Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan menurut Notoatmojo (2007) adalah suatu upaya

atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk

kesehatan. Yang artinya, bahwa pendidikan kesehatan berupaya agar

masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara

kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal–hal yang

merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya

mencari pengobatan jika sakit dan lain sebagainya.

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat,

sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan,

yang tersirat dalam pendidikan adalah: input adalah sasaran

pendidikan(individu, kelompok, dan masyarakat), pendidik adalah (pelaku

pendidikan), proses adalah (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain), output adalah (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku)

(Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam

bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah

13
14

semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap,

praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo 2010).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2007) pendidikan kesehatan adalah

untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat

menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan

prinsip kesehatan maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap

kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan ini dapat diperinci diantaranya :

a) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.

b) Menolong individu agar mampu secaa mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut Effendy dalam Notoatmodjo (2005) bahwa ruang lingkup

pendidikan kesehatan dibagi menjadi lingkup sasaran, materi dan

metode,Berikut penjelasan dari ketiga lingkup tersebut.

a) Sasaran

Untuk sasaran pendidikan kesehatan adalah individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat yang dijadikan subyek serta obyek

perubahan perilaku, sehingga diharapkan mereka dapat

memahami, menghayati dan mengaplikasikan cara hidup sehat

dalam kehidupan sehari-hari. Faktor yang harus diperhatikan


15

dalam keberhasilan pendidikan kesehatan adalah tingkat

pendidikan, sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan

masyarakat dan ketersediaan waktu dari masyarakat.

b) Materi

Untuk materi yang akan disampaikan kepada masyarakat harus

sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

c) Metode

Metode yang digunakan hendaknya metode yang dapat

mengembangkan komunikasi antara yang memberi pendidikan

dan yang menerima pesan, sehingga yang menerima pesan

paham dan mengerti apa yang disampaikan oleh pemberi

pendidikan.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Menurut pendapat Effendy (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dapat dilihat dari orang yang

memberikan pendidikan, sasaran atau dalam proses pendidikan kesehatan itu

sendiri.

a) Faktor pemberi pendidikan

1) Kurangnya persiapan.

2) Kurangnya pengetahuan materi yang akan disampaikan.

3) Penampilan kurang membuat yakin sasaran.

4) Bahasa dan istilah yang digunakan kurang dimengerti.


16

5) Suara kurang didengar oleh sasaran.

6) Penyampaian materi monoton.

b) Faktor sasaran

1) Pendidikanya terlalu rendah sehingga sulit untuk menerima materi

yang disampaikan.

2) Tingkat sosial ekonomi yang rendah sehingga mereka lebih

memikirkan kebutuhan yang lain daripada memperhatikan materi.

3) Kepercayaan atau adat istiadat yang telah tertanam dan sulit

diubah.

4) Kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan merubah prilaku.

c) Faktor dalam proses pendidikan

1) Waktu pendidikan kesehatan yang tidak diinginkan oleh sasaran

2) Tempat pendidikan kesehatan dilakukan di tempat yang ramai

sehingga akan mengganggu proses pendidikan.

3) Jumlah sasaran terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik

perhatian dalam memberikan pendidikan kesehatan.

4) Alat peraga kurang ditunjang oleh alat peraga yang dapat

mempermudah pemahaman sasaran

5) Metode yang digunakan kurang tepat.

5. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012) metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3

macam, yaitu :

a) Metode Individual (Perorangan)

Metode ini dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu :


17

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)

2) Wawancara (interview)

b) Metode Kelompok

Metode kelompok ini harus memperhatikan apakah kelompok

tersebut besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas

metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

1) Kelompok besar

a. Ceramah

Menurut Notoatmodjo (2012) ada beberapa metode promosi

kesehatan, salah satunya adalah metode ceramah. Ceramah

adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di

depan sekelompok pengunjung. Ceramah pada hakikatnya

adalah proses transfer informasi dari pengajar kepada sasaran

belajar. Dalam proses tranfer informasi ada tiga elemen

penting, yaitu pengajar, materi dan sasaran belajar. Metode

ceramah efektif digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

seseorang.

b. Seminar

Metode ini cocok digunakan untuk kelompok besar dengan

pendidikan menengah atas. Seminar sendiri adalah presentasi

dari seorang ahli atau beberapa orang ahli dengan topik

tertentu.
18

2) Kelompok kecil

a. Diskusi kelompok

Kelompok ini dibuat saling berhadapan, ketua kelompok

menempatkan diri diantara kelompok, setiap kelompok punya

kebebasan untuk mengutarakan pendapat,biasanya pemimpin

mengarahkan agar tidak ada dominasi antar kelompok.

b. Curah pendapat

Merupakan hasil dari modifikasi kelompok, tiap kelompok

memberikan pendapatnya, pendapat tersebut di tulis di papan

tulis, saat memberikan pendapat tidak ada yang boleh

mengomentari pendapat siapapun sebelum semuanya

mengemukakan pendapatnya, kemudian tiap anggota

berkomentar lalu terjadi diskusi.

c. Boa salju (snow balling)

Setiap orang di bagi menjadi berpasangan, setiap pasang ada

2 orang. Kemudian diberikan satu pertanyaan, beri waktu

kurang lebih 5 menit kemudian setiap 2 pasang bergabung

menjadi satu dan mendiskuskan pertanyaan tersebut,

kemudian 2 pasang yang beranggotakan 4 orang tadi

bergabung lagi dengan kelompok yang lain, demikian

seterusnya sampai membentuk kelompok satu kelas dan

timbulah diskusi.
19

c) Metode Masa

Pada umumnya bentuk pendekatan ini dilakukan secara tidak

langsung atau menggunakan media masa.

6. Media Pendidikan Kesehatan

Menurut Nursalam (2008) media pendidikan kesehatan adalah saluran

komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media dibagi

menjadi 3, yaitu: cetak, elektronik, media papan (billboard).

a) Media Cetak

1) Booklet

Adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk menyampaikan

pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan- larangan kepada

khalayak massa, bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. Sehingga

akhir dari tujuannya tersebut adalah agar masyarakat yang sebagai

obyek memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media

komunikasi massa tersebut (Machfoedz & Suryani, 2007) Langkah

langkah menyusun booklet :

a. Memilih judul dan sub judul yang terbaik, sangat penting untuk

membantu mendefinisikan isi booklet dan membantu tetap pada

topik bahasan. Judul booklet disarankan untuk memilih topik

yang sempit dan spesifik serta memperhatikan sasaran,

keinginan, dan kebutuhan calon pembaca.

b. Menggunakan struktur yang logis dan format yang

konkret :

1. Penggunaan ukuran kertas A5 direkomendasikan untuk


20

memudahkan pembaca menggunakan booklet sebagai

referensi ketika melakukan kegiatan.

2. Penggunaan style dan pola yang konsisten akan memudahkan

pembaca untuk memahami isi booklet, penerapan konsistensi

penulisan pada booklet dapat dilakukan dengan

memperhatikan penggunaan footer (penggunaan penomoran),

jenis huruf (menggunakan satu jenis huruf untuk setiap

bagian), penggunaan numbering/bullets.

3. Menulis isi paragraf setelah kalimat utama awal dengan


singkat.
4. Menyusun daftar isi dengan jelas dan relevan dengan isi

booklet.

c. Mengadopsi metode penulisan yang sesuai. Isi booklet disusun

dengan cara sistematis yaitu menyusun judul, pokok materi,

menyusun daftar isi, menyusun perencanaan kegiatan

perlangkah.

d. Penggunaan sampul yang baik. Pembaca banyak menilai buku

dari sampulnya. Sampul yang baik dapat menarik minat

pembaca untuk membaca.

e. Fungsi booklet Menurut Roza (2012) booklet memiliki beberapa

fungsi, sebagai berikut:

1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2. Membantu mengatasi banyak hambatan


21

3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih

banyak dan cepat.

4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan

pesan yang diterima kepada orang lain.

5. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

6. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran

pendidikan.

7. Mendorong keingian orang untuk mengetahu lalu

memahami.

8. Membantu memperjelas pengertian yang diperoleh

2) Leaflet

Penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat biasanya berisi

gambar atau tulisan atau biasanya kedua-duanya.

3) Flyer (selebaran)

seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.

4) Flip chart (lembar balik)

Informasi kesehatan yang berbentuk lembar balik dan berbentuk buku.

Biasanya berisi gambar dibaliknya berisi pesan kalimat berisi informasi

berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubrik

Secara umum, pengertian rubrik adalah suatu ruang khusus pada media

surat kabar, majalah, atau tabloid yang memuat informasi, berita, opini,

atau iklan tertentu dimana penayangannya dilakukan dalam periode yang

tetap (harian, mingguan, atau bulanan).


22

6) Poster

Berbentuk media cetak berisi pesan-pesan kesehatan biasanya ditempel

di tembok-tembok tempat umum dan kendaraan umum.

b) Media Elektronik

1) Televisi : dalam bentuk ceramah di TV, sinetron, sandiwara, dan

vorum diskusi tanya jawab dan lain sebagainya.

2) Radio : bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio, obrolan tanya

jawab dan lain sebagainya.

3) Vidio Compact Disc (VCD).

4) Slide : slide juga dapat digunakan sebagai sarana informasi.

c) Media Papan (Bill Board)

Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dan dapat dipakai dan diisi

pesan-pesan kesehatan.

7. Pendidikan Kesehatan Dengan Media Booklet.

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk strategi intervensi

atau upaya dalam pelayanan keperawatan komunitas. Pendidikan kesehatan

mencakup pemberian informasi yang sesuai, spesifik, diulang terus menerus,

sehingga dapat memfasilitasi perubahan perilaku kesehatan. Pendidikan

kesehatan juga bertujuan untuk merubah perilaku yang kaitan dengan budaya.

Sikap dan perilaku merupakan bagian dari budaya yang ada di lingkungan

(Widyanto, F.C, 2014).

Menurut Permatasari (2004) menjelaskan bahwa booklet merupakan

media komunikasi yang bersifat promosi, anjuran, larangan-larangan kepada

khalayak massa, dan berbentuk cetakan, yang memiliki tujuan agar


23

masyarakat yang sebagai objek dapat memahami pesan yang disampaikan

melalui media ini. Media cetak seperti booklet memiliki kelebihan yaitu dapat

dipelajari setiap saat karena desain berbentuk buku, dapat dipelajari secara

mandiri oleh anak, pesan atau informasi relative lebih banyak dibandingkan

dengan poster, desain booklet yang menarik membuat anak akan tertarik

untuk membacanya. booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

Faktor yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan pada anak

dipengaruhi oleh jarak antara waktu intervensi dengan posttest karena

berhubungan dengan ingatan dalam menyimpan informasi (retensi). Hasil

penelitian Keeley dalam Sprenger menunjukkan bahwa lama interval akan

mempengaruhi kekuatan retensi. Keeley menyatakan 54% materi diingat

setelah 1 hari, 35% materi diingat setelah 7 hari, 21% materi diingat setelah

14 hari, dan 8% materi diingat setelah 21 hari. Hal ini berarti bahwa setelah

14 hari, siswa lupa hampir 90% dari informasi yang telah didapat. Sementara

bila dilihat dari indera didapatkan, penglihatan sebesar 83%, indera

pendengaran 11%, indera penciuman sebesar 3,5%, indera peraba sebesar

1,5%, indera perasa sebesar 1%. ( Murti Kusuma Wirasti & Sungkono. 1999)

Dengan menggunakan media cetak anak cenderung lebih mudah untuk

memahami tentang muatan informasi karena informasi yang tercantum di

dalam booklet ringan dan dapat dipelajari sendiri oleh anak. Penelitian Safitri

pada tahun 2016 dalam jurnal kesehatan masyarakat pada tahun 2017 juga

menyatakan bahwa edukasi melalui booklet meningkatan skor pengetahuan

saat posttest. Penelitian yang dilakukan oleh Zulaekah, (2012) berjudul


24

“Pendidikan Kesehatan Dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan Gizi

Anak SD” yang menghasilkan pendidikan kesehatan dengan media booklet

efektif terhadap peningkatan pengetahuan gizi anak SD. Media booklet lebih

efektif meningkatkan pengetahuan individu. Hal ini didukung dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih (2007); apriani & kumalasari

(2014); dan agustin et al., pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa media

booklet lebih efektif meningkatkan pengetahuan responden dari pada

ceramah, leaflet, atau peer group. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Farudin (2011) dan Yulianti (2013) yang

menyatakn bahwa penggunaan booklet lebih efektif dibandingkan leaflat

atau ceramah. Kelebihan dan kekurangan booklet :

a) Kelebihan dari booklet adalah menggunakan media cetak sehingga biaya

yang dikeluarkan itu bias lebih murah jika dibandingkan dengan

menggunakan audiovisual.

b) Proses booklet sampai kepada obyek atau masyarakat bias dilakukan

sewaktu-waktu.

c) Proses penyampaian bias disesuaikan dengan kondisi yang ada.

d) Lebih terperinci dan jelas, karna lebih banyak bias mengulas tentang

pesan yang disampaikan.

Kelemahan booklet :

a) Booklet ini tidak bias menyebar ke seluruh masyarakat, karena

keterbatasan penyebaran booklet.


25

b) Tidak langsungnya proses penyampaian, sehingga umpan balik dari

obyek kepada penyampai pesan tidak secara langsung atau tertunda.

c) Memerlukan banyak tenaga dalam penyebaranya.

B. Pengertian Anak

Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia adalah sebagai berikut : "Anak adalah setiap manusia

yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah,

termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi

kepentingannya". Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 –

12 tahun atau biasa disebut dengan periode intelektual. Pengetahuan anak

akan bertambah pesat seiring dengan bertambahnya usia, keterampilan yang

dikuasaipun semakin beragam. Minat anak pada periode ini terutama terfokus

pada segala sesuatu yang bersifat dinamis bergerak. Implikasinya adalah anak

cenderung untuk melakukan beragam aktivitas yang akan berguna pada

proses perkembangannya kelak (Jatmika, 2005).

1. Perkembangan Kognitif

Dalam artikel “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan

Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar” (bajuri, 2018) menjelaskan

kemampuan kognitif anak usia dasar berbeda-beda disetiap tingkatan usianya.

Perkembangan kognitif anak (usia 7-10 tahun) adalah fase dimana anak sudah

bisa berfi kir logis, rasional, ilmiah dan objektif terhadap sesuatu yang

bersifat konkret atau nyata, tetapi dalam fase ini kemampuan kognitif anak

pada usia ini masih pada tahap pengetahuan dan pemahaman yang masih
26

terbatas. Dalam konteks pendidikan, mengacu pada teori Taksonomi Bloom

bahwa pada fase ini anak memasuki jenjang yang paling rendah yaitu C1

(mengingat) dan awal jenjang C2 (memahami). Kata operasional (verb) pada

fase ini seperti menyusun daftar, mengingat, menyebutkan, mengenali,

menuliskan kembali, mengulang, menamai, mengelompokan dan

membedakan hal bersifat sederhana.

Sedangkan pada anak umur 12 tahun perkembangan kognitif semakin

meningkat pada usia sebelumnya, anak bisa berfikir logis dan sistematis yang

mangacu terhadap objek empirik (nyata) yang dapat di tangkap oleh indra.

Berbeda dengan pada fase anak yang berada pada usia 12 tahun ke atas, anak

sudah dapat memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi (hipotesis)

dan sesuatu bersifat abstrak. Fase ini disebut dengan fase operasional formal.

Fase ini merupakan tahap akhir dalam perkembangan kognitif menurut

Piaget. Menurut Ginsburg dan Opper (1988) pada tahap ini, anak dapat

berfikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang

kompleks. Dengan kata lain anak pada usia 12 tahun sudah lebih siap ketika

diberi pendidikan kesehatan tidak hanya dapat memahami materi yang

diberikan tetapi juga dapat menerapkan apa yang disampaikan.

C. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran,


27

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. (Notoatmojdo, 2007).

2. Tingkat Pengetahuan.

Menurut (Notoatmojdo, 2007), pengetahuan yang mencakup dalam dominan

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang sudah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam peningkat tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall), sesuatu yang spesifik seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, “tahu” ini merupakan

tingkat pengetahuan yang sangat rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain

menyebutkan, mengiraukan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kesempatan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi

yang harus daapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atauu hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lalu.


28

d) Analisi (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tapi masih didalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi dikaitkan dengan kemapuan untuk melakukan justifikasi atau

melalui penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

mengguaanakan kriteri-kriteria yang ada.

3. Kriteria Pengetahuan

Menurut (Arikunto, 2005 dalam buku Notoatmodjo) mengatakan

pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek peneliti

atau responden kedalam pengetahuan yang ingin atau diukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan tersebut diatas, sedangkan diketahui atau diukur

dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut diatas, sedangkan kualitas

pengetahuan dapat dilakukan dengan kriteria, yaitu Tingkat pengetahuan baik

jika jawaban responden dari kuisioner yang baik 76- 100%. Tingkat
29

pengetahuan dari pengetahuan kurang jika jawaban responden dari kuesioner

yang benar <55%.

D. Pengertian Gadget

Menurut Manumpil, dkk (2015:1) Gadget merupakan suatu alat

teknologi yang saat ini berkembang pesat yang memiliki fungsi khusus

diantaranya smartphone, Iphone dan Blackberry.

Noegroho (2010) dalam Wijarnako dan Setiawati, (2016:3) menjelaskan

bahwa gadget atau gawai adalah teknologi baru dimana setiap orang bisa

selangkah lebih maju dari kemarin. Secara garis besar, pengertian dari gadget

adalah obyek sebuah teknologi seperti perangkat atau alat yang memiliki

fungsi tertentu, dan sering dianggap sebagai hal yang baru.

1. Jenis jenis gadget

Berikut beberapa jenis gadget yang sering dipergunakan :

a) Handphone

Handphone biasa disebut telepon seluler (ponsel) atau telepon genggam

merupakan suatu benda eletronik yang menawarkan beberapa hiburan

seperti musik, permainan, video dan perangkat lunak multimedia yang

lain, selain itu handphone juga digunakan untuk mendapatkan berbagai

informasi.

b) Teblet

Tablet PC atau yang dikenal dengan tab adalah sebuah perangkat

elektronik portable yang memiliki fungsi seperti notebook bisa

digunakan untuk menonton film, bermain game yang didukung oleh


30

perangkat wifi yang akan memudahkan untuk menjajah dunia melewati

internet, tablet PC ini didukung dengan menggunakan Operating System

yang berisi android sebagai sistem utama untuk menjalankan berbagai

aplikasi.

c) Laptop

Laptop atau biasa disebut dengan komputer jinjing merupakan komputer

bergerak yang berukuran relative kecil dan ringan, beratnya dari 1-6 kg.

tergantung ukuran, bahan dan spesifikasi dari laptop itu sendiri.

d) Smartphone

Menurut David Wood, smartphone adalah handphone cerdas yang

memiliki kelebihan dibanding alat telekomunikasi lainnya. Kelebihannya

terlihat dari proses pembuatannya dan proses penggunaannya. Seperti

halnya pada komputer atau laptop, sebuah smartphone membutuhkan

Operating System (OS) agar bisa bekerja sebagaimana mestinya. Berikut

ini adalah beberapa OS smartphone:

1) iOS

2) Android

3) Windows Phone

4) Blackberry

5) Bada

6) Firefox OS

7) MeeGo OS

8) Palm

9) Symbian
31

10) Ubuntu

11) Tizan

Dari sekian banyak OS smartphone yang digunakan, OS yang paling

populer adalah Android, iOS, Windows Phone, Namun, secara

keseluruhan Smartphone Android lah yang paling banyak digunakan di

seluruh dunia.

2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Gadget

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak-anak kecanduan

penggunaan gadget Yuwanto (2010). Faktor-faktor tersebut meliputi :

a) Faktor internal

Faktor ini terdiri atas faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik

individu, yaitu :

1) Tingkat sensation seeking yang tinggi. Sensation seeking atau biasa

disebut pencarian sensasi adalah sifat yang didefinisikan sebagai

kebutuhan-kebutuhan yang beragam, baru, dan sensasi-sensasi

kompleks serta keinginan untuk mengambil resiko, baik secara fisik

maupun secara sosial.

2) Self-esteem yang rendah. Self esteem itu sendiri adalah evaluasi diri

individu terhadap kualitas atau keberhargaan diri sebagai manusia.

3) Kontrol diri yang rendah, kontrol diri adalah kemampuan individu

untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan

langkah- langkah dan tindakannya untuk mencapai sesuatu yang

diinginkan.
32

b) Faktor situasional.

Faktor situasi mempengaruhi penggunaan gadget apalagi saat

pandemik covid-19 ini, penggunaan gadget dibutuhkan misalnya pada

anak yang menggunakan gadget untuk keperluan pendidikan. Tetapi

diluar fungsinya untuk belajar anak ketagihan dalam menggunakan

gadget untuk hal lain seperti game online, menonton film dll. Hal ini

membuat durasi dalam penggunaan gadget meningkat.

Faktor ini terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah pada

penggunaan gadget sebagai sarana membuat individu merasa nyaman

secara psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman. Dalam

hal ini individu akan cepat bertindak ketika berada pada situasi yang

tidak nyaman dan merasa terganggu aktivitas bila ada situasi yang tidak

diinginkan dan mengalihkan perhatian pada gadget.

c) Faktor sosial

Faktor sosial terdiri atas faktor penyebab kecanduan smartphone

sebagai sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain.

Dalam hal ini individu selalu menggunakan gadget untuk berinteraksi

dan cenderung malas untuk berkomunikasi secara langsung dengan

individu yang lain. Faktor sosial lain yang mempengaruhinya seperti

kelompok acuan, keluarga serta status sosial. Peran keluarga sangat

penting dalam faktor sosial, karena keluarga sebagai acuan utama dalam

perilaku anak-anak. Faktor Sosial berpengaruh paling luas dan

mendalam terhadap perilaku anak-anak. Sehingga banyak anak-anak

mengikuti trend yang ada didalam budaya lingkungan mereka.


33

3. Dampak Pengunaan Gadget

Gadget merupakan suatu benda elektronik yang dapat membantu dalam

mempermudah setiap aktivitas manusia. Namun kemunculan gadget bukan

hanya memberi kemudahan ada beberapa dampak yang dapat di timbulkan

dari gadget apabila menggunakannya secara berlebihan, menurut Medina

2019 berikut adalah dampak yang dapat di timbulkan dari gadget :

a) Dampak positif gadget

1) Mendukung aspek akademis

2) Merangsang anak untuk mengikuti perkembangan teknologi terbaru

3) Meningkatkan kemampuan berbahasa

4) Mengurangi tingkat stress

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa gadget dapat

memberikan dampak yang positif apabila mampu menggunakannya

dengan bijak yaitu tidak menggunakan secara berlebihan.

b) Dampak negatif gadget

1) Radiasi

2) Kecanduan

3) Kemampuan bersosialisasi kurang

4) Dapat menimbulkan obesitas

5) Konsentrasi berkurang

6) Gangguan kecemasa

7) Perilaku agresif

8) Gangguan mental

Sebanding dengan pendapat Yee-Jin Shin dalam artikel mendidik anak


34

di era digital yang mengatakan bahwa anak yang bermain ponsel pintar

atau gadget akan membuat aktivitas fisik anak menjadi berkurang dan dia

tidak mau bermain dengan teman-temannya. dan dari kutipan artikel

Hubungan Penggunaan Gadget dengan Gangguan Kesehatan mata pada

anak Sekolah Dasar Di Sekolah Dasar Negeri Cangkol 03 Mojolaban

Sukoharjo oleh Wahyu Hermawan Wicaksono, S. Dwi Sulistyawati ,

Fakhrudin Nasrul Sani. Pada tahun 2020 Juga di dapatkan hasil, terdapat

hubungan antara penggunaan gadget dengan durasi cakupan yang tinggi

dengan gangguan kesehatan mata pada anak.

Berdasarkan urian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa gadget

dapat memberikan dampak yang negatif apabila terlalu lama

menggunakannya yaitu dengan menggunakan gadget secara berlebihan

tanpa adanya batasan waktu.

E. Konsep Kesehatan Mata

1. Pengertian kesehatan

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, World Health Organization atau

WHO pada tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian dari kesehatan adalah

sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan

hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sedangkan menurut Perkins pada

tahun 1938 kesehatan adalah keadaan yang seimbang dan dinamis antara

bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Sehingga dari dua pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

kesehatan adalah bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan melainkan


35

keadaan yang seimbang dan dinamis antara fisik, mental, kesejahteraan

sosial, fungsi tubuh dan berbagai faktor yang mempengaruhi. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia nomer 23 tahun 1992 tentang kesehatan

menjelaskan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis.

Pengertian kesehatan mata yaitu memiliki penglihatan yang lebih baik

atau tanpa masalah, dan mata terbebas dari penyakit. Terlepas dari itu mata

perlu dijaga untuk mempertahankan kesehatan mata agar tidak mengalami

gangguan seumur hidup.

2. Mata

Menurut Jogi (2009:3) Mata adalah organ penglihatan yang terletak di

rongga orbital. Hal ini hampir berbentuk bulat dan sekitar 2,5 cm. Volume

bola mata adalah sekitar 7 cc. Ruang antara mata dan rongga orbital ditempati

oleh jaringan lemak. Dinding tulang dari orbit dan lemak membantu

melindungi mata dari cedera. Struktural dua mata terpisah tapi mereka

berfungsi sebagai pasangan. Hal ini dimungkinkan untuk melihat dengan

hanya satu mata, tapi visi tiga dimensi terganggu ketika hanya satu mata yang

digunakan terutama dalam kaitannya dengan penghakiman jarak.

Menurut Purnomo (2003) menjelaskan bahwa mata merupakan alat

indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah

cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh

serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan

ke otak. Sedangkan menurut Takemoto yang mengutip Streit menjelaskan


36

bahwa mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Sehingga

penulis dapat menyimpulkan dari dua pengertian diatas bahwa mata adalah

sebuah indera yang dapat menghasilkan gambar dan objek sebagai pusat

perhatian dengan cara mendeteksi jumlah cahaya.

3. Anatomi mata

Berdasarkaan tulisan tentang kesehatan mata dan telinga oleh Erwin Setyo

Kriswanto (2013) dalam e-book kesehatan mata dan telinga menjelaskan, ada

dua bagian pada mata antara lain :

a) Organ luar

1) Alis mata

2) Kelopak mata

b) Organ dalam mata

Pada bagian ini terdapat tiga lapisan dinding mata bagian dalam yaitu :

1) Skelera (lapisan luar berwarna putih)

a) kornea (selaput bening)

2) Koroidea (lapisan tengah)

a) pupil (biji mata)

b) Iris (selaput pelangi)

3) Lapisan dalam

a) Lensa mata

b) Otot mata

c) Cairan rongga mata

d) Retina
37

4. Cara kerja mata

Proses kerja mata manusia di awali dengan masuknya cahaya melalui

bagian kornea, yang kemudian dibiaskan oleh aquerous humour ke arah

pupil. Pada bagian pupil, jumalh cahaya yang masuk ke dalam mata di

kontrol secara otomatis, di mana untuk jumlah cahaya yang banyak, bukaan

pupil akan mengecil sedangkan untuk jumlah cahaya yang sedikit bukaan

pupil akan membesar.

Pupil akan meneruskan cahaya ke bagian lensa mata dan oleh lensa

cahaya difokuskan ke bagian retina melalui vitreous humor. Cahaya ataupun

objek yang telah difokuskan pada retina, merangsang sel saraf batang dan

kerucut untuk bekerja dan hasil ini diteruska ke saraf optik, ke otak dan

kemudian otak bekerja untuk memberi tanggapan sehingga menghasilkan

penglihatan. Sel saraf batang bekerja untuk pengliahatan dalam cahaya

kurang. Sedang sel saraf kerucut bekerja ketika penglihatan dalam suasana

cukup cahaya (Mendrofa, 2003).

5. Kelelahan Pada Mata

Terjadinya kelelahan pada mata adalah karena mata sedang tegang dan

mengalami keletihan akibat terlalu sering dan durasi yang lama menatap layar

monitor gadget. Biasanya terjadi akibat mata terlalu bekerja ekstra pada titik

fokus tertentu dengan intensitas pencahayaan yang rendah serta posisi yang

salah saat menggunakan gadget. Gejala-gejala seseorang mengalami

kelelahan mata adalah sebgaai berikut (Pheasant, dalam noer haeny, 2009) :

a) Nyeri yang menjalar pada otot mata bagian belakang.

b) Pandangan semakin hilang, lelah, bergelombang dan susah untuk


38

melihat fokus pada satu objek.

c) Pada mata dan konjungtiva terasa perih, pedas, kemerahan dan berair.

Jika sudah berair itu tandanya mata sedang mengalami peradangan.

d) Sakit kepala, diserati dengan mual dan lelah.

e) Rangsangan, berair dan memerahnya konjungtiva

f) Melihat rangkap

g) Pusing

h) Berkurangnya kemampuan akomodasi

i) Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan

persepsi.

F. Dampak Gadget Bagi Kesehatan Mata Anak

Gadget dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa, juga

meningkatkan kreativitas lewat permainan. Tapi kemudian, anak dan

orangtua lupa akan adanya screentime atau penggunaan gadget tanpa henti

yang bisa membahayakan. Menurut American Optometric Association,

definisi penggunaan berlebihan adalah saat anak berusia diatas dua tahun

yang menggunakan gadget lebih dari dua jam sehari.

Layar gadget mengeluarkan cahaya yang disebut high energy visible atau

biasa dikenal sebagai blue light yang berbahaya bagi mata. Resiko terjadi

suatu masalah seperti computer vision syndrome, sebuah gejala yang timbul

karena mata terlalu fokus pada layar sehingga menimbulkan perasaan tidak

nyaman jika dilakukan dalam periode yang terlalu lama. Selain itu,

penggunaan gadget yang berkepanjangan juga bisa menyebabkan rabuh jauh


39

(myopia). Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar

yang datang dari sebuah benda difokuskan di depan retina pada saat mata

dalam keadaan tidak berakomodasi (American Academy of Ophthalmology,

2011). Waspada akan hal berikut sebagai gejala awal penggunaan gadget

yang berkepanjangan (paramita, 2019) :

1) Kelelahan pada mata

2) Penglihatan buram

3) Penglihatan ganda

4) Pusing

5) Mata kering

6) Rasa tidak nyaman pada mata saat melihat

1. Cara Mengurangi Penggunaan Gadget Pada Anak

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan

gadget pada anak sehingga anak tidak terlalu sering dalam bermain gadget

berikut beberapa cara yang dapat dilakuka antara lain :

1) Memberi batasan waktu dalam menggunakan gadget

2) Kembangkan bakat anak

3) Sering-sering bermain dengan anak

4) Ajak Anak untuk bermain diluar rumah

5) Sering mengajak anak berekreasi

6) Mengajak anak melakukan kegiatan positif agar tidak banyak waktu yang

digunakan untuk bermain gadget.

Dari uraian tersebut telah dijelaskan bahwa banyak cara yang dapat

dilakukan agar anak dapat terhindar dari penggunaan gadget yang


40

berkepanjangan salah satunya dengan memberikan perhatian dan

membatasi waktu pada anak untuk bermain gadget sangat baik dilakukan

untuk mengurangi penggunaan gadget pada anak.

2.2. Kerangka Konseptual

Tabel 2.2.1 kerangka konseptual

Pengetahuan anak
Jenis media pendidikan
tentang dampak
kesehatan :
penggunaan gadget
1. Booklet bagi kesehatan mata

1.pengetahuan
2. Leaflet
3. Poster 2. Sikap
4. Audiovisual 3. Prektek
kesehatan

Kesehatan mata
Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Berpengaruh

: Berhubungan

Anda mungkin juga menyukai