Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhammad Arif

NIM : 1920303019

MK : Hadits Ibadah

Dosen Pengampuh : Prof. Dr., Muhajirin, M.Ag

HADITS IBADAH

BAGAIMANA CARA MENGKAFANI MAYIT

Hadits Shahih Riwayat Al - Bukhari no. 1185

ِ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ُم َقا ِت ٍل َأ ْخرَب َ اَن َع ْبدُ اهَّلل ِ ْب ُن الْ ُم َب َار ِك َأ ْخرَب َ اَن ِهشَ ا ُم ْب ُن ع ُْر َو َة َع ْن َأبِي ِه َع ْن عَائِشَ َة َريِض َ اهَّلل ُ َعهْن َاَأ َّن َر ُسو َل اهَّلل‬
‫َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ ُك ِفّ َن يِف ثَاَل ثَ ِة َأثْ َو ٍاب ي َ َما ِن َي ٍة ب ٍِيض حَس ُو ِل َّي ٍة ِم ْن ُك ْر ُس ٍف لَي َْس ِف ِهي َّن قَ ِم ٌيص َواَل مِع َ ا َم ٌة‬

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil telah mengabarkan kepada
kami 'Abdullah bin Al Mubarak telah mengabarkan kepada kami Hisyam bin 'Urwah dari
bapaknya dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (ketika
wafat) dikafani jasadnya dengan tiga helai kain yang sangat putih terbuat dari katun dari negeri
Yaman dan tidak dikenakan padanya baju dan serban (tutup kepala).1

Sanad hadits di atas di nilai shahih, karena hadits ini terdapat didalam shahih Bukhori
dan perawi – perawi nya yang sangat mungkin bertemu. Dapat dilihat dari tahun wafat nya
perawi :

1. Muhammad bin Muqatil, Al Marwazi Al Kasa’iy, Abu Al Hasan, Rukh, Tabi’in


kalangan biasa, wafat tahun 226 H, hidup di Baghdad dan wafat di Marur
Rawdz.
2. Abdullah bin Mubarak bin Wadlih, Al Hanzhaliy Al Marwaziy, Abu
‘Abdurrahman, Abdan, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan, wafat tahun 181
H, hidup di Himash dan wafat di Herrat.
1
Bukhori, Shahih Bukhori, bab jenazah, no. 1185
3. Hisyam bin ‘Urwah bin Az Zubair bin Al ‘Awwam, Al Asadiy, Abu Al
Mundzir, Tabi’ul Atba’ kalangan tua, wafat tahun 145 H, hidup di Madinah
dan wafat di Baghdad.
4. Urwah bin Zubair bin Al ‘Awwam bin Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul ‘Izzi bin
Qu, Al Asadiy, Abu ‘Abdullah, Tabi’in kalangan pertengahan, wafat tahun 93
H, hidup di Madinah.
5. ‘Aisyah binti Abu Bakar, At Taymiyyah, Ummu ‘Abdullah, Ummu Al
Mu’minin, Shahabati, wafat tahun 58 H, hidup di Madinah dan Wafat di
Madinah.
Hadits diatas bisa dirujuk dengan hadits yang berada dalam Kitab Sunan at – Tirmidzi,
kitab jenazah, bab kafan nabi Shollallhu ‘Alaihi Wa Sallam nomor 917 dengan sanad dari
“Qutaibah telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam bin Urwah
dari bapaknya dari ‘Aisyah”
Bisa juga dirujuk dalam kitab Sunan an – Nasa’I, kitab jenazah, bab kafan nabi
Shollallhu ‘Alaihi Wa Sallam nomor 1873 dengan sanad yang sama seperti dalam kitab Sunan at
– Tirmidzi. Dapat juga dirujuk dalam kitab Sunan an – Nasa’I, kitab jenazah, bab kafan nabi
Shollallhu ‘Alaihi Wa Sallam nomor 1872 dengan sanad “Qutaibah dari Malik dari Hisyam
bin ‘Urwah dari bapaknya dari ‘Aisyah”.
Bisa juga dirujuk dalam kitab Muwatta’ Imam Malik, kitab jenazah, bab mengkafani
mayit nomor 467 dengan sanad “Yahya dari Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya
dan dari ‘Aisyah”. Dapat juga dirujuk dalam kitab Sunan Ibnu Majah, kitab jenazah, bab
dikafaninya jenazah nabi Shallahu ‘alaihi Wa Sallam nomor 1458 dengan sanad “Abu Bakr bin
Abu Syaibah telah menceritkan kepada kami Hafs bin Ghiyats dari Hisyam bin ‘Urwah
dari bapaknya dari ‘Aisyah”.
Bisa juga dirujuk dalam kitab Shahih al – Bukhari, kitab jenazah, bab kain kafan tanpa
sorban nomor 1194 dengan sanad “Ismail menceritakan kepada saya Malik dari Hisyam bin
‘Urwah dari bapaknya dari ‘Aisyah”. Dapat juga dirujuk dalam kitab Sunan Abu Dawud,
kitab jenazah, bab penjelasan tentang kafan nomor 2740 dengan sanad “Ahmad bin Hanbal
telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dari Hisyam telah mengabarkan ayahku
telah menceritakan kepada nya ‘Aisyah”.
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa mengkafani mayit laki – laki menggunakan
tiga lembar kain putih sedangkan untuk perempuan ada yang berpendapat lima helai kain putih,
karena perempuan memiliki banyak aurat yang wajib ditutupi. Karena sayyidah Fatimah pernah
”ketika engkau menguburkan ku maka tutuplah seluruh tubuhku dengan baik. Saya tidak ingin
siapa saja melihat bagian tubuhku dan kuburlah aku padaa malam hari karena aku malu karena
kelahiran banyak orang.”2

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:

‫ ولهذا قال‬، ‫ إال أن يف إسناده نظر ًا ؛ ألن فيه راو ًاي جمهو ًال‬، ‫وقد جاء يف جعل كفن املرأة مخسة أثواب حديث مرفوع‬
‫ يف ثالثة أثواب يلف بعضها عىل بعض‬: ‫ أي‬، ‫ إن املرأة تكفن فامي يكفن به الرجل‬: ‫بعض العلامء‬

“Dalam hal ini telah ada hadits marfu’ (kafan seorang wanita adalah lima helai kain).
Akan tetapi, di dalamnya ada seorang rawi yang majhul (tidak dikenal). Oleh karena itu,
sebagian ulama berkata: “Seorang wanita dikafani seperti seorang lelaki. Yaitu tiga helai kain,
satu kain diikatkan di atas yang lain.”3

Sangat dianjurkan untuk menambahkan sarung, jilbab dan gamis bagi mayit wanita. Al
Lajnah Ad Daimah mengatakan :

‫ مث تلف بلفافتني‬, ‫ مث القناع عىل الرأس وما حوهل‬, ‫ مث مقيص عىل اجلسد‬, ‫واملرأة يبدأ تكفيهنا ابإلزار عىل العورة وما حولها‬

“Mayit wanita dimulai pengkafananannya dengan membuatkan sarung yang menutupi


auratnya dan sekitar aurat, kemudian gamis yang menutupi badan, kemudian kerudung yang
menutupi kepala kemudian ditutup dengan dua lapis” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah. 3/363).

Hal ini sesuai pendapat Syarqowi, ia berkata bahwa “Kesunahan jumlah kafan dalam
mengkafani mayit perempuan adalah dengan kain yang telah disebutkan diatas yaitu (kain gamis,
khimar, izar dan dua lapis kain). Adapun kewajiban jumlah kafan dalam mengkafani mayit
perempuan adalah seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu hanya tiga lapis kain.
Mengkafani mayit laki – laki atau perempuan dengan kain yang melebihi lima lapis kain
dihukumi makruh tanzih karena berlebihan.
2
Situs As – Sunnah Foundation of America.
3
Muhammad bin Shalih Al – Utsaimin, Asy –Syarh Al – Mumti ‘Ala Zaad Al – Mustaqni, bab 5 hlm 393
Ziyadi berkata, “akan tetapi, disunahkan mengikatkan kain keenam di bagian dada
perempuan di atas kain – kain kafan lainnya agar kain – kain kafan dibawahnya tidak terbuka
sebab kedua payudara nya yang bergoyang – goyang saat digotong”4

Berikut cara – cara mengkafani, sebagai berikut :

1. Jenazah laki – laki.

Menurut Muhammad Solikhin, mengkafani jenazah ada tiga bagian yaitu :

 Bagian terdalam yaitu kain lepas penutup pusar sampai lutut


 Kain baju yang menutup bahu sampai separuh paha, lebih utama lagi sampai
separuh betis sebagai lapisan kedua.
 Lapisan terakhir adalah kain penutup seluruh bagian badan.5

Menurut himpunan putusan tarjih Muhammadiyah

 Jenazah laki-laki, 1 helai kain digelar ditengah, satu helai kain lagi digelar di
atasnya agak bergeser ke kanan dan satu helai kain lagi digelar agak bergeser ke
kiri.6
2. Jenazah perempuan.
 Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badan nya yang
lebih lebar.
 Lembar kedua untuk kerudung kepala.
 Lembar ketiga untuk baju kurung.
 Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
 Lembar kelima untuk pinggang dan pahanya.
 Susunlah kain kafan yang sudah di potong – potong untuk masig – masing
bagian dengan tertib. Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup
dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi –
wangian atau dengan kapur barus.

4
Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar bin Arbi bin Ali Al – Tanara Al – Jawi Al – Bantani, Kasyifatu As –
Saja Syarah Safinatu An – Najah, hlm 103 jilid 3.
5
Muhammad Solikhin, Panduan Lengkap Perawatan Jenazah, hlm 80, 2008
6
Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, Tuntunan Perawatan Jenazah, Masjidillah Press, Surabaya
 Tutup lubang – lubang yang mungkin masih mengeluarkan dengan kapas.
 Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
 Pakaikan sarung (cukup di sobek saja, tidak di jahit).
 Pakaikan baju kurungnya (cukup di sobek saja, tidak di jahit).
 Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
 Pakaikan tutup kepala (kerudung).
 Membungkusnya dengan tiga lembar kain terakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan, lalu digulung ke dalam. Setelah itu, ikat dengan
sobekan pinggir kain kafan yang setelahnya telah disiapkan dibagian bawah kain
kafan, tiga atau lima ikatan, dan di lepaskan ikatannya setelah diletakkan di
dalam liang lahat.7

Dari penjelasan diatas dapat menimbulkan suatu pertanyaan, apakah boleh menutupi
jenazah tanpa kafan dan seadanya ? Jawaban nya sudah tentu boleh tapi dengan syarat – syarat :
 Sudah semaksimal mungkin untuk mencari kain kafan.
 Dan jika tidak sedikitpun harta untuk membeli kain kafan, ia sudah berusaha
semaksimal mungkin mencari harta dan meminjam uang orang lain.
Hal ini sudah terjadi di masa nabi Muhammad Saw, dimana shahabat Mush’ab bin Umair
yang syahid di medan peperangan dan tidak menemukan kain kafan kecuali burdah (kain
bergaris), bila ditutupkan ke kepala nya maka kakinya terlihat dan begitupun sebaliknya.

Seperti halnya, hadits shahih riwayat Al - Bukhari no. 1196

َ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ُم َقا ِت ٍل َأ ْخرَب َ اَن َع ْبدُ اهَّلل ِ َأ ْخرَب َ اَن ُش ْع َب ُة َع ْن َس ْع ِد ْب ِن ْب َرا ِه َمي َع ْن َأبِي ِه ْب َرا ِه َمي َأ َّن َع ْبدَ َّالرمْح َ ِن ْب َن َع ْو ٍف َريِض‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫اهَّلل ُ َعهْن ُُأيِت َ ب َِط َعا ٍم َواَك َن َصائِ ًما فَ َقا َل قُ ِت َل ُم ْص َع ُب ْب ُن مُع َ رْي ٍ َوه َُو َخرْي ٌ ِميِّن ُك ِفّ َن يِف بُ ْر َد ٍة ْن غُ ِّط َي َرْأ ُس ُه بَدَ ْت ِر ْجاَل ُه َو ْن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫غُ ِّط َي ِر ْجاَل ُه بَدَ ا َرْأ ُس ُه َوُأ َرا ُه قَا َل َوقُ ِت َل مَح ْ َز ُة َوه َُو َخرْي ٌ ِميِّن مُث َّ ب ُِسطَ لَنَا ِم ْن ادلُّ نْ َيا َما ب ُِسطَ َأ ْو قَا َل ُأع ِْطينَا ِم ْن ادلُّ نْ َيا َما‬
َّ َ‫ون َح َسنَاتُنَا جُع ِ ّلَ ْت لَنَا مُث َّ َج َع َل ي َ ْبيِك َحىَّت تَ َرك‬
‫الط َعا َم‬ َ ‫ُأع ِْطينَا َوقَدْ خ َِشينَا َأ ْن تَ ُك‬

7
Repository.unisba.ac.id
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil telah mengabarkan kepada
kami 'Abdullah telah mengabarkan kepada kami Syu'nah dari Sa'ad bin Ibrahim dari bapaknya
Ibrahim bahwa; "Pada suatu hari 'Abdurrahman bin 'Auf dihidangkan makanan kepadanya saat
itu ia sedang berpuasa. Lalu ia berkata, Mus'ab bin Umair telah terbunuh. Ia adalah orang yang
lebih baik dariku, namun saat (hendak dikafani) tidak ada kain kafan yang bisa membungkusnya
kecuali hanyalah burdah (kain bergaris) yang apabila kepalanya akan ditutup, kakinya terbuka
(karena kain yang pendek) dan bila kakinya yang hendak ditutup kepalanyalah yang terbuka.
Dan aku melihat dia berkata, pula; "Hamzah pun atau orang lain yang lebih baik dariku telah
terbunuh. Kemudian setelah itu dunia telah dibukakan buat kami atau katanya kami telah diberi
kenikmatan dunia dan sungguh kami khawatir bila kebaikan-kebaikan kami disegerakan
balasannya buat kami (berupa kenikmatan dunia). Lalu ia pun mulai menangis.”8

Sanad hadits dinilai shahih karena hadits ini terdapat di Shahih Bukhari dan Perawi nya
sangat mungkin bertemu karena dilihat dari tahun wafat nya para perawi serta sanad nya
bersambung.

1. Muhammad bin Muqatil, Al Marwazi Al Kasa’iy, Abu Al Hasan, Rukh, Tabi’in


kalangan biasa, wafat tahun 226 H, hidup di Baghdad dan wafat di Marur
Rawdz.
2. Abdullah bin Mubarak bin Wadlih, Al Hanzhaliy Al Marwaziy, Abu
‘Abdurrahman, Abdan, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan, wafat tahun 181
H, hidup di Himash dan wafat di Herrat.
3. Syu’nah bin Al Hajjaj bin Al Warad, Al Azdiy Al Wasithiy, Abu Bistham,
Tabi’ut Tabi’in kalangan tua, wafat tahun 160 H, hidup di Bashrah dan wafat di
Bashrah.
4. Sa’ad bin Ibrahim bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Az Zuhriy Al Qurasyiy, Abu
Ishaq, Tabi’in kalangan biasa, wafat tahun 125 H, hidup di Madinah dan wafat
di Madinah.
5. Ibrahim bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Az Zuhriy Al Qurasyiy, Abu Ishaq, Tabi’in
kalangan tua, wafat tahun 96 H, hidup di Madinah dan wafat di Madinah.

8
Bukhori, Shahih Bukhori, bab jenazah, no. 1196
6. ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Az Zuhriy Al Qurasyiy, Abu Muhammad, Shahabat,
wafat tahun 32 H, hidup di Madinah.
Hadits diatas dapat juga dirujuk dalam kitab Shahih Muslim, kitab jenazah, bab
mengkafani mayit nomor 1562 dengan sanad “Yahya bin Yahya At – Tamimi dan Abu Bakar
bin Syaibah dan Muhammad bin Abdullah bin Numair dan Abu Kuraib lafadz nya milik
Yahya, Yahya berkata telah mengabarkan kepada kami, sementara yang lain berkata,
telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Al – A’masy dari Syaqiq dari
Khabab bin Al – Arat”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫َذا َكفَّ َن َأ َحدُ مُك ْ َأخَا ُه فَلْ ُي َح ِّّ”ِس ْن َك َفنَ ُه‬


‫ِإ‬
“Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah
memperbagus kafannya” (HR. Muslim no. 943).

Hadits dapat juga dirujuk dalam kitab Shahih Muslim, kitab jenazah, bab memperbagus
dalam mengkafani mayit nomor 1567 dengan sanad “Harun bin Abdullah dan Hajjaj bin Asy
– Sya’ir keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Muhammad ia
berkata, Ibnu Zuraij berkata, telah mengabarkan kepadaku Zubair bahwa ia mendengar
Jabir bin Abdullah”.

Dari hadits di atas, maka muncullah dua pertanyaan yang sekarang sering terjadi di
masyarakat, yaitu :

1. Apakah boleh mengkafani mayit dengan asal – asalan ?


2. Bagaimana cara mengkafani mayit yang terpapar virus COVID – 19 ?

Maka jawaban nya adalah :


1. Tidak boleh, karena setiap muslim mempunyai hak nya masing – masing, baik
masih hidup atau pun sudah meninggal dan kita juga harus memuliakan nya
dengan memperbagus kain kafan nya.
2. Fenomena mayit yang terpapar virus covid – 19 yang tidak di kafani dan malah
cuma di bungkus secara plastik dan di masukkan ke dalam peti, maka semua ini
sangat lah tidak dibenarkan dalam syariat dan seharus nya bagi mayit yang islam
kita harus mengkafani secara syariat islam bukan dengan cara seperti itu. Tapi
jikalau mayit benar – benar terpapar virus covid – 19 ini, maka di perbolehkan
mengkafani dan menguburkan mayit dengan cara ahli medis. Karena dalam
keadaan darurat (sesuatu yang darurat maka di perbolehkan) serta di takutkan
virus nya akan tersebar dan menyebabkan semakin banyak nya orang yang
meninggal.
Semua yang terjadi sekarang ini berbalik dengan kejadian dahulu pada zaman nabi,
dimana terdapat wabah yang lebih berbahaya dari covid – 19 dimana terkena di pagi hari maka
sore nya meninggal, walaupun demikian nabi dan para shahabat tetap mengkafani para shahabat
yang meninggal, lain hal nya dengan wabah covid – 19 jika terkena dan masih bisa sembuh
dalam waktu 14 hari dan semua orang takut untuk mengkafani dan menguburkan nya.

Anda mungkin juga menyukai