Anda di halaman 1dari 12

Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

ETIKA TAYANGAN ADEGAN KEKERASAN DALAM FILM LAGA LAYAR


LEBAR (STUDI KASUS DI FILM HEADSHOT)

Hani Astuti1, Sumartono2, Yeni Yuliani Kosasih3


1,3
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ), Jakarta
Jl. Raya Perjuangan, Bekasi Utara, Jawa Barat 17121,
2
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul (UEU), Jakarta
Jl. Arjuna Utara No.9 tol Tomang-Kebun Jeruk, Jakarta 11510
1
hani@dsn.ubaharajaya.ac.id

Abstract

This research is motivated by the violent scenes in the Headshot movie.. The paradigm of this research is postpositivism, using
qualitative research methods, and the approach used is case studies. The results of this study concluded that there were still scenes of
vulgar violence and sadistic elements in the Headshot film that had not been censored by the Film Censorship Institution (LSF),
from the LSF claiming to have called the producers to revise the scene so that the films more worth watching. In each censorship
process carried out in a closed manner, the censorship studio in the LSF has five studios. Censorship is carried out for the duration of
the film being played. Especially for the Headshot movie, the duration of censorship is 153 minutes, accounting for 35 seconds of
cutting and finally airing on the big screen for 117 minutes. Keywords: Violent Scenes. Headshot movie. Film Censorship
Institute.

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi tentang adegan kekerasan yang ada pada film Headshot.. Paradigma penelitian ini
adalah postpositivisme, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, serta pendekatan yang digunakan yaitu
studi kasus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ternyata masih ada adegan-adegan kekerasan yang vulgar
dan mengandung unsur sadistik dalam film Headshot yang belum disensor oleh Lembaga Sensor Film (LSF), dari
pihak LSF mengklaim telah memanggil pihak produser untuk melakukan revisi adegan ulang agar tayangan dalam
film tersebut lebih layak untuk ditonton. Dalam setiap proses penyensoran dilaksanakan secara tertutup, studio
penyensoran yang ada di LSF terdapat lima studio. Penyensoran dilakukan selama durasi film tersebut diputar.
Khusus untuk film Headshot ini durasi penyensoran selama 153 menit, terhitung 35 detik pemotongan dan pada
akhirnya tayang ke layar lebar selama 117 menit. Kata Kunci: Adegan Kekerasan. Film Headshot. Lembaga
Sensor Film.

Pendahuluan keluar dari mulut para korbannya


Headshot adalah film laga, maka (Sinopsisfilmbioskopterbaru.com diakses 22
sepanjang pemutaran 117 menit, terdapat Maret 2017, 14.02 WIB).
berbagai adegan yang terbilang ekstrim bahkan Bila diperhatikan, semua masalah yang
vulgar untuk dilihat. Seperti ketika sang pemeran ada di film laga terlihat hanya bisa diselesaikan
utama (Iko Uwais) berkelahi dengan musuhnya melalui pertarungan, bahkan membunuh menjadi
menggunakan tangan kosong, banyak darah yang opsi yang paling solutif. Seakan – akan kekerasan
berserakan. Ada pula ketika mereka sedang merupakan jalan satu-satunya untuk
berkelahi menggunakan senjata tajam, terlihat menyelesaikan masalah yang ditampilkan dalam
senjata tajam tersebut menusuk tubuh para film laga. Padahal kekerasan seperti yang
pemain yang sedang berkelahi. Kemudian ada dikemukakan Kivel dan Johnson dalam Cochran,
adegan mereka menggunakan senjata api, ketika (2009:15) bahwa media (seperti film laga dan
saling tembak menembak, dari lawan yang game) mempunyai efek negatif dalam
terkena tembakan, ada darah yang keluar dari pembentukan identitas remaja, serta mengarah
tubuh korban. Selain ada itu pula adegan ketika pada ciri khas maskulinitas tradisional Amerika
para penjahat membunuh banyak orang dengan yang cenderung suka kekerasan, melalui
senjata api hingga darah berserakan dan gambaran heroism. (Fahmi, 2014:6).

Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 137


Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

Menurut pemberitaan di media online ditayangkan wajib disensor.


kompas.com (diakses 22 Maret 2017,wib), Yang dimaksud sensor film menurut
mengomentari film ini dengan memberikan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1994
catatan-catatan, "Headshot merupakan film tentang LSF adalah penelitian dan penilaian
dengan koreografi laga brilian melalui terhadap film untuk menentukan dapat atau
pertarungan tangan kosong. Headshot begitu tidaknya sebuah film atau reklame film
epik dan semakin meninggi intensitasnya di dipertunjukkan dan/atau ditayangkan kepada
tiap adegan yang sudah dirancang," ucap kepala umum baik secara utuh maupun setelah
program Fantastic Fest, Evrim Ersoy. "Bagi peniadaan gambar atau suara tertentu. LSF
penyuka laga yang membangkitkan adrenalin melakukan penyensoran terhadap semua film,
bersiap saja di setiap adegan film. Dan coba baik film bioskop maupun tayangan televisi.
untuk tidak teriak-teriak setiap kali melihat Menurut Undang – undang Perfilman
adegan kekerasan di film screening Fantastic Fest Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman dalam
yang tak terlupakan ini," tambahnya. pasal 6, ada beberapa unsur atau yang dilarang
Sedangkan menurut tribunnews.com dalam pembuatan sebuah film, diantaranya ialah,
(diakses 23 Maret 2017, 11.35 wib), “Film mendorong khalayak umum melakukan
Headshot Bakal membuat Penonton Merasa kekerasan dan perjudian serta penyalahgunaan
Ngilu”, karena menyuguhkan perkelahian narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
berpadu dengan adegan penuh darah sehingga Program siaran atau tayangan yang
membuat penonton merasa ngilu ketika mengandung unsur kekerasan dan sadisme kini
melihatnya. dipandang sebagai hal yang lumrah dalam
Film laga terbilang film yang disukai kehidupan sehari-hari. Adegan yang melanggar
publik, hal ini telihat dari produksi pada akhir diantaranya adalah menampilkan secara detail
tahun 2016 hingga awal 2017 di Indonesia pun (big close up, medium close up, extreme close up) korban
banyak bermunculan film laga yang mengandung yang berdarah-darah, menampilkan adegan
beberapa adegan kekerasan. Berikut film laga penyiksaan secara close up dengan atau tanpa alat
yang diproduksi di Indonesia dari tahun 2016 (pentungan/pemukul, benda tumpul, besi, benda
hingga 2017; tajam, dsb) secara nyata. Adegan kekerasan ini
bisa disebut dengan action yang berisi
a. Tahun 2016. Beberapa judul film yang pertarungan fisik antara tokoh. Dalam setiap
mengandung unsur, adegan kekerasan antara adegan-adegan yang muncul sering terdapat
lain, The Profesionals, Pasukan Garuda, adegan pertarungan dengan suasana dramatis,
Headshot, #66, Barakati, Spy in Love, DPO kemudian alur cerita terus bergerak
b. Tahun 2017. Judul film yang mengandung menyuguhkan adegan yang menegangkan antara
unsur, adegan kekerasan adalah, Pertaruhan kelompok satu dengan lainnya. Adegan-adegan
http://filmindonesia.or.id/movie/title/list/ ini akan dikembangkan dengan memunculkan
genre/action#.WNIKv9KGPIU adegan pertarungan fisik.
diakses Rabu, 22 Maret 2017, 10.47 Wib. Pengertian kekerasan sendiri adalah
Produksi film di Indonesia sejak 1981 penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,
telah memiliki peraturan tentang pembuatan ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri,
film. Tujuan kode etik ini adalah meminimalisir perorangan atau sekelompok orang atau
sensor yang dilakukan oleh Badan Sensor Film, masyarakat yang mengakibatkan atau
agar insan produsen film bisa menyaring sendiri kemungkinan besar mengakibatkan memar atau
adegan – adegan yang tidak sesuai dengan trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan
budaya di Indonesia (kompasiana.com, 22 Maret perkembangan atau perampasan hak (Trianton,
2017, 15.00 WIB). 2013:35).
UU No 8 tahun 1992 tentang Perfilman Film Headshot adalah film yang
menjadi dasar hukum peraturan pembuatan film mengandung konten adegan kekerasan yang dapat
Indonesia. UU ini juga merupakan payung mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi
hukum bagi Lembaga Sensor Film (LSF). Dalam penonton, namun film laga yang mendapat rating
Pasal 33 UU Perfilman secara tegas disebut ini lolos dari Lembaga Sensor Film dan dapat
setiap film dan reklame film yang akan diputar di gedung – gedung bioskop di Indonesia.
diedarkan, di ekspor, dipertunjukkan, dan/atau
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 138
Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

Metode Penelitian penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai


Dalam penelitian ini penulis inti atau tema sebuah cerita yang banyak
menggunakan paradigma postpositivisme mengungkapkan realita sosial yang terjadi di
menggunakan pendekatan studi kasus. Nawawi sekitar lingkungan tempat di mana film itu
menjelaskan bahwa studi kasus merupakan sendiri tumbuh.
penelitian yang memusatkan diri secara intensif Menurut Baskin (2003:47) ada beberapa
terhadap suatu objek tertentu, dengan genre dalam sebuah film, di antaranya; drama,
mempelajarinya sebagai suatu kasus (Ardial, action, comedy, horor. Mengenai genre action,
2014:305) Baskin menjelaskan, tema action mengetengahkan
Menurut Yin (2002:1) studi kasus adegan-adegan perkelahian, pertempuran dengan
merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok senjata, atau kebut- kebutan kendaraan antara
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan tokoh yang baik (protagonis) dengan tokoh yang
how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit jahat (antagonis), sehingga penonton ikut
peluang untuk mengontrol peristiwa – peristiwa merasakan ketegangan, was-was, takut, bahkan
yang akan diselidiki dan bilamana fokus bisa ikut bangga terhadap kemenangan si tokoh.
penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer Berdasarkan penjelasan di atas, penulis
(masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata menyimpulkan bahwa jenis film dibagi menjadi
Metode studi kasus dianggap tepat untuk beberapa jenis, yaitu, dokumenter, animasi (fiksi)
digunakan dalam penelitian ini karena pokok dan experimental yang dibuat secara faktual. Dan
genre yang berada dalam klasifikasi jenis film yaitu
pertanyaan dalam penelitian ini adalah mengapa horror, drama, komedi, aksi dan thriller.
tayangan kekerasan yang melanggar etika dalam
peraturan perfilman pada film Headshot dapat Sensor Film
lolos di Lembaga Sensor Film dan bagaimana Sensor Film menurut Undang–undang
proses sensor film Headshot yang dilakukan oleh Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman
Lembaga Sensor Film. cetakan Pustaka Yustisia dan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 tahun 2014 tentang
Lembaga Sensor Film adalah penelitian,
Film penilaian, dan penentuan kelayakan film dan
Menurut Palapah dan Syamsudin (1986: iklan film untuk dipertunjukkan kepada
114) mendefinisikan film sebagai “salah satu khalayak umum.
media yang berkarakteristik masal, yang Artinya, apabila sebuah film dilakukan
merupakan kombinasi antara gambar-gambar penyensoran berarti dilakukan penelitian,
bergerak dan perkataan”. penilaian, serta penentuan apakah film tersebut
Menurut Danesi, (2010: 134) film adalah layak untuk dipertunjukkan kepada khalayak
teks yang memuat serangkaian citra fotografi umum (pasal 1 angka 9 UU 33/2009).
yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan Setiap film dan iklan film yang akan
tindakan dalam kehidupan nyata. diedarkan dan/atau dipertunjukkan kepada
Sedangkan menurut Pratista, (2008: 1) khalayak umum wajib disensor terlebih dahulu
sebuah film terbentuk dari dua unsur, yaitu oleh Lembaga Sensor Film (LSF) untuk
unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif memperoleh surat tanda lulus sensor. Sensor
berhubungan dengan aspek cerita atau tema dilakukan dengan prinsip memberikan
film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari perlindungan kepada masyarakat dari pengaruh
unsur naratif dan setiap cerita pasti memiliki negatif film dan iklan film (pasal 57 ayat 22
(3) UU
unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, 33/2009).
lokasi, waktu, serta lainnya-lainnya. Seluruh Menurut pasal 57 ayat (2) UU 33/2009
elemen tersebut membentuk unsur naratif surat tanda lulus sensor diterbitkan setelah
secara keseluruhan. Aspek kausalitas bersama dilakukan penyensoran yang meliputi:
unsur ruang dan waktu merupakan elemen-
a. Penelitian dan penilaian tema, gambar,
elemen pokok pembentuk suatu narasi.
adegan, suara, dan teks terjemahan suatu film
Dengan demikian penulis
yang akan diedarkan dan/atau dipertunjukkan
menyimpulkan bahwa pengertian film adalah
kepada khalayak umum;
merupakan media komunikasi sosial yang
b. Penentuan kelayakan film dan iklan film
terbentuk dari penggabungan dua indra,
untuk diedarkan dan/atau dipertunjukkan
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 139
Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

kepada khalayak umum; dan Menurut Martin (1993:127) bahwa etika


c. Penentuan penggolongan usia penonton film. ialah suatu disiplin ilmu yang berperan sebagai
Dalam pasal 6 UU 33/2009, pada acuan atau pedoman untuk mengontrol tingkah
dasarnya film yang menjadi unsur pokok laku atau perilaku manusia.
kegiatan perfilman dan usaha perfilman dilarang Penulis menyimpulkan bahwa etika
mengandung isi (antara lain) yang mendorong merupakan sebuah moral, tindakan atau sifat dan
khalayak umum melakukan kekerasan dan sikap yang mengenai benar atau salah, baik atau
perjudian serta penyalahgunaan narkotika, tidaknya. Dipenelitian ini, penulis membahas
psikotropika, dan zat adiktif lainnya; tentang etika mengenai sebuah adegan adegan
Lebih lanjut, menurut pasal 29 ayat (2) yang ada pada film Headshot.
dan Pasal 30 PP 18/2014, dijelaskan bahwa
Standar Etika
penyensoran meliputi isi film dan iklan film dari
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”,
segi, (antara lain) kekerasan, perjudian, dan
yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan
narkotika.
(custom). Etika berkaitan erat dengan moral yang
Etika merupakan istilah dari bahasa latin, yaitu “mos”
Menurut Bertens (1993:4) Istilah “etika” dan dalam bentuk jamaknya “mores”, yang berarti
berasal dari bahasa Yunani kuno, kata Yunani adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak melakukan perbuatan baik (kesusilaan), dan
arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika
kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; dan moral lebih kurang sama pengertiannya,
perasaan, sikap, cara berfikir. Dalam bentuk tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat
jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan. perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan
bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf etika adalah untuk mengkaji sistem peraturan
Yunani besar Aristoteles. atau nilai-nilai yang berlaku. Istilah yang identik
Pengertian etika menurut Altschull dengan etika yaitu: susila (sanskerta), lebih
adalah bentuk dari nilai-nilai moral dan prinsip menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan
tentang benar dan salah (Shoemaker, 1996 : 95). (sila) yang lebih baik (su). Akhlak (Arab), berarti
Seperti apa itu nilai-nilai moral serta apa yang moral, dan etika berarti ilmu akhlak
disebut dengan benar dan apa yang dikatakan (Simorangkir, 2010:16).
dengan salah dapat dikatakan dipahami secara Menurut Sumaryono (1995:21)
objektif maupun secara subjektif termasuk etika pengertian etika sering kali disamakan dengan
media. pengertian moral. Yang dimaksud ajaran moral
Sebagai ajaran moral, etika berlaku bagi adalah wejangan-wejangan, khotbah-khotbah,
semua tindakan manusia, yang berimplikasi pada patokan-patokan, serta kumpulan peraturan dan
manusia lain. Atau dengan kata lain sepanjang ketetapan baik lisan maupun tertulis.
suatu tindakan itu bisa berimplikasi pada orang Standar etika pada film Headshot ini,
lain, maka berlakulah ajaran moral yang namanya mengacu pada patokan- patokan atau peraturan
etika. Salah satu pekerjaan yang berimplikasi secara tertulis, yaitu peraturan undang- undang
pada orang lain adalah komunikasi. Komunikasi nomor 30 tahun 2009 tentang perfilman.
mempunyai implikasi kepada orang yang terlibat Kekerasan
dalam proses transaksi pesan. Pesan yang salah Kekerasan atau (bahasa inggris: violence
atau tidak berdasarkan fakta, akan berimplikasi berasal (dari bahasa latin: violentus yang berasal
pada pemahaman yang salah pada orang lain dari kata via berarti kekuasaan atau berkuasa)
yang diajak berkomunikasi. Terlebih lagi, jika adalah dalam prinsip dasar hukum publik dan
pesan tersebut disampaikan melalui media privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi
massa, implikasinya pun akan ada pada orang baik yang dilakukan secara fisik maupun secara
yang semakin banyak. Bahkan bisa berpengaruh verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi
terhadap konteks yang lebih luas, baik itu dan penyerangan pada kebebasan atau
menyangkut persoalan politik, ekonomi, maupun martabat seseorang dapat dilakukan
budaya. perorangan atau kelompok orang umumnya
berkaitan dengan kewenangannya (Ade,
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 140
Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

2015:26). proses penyensoran film oleh LSF dan adegan-


Menurut Baron, kekerasan sebagai adegan kekerasan yang ada di dalam film
tingkah laku individu baik secara fisik maupun Headshot.
secara verbal yang ditujukan untuk melukai atau Peneliti mewawancarai key informan yaitu
mencelakakan individu lain yang tidak Bapak Rommy (humas) anggota sensor di LSF
menginginkan datangnya tingkah laku tersebut, serta informan bapak Erik yang berasal dari
atau terhadap objek-objek lain (Koswara, pengamat film di Indonesia. Analisis ini sendiri
1988:5). terfokus pada proses sensor film dan adegan-
Pengertian kekerasan sendiri adalah adegan kekerasan yang ada di film Headshot.
penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,
ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, Deskripsi Film Headshot
perorangan atau sekelompok orang atau Film Headshot merupakan film action,
masyarakat yang mengakibatkan atau drama, thriller Indonesia yang disutradarai oleh
kemungkinan besar mengakibatkan memar atau Mo Brothers (Timo Tjahjanto & Kimo Stamboel)
trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan dan dibintangi oleh Iko Uwais, Julie Estelle,
perkembangan atau perampasan hak (Trianton, Chelsea Islan dan Zack Lee. Film Headshot
2013:35). digarap oleh rumah produksi Infinite Frameworks
Menurut Santoso (2002:11), Istilah Studios dan diproduseri oleh Sukhdev Singh
kekerasan digunakan untuk menggambarkan bersama Wicky V. Olindo.
perilaku, baik yang terbuka (overt) maupun yang Film ini mengupas tentang peran
tertutup (covert), dan baik yang bersifat seorang pria yang dahulunya merupakan seorang
menyerang atau bertahan, yang disertai penjahat, berani, petarung yang tangguh serta
penggunaan kekuatan kepada orang lain kejam, dulu ia merupakan salah satu dari geng
Kekerasan pada umumnya yang ada kelompok pembunuh yang berada di sebuah
dikehidupan manusia diungkapkan melalui kota di Batam, keseharian Ishmael tidak jauh
media, maka dari itu pada fiture ini menonjol dari membunuh orang dan merampok hak-hak
dalam film, program acara televisi, dan milik orang lain. Sebenarnya sewaktu kecil
permainan komputer atau gadget dapat Ishmael merupakan seorang anak biasa, tetapi ia
mempengaruhi kecenderungan pada penonton. diculik oleh Lee sang gembong penjahat dan
Hal ini berhubungan dengan menonton televisi membuat Ishmael menjadi orang yang
dan perilaku. Satu teknik yang digunakan pada berbahaya, ia diajari bertarung, membunuh,
usia anak sekolah, mengorelasikan acara televisi menggunakan senjata api, senjata tajam, senjata
yang ditonton dengan agresivitas. Hasil yang tumpul dan senjata apapun yang dapat
sering muncul : semakin berisi kekerasan acara digunakan untuk bertarung, Ishmael yang
televisi yang ditonton anak, semakin agresif anak dulunya hanya anak kecil, setelah diculik oleh
tersebut (Eron, 1987; Turner dkk., 1987:17). Lee sekarang menjadi seorang yang ditakuti oleh
Menurut kesimpulan penulis, kekerasan banyak orang.
ialah kondisi dimana seseorang mendapat Bukan hanya Ishmael saja, banyak anak–
perlakuan buruk, terbagi menjadi dua kategori anak kecil yang diculik oleh Lee sang gembong
utama, yaitu kekerasan verbal dan kekerasan penjahat untuk dijadikan anak buahnya, serta
nonverbal. Kekerasan verbal diantaranya seperti dilatih menjadi penjahat sejak kecil. Lee sendiri
pemukulan, perkelahian, dan adu fisik. merupakan penjahat kelas kakap yang ditakuti
Sedangkan kekerasan nonverbal ialah yang oleh banyak orang, serta menjadi incaran polisi
berdampak psikologis, seperti ancaman dan karna kejahatan yang telah dilakukannya seperti
tekanan. menjual narkoba dan menyelundupkan senjata
ilegal, tetapi saking ditakutinya, polisi pun tidak
Hasil Penelitian dan Pembahasan mampu untuk menangkap Lee, sehingga Lee
Pada bagian ini akan memaparkan bebas berkeliaran dijalanan. Kejahatan-
mengenai deskripsi tentang film Headshot serta kejahatan yang dilakukan oleh Lee, Ishmael dan
membahas tentang etika dalam peraturan para gengnya selain membunuh dan merampok
pemerintah dalam Undang-undang nomor 33 yaitu menjual senjata api, senjata tajam, serta
tahun 2009 tentang Perfilman. Selanjutnya obat- obatan terlarang seperti shabu, kokain dan
mendeskripsikan hasil penelitian mengenai sejenisnya.
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 141
Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

Ishmael merupakan anak buah yang sangat Hal serupa juga diungkapkan oleh
penurut terhadap Lee, tetapi semakin lama, Baron, kekerasan sebagai tingkah laku individu
fikirannya semakin berubah, dan mulai baik secara fisik maupun secara verbal yang
tersadarkan bahwa yang dilakukannya dengan ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
Lee merupakan kesalahan besar, merupakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
kejahatan yang buruk, pada akhirnya Ishmael tingkah laku tersebut, atau terhadap objek-objek
mengambil pilihannya sendiri, yaitu ingin pergi lain (Koswara, 1988:5).
meninggalkan Lee dan kelompoknya. Lee Menurut Santoso (2002:11), istilah
mengetahui dan tidak terima dengan pilihan kekerasan digunakan untuk menggambarkan
Ishmael, Lee kecewa dan menyuruh kepada anak perilaku, baik yang terbuka (overt) maupun yang
buahnya yang lain untuk membunuh Ishmael tertutup (covert), dan baik yang bersifat
agar tidak bisa pergi kemanapun dan takut menyerang atau bertahan, yang disertai
membocorkan rahasia lokasi geng tersebut. penggunaan kekuatan kepada orang lain.
Ishmael ditangkap dan diseret ke sebuah pantai, Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari
di sana ia ditembak oleh rekan gengnya dan informan Rommy dan informan Erik yang
kemudian dihanyutkan di laut. Lee dan anak mengatakan bahwa adegan-adegan dalam film
buahnya mengira bahwa Ishmael telah Headshot ini memiliki unsur kekerasan. Berikut
meninggal, tetapi pada kenyataannya Ishmael pemaparannya: “Memang ada adegan kekerasan
masih hidup dan ditemukan oleh nelayan di pada film Headshot yang keras. Keras terkesan
sebuah pantai. Akhirnya Ishmael dibawa ke sadis, memang kalau dalam kategori pedoman
rumah sakit oleh nelayan tersebut dan dirawat pemilihan klasifikasi LSF, kekerasan boleh, tapi
oleh dokter cantik bernama Ailin. Sejak dirawat kalau agak cukup lebih, maka dia akan masuk
di rumah sakit, ketika sadar Ishmael ternyata klasifikasi usia 21 tahun ke atas. Asumsinya
kehilangan ingatannya, ia akhirnya memulai orang yang berumur 21 tahun ke atas yang
hidup baru dituntun oleh Ailin, setelah beberapa menonton sudah dewasa semua.” (Informan
saat ia memulai hidup yang baru, ternyata Rommy: 06/06/2017).
keberadaannya diketahui oleh para geng kriminal Sedangkan menurut informan Erik
tersebut, dan bermulailah kehidupan Ishmael berpendapat tentang adegan kekerasan tersebut,
yang rumit dengan ingatannya yang hilang. sebagai berlebihan. Berikut penjelasannya: “Ya,
saya setuju banyak sekali adegan kekerasan di
Kekerasan di Film Headshot Headshot, bahkan berlebihan menurut saya.”
Film laga atau aksi sering kali (Informan Erik: 12/05/2017).
menampilkan adegan-adegan yang mengandung Kesimpulan penulis dalam pernyataan dari
unsur kekerasan, mulai dari kekerasan yang informan Rommy dan informan Erik
bersifat verbal maupun nonverbal, kekerasan menunjukkan bahwa mereka sepakat adegan-
yang terdapat di film Headshot ini rata-rata adegan dalam film Headshot memang
menampilkan adegan kekerasan dalam konteks mengandung kekerasan, bahkan kekerasan yang
verbal, seperti pertarungan fisik yang bersifat sadis.
menggunakan berbagai macam benda hingga
mengakibatkan lawannya menderita luka fisik. Pembahasan
Menurut Ade (2015:26) kekerasan Pada penelitian ini, penulis ingin
(bahasa inggris: violence berasal dari bahasa latin: melakukan penelitian tentang adegan kekerasan
violentus yang berasal dari kata via berarti yang ada pada film Headshot, yang dianggap
kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip melanggar etika dalam peraturan pemerintah
dasar hukum publik dan privat Romawi yang tentang perfilman. Berikut peraturan pemerintah
merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan yang berlaku tentang perfilman:
secara fisik maupun secara verbal yang Dalam pasal 6 UU 33/2009, pada
mencerminkan pada tindakan agresi dan dasarnya, film yang menjadi unsur pokok
penyerangan pada kebebasan atau martabat kegiatan perfilman dan usaha perfilman dilarang
seseorang dapat dilakukan perorangan atau mengandung isi yang, antara lain: mendorong
kelompok orang umumnya berkaitan dengan khalayak umum melakukan kekerasan dan
kewenangannya. perjudian serta penyalahgunaan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 142
Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

Lebih lanjut, menurut Pasal 29 ayat (2) dan sadisnya doang, paling 1-2 detik biar jalan cerita
Pasal 30 PP 18/2014, antara lain dijelaskan tetap nyambung ga langsung lompat ke adegan
bahwa penyensoran meliputi isi film dan yang lainnya.” (Informan Rommy: 06/06/2017).
iklan film dari segi kekerasan, perjudian, dan Berbeda dengan apa yang dikemukakan
narkotika yang kriterianya meliputi: Adegan oleh informan Erik, ia mengemukakan sebagai
visual, dialog, dan/atau monolog yang dapat berikut: “Adegan jangan terlalu close up, biar ga
mendorong penonton bersimpati pada terlalu kelihatan, tapi tetap ngerti alur ceritanya ga
pelaku yang melakukan kekerasan sadis putus. Kemudian bikin klasifikasi usia dewasa,
terhadap manusia dan hewan. Adegan awasi dengan ketat yang diperbolehkan masuk
pelaksanaan berjudi berulang-ulang dan ke bioskop. Periksa KTP.” (Informan
teknik berjudi secara berlebihan. Adegan Erik:15/05/2017).
teknik penggunaan narkotika, psikotropika Mengenai hal tersebut, informan
dan zat adiktif lainnya secara vulgar dan Rommy menjelaskan bahwa ia tetap akan
mudah ditiru. menyensor adegan yang kurang layak, agar
Menurut peraturan di atas, adegan adegan tidak bisa tayang dan dilihat oleh publik,
kekerasan dilarang untuk ditampilkan dalam dan durasi yang disensor hanya 1-2 detik saja.
sebuah tayangan, karena dianggap akan Sedangkan menurut informan Erik sebaiknya
membuat penonton mengikuti tingkah laku dan adegan-adegan yang memiliki unsur kekerasan
adegan yang ada dalam film tersebut. Ketika jangan ditampilkan secara close up, kemudian agar
penulis bertanya kepada informan Rommy dibuat pengklasifikasian usia dewasa pada film
tentang apakah adegan dalam film Headshot tersebut, agar anak-anak di bawah umur tidak
tersebut layak untuk ditayangkan tanpa perlu dapat menontonnya.
disensor, ia menjawab: “Layak dong, kan sudah Sebuah film pastinya dibuat untuk
kami sensor, kalaupun ada adegan yang kurang mencapai suatu prestasi dari sang pembuatnya
bagus, kemarin sudah kami minta revisi kok ke serta agar menjadikan film tersebut sebagai
produsennya.” (Informan Rommy: hiburan masyarakat, mengenai hal tersebut
06/06/2017). penulis menanyakan apakah film Headshot
Sedangkan informan Erik berpendapat tercapai sebagai hiburan pada masyarakat,
bahwa adegan tersebut memiliki adegan yang informan Rommy menjawab: “Kalau pendapat
seharusnya tidak ditampilkan, berikut pernyataan orang sih saya gatau itu tercapai sebagai hiburan
dari informan Erik: “Mungkin menurut mereka atau engga. Tapi kalau untuk saya sendiri sih engga,
layak, tapi gak tau bagaimana respon pemerintah. engga suka dengan film yang seperti itu, tapi
Tapi bagi saya sebagai penonton karena saya karna pekerjaan saya seperti ini, maka mau gamau
tidak suka. Menurut saya banyak adegan ya saya harus nonton untuk menyensor adegan-
kekerasan yang terjadi, kekerasan yang hanya adegannya.Karena sadis maka diberi klasifikasi
pamer agar terlihat lebih keren di mata 21 tahun ke atas. Dengan sedikit catatan atau
penonton.” (Informan Erik: 12/05/2017). revisi. Itu kami lakukan. Tapi jangan lupa, ada
Kesimpulannya informan Rommy selaku orang yang suka menonton film dengan genre
anggota dari LSF mengemukakan bahwa adegan kekerasan seperti ini, artinya LSF menyadari
kekerasan yang vulgar di film Headshot telah bahwa mungkin ada yang suka dan ada yang gak
mereka sensor dan telah mengikuti peraturan suka film kekerasan yang sedikit sadis itu.”
yang ada, sedangkan menurut informan Erik (Informan Rommy: 06/06/2017).
yang berlandaskan pada pemerintah, adegan- Lain hal dengan informan Erik, ia
adegan kekerasan tersebut harusnya tidak menjelaskan bahwa:“Saya sih gatau kalau itu,
ditayangkan, karena terlalu berlebihan. mungkin ada yang merasa sebagai hiburan. Tapi
Penulis bertanya kepada informan kalau saya sendiri sih ga suka sama film ini, karna
Rommy mengenai jika tayangan yang ada pada terlalu berlebihan dalam adegan-adegannya.
film Headshot tersebut tetap harus ditayangkan, Bikin ga enak untuk ditonton.” (Informan Erik:
agar jalan ceritanya tetap menarik, tindakan yang 15/05/2017).
harus dilakukan, kemudian ia menjelaskan Dari penjelasan informan Rommy dan
bahwa: “Tetap kita sensor sih pastinya, paling informan Erik dapat disimpulkan bahwa
durasinya yang diminimalisir, contohnya ada tercapainya sebuah film dalam sebuah hiburan
adegan yang ga bagus, kita sensor bagian yang masyarakat tergantung dari persepsi masyarakat
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 143
Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

itu sendiri, menyukai adegan-adegan kekerasan benar dan lengkap. Memantau apresiasi
yang sedikit sadistik atau tidak. Tetapi dari masyarakat terhadap film dan iklan film. Siapa
pendapat mereka, mereka sepakat tahu di masyarakat terdapat film yang
mengemukakan bahwa tidak menyukai adegan menimbulkan keresahan yang mungkin menurut
yang ada pada film Headshot. LSF itu aman.” (Informan
Mengenai banyaknya adegan-adegan Rommy:06/06/2017).
kekerasan yang terdapat pada film Headshot ini Sedangkan ketika penulis bertanya
penulis bertanya apakah informan Rommy dan tentang apa saja wewenang LSF, informan
informan Erik sepakat bahwa adegan-adegan Rommy memaparkan bahwa: “Wewenang LSF
yang ada pada film Headshot adalah adegan- dalam melakukan penyensoran ialah
adegan yang ekstrim dan vulgar, mereka menentukan penggolongan usia penonton,
menjawab: “Ya tentu, Headshot merupakan film untuk usia semua umur, 13 tahun ke atas, 17
laga yang mengandung unsur kekerasan yang tahun ke atas, dan 21 tahun ke atas.
sedikit sadis. Kekerasan yang dibuat agar Mengembalikan film dan iklan film yang tidak
penonton yang menggemari film laga aksi sesuai, melakukan revisi jika ada adegan yang
mungkin agar menyukai film Headshot ini juga.” kurang layak, serta dapat membatalkan surat
(Informan Rommy: 06/06/2017). lulus sensor.” (Informan Rommy: 06/06/2017).
Sama hal dengan yang dikemukakan oleh Dari penjelasan informan Rommy
informan Erik ia mengatakan bahwa ia juga tersebut dapat penulis simpulkan bahwa LSF
sepakat jika adegan-adegan yang ada pada film memiliki pedoman serta peran dalam melakukan
Headshot ini mengandung unsur kekerasan yang penyensoran sebuah film. Bukan hanya
ekstrim dan vulgar. Berikut penjelasannya: mengikuti peraturan pemerintah yang ada, pihak
“Betul vulgar, dan saya rasa harusnya tidak perlu LSF pun memiliki pedomannya tersendiri dalam
seperti itu, membuat filmnya jadi tidak bagus aturan-aturan penyensoran film. LSF bertugas
untuk ditonton. Buat saya, kekerasan dalam film dalam penyensoran film guna membuat film
ini bikin cerita film jadi terasa engga penting lebih layak untuk ditonton oleh khalayak publik.
karna si pembuat film seperti ingin Memberi kemudahan kepada publik dalam
mendahulukan adegan-adegan kekerasan yang memilih dan menikmati film yang akan mereka
dianggap keren.” (Informan Erik: 15/05/2017). tonton tanpa perlu waspada akan ada adegan-
Kemudian penulis menanyakan kepada adegan yang akan membuat penonton tidak
informan Rommy selaku pihak dari anggota LSF nyaman.
tentang bagaimana proses sensor yang ada di
LSF, informan Rommy mengatakan: Gambar Adegan Pada Film Headshot
“Tugas saya dalam LSF yaitu melakukan Penulis melakukan penelitian tentang
penyensoran film dan iklan film, melakukan adegan kekerasan yang ada pada film Headshot,
penelitian dan penilaian mulai dari judul, tema, yang dianggap melanggar peraturan pemerintah
gambar, adegan suara, teks terjemahan, pada film tentang perfilman. Menurut Trianton (2013:5)
dan iklan flm yang akan diedarkan kepada program siaran atau tayangan yang mengandung
khalayak umum.” (Informan Rommy: unsur kekerasan dan sadisme kini dipandang
06/06/2017). sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-
Kemudian penulis bertanya lagi tentang hari. Adegan yang melanggar diantaranya adalah
apa saja fungsi sebenarnya dari LSF itu sendiri, menampilkan secara detail (big close up, medium
dan informan Rommy menjawab: “Fungsi dari close up, extreme close up) korban yang berdarah-
LSF yaitu memberikan perlindungan terhadap darah, menampilkan adegan penyiksaan secara
masyarakat dari dampak negatif, penyusunan close up dengan atau tanpa alat
pedoman penerbitan, dan pembatalan surat (pentungan/pemukul, benda tumpul, besi, benda
tanda lulus sensor. Sosialisasi secara intensif tajam, dsb) secara nyata. Adegan kekerasan ini
pedoman dan kriteria sensor, pemberian bisa disebut dengan action yang berisi
kemudahan masyarakat untuk memilih dan pertarungan fisik antara tokoh. Berikut gambar-
menikmati pertunjukan. Memberi kemudahan gambar adegan yang ada pada film Headshot:
bagi masyarakat dalam memilih dan menikmati a. Adegan menit ke 2 dan 3 menunjukkan dua
film. Misalnya dengan memberi klasifikasi usia. aktor yang sedang berkelahi salah satunya
Dan membantu memberikan informasi yang menggunakan senjata tajam, kemudian
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 144
Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

menikam lawannya hingga ada darah yang ditayangkan secara close up.
bercucuran dari tubuh korbannya. h. Adegan menit ke 64 menunjukkan adegan
b. Adegan menit ke 21sampai 25 menunjukkan sedang berkelahi, memukul lawannya hingga
ada dua aktor yang sedang bertarung mengakibatkan kerusakan pada wajah sang
enggunakan senjata tumpul yaitu sebuah besi, lawan dan ditayangkan close up.
kemudian salah satunya berhasil memukul i. Adegan menit ke 67 menunjukkan ada
kepala lawan, hingga akhirnya darah mengalir seorang pemain yang kepalanya ditikam
dari kepala. menggunakan sebuah pedang, sehingga
a) menit ke 22 menunjukkan bahwa ada darahnya bercucuran di wajahnya dan
adegan menggunakan senjata tajam yang terlihat secara close up.
ditayangkan close up. j. Adegan menit ke 70 menunjukkan dua
b) menit ke 23 menunjukkan ada satu pemain sedang berkelahi, salah satunya
pemain yang sedang terkena tusukan pisau menggunakan benda tumpul, dan
hingga tembus di bagian telapak mengayunkannya ke lawan.
tangannya. k. Adegan menit ke 74 menunjukkan ada
c) menit ke 24 menunjukkan bahwa dua pemain wanita yang sedang berkelahi,
aktor pemain sedang bertarung, salah kemudian tertusuk pisau dari lawannya,
satunya menggunakan senjata tumpul, menyebabkan darah yang keluar dari
dan menusukkan senjata tumpul secara perut serta mulut wanita tersebut dan
berkala kepada lawannya, hingga darah ditayangkan secara close up.
bercucuran keluar dari wajah lawannya l. Adegan menit ke 76 menunjukkan
tersebut. perkelahian menggunakan senjata api
d) menit ke 25 menunjukkan bahwa ada yang membuat pemain tersebut
seorang pemain yang lehernya ditikam mengeluarkan darah dari bagian perut
menggunakan sebuah benda tumpul, dan mulutnya.
hingga mengeluarkan darah. m. Adegan menit ke 80 menunjukkan
c. Adegan menit ke 29 menunjukkan bahwa kedua pemain sedang berkelahi
ada pemain yang terkena pukulan menggunakan tangan kosong, yang
menggunakan benda tumpul, hingga mengakibatkan darah mengalir dari
kepalanya mengeluarkan darah dan wajah dan mulut mereka.
ditayangkan close up. n. Adegan menit ke 82 menunjukkan
d. Adegan menit ke 29 menunjukkan ada kedua pemain sedang berkelahi yang
seorang yang sedang menaiki bis antarkota, mengakibatkan patah tulang salah satu
tetapi di tengah jalan bis yang ia naiki pemain di bagian siku, dan ditayangkan
dicegah oleh sekelompok geng kriminal, secara close up sehingga tulang tersebut
kemudian seluruh penumpang dalam bis terlihat jelas.
tersebut ditembaki hingga meregang nyawa, o. Adegan menit ke 85 menunjukkan luka
dan banyak darah yang keluar dari tubuh yang berdarah akibat pertarungan
para penumpang tersebut. dengan lawannya, dan diperlihatkan
e. Adegan menit ke 41 menunjukkan ada secara close up.
dua orang pemain yang sedang bekelahi p. Adegan menit ke 90 menunjukkan salah
saling menyakiti diri lawannya dan satu pemain tertusuk dahan pohon
dilakukan secara close up. mulai dari punggung hingga bagian
f. Adegan menit ke 55 menunjukkan dadanya. Dan ditayangkan secara close
bahwa ada salah satu pemain yang up.
sedang berkelahi dengan lawannya, dan Pengambaran adegan-adegan di atas
kemudian salah satu pemain itu menarik menunjukkan bahwa banyak sekali adegan
leher lawannya ke pisau yang ada di atas kekerasan yang vulgar dan ditayangkan secara close
meja. Dan ditayangkan close up. up. Seperti peraturan yang sudah tertera di atas,
g. Adegan menit ke 61 menunjukkan kedua adegan yang tidak diperbolehkan diantaranya
pemain sedang bertarung, salah satunya adalah adegan yang ditayangkan secara close up,
menggunakan senjata tajam dan adegan yang berdarah-darah, penyiksaaan
mengarahkannya ke tangan lawan, serta terhadap lawan atau korban, menggunakan senjata
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 145
Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

tajam, senjata api, senjata tumpul seperti besi, Headshot memang mengandung unsur kekerasan
kayu dan sebagainya. yang agak sedikit sadis. Itu makanya
Berdasarkan observasi penulis kepada diklasifikasikan 21 tahun. Kalau Headshot disensor
informan Rommy selaku anggota dari LSF dan orang atau produsernya minta untuk usia 13
tentang adegan kekerasan yang dilakukan atau 17 tahun, tentu beda hasil sensornya.”
pemain di film Headshot, ia mengatakan: (Informan Rommy: 06/06/2017).
“Memang ada adegan kekerasan pada film Sedangkan menurut informan Erik
Headshot yang keras. Keras terkesan sadis, mengatakan: “Sama ya jenisnya seperti pisau tadi,
memang kalau dalam kategori pedoman ditayangkan secara close up. Luka besar seperti itu
pemilihan klasifikasi LSF, kekerasan boleh, tapi dibiarkan kelihatan, kalau ada yang jijikkan pasti
kalau agak cukup lebih, maka dia akan masuk bisa terbayang-bayang terus itu lukanya. Kalau
klasifikasi usia 21 tahun ke atas. Asumsinya dari yang diteori kamu itukan gak boleh close up, ya
orang yang berumur 21 tahun ke atas yang harusnya adegan ini gak boleh ditayangkan close up,
menonton sudah dewasa semua.” (Informan jauhin saja gambarnya.” (Informan Erik:
Rommy: 06/06/2017). 15/05/2017).
Sedangkan informan Erik menuturkan Kesimpulannya dari pembahasan tentang
pendapatnya tentang adegan tersebut yaitu: “Ya adegan tersebut, informan Rommy mengatakan
sadis keliatannya, berantem sampai segitunya, adegan tersebut ditayangkan karena telah
sampai lawannya harus meninggal, baru kelar mendapatkan klasifikasi umur 21 tahun.
berantemnya. Harusnya sih jangan sampai keliatan Sedangkan informan Erik mengatakan menurut
jelas begitu, yang menonton juga pasti pada ngeri. dari peraturan pemerintah seharusnya adegan
Saya saja nontonnya kurang suka. Karena terlalu tersebut tidak untuk ditayangkan, sebaiknya
menonjolkan sisi sadisnya itu.” (Informan Erik: disensor saja.
06/06/2017). Membahas tentang adegan-adegan yang
Kesimpulannya dalam adegan tersebut ada pada film Headshot ini, penulispun bertanya
informan Rommy menjelaskan bahwa adegan kepada informan Rommy tentang bagaimana
seperti itu memang benar ditayangkan, tetapi proses dari penyensoran di LSF, informan
mereka mengklasifikasikan tayangan tersebut Rommy menjelaskan bahwa proses penyensoran
untuk usia 21 tahun ke atas. Sedangkan menurut dilakukan selama durasi film tersebut, baik durasi
informan Erik adegan yang diperlihatkan sebelum disensor dan setelah disensor. Berikut
merupakan adegan yang berlebihan yang tidak penjelasan informan Rommy: “Sepanjang durasi
mengikuti peraturan pemerintah tentang film, dari awal sampai akhir kita tonton, kemudian
perfilman. Dimana adegan tersebut ditayangkan terakhir kami beri catatan. Sedikit banget kok yang
secara close up tanpa disensor. dipotong, paling cuma satu sampai dua detik. Cuma
Selanjutnya dalam adegan-adegan yang pas bagian yang vulgar doang. Kalau untuk
ada tersebut, penulis memaparkan adegan seluruhnya, paling gak nyampe setengah menit.
kekerasan yang vulgar, di antaranya ialah ketika Sekitar 30-35 detik doang. Kalau itu datanya gak
senjata tajam menusuk ke bagian leher, perut bisa kita kasih, karena itu dokumen pribadi
korban, dan kemudian ada luka di bagian leher lembaga, saya saja gak boleh bawa pulang
sang pemain yang terlihat sangat jelas secara close kerumah, jadi sifatnya data private. Cuma anggota
up. Observasi penulis dalam mendapatkan LSF yang boleh lihat, karena itu dicampur dengan
informasi dari informan Rommy dapat diperkuat data – data lainnya juga.” (Informan Rommy:
dengan pernyataan berikut: “Setahuku, kami 06/06/2017).
sudah ngecek, atau ketika kami meloloskan Mengenai bagaimana sistem sensor yang
Headshot itu memang ada beberapa adegan – ada, informan Rommy menjelaskan: “Si pemilik
adegan yang berdarah, tapi untuk klasifikasi 21 film melengkapi berkas untuk penyensoran film,
tahun, masih oke. Memang ada adegan berdarah- setelah berkas lengkap filmnya diukur berapa
darah, pisau nancep. Ini film untuk 21 tahun, menit, dari berapa menit diukur berapa biaya
dengan mengandung material yang sangat yang harus mereka bayar, dan setelah dibayar
mengandung unsur kekerasan yang sadis.” baru berkas dan filmnya itu dikirim ke anggota,
(Informan Rommy: 06/06/2017). tim penyensor, yg ada di studio. Ada lima studio
Kemudian informan Rommy melanjutkan: tim penyensor di LSF, setelah pembayaran
“Ya memang, jadi yang harus diakui dalam film administrasi dilakukan. Maka berita acaranya
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 146
Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

dikirim ke tim studio bersamaan dengan filmnya penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
untuk ditonton, ditonton oleh tim studio, a. Menurut Undang-undang nomor 33 tahun
disensor, hasilnya diberikan catatan diberita 2009 tentang Perfilman melarang sebuah
acara penyensoran. Apakah lulus atau tidak lulus, tayangan mengandung unsur kekerasan,
kalau lulus, klasifikasinya untuk usia berapa, namun dalam film Headshot ini masih banyak
kemudian dengan klasifikasi usia itu apakah ada sekali adegan-adegan kekerasan yang
catatan revisi atau engga.” (Informan Rommy: ditayangkan. Sebagaimana peraturan yang
06/06/2017). ada, penayangan unsur kekerasan yang
Lebih lanjut ketika penulis menanyakan dilarang yaitu pengambilan gambar yang
tentang berapa orang yang terlibat dalam proses dilakukan secara close up, medium close up dan
sensor ini, informan Rommy mengatakan bahwa extream close up, melakukan perkelahian
ada tujuh orang yang terlibat. Berikut penjelasan menggunakan senjata, baik itu senjata tajam,
dari informan Rommy: “Dalam satu studio saat senjata tumpul maupun senjata api.
penyensoran berlangsung, ada tujuh orang, yang Melakukan tindakan fisik yang akan melukai
terdiri atas tiga anggota LSF dan empat orang lawan, serta mengakibatkan luka berdarah-
tenaga sensor. Tenaga sensor ini orang yang darah.
membantu tentang penyensoran.” (Informan b. Khusus film Headshot ini, pihak LSF telah
Rommy: 06/06/2017). melakukan tiga kali penyensoran. Yang
Kesimpulannya dalam melakukan sebuah pertama peninjauan, proses penyensoran dan
penyensoran terhadap sebuah film, pihak LSF kemudian menentukan klasifikasi usia.
mengikuti pedoman penyensoran yang ada di Mereka menambahkan bahwa film Headshot
lembaga tersebut. Proses sensor dilakukan ini telah diklasifikasikan untuk usia dewasa
setelah produsen melakukan administrasi, pihak yaitu usia 21 tahun keatas. Tetapi setelah
produsen film mengirimkan filmnya yang akan penayangan film Headshot tayang di layar
disensor. Proses sensor dilakukan selama durasi lebar dan telah disaksikan oleh banyak orang,
film tersebut dari awal hingga akhir, proses ternyata ada beberapa bagian yang masih
sensor dilakukan oleh tujuh anggota LSF. Para harus disensor ulang oleh pihak LSF, dan
anggota penyensoran melakukan rapat, mana pihak LSF pun mengklaim telah melakukan
saja adegan yang harus disensor dan mana yang pemanggilan kepada produsen film untuk
tidak perlu disensor. Jika ada adegan yang harus merevisi ulang beberapa adegan yang ada di
direvisi, pihak LSF akan memberitahu pihak film Headshot.
produsen film untuk merevisi adegan dalam film c. LSF memiliki acuan dalam melakukan
tersebut. Jika setelah sebuah film telah mendapat sebuah penyensoran film, diantaranya yaitu
ijin edar atau tayang, sudah disensor dan pertama dilakukan peninjauan sebelum
mendapat surat lulus sensor, kemudian pihak disensor. Produser mengirimkan filmnya
LSF merasa ada adegan yang harus disensor untuk dilakukan peninjauan oleh LSF, dari
kembali atau disensor ulang, LSF akan peninjauan ini akan diketahui nantinya
menyensor ulang adegan dalam film tersebut, seperti apa film yang akan disensor. Setelah
atau bahkan membatalkan surat perijinan edar peninjauan dan ada catatan dari LSF, barulah
dan mencabut film tersebut walaupun sudah proses untuk dilakukan penyensoran.
terlanjur ditayangkan. Khusus dalam film Kemudian proses sensor, film tersebut
Headshot ini, pihak LSF telah melakukan tiga kali ditonton oleh anggota sensor, dan kemudian
penyensoran, dan ketika film Headshot telah terjadilah kegiatan sensor adegan. Dipilah
tayang, pihak LSF sudah memanggil pihak adegan yang diperbolehkan untuk tayang,
produsen untuk merevisi beberapa bagian yang atau tidak. Kemudian, setelah hasil
ada di dalam film tersebut dikarenakan ada penyensoran telah muncul, ditentukan
adegan yang harus disensor ulang. klasifikasi usia penontonnya, serta revisi apa
saja yang harus ditinjau ulang.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
penulis tentang adegan-adegan kekerasan dalam
film Headshot kepada Lembaga Sensor Film
(LSF) serta kepada seorang pengamat film, maka
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 147
Etika Tayangan Adegan Kekerasan Dalam Film Laga Layar Lebar (Studi Kasus Di Film Headshot)

Daftar Pustaka PPFI. 2011. Perfilman Indonesia. Jakarta: Perpusnas.


Ardianto, dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film.
Rekatama Media. Yogyakarta: Homerian Pustaka.
Baskin, Askurifai. 2003. Membuat Film Indi Itu Rabiger, Michael. 2009. Directing the Documentary.
Gampang. Bandung: Kataisis. Oxford: Elsevier.
Bertens, K. 2003. Etika. Jakarta: PT Gramedia Santoso, Thomas. 2002. Teori-teori kekerasan.
Pustaka Utama. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Gordon, dkk. 1999. Controversies In Media Ethics. Shoemaker, Pamela J., & Stephen D. Reese.
Massachusetts: Longman. (1996). Mediating The Message: Theories Of
Influences On Mass Media Content, London:
http://lampung.tribunnews.com/2016/12/05 Pearson Longman.
/film-headshot-bakal-
membuatpenonton- merasa-ngilu Sumaryono, E. 1995. Etika Profesi Hukum, Norma
Bagi Penegak Hukum.Yogyakarta: Kanisius.
http://www.psikologmalang.com/2013/03/ben
tuk-bentuk-kekerasan.html Diambil Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian:
tanggal 22 Maret 2017 15:00 WIB Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
9/22787/4/Chapter%20II.pdf Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi
Film. Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana
http://sinopsisfilmbioskopterbaru.com/headshot Indonesia.
-2016-sinopsis-lengkap-dan/
Turner, dkk. 1987. Rediscovering The Social Group.
http://entertainment.kompas.com/read/2016/0 Oxford: Blackwell.
9/28/125024710/.headshot.diputar.di.am
erika.serikat Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang
Perfilman. Cetakan Pertama.
Jurnal : Ade, Irfan. 2015. Representasi Kekerasan 2010.Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Dalam Film The Raid 2 “Berandal”.
Surabaya: Undergraduate Thesis, UIN Yin, R.K. 2002. Studi Kasus Desain & Metode.
Sunan Ampel Surabaya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jurnal : Kharisma, Novayana. 2011. Representasi
Kekerasan Dalam Film “Rumah Dara” (Studi
Analisis Semiotik Tentang Representasi
Kekerasan Dalam Film “RUMAH DARA”).
Jakarta: Undergraduate thesis, Faculty of Social
Sciences and Political Sciences.

Martin, Mike W, Ronald Schinzinger. 1994. Etika


Rekayasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pambayun, Ellys Lestari. 2013. One Stop Qualitative


Research Methodology In Communication. Jakarta
: Lentera Ilmu Cendikia.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2014


tentang Lembaga Sensor Film.
Jurnal Komunikologi Volume 15 Nomor 2, September 2018 148

Anda mungkin juga menyukai