berjalan maksimal sesuai
dengan ketentuan manajerial sekolah yang telah ditentukan
standarnya oleh pemerintah. Kepala madrasah dapat
berkerjasama dengan pengawas madrasah dalam melakukan
kegiatan ini, sehingga kekurangan serta kelemahan yang
ditemukan selama kegiatan pengawasan dapat dicari
solusinya secara bersama-sama.
3. Kepala madrasah bekerjasama dengan yayasan mencoba
untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dirasa kurang
memadai. Mengenai permasalahan dana yang menjadi
127

hambatan, sekolah dan yayasan mencari sumber dana lain


selain daripada bantuan operasional sekolah (BOS yaitu
dengan cara mencari donator, membuat usaha sekolah dan
bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait.
4. Kepala madrasah melakukan kebijakan-kebijakan yang
berorientasikan pada peningkatan kompetensi profesional
guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur. Setiap program yang ingin dilaksanakan oleh kepala
madrasah hendaknya mendapatkan dukungan oleh semua
pihak, baik dari pimpinan yayasan, wakil kepala bidang
kurikulum, dewan majelis guru dan pengawas madrasah.
5. Kepala madrasah sebagai pemimpin hendaknya menjadikan
dirinya sebagi uswatun hasanah yang memperlihatkan sikap
dan perilaku yang terpuji, yang mengajarkan para
bawahannya untuk saling menghormati antarwarga di sekolah.
Dalam dinamika manajerial sekolah, bimbingan kepala
madrasah terhadap guru merupakan kewajiban yang utama
disamping kepala madrasah sebagai motivator. Guru perlu
dimotivasi dan memotivasi dirinya sendiri dalam meningkatkan
kompetensi profesional dengan cara meningkatkan ilmu
pengetahuan serta pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan disiplin keilmuan.
D. Saran
Berdasarkan hasil paparan dari penelitian diatas, maka
beberapa saran yang dapat penulis sampaikan kepada kepala
madrasah, dewan majelis guru, dan para siswa yang ada di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur adalah
sebagai berikut:
1. Bagi kepala madrasah hendaklah melakukan kegiatan
supervisi secara rutin dengan membuat perencanaan dan
jadwal yang kondisional
128

2. Kepala madrasah memahami dan mencari informasi-informasi


seputar model-model pelaksanaan supervisi dan mencoba
untuk mengambil dan menerapkan beberapa model yang
dirasa mampu untuk dijalankan nantinya.
3. Para dewan majelis guru harus memahami lebih dalam
maksud dan tujuan tugas dan fungsi kepala madrasah.
Bahwasannya kepala madrasah juga bertindak sebagai
supervisor, adapun salah satu fungsi dan tujuan kegiatan
supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah adalah
kegiatan untuk lebih mengupgrade kemampuan guru dibidang
pendidikan.
4. Bagi siswa hal ini diharapkan agar selalu menghargai dan
menghormati perjuangan guru-guru yang ada di sekolah.
Karena keberhasilan seorang murid juga sangat ditentukan
oleh guru yang mengajarnya. Siswa sebagai orang yang
menerima ilmu harus mengoptimalkan dan mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya dan hanya guru lah yang bisa
membantu siswa dalam menemukan jati dirinya demi untuk
kelangsungan hidup dimasa yang akan datang dan bekal
hidup yang lebih baik.
5. Dengan segala keterbatasan penelitian ini, penulis
mengharapkan agar dilain waktu ada peneliti yang juga
mengadakan penelitian sesuai dengan kajian yang berkaitan
dengan penelitian tesis ini dengan lebih mengambil sampel
dan data yang lebih kompleks.
E. Kata Penutup
Dengan mengucapkan alhamdulillahirabbil‟alamin, sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT karena berkat
ridha, taufiq dan karunianya serta bantuan yang diberikan oleh
berbagai pihak, terutama Kepala Madrasah Al-Hidayah Tanjung
129

Jabung Timur, Dewan Majelis guru dan siswa sehingga penelitian


ini dapat diselesaikan dengan baik.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kekuatan dan
petunjuk bagi setiap hambaNya yang meminta dan bersungguh-
sungguh dalam beribadah dan beramal sholeh. Segala kekurangan
yang ada dalam karya tulis ilmiah ini semuanya berasal dari diri
penulis yang dho‟if ini, dan segala kelebihan serta manfaat yang
ada dalam tulisan karya ilmiah ini semuanya berasal dari Allah
SWT.
Harapan penulis, semoga karya tulis ini memberikan banyak
manfaat dan berguna untuk menambah pengetahuan serta
wawasan bagi pembaca sekalian. Dan semoga karya tulis ini dapat
memberikan sedikit sumbangsih bagi dunia pendidikan khususnya
dalam ruang lingkup penelitian manajemen pendidikan.
Penulis memohon maaf jika dalam penulisan tugas
akhir/tesis ini masih banyak ditemukannya kesalahan-kesalahan
baik dilihat dari tata cara penulisan, tata bahasa yang digunakan, isi
dan hasil penelitian, serta terdapat kalimat yang kurang jelas. Oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan sumbangsih maupun ide-
ide kepada pembaca sekalian untuk memberikan kritik positif dan
saran baik yang bersifat membangun demi untuk perbaikan tesis ini
kearah yang lebih baik untuk kedepannya.
Hanya ini yang dapat penulis haturkan, semoga kita selalu
dalam lindungan dan karunia Allah SWT dan selalu termotivasi
untuk berperan aktif dalam dunia pendidikan dan melakukan
inovasi-inovasi terbaru demi cita-cita yang mulia untuk kemajuan
bangsa dan negara.
Jambi,15 Juni 2021
Penulis,

Ahmad Nur Hamim


130

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mudlofir, Pendidikan Profesional; Konsep, Strategi, dan Aplikasinya


dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2014).
Arifin. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. (Jakarta : Bumi
Aksara, 2016).
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Supervisi. (Jakarta: Rineka Cipta,2014).
Afipudindan Ahmad Beni Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung : Pustaka Setia, 2015).
Al Rasyidin dan Wahyudin Nur, Teori Belajar dan Pembelajaran,(Medan:
Perdana Publising, 2016).
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,
2012).
Asari, Hasan, Menguak Sejarah Mencari Ibrah; Risalah Sejarah Sosial
Intelektual Muslim Klasik, (Bandung: Cita pustaka Media Perintis,
2016).
Basrowidan Suwandi, MemahamiPenelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2018).
Mungin, Burhan, Analisa data Kualitatif;Pemahaman Filosofis ke arah
Penguasaaan Model Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013).
Bakar, Yunus Abu. Nurjan, Syarifan. Profesi Keguruan. (Surabaya:
Aprinta, 2019).
Burhanuddin. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015).
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta : Depag RI, 2017)
Depdiknas, UU No, 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2019).
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2017).
131

Gunawan, Ary H. Administrasi Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2018).


Helmawati, Kinerja Kepala Sekolah Managerial Skills, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2015), hal. 18
Hermino, Agutinus. Kepemimpinan Pendidikan di Era Global.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014).
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2017).
Jack Dunham, Efective School Management, (New York : Taylor and
Francid e-Library, 2011
Kemas Imron Rosadi & Armawati, Jurnal Terapan, Faktor yang
Mempengaruhi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam : Sistem
Pendanaan, UIN STS Jambi, 2021
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017).
Kompri, Manajemen Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2015)
Lazaruth, Soewadji. Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya.
(Yogyakarta: Kanisius, 2017).
Maisah, Manajemen Pendidikan, (Jakarta : Cipta Media, 2017)
Minnah El Widdah & M Risal Bikri,Tesis, Strategi Kepala Madrasah Dalam
Pengembangan Kompetensi Proferasional Guru di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Merangin, 2020, hal. 78
Mulyasa. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013).
Mockler, N. (2013). “Teacher professional learning in a neoliberal age:
Audit, professionalism and identity”. Australian Journal of Teacher
Education, 38(10), 34-47
Moleong,Lexy,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2019).
Mujib,A,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2016).
Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2018).
Mudlofir, Ali, Pendidikan Profesional; Konsep, Strategi, dan Aplikasinya
132

dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, (Jakarta:


Rajawali Pers, 2014).
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2016).
Mukhtar dkk, Sekolah Berprestasi, (Jakarta : Nimas Multima, 2016).

Murip Yahya, Profesi Tenaga Kependidikan, (Bandung : Pustaka


Setia,2013)
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2018),
Nazir,Moh, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015).
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum, Jakarta:
Quantum Teaching, 2015)
Pramono, Leadership dalam Dunia Pendidikan, (Yogyakarta : Media
Utama,2016)
Pidarta, Supervisi Pendidikan di Indonesia, (Bandung : Pustaka Media,
2010)
133
134

Purwanto, M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 1998).
Ramazani Janiar Deni & Lukman Hakim, Kepemimpinan Kepala Madrasah
Dalam Menjalin Kerjasama Sekolah dan Masyarakat di MTs Nurul
Huda Muaro Jambi, 2020
Rizkiana Nurutami, Kompetensi Profesional Guru sebagai Determinan
terhadap Minat Belajar Siswa, 2016, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Roestiyah NK, Masalah-masalah Keilmuan Keguruan, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2017)
Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009).
Sahertian, Supervisi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2016).
Sudarman Danim, Profesi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2016)
Tafsir Ibnu Katsir
UUSPN RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta: CV. Eka Jaya, 2013).
UUSPN No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 Undang-
undang RI No. 14 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 ayat 4, tentang Guru
dan Dosen.
Vivien Mc Comb dan Narelle Either. (2017). “Exploring the Personal,
Social and Occupational Elements of Teacher Professional
Development”. Journal of Education and Training Studies, Vol. 5,
Nomor 12.

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Surabaya : Alfabeta,


2015).
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar,
(Bandung : Alfabeta, 2012).
Wibowo, Manajemen Kinerja Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014
135

Yunus Namsa, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2019).


Yusuf, Syamsu, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasah,
(Bandung: CV. Bani Queys, 2015).
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2017).
136

Jadwal Penelitian

TAHUN 2020/2021

NO Kegiatan Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penulisan Draf x
1
Proposal

Konsultasi dg Ket.
2 Prodi/lainnya untuk
x x x
fokus penelitian

3 Revisi Draf Proposal


x x

Proses Ujian
4
Proposal x x
137

Revisi Draf Proposal


5
setelah ujian x

Konsultasi dgn
6
Pembimbing x x

7 Pelaksanaan Riset x x X x x x

Bimbingan Tesis x x x x x x
8

9 Bimbingan Tesis
x x x x x x

10 Sidang Pra Tesis


x
138

11 Sidang Munaqasyah
x
139

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Judul Tesis : Supervisi Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan


Kompetensi Profesional Guru di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.

Peneliti : Ahmad Nur Hamim

Narasumber : Bambang Madiyo, S.Pd.I

Jabatan : Kepala Madrasah

A. Pedoman Observasi
1. Pedoman teknik penyusunan administrasi dan manajerial tenaga
pendidik di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur.
2. Pelayanan administrasi bagi pelaksanaan pembinaan kompetensi
guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.
3. Perangkat pendukung manajerial kepala madrasah dalam
supervisi pembinaan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah
Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.
4. Keterbatasan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan supervisi
untuk peningkatan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur.
5. Aktifitas kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru
di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.
6. Aktifitas kepala madrasah memimpin pembinaan peningkatan
kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur.
7. Aktifitas kepala madrasah dalam memotivasi guru untuk
melaksanakan administrasi yang tertib dan efektif di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.
8. Ketertiban supervisi pembinaan kompetensi tenaga pendidik di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.
140

B. Pertanyaan Kegiatan Wawancara


1. Bagaimana anda sebagai kepala madrasah menyusun
program kegiatan tenaga pendidik/guru di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur?
2. Bagaimana pendapat anda tentang urgensi dilaksanakannya
supervisi yang diperuntukkan bagi guru di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
3. Berapa kali anda melaksanakan supervisi manajerial dalam
peningkatan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur dalam setahun ?
4. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan supervisi manajerial
yang anda lakukan dalam peningkatan kompetensi profesional
guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur ?
5. Bagaimana anda meningkatkan kompetensi profesional guru di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
6. Bagaimana pengorganisasian kegiatan-kegiatan yang anda
lakukan ketika akan dilaksanakan supervisi kepada guru-guru
yang ada di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur ?
7. Apa sajakah teknik yang anda lakukan sebagai seorang
supervisor dalam mensupervisi di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
8. Bagaimana peran anda sebagai inovator dan motivator dalam
pelaksanaan supervisi manajerial di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
9. Bagaimanakah anda sebagai supervisor melaksanakan
kegiatan monitoring, evaluasi dan laporan dari kegiatan
supervisi yang telah dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
10. Bagaimana usaha anda dalam meningkatkan dan
memantapkan pembinaan kompetensi profesional guru di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
141

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Judul Tesis : Supervisi Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan


Kompetensi Profesional Guru di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.

Peneliti : Ahmad Nur Hamim

Narasumber : Syamsuddin, S.Pd.I

Jabatan : Wakil Kepala Bidang Kurikulum

A. Pertanyaan Kegiatan Wawancara


1. Bagaimana kepala madrasah menyusun program kegiatan
tenaga pendidik/guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah
Tanjung Jabung Timur ?
2. Bagaimana ketertiban pelaksanaan supervisi manajerial guru
di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
3. Bagaimana dukungan wakil kepala madrasah terhadap
pelaksanaan supervisi yang bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi profesional guru di Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
142

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Judul Tesis : Supervisi Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan


Kompetensi Profesional Guru di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur.

Peneliti : Ahmad Nur Hamim

Narasumber : Majelis Guru

Jabatan :

A. Pertanyaan Kegiatan Wawancara


1. Bagaimana kecakapan guru dalam melaksanakan tugasnya di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
2. Bagaimana perencanaan yang dilakukan oleh guru yang
berhubungan dengan peningkatan kompetensi profesionalnya
di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
3. Bagaimana pelaksanaan pembinaan kompetensi yang
dilakukan oleh kepala madrasah kepada guru di Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
4. Bagaimanakah kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan
oleh kepala madrasah sudah berjalan dengan baik di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
5. Bagaimana dukungan fasilitas dari sekolah untuk guru dalam
rangka peningkatan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah
Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur ?
6. Bagaimanakah teknik penyusunan program kerja guru yang
dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur ?
C. Pedoman Dokumentasi
1. Sejarah Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung Timur
2. Visi dan misi Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung Jabung
Timur
3. Letak geografis Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Tanjung
Jabung Timur
4. Struktur organisasi dan pembagian tugas personil
143

5. Keadaan Guru, Tenaga Administrasi dan Siswa


6. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Al-
Hidayah Tanjung Jabung Timur
144

DOKUMENTASI

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Kegiatan MGMP 2021


145

Piala Prestasi Siswa


146
147

Kegiatan Ekstrakurikuler

Workshop Pengembangan Profesi Guru

Kunjungan Kelas oleh Kepala Madrasah


148

CURRICULUM VITAE

Informasi Diri

Ahmad Nur Hamim dilahirkan di Desa Bangun


Karya, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, Jambi pada 6 Oktober
1997. Dia adalah Putra dari Bapak Sriyono dan
Ibu Siti Mukholifah.

Riwayat Pendidikan
Ahmad Nur Hamim memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada tahun
2019, Ijazah Madrasah Aliyah (SMA) diperolehnya pada tahun 2015,
Madrasah Tsanawiyah (SMP) pada tahun 2012 dan memperoleh Ijazah
Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2009.
Pengalaman Kerja
Ahmad Nur Hamim mempunyai beberapa pengalaman kerja, yaitu
sebagai Guru Honorer di Madrasah Aliyah Al-Hidayah Bangun Karya dari
tahun 2019 – sampai saat ini. Selain itu dia juga bekerja sebagai Operator
Yayasan Pondok Pesantren Al-Hidayah Bangun Karya Tanjung Jabung
Timur.

Anda mungkin juga menyukai