Anda di halaman 1dari 2

Nawang Wulandari

Menulislah! Tebar dakwah melalui rajutan kata-katamu yang indah! Menulislah! Agar kau tak hilang
ditelan sejarah!

Minggu, 31 Mei 2015

BILINGUALISME, ALIH KODE DAN CAMPUR KODE

1. Bilingualisme

a. Pengertian Bilingualisme (Kedwibahasaan)

Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari
istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan kedwibahasaan itu, yaitu
berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa.[1] Secara sosiolinguistik secara
umum, kedwibahasaan diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam
pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

1. Kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya (bilingual
dapat menggunakan B1 dan B2 dengan derajat yang sama baiknya).

2. (kedwibahasaan adalah native like control of two languages) (Bloomfield, 1933)

3. Kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian
(kedwibahasaan adalah the practiceof alternately using two languages (Weinreich, 1953).

4. Kemampuan menggunakan bahasa oleh seseorang dengan sama baik atau hampir sama baik, yang
secara teknis mengacu pada pengetahuan dua buah bahasa bagaimanapun tingkatnya (Robert Lado)

5. kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang
(kedwibahasaan adalah the alternative use of two of more languages by the same individual) (Mackey).

6. Tahu akan dua bahasa atau lebih berarti bilingual (knowledge of two languages) (Haugen,1961)

Pada bilingualism, pertukaran alih kode (code switching) adalah sampai berapa luaskah seseorang dapat
memepertukarkan bahasa-bahasa itu dan bagaimana serta dalam keadaan bagaimana seseorang dapat
berpindah dari satu bahasa kebahasa lain.[2]

b. Macam Bilingualisme
Adapun beberapa jenis pembagian kedwibahasaan berdasarkan tipologi kedwibahasaan, yaitu:[3]

1. Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism)

Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik dari
pada kemampuan berbahasa bahasa yang lain. Kedwibahasaan ini didasarkan pada kaitan antara B1
dengan B2 yang dikuasai oleh dwibahasawan. Kedua bahasa dikuasai oleh dwibahasawan tetapi berdiri
sendiri-dendiri.

2. Kedwibahasaan Koordinatif (sejajar)

Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baik oleh seorang
individu. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2. Orang yang sama
mahirnya dalam dua bahasa.

3. Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks)

Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan
B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan situasi yang dihadapi B1. Adalah
sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu bahasa yang besar sehinga
masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan B1-nya.

Orang yang bisa menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual dalam bahasa Indonesia
disebut dwibahasawan. Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas
dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. bilingualisme dan bilingualitas.

Jika kita perhatikan hubungan logika antara bilingualisme dan bilingualitas, maka akan dapat dimengerti
bahwa tidak semua yang memiliki “bilingulitas” akan mempraktikkan “bilingualisme” dalam kehidupan
sehari-harinya, sebab hal ini tergantung pada situasi kebahasaan di lingkungannya. Namun, dapat pula
kita pahami bahwa seseorang tidak akan dapat mempraktikkan “bilingualisme” tanpa memiliki
“bilingualitas”. Singkatnya, bilingualisme brimplikasi pada bilingualitas

Jika melihat batasan bilingualisme yang dipaparkan oleh Bloomfield (Aslinda, 2007:23), seseorang dapat
disebut sebagai bilingual apabila mampu menggunakan B1 (bahasa pertama atau bahasa ibu) dan B2
(bahasa kedua) dengan sama baiknya. Namun, permasalahannya bagaimana cara mengukur
kemampuan yang sama dari seorang

Anda mungkin juga menyukai