Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


GANGGUAN MOBILITAS FISIK DENGAN KASUS FRAKTUR ULNA

ILHAM MULUS WORO

1150019037

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020-2021
A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar
1. Pengertian
Definisi fraktur Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner &
Sudarth, 2010). Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma
langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2010).

2. Anatomi fisiologi
Ulna adalah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua
ujung, tulang itu adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah dan
lebih panjang dari radius. Tulang ulna berukuran lebih besar di
bandingkan radius dan melekat dengan kuat dihumerus.
Di daerah prokismal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui
fossa olecranon(di bagian posterior) dan melalui proses
coronold(dengan trochela pada humerus). Artikulasi ini berbentuk sendi
engsel, memungkinkan terjadinya gerak fleksi-ekstensi. Ulna juga
berartukulasi dengan radial disisi lateral. Artikulasi ini berbentuk sendi
kisar, memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di daerah
distal, ulna kembali berarti kulasi dengan radial, juga terdapat suatu
proses yang disebut sebagai proses styloid.

3. Etiologi
Etiologi Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya
jatuh, cidera, penganiayaan; terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau
memiliki riwayat fraktur saat yang tidak meyakinkan; atau diakibatkan
oleh beberapa fraktur ringan karena kelemahan tulang,
osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian
antebrachii, infeksi atau penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur
patologis; atau bisa juga diakibatkan oleh fraktur stress yaitu terjadi
pada tulang yang normal akibat stress tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet olahraga,
karena kekuatan otot meningkat lebih cepat daripada kekuatan tulang,
individu mampu melakukan aktifitas melebihi tingkat sebelumnya
walaupun mungkin tulang tidak mampu menunjang peningkatan
tekanan (Corwin, 2009).
Dari faktor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari
luar ke tulang. Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit
kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Suatu keadaan ketika apabila
ada tekanan eksternal yang datang lebih besar dari kemampuan tahanan
tulang dan resistensi tulang untuk melawan tekanan berpindah
mengikuti gaya tekanan tersebut (Muscari, 2010). Disaat demikian itu,
terjadilah trauma yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang.Setelah fraktur terjadi, peritoneum, pembuluh darah,
saraf dalam korteks marrow dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak.Kemudian timbul pendarahan pada sekitar patahan dan
dalam jaringan lunak yang ada di dalamnya sehingga terbentuk
hematoma pada rongga medulla tulang, edema, dan nekrokrik sehingga
terjadi gangguan hantaran ke bagian distal tubuh (Suratun, 2012).

4. Klasifikasi
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur
terbuka. Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi
cedera, sedangkan fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas
cedera tulang. Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur
terbuka, yang dibagi berdasarkan keparahannya (Black dan Hawks,
2014) :
a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal
b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada
jaringan lunak, saraf, tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka
dengan derajat 3 harus sedera ditangani karena resiko infeksi.

Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara
lain:
a. Fraktur tertutup
Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka
pada bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah
tidak berhubungan dengan bagian luar.
b. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan
adanya luka pada daerah yang patah sehingga bagian tulang
berhubungan dengan udara luar, biasanya juga disertai adanya
pendarahan yang banyak. Tulang yang patah juga ikut menonjol keluar
dari permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka membuat
tulang menonjol keluar. Fraktur terbuka memerlukan pertolongan lebih
cepat karena terjadinya infeksi dan faktor penyulit lainnya.
c. Fraktur kompleksitas
Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian
ekstermitas terjadi patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi
dislokasi.
Menurut Wiarto (2017) jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara
lain:
a. Fraktur transversal
Fraktur transversal adalah frktur yang garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang. Fraktur ini , segmen-segmen tulang
yang patah direposisi atau direkduksi kembali ke tempat semula, maka
segmen-segmen ini akan stabil dan biasanya dikontrol dengan bidai
gips.
b. Fraktur kuminutif
Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang
terdiri dari dua fragmen tulang.

c. Fraktur oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut
terhadap tulang.
d. Fraktur segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang
yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya,
fraktur jenis ini biasanya sulit ditangani.
e. Fraktur impaksi
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang
menumbuk tulang yang berada diantara vertebra.
f. Fraktur spiral
Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstermitas. Fraktur ini
menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat
sembuh dengan imobilisasi.

.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinis menurut Black dan Hawks (2014)
Mendiagnosis fraktur harus berdasarkan manifestasi klinis klien,
riwayat, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis.

Tanda dan gejala terjadinya fraktur antara lain:


a. Deformitas
Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan
deformitas pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan
pemendekan tungkai, deformitas rotasional, atau angulasi.
Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki
deformitas yang nyata.

b. Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi
cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke
jaringan sekitar.
c. Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi
fraktur.
d. Spasme otot
Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
e. Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu
mengiringi fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan
berbeda pada masing-masing klien. Nyeri biasanya terus-menerus ,
meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme
otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera pada struktur
sekitarnya.
f. Ketegangan
Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera
yang terjadi.
g. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan
fraktur atau karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada
tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera
saraf.
h. Gerakan abnormal dan krepitasi
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah
tulang atau gesekan antar fragmen fraktur.
i. Perubahan neurovaskular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer
atau struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa
kebas atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari
fraktur

j. Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah.
Perdarahan besar atau tersembunyi dapat menyebabkan syok.

6. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Black dan Hawks (2014)
antara lain Ada beberapa komplikasi fraktur. Komplikasi
tergantung pada jenis cedera , usia klien, adanya masalah kesehatan
lain (komordibitas) dan penggunaan obat yang mempengaruhi
perdarahan, seperti warfarin, kortikosteroid, dan NSAID.
Komplikasi yang terjadi setelah fraktur antara lain :

a. Cedera saraf

Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan


cedera dapat menyebabkan cedera saraf. Perlu diperhatikan
terdapat pucat dan tungkai klien yang sakit teraba dingin, ada
perubahan pada kemampuan klien untuk menggerakkan jari-jari
tangan atau tungkai. parestesia, atau adanya keluhan nyeri yang
meningkat.

b. Sindroma kompartemen

Kompartemen otot pada tungkai atas dan tungkai bawah


dilapisi oleh jaringan fasia yang keras dan tidak elastis yang tidak
akan membesar jika otot mengalami pembengkakan. Edema yang
terjadi sebagai respon terhadap fraktur dapat menyebabkan
peningkatan tekanan kompartemen yang dapat mengurangi perfusi
darah kapiler. Jika suplai darah lokal tidak dapat memenuhi
kebutuhan metabolic jaringan, maka terjadi iskemia. Sindroma
kompartemen merupakan suatu kondisi gangguan sirkulasi yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan yang terjadi secara
progresif pada ruang terbatas. Hal ini disebabkan oleh apapun yang
menurunkan ukuran kompartemen.gips yang ketat atau faktor-
faktor internal seperti perdarahan atau edema. Iskemia yang
berkelanjutan akan menyebabakan pelepasan histamin oleh otot-
otot yang terkena, menyebabkan edema lebih besar dan penurunan
perfusi lebih lanjut.

Peningkatan asam laktat menyebabkan lebih banyak


metabolisme anaerob dan peningkatan aliran darah yang
menyebabakn peningkatan tekanan jaringan. Hal ini akan
mnyebabkan suatu siklus peningkatan tekanan kompartemen.
Sindroma kompartemen dapat terjadi dimana saja, tetapi paling
sering terjadi di tungkai bawah atau lengan. Dapat juga ditemukan
sensasi kesemutanatau rasa terbakar (parestesia) pada otot.

c. Kontraktur Volkman

Kontraktur Volkman adalah suatu deformitas tungkai akibat


sindroma kompartemen yang tak tertangani. Oleh karena itu,
tekanan yang terus-menerus menyebabkan iskemia otot kemudian
perlahan diganti oleh jaringan fibrosa yang menjepit tendon dan
saraf. Sindroma kompartemen setelah fraktur tibia dapat
menyebabkan kaki nyeri atau kebas, disfungsional, dan mengalami
deformasi.

d. Sindroma emboli lemak

Emboli lemak serupa dengan emboli paru yang muncul


pada pasien fraktur. Sindroma emboli lemak terjadi setelah fraktur
dari tulang panjang seperti femur, tibia, tulang rusuk, fibula, dan
panggul. Kompikasi jangka panjang dari fraktur antara lain:

a) Kaku sendi atau artritis

Setelah cedera atau imobilisasi jangka panjang ,


kekauan sendi dapat terjadi dan dapat menyebabkan
kontraktur sendi, pergerakan ligamen, atau atrofi otot.
Latihan gerak sendi aktif harus dilakukan semampunya
klien. Latihan gerak sendi pasif untuk menurunkan resiko
kekauan sendi.

b) Nekrosis avaskular
Nekrosis avaskular dari kepala femur terjadi
utamaya pada fraktur di proksimal dari leher femur. Hal ini
terjadi karena gangguan sirkulasi lokal. Oleh karena itu,
untuk menghindari terjadinya nekrosis vaskular dilakukan
pembedahan secepatnya untuk perbaikan tulang setelah
terjadinya fraktur.

c) Malunion

Malunion terjadi saat fragmen fraktur sembuh


dalam kondisi yang tidak tepat sebagai akibat dari tarikan
otot yang tidak seimbang serta gravitasi. Hal ini dapat
terjadi apabila pasien menaruh beban pada tungkai yang
sakit dan menyalahi instruksi dokter atau apabila alat bantu
jalan digunakan sebelum penyembuhan yang baik pada
lokasi fraktur.

d) Penyatuan terhambat

Penyatuan menghambat terjadi ketika penyembuhan


melambat tapi tidak benar-benar berhenti, mungkin karena
adanya distraksi pada fragmen fraktur atau adanya
penyebab sistemik seperti infeksi.

e) Non-union

Non-union adalah penyembuhan fraktur terjadi 4


hingga 6 bulan setelah cedera awal dan setelah
penyembuhan spontan sepertinya tidak terjadi. Biasanya
diakibatkan oleh suplai darah yang tidak cukup dan tekanan
yang tidak terkontrol pada lokasi fraktur.

f) Penyatuan fibrosa

Jaringan fibrosa terletak diantara fragmen-fragmen


fraktur. Kehilangan tulang karena cedera maupun
pembedahan meningkatkan resiko pasien terhadap jenis
penyatuan fraktur.

g) Sindroma nyeri regional kompleks


Sindroma nyeri regional kompleks merupakan suatu
sindroma disfungsi dan penggunaan yang salah yang
disertai nyeri dan pembengkakan tungkai yang sakit.

7. Pathway

B. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi; nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal MRS, nomor registrasi, dll.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama pada kasus fraktor adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut
bisa akut atau kronik tergantung pada lamanya nyeri. Untuk
pengkajian yang lengkap pada nyeri harus menggunakan:
a. Provoking Inciden : apakah ada peristiwa yang menjadi
presipitasi nyeri.
b. Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan oleh klien,
misalnya; terbakar, menusuk, dll.
c. Region : di daerah mana rasa sakit itu terjadi.
d. Scale : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan oleh klien.
e. Time : berapa lama nyeri tersebut berlangsung, apakah
bertambah buruk pada malam atau siang hari.

2) Riwayat penyakit sekarang


Pada riwayat penyakit sekarang ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya dapat ditentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena fraktur.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan
bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu, seperti kanker tulang yang
menyebabkan fraktur patologis yang kebanyakan sulit untuk
menyambung.
4) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
osteoporosis, kanker tulang, dan yang cenderung diturunkan secara
genetik.
5) Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga
atau masyarakat.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketakutan akan terjadi
kecelakaan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin
c, dll. Dalam membantu proses penyembuhan tulang.
c. Pola istirahat dan tidur
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola istirahat dan tidur klien.
d. Pola aktivitas
Timbulnya nyeri, keterbatasan gerak merupakan semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu
dibantu oleh orang lain.
e. Pola presepsi dan konsep diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketakutan
akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image),
dll.
f. Pola eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
meskipun begitu perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta
bau faces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola
eliminasi urine dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan
jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji adanya kesulitan atau
tidak.
g. Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat karena klien harus melakukan rawat inap.
h. Pola sensori dan kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkuranng terutama pada
bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain tidak ada
gangguan, begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami
gangguan.
i. Pola reproduksi seksual
Dampak pada klien raktur yaitu klien tidak bisa melakukan
hungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Sehingga
perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak dan
lama perkawinan.
j. Pola penanggulangan stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya
yaitu ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.
k. Pola tata nilai dan keyakinan
Klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
7) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada
nyeri kepala.
b. Wajah
Wajah terlihat menahan kesakitan, bentuk wajah yang simetris,
tidak ada lessi, tidak ada odema.
c. Mata
Terdapat gangguan, seperti konjungtiva anemis (jika terjadi
pendarahan) dna bentuk simetris.

d. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris tidak ada penonjolan, reflek
menelan dan tidak ada gangguan.

e. Telinga
Tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada lessi, tidak ada
nyeri tekan, dan tidak ada cairan yang keluar dari dalam telinga.
f. Hidung
Tidak ada deformitas dan tidak ada pernafasan cuping hidung.
g. Mulut dan Faring
Tidak ada pembesaran tonsil, tidak terjadi pendarahan pada
gusi, mukosa mulut tidak pusat.
h. Sistem Integumen
Terdapat erythema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, dan nyeri tekan.
i. Paru
a) Inspeksi : pernafasan meningkat, regular atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan
dengan paru.
b) Palpasi : pergerakan sama atau simetris, fremitus raba sama.
c) Perkusi : suara ketokan diparu sonor, tidak ada suara
tambahan lainnya.
d) Auskultrasi : suara nafas normal, tidak ada weezing atau
suara tambahan lainnya, seperti stridor dan ronchi.
j. Jantung
a) Inspeksi : tidak tampak iktus jantung.
b) Palpasi : nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c) Auskultrasi : suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada mus-
mus.
k. Thoroks
Tidak ada pergerakan otot intercostoe dan gerakan dada
simetris.
l. Abdomen
a) Inspeksi : bentuk dasar, bentuk simetris, warna kulit, dan
ada atau tidaknya luka bekas operasi.
b) Palpasi : turgor kulit baik, tidak ada defands muskuler, dan
tidak teraba pembesaran hepar.
c) Perkusi : suara thympany.
d) Auskultrasi : peristaltic usus normal + 20 kali/menit.
m. Inguinal – Genetalia – Anus
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lymphe, dan tidak ada
kesulitanBAB.

8.) Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Kebutuhan Dasar sebagai berikut :

Diagnosa Keperawatan:

1.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan


integritas struktur tulang di tandai dengan kekuatan otot
menurun,rentang gerak (ROM) menurun,sendi kaku

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam mampu dalam


gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dengan
kriteria hasil:

-pergerakan eksternitas dari angka 1(menurun) menjadi angka


5(meningkat)

-kekuatan otot dari angka 1(menurun)menjadi angka 5(meningkat)

-rentang gerak dari angka 1(menurun) menjadi angka 5(meningkat)

Intervensi :
Observasi:

-identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

-monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai


mobilisasi

-monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik:

-fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu

-fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu

-libatkan keluarga untuk membangu pasien dalam meningkatkan


pergerakan.

Edukasi

-jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

-anjurkan melakukan mobilisasi dini

-anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan di (tempat


tidur,duduk di sisi tempat tidur,pindah dari tempat tidur ke kursi)

9.) perencanaan

Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang


menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
diagnosis keperawatan

KASUS SEMU:

Tn.A mengalami luka bacok pada tangan kirinya, Tn.A sudah melakukan oprasi
pertama, setelah beberapa bulan kemudian Tn.A merasakan sakit, panas dan terasa
tebal pada tangan kiri pasca oprasi, Tn.A juga pernah mempunyai riwayat stroke
pada anggota badan sebelah kirinya. Sudah 3 bulan ini berobat jalan di poli
ortopedi di RSI, control 2X dalam seminggu. kemudian dokter menyarankan
untuk oprasi kembali pada tangan kiri akibat luka bacok oleh adek kandungnya
yang mengalami gangguan jiwa.
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Ilham Mulus Tanggal Pengkajian : Agustus 2021


Woro
NIM : 1150019037 Jam pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Praktik : RSI suarabaya

Biodata :
Pasien : Penanggung Jawab :
Nama : Tn. A Nama : Ny. L
Umur : 50 Thn Umur : 45 Thn
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Nikah Status Pernikahan : Nikah
Alamat : Jln. Karang rejo Alamat : Jln. Karang rejo
Gg 6 Gg 6
Diagnosa Medis : Fraktur ulna Hubungan dengan klien : Istri
No. RM : 99999
Tgl. Masuk : Agustus 2021

1. Status kesehatan Saat Ini


a. Keluhan utama : tangan kiri tidak bisa di gerakan
b. Lama keluhan : 3 bulan
c. Kualitas keluhan : Px merasakan rasa tebal pada tangan sebelah kiri
d. Faktor pencetus : Akibat luka bacok pada tangan kiri
e. Faktor pemberat : paska oprasi pertama akibat luka bacok pada tangan kiri
f. Upaya yg. telah dilakukan : px melakukan rawat jalan di poli ortophedi di RSI
surabaya

2. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Px mengatakan sudah 3 bulan ini berobat jalan di poli ortopedi di RSI pasien control
2X dalam seminggu kemudian dokter menyarankan untuk oprasi kembali pada tangan
kiri akibat luka bacok oleh adek kandungnya yang mengalami gangguan jiwa.

18
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
a. Kecelaakan (jenis & waktu) : px mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan
b. Pernah dirawat : px mengatakan pernah MRS akibat penyakit
stroke kurang lebih 8 tahun yang lalu, sehingga badan sebelah kiri mati separuh
atau mengalami kelemahan
c. Operasi (jenis & waktu) : Px mengatakan pernah menjalani oprasi
pertama pada tangan sebelah kiri(akibat luka bacok oleh adik kandungnya)
d. Penyakit:
- Kronis : px mengatakan tidak pernah mempunya riwayat penyakit kronis
- Akut : px mengatakan pernah mengalami penyakit stroke kurang lebih 8
tahun yang lalu
e. Terakhir masuki RS : px mengatakan pernah MRS pada bulan November 2020
(oprasi pertama pada tangan sebelah kiri)
2) Alergi (obat, makanan, plester, dll): px mengatakan tidak mempunyaia alergi obat
dan makanan
3) Imunisasi
( ) BCG ( ) Hepatitis
( ) Polio ( ) Campak
( ) DPT ( √ )Lengkap
4) Kebiasaan :
jenis Frekuensi Jumlah/Lamanya
Merokok rokok 5x/hari 1pcs/hari
Kopi
Alkohol
Obat-obatan
Jenis Lamanya Dosis
Mecobalamine 3 bulan 2x1
Mefenamic acid 3 bulan 2x1
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Px mengatakan keluarganya tidak ada yang sakit diabetes militus,hipertensi,dan
penyakit kronik lainnya tetapi ada adik kandungnya yang mengalami gangguan jiwa
dan sekarang dirawat di rumah sakit jiwa menur Surabaya

19
d. Genogram

20
Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
Kemampuan ambulasi dan ADL
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 2 2
Mandi 2 2
Berpakaian/berdandan 2 2
Toileting 2 2
Mobilitas di tempat 2 2
tidur
Berpindah 2 2
Berjalan 2 2
Naik tangga 2 2
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = tidak
mampu
Rumah Rumah Sakit
Pekerjaan Swasta Tidak bekerja
Olah raga rutin Pasien tidak pernah olaraga Pasien tidak pernah olaraga
Alat Bantu jalan Pasien tidak ada alat bantu Pasien tidak ada alat bantu
jalan jalan
Kemampuan melakukan …………………………… ………………………………
ROM …

2. Tidur dan istirahat


a. Lama tidur : 8-9 jam/hari Tidur siang: Tidak
b. Kesulitan tidur di RS : Tidak
c. Alasan : pasien tidak mengalamai gangguan tidur
d. Kesulitan tidur :[ ] menjelang tidur
[ ] mudah/sering terbangun
[ ] merasa tidak segar saat bangun
3. Kenyamanan dan nyeri
Nyeri : Palliative/Profokatif : pasca oprasi
Quality : terbakar
Region :

Depan Belakang
Scale :1-3
Time : √ hilang timbul terus menerus
4. Nutrisi
a. Frekuensi makan : makan 3x sehari
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 68 kg/172cm
c. IMT & BBR :

21
d. BB dalam 1 bulan terakhir : [√ ] tetap
[ ] meningkat:…Kg, alasan…………
[ ] menurun:….Kg, alasan………….
e. Jenis makanan : Nasi
f. Makanan yang disukai : Nasi
g. Makanan pantang :Tidak ada pantangan makanan. Alergi : tidak ada
h. Nafsu makan : [√] baik
[ ] kurang, alasan……
i. Masalah pencernaan : [ − ] mual
[ − ] muntah
[ − ] kesulitan menelan
[ − ] sariawan
j. Riwayat operasi / trauma gastrointestinal: pasien pernah menjalani oprasi 3
bulan yang lalu pada kanan sebelah kiri
k. Diet RS :…………… [ ] habis
[ ] ½ porsi
[ ] ¾ porsi
[ ] tidak habis, alasan……
l. Kebutuhan Pemenuhan ADL makan: dengan bantuan

5. Cairan, elektrolit dan asam basa


a. Frekuensi minum : 5 gelas Konsumsi air/hari:1-2 liter/hari
b. Turgor kulit :baik
c. Support IV Line : Ya , Jenis:ringer laktat. Dosis: 900 cc/hari

6. Oksigenasi
a. Sesak nafas : [ √ ] tidak
[ ] ya
1) Frekuensi : pasien
tidak memakai oksigen
2) Kapan terjadinya : pasien tidak
memakai oksigen
3) Kemungkinan factor pencetus : pasien tidak memakai oksigen
4) Factor yang memperberat : pasien tidak memakai oksigen
5) Factor yang meringankan : pasien tidak memakai oksigen
b. Batuk : Ya / Tidak
c. Sputum : Ya / Tidak
d. Nyeri dada : Ya / Tidak

22
e. Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada: pasien tidak mengalami
nyeri dada
f. Riwayat penyakit : pasien pernah mengalami stroke 8 tahun yang lalu
g. Riwayat merokok : Pasif / Aktif

7. Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : 1x per hari. Penggunaan pencahar: tidak ada
b. Waktu : pagi / siang / sore / malam
c. Warna :kuning Darah……konsistensi lunak
d. Ggn. Eliminasi bowel : [−] Konstipasi
[−] Diare
[−] Inkontinensia bowel
e. Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Mandiri

8. Eliminasi urin
a. Frekuensi :4-6x per hari. Penggunaan pencahar: tidak ada
b. Warna :kuning
c. Ggn. Eliminasi bladder: [ - ] nyeri saat BAK
[ - ] burning sensation
[ - ] bladder terasa penuh setelah BAK
[-] inkontinensia bladder
d. Riwayat dahulu : [ - ] penyakit ginjal
[ - ] batu ginjal
[ ] injury / trauma
e. Penggunaan kateter : Ya / Tidak
f. Kebutuhan pemenuhan ADL bladder: Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan
g. Warna :[ √ ] normal [ ]hematuria [ ]seperti teh
h. Keluhan : [ ]nokturia [ ] retensi urine [ ] inkontinensia urine

9. Sensori, persepsi dan kognitif


a. Ggn. Penglihatan : Ya / Tidak
b. Ggn. Pendengaran : Ya / Tidak
c. Ggn. Penciuman : Ya / Tidak
d. Ggn. Sensasi taktil : Ya / Tidak
e. Ggn. Pengecapan : Ya / Tidak
f. Riwayat penyakit: [ - ] eye surgery
[ - ] otitis media
[ - ] luka sulit sembuh

23
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : [ ] CM [ - ] apatis [ - ] somnolen [ - ]sopor [ - ]coma
GCS : 4-5-6
Vital Sign : TD :120/80mmHg
Nadi : Frekuensi : 87x/mnt
Irama : [ √ ] reguler [ ] ireguler
Kekuatan/isi : [ √ ] kuat [ ]sedang [ ] lemah
Respirasi : Frekuensi :19x/mnt
Irama : [ √ ] reguler [ ] ireguler
Suhu :36oC
b. Kepala :
Kulit : [ √ ]Normal [ ] Hematoma [ ] Lesi [ ]kotor
Rambut : [ √ ]Normal [ ] kotor [ ]rontok [ ]kering/kusam
Muka : [ √ ]Normal [ ] bells palsy [ ] hematom [ ]lesi
Mata : konjungtiva : [ √ ] Normal [ ] Anemis [ ] Hiperemis
Sclera : [ √ ] Normal [ ] ikterik
Pupil : [ √ ]isokor [ ] anisokor
Palpebra : [ √ ]normal [ ] hordeolum [ ] oedema
Lensa : [ √ ]normal [ ] keruh
Visus : [ √ ]normal ka/ki [ ]miopi ka/ki
[ ] hipermetropi ka/ki [ ] astigmatisme ka/ki
[ ] Kebutaan ka/ki
Hidung : [ √ ]normal [ ]septum defiasi [ ] polip [ ]epistaksis
[ ] Gangguan indra penghidu [ ] sekret
Mulut : gigi :[ √ ] normal [ ]caries dentis, di :…………
[ ] Gisi palsu, di:………..
Bibir : [ √ ]normal [ ] kering [ ]stomatitis [ ] sianosis
Telinga : [ √ ] simetris [ ] bersih/kotor, [ ] gangguan pendengaran ada/tidak
c. Leher : [ √ ] Normal [ ] Pembesaran thyroid [ ] Pelebaran JVP
[ ] kaku kuduk [ ] Hematom [ ] Lesi
d. Tenggorokan : [ √ ] Normal [ ] Nyeri telan [ ] Hiperemis
[ ]Pembesaran tonsil
e. Dada : Bentuk : [ √ ] Normal [ ] Barrel chest [ ] Funnel chest[ ] Pigeon chest
Pulmo : Inspeksi :bentuk dada simetris
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : suara di jantung pekak/redup
Auskultasi : [ √ ] vesikuler ka/ki [ ]whezing [ ] ronkhi

24
Cor : Inspeksi : Tidak ada lesi
Palpasi : Ictus cordis : Teraba pada ICS 5 mid clavicula sinistra
Perkusi : batas jantung : ICS 3 dulines, bawah ICS 5
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI): Tunggal
Bunyi jantung II (SII) : Tunggal
Bunyi jantung III (SIII): Tidak ada
Murmur : tidak ada
f. Abdomen : Inspeksi : [ √ ] normal [ ] ascites
Palpasi : [ √ ]normal [ ] hepatomegali [ ]splenomegali
[ ] Tumor
Perkusi : [ √ ] normal [ ] Hypertimpani [ ] pekak
Auskultasi : Peristaltik : 20x/mnt
g. Genetalia : Pria : [ √ ] Normal [ ] Hypospadia [ ] Epispadia
[ ] hernia [ ] Hydrocell [ ] Tumor
Perempuan : [ ]normal [ ]kondiloma [ ] prolapsus uteri
[ ] Perdarahan [ ] keputihan
h. Rectum : [ √ ]Normal [ ] Hemoroid [ ] Prolaps [ ] Tumor
i. Ektremitas : atas : kekuatan otot ka/ki : 5/2
ROM ka/ki : 5/2
capilary refile :…………………………..
bawah : kekuatan otot ka/ki :5/5
ROM ka/ki :5/5
Capillary refile :………………………….

4. Psiko sosio budaya Dan Spiritual


Psikologis :
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah :
-Pasien mengatakan takut atau cemas apabila tangan sebelah kirinya tidak bisa di gerakan
kembali
Cara mengatasi perasaan tersebut :
-Anjurkan pasien untuk sering berdoa dan selalu mengingat ALLAH SWT.
Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah :

Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka :


Tidad ada
pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada :

25
px mengatakan tidak seberapa tahu tentang penyakitnya, karena px hanya lulusan SLTA,
yang px tahu hanya tangannya mengalami patah tulang.
Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah :
Px tidak bisa menjalankan aktivitas atau perannya di masyarakat karena px harus di rawat
di RS islam surabaya
kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah :
Tidak ada
cara mengatasinya
Tidak ada
pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya :
Tidak ada
Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya: budaya jawa
Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya:………………………………………..
Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari : px melakukannya dengan cara berbaring atau duduk
Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan px kurang bisa melakukan kegiatan
keagamaan karena keterbatasan gerak
Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami :
Px berharap agar cepat sembuh dan bisa segera pulang
5. Pemeriksaan Penunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium, radiology, EKG, EEG dll)
 HBSAG : non reaktif - BUN :8
 PPT : 11,0 detik - NATRIUM : 136
 APTT : 29,2 detik - KALIUM : 3,5
 SGOT : 14 U/L - KLORIDA : 97
 SGPT : 19 U/L - LED : 25
6. Terapi Medis :
Cairan IV :
 RINGER LAKTAT

Obat peroral :
 GLAUCONE 3X1

Obat parenteral :
 INJ SANTAGESIK 3X1
 INJ CEFTRIAXONE 2X1
26
Obat Topikal :
………………………………………………………………………………………………
……

27
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

ANALISA DATA

Nama klien : Tn. A No. Register :999999

Umur :50 thn Diagnosa Medis :Fraktur Ulna

Ruang Rawat :MADINAH Alamat : Jln. Karang rejo Gg 6


TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
DS : px mengatakan kurang bisa bergerak Luka bacok pada tangan Gangguan mobilitas

secara bebas karena tangan kirinya terasa sebelah kiri/ulna fisik


agustus 2021/
panas, tebal akibat pemasangan external
08.00 Proses oprasi
fiksasi dan badan kirinya mati

separuh(lemah) kurang lebih 8 tahun yang Terdapat luka post

lalu operasi,terpasang

eksternal fixsasi
DO: - tangan kiri pasien terpasang EF dan

tertutup elastis banded Penurunan otot

- pasien makan di bantu oleh istrinya Gangguan mobilitas fisik

- pasien ke kamar mandi di bantu oleh

istrinya

- tangan kiri pasien terlihat pucat

- pasien kurang dapat menggerakan tangan

kirinya, badan sebelah kanan sulit di gerakan

akibat riwayar stroke 8 tahun yang lalu

- TTV, dengan hasil :

TD: 120/80mmgh

N : 87x/mnt

28
S : 36 C

RR : 19x/mnt

Skla nyeri : 1-3

- die : nasi PKPT

-skala kekuatan otot : 2

PRIORITAS DIAGNOSA

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur


tulang di tandai dengan kekuatan otot menurun,rentang gerak (ROM) menurun,sendi
kaku

29
RENCANA TINDAKAN

Nama Klien : Tn. A No. Register : 99999

Umur : 50 thn Diagnosa Medis : Fraktur Ulna

Ruang Rawat : Madinah Alamat : Jln. Karang rejo Gg 6

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi Nama/TTD


Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam Observasi: - untuk identifikasi Ilham mulus
berhubungan dengan mampu dalam gerakan fisik dari satu toleransi fisik melakukan
atau lebih ekstremitas secara mandiri -identifikasi toleransi fisik melakukan woro
kerusakan integritas pergerakan
dengan kriteria hasil: pergerakan
1. struktur tulang di tandai
-pergerakan eksternitas dari angka - untuk monitor kondisi
-monitor frekuensi jantung dan
dengan kekuatan otot 1(menurun) menjadi angka umum selama melakukan
tekanan darah sebelum memulai
menurun,rentang gerak 5(meningkat)
mobilisasi
mobilisasi
(ROM) menurun,sendi
- untuk memfasilitasi
kaku -kekuatan otot dari angka -monitor kondisi umum selama
1(menurun)menjadi angka 5(meningkat) aktivitas mobilisasi dengan
melakukan mobilisasi
-rentang gerak dari angka 1(menurun) alat bantu
Terapeutik:
menjadi angka 5(meningkat) - untuk memfasilitasi
-fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
melakukan pergerakan, jika

30
alat bantu

-fasilitasi melakukan pergerakan, jika


perlu

-libatkan keluarga untuk membangu


pasien dalam meningkatkan
pergerakan. perlu

Edukasi - untuk mengetahui tujuan


dan prosedur mobilisasi
-jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi

-anjurkan melakukan mobilisasi dini

-anjurkan mobilisasi sederhana yang


harus dilakukan di (tempat tidur,duduk
di sisi tempat tidur,pindah dari tempat
tidur ke kursi)

31
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. A No. Register : 99999

Umur : 50 Thn Diagnosa Medis : Fraktur Ulna

Ruang Rawat : Madinah Alamat : Jln. Karang rejo Gg 6

No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD


Agustus 2021 08.00 -identifikasi toleransi fisik melakukan S : px mengatakan luka nya sudah lebih Ilham mulus
pergerakan membaik dan tidak terasa sakit
woro
R: px kooperatif

-monitor frekuensi jantung dan tekanan O : -px terlihat lebih sehat dan tidak merasa
08.30 darah sebelum memulai mobilisasi kesakitan lagi

R: jantung mulai mebaik dan tekanan dara - terlihat infus di lepas


mulai normal
Ttv
09.00 -monitor kondisi umum selama melakukan
Td :120/80 mmHg
mobilisasi
N: 70×/menit
R: keadaan pasien mulai membaik
S : 36°c
-fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
09.30 RR : 20×/menit
bantu
A: masalah teratasi
R : px kooperatif
P: intervensi di hentikan.pasien di perbolehkan
-fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
pulang

32
10.00 R: px kooperarif

-anjurkan melakukan mobilisasi dini

10.30 R: px kooperatif

-anjurkan mobilisasi sederhana yang harus


dilakukan di (tempat tidur,duduk di sisi
11.00
tempat tidur,pindah dari tempat tidur ke
kursi)

R: px kooperatif

33
34

Anda mungkin juga menyukai