‘’persepsi tentanng konsep sehat sakit dan perilaku masyarakat dalam uapaya
mencari pengobatan’’
DISUSUN OLEH
Nama : Muhammad Riqi Ramadoni
Nim : P07120119027
Dengan mennyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur kita atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, taufik dan inayah-nyakepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ‘’persepsi tentanng konsep sehat sakit danperilaku
masyarakatdalam uapayanmencari pengobatan’’
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................
B. Rumusan masalah.........................................................................
C. Tujuan...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................
1.Mengidentifikasi Persepsi masyarakat terkait konsep Sehat sakit di
lingkungan sekitar.
2.Menganalisa Perilaku masyarakat dalam upaya mencari pengobatan
penyakit di lingkungan sekitar.
BAB III PENUTUP.................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu,
tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai
suatu spektrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental
yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati
dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Banyak yang menjadi rujukan mengenai apa itu pengertian sehat sakit.
Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa
(rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.(UU N0. 23/1992 tentang kesehatan)
Pengertian sakit sendiri adalah suatu proses di mana ada gangguan dan tidak ada
kestabilan antara badan dan mental yang normal. Yang merujuk pada
keabnormalan pada kondisi tubuh yang bisa mengganggu aktifitasnya sehari- hari
seperti aktifitas jasmani, rohani maupun sosial.
Mengandung tiga karakteristik :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal ataupun eksternal
3. Sehat diartikan sebai hidup yang kreatif dan produktif
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapai merupakan penyesesuaian, bukan
merupakan suatu kedaan tapi bukan proses.
Dalam rangka mencapai derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dalam tujuan nasional seperti yang tersirat dalam sistem
kesehatan, maka kesehatan harus menjadi kemampuan yang melekat dalam diri
setiap orang. Misi dan tujuan pembangunan pada hakekatnya adalah wujud
keadilan sosial dan pemerataan di bidang kesehatan. Untuk mencapainya perlu
dimanfaatkan potensi yang ada baik di sektor kesehatan, sektor pembangunan yang
lain maupun potensi masyarakat sendiri sehingga tercapai kesehatan bagi semua.
Untuk itu diperlukan peran serta masyarakat dimana pengobatan tradisional
merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam kesehatan.
Pada saat ini ilmu dan teknologi sudah semakin maju dan berbagai cara
telah dikembangkan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, baik oleh
pemerintah maupun swasta. Namun tidak dapat kita pungkiri bahwa masyarakat
masih juga memerlukan pengobatan tradisional sebagai pengobatan alternatif. Hal
ini terjadi bukan hanya di desa saja tetapi juga di kota. Demikian pula kalangan
atas, pejabat, golongan cerdik pandai, apabila mengalami sakit masih juga berobat
atau mencari kesembuhan pada pengobatan tradisional (Suhardono, 1992: 2).
Kehadiran pusat-pusat pelayanan kesehatan yang ada dewasa ini di masyarakat
baik yang berupa perorangan, maupun oleh organisasi profesi, tidak lain bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Perkembangan pembangunan
menuntut adanya individu yang cerdas, trampil, berinisiatif dan inovatif. Potensi
individu ini penting untuk dikembangkan agar berarti bagi peningkatan derajat
kesehatan diri dan lingkungan. Semua ini dapat terwujud karena didukung oleh
adanya motivasi hidup sehat, maka diperlukan adanya faktor-faktor pendorong
yang dapat ditinjau dari perkembangan dan nilai-nilai sosial, ekonomi, budaya
dalam tiap-tiap tahapan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan.
Bentuk Sistem Kesehatan tidak menutup kemungkinan untuk semakin
berkembangnya bentuk-bentuk pelayan kesehatan di masyarakat, antara lain
pelayanan kesehatan yang menggunakan sistem pengobatan tradisional, di samping
sistem pengobatan bio-medis. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan,
berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 99A/Men.
Kes./SK/III/1982 tentang berlakunya Sistem Kesehatan Nasional, mengakui
adanya peran pengobatan tradisional. Tindak lanjut dari keputusan tersebut yaitu
dilaksanakannya pembinaan dan bimbingan terhadap pengobatan tradisional serta
pengembangan obat tradisional yang ternyata berhasil guna dan berdaya guna serta
dapat diterima oleh masyarakat. Pengobatan tradisional yang terbukti berhasil guna
dan berdaya guna dibina, dibimbing dan dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan
(DepKes., 1982: 42- 43).
Pada akhirnya masyarakat mempunyai banyak alternatif pengobatan yang
dapat mereka pilih dan diputuskan untuk meningkatkan dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan. Melonjaknya harga obat sintetis dan efek sampingnya bagi
kesehatan meningkatkan kembali pemanfaatan pengobatan secara non-medis
sebagai bentuk pengobatan alternatif oleh masyarakat dengan memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada di sekitar. Kegagalan pengobatan konvensional,
ketakutan terhadap efek samping penggunaan obat-obat kimia, ketakutan tindakan
operasi, ketidakpuasan terhadap pengobatan konvensional, fakta ekonomi,
kemudahan dan faktor-faktor sosial budaya tertentu turut mempengaruhi
masyarakat dalam menjatuhkan pilihannya pada pengobatan alternatif yang
tersedia seperti sinshe, herbalist, akupunktur, tenaga dalam dan sebagainya. Di
Negara-negara maju umumnya, cara pengobatan modern telah mendapat tempat
yang baik dan mapan dalam sistem pengobatannya. Keadaan ekonomi yang
telah memungkinkan mereka menyediakan fasilitas yang memadai untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan cara modern yang pada umumnya
membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup mahal.
Pengobatan modern memanfaatkan pula kemajuan tekonologi untuk
pelaksanaannya. Peralatan kesehatan modern yang semakin maju dan canggih telah
menyedot dana besar untuk penyediannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kesehatan ternyata belum mampu memuaskan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang ada pada sistem tersebut.
Terkait dengan perkembangan teknologi pengobatan modern, ternyata pengobatan
tradisional semakin banyak peminatnya dan secara nyata dalam kasus-kasus
penyakit tertentu justru lebih berhasil daripada cara-cara pengobatan modern,
dimana cara-cara dan hasilnya sering dipandang sebagai hal yang kurang rasional.
Keadaan ini tidak jarang menimbulkan persepsi pro dan kontra terhadap
pengobatan tradisional sebagai akibat dari digunakannya pengobatan
modern/model barat sebagai tolak ukur dalam menilai kebenaran suatu cara dari
hasil suatu pengobatan.
Pebedaan yang terutama di antara pengobatan alternatif dengan pengobatan
modern berdasarkan cara-pikir pengobatannya. Pengobatan pertama berpola-pikir
logika yang menganggap penyakit yang bersifat lahir. Pola-pikir alternatif yang
menganggap penyakit yang bersifat batin bersamaan dengan sifat lahir juga.
Menurut Walcott (2004), bahwa ada kecenderungan untuk banyak orang untuk
memilih pengobatan modern sebagai pilihan utama kemudian memilih pengobatan
alternatif jika tidak bisa disembuhkan. Walaupun masyarakat mengutamakan
pengobatan modern mereka masih sadar dan bergantung pada tersedianya
pengobatan alternatif seperti pengobatan yang memakai tenaga dalam (Walcott,
2004: 46). Di dalam masyarakat perkotaan, tidak terkecuali di kota Denpasar
sendiri, sekarang ini telah berkembang berbagai bentuk pelayanan kesehatan yang
pada umumnya mendasarkan pada sistem pelayanan kesehatan tradisional. Di
antaranya adalah pengobatan tradisional Lembaga Seni Pernafasan-Tenaga Dalam
(LSP-TD) Satria Nusantara, yang telah berkembang luas di beberapa kota di
Indonesia dan terbagi dalam 200-an lembaga.
Munculnya berbagai bentuk pelayanan kesehatan ini merupakan satu wujud
peran serta aktif masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara optimal. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan sesuai dengan keinginan dan kemampuan masyarakat yang bervariasi,
pengobatan tenaga dalam sebagai salah satu pengobatan alternatif yang ada
dipandang perlu untuk ditingkatkan dan dibina sehingga diharapkan dapat ditekan
seminim mungkin terjadinya kontradiksi kerangka pikir para petugas kesehatan
formal dan para pengobat tradisional (penghusada) hal mana dapat menyebabkan
kesenjangan yang merupakan hambatan besar dalam upaya saling menghargai
sistem pelayanan masing-masing serta menghambat kerjasama.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Mengidentifikasi tentang persepsi masyarakat terkait konsep Sehat sakit di
lingkungan sekitar
2.Menganlisa perilaku masyarakat dalam upaya mencari pengobatan penyakitdi
lingkungan sekitar.
C.TUJUAN
1.Mengetahui tentang persepsi masyarakay terkait konsep. Sehat sakit di
lingkungan sekitar.
2.Mengetahui perilaku masyarakat dalam upaya mencaripengobatan penyakitdi
lingkungan sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mengidentifikasi Persepsi masyarakat terkait konsep Sehat sakit di
lingkungan sekitar.
Kesehatan adalah sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit atau
ketika gangguan kesehatan mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang. Sehat
berarti kekuatan dan ketahanan, mempunyai daya tahan terhadap penyakit,
mengalahkan stres dan kelesuan. menurutUU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan,“kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
social dan ekonomi” ( dikutip dari UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, 2009: 4).
Konsep sehat dan sakit dalam pandangan orang dipersepsikan secara
berbeda. Persepsi merupakan sesuatu hal yang bersifat subjektif. Persepsi
seseorang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar dan pengetahuannya.
Persepsi sehat dan sakit adalah relatif antara satu individu dengan individu lain,
antara kelompok masyarakat dan antara budaya satu dengan budaya yang lain.
Karenanya konsep sehat dan sakit bervariasi menurut umur, jenis kelamin,level
sakit, tingkat mobilitas dan interaksi sosial.
Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi sehat dan
sakit,penyakit (disease) adalah gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme
sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Hal ini berarti bahwa
penyakit adalah fenomena objektif yang ditandai oleh perubahan fungsi-fungsi
tubuh sebagai organisme, yang dapat diukur melalui tes laboratorium dan
pengamatan secara langsung. Sedangkan sakit (illness) adalah penilaian individu
terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Sakit menunjukkan dimensi
fisiologis yang subjektif atau perasaan yang terbatas yang lebih menyangkut orang
yang merasakannya, yang ditandai dengan perasaan tidak enak (unfeeling
well) lemah (weakness),pusing(dizziness), merasa kaku dan mati rasa (numbness).
Mungkin saja dengan pemeriksaan medis seseorang terserang suatu penyakit dan
salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan
tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya. Senada dengan penjelasan tersebut,
Sarwono ( dikutip oleh Yunindyawati, 2004:15) mendefenisikan bahwa sakit
merupakan kondisi yang tidak menyenangkanmengganggu aktifitas jasmani dan
rohani sehingga seseorang tidak bisa menjalankan fungsi dan perannya
sebagaimana mestinya dalam masyarakat. Sickness menunjuk kepada suatu
dimensi sosial yakni kemampuan untuk menunaikan kewajiban terhadap
kehidupan kelompok. Selama seseorang masih bisa menjalankan kewajiban-
kewajiban sosialnya, bekerja sebagaimana mestinya maka masyarakat tidak
menganggapnya sakit.
Selain faktor sosial budaya, persepsi sehat dan sakit juga dipengaruhi oleh
pengalaman masa masa lalu seseorang, seperi yang diungkapkan oleh
Yunindyawati (2004:15)
Persepsi tentang sehat-sakit juga dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu,
disamping unsur sosial budaya. Pengalaman masa lalu menjadi acuan (referensi)
persepsi individu tentang kondisi sehat dan sakit. Seorang individu menggunakan
pengalaman sebagai patokan untuk berperilaku dan merupakan sumber dari tujuan
dan nilai-nilai pribadinya.
Oleh karena persepsi sehat dan sakit lebih bersifat konsep budaya (cultural
concept) , maka petugas kesehatan dalam hal ini harus bisa melakukan
pendekatandan menyelidiki persepsi sehat dan sakit masyarakat yang dilayaninya,
mencoba mengerti mengapa persepsi tersebut sampai berkembang dan setelah itu
mengusahakan mengubah konsep tersebut agar mendekati konsep yang lebih
ojektif. Dengan cara ini pelayanan dan sarana kesehatan dapat lebih ditingkatkan
jangkauannya sehingga dicapailah derajat kesehatan yang optiml.
Persepsi masyarakat tentang sehat atau sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh
unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Sebaliknya, petugas
kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang obyektif
berdasarkan symptom yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik seorang
individu.
Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering
menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang-kadang
orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab
dia tidak merasa mengidap penyakit.
Atau jika si individu merasa bahwa penyakitnya itu disebabkan oleh makhluk
halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada orang pandai yang dianggap
mampu mengusir makhluk halus.
A.KESIMPULAN
Secara umum sehat merupakan keadaan yang tidak hanya untuk terbebas
dari penyakit tetapi meliputi seuruh aspek kehidupan manusia. Selain itu juga
selain ada sehat terdapat juga sakit. Sakit secara umum meruapakan keadaan yang
tidak hanya terjadinya proses penyakit tetapi dimana keadaan fisik, emosional,
sosial dan perkembangan seseorang terganggu. Untuk memebedakan anatara sehat
dan skit terdapat adanya rentang sehat sakit.
Sehat juga dipengaruhi oleh beberapa factor. Bukan hanya sehat saja yang
dipengaruhi oleh beberapa factor tetapi juga sakit. Jika kita merasa sakit berarti ada
penyakit yang bersarang di tubuh kita. Sakit itu di timbulkan oleh beberapa
penyakit. Biasanya penyakit di timbulkan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
Pengetahuan dan sikap berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri
yang rasional pada masyarakat .Jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan tingkat pendapatan berhubungan dengan perilaku pengobatan
sendiri yang rasional Bagi pemerintah, diharapkan menetapkan dan menerapkan
regulasi tentang promosi obat yang objektif dan tidak meyesatkan masyarakat.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan intervensi pendidikan
kesehatan yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakatnya.
DAFAR PUSTAKA
Alam Fajar, Nur. 2010. Modul Dasar-Dasar Pendidikan dan Promosi
Kesehatan.Indralaya :FKM Unsri.
Notoatmodjo, soekidjo.1989. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta:
Rineka Cipta.
https://www.ilmulengkap.xyz/2016/12/makalah-sehat-sakit.html
https://prasko17.blogspot.com/2012/09/persepsi-masyarakat-tentang-sehat-
dan.html
https://harmokosaja.blogspot.com/2013/06/persepsi-masyarakat-tentang-sehat-
sakit.html