ARTIKEL10
ARTIKEL10
ABSTRAK1
Penyakit difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
kuman Corynebacterium Diptheriae. Agar tidak meluasnya penyebaran penyakit menular
difteri program pengobatan diintensifkan. Tujuan penelitian adalah Membentuk model
matematika, Melakukan analisis kestabilan dan Melakukan simulasi numerik model
matematika penyakit difteri dengan adanya pengobatan. Model yang terbentuk akan
dianalisis dengan menentukan titik tetap, bilangan reproduksi dasar, menganalisis kestabilan
titik tetap, dan melakukan simulasi. Kestabilan titik tetap bebas penderita akan stabil saat
bilangan reproduksi dasar kurang dari nol, sedangkan untuk titik tetap endemik akan stabil
jika bilangan reproduksi dasar lebih dari nol.
Kata Kunci:
difteri; model matematika; Pengobatan
ABSTRACT
Diphteria Is a highly contagious disease caused by the corynebacterium Diphteriae bacteria. In order
not to spread the spread of diphteria infectious disease, the treatment program was intensified. The
research objectives were to form a mathematical model, carry out a stability analysis and carry out
numerical simulations of mathematical model of diphteria in the presence of treatment. The model
formed will be analyzed by determining a fixed point, basic reproduction number, analyzing the
stability of the fixed point, and performing a simulation. The stability of the patient free fixed point
will be stable when the basic reproduction is less than zero, while the endemic fixed point will be stable
if the basic reprodution number is more than zero.
Keywords:
Diphteria; Mathematical Model; Treatment
Format Sitasi:
N. Rani, M. R. Yusuf, T. A. Hasan, dan R. Ahmad, “Model Matematika Penyakit Difteri
dengan Pengobatan,” Jambura J. Math., vol. 2, no. 1, pp.1-14, 2020
1. Pendahuluan
Salah satu penyakit yang sangat menular adalah penyakit difteri. Penyakit ini
disebabkan oleh kuman Corynebacterium Diptheriae. Gejala yang ditimbulkan oleh
penyakit difteri berupa demam yang tidak begitu tinggi, 38℃ setelah itu munculnya
Pseudomembran (selaput) di tenggorokan berwarna putih keabu-abuan yang mudah
berdarah jika dilepaskan, sakit saat menelan, kadang-kadang disertai pembesaran
1
e-ISSN: 2656-1344 |Copyright © 2020 Jambura Journal of Mathematics
Received: 10 May 2020 | Accepted: 10 May 2020 | Online: 10 May 2020
kelenjar getah bening leher dan pembengkakan jaringan lunak leher yang disebut
bullneck. Adakalanya disertai sesak napas dan suara mengorok. Salah satu komplikasi
penyakit difteri adalah bila toksin masuk ke peredaran darah dan ke otot jantung
sehingga menyebabkan kelumpuhan otot jantung bahkan kematian. (Dep.Kesehatan,
2019).
Penelitian tentang model matematika terhadap penyakit difteri telah dilakukan
sebelumnya oleh (Wulandari, 2013). Dalam kajiannya model yang dilakukan adalah
perkembangan dari model SIR yang dibentuk ke model MSEIR, dengan kompartemen
M adalah populasi yang dilindungi dengan imun pasif yang telah dimiliki pada saat
baru lahir dan kompartemen E adalah populasi yang terinfeksi tetapi belum dapat
menginfeksi, dengan menambah parameter periode laten atau masa inkubasi yang
terjadi selama 5 hari, relatif singkat, sehingga untuk dua kompartemen tersebut tidak
terpengaruh.
Dalam penelitian ini akan membahas tentang model SITR yang merupakan
pengembangan dari model SIR dengan upaya pengobatan untuk mencegah
penyebaran penyakit difteri serta menambahkan parameter vaksinasi. Pada model
sebelumnya hanya membahas bagaimana model penyebaran difteri tanpa adanya
pengobatan, sehingganya tidak ada angka pasti terkait penyebaran dari penyakit
difteri ini. Dengan adanya pengobatan maka kita bisa memastikan bahwa berapa
jumlah orang yang sudah sembuh secara total dari penyakit ini. Tujuan dari penelitian
ini menurunkan model, menganalisis dan menginterpretasikan simulasi model
matematika pada penyebaran penyakit difteri dengan pengaruh vaksinasi dengan
pengobatan.
2. Metode
Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah dengan membentuk model
matematika yang kemudian akan mencari titik kesetimbangan dari model matematika
serta menganalisis kestabilan titik kesetimbangan dari model matematika tersebut,
terakhir melakukan simulasi numerik berdasarkan hasil analisis untuk melihat
penyebaran penyakit difteri ini terjadi.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Model Matematika
Pada penyebaran penyakit difteri, populasi manusia dapaat diklasifikasikan
menjadi empat kelas yang terdiri dari kelas suspectible meliputi individu yang rentan
dinotasikan dengan S, kelas infected meliputi individu yang terinfeksi dinotasikan
dengan I , kelas Treatment meliputi individu yang menjalani pengobatan dinotasikan
dengan T, dan kelas recovered meliputi individu yang telah sembuh dinotasikan
dengan R.
Pada model matematika penyebaran penyakit difteri ini diberikan asumsi: (1)
Populasi bertumbuh secara konstan, (2) Setiap individu yang baru lahir diasumsikan
dalam keadaan sehat tetapi masih dapat terinfeksi penyakit karena belum kebal
terhadap penyakit, (3) Penyakit difteri menular melalui kontak langsung dengan
penderita, (4) Diasumsikan hanya terdapat satu penyakit yang menyebar dalam
populasi, (5) Individu yang terinfeksi dapat sembuh dari penyakit dan dapat
meninggal akibat penyakit, (6) Setiap anak yang lahir rentan dari imun pasif (maternal
antibodies) karena tidak bekerja efektif disebabkan waktu yang relatif singkat, (7)
Individu yang telah terinfeksi jika diberikan treatment akan pulih dari penyakit difteri.
(8) Individu yang tidak melakukan treatment secara rutin maka individu tersebut akan
terinfeksi kembali.
Diagram Kompartemen
( 1− ρ ) bN
ρbN
I
βS γT
N αI
S I T R
μS μI δI μT μR
Variabel Keterangan
Parameter Keterangan
dS I
=( 1−ρ ) bN−βS −μS
dt N
dI I
=βS −αI−μI −δI
dt N
dT
=αI−γT −μT
dt
dR
=ρbN + γT −μR
dt
N=S+ I +T + R
S I T R
s= ,i= ,t= , r=
N N N N
ds
=( 1−ρ ) b−βsi−μs
dt
di
=βsi−αi−μi −δi
dt
dt
=αi−γt−μt
dt
dr
=ρb+ γt−μr
dt
βsi−αi−μi−δi=0
αi−γt −μt=0
ρb+ γt−μr=0
Dengan
( 1− ρ ) b−β s ¿ i¿ −μ s ¿ =0
β s ¿ i¿ −α i ¿ −μi ¿−δ i¿ =0
α i ¿ −γ t ¿ −μ t ¿ =0
ρb+ γ t ¿ −μ r ¿ =0
α + μ+ δ
s¿ =
β
¿
Untuk mencari i
( 1− ρ ) b−βsi−μs=0
( 1− ρ ) b−( βi + μ ) s=0
α + μ+ δ
( βi + μ ) ( β )
=( 1−ρ ) b
( 1−ρ ) b
βi + μ=
α + μ+δ
( β )
( 1−ρ ) bβ
βi + μ=
α + μ+ δ
( 1−ρ ) bβ
βi= −μ
α + μ+ δ
( 1−ρ ) bβ
−μ
¿ α + μ+ δ
i=
β
( 1− ρ ) b μ
¿ −
α + μ+ δ β
¿
Untuk mencari t
αi−γt −μt =0
αi−( γ + μ ) t=0
( 1− ρ ) b μ
( γ + μ ) t=α (
α + μ+α β
− )
( 1−ρ ) b μ
t=¿
α ( α + μ+ α β
− )
γ+μ
(1−ρ ) b μ 1
¿α ( −
α + μ+ α β γ + μ )( )
α ( (1−ρ ) bβ−μ ( α + μ+ δ ) )
t ¿=
β (α+ μ+ δ )(γ + μ)
¿
Untuk mencari r
ρb+ γt−μr=0
α ( ( 1−ρ ) bβ−μ ( α + μ+ δ ))
μr= ρb+ γ (
β ( α + μ+ δ ) ( γ + μ ) )
γα ( ( 1−ρ ) bβ−μ ( α + μ+ δ ) )
μr= ρb+ ( β ( α + μ+δ )( γ + μ ) )
γα ( ( 1−ρ ) bβ−μ ( α + μ+δ ) )
r¿=
ρb+ ( β ( α + μ+ δ ) ( γ + μ ) )
μ
bρ γα (1−ρ ) bβ μ ( α+ μ+ δ ) γα
¿ + −
μ μβ(α + μ+ δ)(γ + μ) μβ ( α + μ+δ )( γ+ μ )
bρ γα (1−ρ ) b γα
¿ + −
μ μ ( α + μ+ δ ) ( γ + μ ) β ( γ + μ )
bρ ( α + μ+δ )( γ + μ )+ γαb−γαρb
¿
μ (α + μ+ δ )(γ + μ)
b ( ( γ + μ )( μ+ δ ) +α ( γ + ρμ ))
ρ γα
r¿= −
μ (α + μ+ δ)(γ + μ) β (γ+μ )
Jadi, titik tetap endemik adalah :
E1= ( s ¿ ,i ¿ , t ¿ , r ¿ )
di
=βsi−αi−μi−δi
dt
Maka diperoleh matriks Φ sebagai laju perubahan infeksi yang mengakibatkan
bertambahnya populasi yang terinfeksi dan matriks ψ sebagai laju perubahan yang
mengakibatkan berkurangnya populasi yang terinfeksi.
JF=[ βs ] JV =[α + μ+ δ ]
Kemudian dilakukan substitusi titik tetap bebas penyakit
menjadi :
b ( 1−ρ )
JF=[ βs ] = β [ μ )]
( dan JV =[ α + μ +δ ]
βb ( 1−ρ )
¿ [ μ ]
Mencari nilai V −1, sehingga diperoleh
V =[α + μ+ δ ]
1
V −1= [
α + μ+ δ ]
Dari persamaan-persamaan tesebut dapat diperoleh matriks next generation sebagai
berikut :
βb ( 1−ρ ) 1
K=F V −1= [ μ ][
α + μ+ δ ]
βb ( 1− ρ )
¿
[ μ ( α + μ+ δ ) ]
Nilai eigen yang dihasilkan adalah :
det ( λI −K )=0
|[ [ λ ][ 1 ] −
βb ( 1−ρ )
]|
μ ( α + μ+δ )
=0
βb ( 1−ρ )
λ− =0
μ ( α + μ+δ )
Sehingga diperoleh nilai eigen
βb ( 1−ρ )
λ=
μ ( α + μ+δ )
Jadi,
βb (1−ρ )
R0 =
μ ( α + μ+ δ )
−βi−μ − βs 0 0
| βi
0
0
( α + μ+δ ) i+ βs
α
0
0
−( γ + μ ) 0
γ
0
−μ
|
3.4.1 Kestabilan Titik tetap bebas penyakit
Untuk memperoleh kestabilan sistem dititik E0 terlebih dilakukan pelinearan disekitar
titik tetap E0 sehingga diperoleh matriks jacobi sebagai berikut :
−βb ( 1−ρ )
| |
−μ 0 0
μ
0 −α −δ −μ+ βb ( 1−ρ ) 0 0
0 α −γ −μ 0
0 0 γ −μ
det ( λI −J E0 )=0
−βb ( 1−ρ )
|[ ] [
1
λ 0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0 −μ
0−
0
1 0
0
α
μ
0 −α −δ−μ+ βb ( 1− ρ )
0
0
0
γ
0
0 =0
−γ −μ 0
−μ
]|
−βb ( 1−ρ )
|[ ] [
λ
0
0
0
0 0 0 −μ
λ 0 0−
0 λ 0
0 0 λ
−μ− λ
0
0
μ
0 −α −δ−μ+ βb ( 1−ρ )
α
0
−β (b−bρ)
0
0
−γ−μ 0
γ
0
0 =0
−μ
0 0
]|
det
[ 0
0
0
−α−δ −μ +
α
0
β b−bρ
(
μ
)
−λ 0
−γ −μ−λ
γ
0 =0
0
−μ−λ
( λ+ μ ) ( γ + λ+ μ ) ( μ ( α + δ+ λ+ μ )+ bβ (−1+ ρ ))
=0
]
μ
β ( b−bρ )
(
(−μ−λ ) −α −δ −μ+
μ ) −λ (−γ −μ− λ ) (−μ−λ )=0
λ 1=−μ
λ 2=−( γ + μ )
β ( b−bρ )
−α −δ−μ+ − λ=0
μ
β( b−bρ)
λ= −( α + δ+ μ )
μ
βb ( 1−ρ )
¿ ( α + δ+ μ )
(
μ (α+δ+μ )
−1
)
λ 3=( α + δ+ μ ) ( R0 −1 )
R0 <1 → stabil
bβ (−1+ ρ)
[ ]
−α −δ −μ 0 0
α+δ+μ
bβ (−1+ ρ)
−μ− 0 0 0
α +δ + μ
0 α −γ −μ 0
0 0 γ −μ
det ( λI −J E1 )=0
bβ (−1+ ρ)
|[ ] [ ]|
−α −δ−μ 0 0
1 0 0 0 α +δ + μ
0 1 0 0
λ − −μ− bβ (−1+ ρ) 0 0 0 =0
0 0 1 0 α +δ + μ
0 0 0 1 0 α −γ−μ 0
0 0 γ −μ
bβ (−1+ ρ)
|[ ] [ ]|
−α−δ−μ 0 0
λ 0 0 0 α +δ + μ
0 λ 0 0
− −μ− bβ(−1+ ρ) 0 0 0 =0
0 0 λ 0 α + δ+ μ
0 0 0 λ 0 α −γ −μ 0
0 0 γ −μ
bβ (−1+ ρ )
[ ]
λ− −α −δ −μ 0 0
α +δ+ μ
bβ (−1+ ρ )
−μ− λ 0 0 =0
α+δ+μ
0 α λ+ ( γ + μ ) 0
0 0 γ λ +μ
( λ+ μ ) ( γ + λ+ μ ) ( μ ( α + δ+ μ ) ( α + δ−λ+ μ ) +bβ ( α + δ + λ+ μ )(−1+ ρ ) )
=0
α +δ + μ
Nilai eigen J E1 merupakan akar-akar persamaan karakteristik
b 0 λ 4 +b1 λ3 +b 2 λ 2+ b3 λ1 +b4 =0
Dengan
b 0=1
bβ (−1+ ρ)
b 1=γ + 3 μ−
α+δ+μ
bβ (α + γ +δ +3 μ)(−1+ ρ)
b 2=−(−α −2 γ + δ−2 μ ) μ−
α+δ+μ
bβ ( γ ( α +δ )+ 2 ( α +γ +δ ) μ+3 μ2 ) (−1+ ρ)
b 3=−μ ( γ ( α +δ ) +2 ( α +δ ) μ+ μ 2 )−
α+δ+μ
Karena semua parameter bernilai positif, maka nilai b 1, b 2,b 3 dan b 4 bernilai positif.
Koefisien bernilai positif saat kondisi R0 <1 , R 0=1 , dan R0 >1 Anggap jika R0 >1, maka
b 3> 0 dan b 4 >0.
Kesimpulan yang diperoleh yaitu jika R0 >1 kriteria Routh-Hurwitz telah ditunjukkan
terpenuhi, maka titik tetap endemik ( E1 ) stabil ketika R0 >1.
Pada saat simulasi dinamika proporsi populasi saat terpapar dan terinfeksi
yang dianalisis adalah untuk kondisi R0 <1dan R0 >1. Dalam hal ini, R0 adalah
bilangan reproduksi dasar. Berikut adalah simulasi untuk melihat dinamika proporsi
populasi manusia.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa model SITR pada
Penyakit Difteri dengan menggunakan Treatment terjadi dalam dua kondisi yaitu
R0 <1 yang menunjukkan bahwa penderita penyakit difteri tidak bertambah dan
kondisi R0 >1 yang menunjukkan bahwa dengan adanya Treatment menjadikan faktor
yang mempengaruhi populasi penderita penyakit difteri sehingga memperbesar laju
Treatment pada populasi dapat membantu meminimumkan jumlah penderita
penyakit difteri tanpa harus menunggu karantina yang Panjang.
Referensi
Aisyah, Faisnaini Nurul. 2018. Pemodelan Matematika dan Studi Kesetimbangan pada
Penyebaran Pengaruh Perilaku Merokok Menggunakan Tipe SEIR. Universitas
Lampung.
Anggoro, A.D., Kharis, M., dan Supriyono.2013. Pemodelan SIRPS untuk Penyakit
Influenza dengan Vaksinasi pada Populasi Konstan. Unnes Journal of
Mathematics,2(1):55-63
Anton, H. dan Rorres, C. 2004. Aljabar Linier Elementer. Erlangga, Jakarta, 8th edition.
Aulia, N., Kharis, M., dan Supriyono. 2016. Pemodelan Matematika Epidemi Influenza
dengan Memperhatikan Peluang Keberhasilan Vaksinasi dan Kekebalan tetap. Unnes
Journal of mathematics, 5(2):190-200
Iswanto, Ripno Juli. 2012. Pemodelan Matematika: Aplikasi dan Terapannya. Edisi Pertama.
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Neuhaser. 2004. Calculus for Biology annd Medicine. Pearson Education, New Jersey.
Nugroho, Didit Budi. 2011. Persamaan Diferensial Biasa dan Aplikasinya. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Rahmalia, Dinita. 2018. Pemodelan Matematika dan Analisis Stabilitas dari Penyebaran
Penyakit Flu Burung. Jurnal UJMC. Jilid 1, No 1. Hal. 11-19.
Sholehah, Wulan Hikmatul. 2019. Pemodelan Matematika dan Analisis Kestabilan pada
Penyebaran Penyakit Polio dengan Peran Vaksinasi. Universitas Lampung.
Tu, P. 1994. Dynamical System: An Introduction with Application in Economics and Biology.
Springer-Verlog, New York.
Wulandari, U.N. 2013. Analisis Model Epidemik MSEIR pada Penyebaran Penyakit Difteri.
Skripsi FMIPA Universitas Jember.
This article is an open access article distributed under the terms and conditions of the Creative
Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. Editorial of JJoM: Department of
Mathematics, Universitas Negeri Gorontalo, Jln. Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, Moutong, Tilongkabila,
Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo 96119, Indonesia.