Anda di halaman 1dari 35

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
BIOMEDIK I

N A M A :
N I M :
SEMESTER :
KELOMPOK :

BAGIAN BIOKIMIA
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
2021
1 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmatNya sehingga penuntun praktikum Biokimia dapat terbit untuk melengkapi
matakuliah Biomedik I
Dengan perkembangan metode pendidikan dalam ilmu kedokteran umumnya
dan Biokimia pada khususnya, maka penuntun praktikum yang diterbitkan kali ini
merupakan penuntun yang sebagian besar sama dengan penuntun praktikum
sebelumnya hanya saja ada beberapa perbaikan yang disesuaikan dengan
matakuliah Biomedik I
Setiap kegiatan praktikum dalam penuntun praktikum ini diusahakan sedapat
mungkin berhubungan dengan teori yang diberikan pada kuliah Biokimia
Kedokteran, sehingga akan bermanfaat dalam memahami kuliah yang diberikan.
Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu petunjuk, saran dan kritik dari para pembaca sangat kami
harapkan demi perbaikan pada penerbitan berikutnya. Mudah-mudahan
penuntun ini memberikan manfaat yang sebaik-baiknya dalam peningkatan ilmu
pengetahuan mahasiswa kedokteran.

Makassar, September 2017

Penyusun,

Staf Pengajar Bagian Biokimia


Fakultas Kedokteran UNHAS

2 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOKIMIA

1. Mahasiswa yang berhak mengikuti praktikum adalah mereka yang telah memenuhi persyaratan
administrasi dan kelengkapan peralatan praktikum
2. Kelengkapan administrasi meliputi :
a. Mengenakan baju praktikum lengkap dengan papan nama dan membawa penuntun praktikum
b. Laki-laki : * Mengenakan baju berkerah
 Tidak berambut panjang
 Mengenakan celana panjang
 Mengenakan sepatu tertutup
c. Perempuan : * Mengenakan baju berkerah
 Rok panjang
 Mengenakan sepatu tertutup
3. Mahasiswa sudah harus berada dilaboratorium paling lambat 10 menit sebelum praktikum dimulai
dan bagi yang terlambat akan diperbolehkan mengikuti praktikum hanya dengan izin koordinator
praktikum
4. Mahasiswa tidak diperbolehkan keluar masuk laboratorium tanpa seizin asisten yang bertugas pada
saat itu.
5. Mahasiswa tidak dibenarkan membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan praktikum
selama dalam laboratorium demi efisiensi waktu.
6. Mahasiswa akan dibagi menjadi 10 regu dengan satu orang sebagai ketua regu. Setiap regu
melakukan jenis percobaan yang sama pada tempatnya masing-masing dan tiap regu tidak
diperkenankan mengambil pekerjaan regu mahasiswa lainnya kecuali yang telah ditetapkan oleh asisten.
7. Ketua regu bersama anggotanya menyiapkan kotak alat beserta kelengkapannya dan alat-alat serta
bahan dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk percobaan yang akan dilaksanakan yang akan
disampaikan oleh asisten pembimbing atau koordinator praktikum
8. Setiap mahasiswa harus memahami tujuan percobaan, cara kerja serta teori yang berhubungan
dengan percobaan yang akan dilaksanakan. Asisten berhak menunda jalannya percobaan untuk
sementara dan menganjurkan untuk memahami kembali hal-hal yang disebutkan diatas sebelum
praktikum dilanjutkan.
9. Selama praktikum, mahasiswa tidak diperbolehkan keluar masuk laboratorium tanpa seizin asisten
yang bertugas pada saat itu serta tidak dibenarkan membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan
dengan praktikum demi efisiensi waktu.
10. Percobaan yang tidak berhasil dengan baik atau gagal atas kesalahan regu yang bersangkutan,
diluar tanggung jawab asisten pembimbing dan tidak diberikan kesempatan untuk mengadakan
pengulangan.
11. Setiap anggota regu bertanggung jawab atas keselamatan dan kebersihan alat-alat yang digunakan
dan pada akhir percobaan alat diserahkan kembali dalam keadaan lengkap dan bersih.
12. Mahasiswa yang berhalangan hadir pada praktikum dengan alasan yang jelas harus
menyampaikan alasannya kepada koordinator praktikum selambat-lambatnya 2 x 24 jam
13. Laporan hasil percobaan diselesaikan dalam laboratorium selama praktikum berlangsung dan wajib
menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditetapkan sesuai dengan waktu yang akan diberikan kemudian
14. Mahasiswa yang melanggar tata tertib praktikan akan diberi sanksi mulai dari pemberian tugas
sampai dengan tidak diikutkan dalam praktikum.
15. Peraturan yang tidak tercantum di atas dan dianggap perlu akan diberitahukan selanjutnya
Demikianlah peraturan ini dibuat agar menjadi perhatian bagi semua pihak yang terkait.
Ttd,
Koordinator Praktikum

3 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .............................................................................. 2
Tata Tertib Praktikum Biokimia .............................................................. 3
Daftar Isi ................................................................................................. 4
PRAKTIKUM :
1. KARBOHIDRAT, LIPID dan PROTEIN
A. KARBOHIDRAT ………………………………………… ……... … 5
B. LIPID …………………………………………….……………… .. 9
C. PROTEIN …………………………………………………………… 11
2. SPEKTROFOTOMETER & MEMBRAN SEL
A. SPEKTROFOTOMETER …………………………………..…… 15
B. MEMBRAN BIOLOGI ……………………………………………. 21
3. PRAKTIKUM ENZIM & LARUTAN PENYANGGA
A. ENZIM …………………………………………………………...... 23
B. LARUTAN PENYANGGA …………………………………….…. 33
4. BIOINFORMATIKA ……………………………………………..…… 36
Daftar Pustaka ………………………………………………………… 40

4 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
I. KARBOHIDRAT, LIPID dan PROTEIN
A. KARBOHIDRAT
Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih, sukar larut dalam pelarut-
pelarut organik, tetapi larut dalam molekul air (kecuali beberapa polisakarida). Sebagian besar
karbohidrat dengan berat molekul rendah mempunyai rasa manis, karena itu digunakan
istilah gula untuk zat-zat tersebut.

PERCOBAAN TERHADAP KARBOHIDRAT :


1. TES MOLISCH
Reaksi ini berlaku untuk segala macam karbohidrat, baik dalam bentuk bebas maupun yang
terikat. Dasarnya adalah pembentukan furfural atau turunannya disebabkan daya dehidrasi
asam sulfat pekat terhadap karbohidrat. Dengan alfa naftol, furfural akan membentuk suatu
senyawa yang berwarna ungu. Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun
tetap berguna untuk analisis. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat.
Cara kerja :
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih & kering. Masukkan 2 ml larutan yang akan diperiksa
masing-masing (sampel glukosa, sukrosa, amilum/pati) kedalam 3 tabung reaksi tersebut
secara berturut-turut dengan menggunakan pipet pasteur bersih
1. Masing-masing tambahkan 3 tetes pereaksi molisch (alfa naftol 5% dalam alkohol) dengan
menggunakan pipet tetes bersih
3. Setelah dikocok, alirkan ketiganya dengan perlahan-lahan 1 ml H2SO4 pekat melalui
dinding tabung yang dimiringkan. Terlihat bahwa asam sulfat terdapat di bagian bawah
tabung. Reaksi positif bila pada batas kedua lapisan tampak warna ungu berbentuk cincin.
Hasil
 Tabung I, sampel sukrosa :

 Tabung II, sampel glukosa :

 Tabung III, sampel pati :

 Tabung IV, control:

Kesimpulan :

2. TES SELIWANOFF

5 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Pada umumnya reaksi ini spesifik untuk ketosa. Dasarnya adalah pembentukan 4-
hidroksimetil furfural yang bereaksi dengan resorsinol (1,3-dihidroksi benzene) membentuk
senyawa berwarna merah. Glukosa dan gula lain dapat memberi warna merah muda pada
pemanasan yang lama dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu ikutilah petunjuk-petunjuk
cara kerja tes ini dengan seksama.

Cara kerja :
1. Siapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Masukkan kedalam 2 tabung
reaksi tersebut sebanyak 2,5 ml pereaksi seliwanoff yang baru dibuat secara berturut-turut.
Masing-masing tambahkan 5 tetes larutan yang hendak diperiksa (sampel sukrosa dan
glukosa)
2. Kemudian didihkan keduanya diatas api selama 30 detik atau dalam penangas air
mendidih selama 30 detik. Hasil positif bila timbul warna merah setelah beberapa detik

Hasil
 Tabung I, sampel glukosa :

 Tabung II, sampel sukrosa :

Kesimpulan :

3. TES BENEDICT
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton
bebas dengan membentuk kuprooksida (Cu2O) yang berwarna merah bata.

Cara kerja :
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih & kering. Masukkan masing-masing 2,5 ml larutan
benedict kedalam 3 tabung tersebut
2. Tambahkan 4 tetes larutan yang akan diperiksa (sampel glukosa 2%; 1%; dan 0,5 %)
secara berturut
3. Campur dan didihkan ketiganya diatas api selama 2 menit atau dalam penangas air
mendidih selama 5 menit
4. Perhatikan warna yang timbul. Positif jika terjadi endapan mulai dari warna hijau kuning /
merah bata

6 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Hasil:
 Tabung I, sampel glukosa 2% :

 Tabung II, sampel glukosa 1% :

 Tabung III, sampel glukosa 0,5% :

Kesimpulan :

4. TES BARFOED
Reaksi ini untuk membedakan monosakarida dari disakarida, bedanya terletak pada
suasananya yang asam. Dalam suasana asam, larutan sakarida yang masih mempunyai sifat
pereduksi hanyalah monosakarida. Tetapi dengan pemanasan yang lama disakarida dapat
mengalami hidrolisis dan menyebabkan reaksi positif.

Cara kerja :
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi bersih & kering. Masukkan 2 ml pereaksi barfoed masing-
masing kedalam 2 tabung tersebut. Tambahkan 1 ml larutan yang akan diperiksa (sampel
sukrosa & glukosa) secara berturut-turut
2. Siapkan stopwatch/pengukur waktu kemudian panaskan sampai mendidih diatas
penangas air mendidih hingga 1 menit. Bila tak terlihat endapan didihkan terus pada
penangas air panas hingga 15 menit sambil tetap memperhatikan endapan yang
terbentuk
3. Disakarida positif dengan terjadinya endapan pada pemanasan setelah 5 menit sedangan
monosakarida dengan terjadinya endapan pada pemanasan sebelum 5 menit

Hasil
 Tabung I, sampel glukosa :

 Tabung II, sampel sukrosa :

Kesimpulan :
7 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
5. TES AMILUM DENGAN IODIUM
Amilum dan dekstrin dengan iodium akan membentuk iod amilum kompleks pada permukaan
dan memberi warna biru atau merah anggur.

Cara kerja :
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 1 ml larutan pati/amilum
kedalam tabung reaksi tersebut. Tambahkan 1 tetes larutan lugol (1 gr iodium dengan 2 gr
KI dalam 100 ml aquadest)
2. Perhatikan warna biru yang timbul. Tambahkan beberapa tetes NaOH 10%, Kocok.
Warna akan hilang mengapa ?
Hasil:

Kesimpulan :

8 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
B. LIPID
Lipid adalah golongan senyawa organik yang terdapat di alam dan mempunyai sifat-sifat :
a. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut lemak seperti eter, alkohol panas dan benzene
b. Berhubungan erat dengan asam lemak
c. Dapat digunakan oleh organisme hidup

Lipid dapat diekstraksi dari jaringan binatang maupun tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan
pelarut lemak.
Hasil ekstraksi merupakan campuran yang kompleks, mengandung triasilgliserol, fosfolipid,
glikolipid, bermacam-macam sterol, dan senyawa-senyawa lainnya yang terbentuk sebagai hasil
hidrolisis zat-zat tersebut diatas triasilgliserol, kolesterol dan ester kolesterol dinamakan juga lipid
netral tidak bermuatan.

PERCOBAAN TERHADAP LIPID :


1. DAYA LARUT LEMAK
Lemak secara relatif tidak larut dalam air tetapi pada umumnya larut dalam pelarut nonpolar
seperti eter, kloroform dan benzene

Cara kerja :
1. Siapkan 4 buah tabung reaksi bersih. Masukkan masing-masing 2 ml pelarut berikut : air,
alkohol 96% dingin, alkohol 96% panas dan eter secara bertutut-turut
2. Kemudian tambahkan 2 tetes minyak kelapa kedalam tabung-tabung tersebut. Kocok
sebentar. Perhatikan kelarutan minyak tersebut

Hasil
 Tabung I :

 Tabung II :

 Tabung III :

 Tabung IV :

Kesimpulan :

2. MENYATAKAN IKATAN TIDAK JENUH

9 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Asam lemak tidak jenuh dapat menghilangkan warna iodium atau KMnO4. Ini disebabkan
oleh adisi pada ikatan rangkap. Berdasarkan sifat ini iodium dapat dipakai untuk menentukan
banyaknya ikatan rangkap sejumlah tertentu lemak. (Angka iodium = jumlah gram iodium
yang dapat diikat oleh 100 gram lemak)

Cara kerja :
 Siapkan sebuah tabung reaksi bersih. Masukkan 3 ml minyak kelapa murni. Tambahkan
2 tetes larutan KMnO4 0,1 N. Kocok beberapa saat. Warna KMnO 4 yang hilang
menunjukkan minyak mengandung asam lemak tak jenuh

Hasil:

Kesimpulan :

3. EAKSI LIEBERMAN-BURCHARD TERHADAP KOLESTEROL


Kolesterol dengan asam asetat anhidrida dan asam sulfat pekat membentuk senyawa yang
berwarna biru hijau. Percobaan ini hanya dapat terjadi pada alat-alat yang bersih dan kering
betul.

Cara kerja :
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 1 ml larutan kolesterol
0,5% dalam kloroform. Tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrida. Lalu tambahkan lagi
3 tetes asam sulfat pekat kedalam campuran itu. Kocoklah dengan hati-hati dan lihatlah
warna yang timbul (warna tidak stabil)
2. Reaksi ini merupakan dasar penentuan kolesterol dalam serum/plasma secara
kolorimetrik fotoelektrik

Hasil:

Kesimpulan :

10 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
C. PROTEIN
Berbeda dengan karbohidrat dan lemak, protein banyak mengandung nitrogen, belerang dan
fosfor. Persentasi rata-rata dari unsur-unsur di dalam berbagai macam protein adalah kurang lebih
sebagai berikut :
Karbon = 0,4% = 1%
Hidrogen = 15% = 17,5%
Oksigen = 20% = 24%
Nitrogen = 6,5% = 7,5%
Belerang = 50% = 55%
Prosentasi dari nilai nitrogen di dalam protein sama dengan 16%. Analisa ini digunakan untuk
menaksir jumlah protein di dalam suatu bahan. Jumlah nitrogen yang diperoleh dengan analisa
berdasarkan KJELDAHL dengan mengalikan faktor 6,25 (ini adalah 100/16). Protein terdiri dari
bermacam-macam golongan makro molekul yang heterogen, namun demikian semuanya
merupakan turunan dari polipeptida dengan berat molekul yang tinggi. Secara kimia dapat
dibedakan atas protein sederhana yang mengandung zat-zat tambahan seperti heme, lipid,
karbohidrat dan asam nukleat.

PERCOBAAN TERHADAP PROTEIN :


1. REAKSI BIURET
Dengan reaksi ini dapat diketahui adanya peptida linkage (ikatan protein). Dasar percobaan,
ion tembaga dalam suasana alkali akan bereaksi dengan protein membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu.

Cara kerja :
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih. Masukkan 2 ml larutan protein (sampel
albumin/larutan putih telur) kedalam tabung reaksi. Tambahkan 2 ml NaOH 10%. Setelah
kedua larutan ini bercampur lalu teteskan secara perlahan-lahan CuSO 4 0,5% hingga
timbul warna tertentu
2. Penambahan CuSO4 harus berhati-hati sebab bila terlalu banyak akan
menyebabkan timbulnya warna biru
Hasil:

Kesimpulan :

11 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
2. REAKSI NINHIDRIN
Semua asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehid yang lebih rendah dengan
melepaskan NH3 dan CO2 dan disertai dengan terbentuknya warna biru.

Cara kerja :
 Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 3 ml larutan protein/asam
amino yang tersedia (larutan putih telur). Dan 10 tetes larutan ninhidrin 0,1%. Letakkan
tabung pada penangas air mendidih selama 10 menit. Perhatikan warna biru yang
terbentuk

Hasil:

Kesimpulan :

3. PENGENDAPAN PROTEIN DENGAN LOGAM BERAT DAN PEREAKSI


ALKALOID

Dengan logam berat, protein akan membentuk garam proteinat yang tidak larut.
Cara kerja :
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 ml larutan protein
yang tersedia, masing-masing kedalam 2 tabung tersebut diatas. Tambahkan CuSO4 5%
tetes demi tetes kedalam tabung reaksi pertama dan perhatikan pengaruh tiap-tiap tetesan
dari pembentukan presipitat
2. Tambahkan Asam sulfosalisilat 10% tetes demi tetes kedalam tabung reaksi
kedua dan perhatikan pengaruh tiap-tiap tetesan dari pembentukan presipitat

Hasil:

Kesimpulan :

12 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
II. SPEKTROFOTOMETER & MEMBRAN BIOLOGI

A. SPEKTROFOTOMETER
Bila seberkas sinar putih melewati suatu larutan berwarna, maka pada beberapa panjang
gelombang tertentu dari spektrum warna akan terjadi penyerapan cahaya. Contohnya, bila
suatu larutan berwarna MERAH, maka ia akan menyerap cahaya pada daerah panjang
gelombang warna KUNING-BIRU. Sebaliknya, cahaya pada daerah panjang gelombang
warana MERAH akan diteruskan sehingga dengan mata akan tampak berwarna MERAH.
Dengan kata lain, warna suatu larutan disebabkan oleh warna spektrum cahaya yang tidak
ditahan/diserapnya, tetapi yang diteruskan.
Dalam keadaan sehari-hari, sebenarnya diketahui bahwa jumlah zat yang terlarut dapat
diperkirakan dengan mata dari kepekaan/intensitas warna. Misalnya, dua sendok makan
sirup merah dilarutkan dalam segelas air warnanya tampak lebih pekat dibandingkan dengan
satu sendok makan sirup merah dalam segelas air. Pada pengukuran dengan teknik
spektrofotometri, cahaya polikromatis yang berasal dari sumber cahaya diuraikan dengan
menggunakan prisma sehingga diperoleh cahaya monokromatis yang diserap oleh zat yang
akan diperiksa tersebut. Hubungan antara konsentrasi dengan jumlah cahaya yang diserap
dinyatakan dalam hukum Beer-Lambert.

Hukum Beer-Lambert
Bila cahaya monokromatis melalui satu larutan berwarna maka jumlah cahaya yang diserap
menurun secara eksponensial, sebanding dengan :
a. Panjang lintasan/kolom cahaya yang melalui larutan
b. Kadar Zat terlarut dalam larutan yang menyerap cahaya
Secara matematis, hukum Beer-Lambert dapat dirumuskan sebagai berikut :
A=kxcxl
A = serapan/densitas optic, yaitu jumlah cahaya yang diserap
k = koefisien ekstingsi yaitu suatu senyawa dengan kadar 1 M pada panjang gelombang
tertentu dengan diameter kuvet/panjang larutan yang dilalui cahaya 1 cm.
c = kadar sampel yang diperiksa
l = diameter kuvet/panjang larutan yang dilalui cahaya (1cm)
karena k dan l merupakan bilangan tetap, maka A sebanding dengan c.

Pada setiap pengukuran/penetapan selalu :


1. Diperlukan larutan blanko
Larutan blanko mengandung semua pereaksi kecuali bahan yang diperiksa. Blanko
dimaksudkan untuk menghilangkan interfensi yang dapat disebabkan oleh zat lain yang
terdapat dalam larutan yang menyerap cahaya pada panjang gelombang sama
2. Digunakan larutan standar sebagai pembanding
3. Dilakukan penetapan secara duplo
Penetapan larutan uji dan standar dilakukan dengan minimal ulangan dua kali (duplo)
dengan maksud untuk memperkecil kesalahan

13 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Petunjuk penggunaan alat Spektrofotometer
1. Putar tombol (1) ke kanan untuk mengaktifkan alat. Biarkan 15 menit untuk
memanaskan alat. Atur tombol sampai menunjukkan angka 0 pada petunjuk %T.
2. Putar tombol (2) untuk memilih panjang gelombang sesuai dengan yang diinginkan
3. Masukkan kuvet yang berisi paling seditkit 5 ml akuades kedalam tempat sample
(sebelum memasukkan kuvet, pastikan bahwa dinding kuvet bagian luar dalam keadaan
kering). Kemudian tutup penutup tempat sample.
4. Putar tombol (3) sehingga %T menunjuk angka 100 atau sampai A menunjuk
angka 0
5. Angkat kuvet yang berisi akuades dari tempat sample. Kemudian ganti isi kuvet
dengan larutan, baca hasilnya.
6. Ganti larutan blanko dalam kuvet dengan larutan standar atau uji, kemudian baca
serapannya.
Catatan :
1. Setiap memasukkan kuvet kedalam tempat sample, bagian luar kuvet harus bersih &
kering (gunakan kertas tisu untuk membersihkan)
2. Jangan sampai ada cairan yang tumpah kedalam alat.
3. Untuk setiap penetapan pada panjang gelombang yang berbeda, pada setiap alat
harus ditera dengan akuades (A harus menunjukkan angka 0 atau 100%T)

TUJUAN UMUM PRAKTIKUM


1. Menentukan panjang gelombang dengan serapan maksimum
2. Membuktikan hukum Beer-Lambert
3. Penentuan kadar larutan yang tidak diketahui

PERCOBAAN
1. PENENTUAN PANJANG GELOMBANG DENGAN SERAPAN MAKSIMUM
Tujuan : Menentukan panjang gelombang dengan serapan maksimum
Dasar : Suatu zat berwarna menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
Alat dan Pereaksi:
1. Spektrofotometer dan Kuvet
2. Larutan hematin alkalis (1 ml darah diencerkan dengan amonia sampai
mencapai volume 500 ml)
Cara Kerja:
1. Sediakan 2 tabung kuvet, pada tabung 1 masukkan 5 ml akuades (sebagai
blanko) dan pada tabung 2 masukkan 5 ml larutan hematin alkalis
2. Baca serapan larutan itu pada panjang gelombang antara 500 dan 600 nm
dengan interval 10 nm. Perhatikan bahwa setiap pembacaan pada suatu panjang
gelombang. Alat ditera dengan blanko yang berisi akuades (A = 0 atau T = 100%)
3. Buatlah kurva dengan panjang gelombang sebagai sumbu X dan Absorban
sebagai sumbu Y
Hasil percobaan :
Panjang gelombang Serapan Panjang gelombang Serapan

14 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
(nm) (abs) (nm) (abs)
500 560
510 570
520 580
530 590
540 600
550

Tugas : Buatlah kurvanya pada kertas grafik (Kurva hubungan panjang gelombang
(λ) – serapan (A))
1
0.9
0.8
0.7
0.6
absorban

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
500 510 520 530 540 550 560 570 580 590 600

panjang gelombang (nm)


Hasil :
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.

2. HUBUNGAN SERAPAN DENGAN KADAR ZAT DALAM LARUTAN


Tujuan : Membuktikan hukum Beer-Lambert
Dasar : Jumlah cahaya yang diserap suatu larutan pada panjang gelombang tertentu
sebanding dengan kadar zat dalam larutan.Bila hukum Beer-Lambert ini diikuti oleh
larutan tersebut, maka kurva hubungan serapan (A) dengan kadar zat akan
merupakan garis lurus.

Alat dan pereaksi:


1. Spektrofotometer 4. Pipet 1 ml
2. Kuvet 5. Tabung reaksi

15 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
3. Darah oksalat 6. Labu Volumetrik 1L
7. Kertas grafik
Cara kerja :
1. Encerkan 1 ml darah oksalat dalam labu volumetric menjadi 500 ml dengan
larutan amonium encer (4 ml amonia pekat dalam 1 l akuades) Kocok dengan
membolak-balikkannya. (sudah dibuat/tersedia)
2. Pipetkan kedalam 6 tabung reaksi masing-masing: 0ml; 2ml; 4ml; 6ml;
8ml&10ml darah amonia tersebut.Kemudian tambahkan amonia encer pada keenam
tabung berturut-turut: 10ml; 8ml; 6ml; 4ml; 2ml&0 ml
3. Kemudian baca serapan masing-masing tabung dengan menggunakan
tabung 1 sebagai blanko pada panjang gelombang maksimum yang didapat pada
percobaan 1.
4. Buatlah kurva pada selembar kertas grafik dengan A (serapan) sebagai
sumbu Y & pengenceran sebagai sumbu X.

Hasil percobaan :
Darah Amonia Konsentrasi hematin Serapan pada
Amonia encer alkali (%) λmaks = .....
0 ml 10 ml 0
2 ml 8 ml 0,04
4 ml 6 ml 0,08
6 ml 4 ml 0,12
8 ml 2 ml 0,16
10 ml 0 ml 0,20

Tugas : Buatlah kurvanya pada kertas grafik


0.5

0.45

0.4

0.35
absorbans/serapan

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0 konsentrasi hematin alkali (%)

0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,1 0,11 0,12 0,13 0,14 0,15 0,16 0,17 0,18 0,19 0,20

Pertanyaan :
1. Apakah anda mendapatkan garis lurus pada kurva yang anda buat ? Bagaimana bentuk
kurvanya bila yang anda gunakan pada sumbu Y adalah Transmittance (T) ?
Jawab:
......................................................................................................................................................................
.

16 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
......................................................................................................................................................................
.

......................................................................................................................................................................
.

2. Apa yang harus Aanda lakukan bila serapan suatu tabung reaksi berisi larutan yang
sama berada diluar batas-batas kurva yang anda buat ?
Jawab:
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.

3. PENENTUAN KADAR SUATU LARUTAN


Tujuan : Menentukan kadar sutau larutan yang belum diketahui
Dasar : Kadar suatu zat dapat diketahui dengan membandingkannya dengan kadar
larutan standar
Alat dan pereaksi:
- Spektrofotometer
- Larutan hematin alkalis (U1, U2, U3)
- Kuvet
- Kertas grafik
- 3 buah tabung reaksi
- Pipet Mohr 10 ml

Cara kerja :
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Isilah tabung pertama dengan 5 ml
larutan U1
2. Isilah tabung kedua dengan 5 ml larutan U2
3. Isilah tabung ketiga dengan 5 ml larutan U3
4. Baca serapan dan hitung kadar larutan U1, U2 dan U3 berdasarkan kurva standar yang
saudara buat pada percobaan 2
Hasil percobaan :
Larutan Serapan (Abs) Kadar (%)
U1
U2
U3

Kesimpulan
.............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................

17 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................

18 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
MEMBRAN BIOLOGI

PERCOBAAN

1. HEMOLISIS SEL DARAH MERAH


Tujuan : Memperlihatkan bahwa membrane sel darah merah dapat mengalami lisis dalam
pelarut organic
Dasar : Membran sel darah merah (SDM) antara lain mengandung lipid. Bila SDM dimasukkan
kedalam larutan yang mengandung pelarut organic, maka lipid membrane akan larut,
sehingga terjadi hemolisis
Bahan dan pereaksi :
1. Suspensi darah 5. Aseton
2. NaCl 0,9% 6. Alcohol
3. Kloroform 7. Toluene
4. Eter 8. Tabung reaksi

Cara Kerja :
1. Kedalam 6 tabung reaksi dimasukkan masing-masing 10 ml NaCl 0,9%. Tabung pertama
digunakan sebagai control, dan kelima tabung lainnya tambahkan masing-masing 2 tetes
kloroform, eter, aseton, toluene dan alcohol berurutan
2. Tambahkanlah kedalam tiap tabung 2 tetes suspense darah, campur dengan membaliknya
perlahan-lahan, biarkan selama setengah jam (jangan dikocok). Perhatikan warna yang
terbentuk pada larutan bagian atas dan bandingkan dengan control.
Hasil percobaan :
Pelarut Hemolisis
Control (NaCl 0,9%)
Kloroform
Eter
Aseton
Toluen
Alkohol

Kesimpulan :
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................

2. PENGARUH LARUTAN HIPER/HIPOTONIK TERHADAP MEMBRAN SEL DARAH


MERAH

19 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Tujuan : Memperlihatkan pengaruh larutan hiper/hipotonik terhadap membrane sel darah merah
Dasar : SDM akan mengkerut bila berada dalam larutan hipertonik terhadap tekanan osmotic
plasma. Dalam larutan yang hipotonik, cairan dari luar sel masuk kedalam sel sehingga
SDM akan membengkak, dan akhirnya terjadi hemolisis. Haemoglobin dalam SDM akan
larut dalam larutan, sehingga member warna merah jernih pada larutan.
Bahan dan pereaksi :
1. Suspensi darah
2. NaCl 2 %

Cara Kerja :
1. Kedalam 10 tabung reaksi isiskan campuran berikut ini :
Air suling (mL) NaCl 2% (mL) % NaCl
10 0
9 1
8 2
7,5 2,5
7 3
6,5 3,5
6 4
5,5 4,5
5 5
4,5 5,5

2. Campur dengan baik. Tambahkan 2 tetes suspense darah kedalam setiap tabung dan
campur dengan membaliknya perlahan-lahan. Diamkan selama 1 jam. Perhatikan dan catat
derajat hemolisis pada tiap-tiap tabung.

Hasil percobaan :

Tabung no. Kadar NaCl Hemolisis


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

20 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Kesimpulan :

..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................

21 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
III. ENZIM & LARUTAN PENYANGGA

A. ENZIM
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai reaksi
kimia dalam system biologic.Hampir setiap reaksi kimia dalam sistem biologis dikatalisis oleh
enzim. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diekstraksi dari sel
tanpa merusak fungsinya

Kepentingan Medis Enzim


Enzim terdistribusi di tempat-tempat tertentu di dalam sel, kurang lebih sesuai dengan
golongan dan fungsinya. Sebagai contoh, Enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dan
reparasi DNA terletak di dalam inti sel. Enzim mengkatalisis berbagai reaksi yang
menghasilkan energi secara aerob terletak didalam mitokondria. Enzim yang berhubungan
dengan biosintesis protein berada bersama ribosom. Dengan demikian reaksi kimia didalam
sel berjalan sangat terarah efisien.
Ada penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas sintesis enzim tertentu, misalnya pada
defisiensi enzim Glukosa 6-Fosfat Dehidrogenase (G6PDH/G6PD). Sel darah merah
pada penderita defisiensi enzim G6PDH ini sangat rentan terhadap pembebanan oksidatif
misalnya pada pemakaian obat analgetik tertentu dapat terjadi hemolisis intravaskuler.

Analisis enzim dalam serum pada dasarnya dapat dipakai untuk diagnosis berbagai penyakit.
Dasar penggunaan enzim sebagai penunjang diagnosis ialah bahwa pada hakikatnya,
sebagian enzim terdapat dan bekerja didalam sel, dan enzim tersebut dibuat dalam jumlah
besar oleh jaringan tertentu. Karena itu enzim intrasel seharusnya tidak ditemukan di dalam
serum dan bila ditemukan berarti sel yang membuatnya mengalami disintegrasi. Bila enzim
yang diukur dalam serum terutama dibuat oleh jaringan atau organ tertentu, maka
peningkatan aktifitas dalam serum menunjukkan adakalanya kerusakan pada jaringan atau
organ tersebut.

Penggolongan Enzim
Hal yang sangat penting bagi enzim ialah kerjanya yang sangat spesifik. Suatu enzim
dapat mengkatalisis satu atau beberapa reaksi saja. Meskipun jumlah enzim ada ribuan yang
berasal dari makhluk hidup, reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh enzim-enzim ini ternyata dapat
digolongkan kedalam 6 macam reaksi saja. Berdasarkan itu, para ahli telah menggolongkan
enzim kedalam 6 golongan, sesuai dengan jenis reaksi yang dikatalisis, yaitu :
a. Oksidoreduktase
Adalah kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi oksidasi
reduksi.
b. Transferase

22 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemindahan berbagai gugus seperti amina,
karboksil, karbonil, metal, asil, glikosil/ fosforil.
c. Hidrolase
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemutusan ikatan kovalen sambil menarik air.
d. Liase
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemecahan ikatan kovalen tanpa mengikat air
e. Isomerase
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi isomerasi
f. Ligase (Sintetase)
Kelompok enzim ini mengkatalisis pembentukan kovalen

Kespesifikan dari kerja enzim dibedakan dalam kespesifikan optic dan gugus. Kespesifikan
optic tampak pada enzim-enzim yang bekerja terhadap karbohidrat. Umumnya enzim-enzim
ini hanya bekerja pada asam amino L dan bukan pada isomer D. Kespesifikan gugus
menunjukkan bahwa enzim hanya dapat bekerja terhadap gugus yang tertentu. Enzim
alcohol dehidrogenase tidak dapat mengkatalisis reaksi dehidrogenasi pada senyawa bukan
alcohol.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim


Seperti molekul protein lainnya sifat biologis enzim sangat dipengaruhi oleh factor fisika-kimia.
Enzim bekerja pada kondisi tertentu yang relative ketat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerja enzim antara lain suhu, pH, oksidasi oleh udara atau senyawa lain, penyinaran
ultraviolet, sinar X, α, β dan γ. Disamping itu, kecepatan reaksi enzimatik dipengaruhi oleh
konsentrasi maupun substratnya.
\

 Pengaruh Suhu
Suhu rendah mendekati titik beku tidak dapat merusak enzim, namun enzim tidak dapat
bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai
suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif
akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai
puncaknya pada suhu optimum (lihat grafik). Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu
optimum sekitar 37 oC. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan ± 60 oC,
karena terjadi denaturasi.
v

0
Suhu optimum 70 oC T

 Pengaruh pH

23 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktifitas enzim pada
beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan
menunjukkan aktifitas maksimum pada pH antara 5 sampai 9. Kecepatan reaksi enzimatik
mencapai puncaknya pada pH optimum (lihat grafik). Ada enzim yang mempunyai pH
optimum yang sangat rendah, seperti pepsin yang mempunyai pH optimum 2. Pada pH
yang jauh diluar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik
enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan
enzim tidak dapat berikatan dengan substrat.

pH
0
pH optimum = 14

 Pengaruh konsentrasi enzim


Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkankecepatan reaksi enzimatik.dapat
dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (V) berbading lurus dengan konsentrasi enzim
(E). Makin besar konsentrasi enzim reaksi makin cepat (lihat grafik).

0 (E)

 Pengaruh konsentrasi substrat


Pada suatu reaksi enzimatik bila substrat diperbesar, sedangkan kondisi lainnya tetap, maka
kecepatan reaksi (V) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan maksimum (V). pada
titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan substrat membentuk kompleks enzim-substrat,
kemudian kompleks ini akan terurai menjadi enzim dan produk. Makin banyak kompleks
enzim-substrat terbentuk, makin cepat reaksi berlangsung sampai pada batas kejenuhan
enzim-substrat. Pada kondisi substrat melampaui batas kejenuhan kecepatan reaksi akan
konstan. Dalam keadaan itu seluruh enzim sudah berada dalam bentuk kompleks enzim-
substrat. Pada penambahan jumlah substrat tidak menambah jumlah kompleks enzim-
substrat.
v

0 (S)

24 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
TUJUAN UMUM PRAKTIKUM:
1. Membuktikan pengaruh suhu terhadap aktifitas enzimatik
2. Membuktikan pengaruh pH terhadap aktifitas enzimatik
3. Membuktikan pengaruh kadar enzim terhadap aktifitas enzimatik
4. Membuktikan kerja beberapa macam enzim

PERCOBAAN:

1. PENGARUH SUHU TERHADAP KECEPATAN REAKSI ENZIMATIK.


Tujuan : Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding
dengan kenaikan suhu, dan reaksi paling cepat berlangsung pada suhu optimum.

Dasar : Suhu yang sangat rendah akan menyebabkan terhentinya kerja enzim secara
reversible, karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antara partikel E dan S.
Akibatnya kompleks E-S yang sangat penting dalam reaksi enzimatik tidak terbentuk,
sehingga P juga tidak terbentuk. Bila suhu dinaikkan sedikit demi sedikit benturan E dan S
untuk membentuk kompleks E-S akan makin meningkat sehingga P yang terbentuk makin
banyak. Keadaan ini terjadi sampai pada suhu tertentu, yaitu suhu optimum. Suhu yang lebih
tinggi dari suhu optimum menyebabkan enzim terdenaturasi. Akibatnya meskipun benturan
E dengan S meningkat, kompleks ES tidak terbentuk karena enzim terdenaturasi. Akibatnya
pembentukan P berkurang. Denaturasi enzim dapat terjadi ireversibel terutama bila suhu
lingkungan jauh melampaui suhu optimum.

Bahan dan pereaksi :


1. Liur, sebagai sumber amylase.
Tampunglah 2 ml air liur di dalam gelas kimia/tabung reaksi bersih & kering
2. Liur 100x sebanyak 50 ml (pipet 0,5 ml liur + 49,5 ml aquadest)
3. Larutan pati 0,4 mg/ml dan Larutan iodium

Cara kerja
1) Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang bersih.
a. Pasangan tabung pertama ditempatkan dalam bejana yang berisi es (0 oC)
b. Pasangan kedua ditempatkan dalam bejana berisi air, yang suhunya dipertahankan
tetap 25 oC
c. Pasangan tabung ketiga ditempatkan di rak tabung pada suhu ruang
d. Pasangan tabung keempat ditempatkan dalam penangas air yang suhunya
dipertahankan tetap 37 oC
e. Pasangan tabung kelima ditempatkan dalam penangas air yang suhunya
dipertahankan tetap 60 oC
f. Pasangan tabung keenam ditempatkan dalam penangas air mendidih (100 oC)

25 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Tiap pasangan tabung diberi tanda ‘B’ untuk blanko & ‘U’ untuk uji. Keram pasangan tabung
pada setiap suhu selama paling sedikit 5 menit
2) Pipetkan kedalam tiap-tiap tabung :

LARUTAN TABUNG B TABUNG U


Larutan pati 0,4 mg/ml 1 ml 1 ml
Keram pasangan tabung dari tiap suhu minimal selama 5 menit
Liur (diencerkan 100x) - 200 µl
Campurkan baik-baik, keram lagi dari tiap suhu tepat 1 menit
Larutan iodium (untuk suhu 60oC dan 100 1 ml 1 ml
o
C penambahan dilakukan diluar
penangas)
Air suling 8 ml 8 ml
Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan (∆A)
antara tabung B (pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap suhu.

3) Buatlah tabel berikut ini :


SUHU Abs Blanko Abs Uji ∆Abs/MENIT
(B) (U) (V)
0 oC
25 oC
Suhu ruang (..oC)
37 oC
60 oC
100 oC

4). Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan keceatan reaksi enzimatik (v =


∆Abs/menit) dengan suhu.
1

0.9

0.8

0.7
V (selisih Abs/menit)

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0 suhu (oC)
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kesimpulan :

26 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................

2. PENGARUH PH TERHADAP AKTIFITAS ENZIM


Tujuan : Membuktikan bahwa keasaman (pH) mempenguhi kecepatan reaksi enzimatik.
Dasar : Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu dan menunjukkan kerja maksimum pada
pH optimum. Di luar pH optimum aktifitas enzim dapat terganggu.

Bahan dan pereaksi:


1. Liur, sebagai sumber amylase. Tampunglah 2 ml air liur didalam gelas kimia/tabung
reaksi bersih & kering
2. Liur 100x sebanyak 50 ml (pipet 0,5 ml liur + 49,5 ml aquadest)
3. Larutan pati 0,4 mg/ml dilarutkan dalam berbagai pH (1, 3, 5, 7, 9 dan 11)
4. Larutan iodium

Cara kerja
1. Siapkan 6 pasang tabung reaksi bersih. Tiap pasangan tabung diberi tanda ‘B’ untuk
blanko dan ‘U’ untuk uji
2. Pipetkan kedalam tiap-tiap tabung :

LARUTAN TABUNG TABUNG U


B
Larutan pati dgn berbagai pH (1, 3, 5, 7, 9, 1 ml 1 ml
11)
Keram pasangan tabung pada suhu 37 oC minimal selama 5 menit
Liur (diencerkan 100x) - 200 µl
o
Campurkan baik-baik, keram lagi pada suhu 37 C tepat 1 menit
Larutan iodium 1 ml 1 ml
Air suling 8 ml 8 ml

3. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan
(∆A) antara tabung B (pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap pH

4. Buatlah tabel berikut ini :


pH Abs Abs Uji ∆Abs/MENIT
Blanko (B) (U) (V)
1
3
5

27 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
7
9
11

5. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi enzimatik (v =


∆Abs/menit) dengan pH.

0.9

0.8

0.7
V (selisih Abs/menit)

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

pH

Kesimpulan:
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................

3. PENGARUH KADAR ENZIM TERHADAP AKTIFITAS ENZIM

Tujuan:Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan


konsentrasi enzim

Dasar : Pada konsenrasi substrat tertentu, penambahan enzim dengan konsentrasi


bertingkat akan meningkatkan pembentukan kompleks enzim-substrat, sehingga jumlah
produk yang terbentuk akan meningkat.

Bahan dan pereaksi


2. Liur, sebagai sumber amylase. Tampunglah 2 ml air liur di dalam gelas
kimia/tabung reaksi yang bersih dan kering
3. Liur 100x sebanyak 50 ml (pipet 0,5 ml liur + 49,5 ml aquadest)
4. Liur 200x sebanyak 1 ml (pipet 0,5 ml liur 100x + 0,5 ml aquadest)
5. Liur 300x sebanyak 3 ml (pipet 1 ml liur 100x + 2 ml aquadest)

28 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
6. Liur 400 x sebanyak 2 ml (pipet 0,5 ml liur 100x + 1,5 ml aquadest)
7. Liur 500x sebanyak 5 ml (pipet 1 ml liur 100x + 4 ml aquadest)
8. Larutan pati 0,4 mg/ml dan Larutan iodium

Cara kerja
1. Siapkan 5 pasang tabung reaksi yang bersih. Tiap pasangan tabung diberi tanda ‘B’
untuk blanko dan ‘U’ untuk uji
2. Pipetkan kedalam tiap-tiap tabung :

LARUTAN
TABUNG TABUNG
B U
Larutan pati 0,4 mg/ml 1 ml 1 ml
Keram pasangan tabung pada suhu 37 oC minimal selama 5
menit
Liur dengan pengenceran 100x, 200x, - 200 µl
300x, 400x dan 500x
Campurkan baik-baik, keram lagi pada suhu 37 oC tepat 1 menit
Larutan iodium 1 ml 1 ml
Air suling 8 ml 8 ml

3. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan
(∆A) antara tabung B (pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap konsentrasi enzim.

4. Buatlah tabel berikut ini :


Pengenceran Abs Abs Uji ∆Abs/MENIT
Enzim Blanko (B) (U) (V)
500x
400x
300x
200x
100x

5. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi enzimatik (v =


∆Abs/menit) dengan konsentrasi enzim.

0.9
V (sel i si h ab s/ men it)

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

Kesimpulan: 0

..............................................................................................................................................................................
100 200 300 400
konsentrasi enzim
500

29 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................

4. KERJA BEBERAPA MACAM ENZIM

A. Enzim Urease
Pada percobaan ini, sebagai enzim digunakan urease yang terdapat dalam kacang
kedelai. Urease merubah uream menjadi CO2 dan NH3. Terbentuknya NH3 dapat dilihat
dengan perubahan warna dari fenolftalein. Larutan urease dibuat sebagai berikut :
Campurkan 1 gram tepung kedelai dengan 100 ml aquadest dan dikocok selama 10
menit, lalu disaring dengan kain kasa, tiap kali praktikum baru dibuat.
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 ml larutan ureum 1%.
Tambahkan 1 tetes fenolftalein 1%. Kemudian tambahkan 1 ml larutan urease dan
ditutup. Setelah beberapa menit, cairan yang tadinya tidak berwarna akan berwarna
merah oleh karena terbentuknya amoniak.
b. Percobaan diatas kita kerjakan lagi dengan larutan urease yang telah dipanaskan
hingga mendidih dan didinginkan kembali. Dengan prosedur sebagai berikut:
- Siapkan tabung reaksi yang berisi urease 3 ml, panaskan hingga mendidih dan
didinginkan
- Siapkan lagi tabung reaksi bersih & kering. Masukkan 5 ml larutan ureum 1%.
Tambahkan 1 tetes fenolftalein 1%
- Lalu masukkan 1 ml larutan urease yang telah dipanaskan & didinginkan diatas
dan ditutup. Disini tidak akan timbul warna merah karena pada pemanasan
urease tadi menyebabkan enzim menjadi tidak aktif
c. Percobaan diatas kita kerjakan lagi dengan larutan urease yang telah ditetesi larutan
sublimat (HgCl2 1%). Cara kerjanya sebagai berikut:
- Siapkan tabung reaksi yang berisi 2 ml urease dan tambahkan 1 tetes larutan
sublimat (HgCl2 1%)
- Siapkan lagi tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 ml larutan ureum 1%.
Tambahkan 1 tetes fenolftalein 1%. Lalu masukkan 1 ml larutan urease yang
telah ditetesi sublimat
- Disini tidak akan timbul warna merah karena logam-logam berat menyebabkan
denaturasi enzim.

d. Gambarlah hasil percobaan dari ke-3 tabung tersebut.

30 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
e. Kesimpulan :
...............................................................................................................................................................
...........................
...............................................................................................................................................................
...........................
...............................................................................................................................................................
...........................
...............................................................................................................................................................
...........................

B. Enzim Schardinger dalam susu


Dalam susu terdapat semacam enzim dehidrogenase yaitu Schardinger. Enzim ini
sanggup mengambil hydrogen dari aldehid dan sebagai H akseptor digunakan biru metil.
Percobaan ini menggunakan campuran biru metil dan formaldehid yang dibuat dari 25
mg biru metil dilarutkan dalam 195 ml akuades dan kedalamnya ditambahkan 5 ml
formaldehyde 40 %.
Sediakan 3 tabung reaksi yaitu tabung a, b, dan c
1. Tabung reaksi a diisi dengan 5 ml susu ditambah dengan 5 tetes campuran biru metil
dan formaldehyde kemudian dikocok. Kemudian ditambahkan sejumlah parafin
liquid
2. Tabung reaksi b diisi dengan 5 ml susu ditambah tetes campuran biru metil dan
formaldehyde
3. Tabung reaksi c diisi dengan 5 ml susu yang terlebih dahulu dimasak dan
didinginkan kembali ditambahkan 5 tetes campuran biru metil dan formaldehyde
kemudian dikocok. Kemudian tambahkan sejumlah parafin liquid
4. Ketiga tabung reaksi tersebut dimasukkan kedalam penangas air pada suhu 37 – 40
o
C
5. Gambarlah hasil percobaan dari ketiga tabung tersebut. Buatlah kesimpulan dari
setiap percobaan

Hasil :

Kesimpulan :

31 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.

C. Enzim peroksidase susu


Susu mengandung suatu enzim peroksidase yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi :

H2O2 H2O + On

Untuk menunjukkan adanya enzim ini dapat dipakai benzidin yang bila teroksidasi akan
menimbulkan warna biru atau guaiak yang bila teroksidasi akan berwarna merah.
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml susu ditambah 1 ml larutan guaiak dan 1 ml
larutan H2O2 3%. Setelah dikocok akan timbul warna merah.

Hasil :

Kesimpulan :
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.

......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.

B. LARUTAN PEYANGGA

32 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Pada umumnya proses biologi yang terjadi di dalam sel berada pada suatu lingkungan yang berair.
Air adalah suatu substansi amfoterik yang dapat berperan sebagai donor/penyedia proton (asam)
atau penerima proton (basa). Dalam air murni, [H+] = [OH-] = [10-7]. Dengan kata lain. pH atau –log
[H+] = 7

H2O ========== H+ + OH-


Molekul asam dan basa ketika bercampur dalam air pada suatu sel biologi atau pada tabung uji
akan bereaksi sehingga dapat terjadi perubahan pH. Proses reaksi biokimia dalam sel atau
jaringan sangat bergantung pada regulasi konsentrasi hydrogen. pH secara biologis dipelihara
pada suatu nilai konstan oleh penyangga alami.
Suatu larutan penyangga adalah larutan yang terdiri dari campuran asam lemah dengan basanya
atau basa lemah dengan asamnya. Penyangga ini berfungsi mempertahankan pH sehingga
penambahan sejumlah kecil asam atau basa memberikan pengaruh sangat kecil.

Persamaan Henderson - Hasselbalch


pH = pKa + log [garam] / [asam]

Persamaan ini menunjukkan hubungan antara pH dan rasio asam dan konsentrasi basa yang
terkonjugasi. Persamaan ini dapat digunakan untuk menentukan pH dari suatu larutan jika
perbandingan molar dari penyangga ion ([HA] / [A-]) dan pKa dari HA diketahui. Perbandingan HA
terhadap A- yang diperlukan untuk mempersiapkan larutan penyangga pada suatu pH yang
spesifik dapat dihitung jika pKa diketahui.
Asam (H+) yang ditambahkan pada larutan penyangga, akan ternetralisir oleh A- :

H+ + A- ---------- HA
Basa (OH-) yang ditambahkan pada larutan penyangga akan dinetralisir oleh HA :
OH+ + HA ---------- A- + H2O

System penyangga yang paling efektif mengandung konsentrasi asam yang sama, HA dan basa
terkonjugasinya, A-. Berdasarkan persamaan Henderson – Hasselbalch, ketika [A -] sebanding
dengan [HA], pH sebanding dengan pKa. Jarak efektif dari suatu system penyangga pada
umumnya 2 pH unit.

PERCOBAAN

1. PENYANGGA STANDAR ASETAT

Alat dan bahan :


- pH meter
- tabung reaksi
- Asam Asetat 0,1 N
- Natrium Asetat 0,1 N
Cara kerja :

33 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
1. Siapkan 4 tabung berikan label nomor tabung
2. Masukkan asam asetat 0,1 N dan Natrium asetat 0,1 N ke dalam setiap tabung
dengan jumlah sesuai denga tabel di bawah ini :
Hasil :
No. ml. Asam asetat 0,1 ml NAtrium asetat 0,1 N pH
Tabung N
1 18,5 1,5
2 14,7 5,3
3 4,2 15,8
4 1,9 18,1
Pertanyaan:
a. Tentukan pH dari larutan diatas dengan menggunakan persamaan Handerson-Hasselbalch!
Jawab :
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
b. Tentukan pH dari larutan diatas dengan menggunakan pH-meter
Jawab:
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.

2. LARUTAN pH DALAM BERBAGAI pH


Alat dan bahan :
- pH meter - asam asetat 0,1 N
- tabung reaksi - kalium ftalat
- kalium klorida 0,2 M
Cara kerja :
1. Siapkan 5 tabung dan berikan tanda pada setiap tabung sesuai dengan pH
2. Tambah ke dalam setiap tabung larutan sesuai dengan table di bawah ini
Hasil :
pH Larutan garam Larutan Asam/Alkali Larutan pati 2%
1 5 ml KCl 0,2M 8 ml HCl 0,2 N
3 5 ml Kalim ftalat 0,02 M 2 ml HCl 0,2N
5 5,9 ml asam asetat 0,1 N 14,1 ml natrium asetat 0,1 N
7 6,1 ml M/15 dinatrium phosphate 3,9 ml M/15 kalium asam
phospat
9 5 ml asam borat 0,2 M 2,1 ml NaOH
3. Setelah itu tambahkan aquades hingga volume larutan menjadi 20 ml.

34 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Untuk membuat 20 ml larutan pati 0,4 gr/ml, berapakah jumlah larutan pati 2% yang harus
ditambahkan

Kesimpulan:
DAFTAR PUSTAKA

1. Murray RK, etal. Biokimia Harper ed.25. Jakarta: EGC. 2003


2. Stryer L. Biokimia ed.3.vol.1.Jakarta:EGC.1999
3. Stryer L.Biokimia ed.3.vol2.Jakarta:EGC.1999
4. Pedoman kerja Boerhringer Mannheim.1982
5. Pedoman Kerja Dyasys.2002/2003
6. Penuntun Kerja Roche.1985
7. Penuntun Praktikum Biokimia Kedokteran Gigi Bagian Biokimia FKUH
Makassar 2004
8. Penuntun Praktikum Biokimia I Bagaian Biokimia FKUH.
Makassar: 2002
9. Biokimia Eksperimen Laboratoium bagian Biokimia FKUI. Jakarta:Widya
Medika.2001. Hal.82-87
10. Penuntun Praktikum Biokimia II bagian Biokimia FKUH
Makassar 2002

35 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1

Anda mungkin juga menyukai