Anda di halaman 1dari 15

JAMBURA JOURNAL OF MATHEMATICS

Jambura J. Math. Vol. 2, No. 1, pp. 1-10, January 2021


Journal Homepage: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjom
DOI: https://doi.org/10.34312/jjom.vxix.xxxx

Model Matematika Penyakit Difteri dengan adanya


Pengobatan
Nopris Rani1, Moh. Rizky Yusuf2, Tasya Ananda Hasan3, Rindawati Ahmad4
1
Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo,
Jl. Prof.Dr.Ing.B.J.Habibie Kab Bone Bolango, Indonesia

* Penulis Korespondensi. Email: tasyahasan1@gmail.com

ABSTRAK1

Penyakit difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
kuman Corynebacterium Diptheriae. Agar tidak meluasnya penyebaran penyakit menular
difteri program pengobatan diintensifkan. Tujuan penelitian adalah Membentuk model
matematika, Melakukan analisis kestabilan dan Melakukan simulasi numerik model
matematika penyakit difteri dengan adanya pengobatan. Model yang terbentuk akan
dianalisis dengan menentukan titik tetap, bilangan reproduksi dasar, menganalisis kestabilan
titik tetap, dan melakukan simulasi. Kestabilan titik tetap bebas penderita akan stabil saat
bilangan reproduksi dasar kurang dari nol, sedangkan untuk titik tetap endemik akan stabil
jika bilangan reproduksi dasar lebih dari nol.

Kata Kunci:
difteri; model matematika; Pengobatan

ABSTRACT

Diphteria Is a highly contagious disease caused by the corynebacterium Diphteriae bacteria. In order
not to spread the spread of diphteria infectious disease, the treatment program was intensified. The
research objectives were to form a mathematical model, carry out a stability analysis and carry out
numerical simulations of mathematical model of diphteria in the presence of treatment. The model
formed will be analyzed by determining a fixed point, basic reproduction number, analyzing the
stability of the fixed point, and performing a simulation. The stability of the patient free fixed point
will be stable when the basic reproduction is less than zero, while the endemic fixed point will be stable
if the basic reprodution number is more than zero.
Keywords:
Diphteria; Mathematical Model; Treatment
Format Sitasi:
N. Rani, M. R. Yusuf, T. A. Hasan, dan R. Ahmad, “Model Matematika Penyakit Difteri
dengan Pengobatan,” Jambura J. Math., vol. 2, no. 1, pp.1-14, 2020

1. Pendahuluan
Salah satu penyakit yang sangat menular adalah penyakit difteri. Penyakit ini
disebabkan oleh kuman Corynebacterium Diptheriae. Gejala yang ditimbulkan oleh
penyakit difteri berupa demam yang tidak begitu tinggi, 38℃ setelah itu munculnya
Pseudomembran (selaput) di tenggorokan berwarna putih keabu-abuan yang mudah
berdarah jika dilepaskan, sakit saat menelan, kadang-kadang disertai pembesaran

1
e-ISSN: 2656-1344 |Copyright © 2020 Jambura Journal of Mathematics
Received: 10 May 2020 | Accepted: 10 May 2020 | Online: 10 May 2020

JJoM | Jambura J. Math. 1 Volume 3 | Issue 1 | January 2021


N. Rani, et.al

kelenjar getah bening leher dan pembengkakan jaringan lunak leher yang disebut
bullneck. Adakalanya disertai sesak napas dan suara mengorok. Salah satu komplikasi
penyakit difteri adalah bila toksin masuk ke peredaran darah dan ke otot jantung
sehingga menyebabkan kelumpuhan otot jantung bahkan kematian. (Dep.Kesehatan,
2019).
Penelitian tentang model matematika terhadap penyakit difteri telah dilakukan
sebelumnya oleh (Wulandari, 2013). Dalam kajiannya model yang dilakukan adalah
perkembangan dari model SIR yang dibentuk ke model MSEIR, dengan kompartemen
M adalah populasi yang dilindungi dengan imun pasif yang telah dimiliki pada saat
baru lahir dan kompartemen E adalah populasi yang terinfeksi tetapi belum dapat
menginfeksi, dengan menambah parameter periode laten atau masa inkubasi yang
terjadi selama 5 hari, relatif singkat, sehingga untuk dua kompartemen tersebut tidak
terpengaruh.
Dalam penelitian ini akan membahas tentang model SITR yang merupakan
pengembangan dari model SIR dengan upaya pengobatan untuk mencegah
penyebaran penyakit difteri serta menambahkan parameter vaksinasi. Pada model
sebelumnya hanya membahas bagaimana model penyebaran difteri tanpa adanya
pengobatan, sehingganya tidak ada angka pasti terkait penyebaran dari penyakit
difteri ini. Dengan adanya pengobatan maka kita bisa memastikan bahwa berapa
jumlah orang yang sudah sembuh secara total dari penyakit ini. Tujuan dari penelitian
ini menurunkan model, menganalisis dan menginterpretasikan simulasi model
matematika pada penyebaran penyakit difteri dengan pengaruh vaksinasi dengan
pengobatan.

2. Metode
Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah dengan membentuk model
matematika yang kemudian akan mencari titik kesetimbangan dari model matematika
serta menganalisis kestabilan titik kesetimbangan dari model matematika tersebut,
terakhir melakukan simulasi numerik berdasarkan hasil analisis untuk melihat
penyebaran penyakit difteri ini terjadi.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Model Matematika
Pada penyebaran penyakit difteri, populasi manusia dapaat diklasifikasikan
menjadi empat kelas yang terdiri dari kelas suspectible meliputi individu yang rentan
dinotasikan dengan S, kelas infected meliputi individu yang terinfeksi dinotasikan
dengan I , kelas Treatment meliputi individu yang menjalani pengobatan dinotasikan
dengan T, dan kelas recovered meliputi individu yang telah sembuh dinotasikan
dengan R.
Pada model matematika penyebaran penyakit difteri ini diberikan asumsi: (1)
Populasi bertumbuh secara konstan, (2) Setiap individu yang baru lahir diasumsikan
dalam keadaan sehat tetapi masih dapat terinfeksi penyakit karena belum kebal
terhadap penyakit, (3) Penyakit difteri menular melalui kontak langsung dengan
penderita, (4) Diasumsikan hanya terdapat satu penyakit yang menyebar dalam
populasi, (5) Individu yang terinfeksi dapat sembuh dari penyakit dan dapat
meninggal akibat penyakit, (6) Setiap anak yang lahir rentan dari imun pasif (maternal
antibodies) karena tidak bekerja efektif disebabkan waktu yang relatif singkat, (7)
Individu yang telah terinfeksi jika diberikan treatment akan pulih dari penyakit difteri.
(8) Individu yang tidak melakukan treatment secara rutin maka individu tersebut akan
terinfeksi kembali.

JJoM | Jambura J. Math. 2 Volume 3 | Issue 1 | January 2021


Model Matematika Penyakit Difteri dengan Pengobatan

Untuk vaksinasinya diberikan asumsi: (1) Vaksin hanya diberikan pada


individu yang baru lahir, (2) Keampuhan vaksinasi adalah 100%. Hal tersebut berarti
setiap individu yang telah mendapatkan vaksin akan kebal dari penyakit, (3)
Kekebalan yang terjadi karena vaksin bersifat permanen. Hal tersebut berarti individu
yang mendapat vaksin tidak dapat terinfeksi oleh penyakit yang sama sampai waktu
yang tidak terbatas.

Diagram Kompartemen

( 1− ρ ) bN
ρbN
I
βS γT
N αI
S I T R

μS μI δI μT μR

Keterangan Variabel model disajikan pada Tabel 1

Variabel Keterangan

N Total individu dalam populasi

S Individu yang rentan terinfeksi penyakit

I Individu yang terinfeksi penyakit

T Individu yang melakukan pengobatan/ treatment

R Individu yang telah sembuh dari penyakit

Keterangan parameter model disajikan pada Tabel 2

Parameter Keterangan

β Laju terinfeksi penyakit difteri

α Laju perpindahan dari yang terinfeksi ke treatment

γ Laju perpindahan dari treatment menjadi pulih

δ Laju kematian karena penyakit

JJoM | Jambura J. Math. 3 Volume 3 | Issue 1 | January 2021


N. Rani, et.al

μ Laju kematian alami

b Laju kelahiran dan kematian alami dalam populasi

ρ Individu yang divaksinasi

sehingga model matematika dari diagram diatas adalah :

dS I
=( 1−ρ ) bN−βS −μS
dt N

dI I
=βS −αI−μI −δI
dt N

dT
=αI−γT −μT
dt

dR
=ρbN + γT −μR
dt

N=S+ I +T + R

Setelah disederhanakan, maka diperoleh persamaan :

S I T R
s= ,i= ,t= , r=
N N N N
ds
=( 1−ρ ) b−βsi−μs
dt

di
=βsi−αi−μi −δi
dt

dt
=αi−γt−μt
dt

dr
=ρb+ γt−μr
dt

3.2. Titik Kesetimbangan


Titik tetap model matematika penyakit difteri dengan adanya pengobatan diperoleh
dengan menetapkan persamaan-persamaan pada sistem menjadi konstan terhadap
ds di dt dr
waktu atau =0 , =0 , =0 dan =0 sehingga sistem persamaan dapat ditulis
dt dt dt dt
sebagai berikut :
( 1− ρ ) b−βsi−μs=0

JJoM | Jambura J. Math. 4 Volume 3 | Issue 1 | January 2021


Model Matematika Penyakit Difteri dengan Pengobatan

βsi−αi−μi−δi=0
αi−γt −μt=0
ρb+ γt−μr=0

3.2.1 Titik tetap bebas penyakit


Titik tetap bebas penyakit dapat dinyatakan dalam bentuk E0 =(s , i, t ,r ) terjadi jika
i=0 , dan t=0 , maka

 Untuk nilai s diperoleh sebagai berikut :


( 1− ρ ) b−βsi−μs=0
( 1− ρ ) b−βs ( 0 )−μs=0
( 1− ρ ) b−μs=0
( 1− ρ ) b
s=
μ
 Untuk nilai r diperoleh sebagai berikut :
ρb+ γt−μr=0
ρb−μr =0
μr= ρb
ρb
r=
μ
Diperoleh titik tetap bebas penyakit yaitu

E0 =( s ,i , t , r )= ( ( 1−ρμ ) b , 0,0 , ρbμ )


3.2.2 Titik tetap Endemik
E1= ( s ¿ ,i ¿ , t ¿ , r ¿ )

Dengan

( 1− ρ ) b−β s ¿ i¿ −μ s ¿ =0
β s ¿ i¿ −α i ¿ −μi ¿−δ i¿ =0
α i ¿ −γ t ¿ −μ t ¿ =0
ρb+ γ t ¿ −μ r ¿ =0

α + μ+ δ
s¿ =
β

¿
Untuk mencari i
( 1− ρ ) b−βsi−μs=0
( 1− ρ ) b−( βi + μ ) s=0
α + μ+ δ
( βi + μ ) ( β )
=( 1−ρ ) b
( 1−ρ ) b
βi + μ=
α + μ+δ
( β )

JJoM | Jambura J. Math. 5 Volume 3 | Issue 1 | January 2021


N. Rani, et.al

( 1−ρ ) bβ
βi + μ=
α + μ+ δ
( 1−ρ ) bβ
βi= −μ
α + μ+ δ
( 1−ρ ) bβ
−μ
¿ α + μ+ δ
i=
β
( 1− ρ ) b μ
¿ −
α + μ+ δ β

¿
Untuk mencari t
αi−γt −μt =0
αi−( γ + μ ) t=0
( 1− ρ ) b μ
( γ + μ ) t=α (
α + μ+α β
− )
( 1−ρ ) b μ
t=¿
α ( α + μ+ α β
− )
γ+μ
(1−ρ ) b μ 1
¿α ( −
α + μ+ α β γ + μ )( )
α ( (1−ρ ) bβ−μ ( α + μ+ δ ) )
t ¿=
β (α+ μ+ δ )(γ + μ)

¿
Untuk mencari r
ρb+ γt−μr=0
α ( ( 1−ρ ) bβ−μ ( α + μ+ δ ))
μr= ρb+ γ (
β ( α + μ+ δ ) ( γ + μ ) )
γα ( ( 1−ρ ) bβ−μ ( α + μ+ δ ) )
μr= ρb+ ( β ( α + μ+δ )( γ + μ ) )
γα ( ( 1−ρ ) bβ−μ ( α + μ+δ ) )
r¿=
ρb+ ( β ( α + μ+ δ ) ( γ + μ ) )
μ
bρ γα (1−ρ ) bβ μ ( α+ μ+ δ ) γα
¿ + −
μ μβ(α + μ+ δ)(γ + μ) μβ ( α + μ+δ )( γ+ μ )
bρ γα (1−ρ ) b γα
¿ + −
μ μ ( α + μ+ δ ) ( γ + μ ) β ( γ + μ )
bρ ( α + μ+δ )( γ + μ )+ γαb−γαρb
¿
μ (α + μ+ δ )(γ + μ)
b ( ( γ + μ )( μ+ δ ) +α ( γ + ρμ ))
ρ γα
r¿= −
μ (α + μ+ δ)(γ + μ) β (γ+μ )
Jadi, titik tetap endemik adalah :

E1= ( s ¿ ,i ¿ , t ¿ , r ¿ )

JJoM | Jambura J. Math. 6 Volume 3 | Issue 1 | January 2021


Model Matematika Penyakit Difteri dengan Pengobatan

α + μ+ δ (1−ρ ) b μ α ( ( 1− ρ ) bβ−μ ( α + μ+δ ) ) b ( ρ ( γ + μ )( μ+δ ) +α ( γ + ρμ ) ) γα


E 1= ( β
, − ,
α + μ +δ β β ( α + μ+ δ ) ( γ + μ )
,
μ ( α + μ+δ )( γ + μ )

β ( γ + μ) )
3.3. Bilangan Reproduksi
Bilangan reproduksi dasar dengan menggunakan metode matriks generasi mendatang
(next generation). Pada model ini sistem persamaan yang merupakan populasi kelas
infeksi adalah :

di
=βsi−αi−μi−δi
dt
Maka diperoleh matriks Φ sebagai laju perubahan infeksi yang mengakibatkan
bertambahnya populasi yang terinfeksi dan matriks ψ sebagai laju perubahan yang
mengakibatkan berkurangnya populasi yang terinfeksi.

Φ=[ βsi ] ψ= [( α + μ+δ ) i ]

Selanjutnya, dibentuk matriks jacobian dari Φ dan ψ sehingga diperoleh

JF=[ βs ] JV =[α + μ+ δ ]
Kemudian dilakukan substitusi titik tetap bebas penyakit

E0 =( s ,i , t , r )= ( ( 1−ρμ ) b , 0,0 , ρbμ ) pada matriks JF dan JV , sehingga matriksnya

menjadi :

b ( 1−ρ )
JF=[ βs ] = β [ μ )]
( dan JV =[ α + μ +δ ]

βb ( 1−ρ )
¿ [ μ ]
Mencari nilai V −1, sehingga diperoleh

V =[α + μ+ δ ]
1
V −1= [
α + μ+ δ ]
Dari persamaan-persamaan tesebut dapat diperoleh matriks next generation sebagai
berikut :

βb ( 1−ρ ) 1
K=F V −1= [ μ ][
α + μ+ δ ]
βb ( 1− ρ )
¿
[ μ ( α + μ+ δ ) ]
Nilai eigen yang dihasilkan adalah :

det ( λI −K )=0

JJoM | Jambura J. Math. 7 Volume 3 | Issue 1 | January 2021


N. Rani, et.al

|[ [ λ ][ 1 ] −
βb ( 1−ρ )
]|
μ ( α + μ+δ )
=0

βb ( 1−ρ )
λ− =0
μ ( α + μ+δ )
Sehingga diperoleh nilai eigen

βb ( 1−ρ )
λ=
μ ( α + μ+δ )
Jadi,

βb (1−ρ )
R0 =
μ ( α + μ+ δ )

3.4. Kestabilan Titik Tetap


Model matematika penyakit difteri dengan adanya pengobatan merupakan sistem
persamaan diferensial non linier. Untuk menganalisis kestabilan titik tetap suatu
persamaan diferensial non linier , dapat dilakukan dengan melinearkan persamaan
diferensialnya. Analisis kestabilan titik tetap dapat ditemukan dengan cara
menentukan nilai eigen dari matriks jacobian system. Matriks jacobian dari sistem
adalah:

−βi−μ − βs 0 0

| βi
0
0
( α + μ+δ ) i+ βs
α
0
0
−( γ + μ ) 0
γ
0

−μ
|
3.4.1 Kestabilan Titik tetap bebas penyakit
Untuk memperoleh kestabilan sistem dititik E0 terlebih dilakukan pelinearan disekitar
titik tetap E0 sehingga diperoleh matriks jacobi sebagai berikut :

−βb ( 1−ρ )

| |
−μ 0 0
μ
0 −α −δ −μ+ βb ( 1−ρ ) 0 0
0 α −γ −μ 0
0 0 γ −μ

Dengan menyelesaikan persamaan karakteristik

det ( λI −J E0 )=0

JJoM | Jambura J. Math. 8 Volume 3 | Issue 1 | January 2021


Model Matematika Penyakit Difteri dengan Pengobatan

−βb ( 1−ρ )

|[ ] [
1
λ 0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0 −μ
0−
0
1 0
0
α
μ
0 −α −δ−μ+ βb ( 1− ρ )

0
0
0

γ
0
0 =0
−γ −μ 0
−μ
]|
−βb ( 1−ρ )

|[ ] [
λ
0
0
0
0 0 0 −μ
λ 0 0−
0 λ 0
0 0 λ

−μ− λ
0
0
μ
0 −α −δ−μ+ βb ( 1−ρ )
α
0

−β (b−bρ)
0
0
−γ−μ 0
γ
0
0 =0

−μ

0 0
]|
det
[ 0
0
0
−α−δ −μ +
α
0
β b−bρ
(
μ
)
−λ 0
−γ −μ−λ
γ
0 =0
0
−μ−λ
( λ+ μ ) ( γ + λ+ μ ) ( μ ( α + δ+ λ+ μ )+ bβ (−1+ ρ ))
=0
]
μ
β ( b−bρ )
(
(−μ−λ ) −α −δ −μ+
μ ) −λ (−γ −μ− λ ) (−μ−λ )=0

Maka akan didapatkan nilai-nilai eigen dari matriks J ( E0 ) yaitu :

λ 1=−μ
λ 2=−( γ + μ )
β ( b−bρ )
−α −δ−μ+ − λ=0
μ
β( b−bρ)
λ= −( α + δ+ μ )
μ
βb ( 1−ρ )
¿ ( α + δ+ μ )
(
μ (α+δ+μ )
−1
)
λ 3=( α + δ+ μ ) ( R0 −1 )

R0 <1 → stabil

3.4.2 Kestabilan Titik tetap Endemik


Untuk memperoleh kestabilan sistem dititik E1 terlebih dahulu dilakukan pelinearan
disekitar titik tetap E1 sehingga diperoleh matriks jacobi sebagai berikut :

JJoM | Jambura J. Math. 9 Volume 3 | Issue 1 | January 2021


N. Rani, et.al

bβ (−1+ ρ)

[ ]
−α −δ −μ 0 0
α+δ+μ
bβ (−1+ ρ)
−μ− 0 0 0
α +δ + μ
0 α −γ −μ 0
0 0 γ −μ

Dengan menyelesaikan persamaan karakteristik

det ( λI −J E1 )=0

bβ (−1+ ρ)

|[ ] [ ]|
−α −δ−μ 0 0
1 0 0 0 α +δ + μ
0 1 0 0
λ − −μ− bβ (−1+ ρ) 0 0 0 =0
0 0 1 0 α +δ + μ
0 0 0 1 0 α −γ−μ 0
0 0 γ −μ

bβ (−1+ ρ)

|[ ] [ ]|
−α−δ−μ 0 0
λ 0 0 0 α +δ + μ
0 λ 0 0
− −μ− bβ(−1+ ρ) 0 0 0 =0
0 0 λ 0 α + δ+ μ
0 0 0 λ 0 α −γ −μ 0
0 0 γ −μ

bβ (−1+ ρ )

[ ]
λ− −α −δ −μ 0 0
α +δ+ μ
bβ (−1+ ρ )
−μ− λ 0 0 =0
α+δ+μ
0 α λ+ ( γ + μ ) 0
0 0 γ λ +μ
( λ+ μ ) ( γ + λ+ μ ) ( μ ( α + δ+ μ ) ( α + δ−λ+ μ ) +bβ ( α + δ + λ+ μ )(−1+ ρ ) )
=0
α +δ + μ
Nilai eigen J E1 merupakan akar-akar persamaan karakteristik

b 0 λ 4 +b1 λ3 +b 2 λ 2+ b3 λ1 +b4 =0

Dengan

b 0=1

bβ (−1+ ρ)
b 1=γ + 3 μ−
α+δ+μ

JJoM | Jambura J. Math. 10 Volume 3 | Issue 1 | January


2021
Model Matematika Penyakit Difteri dengan Pengobatan

bβ (α + γ +δ +3 μ)(−1+ ρ)
b 2=−(−α −2 γ + δ−2 μ ) μ−
α+δ+μ

bβ ( γ ( α +δ )+ 2 ( α +γ +δ ) μ+3 μ2 ) (−1+ ρ)
b 3=−μ ( γ ( α +δ ) +2 ( α +δ ) μ+ μ 2 )−
α+δ+μ

b 4=−μ ( γ + μ ) ( μ ( α + δ + μ ) +bβ (−1+ ρ ) )

Berdasarkan kriteria Routh-Hurwitz, persamaan karakterisktik pada titik tetap E1


stabil jika dan hanya jika memenuhi syarat-syarat kestabilan persamaan (4.8) :

b 1>0 dan b 2> 0 dan b 3> 0 dan b 4 dan b 1 b2 b3 >b 23 b 21 b 4

Karena semua parameter bernilai positif, maka nilai b 1, b 2,b 3 dan b 4 bernilai positif.
Koefisien bernilai positif saat kondisi R0 <1 , R 0=1 , dan R0 >1 Anggap jika R0 >1, maka
b 3> 0 dan b 4 >0.

Kesimpulan yang diperoleh yaitu jika R0 >1 kriteria Routh-Hurwitz telah ditunjukkan
terpenuhi, maka titik tetap endemik ( E1 ) stabil ketika R0 >1.

3.5. Simulasi Numerik


Untuk melihat dinamika populasi berdasarkan nilai-nilai parameter yang telah
ditentukan dapat menggunakan software Wolfram Mathematica® 11.3 dengan nilai
awal ( 0 ) =0.1 , e ( 0 )=0 ,i ( 0 )=0.03 , dan r ( 0 )=0.

Tabel 1.Nilai-nilai parameter

Simbo Keterangan Nilai Nilai Satuan Sumber


l Parameter Parameter
( E0) ( E1 )
b Laju kelahiran dan 0.001 1 Per hari Asumsi
kematian alami dalam
populasi

ρ Individu yang divaksinasi 0.7 0.9 Per hari Asumsi

β Laju terinfeksi penyakit 0.57 1 Per hari Asumsi

μ Laju kematian alami 0.00138 0.1 Per hari Asumsi

α Laju perpindahan dari yang 0.05 0.1 Per hari Asumsi


terinfeksi ke treatment

δ Laju kematian karena 0.3 0.2 Per hari Asumsi


penyakit

γ Laju perpindahan dari 0.5 0.1 Per hari Asumsi


treatment menjadi pulih

JJoM | Jambura J. Math. 11 Volume 3 | Issue 1 | January


2021
N. Rani, et.al

Pada saat simulasi dinamika proporsi populasi saat terpapar dan terinfeksi
yang dianalisis adalah untuk kondisi R0 <1dan R0 >1. Dalam hal ini, R0 adalah
bilangan reproduksi dasar. Berikut adalah simulasi untuk melihat dinamika proporsi
populasi manusia.

Dinamika Proporsi Populasi Kondisi R0 <1

Berdasarkan nilai-nilai parameter yang ada pada Tabel 1, diperoleh gambar


dinamika populasi di bawah ini untuk nilai ρ=0.7 dengan nilai R0 =0.352647

Gambar 1.Dinamika proporsi populasi kondisi R0 <1


Gambar 1 menunjukkan dinamika proporsi populasi manusia saat terjadinya
infeksi. Proporsi pada kelas rentan ( S) setelah terjadi penurunan virus terjadi
peningkatan dari nilai awal kondisi dan stabil ke S=0.217391. Kemudian pada kelas
terinfeksi I mengalami peningkatan dan stabil di titik I =0 . Sedangkan pada kelas
pengobatan T sedikit peningkatan dan menurun,kemudian stabil di titik T =0.
Untuk kelas sembuh R tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan sehingga stabil
di titik R=0.507246.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa E0 (S , I , T , R) stabil ke titik tetap
tanpa penyakit E0 (0.217391, 0 , 0 , 0.507246).
Dinamika Proporsi Populasi Kondisi R 0>1

Berdasarkan nilai-nilai parameter yang ada pada Tabel 1 diperoleh gambar


dinamika populasi di bawah ini dengan nilai R0 =2.5.

JJoM | Jambura J. Math. 12 Volume 3 | Issue 1 | January


2021
Model Matematika Penyakit Difteri dengan Pengobatan

Gambar 2.Dinamika proporsi populasi kondisi R0 >1


Gambar 2 menunjukkan dinamika proporsi populasi manusia saat terjadinya
infeksi. Proporsi pada kelas rentan ( S) setelah tertular virus menurun lalu sedikit
mengalami peningkatan lalu terjadi penurunan kembali sehingga stabil di titik
S=0.4. Kemudian pada kelas terinfeksi I mengalami peningkatan dan menurun lalu
mengalami sedikit peningkatandan stabil di titik I =0.15. Pada kelas pengobatan T
terjadi peniurunan dan stabil di titik T =0.075. Untuk kelas sembuh R terjadi
peningkatan yang begitu pesat kemudian stabil di titik R=9.075.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa E1 ( S , I ,T , R )stabil ke titik tetap


endemik E1 (0.4,0 .15,0 .075,9.075).

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa model SITR pada
Penyakit Difteri dengan menggunakan Treatment terjadi dalam dua kondisi yaitu
R0 <1 yang menunjukkan bahwa penderita penyakit difteri tidak bertambah dan
kondisi R0 >1 yang menunjukkan bahwa dengan adanya Treatment menjadikan faktor
yang mempengaruhi populasi penderita penyakit difteri sehingga memperbesar laju
Treatment pada populasi dapat membantu meminimumkan jumlah penderita
penyakit difteri tanpa harus menunggu karantina yang Panjang.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepaada Allah SWT yang telah
memberikan kami kesempatan, kesehaatan, kekuatan dan kesabaran sehingga artikel
ini bisa diselesaikan dengan baik. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak
Resmawan M,Si dan Bapak Agusyarif Rezka Nuha S.Pd, M,Si yaang telah
membimbing kami sehingga kami bisa sampai pada tahap ini. Terima kasih juga
kepada teman- teman yang sudah membantu dan mensupport dalam suka dan duka
dalam menyelesaikan tugas ini.

Referensi
Aisyah, Faisnaini Nurul. 2018. Pemodelan Matematika dan Studi Kesetimbangan pada
Penyebaran Pengaruh Perilaku Merokok Menggunakan Tipe SEIR. Universitas
Lampung.

Anggoro, A.D., Kharis, M., dan Supriyono.2013. Pemodelan SIRPS untuk Penyakit
Influenza dengan Vaksinasi pada Populasi Konstan. Unnes Journal of
Mathematics,2(1):55-63

Anton, H. dan Rorres, C. 2004. Aljabar Linier Elementer. Erlangga, Jakarta, 8th edition.

Aulia, N., Kharis, M., dan Supriyono. 2016. Pemodelan Matematika Epidemi Influenza
dengan Memperhatikan Peluang Keberhasilan Vaksinasi dan Kekebalan tetap. Unnes
Journal of mathematics, 5(2):190-200

Brauer, F. & Castillo-Chavez, C. 2010. Mathematical Models in Population Biology and


Epidemiology, Second Edition. New York: Springer Dordrecht Heidelberg
London.

JJoM | Jambura J. Math. 13 Volume 3 | Issue 1 | January


2021
N. Rani, et.al

Cahyono, Edi. 2013. Pemodelan Matematika. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Dep.Kesehatan (2019) : Imunisasi Efektif Cegah Bakteri, Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

Deroich, M. dan Boutayeb, A. 2008. An Avian Mathematical Model. Mathematical


Science. 36(2): 1749-1760.

DinKes.Sumedang (2018) : Difteri, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Driessche & Watmough. 2002. Reproduction Number and Sub-Threshold Endemic


Equilibria for Comparmental Models of Disease Trransmission. Mathematical
Bioscience. 180. Hlm. 29-48.

Esteva, Lourdes. (Tanpa Tahun). Global Stability In Epidemic Models.


http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCwQFjAA&url=
http%3A%2F%2Fwww.ime.unicamp.br%2F~hyunyang%2Fcurso
%2FcursoLourdes.pdf&ei=IOu7UPuyGcLprAfCz.

Gina, puspita.,Muhammad Kharis, Supriyono.2017.Pemodelan Matematika pada


Penyebaran Penyakit Difteri dengan Pengaruh Karantina dan Vaksinasi.Unnes
Journal of Mathematics, 6(1)

Iswanto, Ripno Juli. 2012. Pemodelan Matematika: Aplikasi dan Terapannya. Edisi Pertama.
Graha Ilmu, Yogyakarta.

Neuhaser. 2004. Calculus for Biology annd Medicine. Pearson Education, New Jersey.

Nugroho, Didit Budi. 2011. Persamaan Diferensial Biasa dan Aplikasinya. Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Rahmalia, Dinita. 2018. Pemodelan Matematika dan Analisis Stabilitas dari Penyebaran
Penyakit Flu Burung. Jurnal UJMC. Jilid 1, No 1. Hal. 11-19.

Sholehah, Wulan Hikmatul. 2019. Pemodelan Matematika dan Analisis Kestabilan pada
Penyebaran Penyakit Polio dengan Peran Vaksinasi. Universitas Lampung.

Susanti, N. D. Analisis Perhitungan bilangan Reproduksi Dasar (RO) pada Model


Matematika Dinamika Malaria Host-Vector. Skripsi,Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016.

Tu, P. 1994. Dynamical System: An Introduction with Application in Economics and Biology.
Springer-Verlog, New York.

Wulandari, U.N. 2013. Analisis Model Epidemik MSEIR pada Penyebaran Penyakit Difteri.
Skripsi FMIPA Universitas Jember.

JJoM | Jambura J. Math. 14 Volume 3 | Issue 1 | January


2021
Model Matematika Penyakit Difteri dengan Pengobatan

This article is an open access article distributed under the terms and conditions of the Creative
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. Editorial of JJoM: Department of
Mathematics, Universitas Negeri Gorontalo, Jln. Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, Moutong, Tilongkabila,
Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo 96119, Indonesia.

JJoM | Jambura J. Math. 15 Volume 3 | Issue 1 | January


2021

Anda mungkin juga menyukai