Anda di halaman 1dari 14

KESENJANGAN LAPANGAN KERJA DENGAN JUMLAH LULUSAN SMK DI SUL SEL

Tugas Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Pendidikan

Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Sapto Haryoko,M.Pd

pps pend. teknologi kejuruan (PTK) UNM

 A.   PENDAHULUAN

Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk mempersiapkan peserta didik agar siap
bekerja baik secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan di dunia industri.
Untuk dapat bekerja dan bersaing di industry maupun berwiraswasta, lulusan SMK harus memiliki
kompetensi yakni kemampuan yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada
dunia kerja dan ada pengakuan resmi terhadap kemampuan tersebut.

Paradigma pendidikan Kejuruan sangat berbeda dengan pendidikan umum. Pendidkan kejuruan
yaitu menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven).
Kebersambungan (link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan dan
kecocokan (match) diantara employee dengan employermenjadi dasar penyelenggaraan dan ukuran
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan vokasi dapat dilihat dari tingkat mutu dan relevansi yaitu
jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih
dan ditekuninya. Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik.

Usaha mengembangkan kualitas sumber daya manusia menjadi semakin penting bagi setiap bangsa
dalam menghadapi era persaingan global. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, suatu
bangsa pasti akan tertinggal dari bangsa lain dalam percaturan dan persaingan kehidupan dunia
internasional yang semakin kompetitif. 

Pendidikan teknik kejuruan harus didasarkan pada konsep bidang pekerjaan.  Bidang pekerjaan
memerlukan pelatihan formal yang berorientasi pada kelompok kualifikasi yang khas pada pekerjaan
yang relevan.  Spesialisasi dibutuhkan sebagai pelengkap dari kebutuhan kualifikasi dasar untuk
setiap bidang pekerjaan, tetapi harus selaras dengan konteksnya. Pendidikan kejuruan harus
mempersiapkan seseorang untuk setelah tamat berada pada tempat pekerjaan tertentu, siap kerja
dan siap untuk terus  belajar serta berkembang lebih lanjut. Dengan kata lain pendidikan kejuruan
harus menjadi jembatan untuk pelatihan lebih lanjut. Oleh karena itu dua komponen penting dalam
pendidikan kejuruan adalah membangkitkan keinginan belajar dan memandu perkembangan
kepribadian. Untuk bekerja dalam masyarakat berpendidikan, seseorang harus mampu
merencanakan, melaksanakan dan memeriksa hasil pekerjaannya secara independen. Oleh karena
itu SMK menerapkan system ganda pada program pendidikannya.

Tujuan utama sistem ganda adalah untuk meningkatkan keterserapan tenaga kerja pada suatu
tempat kerja yang senantiasa berubah, karena dunia kerja ditopang oleh dua hal: teknologi yang
senantiasa berkembang dan sumberdaya manusia yang bekerja di dalamnya.  Sebab Jika kita bicara
soal kesempatan kerja, maka di negara kita jika ada satu pekerjaan maka diperkirakan ada seribu
orang yang akan melamar. Dari seribu orang itu mungkin hanya sekitar seratus orang yang
memenuhi persyaratan administrasi dan lulus test psikologi. Intinya begitu besar  perbedaan antara
“Supply and Demand” ,antara persyaratan kerja dengan mereka yang memenuhi kualifikasi
persyaratan kerja tersebut.

B.   KONDISI RIL PENYELENGGARAAN PTK

Sekolah  Menengah  Kejuruan  (SMK)  dalam  system pendidikan nasional merupakan salah satu
bentuk pendidikan formal setingkat pendidikan menengah. Berdasarkan  Peraturan  Pemerintah 
Nomor  19  Tahun  2005  Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat (3) Standar Kompetensi
Lulusan pada satuan  pendidikan  menengah  kejuruan  bertujuan  meningkatkan  kecerdasan,
pengetahuan,  kepribadian,  akhlak  mulia,  serta  keterampilan  untuk  hidup mandiri dan  mengikuti 
pendidikan  lebih  lanjut  sesuai  dengan  kejuruannya,  dengan karakteristik pendidikan kejuruan
sebagai berikut :

1.   Mempersiapkan  peserta  didik  terutama  untuk  bekerja  dalam  bidang tertentu;

2.   Didasarkan kebutuhan dunia kerja “Demand-Market-Driven”;

3.   Penguasaan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja;

4.   Kesuksesan siswa pada “Hands-On” atau performa di dunia kerja; 

5.   Hubungan erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan kejuruan; 

6.   Responsif dan antisipatif terhadap kemajuan Teknologi 

7.   Learning By Doing dan Hands On Experience;

8.   Membutuhkan fasilitas mutakhir untuk praktik; 

9.   Memerlukan  biaya  investasi  dan  operasional  yang  lebih  besar  dari

pendidikan umum.

Keterkaitan antara pendidikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja di industri
merupakan hal yang sangat penting karena tujjuan akhir dari lulusan SMK adalah kemampuannya
bekerja sesuai bidangnya di dunia industri.  Oleh Karena itu, dalam rangka menciptakan lulusan yang
berkualitas, maka kerjasama antar berbagai komponen sangat mendukung kesiapan SMK.
Ketimpangan  partisipasi atau  keterlibatan  secara aktif  di  salah satu  variabel,  misalnya  variabel 
penyelenggara  pendidikan  dapat  menyebabkan sistem tidak bekerja optimal yang akan
mengakibatkan hubungan antara pendidikan dan  dunia  kerja  tidak  harmonis,  artinya  secara  fisik 
akan  terjadi  pengangguran secara berkelanjutan.

Kondisi ril penyelenggaraan pendidikan adalah suatu kondisi atau keadaan yang sebenarnay terjadi
pada pelaksanaan system pendidikan kejuruan secara umum. Adapun  kondisi riil pelaksanaan
pendidikan kejuruan secara umum yang terjadi adalah

·         Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi terutama dalam bidang teknologi informasi dan
komunikasi memberikan ruang bagi  sekolah kejuruan untuk menciptakan tenaga kerja yang siap
pakai dalam bidang ICT. Menurut Muhammad Ali :2009, dimensi pokok yang menjadi tantangan bagi
smk baik secara regional maupun nasional salah satunya adalah “Pendekatan kurikulum berdasarkan
pendekatan yang lebih fleksibel sesuai dengan kecenderungan perkembangan dan teknologi agar
compete,nsi yang diperoleh peserta didik selama dan sesudah mengikuti penddidikan memiliki
adaptasi yang tinggi”.

Adapun kurikulum teknik computer dan jaringan yang digunakan adalah kurikulum yang dasar
pembentukannya dilakukan oleh pusat secara nasional yang disusun di oleh badan pengembangan
kurikulum atau P4TK yang bekerjasama dengan pihak industri. Prodak Kurikulum diberikan ke
sekolah sebagai pedoman dalam memberikan kompetensi kepada peserta didik didik tersebut
dikelola di sekolah untuk memilih standar keahlian kompetensi dasar sesuai dengan potensi yang
ada di daerah. Dalam pengembangan kurikulum KTSP secara umum belum melakukan kerjasama
dengan melibatkan DUDI sebagai pihak kedua yang turut berperan dalam peningkatan kompetensi
siswa. Jadi Prodak KTSP disekolah untuk jurusan yang baru dibuka masih berpedoman terhadap
kurikulum yang berlaku secara nasional dan mengikuti tren SKKD yang digunakan sekolah pada
umumnya. Selain itu,  kesiapan pembukaan jurusan baru sesuai dengan permintaan pasar tidak
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga implementasi kurikulum tidak
berjalan semestinya sehingga memberikan kesan administrasi sempurna   tetapi implementasinya
sangat tidak sesuai harapan.

·         Penyelenggaraan pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggungjawab pemerintah dan


sekolah. masyarakat (stakeholder) memiliki peranan penting dalam mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan. Didalam UU standar pembiayaan pendidikan menyatakan bahwa Masyarakat dapat
berperan serta dalam membantu pemerintah dalam bidang pendidikan, pengembangan kurikulum
terutama kualitas kurikulum yang sesuai dengan tuntutan yang diharaPkan masyarakat, dan
penyaluran lulusan yang dihasilkan dari proses penyelenggaraan pendidikan.

Sudah banyak SMK yang memanfaatkan dunia kerja dan industri sebagai tempat praktik maupun
sekedar difungsikan sebagai menambah wawasan tentang dunia kerja kepada peserta didiknya.
Berikut ini beberapa fungsi dari DUDI yang selama ini ada dalam praktik.

1.   Sebagai Tempat Praktik Siswa, karena banyak SMK yang tidak memiliki peralatan dan mesin
untuk praktik dalam memenuhi standar kompetensi atau tujuan yang ditentukan,menggunakan
industri sebagai tempat praktik (outsourcing). Permasalahannya adalah pada saat ini jumlah industri
tidak sebanding dengan jumlah siswa SMK yang memerlukannya sebagai tempat praktik ini.
Sementara itu, masing-masing industri memiliki kapasitas yang terbatas untuk bisa menampung
siswa SMK untuk praktik di industri tersebut. Anggaran untuk penyediaan alat dan bahan praktik
masih kurang, maka akan semakin  banyak SMK baru yang tidak mampu memenuhi kebutuhan alat
dan bahan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan standar kompetensi dunia kerja. Dampaknya,
pelaksanaan praktik tidak mencapai target pencapaian kompetensi standar yang ditentukan atau
standar dunia kerja.  Kendala lain adalah, tidak semua siswa mampu memenuhi standar kompetensi
minimal yang ditentukan pihak industri, sehingga mereka takut mempekerjakan siswa SMK karena
memiliki resiko pada kegagalan produksi, yang berakibat pada kerugian di pihak industri.
2.   Industri Sebagai Tempat Magang Kerja yaitu Magang (apprenticeship) merupakan sistem
pendidikan kejuruan yang paling tua dalam sejarah pendidikan vokasi.  Sistem magang merupakan
sistem yang cukup efektif untuk mendidik dan menyiapkan seseorang untuk memperdalam dan
menguasai keterampilan yang lebih rumit yang tidak mungkin atau tidak pernah dilakukan melalui
pendidikan masal di sekolah. Dalam sistem magang seorang yang belum ahli (novices) belajar
dengan orang yang telah ahli (expert) dalam bidang kejuruan tertentu. Sistem magang juga dapat
membantu siswa SMK memahami budaya kerja, sikap profesional yang diperlukan, budaya mutu,
dan pelayanan konsumen. Keterbatasan sistim magang adalah sistim ini hanya bisa menampung
sedikit peserta magang, sehingga tidak mampu memecahkan permasalahan pada butir 1 dalam
menampung siswa SMK sebagai tempat praktik dalam menguasai suatu kompetensi. Sistem magang
selama ini telah dipraktikkan oleh beberapa sekolah. Dual sistem yang diadopsi dari sistem Jerman
pernah juga dilaksanakan di Indonesia, dan cukup berkembang baik pada saat  sebelum krisis karena
mendapat dukungan jumlah dunia usaha dan industri yang cukup banyak. Dual sistem ini pernah
mendapatkan dukungan yang baik dari pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan (MoU) antara
Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Perindustriam saat itu. 
Industri didorong untuk mau bekerjasama dengan SMK dan mau menerima siswa SMK melakukan
praktik. Namun sekarang sistem ini sangat jarang dilakukan karena banyak industri yang ditutup
pada masa krisis dan sekarang pemerintah belum berhasil mendirikan industri.

3.   Industri Sebagai Tempat Belajar Manajemen Industri dan Wawasan Dunia Kerja. Selama ini,
industri dimanfaatkan oleh sekolah sebagai tempat pembelajaran tentang manajemen dan
organisasi produksi. Siswa SMK kadang-kadang melakukan pengamatan cara kerja mesin dan produk
yang dihasilkan dengan secara tidak langsung belajar tentang mutu dan efisiensi produk. Selain itu
siswa juga belajar tentang manajemen dan organisasi industri untuk belajar tentang dunia usaha dan
cara pengelolaan usaha, sehingga mereka memiliki wawasan dan pengetahuan tentang dunia usaha.
Melalui belajar manajemen dan organisasi ini juga bisa menambah wawasan siswa pada dunia
wirausaha. Siswa SMK kadang-kadang menggunakan industri sebagai objek wisata-belajar dengan
sekedar mengamati dan melihat-lihat dari kejauhan proses produksi di industri. Mereka juga kadang-
kadang mendapatkan informasi dari pengelola industri tentang organisasi dan para pengelolanya.

·         implementasi penyelenggaraan pendidikan masih kurang didukung kebijakan strategi yang


dapat mewujudkan arah dan tujuan yang diharapan Pendidikan kejuruan. Pemerintah misalnya
masih belum memfungsikan dirinya sebagai penentu kebijakan yang dapat menjembatani kerjasama
yang saling menguntungkan dengan dunia industri. Sehingga pada saat PSG banyak peserta didik
yang tidak mendapatkan industry yang sesuai dengan bidang keahliannya karena ketidaksesuaian
tuntutan pasar  kerja dengan kompetensi yang dimiliki siswa. Salah satu penyebab terjadinya kondisi
ironis ini disebabkan ketidakpercayaan industry terhadap kompetensi anak didik. Sehingga dapat
dikatakan bahwa target pencapaian yang diiginkan masih terlalu jauh dengan kenyataan yang ada.
Dalam contoh yang sederhana, perencanaan SMK bisa  dengan rasio perbadingan dengan SMA 33:67
yang penargetannya dimulai tahun 2009 sampai saat ini masih belum terealisasi dengan baik karena
komitmen pemerintah pusat belum disosialisasikan dengan baik ke pemerintah daerah.

·         Fasilitas sarana dan prasaran sangat mempengaruhi secara langsung kualitas pendidikan, Salah
satu prinsip pendidikan kejuruan bahwa untuk mendapatlkan lulusan yang kompeten, sebaiknya
siswa dilatih sesuai dengan replica dimana ia akan kerja kelak. Agar mereka terlatih
dengan peralatan yang sesuai di industry sehingga pada saat mereka memasuki dunia kerja, industry
tidak akan mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan training. Sehubungan dengan hal
tersebut,  pembukaan jurusan baru yang saat ini memiliki minat yang sangat tinggi di masyarakat
adalah jurusan teknik computer dan jaringan. Pembukaan jurusan ini dilakukan begitu saja dengan
berani mulai tahun 2009 tanpa mempertimbangkan sarana dan prasarana yang akan digunakan
sehingga kegiatan pembelajaran dua tahun terakhir dilakukan apa adanya. Selain itu, bila
dibandingkan dengan jumlah rombongan kelas yang ada, ruangan kelas tidak mendukung misalnya
tidak memiliki mobiler sama sekali.

·         Sumber Daya Manusia Penyelenggara Pendidikan di Tingkat Sekolah Belum Profesional

Kepala sekolah, guru, staf kependidikan (tata usaha, pustakawan, dan teknisi/laboran) merupakan
kunci sukses atau tidaknya penyelenggaraan pendidikan dan berhadapan langsung dengan subyek
pendidikan (siswa). Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan maju
dan mundurnya penyelenggaraan pendidikan di lembaganya. Dengan demikian, kepala sekolah
harus memiliki potensi yang dapat dikembangkan secara optimal dan profesional.Guru merupakan
jiwa dari sekolah.

Oleh karena itu, peningkatan profesionalisme guru perlu memperoleh perhatian tersendiri baik dari
sekolah maupun pemerintah. Saat ini, masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang
dan kompetensi yang seharusnya. Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara
berkesinambungan dan kontinyu.

Sertifikasi guru dalam jabatan yang digulirkan pemerintah akhir-akhir ini merupakan perlu didukung
masyarakat luas, dan dalam pelaksanaannya harus tetap mengacu pada standar kompetensi yang
ditetapkan secara utuh, yaitu standar kompetensi pedogogis, kepribadian, profesional, dan sosial. 
Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik
yang sekurangkurangnya meliputi: pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman
terhadap peserta didik; pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, 
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran,
evaluasi hasil belajar; dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.

Sedangkan Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:beriman dan


bertakwa,  berakhlak mulia, arif dan bijaksana,demokratis, mantap,
berwibawa;stabil, dewasa ,jujur;sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara
obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari Masyarakat yang sekurang-
kurangnya meliputi kompetensi untuk:berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun,
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,  bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau
wali peserta didik,  bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma
serta sistem nilai yang berlaku, dan menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.

Kompetensi profesional  merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya
meliputi penguasaan: materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan
konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual
menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok
mata pelajaran yang akan diampu.

·         Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah memiliki hak, wewenang dan kekuasaaan
dalam mengatur berbagai hal. Hak ini timbul karena kedudukan formalnya dalam pemerintahan.
Berkaitan dengan hal kekuasaan, Edgar dalam Nanang 1996 mengatakan bahwa “kekuasaan tidak
hanya diperoleh semata – mata dalam tingkatan hirarki organisasi tetapi bersumber dari bermacam-
macam jenis psikologi kekuasaan yaitu :

¨       Kekuasaan jabatan sah (legimated power) berhubungan dengan hak kelembagaan, terjadi
apabila bawahan menerima pengaruh, mengakui bahwa atasan secara sah berhak memerintah atau
memebri pengaruh dalam batas- batas tertentu. Ini berarti bawahan mempunyai kewajiban untuk
mengakui kekuasaan

¨       Kekuasaan yang memaksa (coercive power) yaitu didasarkan pada kemampuan pemeberi
pengaruh untuk menghukum penerima pengaruh untuk menghukum kalau tidak memenuhi
permintaan. Hukuman dapat berupa kehilangan fasilitas  bahkan kehilangan pekerjaan

Mungkin seperti inilah fenomena pemerintahan yang terjadi yang memberikan pengaruh yang besar
terhadap perjalanan pendidikan kejuruan. Peraturan pemerintah tentang pendidikan gratis telah
mewarnai system pendidikan di di berbagai daerah di indonesia. Masyarakat yang tidak mampu
merasa sangat senang karena anaknya dapat menimba ilmu tanpa mengeluarkan biaya yang relative
besar. Tetapi dilain pihak keterbatasan sarana dan prasarana,  keterlambatan cairnya biaya
operasional  serta terbatasnya anggaran dana untuk sekolah kejuruan merupakan suatu tantangan
yang sangat berat bagi SMK yang bertujuan mencetak tenaga yang berkwalitas. Selain itu, peran
serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam membantu pendanaan pendidikan melalui komite
sekolah sudah tidak bisa dilakukan karena bertentangan dengan kebijakan pendidikan gratis.

Dilain pihak, Kebijakan pemerintah daerah dalam membantu SMK dalam meningkatkan kualitas


lulusannya belum memberikan langkah konkrit tentang bagaimana mengatur dunia usaha dan
industri agar membantu SMK dalam melaksanakan program bersama dalam upaya menyiapkan
tenaga kerja siap pakai. Penyiapan aturan atau bahkan undang-undang yang mengikat semua dunia
usaha dan industri dalam merealisasikan kerjasama ini belum dipikirkan padahal Nasionalisme DUDI
dibangun dengan dimulai dari membuat aturan dan undang-undang dan aturan yang mengikat
mereka menuju ke arah pembangunan bangsa yang kuat.

 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa existing condition/ pelaksanaan  pendidikan
kejuruan yang terjadi pada umumnya adalah :

·         Kurikulum yang pada umumnya sudah cukup bagus namun pelaksanaannya masih belum
sesuai dengan isinya dan kandungannya

·         Kerjasama dengan DUDI masih sangat kurang

·         Sarana dan prasarana yang tersedia belum memadai untuk proses pembentukan kompetensi
siswa sehingga system yang berjalan Masih berorientasi pada kuantitas siswa bukan berorientasi
pada kwalitas lulusan

·         Sumber daya manusia penyelenggara pendidikan belum professional (mengajar tidak pas
dengan bidang keahlian dan kompetensi yang seharusnya)

·         Pihak sekolah masih sering mengeluhkan kurangnya dana operasional pendidikan

·         Perhatian pemerintah daerah yang masih sangat kurang

·         Adapun factor penghambat pembelajaran yang bermutu adalah SDM, sarana dan prasarana
serta system regulasi yang ada.

Sejalan dengan hal tersebut diatas, prof dr. yusuf hadi Miarso melalui suatu penelitian
mengungkapkan kondisi ril PTK saat ini adalah  :

·         Kurikulum pada sebagian besar SMK yang diteliti pada umumnya kurang lengkap. Dengan tidak
lengkapnya dokumen kurikulum tersebut diragukan apakah pengembangannya telah disesuaikan
dengan kebutuhan lapangan kerja yang menuntut tenaga kerja yang mampu mengikuti
perkembangan yang dinamis dalam lingkungan kerja.

·         Tiap sekolah telah memperoleh anggaran yang cukup memadai untuk pengembangan
kurikulum tetapi tidak terungkap seberapa jauh dilakukan kerjasama antar sekolah. Kurikulum pada
beberapa sekolah menunjukkan kesamaan yang besar, padahal kondisi dan lingkungan sekolah
berbeda. Dalam seminar yang diselenggarakan juga terungkap bahwa peran dan keterlibatan dunia
usaha dan industri dalam pengembangan kurikulum juga belum diwujudkaan secara optimal.

·         Usaha sekolah untuk melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan ternyata tidak hanya
melalui “satu pintu”, karena ada beberapa proyek yang memberikan kesempatan bagi sekolah-
sekolah untuk mengajukan proposal. Pada beberapa sekolah yang dikunjungi ternyata ada duplikasi
dalam pengadaaan sarana pembelajaran. Demikian pula ada satu sekolah yang mendapat alokasi
sarana untuk suatu laboratorium produktif tertentu, tetapi belum dapat difungsikan karena tenaga
gurunya masih belum siap.
·         Proses pembelajaran pada umumnya telah memenuhi persyaratan dengan memberikan porsi
praktikum yang cukup. Namun praktikum tersebut hanya diberikan dalam mata pelajaran
keterampilan produktif. Untuk pelajaran keterampilan intelektual seperti matematik dan sains, tidak
terungkap adanya praktikum berupa belajar pemecahan masalah, belajar berbasis proyek dan
sebagainya.

·         Metode penilaian yang otentik dengan menggunakan instrumen berupa rubrik dan portofolio
belum terungkap bukti pelaksanaannya. Analisis dokumen SAP atau RPP belum menunjukkan adanya
bentuk penilaian tersebut.

·         Kompetensi lulusan masih berorientasikan pada kebutuhan lapangan kerja masa sekarang atau
bahkan masa lalu, dan belum membuka wawasan ke masa mendatang. Perkembangan teknologi,
terutama teknologi informasi dan komunikasi yang telah memicu globalisasi, baru sekedar diketahui
dan dioperasikan, belum dimanfaatkan untuk keperluan belajar atau untuk mencari informasi yang
berkaitan dengan perkembangan lingkungan kerja. Kemandirian sebagai salah satu kompetensi yang
perlu dikuasai, belum tampak usaha pengem-bangannya. Kemampuan ini sangat diperlukan dalam
menghadapi situasi yang senantiasa berubah.

Berdasarkan temuan tersebut diatas,  maka direkomendasikan hal-hal berikut :

·         Untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai, maka perlu dilakukan pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan  dengan menyertakan DUDI  dalam kegiatan sekolah serta
menempatkan guru sesuai dengan bidang keahliannya dan harus senantiasa meningkatkan wawasan
agar sesuai dengan perkembangan IPTEK yang relevan sesuai bidang yang diampunya.

·         Diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar pelaksanaan kurikulum dapat dilakukan
dengan lebih efektif dan efisien

·         Perlunya dibangun kerjasama yang harmonis dengan Departemen tenaga kerkja dan
transmigrasi serta berbagai pihak yang memerlukan tenaga terampil.Kerjasama tersebut diharapkan
dapat mengubah system pendidikan dari output oriented menjadi job oriented.

·         Setiap pembukaan jurusan  baru harus disertai studi kelayakan yang benar agar jenis program
yang dibuka benar-benar sejalan dengan potensi unggulan daerah. Bahkan perlu dikaji ulang
keberadaan SMK yang sudah ada saat ini apakah masih layak, sejalan dan akan berkontribusi dengan
pembangunan daerah. Berbagai inovasi program perlu dilakukan untuk merespon perkembangan
teknologi

·         Program kejuruan harus dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan, karakteristik
peserta didik, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar lulusan dapat
menyesuaikan diri secara cepat dengan lingkungan kerja yang berkembang pesat, program
pendidikan kejuruan perlu dikembangkan dengan basis pengetahuan dan teknologi yang
luas. Program yang terlalu menjurus atau sempit, kurang sesuai lagi dengan tuntutan dunia kerja.
Idealnya program dikembangkan tidak hanya berorientasi pada pengembangan keterampilan
semata, tetapi juga berorientasi pada proses yang mengembangkan kemampuan berpikir logis, etis,
dan estetis, serta kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan lingkungan dan tuntutan dunia
kerja.
·         Rencana penambahan jumlah SMK sehingga prosentasenya lebih banyal dari SMU perlu
dipertimbankan kembali. Perlu ditingkatkan lebih dahulu mutu pendidikan kejuruan, sehingga
memenuhi seluruh ketentuan standar nasional pendidikan. Peningkatan mutu tersebut diharapkan
dapat meningkatkan dayatarik pendidikan kejuruan, dan meningkatnya daya tarik tersebut baru
dilayani dengan pengembangan satuan pendidikan.

·         Kebijakan pemerintah daerah sebaiknya vdipermantap dan menitikberatkan perhatiannya


kepada dunia pendidikan dan Perlu peninjauan kembali /evaluasi terhadap kontribusi kebijakan
pemerintah daerah terhadap peningkatan mutu pendidikan kejuruan

·         Rencana penambahan jumlah SMK sehingga prosentasenya lebih banyak dari SMU perlu
dipertimbankan kembali. Perlu ditingkatkan lebih dahulu mutu pendidikan kejuruan, sehingga
memenuhi seluruh ketentuan standar nasional pendidikan. Peningkatan mutu tersebut diharapkan
dapat meningkatkan dayatarik pendidikan kejuruan, dan meningkatnya daya tarik tersebut baru
dilayani dengan pengembangan satuan pendidikan.

ANALISIS KESENJANGAN ANTARA LAPANGAN KERJA DAN JUMLAH LULUSAN    SMK

Lapangan pekerjaan, Menurut Sensus Penduduk 2000, adalah bidang kegiatan dari
usaha/perusahaan/ instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja. Menurut UU 13 Tahun
2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Menurut pendekatan angkatan kerja ( labour force approach) yang diperkenalkan oleh
International  Labour Organization (ILO), penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan
yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja:

Tenaga kerja-manpower (berusia diatas 15 tahun), yang dibedakan menjadi angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja.

·         Angkatan kerja atau labour force adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja
yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang
mencari pekerjaan. Angkatan kerja terdiri atas:

1) Pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang


mempunyai pekerjaan dan (saat disensus atau di survai) memang sedang bekerja, serta orang
yangmempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja.
Yangdimaksud orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan
sedangtidak bekerja contohnya petani yang sedang menanti panen atau wanita karir yang
cutimelahirkan.BPS mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh upahatau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja
paling sedikitsatu jam secara kontinyu dalam seminggu yang lalu (seminggu sebelum
sensus/survei),termasuk dlaam hal ini pekerja keluarga tanpa upah yangmembantu dalam
suatuusaha/kegiatan ekonomi.
2)  Penganggur, adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang
tidak  bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan. Penganggur semacam ini oleh BPS
disebut penganggur terbuka

·         Kelompok bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang 
tidak  bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni orang,
terdiriatas:

1) Golongan yang bersekolah adalah mereka yang kegiatannya hanya bersekolah contoh pelajar dan
mahasiswa,

2) Golongan yang mengurus rumah tangga adalah mereka yang mengurus rumah tanggatanpa
memperoleh upah contoh ibu-ibu bukan wanita karir, dan

3) Golongan lain-lain atau penerima pendapatan tapi bukan imbalan langsung atas jasakerjanya
digolongkan menjadi:a) golongan penerima pendapatan, yaitu mereka yang tidak melakukan suatu
kegiatanekonomi, tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bunga atas
simpananuang atau sewa atas milik, dan b)golongan mereka yang hidupnya tergantung dari orang
lain, misalnya karena lanjut usia(jompo), cacat atau sakit kronis.Ketiga golongan dalam kelompok
bukan angkatan kerja ini kecuali mereka yang hidupnyatergantung dari orang lain, sewaktu-waktu
dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Olehsebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan
sebagai Potential Labour Force (PLF).

Jadi, tenaga kerja mencakup siapa saja yang dikategorikan sebagai angkatan kerja dan juga mereka
yang bukan angkatan kerja, sedangkan angkatan kerja adalah mereka yang bekerja dan yang tidak
bekerja (pengangguran).

Te,naga kerja inilah yang akan mengisi bermbagai posisi di dunia industry. Perusahaan Industri
merupakan suatu unit kesatuan  usaha untuk melakukan usaha kegiatan ekonomi yang bertujuan
untuk menghasilkan barang dan jasa  yang terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, yang
memiliki catatan administrasi  tersendiri mengenaai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang
atau lebih yang bertanggung jawab terhadap usaha tersebut.

Pada dasarnya, perusahaan industry pengolahan dibagi menjadi 4 menurut jumlah tenaga kerja yaitu

·         Industri besar dengan jumlah tenaga kerja 100 orang lebih

·         Industri sedang dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang

·         Industri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5 - 19 orang

·         Industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja 1 – 4 Orang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2010, jumlah industry yang ada di Sulawesi selatan sebanyak
369 buah dengan jumlah tenaga kerja mencapai 44.440 orang seperti tertuang pada Tabel 4.serta
grafik dibawah ini yang menjelaskan berbagai jenis industry yang ada di sul sel.  Bila diperhatikan
secara lebih mendalam, industry yang tersedia secara spesifik pada bidang keahlian yang terfokus
pada SMK cukup memadai misalnya industry makanan dan minuman sebanyak memiliki jumlah
industry terbanyak di sulsel yaitu mencapai 45,7 % ata sebanyak 169 perusahaan,  disusul oleh
industry kayu sebanyak 14.3% atau sebanyak 53 buah dari total industry, 

selanjutnya bahan galian bukan logam yang jumlahnya mencapai 10% atau sebanyak 3 buah dari
total industry di sulsel serta industry textile sebanyak 9% dari total industry. Sedangkan industry
kimia, listrik, kendaraan bermotor, industry kertas, kimia maupun tembakau masing masing dibawah
2% atau bahkan dibawah 1%. Hal ini menunjukkan bahwa industry yang tersedia lebih cenderung
kepada industry yang bergerak dalam bidang seni, kerajinan dan parawisata. Sedangkan industry
yang bergerak dalam bidang teknologi dan rekayasa masih tergolong sangat sedikit hanya nol sekian
persen dari total industry yang ada di sulsel.  Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan industry di
Sulawesi selatan masih belum bisa mengcover sekian banyak jurusan dan program keahlian yang
telah dimiliki oleh lulusan SMK terutama program keahlian teknologi. Kalau hal ini terjadi secara
terus menerus, maka akan banyak tenaga kerja yang nantinya bekerja tidak sesuai dengan bidang
keahlian yang diperiolehnya di SMK.

Berdasarkan tabel 1 bahwa jumlah pencari kerja pada tahun 2010 berdasarkan tingkat pendidikan
diperoleh bahwa jumlah pencari kerja secara keseluruhan pada tahun ini sebanyak 10.212 orang
yang terdiri atas  yang berpendidikan SD sebanyak 8 orang atau sebesar 0.08%, SMA sederajat
sebanyak 4.369 0rang atau 0.42% , D1-D3 sebanyak 2032 orang atau 42,78%, sedangkan S1-S2
sebanyak 3.760 orang atau 36.82%. Hal ini berarti pencari kerja di sul sel masih didominasi oleh
lulusan SMA/SMK sederajat yang berarti pencari kerja masih didominasi oleh level pendidikan yang
menengah.
Grafik 1. Jumlah pencari kerjja berdasarkan golongan usia

Pada tahun 2010, jumlah lulusan SMA sebanyak 56.950 siswa, madrasah aliyah (MA) sebanyak
11.298  dan sekolah menengah kejuruan (SMK) sebanyak 25.389 siswa. Setiap tahun Dinas Tenaga
Kerja Kota Makassar mencatat tingkat pengangguran di Kota Makassar didominasi lulusan SMA. Hal
tersebut disebabkan lulusan SMA tidak mampu berkompetisi dalam dunia kerja di bandingkan
lulusan SMK. Sehingga, Dinas Pendidikan Kota Makassar mengharapkan dengan rencana
pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan dengan perbandingan 67 persen untuk SMK dan 33
persen untuk SMA pada tahun 2014 dapat meminimalisir jumlah pengangguran yang terjadi. Dengan
begitu, perekonomian akan semakin maju dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tabel 2. Menunjukkan bahwa pencari kerja di sul sel pada tahun 2010 dari total 10.212 orang,
Pencari kerja yang terbanyak adalah rentang usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 3183 orang, rentang
usia 30-44 sebanyak 2764,  sedangkan rentang 45-54 sebanyak 1446 orang. Bila ditinjau dari segi
umur, usia antara 20-29 tahun pada umumnya ditempati oleh alumni SMA/ SMK sederajat sampai
alumni strata 1.
Grafik Jumlah pencari kerja berdasarkan golongan Usia

Selain itu Tercatat oleh kantor berita ANTARA bahwa Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Selatan
(Sulsel) pada periode Februari 2011 mencapai 3.643.355 orang atau bertambah sekitar 97,5 ribu
orang dari periode Februari 2010 yang hanya 3.536.893 orang. Penambahan jumlah angkatan kerja
itu, diikuti pula dengan peningkatan jumlah penduduk yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi kemajuan yang positif terhadap perkembangan tenaga kerja di sul sel.

Grafik 3. Perbandingan antara Jumlah pencari kerja dengan lowongan kerja yang ada

Bila ditinjau dari Dari data jumlah pencari kerja pada tahun 2010  seperti pada grafik diatas,
sebanyak 10.212 orang menunjukkan bahwa tingkat pengangguran meningkat dikarenakan
lowongan kerja yang tesedia hanya diperuntukkan sekitar 3723 orang jadi dapat diperkirakan jumlah
pengangguran pada tahun 2010 sebanyak 6.489 orang. Tetapi seiring dengan perkembangan
IPTEK, berdasarkan data BPS Sulsel, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2011 sebanyak
3.391.334 orang atau meningkat 114,8 ribu pekerja dibandingkan periode yang sama 2010.
Sementara itu, angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2010 mengalami penurunan
sekitar 7,9 persen, sedang pada periode yang sama 2011 TPT turun sekitar 6,7 persen. Begitu pula
penduduk setengah menganggur mengalami penurunan dari Februari 2010 tercatat 556,2 ribu
pekerja menjadi 407,7 pekerja pada Februari 2011. Sebaliknya, pekerja paruh waktu meningkat
sekitar 127,9 ribu pada periode yang sama. Hal ini bisa jjadi disebabkan oleh pertuimbuhan IPTEK
yang semakin menjadi jadi yang mendorong terciptanya industry baru yang relevan demngan SMK
sederajat.

D.   KESIMPULAN

Sekolah menengah kejuruan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar siap bekerja baik
secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan di dunia industri. Untuk dapat
bekerja dan bersaing di industry maupun berwiraswasta, lulusan SMK harus memiliki kompetensi
yakni kemampuan yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia kerja dan
ada pengakuan resmi terhadap kemampuan tersebut.
Pada dasarnya, lulusan SMK adalah calon tenaga kerja yang terampil. tenaga kerja mencakup siapa
saja yang dikategorikan sebagai angkatan kerja dan juga mereka yang bukan angkatan kerja,
sedangkan angkatan kerja adalah mereka yang bekerja dan yang tidak bekerja
(pengangguran). Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Tetapi Industri yang tersedia di sul sel  berdasarkan data pada umumnya masih
sangat kurang bila dibandingkan dengan dengan jumlah SMK di sul sel. Selain itu, industry yang
tersedia masih didominasi oleh industry seni kerajian dan parawisata sedangkan  untuk industry
dalam bidang teknologi masih kurang sehingga dalam hal pengembangan SMK bisa saja diberlakukan
system buka tutup sehingga lulusan SMK pada umumnya dapat ditampung di dunia industry yang
relevan sesuai dengan bidang keahliannya.

·          

E.    DAFTAR PUSTAKA

·         Ahmad rizal,dkk.2009. Dari guru konvensional menuju guru professional. 2009

·         Muh ali, 2009. Pendidikan untuk pembangunan nasional. PT Grasindo.2009

·         Murniaty, Nasir. Manajemen strategic dalam pemberdayaan SMK. Perdana Publishing.

·         Bambang. Depdiknas.2009.Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010 –


2014

·         BPS Sulawesi Selatan tahun 2010

·         Doni,dkk. Inovasi dalam system pendidikan. Direktorat penelitian dan


pengembangan/KPK.Jakarta 2010

·         Dr. As’ari Djohar  MPd.2006. Pendidikan Teknologi & Kejuruan. Universitas pendidikan
Indonesia. Bandung

·         Pardjono.2011. Makalah. Peran Industry dalam pengembangan SMK

·        http://download.ebookgratis.info/penyelenggaraan-pendidikan-kejuruan/

·         Kir haryono. Pendidikan kejuruan dan pilosophinya. Cakrawala pendidikan edisi khusus. 1995

·        http://www.scribd.com/doc/59346490/Pengertian-Dan-Kategori-Tenaga-Kerja

·         http://forumom.com/news/?p=783

·         http://www.antara-sulawesiselatan.com/berita/27838/mengubah-pengangguran-jadi-potensi-
negara Mengubah Pengangguran Jadi Potensi Negara

Anda mungkin juga menyukai