Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERPAJAKAN BAB 8

DOSEN PEMBIMBING
Bapak Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

DISUSUN OLEH
Ocha Ananda

UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah perpajakan ini dengan tepat waktu. Makalah tersebut disusun guna
memenuhi tugas Bapak Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. pada Mata Kuliah Perpajakan 1 di
Universitas Jambi. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Wirmie Eka Putra, S.E.,
M.Si. selaku pembimbing Mata Kuliah Perpajakan 1. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 05 Oktober 2021

` Ocha Ananda

2
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................5

2.1 SKP.............................................................................................................................5
2.2 STP.............................................................................................................................8

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di
segala bidang, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Agar
pembangunan yang dilaksananakn berjalan lancar dan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Untuk itu dibutuhkana dana yang tidak sedikit. Dana tersebut
dikumpulkan  dari berbagai potensi sumber daya yang dimiliki oleh Negara Indonesia
ini baik dari hasil sumber kekayaan alam seperti, minyak bumi dan gas alam maupun
dari sektor pajak.

Berbicara mengenai ketetapan pajak, pada umumnya tidak terlepas dari subyek pajak
yaitu mereka (orang atau badan) yang memenuhi syarat subyektif, yaitu syarat yang
melekat pada orang atau badan sesuai dengan apa yang ditentukan oleh undang-
undang. Sedangkan obyek pajak artinya mereka mempunyai potensi untuk dikenai
pajak, tetapi belum tentu dikenai pajak. Sementara itu, wajib pajak adalah mereka
(orang atau badan) yang selain memenuhi syarat subyektif, juga harus memenuhi
syarat obyektif. Jadi wajib pajak itu tidak hanya potensial untuk dikenakan pajak,
melainkan lebih dari itu memang sudah dikenakan kewajiban untuk membayar utang
pajak.

Di dalam menentukan besarnya pajak yang terutang sering terjadi perselisihan antara
wajib pajak dan petugas pajak. Perselisihan tersebut terjadi karena adanya perbedaan
pendapat antara wajib pajak dan petugas pajak mengenai suatu maslah seperti
peraturan dan penafsiran fiskus atas suatu fakta, dan kesalahan hitung atau tulis.

Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana perubahan ketiga Undang-Undang No. 28 Tahun 2007,
Pasal 1 nomor 15 Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Lalu berdasarkan keputusan Ditjen Pajak, pihak yang
berkuasa mengeluarkan surat tersebut adalah Kantor Pajak Pratama (KPP) dan
dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan pajak.

4
Secara garis besar, SKP berfungsi sebagai sarana untuk menagih kekurangan pajak,
mengembalikan jika ada kelebihan bayar pajak, memberitahukan jumlah pajak
terutang, mengenakan sanksi administrasi perpajakan, serta menagih pajak.

1.2Rumusan Masalah
1. SKP
2. STP

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui SKP
2. Mengetahui STP

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 SKP (Surat Ketetapan Pajak)

Pengertian SKP

Surat ketetapan pajak adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi:

 Surat Tagihan Pajak


 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Bayar,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat ketetapan tersebut dihasilkan dari proses pemeriksaan
pajak yang dilaksanakan oleh petugas fungsional pemeriksa pajak maupun penyidik pajak
atau hasil penelitian dari petugas pengawasan dan konsultasi pajak.

Surat ketetapan administrasi lainnya dapat berupa Surat Tagihan Pajak yang mempunyai
kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak.

5
Jenis-Jenis Surat Ketetapan Pajak

Berikut ini detail penjelasan untuk masing-masing Surat Ketetapan Pajak.  

1. Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk menagih pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2000, surat tagihan
pajak ini akan diterbitkan jika:

1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.


2. Terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis atau salah hitung.
3. Terkena sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai 1984 dan perubahannya namun tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak namun membuat
faktur pajak.
6. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak membuat
faktur pajak, atau membuat faktur pajak namun tidak tepat waktu, atau tidak
mengisinya secara lengkap.

Jika wajib pajak mendapat surat tagihan karena alasan 1 dan 2, jumlah kekurangan pajak
terutang yang tercantum dalam surat tersebut ditambah dengan bunga sebesar 2% sebulan
untuk maksimal 24 bulan. Waktu tersebut terhitung sejak terutangnya pajak, atau bagian
tahun pajak, atau tahun pajak sampai terbitnya surat tagihan pajak. 

Jika penerima surat tagihan pajak merupakan pengusaha (seperti yang disebutkan pada poin
4, 5, 6) akan dikenakan denda sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak. 

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Dalam Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2009, SKPKB adalah surat yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administrasi, serta jumlah pajak yang masih harus dibayar. Jenis surat
ketetapan pajak ini diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya masa pajak.

Secara garis besar, terbitnya SKPKB ini karena wajib pajak kurang atau tidak membayar
pajak terutang, telat menyampaikan SPT Masa dari waktu yang telah ditentukan, adanya
salah hitung terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) yang dikenai tarif 0%, tidak diketahuinya besar pajak terutang.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang. Secara sederhana, SKPLB diterbitkan karena wajib pajak lebih membayar pajak
terutang dari yang seharusnya.

6
SKPLB akan diterbitkan jika ada permohonan tertulis dari wajib pajak dengan ketentuan:
Jumlah kredit pajak pada Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,
atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang. 

Penerbitan surat ini dilakukan setelah dilakukannya pemeriksaan atas permohonan, paling
lambat 12 bulan terhitung sejak surat permohonan diterima atau sesuai dengan keputusan
Ditjen Pajak. Jika terlambat diterbitkan, wajib pajak berhak menerima imbalan bunga 2%
sebulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu yang ditentukan. 

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. SKPN
diterbitkan setelah Ditjen Pajak melakukan pemeriksaan Surat Pemberitahuan. 

Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007, SKPN diterbitkan untuk:

1. Pajak Penghasilan jika jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau
pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
2. Pajak Pertambahan Nilai jika jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang
terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Jika terdapat pajak yang
dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang
dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut;
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar sama dengan
jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran
pajak. 

5. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan. Menurut Pasal 15 ayat 1 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana perubahan
ketiga Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, menyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak
dapat menerbitkan SKPKBT dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru
yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan
pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT.

Dalam pengertian sederhana, SKPKBT merupakan koreksi atas SKP yang diterbitkan
sebelumnya. Ketika wajib pajak telah melaporkan dan membayar pajak terutang sesuai
dengan nominal yang tercantum dalam SKP, petugas pajak akan melakukan pemeriksaan
kembali pada data baru tersebut. Jika masih ditemukan adanya pajak terutang yang kurang
atau tidak dibayar oleh wajib pajak, Ditjen Pajak akan menerbitkan SKPKBT. 

SKPKBT diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun, dengan jumlah pajak terutang yang harus
dibayar ditambah 100% sebagai sanksi administrasi. Jika sudah melewati jangka waktu
tersebut dan wajib pajak belum membayar kekurangan pajak, akan ada tambahan sanksi
sebesar 48% dari jumlah pajak terutang yang harus dibayar.

7
2.2 STP (Surat Tagihan Pajak)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (UU KUP) pada Pasal 1, Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda dan
berfungsi sebagai koreksi pajak terutang, sarana mengenakan sanksi kepada wajib pajak,
serta  sarana menagih pajak.

Ketentuan Penerbitan STP

STP dikeluarkan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2007 (UU KUP) sebagai berikut:

1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, tidak atau kurang bayar;


2. Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis
dan atau salah hitung;
3. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga;
4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN tetapi tidak
melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
5. Pertama, pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi
membuat faktur pajak. Kedua, pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak tetapi tidak membuat faktur pajak. Ketiga, PKP membuat faktur pajak
tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur pajak.

Fungsi STP

Dalam Surat Tagihan Pajak, terdapat beberapa fungsi yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak;
2. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda;
3. Sarana untuk menagih pajak.

Sanksi Administrasi STP

Sanksi administrasi dalam Surat Tagihan Pajak berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:

1. Sanksi administrasi berupa denda Rp50.000,- apabila Wajib Pajak tidak atau


terlambat menyampaikan SPT Masa. Dikenakan denda Rp100.000,- apabila tidak atau
terlambat menyampaikan SPT Tahunan;
2. Sanksi administrasi berupa denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak dalam hal:

a. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN tetapi tidak


melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;
b. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak;

8
c. Pengusaha telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau
membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur
pajak.

3. Sanksi administrasi berupa bunga dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri


SPT miliknya dan hasil pembetulan tersebut menyatakan kurang bayar.

4. Sanksi administrasi berupa bunga apabila Wajib Pajak terlambat atau tidak


membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya.

Kode Penomoran STP

Pada Surat Tagihan Pajak biasanya terdapat nomor unik atau biasa disebut nomor kohir.
Penomoran STP tersebut serupa dengan penomoran SKP yang diurutkan dalam format
AAAAA/BBB/CC/DDD/EE. Makna dari penomoran AAAAA menunjukkan nomor urut
dalam lima digit, sebagai 00303.

BBB menunjukkan untuk kode jenis pajak, sebagai contoh 105 untuk PPh Badan atau 106
untuk PPN. CC menunjukkan Tahun Pajak, sebagai contoh untuk tahun pajak 2017 kodenya
adalah 17. DDD merupakan kode KPP yang menerbitkan, sebagai contoh angka 060
menunjukkan KPP PMA Enam. EE menunjukkan tahun diterbitkannya STP tersebut, misal
STP diterbitkan pada tahun 2018 maka kodenya adalah 18. Jadi jika seluruh kode di atas
diurutkan, maka penomoran STP tersebut adalah 00303/105/06/060/18.

Sesuai dengan SE-25/PJ/2017 atas perubahan terakhir SE-47/PJ/2016 tentang Kode Nota
Penghitungan dan Kode Ketetapan Per Jenis Pajak, terdapat tabel kode yang dapat membantu
wajib pajak mengetahui jenis surat ketetapan tersebut. 

Pelunasan Denda atau Sanksi

Pelunasan denda atau sanksi atas STP dapat dilakukan melalui bank-bank atau pihak ketiga
tertentu yang menerima pembayaran pajak melalui Surat Setoran Pajak (SSP).

Dalam hal ini, WP wajib mencantumkan nomor STP dalam SSP tersebut pada kolom Nomor
Ketetapan.

Apabila WP lupa mencantumkan nomor STP, maka akan dianggap belum membayar atau
status STP masih seperti sedia kala.

Jika masalah tersebut terlanjur terjadi, maka WP harus menyelesaikannya melalui proses
pemindahbukuan yang membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (UU KUP) pada Pasal 1, Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda dan
berfungsi sebagai koreksi pajak terutang, sarana mengenakan sanksi kepada wajib pajak,
serta  sarana menagih pajak.

9
Penghitungan Sanksi Administrasi
Soal 1

Tuan Abdullah menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi tahun
2020 pada tanggal 23 Juli 2021. Adapun jumlah pajak kurang bayar yang telah dilunasi oleh
Tuan Abdullah pada tanggal 22 Juli 2021 adalah sebesar Rp3.000.000. Apabila Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) untuk Tuan Abdullah pada 3 Agustus
2021 dan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan di Bulan April 2021
adalah 4,96%. Hitunglah berapa sanksi administrasi yang harus dibayarkan oleh Tuan
Abdullah?

Jawab:

Tarif bunga per bulan : ((4,96% + 5%) / 12) = 0,83%

     

Sanksi Administrasi : Rp3.000.000 x 0,83% x 4 bulan

    Rp24.900 x 4 bulan

    Rp99.600

Soal 2 PT. Toktik memiliki jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebesar Rp10.000.000 yang diterbitkan tanggal 7 Oktober
2021, dengan batas akhir pelunasan tanggal 6 November 2021. Jumlah pembayaran sampai
dengan tanggal 6 November 2021 adalah sebesar Rp6.000.000. Pada tanggal 1 Desember
2021 diterbitkan Surat Tagihan Pajak untuk PT. Toktik. Hitunglah berapa sanksi administrasi
yang dikenakan pada PT. Toktik apabila suku bunga acuan Menteri Keuangan pada 1
November 2021 adalah 4,5%?

Jawab:

Tarif bunga per bulan : ((4,5% + 0%) / 12) = 0,375%

   

Sanksi Administrasi : (Rp10.000.000- Rp6.000.000) x 0,375% x 4 bulan

    Rp4.000.000 x x 0,375% x 4 bulan

    Rp60.000

Soal 3

10
PT. Sumber Untung tengah diperiksa bukti permulaan untuk Surat Pemberitahuan (SPT)
tahun 2020. PT. Sumber Untung berniat untuk melakukan pengungkapan ketidakbenaran
dengan melaporkan jumlah pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp4.000.000.000.
Hitunglah berapa sanksi administrasi yang harus dibayar oleh PT. Sumber Untung? 

Jawab:

Sanksi Denda = Rp4.000.000.000 x 100% = Rp4.000.000.000

Soal 4

PT. Digdaya mempunyai pajak terutang selama tahun pajak 2021 sebesar Rp200.000.000 dan
telah menyampaikan Surat Pemberitahuan secara tepat waktu. 

Pada bulan Mei 2023, berdasarkan hasil pemeriksaan diterbitkan SKPKB yang
mencantumkan bahwa pajak yang terutang pada 2021 seharusnya Rp250.000.000. Hitunglah
berapa sanksi bunga yang dikenakan pada PT. Digdaya apabila suku bunga acuan pada April
2021 sebesar 4,5%?

Jawab:

Tarif bunga per


: ((4,5% + 15%) / 12) = 0,01625%
bulan

     

(Rp250.000.000 – Rp200.000.000) x 0,01625% x 24


Sanksi Administrasi :
bulan

    Rp812.500 x 24 bulan

    Rp19.500.000

BAB 3

11
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ketetapan Pajak adalah suatu ketentuan dalam sistem perpajakan untuk pembayaran
pajak terutang dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak.

2. Macam – Macam Ketetapan Pajak :


a. Surat Tagihan Pajak (STP)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
e. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
f. Surat Ketetapan Pajak Terutang (SPPT)

3. Fungsi Ketetapan Pajak :


a. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban
materil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar
e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

DAFTAR PUSTAKA

12
 https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Ketetapan_Pajak
 https://www.online-pajak.com/seputar-pajakpay/5-jenis-surat-ketetapan-pajak
 http://satvika.co.id/news/kode-surat-tagihan-pajak-stp-pajak.html
 https://www.rusdionoconsulting.com/surat-tagihan-pajak/
 https://perpajakan.ddtc.co.id/ilustrasi-kasus/read/28
 https://marwancihui.blogspot.com/2014/12/makalah-surat-ketetapan-pajak-skp.html

13

Anda mungkin juga menyukai