Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai proses yang mengarahkan manusia kehidupan yang baik
dan mengangkat derajat kemanusiaan sesuai kemampuan dasar (fitrah), penting
sekali diberikan kepada peserta didik. Guru sebagai pengajar bertugas mengajarkan
berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sehingga peserta didik mengerti,
memahami, menghayati dan dapat mengmalkan berbagai ilmu pengetahuan tersebut.
Guru juga berperan sebagai pendidik yang berusaha membentuk budi pekerti yang
baik, pembentuk nilai-nilai moral.
Permasalahan yang sering dijumpai dalam pengajaran atau pembelajaran
adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga
diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Disamping masalah lainnya yang juga sering
didapati adalah kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan
metode mengajar dan upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik. 

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian metode pembelajaran?
2. Bagaimanakah pengertian pembelajaran fiqih?
3. Apa sajakah ruang lingku pembelajaran fiqih?
4. Bagaimanakah fungsi dan tujuan pembelajaran fiqih?
5. Bagaimanakah pengertian, rukun dan syarat-syarat shalat?
6. Apa sajakah metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran shalat?
7. Apa yang menjadi metode induk dari pembelajaran fiqih?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengertian metode pembelajaran.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pengertian pembelajaran fiqih.
3. Untuk mengeathui apa sajakah ruang lingkup pembelajaran fiqih.
4. Untuk mengetahui bagaimanakah fungsi dan tujuan pembelajaran fiqih.
5. Untuk mengetahui bagaimanakah pengertian, rukun dan syarat-syarat shalat.

1
6. Untuk mengetahui apa sajakah metode-metode yang digunakan dalam
pembelajaran shalat.
7. Untuk mengetahui apa yang menjadi metode induk dari pembelajaran fiqih.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para
pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.
Metode pembelajaran ini sangat penting di lakukan agar proses belajar mengajar
tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk, dan
juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut dengan
mudah.1
Metode pembelajaran menurut Sudjana adalah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.
Oleh karena itu peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses
belajar-mengajar dengan metode in diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar
siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain tercipta
interaksi edukatif.2
Metode pembelajaran juga dapat diartikan sebagai cara yang dugunakan oleh
guru untuk mengadakan hubungan dengan peserta didik  pada saat berlangsung
pembelajaran, dan penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif. Proses
pembelajaran yang baik hendaknya mempergunakan berbagai  jenis metode
mengajar secara bergantian atau saling bahu.

B. Pengertian Pembelajaran Fiqih


Pembelajaran dalam pendidikan berasal dari kata instruction yang berarti
pengajaran. Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut guru
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang
telah diprogramkan.3

1
file:///C:/Users/windows8/Documents/metodoligi/Makalah%20Pembelajaran%20Fiqih%20_
%20Perkuliahan.com.htm, 07/05/14 pukul 20.00 WIB

2
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, cet V, 2000), hlm. 76.

3
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 117
3
Sedangkan pembelajaran mata pelajaran fiqih merupakan salah satu mata
pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama menyangkut
pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan
pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fiqih muamalah yang menyangkut
pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan
minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli
dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran fiqih memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan
menerapkan hukum Islam dalam kehidupan  sehari-hari sebagai perwujudan
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,
dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun
lingkungannya.

C. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih


Ruang lingkup materi fiqih pada umumnya adalah4:
1. Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara
pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat,
puasa, zakat, dan ibadah haji.
2. Fiqih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai
ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban,
serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

D. Tujuan Pembelajaran Fiqih


Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 3 di sebutkan pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk  watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.5

4
file:///C:/Users/windows8/Documents/metodoligi/Makalah%20Pembelajaran%20Fiqih%20_
%20Perkuliahan.com.htm, 07/05/14 pukul 20.00 WIB
5
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Berserta Penjelasannya, hlm. 2.
4
Sedang pembelajaran Fiqih bertujuan untuk membekali peserta didik agar
dapat:
a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik  yang
menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup
dalam kehidupan pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan
baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam
baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu
sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungannya.6

E. Fungsi Pembelajaran Fiqih


Fungsi pembelajaran fiqih adalah sebagai berikut:
1. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT.
sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam dikalangan peserta didik
dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peratuaran yang berlaku di
madrasah dan masyarakat.
3. Pembentukan kedisplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan
masyarakat.
4. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. serta akhlak mulia
peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu
dalam lingkungan keluarga.
5. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui
ibadah dan muamalah.
6. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
7. Pembekalan pserta didik untuk mendalami fiqih/hukum Islam pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.7

F. Shalat
6
file:///C:/Users/windows8/Documents/metodoligi/Makalah%20Pembelajaran%20Fiqih%20_
%20Perkuliahan.com.htm, 07/05/14 pukul 20.00 WIB
7
file:///C:/Users/windows8/Documents/Tujuan%20dan%20Fungsi%20Pembelajaran%20Fiqih.htm,
6/05/14 pukul 15.00 WIB
5
1. Pengertian Shalat
Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology/ istilah, para ahli
fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa
ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam,
yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah
ditentukan.8
Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara
yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa
kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau “mendahirkan hajat dan
keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan
atau dengan kedua – duanya”. 9
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba
dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan
yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun
yang telah ditentukan syara’.10
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah
merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan denga perbuatan yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin)
kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.

2. Syarat Shalat
Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu :
a. Beragama Islam
b. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis
c. Berusia cukup dewasa
d. Telah sampai dakwah islam kepadanya
e. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya
f. Sadar atau tidak sedang tidur

Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :


8
Drs. Sidi Gazalba, Asas Agama Islam, Bulan Bintang, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 88
9
Hasbi Asy Syidiqi, Pedoman Shalat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 59
10
Imam Basori Assuyuti, Bimbingan Shalat Lengkap, (Jakarta: Mitra Umat, 1998), hlm.30
6
a. Masuk waktu sholat
b. Menghadap ke kiblat
c. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar
d. Menutup aurat

3. Rukun Shalat
Dalam shalat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni11 :
a. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan shalat.
b. Berdiri, bagi orang yang kuasa.
c. Takbiratul Ihram
d. Membaca Surat Fatihah
e. Ruku’.
f. I’tidal.
g. Sujud dua kali.
h. Duduk antara dua sujud.
i. Duduk untuk tasyahud pertama.
j. Membaca tasyahud akhir
k. Membaca shalawat atas Nabi.
l. Mengucap salam yang pertama
m. Tertib

G. Metode Pembelajaran Shalat


Dalam rangka efektifitas dan efisiensi pembelajaran materi shalat ada
beberapa metode pembelajaran yang dipergunakan, antara lain:
1. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode interaksi edukatif yang sangat efektif dalam
membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan sesuatu, apa unsur
terkandung didalamnya, dan cara yang paling tepat dan sesuai, melalui
pengamatan induktif. Atau dengan pengertian lain yang lebih sederhana adalah
suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain disengaja diminta

11
file:///C:/Users/windows8/Documents/pengertian-rukun-shalat-syarat-wajib.html, 03/05/14
pukul 17.00 WIB
7
atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau
suatu kaifiyah melakukan sesuatu.12
Dalam pembelajaran fiqih utamanya pada bab shalat metode ini sangat cocok
digunakan. Hal ini dikarenakan mempermudah penjelasan mengenai proses cara
mengerjakan sholat, dimana metode ini membantu peserta didik untuk memahami
dengan jelas jalalannya proses cara mengerjakan shalat dengan penuh perhatian,
sebab lebih menarik.

2. Metode Tanya Jawab


Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru
bertanya sedang murid-murid menjawab. Metode tanya jawab menungkinkan
terjadinya komunikasi langsung, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara
guru dan siswa. Penggunaan tanya jawab bertujuan mengetahui sejauh mana
tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan oleh
guru. Selain itu dengan adanya tanya jawab tersebut akan merangsang siswa untuk
berfikir dan diberi kesempatan untuk mengajukan masalah yang belum
dipahami.13
Dalam bab sholat setelah guru mendemontrasikan tentang proses cara
mengerjakan sholat maka guru bertanya kepada peserta didik untuk
menyampaikan tata cara sholat. misalnya, guru brtanya kepada peserta didik,
“Apa hal pertama yang dilakukan untuk melakukan sholat?, apa yang dibaca
setelah takbiratul ikhrom?, ruku’ yang benar itu bagaimana? dan seterusnya.
Dengan bertanya demikian guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi sholat.

3. Metode Ceramah
Metode ceramah atau metode khotbah, yang oleh sebagian para ahli, metode
ini disebut”one man show method” adalah suatu cara menyampaikan bahan
pelajaran secara lisan oleh guru didepan kelas atau kelompok, maka peranan guru
dan murid berbeda secara jelas , yakni bahwa guru terutama dalam penuturan dan
12
Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hlm. 123
13
Ibid, hlm. 113
8
peneranganya secara aktif. Sedangkan murid mendengarkan dan mengikuti secara
cermat serta membuat catatan tentang pokok masalah yang diterangkan oleh guru.
Untuk penjelasan uraian guru dapat mengunakan metode ini dengan memakai
alat-alat pembantu seperti gambar-gambar, peta, film, slide, dan sebagainya.
Namun demikian, yang utama tetap penerangan secara lisan. Hal ini juga
diungkapkan oleh mahfuz sholahuddin dkk., bahwa metode ceramah adalah suatu
cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru didepan kelas atau
kelompok. Metode ini adalah metode mengajar yang paling tua dan paling banyak
digunakan disekolah-sekolah dapat dipandang sebagai cara yang paling mengena
bagi usaha untuk penyampaian informasi.14
Dalam penyampaian materi shalat setelah guru mengetahui tingkat
pemahaman peserta didik melalui metode yang dilakukan sebelumnya yaitu
metode tanya jawab, dimana dalam proses tanya jawab yang dilakukan guru
terhadap peserta didik terdapat masalah ketidak pahaman peserta didik terhadap
tata cara shalat seperti gerakan ruku’ peserta didik yang masih salah. Berkaitan
dengan hal ini maka guru akan menjelaskan bagaimana gerakan ruku’ yang benar
melalui metode ceramah.

4. Metode Uswatun Hasanah


Metode ini termasuk metode tertua dan tergolong paling sulit dan mahal.
Bahan metode ini, pendidikan agama disampaikan melalui contoh teladan yang
baik dari pendidiknya, sebagaimana yang telah dilakukan para nabi terdahulu.
Metode uswatun hasanah besar pengaruhnya dalam misi pendidikan agama
Islam, bahkan menjadi faktor penentu. Apa yang dilihat dan didengar orang dari
tingkah laku guru agama, bisa menambah daya didiknya, tetapi sebaliknya bisa
pula melumpuhkan daya didiknya, apabila ternyata yang nampak itu bertentangan
dengan yang didengarnya. Dalam hubungan masalah ini Athiyah Al Abrasyi
mengatakan bahwa perbandingan antara guru dengan murid, adalah ibarat tongkat
dengan bayangannya. Kapankah bayangan itu akan lurus kalau tongkatnya sendiri
bengkok.
Dalam dunia pendidikan modern istilah metode uswatun hasanah sering
disebut dengan metode imitasi atau tiruan. Dilihat dari segi bentuknya maka

14
Ibid, hlm. 110-111
9
metode ini merupakan bentuk yang non-verbal dari metode pendidikan agama
Islam.15
Dalam materi fiqih yang disampaikan oleh guru dengan metode-metode
sebelumnya seperti metode demonstrasi, tanya jawab dan ceramah maka dalam
metode uswatun hasanah ini guru sebagai contoh atau panutan dimana apa yang
dilakukan dan dijelaskan guru akan ditiru oleh peserta didik. Misalnya guru
mencontohkan dan menjelaskan mengenai tata cara sholat yang benar, maka
peserta didik akan meniru apa yang dicontohkan dan dijelaskan oleh guru
tersebut.

H. Metode Induk yang Digunakan dalam Pembelajaran Shalat


Metode induk yang digunakan dalam pembelajaran shalat adalah metode
demonstrasi. Hal ini dikarenakan metode demonstrasi mudah dipahami dan diterima
oleh peserta didik, dimana dalam penggunaan metode ini terlihat beberapa kelebihan
yaitu:
1. Peserta didik dapat mengahayati dengan sepenuh hatinya mengenai pelajaran yang
diberikan.
2. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan minat serta
kemauan peserta didik.
3. Perhatian peserta didik lebih terpusat pada apa yang didemonstrasikan dan kepada
hal-hal yang diselenggarakan percobaan-percobaan (eksperimen).
4. Melalui metode ini sekaligus masalah-masalah yang timbul dalam pikiran peserta
didik langsung dapat terjawab.
5. Dibanding dengan metode lainnya, medote demonstrasi dan eksperimen mampu
mengurangi kesalahan dalm mengambil kesimpulan dan pengertian, karena
peserta didik mengamati langsung terhadap suatu proses.16
Dengan melihat kelebihan dari metode demonstrasi di atas maka metode ini
dapat dijadikan metode induk dalam pembelajaran shalat, dimana metode ini mampu
mencapai tujuan dari pembelajaran shalat yaitu peserta didik mengerti tata cara shalat
dan mampu melakukan shalat dengan baik dan benar. Sedangkan metode-metode
yang lain seperti metode tanya, ceramah dan uswatun hasanah sebagai metode
pelengkap dari metode induk yaitu metode demonstrasi.
15
Ibid, hlm. 133-134
16
Ibid, hlm. 124
10
I. Analisis
Fiqih ialah ilmu pengetahuan yang membahas hukum-hukum Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an, Sunnah dan dalil-dalil Syar’i yang lain. Ruang lingkup
fiqih pada umumnya adalah fiqih ibadah dan fiqih muamalah. Khususnya dalam fiqih
ibadah untuk merealisasikannya maka perlu pengenalan dan pemahan mengenai
ibadah.
Dalam mengenalkan dan memberi pemahaman kepada peserta didik,
penggunaan metode pembelajaran harus sesuai dan tepat untuk mencapai
keberhasilan dalam pembelajaran fiqih khususnya bab shalat. Penggunaan metode-
metode seperti yang diuraikan di atas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam ranah kognitif, peserta didik diharapkan mampu mengetahui dasar
tentang pelaksanaan shalat yang dimaksudkan agar peserta didik mempunyai
pengetahuan dasar tentang materi ibadah yang diajarkan. Maka guru harus bisa
menyesuaikan metode yang digunakan dalam materi yang disampaikan. Misalnya
dalam materi shalat maka untuk bisa mencapai pemahaman dan pengetahuan dasar
tentang pelaksanaan shalat bagi peserta didik maka metode yang tepat untuk
digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab.
Untuk ranah psikomotorik, setelah mengetahui pengetahuan tentang shalat,
diharapkan peserta didik dapat mengamalkan dengan baik. Bentuk pengamalan ini,
misalnya ditandai dengan terampil dan hafal melafadzkan bacaan-bacaan shalat,
gerakan-gerakan dalam shalat yang sudah benar dan lain-lain. Dimana untuk bisa
mencapainya maka metode yang sesuai adalah metode demonstrasi, hal ini
dikarenakan dalam metode demonstrasi peserta didik dapat mengahayati dengan
sepenuh hatinya mengenai pelajaran yang diberikan, memberikan pengalaman
praktis yang dapat membentuk perasaan dan minat serta kemauan peserta didik, serta
melalui metode ini sekaligus masalah-masalah yang timbul dalam pikiran peserta
didik langsung dapat terjawab. Sehingga peserta didik bisa mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan dalam ranah afektif, diharapkan peserta didik mempunyai sikap
apresiatif (menghargai) dan senang serta merasa bahwa shalat merupakan kebutuhan
rohani-spiritualnya, bukan semata-mata hanya menjadi beban atau menggugurkan

11
kewajiban namun shalat yang dilakukan mampu menjiawai perilakunya. Untuk
mencapai aspek afektif ini maka metode yang digunakana adalah metode uswatun
khasanah, hal ini dikarenakan dalam metode uswatun hasanah guru sebagai contoh
atau panutan dimana apa yang dilakukan dan dijelaskan maka guru akan ditiru oleh
peserta didik. Dalam hal shalat guru menjelaskan tentang tata cara shalat kepada
peserta didik dan guru tersebut juga melakukan apa yang ia jelaskan dalam
keseharianya, sehingga apa yang peserta didik dengar dan dilihat akan ditirunya. Jika
dilihat memang metode ini tergolong sulit namun perlu untuk dicoba karena
pengaruh dari metode ini sangat besar bagi peserta didik.
Dengan demikian, variasi penggunaan metode mengajar sangat diperlukan
untuk memperoleh hasil yang efektif dan efisien, karena dalam suatu tema yang
dibahas terdapat beberapa materi yang harus disampaikan dengan metode yang
berbeda.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para
pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.
2. Metode pembelajaran fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam
kehidupan  sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu
sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.
3. Ruang lingkup pembelajaran fiqh adalah Ruang lingkup materi fiqih pada
umumnya adalah Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman
tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara
taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Fiqih muamalah, yang menyangkut:
pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman
yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan
pinjam meminjam.
4. Pembelajaran Fiqih bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik  yang
menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup
dalam kehidupan pribadi dan sosial. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan
hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam
menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah
SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya
maupun hubungan dengan lingkungannya.
5. Dalam pembelajaraan fiqih utamanya pada bab shalat metode yang digunakan
adalah metode demonstrasi, tanya-jawab, ceramah, dan uswatun hasanah.
6. Metode induk yang digunakan dalam pembelajaran fiqh adalah metode
demonstrasi. Hal ini dikarenakan metode demonstrasi mudah dipahami dan
diterima oleh peserta didik
7. Terdapat metode yang bervariasi dalam penyampaian materi shalat, sehingga
pembelajaran bisa berlangsung secara efekif dan efeisien serta dapat mencapai

13
tujuan dari pembelajaran shalat yang mencakup pemahaman tentang dasar-dasar
pelaksanaan shalat (konitif), sikap senang dan merasa bahwa shalat merupakan
kebutuhan spiritualnya (afektif), serta terampil dal hafal melafadzkan bacaan-
bacaan serta gerakan-gerakan shalat (psikomotorik).

B. Saran
Sholat sebagai suatu tarbiyyah yang begitu luar biasa yang mengajarkan
kebaikan dalam segala aspek kehidupan, sebagai pencegah kemungkaran dan
kemaksiatan, sebagai pembeda antara orang yang beriman dan orang yang kafir,
sholat sebagai syariat dari Allah dalam kehidupan, semoga dapat difahami,
diamalkan dan diaplikasikan dengan benar dalam kehidupan kita. Kebenaran datang
dari Allah semata dan kesalahan-kesalahan takkan lepas dari kami sebagai manusia
yang memiliki banyak kekurangan. Maka teruslah berusaha untuk menjauhi segala
yang menjadi larangannya dan melaksanakan segala perintahnya, meneladani Nabi
kita Nabi Muhammad SAW.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asy Syidiqi Hasbi, Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

Basori Assuyuti Imam, Bimbingan Shalat Lengkap, (Jakarta: Mitra Umat, 1998).

file:///C:/Users/windows8/Documents/metodoligi/Makalah%20Pembelajaran%20Fiqi
%20_%20Perkuliahan.com.htm, 07/05/14 pukul 20.00 WIB

file:///C:/Users/windows8/Documents/metodoligi/Makalah%20Pembelajaran%20Fiqi
%20_%20Perkuliahan.com.htm, 07/05/14 pukul 20.00 WIB

file:///C:/Users/windows8/Documents/pengertian-rukun-shalat-syarat-wajib.html,
03/05/14 pukul 17.00 WIB

file:///C:/Users/windows8/Documents/Tujuan%20dan%20Fungsi%20Pembelajaran
%20Fiqih.htm, 6/05/14 pukul 15.00 WIB

Gazalba Sidi, Asas Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Mulyasa E, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:


Remaja Rosda Karya, 2004)

Patoni Achmad, Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004

Sudjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo,
cet V, 2000

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Berserta Penjelasannya.

15

Anda mungkin juga menyukai