BIOKIMIA
BIOMEDIK I
N A M A :
N I M :
SEMESTER :
KELOMPOK :
BAGIAN BIOKIMIA
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
2021
1 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmatNya sehingga penuntun praktikum Biokimia dapat terbit untuk melengkapi
matakuliah Biomedik I
Dengan perkembangan metode pendidikan dalam ilmu kedokteran umumnya
dan Biokimia pada khususnya, maka penuntun praktikum yang diterbitkan kali ini
merupakan penuntun yang sebagian besar sama dengan penuntun praktikum
sebelumnya hanya saja ada beberapa perbaikan yang disesuaikan dengan
matakuliah Biomedik I
Setiap kegiatan praktikum dalam penuntun praktikum ini diusahakan sedapat
mungkin berhubungan dengan teori yang diberikan pada kuliah Biokimia
Kedokteran, sehingga akan bermanfaat dalam memahami kuliah yang diberikan.
Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu petunjuk, saran dan kritik dari para pembaca sangat kami
harapkan demi perbaikan pada penerbitan berikutnya. Mudah-mudahan
penuntun ini memberikan manfaat yang sebaik-baiknya dalam peningkatan ilmu
pengetahuan mahasiswa kedokteran.
Penyusun,
2 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOKIMIA
1. Mahasiswa yang berhak mengikuti praktikum adalah mereka yang telah memenuhi persyaratan
administrasi dan kelengkapan peralatan praktikum
2. Kelengkapan administrasi meliputi :
a. Mengenakan baju praktikum lengkap dengan papan nama dan membawa penuntun praktikum
b. Laki-laki : * Mengenakan baju berkerah
Tidak berambut panjang
Mengenakan celana panjang
Mengenakan sepatu tertutup
c. Perempuan : * Mengenakan baju berkerah
Rok panjang
Mengenakan sepatu tertutup
3. Mahasiswa sudah harus berada dilaboratorium paling lambat 10 menit sebelum praktikum dimulai
dan bagi yang terlambat akan diperbolehkan mengikuti praktikum hanya dengan izin koordinator
praktikum
4. Mahasiswa tidak diperbolehkan keluar masuk laboratorium tanpa seizin asisten yang bertugas pada
saat itu.
5. Mahasiswa tidak dibenarkan membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan praktikum
selama dalam laboratorium demi efisiensi waktu.
6. Mahasiswa akan dibagi menjadi 10 regu dengan satu orang sebagai ketua regu. Setiap regu
melakukan jenis percobaan yang sama pada tempatnya masing-masing dan tiap regu tidak
diperkenankan mengambil pekerjaan regu mahasiswa lainnya kecuali yang telah ditetapkan oleh asisten.
7. Ketua regu bersama anggotanya menyiapkan kotak alat beserta kelengkapannya dan alat-alat serta
bahan dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk percobaan yang akan dilaksanakan yang akan
disampaikan oleh asisten pembimbing atau koordinator praktikum
8. Setiap mahasiswa harus memahami tujuan percobaan, cara kerja serta teori yang berhubungan
dengan percobaan yang akan dilaksanakan. Asisten berhak menunda jalannya percobaan untuk
sementara dan menganjurkan untuk memahami kembali hal-hal yang disebutkan diatas sebelum
praktikum dilanjutkan.
9. Selama praktikum, mahasiswa tidak diperbolehkan keluar masuk laboratorium tanpa seizin asisten
yang bertugas pada saat itu serta tidak dibenarkan membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan
dengan praktikum demi efisiensi waktu.
10. Percobaan yang tidak berhasil dengan baik atau gagal atas kesalahan regu yang bersangkutan,
diluar tanggung jawab asisten pembimbing dan tidak diberikan kesempatan untuk mengadakan
pengulangan.
11. Setiap anggota regu bertanggung jawab atas keselamatan dan kebersihan alat-alat yang digunakan
dan pada akhir percobaan alat diserahkan kembali dalam keadaan lengkap dan bersih.
12. Mahasiswa yang berhalangan hadir pada praktikum dengan alasan yang jelas harus
menyampaikan alasannya kepada koordinator praktikum selambat-lambatnya 2 x 24 jam
13. Laporan hasil percobaan diselesaikan dalam laboratorium selama praktikum berlangsung dan wajib
menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditetapkan sesuai dengan waktu yang akan diberikan kemudian
14. Mahasiswa yang melanggar tata tertib praktikan akan diberi sanksi mulai dari pemberian tugas
sampai dengan tidak diikutkan dalam praktikum.
15. Peraturan yang tidak tercantum di atas dan dianggap perlu akan diberitahukan selanjutnya
Demikianlah peraturan ini dibuat agar menjadi perhatian bagi semua pihak yang terkait.
Ttd,
Koordinator Praktikum
3 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .............................................................................. 2
Tata Tertib Praktikum Biokimia .............................................................. 3
Daftar Isi ................................................................................................. 4
PRAKTIKUM :
1. KARBOHIDRAT, LIPID dan PROTEIN
A. KARBOHIDRAT ………………………………………… ……... … 5
B. LIPID …………………………………………….……………… .. 9
C. PROTEIN …………………………………………………………… 11
2. SPEKTROFOTOMETER & MEMBRAN SEL
A. SPEKTROFOTOMETER …………………………………..…… 15
B. MEMBRAN BIOLOGI ……………………………………………. 21
3. PRAKTIKUM ENZIM & LARUTAN PENYANGGA
A. ENZIM …………………………………………………………...... 23
B. LARUTAN PENYANGGA …………………………………….…. 33
4. BIOINFORMATIKA ……………………………………………..…… 36
Daftar Pustaka ………………………………………………………… 40
4 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
I. KARBOHIDRAT, LIPID dan PROTEIN
A. KARBOHIDRAT
Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih, sukar larut dalam pelarut-
pelarut organik, tetapi larut dalam molekul air (kecuali beberapa polisakarida). Sebagian besar
karbohidrat dengan berat molekul rendah mempunyai rasa manis, karena itu digunakan
istilah gula untuk zat-zat tersebut.
Kesimpulan :
2. TES SELIWANOFF
5 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Pada umumnya reaksi ini spesifik untuk ketosa. Dasarnya adalah pembentukan 4-
hidroksimetil furfural yang bereaksi dengan resorsinol (1,3-dihidroksi benzene) membentuk
senyawa berwarna merah. Glukosa dan gula lain dapat memberi warna merah muda pada
pemanasan yang lama dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu ikutilah petunjuk-petunjuk
cara kerja tes ini dengan seksama.
Cara kerja :
1. Siapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Masukkan kedalam 2 tabung
reaksi tersebut sebanyak 2,5 ml pereaksi seliwanoff yang baru dibuat secara berturut-turut.
Masing-masing tambahkan 5 tetes larutan yang hendak diperiksa (sampel sukrosa dan
glukosa)
2. Kemudian didihkan keduanya diatas api selama 30 detik atau dalam penangas air
mendidih selama 30 detik. Hasil positif bila timbul warna merah setelah beberapa detik
Hasil
Tabung I, sampel glukosa :
Kesimpulan :
3. TES BENEDICT
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton
bebas dengan membentuk kuprooksida (Cu2O) yang berwarna merah bata.
Cara kerja :
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih & kering. Masukkan masing-masing 2,5 ml larutan
benedict kedalam 3 tabung tersebut
2. Tambahkan 4 tetes larutan yang akan diperiksa (sampel glukosa 2%; 1%; dan 0,5 %)
secara berturut
3. Campur dan didihkan ketiganya diatas api selama 2 menit atau dalam penangas air
mendidih selama 5 menit
4. Perhatikan warna yang timbul. Positif jika terjadi endapan mulai dari warna hijau kuning /
merah bata
6 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Hasil:
Tabung I, sampel glukosa 2% :
Kesimpulan :
4. TES BARFOED
Reaksi ini untuk membedakan monosakarida dari disakarida, bedanya terletak pada
suasananya yang asam. Dalam suasana asam, larutan sakarida yang masih mempunyai sifat
pereduksi hanyalah monosakarida. Tetapi dengan pemanasan yang lama disakarida dapat
mengalami hidrolisis dan menyebabkan reaksi positif.
Cara kerja :
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi bersih & kering. Masukkan 2 ml pereaksi barfoed masing-
masing kedalam 2 tabung tersebut. Tambahkan 1 ml larutan yang akan diperiksa (sampel
sukrosa & glukosa) secara berturut-turut
2. Siapkan stopwatch/pengukur waktu kemudian panaskan sampai mendidih diatas
penangas air mendidih hingga 1 menit. Bila tak terlihat endapan didihkan terus pada
penangas air panas hingga 15 menit sambil tetap memperhatikan endapan yang
terbentuk
3. Disakarida positif dengan terjadinya endapan pada pemanasan setelah 5 menit sedangan
monosakarida dengan terjadinya endapan pada pemanasan sebelum 5 menit
Hasil
Tabung I, sampel glukosa :
Kesimpulan :
7 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
5. TES AMILUM DENGAN IODIUM
Amilum dan dekstrin dengan iodium akan membentuk iod amilum kompleks pada permukaan
dan memberi warna biru atau merah anggur.
Cara kerja :
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 1 ml larutan pati/amilum
kedalam tabung reaksi tersebut. Tambahkan 1 tetes larutan lugol (1 gr iodium dengan 2 gr
KI dalam 100 ml aquadest)
2. Perhatikan warna biru yang timbul. Tambahkan beberapa tetes NaOH 10%, Kocok.
Warna akan hilang mengapa ?
Hasil:
Kesimpulan :
8 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
B. LIPID
Lipid adalah golongan senyawa organik yang terdapat di alam dan mempunyai sifat-sifat :
a. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut lemak seperti eter, alkohol panas dan benzene
b. Berhubungan erat dengan asam lemak
c. Dapat digunakan oleh organisme hidup
Lipid dapat diekstraksi dari jaringan binatang maupun tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan
pelarut lemak.
Hasil ekstraksi merupakan campuran yang kompleks, mengandung triasilgliserol, fosfolipid,
glikolipid, bermacam-macam sterol, dan senyawa-senyawa lainnya yang terbentuk sebagai hasil
hidrolisis zat-zat tersebut diatas triasilgliserol, kolesterol dan ester kolesterol dinamakan juga lipid
netral tidak bermuatan.
Cara kerja :
1. Siapkan 4 buah tabung reaksi bersih. Masukkan masing-masing 2 ml pelarut berikut : air,
alkohol 96% dingin, alkohol 96% panas dan eter secara bertutut-turut
2. Kemudian tambahkan 2 tetes minyak kelapa kedalam tabung-tabung tersebut. Kocok
sebentar. Perhatikan kelarutan minyak tersebut
Hasil
Tabung I :
Tabung II :
Tabung III :
Tabung IV :
Kesimpulan :
9 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Asam lemak tidak jenuh dapat menghilangkan warna iodium atau KMnO4. Ini disebabkan
oleh adisi pada ikatan rangkap. Berdasarkan sifat ini iodium dapat dipakai untuk menentukan
banyaknya ikatan rangkap sejumlah tertentu lemak. (Angka iodium = jumlah gram iodium
yang dapat diikat oleh 100 gram lemak)
Cara kerja :
Siapkan sebuah tabung reaksi bersih. Masukkan 3 ml minyak kelapa murni. Tambahkan
2 tetes larutan KMnO4 0,1 N. Kocok beberapa saat. Warna KMnO 4 yang hilang
menunjukkan minyak mengandung asam lemak tak jenuh
Hasil:
Kesimpulan :
Cara kerja :
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 1 ml larutan kolesterol
0,5% dalam kloroform. Tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrida. Lalu tambahkan lagi
3 tetes asam sulfat pekat kedalam campuran itu. Kocoklah dengan hati-hati dan lihatlah
warna yang timbul (warna tidak stabil)
2. Reaksi ini merupakan dasar penentuan kolesterol dalam serum/plasma secara
kolorimetrik fotoelektrik
Hasil:
Kesimpulan :
10 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
C. PROTEIN
Berbeda dengan karbohidrat dan lemak, protein banyak mengandung nitrogen, belerang dan
fosfor. Persentasi rata-rata dari unsur-unsur di dalam berbagai macam protein adalah kurang lebih
sebagai berikut :
Karbon = 0,4% = 1%
Hidrogen = 15% = 17,5%
Oksigen = 20% = 24%
Nitrogen = 6,5% = 7,5%
Belerang = 50% = 55%
Prosentasi dari nilai nitrogen di dalam protein sama dengan 16%. Analisa ini digunakan untuk
menaksir jumlah protein di dalam suatu bahan. Jumlah nitrogen yang diperoleh dengan analisa
berdasarkan KJELDAHL dengan mengalikan faktor 6,25 (ini adalah 100/16). Protein terdiri dari
bermacam-macam golongan makro molekul yang heterogen, namun demikian semuanya
merupakan turunan dari polipeptida dengan berat molekul yang tinggi. Secara kimia dapat
dibedakan atas protein sederhana yang mengandung zat-zat tambahan seperti heme, lipid,
karbohidrat dan asam nukleat.
Cara kerja :
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih. Masukkan 2 ml larutan protein (sampel
albumin/larutan putih telur) kedalam tabung reaksi. Tambahkan 2 ml NaOH 10%. Setelah
kedua larutan ini bercampur lalu teteskan secara perlahan-lahan CuSO 4 0,5% hingga
timbul warna tertentu
2. Penambahan CuSO4 harus berhati-hati sebab bila terlalu banyak akan
menyebabkan timbulnya warna biru
Hasil:
Kesimpulan :
11 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
2. REAKSI NINHIDRIN
Semua asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehid yang lebih rendah dengan
melepaskan NH3 dan CO2 dan disertai dengan terbentuknya warna biru.
Cara kerja :
Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 3 ml larutan protein/asam
amino yang tersedia (larutan putih telur). Dan 10 tetes larutan ninhidrin 0,1%. Letakkan
tabung pada penangas air mendidih selama 10 menit. Perhatikan warna biru yang
terbentuk
Hasil:
Kesimpulan :
Dengan logam berat, protein akan membentuk garam proteinat yang tidak larut.
Cara kerja :
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 ml larutan protein
yang tersedia, masing-masing kedalam 2 tabung tersebut diatas. Tambahkan CuSO4 5%
tetes demi tetes kedalam tabung reaksi pertama dan perhatikan pengaruh tiap-tiap tetesan
dari pembentukan presipitat
2. Tambahkan Asam sulfosalisilat 10% tetes demi tetes kedalam tabung reaksi
kedua dan perhatikan pengaruh tiap-tiap tetesan dari pembentukan presipitat
Hasil:
Kesimpulan :
12 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
II. SPEKTROFOTOMETER & MEMBRAN BIOLOGI
A. SPEKTROFOTOMETER
Bila seberkas sinar putih melewati suatu larutan berwarna, maka pada beberapa panjang
gelombang tertentu dari spektrum warna akan terjadi penyerapan cahaya. Contohnya, bila
suatu larutan berwarna MERAH, maka ia akan menyerap cahaya pada daerah panjang
gelombang warna KUNING-BIRU. Sebaliknya, cahaya pada daerah panjang gelombang
warana MERAH akan diteruskan sehingga dengan mata akan tampak berwarna MERAH.
Dengan kata lain, warna suatu larutan disebabkan oleh warna spektrum cahaya yang tidak
ditahan/diserapnya, tetapi yang diteruskan.
Dalam keadaan sehari-hari, sebenarnya diketahui bahwa jumlah zat yang terlarut dapat
diperkirakan dengan mata dari kepekaan/intensitas warna. Misalnya, dua sendok makan
sirup merah dilarutkan dalam segelas air warnanya tampak lebih pekat dibandingkan dengan
satu sendok makan sirup merah dalam segelas air. Pada pengukuran dengan teknik
spektrofotometri, cahaya polikromatis yang berasal dari sumber cahaya diuraikan dengan
menggunakan prisma sehingga diperoleh cahaya monokromatis yang diserap oleh zat yang
akan diperiksa tersebut. Hubungan antara konsentrasi dengan jumlah cahaya yang diserap
dinyatakan dalam hukum Beer-Lambert.
Hukum Beer-Lambert
Bila cahaya monokromatis melalui satu larutan berwarna maka jumlah cahaya yang diserap
menurun secara eksponensial, sebanding dengan :
a. Panjang lintasan/kolom cahaya yang melalui larutan
b. Kadar Zat terlarut dalam larutan yang menyerap cahaya
Secara matematis, hukum Beer-Lambert dapat dirumuskan sebagai berikut :
A=kxcxl
A = serapan/densitas optic, yaitu jumlah cahaya yang diserap
k = koefisien ekstingsi yaitu suatu senyawa dengan kadar 1 M pada panjang gelombang
tertentu dengan diameter kuvet/panjang larutan yang dilalui cahaya 1 cm.
c = kadar sampel yang diperiksa
l = diameter kuvet/panjang larutan yang dilalui cahaya (1cm)
karena k dan l merupakan bilangan tetap, maka A sebanding dengan c.
13 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Petunjuk penggunaan alat Spektrofotometer
1. Putar tombol (1) ke kanan untuk mengaktifkan alat. Biarkan 15 menit untuk
memanaskan alat. Atur tombol sampai menunjukkan angka 0 pada petunjuk %T.
2. Putar tombol (2) untuk memilih panjang gelombang sesuai dengan yang diinginkan
3. Masukkan kuvet yang berisi paling seditkit 5 ml akuades kedalam tempat sample
(sebelum memasukkan kuvet, pastikan bahwa dinding kuvet bagian luar dalam keadaan
kering). Kemudian tutup penutup tempat sample.
4. Putar tombol (3) sehingga %T menunjuk angka 100 atau sampai A menunjuk
angka 0
5. Angkat kuvet yang berisi akuades dari tempat sample. Kemudian ganti isi kuvet
dengan larutan, baca hasilnya.
6. Ganti larutan blanko dalam kuvet dengan larutan standar atau uji, kemudian baca
serapannya.
Catatan :
1. Setiap memasukkan kuvet kedalam tempat sample, bagian luar kuvet harus bersih &
kering (gunakan kertas tisu untuk membersihkan)
2. Jangan sampai ada cairan yang tumpah kedalam alat.
3. Untuk setiap penetapan pada panjang gelombang yang berbeda, pada setiap alat
harus ditera dengan akuades (A harus menunjukkan angka 0 atau 100%T)
PERCOBAAN
1. PENENTUAN PANJANG GELOMBANG DENGAN SERAPAN MAKSIMUM
Tujuan : Menentukan panjang gelombang dengan serapan maksimum
Dasar : Suatu zat berwarna menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
Alat dan Pereaksi:
1. Spektrofotometer dan Kuvet
2. Larutan hematin alkalis (1 ml darah diencerkan dengan amonia sampai
mencapai volume 500 ml)
Cara Kerja:
1. Sediakan 2 tabung kuvet, pada tabung 1 masukkan 5 ml akuades (sebagai
blanko) dan pada tabung 2 masukkan 5 ml larutan hematin alkalis
2. Baca serapan larutan itu pada panjang gelombang antara 500 dan 600 nm
dengan interval 10 nm. Perhatikan bahwa setiap pembacaan pada suatu panjang
gelombang. Alat ditera dengan blanko yang berisi akuades (A = 0 atau T = 100%)
3. Buatlah kurva dengan panjang gelombang sebagai sumbu X dan Absorban
sebagai sumbu Y
Hasil percobaan :
Panjang gelombang Serapan Panjang gelombang Serapan
14 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
(nm) (abs) (nm) (abs)
500 560
510 570
520 580
530 590
540 600
550
Tugas : Buatlah kurvanya pada kertas grafik (Kurva hubungan panjang gelombang
(λ) – serapan (A))
1
0.9
0.8
0.7
0.6
absorban
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
500 510 520 530 540 550 560 570 580 590 600
15 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
3. Darah oksalat 6. Labu Volumetrik 1L
7. Kertas grafik
Cara kerja :
1. Encerkan 1 ml darah oksalat dalam labu volumetric menjadi 500 ml dengan
larutan amonium encer (4 ml amonia pekat dalam 1 l akuades) Kocok dengan
membolak-balikkannya. (sudah dibuat/tersedia)
2. Pipetkan kedalam 6 tabung reaksi masing-masing: 0ml; 2ml; 4ml; 6ml;
8ml&10ml darah amonia tersebut.Kemudian tambahkan amonia encer pada keenam
tabung berturut-turut: 10ml; 8ml; 6ml; 4ml; 2ml&0 ml
3. Kemudian baca serapan masing-masing tabung dengan menggunakan
tabung 1 sebagai blanko pada panjang gelombang maksimum yang didapat pada
percobaan 1.
4. Buatlah kurva pada selembar kertas grafik dengan A (serapan) sebagai
sumbu Y & pengenceran sebagai sumbu X.
Hasil percobaan :
Darah Amonia Konsentrasi hematin Serapan pada
Amonia encer alkali (%) λmaks = .....
0 ml 10 ml 0
2 ml 8 ml 0,04
4 ml 6 ml 0,08
6 ml 4 ml 0,12
8 ml 2 ml 0,16
10 ml 0 ml 0,20
0.45
0.4
0.35
absorbans/serapan
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,1 0,11 0,12 0,13 0,14 0,15 0,16 0,17 0,18 0,19 0,20
Pertanyaan :
1. Apakah anda mendapatkan garis lurus pada kurva yang anda buat ? Bagaimana bentuk
kurvanya bila yang anda gunakan pada sumbu Y adalah Transmittance (T) ?
Jawab:
......................................................................................................................................................................
.
16 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
2. Apa yang harus Aanda lakukan bila serapan suatu tabung reaksi berisi larutan yang
sama berada diluar batas-batas kurva yang anda buat ?
Jawab:
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
Cara kerja :
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Isilah tabung pertama dengan 5 ml
larutan U1
2. Isilah tabung kedua dengan 5 ml larutan U2
3. Isilah tabung ketiga dengan 5 ml larutan U3
4. Baca serapan dan hitung kadar larutan U1, U2 dan U3 berdasarkan kurva standar yang
saudara buat pada percobaan 2
Hasil percobaan :
Larutan Serapan (Abs) Kadar (%)
U1
U2
U3
Kesimpulan
.............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
17 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
18 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
MEMBRAN BIOLOGI
PERCOBAAN
Cara Kerja :
1. Kedalam 6 tabung reaksi dimasukkan masing-masing 10 ml NaCl 0,9%. Tabung pertama
digunakan sebagai control, dan kelima tabung lainnya tambahkan masing-masing 2 tetes
kloroform, eter, aseton, toluene dan alcohol berurutan
2. Tambahkanlah kedalam tiap tabung 2 tetes suspense darah, campur dengan membaliknya
perlahan-lahan, biarkan selama setengah jam (jangan dikocok). Perhatikan warna yang
terbentuk pada larutan bagian atas dan bandingkan dengan control.
Hasil percobaan :
Pelarut Hemolisis
Control (NaCl 0,9%)
Kloroform
Eter
Aseton
Toluen
Alkohol
Kesimpulan :
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
19 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Tujuan : Memperlihatkan pengaruh larutan hiper/hipotonik terhadap membrane sel darah merah
Dasar : SDM akan mengkerut bila berada dalam larutan hipertonik terhadap tekanan osmotic
plasma. Dalam larutan yang hipotonik, cairan dari luar sel masuk kedalam sel sehingga
SDM akan membengkak, dan akhirnya terjadi hemolisis. Haemoglobin dalam SDM akan
larut dalam larutan, sehingga member warna merah jernih pada larutan.
Bahan dan pereaksi :
1. Suspensi darah
2. NaCl 2 %
Cara Kerja :
1. Kedalam 10 tabung reaksi isiskan campuran berikut ini :
Air suling (mL) NaCl 2% (mL) % NaCl
10 0
9 1
8 2
7,5 2,5
7 3
6,5 3,5
6 4
5,5 4,5
5 5
4,5 5,5
2. Campur dengan baik. Tambahkan 2 tetes suspense darah kedalam setiap tabung dan
campur dengan membaliknya perlahan-lahan. Diamkan selama 1 jam. Perhatikan dan catat
derajat hemolisis pada tiap-tiap tabung.
Hasil percobaan :
20 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Kesimpulan :
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
21 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
III. ENZIM & LARUTAN PENYANGGA
A. ENZIM
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai reaksi
kimia dalam system biologic.Hampir setiap reaksi kimia dalam sistem biologis dikatalisis oleh
enzim. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diekstraksi dari sel
tanpa merusak fungsinya
Analisis enzim dalam serum pada dasarnya dapat dipakai untuk diagnosis berbagai penyakit.
Dasar penggunaan enzim sebagai penunjang diagnosis ialah bahwa pada hakikatnya,
sebagian enzim terdapat dan bekerja didalam sel, dan enzim tersebut dibuat dalam jumlah
besar oleh jaringan tertentu. Karena itu enzim intrasel seharusnya tidak ditemukan di dalam
serum dan bila ditemukan berarti sel yang membuatnya mengalami disintegrasi. Bila enzim
yang diukur dalam serum terutama dibuat oleh jaringan atau organ tertentu, maka
peningkatan aktifitas dalam serum menunjukkan adakalanya kerusakan pada jaringan atau
organ tersebut.
Penggolongan Enzim
Hal yang sangat penting bagi enzim ialah kerjanya yang sangat spesifik. Suatu enzim
dapat mengkatalisis satu atau beberapa reaksi saja. Meskipun jumlah enzim ada ribuan yang
berasal dari makhluk hidup, reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh enzim-enzim ini ternyata dapat
digolongkan kedalam 6 macam reaksi saja. Berdasarkan itu, para ahli telah menggolongkan
enzim kedalam 6 golongan, sesuai dengan jenis reaksi yang dikatalisis, yaitu :
a. Oksidoreduktase
Adalah kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi oksidasi
reduksi.
b. Transferase
22 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemindahan berbagai gugus seperti amina,
karboksil, karbonil, metal, asil, glikosil/ fosforil.
c. Hidrolase
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemutusan ikatan kovalen sambil menarik air.
d. Liase
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemecahan ikatan kovalen tanpa mengikat air
e. Isomerase
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi isomerasi
f. Ligase (Sintetase)
Kelompok enzim ini mengkatalisis pembentukan kovalen
Kespesifikan dari kerja enzim dibedakan dalam kespesifikan optic dan gugus. Kespesifikan
optic tampak pada enzim-enzim yang bekerja terhadap karbohidrat. Umumnya enzim-enzim
ini hanya bekerja pada asam amino L dan bukan pada isomer D. Kespesifikan gugus
menunjukkan bahwa enzim hanya dapat bekerja terhadap gugus yang tertentu. Enzim
alcohol dehidrogenase tidak dapat mengkatalisis reaksi dehidrogenasi pada senyawa bukan
alcohol.
Pengaruh Suhu
Suhu rendah mendekati titik beku tidak dapat merusak enzim, namun enzim tidak dapat
bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai
suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif
akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai
puncaknya pada suhu optimum (lihat grafik). Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu
optimum sekitar 37 oC. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan ± 60 oC,
karena terjadi denaturasi.
v
0
Suhu optimum 70 oC T
Pengaruh pH
23 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktifitas enzim pada
beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan
menunjukkan aktifitas maksimum pada pH antara 5 sampai 9. Kecepatan reaksi enzimatik
mencapai puncaknya pada pH optimum (lihat grafik). Ada enzim yang mempunyai pH
optimum yang sangat rendah, seperti pepsin yang mempunyai pH optimum 2. Pada pH
yang jauh diluar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik
enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan
enzim tidak dapat berikatan dengan substrat.
pH
0
pH optimum = 14
0 (E)
0 (S)
24 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
TUJUAN UMUM PRAKTIKUM:
1. Membuktikan pengaruh suhu terhadap aktifitas enzimatik
2. Membuktikan pengaruh pH terhadap aktifitas enzimatik
3. Membuktikan pengaruh kadar enzim terhadap aktifitas enzimatik
4. Membuktikan kerja beberapa macam enzim
PERCOBAAN:
Dasar : Suhu yang sangat rendah akan menyebabkan terhentinya kerja enzim secara
reversible, karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antara partikel E dan S.
Akibatnya kompleks E-S yang sangat penting dalam reaksi enzimatik tidak terbentuk,
sehingga P juga tidak terbentuk. Bila suhu dinaikkan sedikit demi sedikit benturan E dan S
untuk membentuk kompleks E-S akan makin meningkat sehingga P yang terbentuk makin
banyak. Keadaan ini terjadi sampai pada suhu tertentu, yaitu suhu optimum. Suhu yang lebih
tinggi dari suhu optimum menyebabkan enzim terdenaturasi. Akibatnya meskipun benturan
E dengan S meningkat, kompleks ES tidak terbentuk karena enzim terdenaturasi. Akibatnya
pembentukan P berkurang. Denaturasi enzim dapat terjadi ireversibel terutama bila suhu
lingkungan jauh melampaui suhu optimum.
Cara kerja
1) Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang bersih.
a. Pasangan tabung pertama ditempatkan dalam bejana yang berisi es (0 oC)
b. Pasangan kedua ditempatkan dalam bejana berisi air, yang suhunya dipertahankan
tetap 25 oC
c. Pasangan tabung ketiga ditempatkan di rak tabung pada suhu ruang
d. Pasangan tabung keempat ditempatkan dalam penangas air yang suhunya
dipertahankan tetap 37 oC
e. Pasangan tabung kelima ditempatkan dalam penangas air yang suhunya
dipertahankan tetap 60 oC
f. Pasangan tabung keenam ditempatkan dalam penangas air mendidih (100 oC)
25 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Tiap pasangan tabung diberi tanda ‘B’ untuk blanko & ‘U’ untuk uji. Keram pasangan tabung
pada setiap suhu selama paling sedikit 5 menit
2) Pipetkan kedalam tiap-tiap tabung :
0.9
0.8
0.7
V (selisih Abs/menit)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0 suhu (oC)
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Kesimpulan :
26 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
Cara kerja
1. Siapkan 6 pasang tabung reaksi bersih. Tiap pasangan tabung diberi tanda ‘B’ untuk
blanko dan ‘U’ untuk uji
2. Pipetkan kedalam tiap-tiap tabung :
3. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan
(∆A) antara tabung B (pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap pH
27 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
7
9
11
0.9
0.8
0.7
V (selisih Abs/menit)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
pH
Kesimpulan:
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
28 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
6. Liur 400 x sebanyak 2 ml (pipet 0,5 ml liur 100x + 1,5 ml aquadest)
7. Liur 500x sebanyak 5 ml (pipet 1 ml liur 100x + 4 ml aquadest)
8. Larutan pati 0,4 mg/ml dan Larutan iodium
Cara kerja
1. Siapkan 5 pasang tabung reaksi yang bersih. Tiap pasangan tabung diberi tanda ‘B’
untuk blanko dan ‘U’ untuk uji
2. Pipetkan kedalam tiap-tiap tabung :
LARUTAN
TABUNG TABUNG
B U
Larutan pati 0,4 mg/ml 1 ml 1 ml
Keram pasangan tabung pada suhu 37 oC minimal selama 5
menit
Liur dengan pengenceran 100x, 200x, - 200 µl
300x, 400x dan 500x
Campurkan baik-baik, keram lagi pada suhu 37 oC tepat 1 menit
Larutan iodium 1 ml 1 ml
Air suling 8 ml 8 ml
3. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan
(∆A) antara tabung B (pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap konsentrasi enzim.
0.9
V (sel i si h ab s/ men it)
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
Kesimpulan: 0
..............................................................................................................................................................................
100 200 300 400
konsentrasi enzim
500
29 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
A. Enzim Urease
Pada percobaan ini, sebagai enzim digunakan urease yang terdapat dalam kacang
kedelai. Urease merubah uream menjadi CO2 dan NH3. Terbentuknya NH3 dapat dilihat
dengan perubahan warna dari fenolftalein. Larutan urease dibuat sebagai berikut :
Campurkan 1 gram tepung kedelai dengan 100 ml aquadest dan dikocok selama 10
menit, lalu disaring dengan kain kasa, tiap kali praktikum baru dibuat.
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 ml larutan ureum 1%.
Tambahkan 1 tetes fenolftalein 1%. Kemudian tambahkan 1 ml larutan urease dan
ditutup. Setelah beberapa menit, cairan yang tadinya tidak berwarna akan berwarna
merah oleh karena terbentuknya amoniak.
b. Percobaan diatas kita kerjakan lagi dengan larutan urease yang telah dipanaskan
hingga mendidih dan didinginkan kembali. Dengan prosedur sebagai berikut:
- Siapkan tabung reaksi yang berisi urease 3 ml, panaskan hingga mendidih dan
didinginkan
- Siapkan lagi tabung reaksi bersih & kering. Masukkan 5 ml larutan ureum 1%.
Tambahkan 1 tetes fenolftalein 1%
- Lalu masukkan 1 ml larutan urease yang telah dipanaskan & didinginkan diatas
dan ditutup. Disini tidak akan timbul warna merah karena pada pemanasan
urease tadi menyebabkan enzim menjadi tidak aktif
c. Percobaan diatas kita kerjakan lagi dengan larutan urease yang telah ditetesi larutan
sublimat (HgCl2 1%). Cara kerjanya sebagai berikut:
- Siapkan tabung reaksi yang berisi 2 ml urease dan tambahkan 1 tetes larutan
sublimat (HgCl2 1%)
- Siapkan lagi tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 ml larutan ureum 1%.
Tambahkan 1 tetes fenolftalein 1%. Lalu masukkan 1 ml larutan urease yang
telah ditetesi sublimat
- Disini tidak akan timbul warna merah karena logam-logam berat menyebabkan
denaturasi enzim.
30 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
e. Kesimpulan :
...............................................................................................................................................................
...........................
...............................................................................................................................................................
...........................
...............................................................................................................................................................
...........................
...............................................................................................................................................................
...........................
Hasil :
Kesimpulan :
31 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
H2O2 H2O + On
Untuk menunjukkan adanya enzim ini dapat dipakai benzidin yang bila teroksidasi akan
menimbulkan warna biru atau guaiak yang bila teroksidasi akan berwarna merah.
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml susu ditambah 1 ml larutan guaiak dan 1 ml
larutan H2O2 3%. Setelah dikocok akan timbul warna merah.
Hasil :
Kesimpulan :
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
B. LARUTAN PEYANGGA
32 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Pada umumnya proses biologi yang terjadi di dalam sel berada pada suatu lingkungan yang berair.
Air adalah suatu substansi amfoterik yang dapat berperan sebagai donor/penyedia proton (asam)
atau penerima proton (basa). Dalam air murni, [H+] = [OH-] = [10-7]. Dengan kata lain. pH atau –log
[H+] = 7
Persamaan ini menunjukkan hubungan antara pH dan rasio asam dan konsentrasi basa yang
terkonjugasi. Persamaan ini dapat digunakan untuk menentukan pH dari suatu larutan jika
perbandingan molar dari penyangga ion ([HA] / [A-]) dan pKa dari HA diketahui. Perbandingan HA
terhadap A- yang diperlukan untuk mempersiapkan larutan penyangga pada suatu pH yang
spesifik dapat dihitung jika pKa diketahui.
Asam (H+) yang ditambahkan pada larutan penyangga, akan ternetralisir oleh A- :
H+ + A- ---------- HA
Basa (OH-) yang ditambahkan pada larutan penyangga akan dinetralisir oleh HA :
OH+ + HA ---------- A- + H2O
System penyangga yang paling efektif mengandung konsentrasi asam yang sama, HA dan basa
terkonjugasinya, A-. Berdasarkan persamaan Henderson – Hasselbalch, ketika [A -] sebanding
dengan [HA], pH sebanding dengan pKa. Jarak efektif dari suatu system penyangga pada
umumnya 2 pH unit.
PERCOBAAN
33 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
1. Siapkan 4 tabung berikan label nomor tabung
2. Masukkan asam asetat 0,1 N dan Natrium asetat 0,1 N ke dalam setiap tabung
dengan jumlah sesuai denga tabel di bawah ini :
Hasil :
No. ml. Asam asetat 0,1 ml NAtrium asetat 0,1 N pH
Tabung N
1 18,5 1,5
2 14,7 5,3
3 4,2 15,8
4 1,9 18,1
Pertanyaan:
a. Tentukan pH dari larutan diatas dengan menggunakan persamaan Handerson-Hasselbalch!
Jawab :
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
b. Tentukan pH dari larutan diatas dengan menggunakan pH-meter
Jawab:
......................................................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................................................
.
34 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1
Untuk membuat 20 ml larutan pati 0,4 gr/ml, berapakah jumlah larutan pati 2% yang harus
ditambahkan
Kesimpulan:
DAFTAR PUSTAKA
35 | P e n u n t u u n P r a k ti k u m B i o k i m i a 1