Anda di halaman 1dari 44

WRAP UP SKENARIO 3

BLOK REPRODUKSI

“ANAK YANG LAMBAN”

KELOMPOK A-10

Ketua : Fajar pambudi (1102014090)


Sekretaris : Anggi larasati (1102015023)
Anggota : Intan purnama sari (1102013138)
Indah permata sari (1102014130)
Ahmad rafi faiq (1102015012)
Anugrah haba lizandi (1102015032)
Dian ayu lestari (1102015059)
Faras qodriyyah sani (1102015074)
Kendra nugraha (1102015112)
Khanza isdiharana keusuma (1102015117)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2017

ANAK YANG LAMBAN


SKENARIO

Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, dibawa ibunya ke puskesmas karena menurut guru
disekolah, pasien tidak dapt mengikuti pelajaran disekolah. Pasien sering mendapat nilai yang jelek,
padahal saat diterangkan oleh gurunya pasien selalu tampak memperhatikan gurunya, pasien belum lancer
membaca dan menulis, pasien sudah lancer berbicara, dapat makan, mandi dan berpakaian sendiri. Saat ini
pasien masih duduk di kelas I SD karena tidak naik kelas.

Pasien kemudian dirujuk untuk penilaian intelligence Quotien (IQ) dan didapatkan nilai 55 yang
menunjukkan pasien terdiagnosa sebagai retardasi mental ringan. Pasien disarankan untuk bersekolah di
Sekolah Luar Biasa (SLB), tetapi ortu tidak melakukan hal tersebut karena masalah biaya.

Pasien berasal dari keluarga dengan tingkat social ekonomi rendah, menempati rumah kontrakan
yang sempit, ditempati oleh tujjuh anggota keluarga. Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, pasien
lebih banyak diasuh oleh kakak perempuannya yang paling tua; kedua orang tua bekerja, ayah buruh kasar
dan ibu buruh cuci, sehingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi.

Dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang bergerak mengelola Zakat-Infak-Shodaqoh (ZIS), akhirnya orang tua pasien memasukkan
anaknya ke SLB sebagai tanggung jawab dan wujud dari kewajiban orang tua kepada anak untuk
mendapatkan pendidikan khusus yang dilanjutkan dengan pendidikan keterampilan, agar klien dapat hidup
mandiri, tidak tergantung pada orang lain.
KATA SULIT
1. Retardasi mental : Suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang sejak masa
perkembangan. Disertai adanya gangguan adaptive sosial .

2. Intelligence quotient (IQ) : Istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran,
seperti menalar, merencanakan dan memecahkan masalah.

3. Sekolah luar biasa (SLB) : Lembaga pendidikan khusus bagi penyandang gangguan fisik dan
mental.
PERTANYAAN

1. Apa yang menyebabkan anak ini terdiagnosa retardasi mental ?


2. Sejak kapan retardasi mental dapat dideteksi ?
3. Apa saja tingkatan IQ ?
4. Apakah peran SLB pada anak dengan retardasi mental ?
5. Apakah penyebab retardasi mental ?
6. Mengapa dari 5 bersaudara hanya 1 anak saja yang terkena retardasi mental ?
7. Bagaimana rumus menentukan IQ ?
8. Makanan apa saja yang harus diberikan untuk pasien retardasi mental ?
9. Adakah hubungan IQ rendah dengan tingkat social ekonomi ?
10. Makanan atau nutrisi apa saja yang dapat diberikan untuk mencegah retardasi mental ?
11. Kemampuan apa saja yang dapat dilakukan oleh anak usia 8 tahun yang normal ?
12. Apa saja kewajiban orang tua terhadap anaknya menurut islam ?
13. Hubungan pasien retardasi mental terhadap kemampuan belajar ?
JAWABAN

1. Dari nilai IQ nya (55), dari laporan pihak sekolah, karena anaknya belum lancar membaca serta
menulis saat usia 8 tahun yang menandakan anak tersebut terkena retardasi mental ringan.
2. Dimulai dari sejak lahir sampai masa perkembangan.
3. RM berat sekali n : IQ < 20
RM berat : IQ 20 – 34
RM sedang : IQ 35 – 49
RM ringan : IQ 50 – 69
Nilai normal : IQ 91 – 110
4. Berperan untuk mengajari anak dengan RM secara perlahan karena daya tangkap yang kurang.serta
untuk perkembangan social anaknya dan melatih ketrampilan anak tersebut.
5. Pranatal : kelainan kromosom, herediter, gangguan metabolisme
Prenatal : premature, hidrocepalus, asfiksia
Postnatal : infeksi, trauma, kejang yang lama
6. Karena anaknya sudah banyak, jadi ada kemungkinan si ibu nya hamil pada usia lebih dari 30
tahun. Yang mana ini meningkatkan peluang untuk terjadinya RM. Pemberian nutrisi yang kurang
baik dapat terjadi karena anak tersebut diasuh oleh kakanya.
7. Rumus IQ :
IQ = MA (mental age) ÷ CA (chronologic age) x 100 %
8. Makanan yang mengandung omega 3,6 dan vitamin B kompleks serta susu sapi.
9. Ada, Karena pada keluarga dengan social ekonomi yang rendah sering terjadi kekurangan nutrisi.
10. Makanan yang mengandung yodium, thyrosin, asam folat.
11. Membaca, menghitung, berkomunikasi dengan orang lain, menulis, makan sendiri, mandi sendiri,
mampu mengurus diri sendiri.
12. Menyusui, aqiqah, memberi nama yang baik, memberi nafkah jasmani dan rohani, memberi kasih
saying, menikahkan.
13. Kemampuan untuk analisis dan logika si anak kurang. Jadi kemampuan belajarnya juga berkurang.
HIPOTESA
Penyebab dari Retardasi mental bisa karena prenatal, prenatal dan postnatal. Retardasi mental dapat terjadi
juga pada kehamilan diatas 30 tahun serta kurangnya nutrisi seperti omega 3, vitamin B kompleks pada
masa pertumbuhan anak. Kekurangan nutrisi ini bisa terjadi pada keluarga dengan sosial ekonomi yang
rendah. Retardasi mental dapat dideteksi dari sejak lahir sampai dengan masa perkembangan anak tersebut.
Anak dengan Retardasi mental di diagnosis dari nilai IQ nya yang hanya 55, laporan dari pihak sekolah,
karena anak tersebut belum bisa membaca dan menulis dengan lancar pada usia 8 tahun. Tetapi karena
kemampuan mengurus diri anak tersebut masih baik maka anak ini termasuk dalam Retardasi mental
ringan. Seharusnya anak usia 8 tahun yang normal sudah lancar membaca, menulis dan berkomunikasi
dengan orang lain. Peran SLB bagi anak Retardasi mental adalah sebagai Lembaga yang mampu dengan
sabar mengajari dan mengasah ketrampilan anak-anak tersebut. Kewajiban orang tua kepada anaknya dapat
berupa ; menyusui, memberi nama yang baik, menafkahi jasmani dan rohani serta menikahkan ketika
anaknya sudah dewasa.
SASARAN BELAJAR
LI 1 Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental

LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Retardasi Mental

The american Association Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual keseluruhan
yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan gangguan pada
perilaku adaktif dan bermanifestasi selama periode perkembangan yaitu sebelum usia 18 tahun. (Kaplan,
2008)

Menurut World Health Organization (WHO) retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi. (WHO dikutip dari Menkes RI, 1990).

Retardasi mental (RM) adalah kondisi yang didiagnosis sebelum usia 18 tahun, biasanya pada anak-
anak atau bayi baru lahir yang mempunyai fungsi intelektual secara keseluruhan dibawah rata-rata dan
kurangnya kemampuan penting untuk kehidupan sehari-hari.
Jika onset terjadi pada usia 18 tahun atau lebih, disebut dengan dementia, yang dapat disertai
dengan diagnosis RM. Tingkat intelektual RM berada di bawah 70 dan kemampuan untuk beradaptasinya
kurang. Hal ini penting karena membedakan diagnosis MR dari individu dengan skor IQ rendah yang
mampu beradaptasi dengan tuntutan kehidupan sehari-hari. Pendidikan, pelatihan kerja, dukungan dari
keluarga, dan karakteristik individu seperti motivasi dan kepribadian semua dapat berkontribusi pada
kemampuan individu dengan MR untuk beradaptasi.

Retardasi mental adalah keadaan defisitnya perkembangan, dimulai pada awal masa anak-anak
yang menyebabkan terbatasnya intelektual atau kognisi secara signifikan dan buruknya adaptasi sebagai
kebutuhan setiap hari. Ketidakmampuan intelektual bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan
konsekuensi dari proses pathogen (medscape).

LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Retardasi Mental

Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental


1. Non- organik
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b. Faktor sosiokultural
c. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d. Penelantaran anak
2. Organik
2.1. Faktor prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos,dll)
b. Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic familial

2.2. Faktor pranatal


A. Ganguan pertumbuhan otak trimester I
1. Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)
2. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human Immunodeficiency Virus)
3. Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll)
4. Disfungsi plasenta
5. Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)

B. Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III


1. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
2. Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)
3. Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
4. Toksemia gravidarum
5. Ibu malnutrisi

2.3. Faktor perinatal


a. Sangat prematur
b. Asfiksia neonatorum
c. Trauma lahir : perdarahan intra kranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia

2.4. Faktor post natal


a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neuro toksin, misalnya logam berat
c. CVA (Cerebrovascular accident)
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolik
 Gizi buruk
 Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
 Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll.
 Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
 Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
 Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
f. Infeksi
 Meningitis, ensefalitis, dll
 Subakut sklerosing, panesefalitis
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Retardasi Mental

Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ/DSM II
1968) adalah:

1. Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19)


Tidak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri.
 Makan harus disuap
 Mandi dan berpakaian harus ditolong
 Tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik.
 Pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis. Biasanya didapatkan kelainan
kongenital misalnya bentuk kepala abnormal, kelainan fisik pada badan anggota badan seperti badan
kecil, bungkuk; bentuk tangan abnormal jari kelingking bengkok (mongolism)
 Perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat diajar berbicara, bicara
hanya 1 suku kata saja (ma,pa).
 Mudah terserang penyakit lain, misalnya TBC, infeksi lain.

2. Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-35)


Dapat dilatih dan tak dapat dididik.
 Dapat dilatih merawat dirinya sendiri; makan, mandi dan berpakaian sendiri. kadang-kadang masih
dapat mengenal bahaya dan menjaga dirinya.
 Pergerakan motorik biasanya masih terganggu, pergerakan kaku dan spastis.
 Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
 Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
 Masih mudah terserang penyakit lain.

3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51)


Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & Educable) sampai ke taraf kelas II - III SD.
 Dapat dilatih merawat dirinya sendiri, misalnya: makan, mandi dan berpakaian sendiri.
 Mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri.
 Koordinasi motorik biasanya masih sedikit terganggu.
 Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
 Dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya: menyapu, mencuci piring, membersihkan
rumah dsb.
 Bisa menghitung 1 - 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca beberapa suku kata.
 Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
 Sering tersangkut perkara kriminal karena mudah dilakukan sugesti dan penilaian terhadap baik dan
buruknya suatu hal masih kurang.

4. Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67)


Dapat dilatih dan dididik
 Dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah.
 Dalam keadaan cocok dapat mencari nafkah, tetapi tak dapat bersaing dengan orang lain dan tak
dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila ada penghematan tenaga kerja,
penderita diberhentikan lebih dahulu.
 Tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau Sekolah Luar Biasa.
 Pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya, sesudah menginjak Sekolah
Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD - 3 tahun).
 Tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat dipahami.
 Kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang baik dan buruk,
sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu perlu pengawasan orang tua dalam
melakukan aktivitasnya.
 Koordinasi motorik tidak mengalami gangguan.
 Kelainan kongenital biasanya tidak didapatkan.
 Perkembangan fisik biasanya normal tetapi perkembangan bicara biasanya masih terlambat (biasanya
bicara kurang sempurna dan perbendaharaan kata-kata kurang).

5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ 68-85)


Dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas dicapai dalam 2 tahun.
 Dapat berfikir secara abstrak.
 Dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena
retardasi mental.
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi
mental.
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi
mental.
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi
mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut
menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah. (Depkes, 2009)

Ada 4 taraf Retardasi Mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala inteligensi Wechsler (Kirk
dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 – 54.
3. Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20 – 39.
4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi Retardasi Mental menjadi:

a) Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebab
sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus da kelainan ini
dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang menderiita
retardasi mental tipe ini cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada
anaknya.

b) Tipe social budaya


Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran.
Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu
mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini
kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat
adanya kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari
psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini
mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Kemampuan Usia
Kisaran Kemampuan Usia Kemampuan Masa Dewasa
Tingkat Prasekolah (sejak
IQ Sekolah (6-20 tahun) (21 tahun keatas)
lahir-5 tahun)
Ringan 52-68 • Bisa membangun • Bisa mempelajari Biasanya bisa mencapai
kemampuan sosial pelajaran kelas 6 kemampuan kerja dan
dan komunikasi pada akhir usia bersosialisasi yang cukup,
• Koordinasi otot belasan tahun tetapi ketika mengalami
sedikti terganggu • Bisa dibimbing ke stres sosial ataupun
• Seringkali tidak arah pergaulan ekonomi, memerlukan
sosial
terdiagnosis bantuan
• Bisa dididik
• Bisa mempelajari • Bisa memenuhi
beberapa kebutuhannya sendiri
kemampuan sosial dengan melakukan
• Bisa berbicara dan
dan pekerjaan pekerjaan yang tidak
belajar
• Bisa belajar terlatih atau semi terlatih
Modera • Kesadaran sosial
36-51 bepergian sendiri di dibawah pengawasan
t kurang
tempat-tempat yang • Memerlukan pengawasan
• Koordinasi otot
dikenalnya dengan dan bimbingan ketika
cukup
baik mengalami stres sosial
maupun ekonomi yang
ringan
• Bisa mengucapkan
beberapa kata
• Mampu
• Bisa berbicara atau • Bisa memelihara diri
mempelajari
belajar sendiri dibawah
kemampuan untuk
berkomunikasi pengawasan
menolong diri
Berat 20-35 • Bisa mempelajari • Dapat melakukan beberapa
sendiri
kebiasaan hidup kemampuan perlindungan
• Tidak memiliki
sehat yang diri dalam lingkungan yang
kemampuan
sederhana terkendali
ekspresif atau
hanya sedikit
• Koordonasi jelek
• Sangat terbelakang • Memiliki beberapa
• Memiliki beberapa
• Koordinasi ototnya koordinasi otot dan
koordinasi otot
Sangat 19 atau sedikit sekali berbicara
• Kemungkinan tidak
berat kurang • Mungkin • Bisa merawat diri tetapi
dapat berjalan aau
memerlukan sangat terbatas
berbicara
perawatan khusus • Memerlukan

LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Retardasi Mental

gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini
termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas.
Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai
kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu
mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu
menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi
tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi
dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila
bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri
sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga
perlu bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan
dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan
bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan
berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan
bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala
baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh
hidupnya tergantung orang disekitarnya.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Anak-anak cacat mental berbeda dari anak-anak lain dalam aspek berikut: Proses kognitif (terbatas
dan menghambat prestasi dalam bidang akademis); Pemerolehan dan penggunaan bahasa: kurang benar
dalam hal struktur dan maknanya; Kemampuan fisik dan motorik (termasuk penglihatan dan pendengaran
serta penggunaan motorik ringan); Ciri-ciri pribadi dan sosial (kurang daya konsentrasi, bermasalah dalam
tingkah laku) (Muhammad, 2008). Adapun ciri – ciri yang lainnya yaitu lambatnya ketrampilan ekspresi
dan resepsi bahasa, Gagalnya melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau
dibawah normal (kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal), Kemungkinan lambatnya
pertumbuhan Kemungkinan tonus otot abnormal (lebih sering tonus otot lemah).

Kelainan pada tubuh anak dengan retardasi mental:


Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada pasien
retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
 Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris)
 Rambut : Pusar ganda, rambut jarang atau tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
 Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
 Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas,
 Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi
 Geligi : odontogenesis yang tidak normal
 Telinga : keduanya letak rendah.
 Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
 Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna
 Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar,
klinodaktil,
 Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
 Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
 Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk
(Kaplan, 2008)

LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan kriteria Diagnosis dan Diagnosis Banding Retardasi Mental

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


 Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada
individu yang dilakukan test IQ.
 Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan menolong diri
sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
 Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

ANAMNESIS
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah membedakannya
dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka
belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca
dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak. Beberapa pertanyaan
yang dapat ditanyakan antara lain :
 Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
 Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara padanya.
 Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
 Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke arah suara
 Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
 Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”
 Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung, telinga.
(Depkes, 2009)

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM IV)
membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan kata yang jelas
terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau
membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi
sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18
bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan
gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan bahasa
ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Gangguan ini biasanya tampak sebelum
usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun
atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik
sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.
Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan
gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan
suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki

Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian khusus pada
kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental; hubungan darah pada orang tua;
dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang sosialkultural
pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu
pasien, sebagai berikut:
 Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
 Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
 Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
 Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran dokter?
 Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
 Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
 Riwayat perkembangan anak?
 Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
 Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
 Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan bicara. Perlu
diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William
(facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-
lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah,
menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pata, pataka. (Depkes, 2007)

Cara Pengukuran Pertumbuhan


Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka dilakukan
pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang sudah
terstandardisasikan, yaitu meliputi:
A. Tinggi badan
B. Berat badan
C. Lingkar lengan
D. Lingkar kepala
E. Lingkar dada
F. Lingkar abdomen

A. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri. Pengukuran
pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun. Panjang badan berbaring diukur
ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang memiliki tongkat pengukur. Telapak kaki
dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal yang dipasang pada tanda nol. Kemudian anak diukur
panjang padannya baik dengan tongkat pengukur ataupun menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan tumit, bokong,
bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang vertikal (misal dinding tembok).
Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan. Kemudian ukurlah tinggi/panjang badan
dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua dengan
asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:

TB anak perempuan = ( TB ayah – 13 cm ) + TB ibu  ± 8,5 cm

TB anak laki-laki   = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah ± 8,5 cm

2
B. Pengukuran Berat Badan
Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat digunakan
untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang yang standar.

C. Pengukuran Lingkar Kepala


Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak mudah
berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita dilingkarkan
pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.

Pemeriksaan Penunjang:

1. Kromosomal kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genital abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
a. Pemebesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat
a. Choreoatetosis
b. Gout
c. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
c. Kelemahan yang progresif
d. Ataksia
e. Degenerasi retina
f. Ophtalmoplegia
g. Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a. Hepatomegali
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Degenerasi retina
e. Ophtalmoplegia
f. Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
a. Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
a. Anamnesis adanya pika
b. Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a. Gerakan involunter
b. Sirosis
c. Cincin Kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
a. Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
b. Gagal tumbuh
c. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
d. Warna rambut yang tidak biasa
e. Mikrosefali
f. Asidodis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma amonia
a. Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
a. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
b. Atrofi N. Optikus
c. Degenerasi retina
d. Sereberal ataksia yang berulang
e. Mioklonus
f. Hepatosplenomegali
g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h. Kejang
i. Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
a. Kiposis
b. Anggota gerak yang pendek
c. Badan yang pendek
d. Hepatosplenomegali
e. Kornea keruh
f. Gangguan pendengaran
g. Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. Kejang
16. Urin ketoacid
a. Kejang
b. Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
a. Muntah-muntah
b. Isapan bayi pada saat menyusu lemah
c. Gejala disfungsi autonomik
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Diagnosis Banding Retardasi Mental :

 Disleksia Anak mempunyai kesukaran dalam berbicara dan mengucapkan kata-kata


segera setelah disekolahkan. Kerusakan terletak di lintasan integratif antara sirkuit visual dan
sirkuit auditorik, mereka dapat berpikir tetapi mewujudkan pikirannya dalam bentuk kata-kata
atau tulisan dirasa sangat sulit.
 Sindroma Ertzam Gangguan dalam berhitung dan menulis. Motorik mereka terganggu
dalam melaksanakan gerakan komplek dimana gerakan diperlukanseperti dalam hal menulis.
Namun demikian ia dapat membaca dengan lancar.
 Sindroma Gertsman Tidak dapat mengenal benda-benda dengan sensibilitasnya. Mereka
mendapat banyak kesukaran dalam menulis karena tidak mampu menyusun pemikiran. Juga
berhitung adalah sukar bagi mereka. Lesi serebral yang bertanggung jawab atas gangguan
tersebut adalah girus angularis.
 Sindroma diskontrol  Lambat sekali dalam mengekspresikan kehendaknya dan lambat
bereaksi trerhadap stimulus dunia luar. Mereka dapat berbahasa, penglihatannya tidak
terganggu dan pendengarannya baik. Namun mereka lambat diperintah atau tidak bereaksi
bila diperintah. Lesi serebral yang mendasari gangguan ini tidak diketahui, tetapi
pengobatannya dengan perangsang amphetamine dapat memperbaiki keadaan.
 Afasia dan Afonia Afasia timbul sebagai akibat manifestasi lesi serebral di area brocca
dan atau wernicke. Afonia adalah bisu tidak dapat mengeluarkan kata-kata karena anak ini tuli
sebelum ia belajar berbahasa. Afasia motorik akibat lesi di area brocca dengan gejala tidak
mampu mengeluarkan kata-kata untuk mengutarakan pikirannya dan afasia sensoris akibat
lesi di area wernicke dengan gejala tidak mampu untuk mengerti bahasa lisan atau tulisan.
 Attention Deficit Hyoperactivity Disorder (ADHD)
Kelainan perkembangan yang diturunkan secara genetik akibat adanya gangguan pada gen
transporter dopamin dan gen reseptor dopamin D4. Gangguan tersebut terjadi pada sistem
dopaminergik dan nor-adrenergik yang menyebabkan adanya disfungsi pre-frontal dan sirkuit
fronto-striatal.
Manifestasi Klinis:
Anak dengan ADHD dapat memperlihatkan gejala inatensi, hiperaktifitas dan implusivitas.
Inatensi dapat berupa keluhan susah konsentrasi, mudah sekali teralih perhatiannya, sering lupa
akan barang-barang pribadinya dan bahkan lupa pada tugas-tugas yang harus dikerjakannya. Bila
sedang berjalan anak sering menabrak benda-benda di sekitarnya sehingga seringkali, dengan
perilakunya yang seperti itu, akan menyebabkan barang-barang yang berada di dekat anak
berjatuhan. Hal tersebut penting karena sebagian besar penderita ADHD memiliki IQ normal,
bahkan diantaranya ada yang diatas rerata. Dampak bagi individu ADHD itu sendiri yaitu adanya
gangguan emosi, rasa rendah diri, dan pada saat dewasa akan tampak memiliki kepribadian yang
“sulit”.

LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Retardasi Mental

FARMAKO
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak, konsentrasi
kurang dan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan dalam bidang
retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya:
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hari
Efek samping kedua obat diatas dapat menimbulkan konvulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik

Obat-obatan untuk konvulsi:


a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala hyperkinetik, gejala
gangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir)
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala hyperkinetik)
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik

Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar:


a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.
Minum kopi tiap pagi bisa menurunkan gejala hyperkinetik, karena kopi mengandung Cofein.

NONFARMAKO
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya. Untuk anak
yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan manipulasi
lingkungan (merubah lingkungan anak yang tidak menguntungkan bagi anak tersebut).
Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan
obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil
kerjanya. Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak
terapis (yang mengobati). Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-
koreksi terhadap hubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan dan
kesadaran dalam merawat anak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter
bila dalam observasi terdapat tingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi
anak tersebut maupun lingkungannya (teman-teman disekitarnya).
Pendekatan Medis
Penggunaan Ritalin efektif untuk mengurangi perilaku antisosial pada anak-anak dan remaja
yang mengalami gangguan tingkah laku. 
Pendekatan Behavioral
Pendekatan ini mendasarkan pada prosedur operant conditioning. Misalnya, Program
penanganan residential, yang menetapkan aturan dengan jelas terhadap anak-anak. Mereka akan
diberikan reward untuk perilaku yang tepat dan hukuman untuk perilaku yang tidak tepat.
Pendekatan Kognitif-Behavioral
Penanganan anak dengan gangguan tingkah laku dilakukan dengan Terapi Kognitif Behavioral,
yaitu melatih anak dengan gangguan tingkah laku untuk berpikir bahwa konflik sosial adalah
masalah yang dapat diselesaikan dan bukan merupakan tantangan terhadap kejantanan mereka,
yang harus dibuktikan dengan kekerasan. Anak-anak ini dilatih menggunakan keterampilan
calming self talk, yaitu teknik untuk berpikir & berbicara kepada diri sendiri, tujuannya adalah
menghambat perilaku impulsif, mengendalikan kemarahan, dan mencoba solusi yang tidak
mengandung kekerasan dalam menghadapi konflik sosial. 
Pendekatan Keluarga-Lingkungan (Family ecological approach)
Pendekatan ini dikembangkan oleh Hanggeler, yang didasarkan pada teori ekologis dari Urie
Bronfenbrenner. Pendekatan ini meyakini bahwa anak berada dalam berbagai sistem sosial
(keluarga, sekolah, hukum, komunitas, dll).
Ia menekankan bahwa anak-anak/remaja yang melanggar peraturan itu mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh sistem sosial yang berinteraksi dengan mereka. Teknik yang digunakan adalah
berusaha mengubah hubungan anak dengan berbagai sistem, untuk menghentikan perilaku dan
interaksi yang mengganggu.
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat hubungan anak
dengan orang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat sekitarnya. Tugasnya utama
mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan anak dengan orang-orang disekitarnya.
Untuk ibu atau orang tua anak dengan retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi
keluarga) untuk mengubah sikap orang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita.
Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu, anak retardasi mental lainnya, seminggu
sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk mengurangi sikap rendah diri, perasaan kecewa dari ibu
tersebut karena ternyata banyak ibu lain yang mengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan
retardasi mental. Dengan demikian ibu dapat bersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima
anaknya serta dapat merencanakan program yang baik bagi anaknya. Di luar negeri social worker
yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut diatas.

LO 1.8 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Retardasi Mental

 Genetic : konseling genetic dan screening selama masa kehamilan dapat membantu
orangtua untuk memahami risiko dan membuat rencana serta keputusan
 Social : program nutrisi dapat menurunkan ketidakmampuan yang berhubungan
dengan malnutrisi. Intervensi dini dalam situasi buruk dapat membantu
 Toxic : mencegah terpaparnya diri dari timbal, mercury, dan zat beracun lain
dapat menurunkan risiko RM. Mengajarkan wanita tentang bahaya alcohol dan obat-
obatan selama kehamilan dapat menurunkan risiko
 Penyakit infeksius : beberapa infeksi dapat menyebabkan RM. Mencegah penyakit
tersebut dapat menurunkan risko. Sebagai contoh, sindrom rubella dapat dicegah
dengan vaksinasi. Mencegah paparan kfeses kucing dapat menutunkan toxoplasmosis
selama kehamilan

Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000


Pencegahan retardasi mental dapat primer (mencegah timbulnya retardasi mental), atau sekunder
(mengurangi
manifestasi klinis retardasi mental). Sebab-sebab retardasi mental yang dapat dicegah antara lain
infeksi, trauma, intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan metabolisme, kelainan genetik.

LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Retardasi Mental

Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi
pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan retardasi
mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur
harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang
berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

LI 2 Memahami dan Menjelaskan Nutrisi Tubuh Kembang Anak

LO 2.1 Periode pertumbuhan

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih,
2000).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran, yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter),
sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
berinteraksi dengan lingkungannya (Kania, 2006).
1. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak,
yaitu:
a. Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak
merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya (Kania, 2006).

b. Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini
lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang
tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat
tumbuh kembangnya (Kania, 2006).
a. Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan.
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh pada tumbuh kembang janin mulai
dari konsepsi sampai lahir. Antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksik
atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia embrio
(Soetjiningsih, 2000).
b. Faktor lingkungan posnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur
yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang
tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum
dapat digolongkan menjadi (Soetjiningsih, 2000):
5. Lingkungan biologis.
6. Lingkungan fisik
7. Faktor psikososial
8. Faktor keluarga dan adat istiadat.

2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.


Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-
ciri tersebut adalah sebagai berikut (Rusmila, 2008):
a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan
sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki
dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana
pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada
masing-masing anak.
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung
cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi
badannya serta bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi
menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah
kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal); b.
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang
ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak
mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi
terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu
membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

 Pertumbuhan Anak
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ tubuh. Pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk perkembangan yang
normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi.
Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang mengalami
proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih sederhana dan
fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya umur atau waktu, organ tersebut
berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan seorang anak memberikan
gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan
zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh (Harahap,
2004).

Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai
umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode kritis
ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”, artinya
walaupun anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya tidak
bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya (Buku saku gizi, 2010).

Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan yang bersifat linier dan
pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan
ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status
gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran (Supariasa dkk, 2002).

 Pertumbuhan linier
Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan
pertumbuhan skeletal. Contoh ukuran linier adalah panjang badan, lingkar dada dan
lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi kurang
akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linier yang
paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan (Supariasa dkk, 2002;
Yayuk H dan Tryanti, 2008).

 Pertumbuhan Massa Jaringan


bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa tubuh
adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit, apabila
ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan
energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa
jaringan yang sering digunakan adalah berat badan (Supariasa dkk, 2002).

 Tahap pertumbuhan anak


Tahap perkembangan anak berangsur-angsur mulai dari (Harahap, 2004):
 Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian mengurang
secara berangsur-angsur sampai umur 3-4 tahun.
 Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik.
 Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun).
 Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai suatu waktu (kira-
kira umur 18 tahun) berhenti. Dalam tahun pertama panjang badan bayi bertambah
dengan 23 cm (dinegeri maju 25 cm), sehingga anak pada umur 1 tahun panjangnya
menjadi 71 cm (75 cm di negeri maju).Kemudian kecepatan pertambahan panjang
badan kira-kira 5 cm per-tahun (Harahap, 2004).

 Perkembangan Anak
Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2000).

Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuntitatif,
melainkan kualitatif. Jadi perkembangan itu adalah proses terjadinya perubahan pada
manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai
manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan
manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan
adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya perkembangan dan
pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa
akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.

Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik, Perkembangan


Kognitif, Perkembangan Psikososial) – Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi
(lahir – usia 4 th) yang ditandai  dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan
kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti oleh
perubahan – perubahan yang lain (Administrator, 2010).
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan
secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari
perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya).

 Jenis – jenis Perkembangan

 Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat
badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan
anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran
beberapa organ tubuh lainnya (Administrator, 2010)

 Perkembangan Motorik Kasar

a. Perkembangan Motorik Kasar


Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri,
dan sebagainya (Rusmil, 2009). Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan
lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam
berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya (Administrator,
2010).
b. Perkembangan Motorik Halus
Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan
berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Gerak halus
atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis,
dan sebagainya. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan
olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll (Administrator, 2010; Rusmil,
2009).
c. Tahap Perkembangan Motorik
Berikut tahapan-tahapan perkembangannya Admin (2010):
Usia 1-2 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus


1. merangkak
1. mengambil benda kecil dengan ibu jari atau
2. berdiri dan berjalan beberapa langkah
telunjuk
3. berjalan cepat
2. membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan
4. cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
3. menyusun menara dari balok
5. merangkak di tangga
4. memindahkan air dari gelas ke gelas lain
6. berdiri di kursi tanpa pegangan
5. belajar memakai kaus kaki sendiri
7. menarik dan mendorong benda-benda
6. menyalakan TV dan bermain remote
berat
7. belajar mengupas pisang
8. melempar bola

Usia 2-3 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus

1) melompat-lompat
7)mencoret-coret dengan 1 tangan
2) berjalan mundur dan jinjit
8)menggambar garis tak beraturan
3) menendang bola
9)memegang pensil
4) memanjat meja atau tempat tidur
10) belajar menggunting
5) naik tangga dan lompat di anak tangga
11) mengancingkan baju
terakhir
12) memakai baju sendiri
6) berdiri dengan 1 kaki

Usia 3-4 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus

1. melompat dengan 1 kaki


6. menggambar manusia
2. berjalan menyusuri papan
7. mencuci tangan sendiri
3. menangkap bola besar
8. membentuk benda dari plastisin
4. mengendarai sepeda
9. membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi
5. berdiri dengan 1 kaki

Usia 4-5 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus

1. menuruni tangga dengan cepat


6.menggunting dengan cukup baik
2. seimbang saat berjalan mundur
7.melipat amplop
3. melompati rintangan
8.membawa gelas tanpa menumpahkan isinya
4. melempar dan menangkap bola
9.memasikkan benang ke lubang besar
5. melambungkan bola
Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur –
angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,
maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional
dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada
stadium belajar (Administrator, 2010).
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak  usia sekolah dasar disebut pemikiran
Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan
pada objek – objek  peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya,
mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia
mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
kenyataan sesungguhnya (Administrator, 2010).

Ciri – Ciri Perkembangan

Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan memiliki ciri-ciri sehingga
dapat diperhitungkan. Ciri-ciri tersebut, sebagai berikut Soetjiningsih (2000):

LO 2.2 Kebutuhan nutrisi

Kebutuhan gizi pada anak


1. Kebutuhan Gizi untuk anak sekolah (6 – 13 tahun)
Pada usia sekolah ini, anak akan melakukan banyak aktivitas fisik maupun
mental,seperti : bermain, belajar, berolahraga, dll. Zat gizi yang diberikan pada nya akan
membantudalam meningkatkan kesehatan tubuh anak sehingga sistem pertahanan tubuhnya
berkembang dengan baik atau tidak mudah untuk terserang penyakit. Hal yang tidak
mudahadalah mengawasi jenis makanan atau jajanan anak baik disekolah maupun
dilingkungannya karena pada saat ini anak sudah mulai berinteraksi dengan orang lain
(temansebaya).
Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi yang lebih
dibandingdengan anak balita. Diperlukan pula tambahan energi, protein, kalsium, fluor, zat
besikarena pertumbuhan pada kisaran usia ini sedang pesat dan aktivitas anak semakin
bertambah.Untuk memneuhi kebutuan energi dan zat gizi, anak terkadang makan hingga 5
kalisehari. Namun sebaiknya anak tetap diajari untuk makan 3 kali sehari dengan menu
giziyang tinggi, yaitu : sarapan, makan siang, dan makan malam. Anak juga perlu untuk
diajarisarapan pagi agar dapat berfikir dengan baik di sekolah.

AKG Remaja

Uraian Perempuan Laki – laki


13- 15 th 16 – 19 th 20 - 45 th 13 - 15 th 16 - 19 th 20 - 45 th
Energi (kcal) 2100 2000 2200 2400 2500 2800
Protein (g) 62 51 48 64 66 55
Kalsium (mg) 700 600 600 700 600 500
Besi (mg) 19 25 26 17 23 13
Vit. A (RE) 500 500 500 600 700 700
Vit. E (mg) 8 8 8 10 10 10
Vit B1 (mg) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2
Vit C (mg) 60 60 60 60 60 60
Folat (mg) 130 150 150 125 165 170

LO 2.3 jenis – jenis zat gizi yang diperlukan

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga
usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki peranan penting
dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak. (Soekirman, 2000)
Fungsi zat-zat gizi
Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:
1. Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan sebagai
sumber energi untuk membentuk sel-sel otak baru.
2. Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan
penting bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel otak
satu ke sel otak yang lain.
3. Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel otak
baru. Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang paling utama
adalah asam lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3, EPA, dan DHA.
Asam lemak omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut, seperti ikan kod.
4. Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja otak, menunjang
kerja sistem imun dan sistem saraf pusat.
Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin D  menjaga kesehatan tulang dan gigi.
DHA 224 mg/5 ml  membantu perkembangan sel-sel otak.
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi aneka zat gizi
yang diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak
berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi makanan bergizi
lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.

Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok
asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).

1. Asam lemak tak jenuh


Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan
diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam
lemak tak jenuh itu adalah:

c. DHA (asam dokosaheksaenoat) atau omega-3. Berperan besar dalam perkembangan sel
saraf, otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 dapat mengganggu perkembangan
sistem saraf. Akibatnya, terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat,
mental, dan penglihatan.
d. AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu pembentukan
senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf
ke sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk ke otak.
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam lemak ini
bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.
(Moersintowati, 2008)

2. Kalori dan protein


Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan
mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses metabolisme
otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumber-
sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan produk olahannya,
minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.

3. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana mengangkut
dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta berperan dalam pembentukan eritrosit
di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah tanda
cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur,
serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.

4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1, B3,
B6, dan B12.
Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja
sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh dalam
proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk senyawa
kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang belakang,
serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga
membantu pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-kacangan, biji-
bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran berwarna hijau.
5. Seng (Zn)

Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng
juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng
dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng
banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
(Hurlock, 2007)
Jenis Nutrisi Fungsi Sumber
Air Pelarut untuk pertukaran seluler Air, makanan
Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh
Mengatur suhu tubuh
Protein Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan Susu, telur, daging,
dan perbaikan jaringan kacang-kacangan,
Menjaga keseimbangan osmotik padi-padian
Membentuk hemoglobin, nukleoprotein,
glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi
Karbohidrat Sebagai sumber energi Susu, padi-padian,
Membentuk glikogen dan lemak buah, sirup, tepung,
Membantu pembentukan asam amino sayuran
Lemak Sebagai sumber cadangan energi Susu, mentega, telur,
Melindungi pembuluh darah, saraf, dan organ- daging, ikan, minyak
organ tubuh sayur
Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar
Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K
Memperlambat proses pengosongan lambung

(Nelson, 1999)

Jenis Vitamin Fungsi Sumber


Penglihatan Susu, telur, buah,
Vitamin A Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel sayur, cod & halibut
Diferensiasi sel-sel epitel liver oil
Vitamin B
Thiamine Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat Padi-padian, ragi,
Konduksi membran dan saraf jeroan
Riboflavin Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan Susu, telur, daging,
FMN kacang-kacangan
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
dehidrogenase
Niasin Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat Ikan tuna dan halibut,
pembawa elektron dalam sel hidup daging, sereal gandum
Berperan dalam berbagai proses metabolisme
Asam Sebagai bagian dari koenzim A dan protein Kuning telur, susu,
Pantothenat pembawa asil kacang-kacangan
Piridoksin Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan Daging, ikan, tepung
piridiksamine fosfat kedelai, ragi
Asam Folat Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam Sayuran hijau, kacang-
metabolisme asam amino, purin, dan nukleat kacangan, telur, ikan
Kobalamin Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA Telur, susu
Vitamin C Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks Kacang-kacangan,
potensial tubuh sayuran hijau, buah-
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen buahan
Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor
neurotransmitter asetilkolin
Homeostasis kalsium dalam plasma Minyak ikan laut,
Mengatur sintesis protein yang mengatur transpor kuning telur
Vitamin D Ca
Pembentukan garam Ca di jaringan yang
membutuhkan
Sebagai antioksidan alam paling kuat Minyak biji-bijian,
Vitamin E
Berperan dalam metabolisme selenium buah, sayur, lemak
Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X Sayuran hijau, sereal,
Vitamin K Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat reaksi susu, telur
karboksilase pada hati

(Nelson, 1999)

Jenis Mineral Fungsi Sumber


Kalsium Membentuk struktur tulang dan gigi Susu, sayur hijau,
Membantu proses kontraksi otot dan kerja salmon, kerang
jantung
Membantu koagulasi darah Garam, daging, susu,
Klorida Membantu keseimbangan asam basa telur
Membentuk HCl lambung
Khromium Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin Ragi
Kobalt Merupakan komponen pembentuk molekul Tersebar luas
vitamin B12 dan eritropoietin
Tembaga Penting untuk produksi sel darah merah, Hati, tiram, daging,
transferin, dan hemoglobin ikan, butir padi, kacang
Membantu penyerapan besi
Fluorin Membentuk struktur gigi dan tulang Air, makanan laut
Iodium Merupakan komponen pembentuk hormon T3 Garam, makanan laut
dan T4
Besi Membentuk struktur hemoglobin, enzim Hati, daging, kuning
oksidatif, sitokrom C, dan katalase telur, sayuran hijau
Magnesium Membentuk struktur tulang dan gigi Biji-bijian, kacang,
Iritabilitas otot dan saraf daging, susu
Kation intraseluler
Mangan Berperan dalam aktivasi enzim Sayuran hijau, biji-
Metabolisme karbohidrat bijian
Molibdenum Komponen enzim santin oksidase Sayuran
Mobilisasi feritin dalam hati
Fosfor Membantu pembentukan tulang dan gigi Susu, kuning telur,
Struktur nukleus dan sitoplasma sel kacang-kacangan
Kalium Berperan dalam kontraksi otot Tersebar luas
Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh
Selenium Kofaktor glutation peroksidase Sayuran, daging
Sulfur Unsur pokok protein seluler Makanan berprotein
Berperan dalam pembentukan melanin
Natrium Berperan dalam menjaga tekanan osmotik Garam, susu, telur
Menjaga keseimbangan asam basa
Seng Unsur pokok enzim Daging, susu, kacang

(Nelson, 1999)

Peranan dan Pengaruh Gizi dalam Perkembangan Inteligensi


Periode emas. Proses perkembangan otak anak terdiri dari serangkaian tahapan yang telah
dimulai sejak di dalam kandungan. Tepatnya, ketika kehamilan memasuki trimester ke-3.
Tahapan itu berlanjut setelah anak lahir dan perkembangan yang berlangsung hingga usia 2
tahun merupakan periode emas atau periode pacu tumbuh otak.
3. Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%.
4. Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%.
5. Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%.
6. Pada umur 10 tahun mencapai 99%.

Zat Gizi untuk Pertumbuhan Anak dan Remaja


Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap
hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat
meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong untuk
lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu.

Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-zat
gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh. Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-
hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan
energi dapat dilihat dari berat badan seseorang. Pada remaja perempuan 10-12 tahun kebutuham
energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/ kg BB/ hari.

Kebutuhan protein meningkat karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila


asupan energi terbatas/ kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi. Kebutuhan protein
usia 10-12 tahun adalah 50 g/ hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/ hari dan usia 16-18 tahun adalah 55
g/ hari. Sumber protein terdapat dalam daging, jeroan, ikan, keju, kerang dan udang (hewani).
Sedangkan protein nabati pada kacang-kacangan, tempe dan tahu.
Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan lemak akan
disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan. Departemen
Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi per
hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari.
Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak
mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat
mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah.
Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B yaitu
vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam metabolisme
energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin
B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel dan
jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan.
Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan kekurangan darah yang
dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber zat besi adalah sayuran berwarna
hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Fe lebih baik dikonsumsi bersama dengan
vitamin C, karena akan lebih mudah terabsorsi.
Adapun kebutuhan gizi pada bayi antara lain:
Energi
Kebutuhan energi bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat bervariasi
menurut usia dan berat badan. Taksiran kebutuhan energi selama 2 bulan pertama, yaitu pada
masa pertumbuhan cepat adalah 120 kkal/ kg BB/ bulan pertama. Secara umum selama 6
bulan pertama kehidupan, bayi memrlukan energi sebesar kira-kira 115-120 kkal/BB/hari
pada 6 bulan sesudahnya.
Energi dipasok terutama oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga bisa digunakansebagai
sumber energi jika sumber lain sangat terbatas. Cara terbaik untuk menghitung taksiran
kebutuhan energi bayi adalah dengan mengamati pola pertumbuhan yang meliputi BB, TB,
linkar kepala, kesehatan dan kepuasan bayi. Asupan energi juga dapat diperkirakan dengan
jalan menghitung besaran energi yang dikeluarkan. Jumlah tersebut secara sederhana dapat
ditentukan bsarkan berat badan. Bayi seberat 0 - 10 kg memerlukan 100 kkal/kg BB, mereka
yang seberat 11 - 20 kg membutuhkan 1000 kkal/ kgBB ditambah dengan 50 kkal/ kgBB di
atas 10kg untuk kelebihan berat di atas 10 kg.

Cairan
Kebutuhan bayi akan cairan berkaitan dengan asupan kalori, suhu lingkungan,kegiatan fisik,
kecepatan pertumbuhan, dan berat jenis air seni. Air menyusun kira-kira 70% berat badan pada
saat lahir yang kemudian menurun sampai 60%menjelang bayi berusia 12 bulan. Jumlah air yang
dibutuhkan oleh bayi lebih besar 50% dibandingkan kebutuhan orang dewasa. Rasio
cairan:kalori adalah 1,5 cc/1kkal (rasio orang dewasa = 1 cc/kkal.

Lemak
Air susu ibu memasok sekitar 40 ± 50% energi sebagai lemak (3 ± 4 g/ 100cc).Lemak
minimal harus menyediakan 30% energi yang dibutuhkan bukan saja untuk mencukupi
kebutuhan energi, tetapi juga untuk memudahkan penyerapan asam lemak esensial, vitamin yang
terlarut dalam lemak, kalsium, serta mineral lain, dan juga untuk menyeimbangkan diet agar zat
gizi lain tidak terpakai sebagai sumber lain. Setidaknya 10% asam lemak sebaiknya dalam
bentuk tak jenuh ganda yang biasanya dalam bentuk asam linoleat. Asam linoleat juga
merupakan asam lemak esensial. Dari ASI, bayi menyerap sekitar 85 ± 90% lemak. Enzim lipase
di dalammulut (lingual lipase) mencerna zat lemak sebesar 50 ± 70%.

Karbohidrat
Kebutuhan akan karbohidrat bergantung pada besarnya kebutuhan akan kalori.Belum ada
anjuran berapa jumlah karbohidrat yang harus dikonsumsi dalam satuhari. Namun, sebaiknya 60
± 70% energi dipasok oleh karbohidrat. Jeniskarbohidrat yang sebaiknya diberikan adalah
laktosa, bukan sukrosa, karena laktosa bermanfaat untuk saluran pencernaan bayi. Manfaat ini
berupa pembentukan florayang bersifat asam dalam usus besar sehingga penyerapan kalsium
meningkat dan penyerapan fenol dapat dikurangi. Pada ASI dan sebagian besar susu
formula,laktosa memang menjadi sumber karbohidrat utama. Sumber kalori pasokankarbohidrat
diperkirakan sebesar 40 ± 50% yang sebagian besar dalam bentuk laktosa.

Protein
Besaran pasokan protein dihitung berdasarkan kebutuhan untuk bertumbuhkembang dan
jumlah nitrogen yang hilang lewat air seni, tinja, dan kulit. Mutu protein bergantung pada
kemudahannya untuk dicerna dan diserap (digestibility danabsorpability) serta komposisi asam
amino di dalamnya. Jika asupan asam amino kurang, pertumbuhan jaringan dan organ, berat dan
tinggi badan, serta lingkar kepala akan terpengaruh. Sedangkan bila asupan protein berlebihan,
terutama pada bayi kecil akan menyebabkan kelebihan asam amino yang harus dimetabolisme
dandieliminasi sehingga menimbulkan stress berat pada hati dan ginjal.

dan asam amino, serta 0,3 ± 0,4 g nitrogen yang bukan asam amino per kilogram berat badan
perhari. Nilai biologi protein ASI lebih tinggi ketimbang protein lain. Kebanyakan susuformula
dirancang untuk memenuhi kebutuhan sebesar 2,3 gram/ 100 kkal(bandingkan dengan 1,6/ 100
kkal). Takaran yang dianjurkan adalah sebesar 1,8/100 kkal dengan PER setara dengan casein
(takaran minimum).Koefisien pemakaian protein ASI dianggap 100%.

Berdasarkan koefisien tersebut, kebutuhan akan protein kemudian dihitung menjadi sebesar:
1,6 g/ 100 kkal untuk bayi dari usia 0 ± 4 bulan
1,4 g/ 100 kkal untuk bayi usia 4 ± 12 bulan
1,2 g/ 100 kkal untuk bayi usia 12 ± 36 bulan

Jika bahan pangan yang digunakan tidak bernilai biologi tinggi (misalnya susuformula), besarnya
protein yang harus diberikan adalah:
1,9 g/ 100 kkal untuk bayi dari usia 0 ± 4 bulan
1,7 g/ 100 kkal untuk bayi usia 4 ± 12 bulan
1,4 g/ 100 kkal untuk bayi usia 12 ± 36 bulan

Jika dihitung berdasarkan berat badan, besarnya kebutuhan protein adalah:


2,2 g/ kg/ hari pada usia < 6 bulan
2 g/ kg/ hari pada usia 6 ± 12 bulan
1 ± 1,5 g/ kg/ hari pada usia di atas 1 tahun
Asupan protein yang berlebih dapat menyebabkan intoksikasi protein, yang memilikigejala:
letargi, hiperammonemia, dehidrasi, dan diare.

Vitamin dan Mineral


Air susu ibu yang sehat dan cukup makan dianggap cukup mengandung elemenkelumit kecuali
vitamin D dan di beberapa daerah tertentu, flour. Sebelum diputuskan untuk memberikan
suplementasi, perlu dipertimbangkan keadaanseperti:
a. Status gizi bayi serta ibunya
b. Perkiraan asupan makanan ibunya
c. Makanan padat apa yang akan diberikan pada bayi pada saat penyapihan

Komposisi zat gizi dalam makanan tersebutJika bayi telah diberikan ASI dalam jumlah yang
adekuat, dan ibu memiliki statusgizi yang baik, suplementasi tidak perlu diberikan, kecuali pada
daerah tertentuyang memerlukan tambahan fluor dan vitamin D.
Fluor yang ditambahkan 0,25 cc/hari. Vitamin D dianjurkan 400 IU (10 µg)/ hari, terutama bagi
mereka yang jarang bersentuhan dengan matahariSementara itu, pemberian dua suplemen lain
yaitu besi dan vitamin K, masihdiperdebatkan.

Zat Besi
Sebagian klinisi menganjurkan agar bayi baru lahir diberi 7 mg Fe sulfat (keterserapan 10%).
Sebagian lagi tidak setuju, kecuali jika bayi telah berusia 4 ± 6 bulan, karena tambahan ini akan
menjenuhkan protein bakteriostatik dalam ASI, yaitu laktoferin yang pada gilirannya dapat
menurunkan keefektifan laktoferin.Gejala yang tidak diinginkan akibat Fe ialah sembelit,
muntah, diare, pewarnaangigi, serta defisiensi Zn (karena penyerapannya diganggu oleh Fe).

Vitamin K
Untuk mencegah perdarahan dianjurkan pemberian vitamin K secara parenteral.Sebab produksi
vitamin K oleh mukosa usus belum berlangsung karena selama beberapa hari sesudah lahir.,
saluran usus bayi masih steril. (Hurlock, 2007)

LI 3 MM kewajiban orang tua kepada anaknya menurut pandangan islam

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Setiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (tauhid, iman).
Orang tuanyalah yang (potensial) menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Oleh karena itu tanggung jawab orang tua terhadap anak-anak mereka amat besar. Mereka
dituntut untuk bersungguh-sungguh mendidik, mengasuh, dan mengajar, serta memperhatikan
anak-anak mereka sejak usia dini, baik dari segi agama (ibadah dan akidah), intelektualitas,
mental, akhlak, maupun jasmani. Juga sikap istiqamah (konsistensi) terhadap kebenaran dan
petunjuk agama yang lurus.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim [66]: 6)
Tanggung jawab para bapak terhadap anak-anak mereka besar, tetapi tanggung jawab para ibu
lebih lebih berat dan penting. Sungguh indah kata mutiara Ahmad Syauqi: “Ibu adalah sekolah
(utama). Jika engkau persiapkan dia dengan sungguh-sungguh, engkau telah mempersiapkan
(lahirnya) sebuah generasi bangsa yang harum namanya.
Bukan saja sang anak, orang tua pun mempunyai kewajiban terhadap anak yang harus
ditunaikan. Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah sebuah wujud aktualitas hak-hak
anak yang harus dipenuhi oleh orang tua
1. Anak mempunyai hak untuk hidup
Allah berfirman:
‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan
rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa
hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan
kepada kita bahwa Allah pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun sang
anak, asalkan tentu saja berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah yang
artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233)
Allah berfirman, yang artinya:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. lbunya
telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (QS Al Ahqaf 15).
Al ‘Allamah Siddiq Hasan Khan berkata,
“Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Maksudnya, adalah jumlah
waktu selama itu dihitung dari mulai hamil sampai disapih.”
Allah ta’ala berfirman; “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua
orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah
tambah, dan menyapihnya dalamdua tahun…dst” . ( QS: 31; 14 ).
3. Memberi Nama yang Baik         
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam
memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir.
Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.”
Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian yang sangat besar terhadap masalah nama.
Kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak menarik (patut) dan tak berarti, beliau
mengubahnya dan memilih beberapa nama yang pantas. Beliau mengubah macam-macam
nama laki-laki dan perempuan. Seperti dalam hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra,
bahwa Rasulullah saw biasa merubah nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi).      
Beliau sangat menyukai nama yang bagus. Bila memasuki kota yang baru, beliau
menanyakan namanya. Bila nama kota itu buruk, digantinya dengan yang lebih baik. Beliau
tidak membiarkan nama yang tak pantas dari sesuatu, seseorang, sebuah kota atau suatu
daerah. Seseorang yang semula bernama Ashiyah (yang suka bermaksiat) diganti dengan
Jamilah (cantik), Harb diganti dengan Salman (damai), Syi’bul Dhalalah (kelompok sesat)
diganti dengan Syi’bul Huda (kelompok yang benar) dan Banu Mughawiyah (keturunan
yang menipu) diganti dengan Banu Rusydi (keturunan yang mendapat petunjuk) dan
sebagainya (HR. Abu Dawud dan ahli hadits lainAn-Nawawi, Al Azkar: 258)
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)
Pemberian ‘nama yang baik’ bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan terhadap
anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti sebuah nama’. Ungkapan ini tidak selamanya
benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah do’a. Dengan
memberi nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.
Adapun setelah kita berusaha memberi nama yang baik, dan telah mendidiknya dengan baik
pula, namun anak kita tetap tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan
kepada Allah s.w.t.
4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih kambing untuk (bayi) yang
baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya. Rasulullah s.a.w.
bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih (‘aqiqah) itu buat
dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh
Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah).
5. Mendidik  anak
Pada suatu kesempatan, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran seorang tamu
lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, “Anakku ini sangat bandel.” tuturnya kesal.
Amirul Mukminin berkata, “Hai Fulan, apakah kamu tidak takut kepada Allah karena berani
melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak ayahmu?” Anak yang pintar ini menyela. “Hai
Amirul Mukminin, apakah orang tua tidak punya kewajiban memenuhi hak anak?”
Umar ra menjawab, “Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik, jangan sampai
kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik. Ketiga, mendidik mereka
dengan al-Qur’an.”
Mendengar uraian dari Khalifah Umar ra anak tersebut menjawab, “Demi Allah, ayahku
tidak memilihkan ibu yang baik bagiku, akupun diberi nama “Kelelawar Jantan”, sedang dia
juga mengabaikan pendidikan Islam padaku. Bahkan walau satu ayatpun aku tidak pernah
diajari olehnya. Lalu Umar menoleh kepada ayahnya seraya berkata, “Kau telah berbuat
durhaka kepada anakmu, sebelum ia berani kepadamu….”

Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa
mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para
sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah
kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti
(misalnya) mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak
itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini
dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.
Berikut beberapa perkara yang wajib diperhatikan oleh ibu dalam mendidik anak-anaknya:
Menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Kitab dan Sunnah yang shahih.
Allah berfirman yang artinya: Maka ketahuilah bahwa sesugguhnya tidak ada sesembahan
yang haq melainkan Allah. (QS Muhammad: 19)
Rasulullah bersabda, yang artinya:
Dari Abul Abbas Abdullah bln Abbas, dia berkata: Pada suatu hari aku membonceng di
belakang Nabi, kemudian beliau berkata, ‘Wahai anak, Sesungguhnya aku mengajarimu
beberapa kalimat, yaitu: jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya
engkau mendapatiNya di hadpanmu. Apablla engkau meminta, maka mintalah kepada Allah.
Dan apabila engkau mohon pertotongan, maka mohonlah pertotongan kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu satu manfaat, niscaya
mereka tidak akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah
tetapkan untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk memberimu satu bahaya, niscaya
mereka tidak akan bisa membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan
atasmu. Pena-pena telah diangkat dan tinta telah kering.”
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit
saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera
menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada
anak-anaknya.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisanpun
berkewajiban demikian.  Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Cukup berdosa orang yang menyia nyiakan (tanggung jawab) memberi makan keluarganya.’
( HR Abu Daud )./1100;247/33.
6. Memberi rizqi yang ‘thayyib’
Rasulullah s.a.w. bersabda;
Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban orang tua
terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak
memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’ HR Al Hakim/Depag;51.
7. Mendidik anak tentang  agama
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Tiap bayi dilahirkan dalam kadaan suci ( fithrah Islamy ) . Ayah dan Ibunyalah kelak yang
menjadikannya Yahudi, Nashrany, atau Majusyi. HR Bukhary.;1100;243/15.
Mendidik anak pada umunya baik laki laki maupun perempuan adalah kewajiban bagi kedua
orang tuanya.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan
menyebabkannya masuk sorga. ( HR Al Bukhary )/ 1100; 244/20.
8. Mendidik anak untuk sholat
9. Menyediakan tempat tidur terpisah antara laki laki dan perempuan
Islam mengejarkan ‘hijab’ sejak dini. Meskipun terhadap sesama Muhrim , Bila telah berusia
tujuh tahun tempat tidur mereka harus dipisahkan.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka
sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka (putra putri).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak
berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan
sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas
atau menyakitkan
10. Mendidik anak tentang adab yang baik
Banyak anak terpelajar, namun sedikit anak yang ‘terdidik’. Banyak orang pandai, namun
sedikit orang yang taqwa’.
Islam mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata Rasulullah seraya
menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik
buruknya perilaku seseorang. Nabi tidak menunjukkan kearah ‘kepalanya, tapi kerah
dadanya.
11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik
Berkata shahabat ‘Aly r.a.;
‘Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda
dengan zamanmu.’ (Depag;19).
12. Memberi pengajaran Al Quran
Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur aan
dan mengajarkannya’.
Pengetahuan tentang Al Quraan harus lebih diutaman dari Ilmu ilmu yang lainnya. Nabi
s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan. Adapun
yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Qur aan) yang muhkamat, ilmu
tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).
13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis
Rasulullah s.a.w. bersabda;
Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban orang tua
terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah,
tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’ HR Al Hakim/Depag;51.
14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Jagalah kebersihan* dengan segala usaha yang mampu kamu lakukan. Sesungguhnya Allah
Ta’ala menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak akan masuk sorga kecuali
orang yang memelihara kebersihan.’ ( HR At Thabarany )/Depag; 57.
15. Memberikan pengajaran ketrampilan
Islam memberantas pengangguran. Salah satu penyebab adanya panganguran adalah apabila
seseorang tidak mempunyai ketrapilan tertentu. Bila dia punya ketrampilan tertentu, paling
tidak bisa melakukan sesuatu yang berguna buat dirinya ataupun orang lain. Rasulullah
s.a.w. bersabda; ‘Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri’.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan;
‘Mengapa tidak kau ajarkan padanya ( anak itu ) menenun sebagaimana dia telah diajarkan
tulis baca?’ ( HR An- Nasai ) /Depag; 52.
Kerajinan tangan apapun selama bermanfa’at dan tidak dilarang Agama adalah suatu hal
yang ma’ruf.
16. Memberikan kepada anak tempat yang yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, do’akan dia selalu, agar
menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, shobarlah menghadapi
perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah
membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati anda,
belailah dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Satukan hati kita dengan anak anak. Semoga Allah menjadikan mereka ‘ waladun shoolihun
yad’uu lahu’. Itulah harapan orang tua yang baik.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini?
Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan
memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )./1100;243/16.
17. Memberi kasih sayang
Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa
pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya
perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan ( bukan dari
golongan kami ) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’
(HR At Tirmidzy). Depag; 42
18. Menikahkannya 
Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan
mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Do’akan dan dorong mereka untuk
hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja. Bila muncul rasa khawatir
tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah berjanji akan
menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya, sebagaimana
firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang
sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika
mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada
mereka dari anugerah-Nya.” (QS. An-Nur:32)
19. Mengarahkan anak
Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih kawan,
teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan kepada
anak tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan orang-orang
shalih, dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan ataupun
teman yang jelek. (Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 154)
Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak
mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal
itu mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu
saja dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya
Allah tidak menyukai kerusakan. (Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 156)
DAFTAR PUSTAKA
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma.
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta. EGC
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000
Sebastian, C.S. (22 Okt 2013). Pediatric Mental Retardation.
http://emedicine.medscape.com/article/289117-overview
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
Zeldin, A.S. et al. (3 Feb 2014). Intellectual Disability.
http://emedicine.medscape.com/article/1180709-overview
http://idai.or.id/downloads/CDC/Kurva-pertumbuhan-CDC-2000-lengkap.pdf

Anda mungkin juga menyukai