Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

SISTEM PERSEPSI SENSORI


Dosen Pengampu : Ns. Gede Arya Bagus Arisudhana,S.Kep.,M.Kep

OLEH :

I Gusti Ngurah Putra Andika Wijaya


C1119105
VC KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu sebagaimana mestinya. Dalam makalah ini, kami membahas materi
tentang “Sistem Persepsi Sensori”.

Saya menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik


secara materi maupun dalam penggunaan tata bahasa. Meskipun demikian, saya
berharap bahwa makalah ini dapat memberikan sumbangan ilmu dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar.

Pada kesempatan ini, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada bapak


Ns.Gede Arya Bagus Arisudhana,S.Kep.,M.Kes selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III, Demi kesempurnaan dan perbaikan
dalam penyusunan makalah ini, saya menerima saran dan kritik dari pembaca.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalasnya.

Badung, 26 September 2021

Penyusu

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian .......................................................................................... 3


2.2 Anatomi dan fisiologi ........................................................................ 3
2.3 Pengkajian ........................................................................................ 9
2.4 Penyakit sistem persepsi sensori........................................................ 14
2.5 Penatalaksanaan ................................................................................. 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 16


3.2 Saran .................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan persepsi sensori merupakan permasalahan yang


sering ditemukan seiring dengan perubahan lingkungan yang terjadi
secara cepat dan tidak terduga. Pertambahan usia, variasi penyakit, dan
perubahan gaya hidup menjadi faktor penentu dalam penurunan sistem
sensori. Seringkali gangguan sensori dikaitkan dengan gangguan
persepsi karena persepsi merupakan hasil dari respon stimulus
(sensori) yang diterima.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap
stimulus eksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris
yang diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima (Syaifuddin, 2014).
Persepsi juga melibatkan kognitif dan emosional terhadap interpretasi
objek yang diterima organ sensori (indra). Adanya gangguan proses
sensori pada organ sensori, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan,
perabaan, penciuman, penciuman, dan pengecapan. Untuk itu, perlu
adanya pengkajian sistem sensori untuk mengukur derajat gangguan
sistem sensori tersebut.
Adanya makalah ini diharapkan pembaca bisa sedikit
mengetahui pengkjaian pemeriksaan sistem sensori. Dengan meng
sensori. Dengan mengetahui pengkajan sistem etahui pengkajan sistem
persepsi sensori diharapkan permasalahan yang persepsi sensori
diharapkan permasalahan yang muncul dari hasil pemeriksaan ul dari
hasil pemeriksaan tersebut dapat teridentifikasi secara akurat sehingga
dapat menentukan asuhan keperawatan yang berkualitas. Berdasarkan
permasalahan di atas kami tertarik untuk menulis makalah tentang
“Pengkajian Sistem Persepsi Sensori”

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi sistem persepsi sensori ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem persepsi sensori ?
3. Bagaimana pengkajian pada sistem persepsi sensori ?
4. Apa saja penyakit pada sistem persepsi sensori ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada sistem persepsi sensori ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sistem persepsi sensori
2. Untuk mengetahui anatomi sistem persepsi sensori
3. Untuk mengetahui pengkajian sistem persepsi sensori
4. Untuk mengetahui penyakit pada sistem persepsi sensori
1.4 Manfaat
1. bagi penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan pada sistem persepsi sensori
2. bagi pembaca
Memberikan wawasan tentang sistem persepsi sensori, serta
sebagai bahan referensi dalam pemenuhan tugas yang terkait dengan
sistem persepsi sensori.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi System Persepsi Sensori

System sensoris atau dalam Bahasa inggris sensory system berarti yang
berhubungan dengan panca indra. System ini membahas tentang organ
akhir yang khusus menerima berbagai jenis rangsangan tertentu.
Rangsangan tersebut dihantarkan oleh sensorys neuron (saraf sensori)
dari berbagai organ indra menuju otak untuk ditafsirkan. Reseptor
sensori, merupakan sel yang dapat menerima informasi kondisi dalam
dan luar tubuh untuk dapat direspon oleh saraf pusat. Implus listrik
yang dihantarkan oleh saraf akan diterjemahkan menjadi sensasi yang
nantinya akan diolah menjadi persepsi di saraf pusat. System persepsi
sensori manusia terdiri organ mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit
(syaifuddin,2014).

2.2 Anatomi Dan Fisiologi System Persepsi Sensori


Ø Indra Penglihatan (MATA) Indra penglihatan yang terletak pada mata (
organ visus ) yang terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan
okulus (bola mata). Saraf indra penglihatan, saraf optikus, muncul dari
sel-sel ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.
A. Organ Okuli Assesoria Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat
di sekitar bola mata yang sangat erat hubungannya dengan mata, terdiri
dari :
a) Kavum orbita, merupakan rongga mata yang bentuknya seperti
kerucut dengan puncaknya mengarah ke depan dan ke dalam.
b) Supersilium (alis mata) merupakan batas orbita dan potongan kulit
tebal yang melengkung , ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi
sebagai kosmetik atau alat kecantikan dan sebagai pelindung mata
dari sinar matahari yang sangat terik.
c) Palpebra (kelopak mata) merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah
kulit yang terletak didepan bulbus okuli. Kelopak mata atas lebih

3
besar dari pada kelopak mata bawah. Fungsinya adalah pelindung
mata sewaktuwaktu kalau ada gangguan pada mata.
d) Aparatus lakrimalis (air mata). Air mata dihasilkan oleh kelenjar
lakrimalis superior dan inferior. Melalui duktus ekskretorius
lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Melalui bagian depan
bola mata terus ke sudut tengah bola mata ke dalam kanalis
lakrimalis mengalir ke duktus nasolakrimatis terus ke meatus nasalis
inferior.
e) Muskulus okuli (otot mata) merupakan otot ekstrinsik mata terdiri
dari :
• Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya
mengangkat kelopak mata.
• Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk
menutup mata.
• Muskulus rektus okuli inferior, fungsinya untuk menutup mata.
• Muskulus rektus okuli medial, fungsinya menggerakan bola mata.
• Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakan bola
mata ke dalam dan ke bawah. Muskulus obliques okuli superior,
fungsinya memutar mata ke atas, ke bawah dan ke luar.
f) Konjungtiva. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva
palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan
kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada
konjungtiva ini sering terdapat kelenjar limfe dan pembuluh darah.

B. Okulus Okulus (mata) meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus optikus
saraf otak II, merupakan saraf otak yang menghubungkan bulbu okuli
dengan otak dan merupakan bagian penting organ visus.

C. Tunika okuli Tonika okuli terdiri dari :


1) Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita
dapat melihat membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal

4
dari sklera, terdiri dari 5 lapisan epitel kornea, 2 lamina elastika
anterior (bowmen), 3 subtansi propia, 4 lamina elastika posterior, dan
5 endotelium. Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan,
antara kornea ke sklera.
2) Sklera, merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan
bagian dinding luar bola mata dan membentuk bagian putih mata.
Bagian depan sklera tertutup oleh kantong konjungtiva. d. Tunika
vaskula okuli Tunika vaskula okuli merupakan lapisan tengah dan
sangat peka oleh rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini menurut
letaknya terbagi menjadi 3 bagian yaitu : 1. Koroid, merupakan
selaput yang tipis dan lembab merupakan bagian belakanang tunika
vaskulosa. Fungsinya memberikan nutrisi pada tunika. 2. Korpus
siliaris, merupakan lapisan yang tebal, terbentang mulai dari ora
serata sampai ke iris. Bentuk keseluruhan seperti cincin, dan
muskulus siliaris. Fungsinya untuk terjadinya akomodasi
3) Iris, merupakan bagian terdepan tunika vaskulosa okuli, berwarna
karena mengandung pigmen, berbentuk bulat seperti piring dengan
penampang 12 mm, tebal 12 mm, di tengah terletak bagian berlubang
yang disebut pupil. Pupil berguna untuk mengatur cahaya yang
masuk ke mata, sedangkan ujung tepinya melanjut sampai korpus
siliaris. Pada iris terdapat 2 buah otot: muskulus sfingter pupila pada
pinggir iris, muskulus dilatator pupila terdapat agak pangkal iris dan
banyak mengandung pembuluh darah dan sangat mudah terkena
radang, bisa menjalar ke korpus siliaris.

D. Tunika nervosa
Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata, disebut retina.
Retina dibagi atas 3 bagian :
a. Pars optika retina, dimulai dari kutub belakang bola mata sampai
di depan khatulistiwa bola mata.

5
b. Pars siliaris, merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam
korpus siliar.
c. Pars iridika melapisi bagian permukaan belakang iris.

Ø Indra pendengaran (TELINGA) Indra pendengaran merupakan salah satu


alat pancaindra untuk mendengar. Anatomi telinga terdiri dari telinga
bagian luar, tengah, dan dalam.
a. Telinga bagian luar Aurikula (daun telinga), menampung gelombang
suara yang datang dari luar masuk ke dalam telinga. Meastus
akustikus eksterna (liang telinga). Saluran penghubung aurikula
dengan membran timpan, panjangnya 2,5 cm, terdiri dari tulang
rawan dan tulang keras. Saluran ini mengandung rambut, kelenjar
subasea. Dan kelenjar keringat khususnya menghasilkan sekret-
sekret berbentuk serum. Membran timpani antara telinga luar dan
telinga tengah terdapat selaput gendang telinga yang disebut
membran typani
b. Telinga bagian tengah Kavum timpani, rongga didalam tulang
temporalis yang didalamnya terdapat 3 buah tulang pendengaran
yaitu maleus, incus, stapes yang melekat pada bagian dalam membra
timpani. Antrum timpani merupakan rongga tidak teratur yang agak
luas, terletak dibagian bawah samping dari kavum timpani. Antrum
timpani dilapisi oleh mukosa, merupakan lanjutan dari lapisan
mukosa kavum timpani. Rongga ini berhubungan dengan beberapa
rongga kecil yang disebutn sellula mastoid yang terdapat dibelakang
bawah antrum, di dalam tulang temporalis. Tuba auditiva eustaki.
Saluran tulang rawan yang panjangnya 3,7 cm berjalan miring ke
bawah agak ke depan, dilapisi oleh lapisan mukosa.
c. Telinga bagian dalam Telinga bagian dalam terletak pada bagian
tulang keras pilorus temporalis, terdapat reseptor pendengaran, dan
alat pendengaran ini disebut labirin.

6
Labiritus osseous, serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan
yang dinamakan perilimfe. Labiritus osseous terdiri dari vestibulum,
koklea, dan kanalis semisirkularis. Labirintus membranous, terdiri
dari:
• Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak
gepeng terpaut pada tempatnyaoleh jaringan ikat. Pada
dinding belakang utrikulus terdapat muara dari duktus
semisirkularis dan pada dinding depannya ada tabung halus
disebut utrikulosa sirkularis, saluran yang menghubungkan
antara utrikulus dan sakulus.
• Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus,
terletak pada bagian depan dan bawah dari vestibulum dan
terpaut erat oleh jaringan ikat.
• Duktus semisirkularis. Ada tiga tabung selaput semisirkularis
yang berjalan pada kanalis semesirkularis (superior, posterior,
dan lateralis). Bagian duktus yang melebar disebut dengan
ampula selaput. Setiap ampula mengandung celah sulkus
ampularis merupakan tempat masuknya cabang ampula
nervus akustikus.
• Duktus koklearis merupakan saluran yang bentuknya agak
segitiga seolah-olah membuat batas pada koklea timpani.
Duktus koklearis mulai dari kantong buntu (seikum
vestibular)ndan berakhir tepat diseberang kanalis lamina
spiralis pada kantong buntu (seikum ampulare)

Ø Indra penciuman (HIDUNG) Alat penciuman terdapat dalam rongga


hidung dari ujung saraf otak nervus olfaktorius. Nervus olfaktorius
dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril
yang sangat halus, terjalin dengan serabut-serabut dari bulbus oftaktorius
yang merupakan otak terkecil. Konka nasalis terdiri dari lipatan selaput
lendir. Pada bagian puncaknya terdapat saraf-saraf pembau. Kalau kita

7
bernafas lewat hidung dan kita mencium bau suatu udara, udara yang kita
isap melewati bagian atas dari rongga hidung melalui konka nasalis. Pada
konka nasalis terdapat tiga pasang karang hidung:
1. Konka nasalis superior
2. Konka nasalis media
3. Konka nasalis inferior Disekitar rongga hidung terdapat rongga-
rongga yang disebut sinus nasalis yang terdiri dari:
• Sinus maksilaris (rongga tulang hidung)
• Sinus sfenoidalis (rongga tulang baji)
• Sinus frontalis (rongga nasalis inferior) Sinus ini diliputi oleh
selaput lendir. Jika terjadi peradangan pada rongga hidung,
lendir-lendir dari sinus para nasalis akan keluar. Jika tidak
dapat mengalir ke luar akan menjadi sinusitis.

Ø Indra Pengecap (LIDAH) Lidah terdiri dari dua kelompok yaitu otot
intrinsik melakukan gerakan halus dan otot ekstrinsik yang
melaksanakan gerak kasar pada waktu mengunyah dan menelan. Lidah
terletak pada dasar mulut, ujung,serta tepi lidah bersentuhan dengan gigi,
dan terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir yang
dapat digerakan ke segala arah.
Lidah terbagi menjadi:
1. Radiks lingua (pangkal lidah)
2. Dorsum lingua (punggung lidah)
3. Apeks lingua (ujung lidah) Bila lidah digulung ke belakang tampak
permukaan bawah yang disebut frenulum lingua, sebuah struktur
ligamen yang halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada
dasar mulut. Permukaan atas seperti berludru dan ditutupi pupil-
pupil, terdiri dari tiga jenis yaitu:
• Papila sirkumvalata
• Papila fungiformis
• Papila filiformis

8
2.3 Pengkajian pada system persepsi sensori
1. Pengkajian Sistem Penglihatan (Mata)
Anamnesa Gangguan Penglihatan
• Data Umum: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan
• Keluhan Utama: Mata merah, Mata berair, Mata gatal, Mata
Nyeri, Belekan, Gangguan penglihatan (Kabur, penglihatan
ganda/diplopia, buta), Timbilan, Kelilipan.
• Riwayat Penyakit Dahulu: Diabetes Mellitus, Hipertensi,
Trauma

a. Mengkaji keluhan utama


1) Apakah gangguan terjadi pada saat melihat jauh atau
dekat?
2) Onset mendadak atau gradual?
3) Di seluruh lapang pandang atau se Di seluruh lapang
pandang atau sebagian? bagian?
4) Jika sebagian letaknya di sebelah mana?
5) Diplopia satu mata atau kedua mata? Apakah persisten
jika mata ditutup sebelah?
6) Adakah gejala sistemik lain: demam, malais?
b. Pemeriksaan mata
1) Inspeksi mata
a) Bentuk dan penyebaran alis dan bulu mata.
b) Lihat sclera dan konjungtiva.
c) Amati kemerahan pada sclera, icterus, atau produksi air
mata berlebih.
d) Palpebral turun menandakan kelemahan atau atropi otot,
atau hiperaktivitas palpebral yang menyebabkan
kelopak mata terus berkedip tak terkontrol.
e) Observasi celah palpebral.

9
f) Kaji sistem lakrimasi mata dengan menggunakan kertas
lakmus untuk mendapatkan data apakah mata kering
atau untuk mendapatkan data apakah mata kering atau
basah yang artinya h yang artinya lakrimasi berfungsi
baik ( Schime test).
g) Kaji sistem pembuangan air mata dengan uji anel Kaji
sistem h. pembuangan air mata dengan uji anel test.

2) Reflek pupil
a) Gunakan penlight dan sinari mata kanan kiri dari lateral ke
medial. Amati respon pupil langsung. Normalnya jika terang,
pupil mengecil dan jika gelap pupil membesar.
b) Amati ukuran lebar pupil dengan melihat symbol lingkaran
yang pada badan penadan penlight dan light dan bagaimana
bagaimana reflek pupil reflek pupil tersebut, isokor tersebut,
isokor atau anisokor.
c) Interpretasi: Normal, Bentuk pupil (bulat reguler), Ukuran
pupil : 2 mm – 5 mm, Posisi pupil ditengah -tengah, pupil
kanan dan kiri Isokor, Reflek cahaya langsung (+) dan Reflek
cahaya konsensuil atau pada cahaya redup (+). Kelainan :
Pintpoin pupil, Bentuk ireguler, Anisokor dengan kelainan
reflek cahaya dan ukuran pupil kecil atau besar dari normal (3-
4 mm).

3) Lapang pandang / tes konfrontasi

a. Dasarnya lapang pandang klien normal jika sama Dasarnya


lapang pandang klien normal jika sama dengan pemeriksa.

b. Normalnya benda dapat dilihat dilihat pada: 60 derajat


derajat nasal, 90 derajat temporal, 50 derajat , dan atas 70
derajat bawah.

10
c. Cara pemeriksaan :
a) Klien menutup mata salah satu, misalnya kiri tanpa
menekan bola mata.
b) Pemeriksa duduk di depan klien dg jarak 60cm sama
tinggi dengan klien. Pemeriksa menutup mata
berlawanan dengan klien, yaitu kanan. Lapang pandang
pemeriksa dianggap sebagai referensi (LP pemeriksa
harus normal)
c) Objek digerakkan dari perifer ke central (sejauh
rentangan tangan pemeriksa) pemeriksa) dari delapan
dari delapan arah pada bidang ditengah p ditengah
pemeriksa dan emeriksa dan klien
d) Lapang pandang klien dibandingkan dengan pemeriksa.
Lalu lanjutkan pada mata berikutnya

2. Pengkajian Sistem Pendengaran

Anamnesa gangguan pendengaran ada dua yaitu faktor yg


memperberat (riwayat sering mengorek kuping, sering menyiram
telinga dgn air) dan faktor-faktor lingkungan seperti tempat
pekerjaan dilingkungan yang bising ia akan mengalami penurunan
bising ia akan mengalami penurunan pendengaran.

• Tanda dan gejala

Sulit mengerti pembicaraan, Sulit mendengar dlm lingkungan yg


bising, Salah menjawab , Meminta lawan bicara utk mengulang
pembicaraannya, dan Mengalami masalah mendengar pembicaraan
di telpon

• Inspeksi
a. Aurikel : bentuk, letak, masa, lesi
b. MAE : Patensi, Otore (jenis,warna,bau), cerumen, hiperemi,

11
furunkel
c. Membrana timphany : intak, perforasi, hiperemia, bulging,
retraksi, colesteatoma
d. Antrum mastoid : abces, hiperemia, nyeri perabaan
e. Hearing aid : tipe, jenis

• Pemeriksaan fisik Pada telinga dapat menggunakan berbagai


macam alat dan rangkaian tes. Seperti otoskop, garpu tala, ear
speculum, dan head lamp untuk membantu pemeriksa mendapat
sinar yang cukup.seperti tes Otoskop, Tes berbisik, Tes suara
bisik modifikasi, Tes rinne, Tes weber, dan Tes schwaback.

3. Pengkajian Sistem Penciuman

Anamnesa sistem penciuman Hidung ekternal : bentuk, ukuran,


warna kulit. Normalnya : simetris, warna sama dg wajah Abnormal:
deformitas, bengkak, merah.

Nares Anterior Anterior : Inspeksi Inspeksi warna mukosa, mukosa,


lesi, rabas, perdarahan perdarahan (epistaksis), bengkak Mukosa
normal: pink, lembab, tanpa lesi Abnormal: Rabas mukoid (rinitis),
rabas kuning kehijauan (sinusitis)

Septum & turbinat : Kepala ditengadahkan. Septum diinspekssi


kesejajaran, perforasi atau perdarahan, normal septum dekat dengan
garis tengah, bagian anterior lebih tegak dan padat dari pada
posterior Lihat adanya polip

Palpasi Palpasi dengan hati-hati punggung hidung dan jaringan


lunak dengan menempatkan 1 jari di setiap sisi lengkung hidung dan
secara hati2 menggerakkan jari dari batang hidung ke ujung hidung,
Nyeri tekan, massa, penyimpangan, Normal struktur hidung keras
dan Normal struktur hidung keras dan stabil, Kepatenan lubang
hidung dapat dikaji dg jari diletakkan disis kan disis hidung dan
hidung dan menyumbat 1 lubang hidung, klien bernapas dg mulut.

12
4. Pengkajian sistem perasa
a) Ada trauma lidah?
b) Bersih atau kotor?
c) Warna, bentuk?
d) Masih bisa membedakan rasa?
e) Tonsil?
f) Adakah stomatitis?
5. Pengkajian Sistem Peraba
a. Riwayat kesehatan (Riwayat medis dan pembedahan, Riwayat
medis baik saat ini atau sebelumnya, Riwayat pembedahan.
b. Riwayat keluarga riwayat pengobatan Tentang penyakit kulit
yang kronis dan anggota keluarga yang bermasalah dengan
gangguan sistem integument
c. Riwayat social Pekerjaan aktifitas sehari-hari dengan
lingkungannya, reaksi dss.
d. Riwayat kesehatan saat ini (Kapan pertama kali mendapat
masalah kulit, Bagian tubuh mana yang pertama kali terkena,
Adakah masalah yang menyertai : gatal, rasa terbakar, baal,
nyeri, demam, nausea, vomiting, diare, sakit tenggorokan ,
dingin kaku dan Keadaan buruk jika tersinar matahari,
pengobatan panas atau dingin.
e. Pemeriksaan fisik Inspeksi dan palpasi dengan menggunakan
Penlight untuk menyinari lesi, Pakaian dapat dilepaskan
seluruhnya dan diselimuti dengan benar, Proteksi diri sarung
tangan haris dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit
tampilan umum kulit.

13
2.4 Penyakit Yang Berhubungan Dengan System Persepsi Sensori

1. Penglihatan ( Mata) penyakit yang berhubungan dengan


penglihatan yaitu Konjungtivitas, Mata kering, Glaucoma , Kelainan
refraksi (mata buram), Gangguang retina, Kelainan kornea dan
Katarak.

2. Pendengaran ( Telinga ) penyakit yang berhubungan dengan


pendengaran yaitu Otitis eksterna, Otitis media, Gendang telinga
pecah, Otitis interna, Telingga berdenging, Kolesteatoma, dan
Otosklerosis.

3. Pengecap (Lidah) penyakit yang berhubungan dengan pengecap


yaitu penyakit Sariawan, Kandidiasis mulut, Lidah geografik,
Lidah pecah-pecah, Glossitis, Lidah terbakar dan Leukoplakia 4

4. Peraba (Kulit) yaitu penyakit yang berhubungan dengan peraba


yaitu Bisul, Kudis, Eksim, Kurap , Herpes , Jerawat dan Melanoma.

5. Penciuman (Hidung) penyakit yang berhubungan dengan


penciuman yaitu Mimisan, Gangguan penciuman, Rhinitis, Pilek,
Deviasa septum, Polip, Sinusiti dan Flu.

2.5 Penata Laksanaan System Persepsi Sensori


1) Indra penglihatan
a. Melakukan pemeriksaan visus dengan tujuan untuk menentukan
visus dasar pada penderita.
b. Melakukan pemeriksaan refraksi subyektif dengan tujuan untuk
menilai status refleksi dan melakukan terapi kelianan refleksi.
c. Melakukan pemeriksaan penilaian visus pada bayi dan anak
dengan tujuan menentukan kemampuan fix dan follow bayi dan
anak.
d. Melakukan pemeriksaan segmen snterior bola mata dengan
tujuan menilai kelaian pada segmen anterior bola mata.
e. Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan metode

14
palpasi dengan tujuan melakukan pemeriksaan tekanan bola mata
secara kualitatif
2) Indra pendengar
a. Tes berbisik dan percakapan untuk memperkirakan pendengaran
seseorang .
b. Tes menggosok dengan ibu jari dan telunjuk
c. Tes dengan arloji juga dapat membuat untuk menentukan
keadaan pendengaran seseorang
d. Tes rine berjuang untuk menentukan kurang dengan konduktif
atau kurang dengan perspektif.
3) Indra penciuman
a. Pemeriksaan konvensional. Indra penciuman akan di test dengan
penderita, pasien akan diminta untuk menghirup beberapa macam
bau seperti alcohol, kopi, minyak wangi dan feses, yang
dilakukan secara bergantian
b. Tes sniffin stricks adalah test untuk menilai kemosensoris dari
penghidu dengan alat beberapa pena. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menutup mata subyek untuk menghindari identifikasi
visual dan odoran
4) Indra pengecap
a. Chemogustometer dapat dilakukan dengan menggunakan taste
strip.pengujian ini dapat dilakukan menggunakan larutan dari
sukrosa asam sitrat NaCl dan kuinin.
b. Elektro gustometry merupakan perangkat alat stimulator listrik
bertenaga batre yang terdiri dari dua elektrolit untuk mengukur
abang rasa di kedua sisi lidah di pusatpusat rasa yang berbeda

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan serta uraian tentang sistem persepsi sensori


tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sistem
sensori atau dalam Bahasa ingris sensory system berarti
yang berhubungan dengan panca indra, terdiri dari organ
mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Alat indra adalah alat
yang ada pada tubuh manusia dan berfungsi untuk mengenal
keadaan dunia luar. “alat” itu adalah reseptor saraf yang
sensitive.”dunia luar” adalah dunia di luar tubuh manusia itu
sendiri yang di sebut rangsangan. Reseptor yang ada di
dalam tubuh sensitive terhadap rangsangan itu disebut
dengan indra. Indra ini mampu mengubah rangsangan
menjadi impuls. Impuls ini merupakan sinyal listrik yang
sampai ke otak untuk membawa berita sehingga orang dapat
mengenal dunia luar.

3.2 Saran

Sebagai seorang perawat harus mengetahui pengkajian


sistem persepri sensori diharapkan permasalahan yang
muncul dri hasil pemeriksaan tersebut dapat teridentifikasi
secara akurat sehingga dapat menentukan asuhan
keperawatan yang berkualitas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Syafni, A. P. (2020). Praktek Keperawatan Medikal Bedah Iii. 183310797, 2–5.

Iswari, M., & Nurhastuti. (2019). Anatomi, Fisiologi Dan Genetika. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1.

(Ninla Elmawati Falabiba, 2019; Nurmala Lestari, Falerisiska Yunere, 2019;


Wahyuni & Sulisetyawati, 2020)Huriyati, E., & Nelvia, T. (2014).
Gangguan Fungsi Penghidu dan Pemeriksaannya. Jurnal Kesehatan
Andalas, 3(1), 1–7. https://doi.org/10.25077/jka.v3i1.16

Wahyuni, D. T., & Sulisetyawati, S. D. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa


Pada Pasien Dengan Terapi Psikoreligius Membaca Surah Al-Fatiah.
(Huriyati & Nelvia, 2014)

17

Anda mungkin juga menyukai