Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal diperlukan
suatu upaya kesehatan oleh pemerintah diwujudkan dengan cara pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Disetiap pelayanan
kefarmasian pasti memiliki dan menggunakan peraturan hingga standar terbaik
untuk diterapkan. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek disusun bertujuan
sebagai pedoman praktek apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi
masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi dalam
menjalankan praktik kefarmasian. Sehingganya standar pelayanan tersebut
seringkali dijadikan tolak ukur dalam perkembangan maupun kemajuan di setiap
apotek.
Perkembangan apotek ini sangat ditentukan oleh pengelolaan sumber daya
dan pelayanan di apotek tersebut. Oleh sebab itu, standar pelayanan farmasi
sangat diperlukan dalam menjalankan suatu apotek. Jika suatu apotek tidak
menggunakan standar pelayanan farmasi dalam menjalankan apotek maka tidak
akan tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Karena pelayanan
farmasi adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker
dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien/masyarakat
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, selain

1
itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian.
Praktek kerja lapangan sangat memberi manfaat dan berperan bagi
mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama
mengenyam pendidikan di Akademi Farmasi. Kegiatan praktek ini sebagai
penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan kefarmasian sehingga
mahasiswa diharapkan terampil dalam bidang kefarmasian di apotek sehingga
setiap bagian dari kegiatan praktek kerja lapangan tersebut berguna bagi
mahasiswa.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan dari dilaksanakan PKL ini adalah :
1. Memahami dan mengetahui ruang lingkup kerja dan tanggung jawab
Apoteker dan Asisten Apoteker di Apotik Kimia Farma 251
2. Memahami dan mempraktekan secara langsung standar pelayanan
kefarmasian di Apotik
3. Mempelajari ilmu pengetahuan dan keterampilan, peracikan, pencampuran,
penyimpanan, dan penyerahan obat serta perbekalan farmasi lainnya.
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan
1. Mahasiswa mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan
pengetahuan yang telah diperoleh dikampus dan diterapkan di lapangan
kerja
2. Mahasiswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang ditemukan
dilapangan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek
1.1 Definisi Apotek
Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat melakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat. Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan dalam
membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, dan juga sebagai salah satu tempat pengabdian praktek profesi
Apoteker dalam melakukan pekerjaan farmasi (Permenkes, 2002).
Pekerjaan kefarmasian atau pengelolaan apotek meliputi: Pembuatan,
pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan
penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
penyerahan perbekalan farmasi lainnya serta pelayanan informasi mengenai
perbekalan farmasi (Permenkes, 1993).
1.2 Tujuan
Menurut Permenkes RI (2017), tujuan apotek adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian diapotek.
b. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kefarmasian di apotek.
c. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan kefarmasian di apotek
1.3 Tugas pokok dan fungsi apotek
Menurut Permenkes (1980), tugas dan fungsi apotek, sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi Apoteker yang telah mengucapkan Sumpah
jabatan.
b. Sarana pelayanan farmasi dalam melaksanakan peracikan, pengubahan
bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan secara luas dan
merata obat yang diperlukan oleh masyarakat.
d. Sarana informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.

3
2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotik
2.2.1 Sumber daya manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh
seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker
senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan
yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi,
menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan
mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu
memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan
(Hartini dan Sulasmono, 2006).
2.2.2 Sarana dan Prasarana
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat.Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata
apotek.Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
Dalam Permenkes No.922 tahun 1993 ayat 2 sarana apotek dapat didirikan
pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar
sediaan farmasi dan ayat 3 apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi
lainnya diluar sediaan farmasi (Hartini dan Sulasmono, 2006).
2.2.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
Komoditas di apotek dapat berupa sediaan farmasi, perbekalan kesehatan,
alat kesehatan maupun yang lainnya.Yang dimaksud sediaan farmasi adalah obat
tradisional, dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat
dan peralatan yang diperlukan untuk menyelanggarakan upaya kesehatan sedang
alat kesehatan adalah bahan, instrumen apparatus, mesin, implant yang tidak
mengandung obat yang tidak digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit serta memulihkan kesehatan (Hartini
dan Sulasmono, 2006).
2.3 Tahapan Pelayanan di Apotik
Pelayanan di apotek memiliki makna luas, bukan hanya pelayanan resep,
yang dimaksud pelayanan adalah pelayanan resep, promosi dan edukasi dan
pelayanan residensial (Permenkes, 2004).

4
2.3.1 Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker
untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien (Anief, 2000).
Pelayanan resep meliputi :
a. Skrining resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
1. Persyaratan administratif:
a) Nama, SIP dan alamat dokter.
b) Tanggal penulisan resep
c) Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep
d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
e) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta
f) Cara pemakaian yang jelas
g) Informasi lainnya
2. Kesesuaian farmasetik
a) Bentuk sediaan
b) Dosis
c) Potensi
d) Stabilitas
e) Inkompatibilitas
f) Cara dan lama pemberian
3. Pertimbangan Klinis
a) Adanya alergi
b) Efek samping
c) Interaksi
d) Kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain)
Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternative seperlunya
bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan (Hartini dan
Sulasmono, 2006).

5
b. Penyiapan Obat
1. Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas
dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat
harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan
jumlah obat serta penulisan etiket yang benar (Hartini dan Sulasmono,
2006).
2. Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat yang diserahkan atas dasar
resep harus dilengkapi dengan etiket berwarna putih untuk obat dalam dan
warna biru untuk obat luar (Hartini dan Sulasmono, 2006).
3. Kemasan
Obat yang Diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam
kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya (Hartini dan Sulasmono,
2006).
4. Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.Penyerahan obat
dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien (Hartini dan Sulasmono, 2006).
5. Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat
pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi. Ruang lingkup kompetensi
ini meliputi seluruh kegiatan pemberian informasi obat kepada pasien,
tenaga kesehatan lain, masyarakat dan pihak-pihak lain yang
membutuhkan untuk kepentingan upayaupaya positif lain yang terkait
secara aktif maupun pasif (Hartini dan Sulasmono, 2006).
6. Konseling

6
Akhir-akhir ini peredaran obat-obat tanpa resep memungkinkan
seseorang individu mencoba mengatasi masalah mediknya dengan cepat,
ekonomis dan nyaman tanpa perlu mengujungi dokter. Penggunaan obat
tanpa resep yang tidak tepat dapat mengakibatkan peningkatan biaya dan
penyakit pasien menjadi lebih serius. Untuk melayani pasien dengan lebih
baik, apoteker perlu memaksimalkan pelayanan pribadinya, dalam
menghadapi pertanyaan dari pasien, seorang apoteker harus bisa
menunjukan manfaat dari setiap petujuk yang diberikan terutama dalam
menyeleksi dan memantau pengobatan dengan obat tanpa resep (Hartini
dan Sulasmono, 2006).
7. Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya (Hartini
dan Sulasmono, 2006).
2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis
Habis Pakai
Menurut Permenekes (2016) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.

2.4.1 Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat

2.4.2 Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

7
2.4.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
2.4.4 Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat,
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out)
2.4.5 Pemusnahan dan penarikan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau
cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan

8
Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya
dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
2.4.6 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
2.4.7 Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.

9
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.
Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal.

10
BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1 Apotek Kimia Farma 251
Apotek Kimia Farma 251 berlokasi Jl. Nani Wartabone, kec. Kota Selatan,
Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Apotek kimia farma 251 saat ini memiliki 1
apoteker penanggung jawab, 1 apoteker pendamping dan 2 tenaga teknis
kefarmasian. Jam operasional apotik kimia farma 251 melayani pasien dari pukul
08:00 pagi sampai dengan pukul 24:00 malam
3.2 Sejarah Kimia Farma
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada
awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya Nomor AHU-0017895.AH.01.02
Tahun 2020 tanggal 28 Februari 2020 dan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0115053
tanggal 28 Februari serta tertuang dalam Akta isalah RUPSLB Nomor 18 tanggal

11
18 September 2019, terjadi perubahan nama perusahaan yang semula PT Kimia
Farma (Persero) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk, efektif per tanggal 28
Februari 2020.
3.3 Perencanaan di Apotik Kimia Farma
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat (Permenkes, 2016)
Perencanaan barang di Apotik Kimia Farma 251 menggunakaan pola
gabungan yaitu pola penyakit, pola konsumsi dan pola budaya. Dimana dilihat
dari pemakaian tahun lalu untuk pengadaan sekarang, kemudian dilihat
lingkungan sekitar mengenai penyakit atau wabah yang palig banyak terjadi, serta
pareto atau barang yang memberikan keuntungan sebesar 80%.
3.4 Pelayanan kefarmasian di Apotik Kimia Farma
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan
Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Pelayananan
farmasi meliputi pengkajian resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO)
dan konseling.
3.5 Visi dan Misi Apotik Kimia Farma
3.5.1 Visi
Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan
menghasilkan nilai yang berkesinambungan
3.5.2 Misi
1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,
perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan
serta optimalisasi aset.
2. Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan operational
excellence didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) profesional.
3. Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder
BAB IV

12
PEMBAHASAN
4.1 Apotik Kimia Farma 251
Praktek Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma 251 dilakukan pada
tanggal 19 Juli – 31 Juli 2021. Kegiatan mahasiswa PKL di Apotek Kimia Farma
251 dibagi menjadi dua shift. Shift pagi dimulai dari pukul 08.00-15.00,
sedangkan shift sore dimulai dari pukul 15:00-21:00. Pada kegiatan PKL ini,
mahasiswa selain mendapatkan pengetahuan tentang apotek secara langsung
melalui praktek, mahasiswa juga mendapatkan berbagai materi tentang pelayanan
kefarmasian dan manajemen apotek. Mahasiswa magang ikut serta dalam kegiatan
pelayanan di apotek seperti penerimaan resep, pemeriksaan resep, pemberian
etiket, dan pembuatan copy resep dan kwitansi. Mahasiswa juga diberi informasi
dan berdiskusi secara langsung dengan Apoteker Penanggung Jawab Apotek
(APA) serta Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).
Tahap awal sebelum memulai praktek kerja di Apotek Kimia Farma 251,
mahasiswa diberikan pembekalan. Dalam pembekalan ini mahasiswa dijelaskan
mengenai gambaran apotek, mekanisme pelaksanaan dan tata tertib selama
magang di Apotek Kimia Farma 251. Diskusi di Apotek Kimia Farma 251
dilakukan dengan apoteker penanggung jawab apotik.
4.2 Alur Pelayanan Kefarmasian di Apotik Kimia Farma 251
Alur pelayanan Apotik Kimia Farma 251 terbagi menjadi dua yaitu tunai
dan kredit. Tunai yaitu resp, swamedikasi, obat bebas/swayalan, dan enggro
tunai. Sedangkan kredit yaitu, resep kredit dan enggro kredit. Resep kredit seperti
BPJS dan instansi yang bekerja sama dengan Kimia Farma contohnya Bank
Indonesia.
Alur pelayanan resep Kimia Farma 251 yaitu pasien membawa resep dari
dokter, dimana dalam resep tersebut terdapat beberapa obat-obatan sesuai dengan
penyakitnya dan obat racikan. Kemudian resep dibawa ke Apotik dan di berikan
kepada Apoteker atau TTK, dilakukan skrining resep meliputi administrasi,
farmasetik, farmakologi, dan harga. kemudian dikonfirmasi kepada pasien. Jika
resep rasional maka dilayani dan dilakukan dispensing dan compounding,

13
meliputi pengambilan atau penyiapan obat, peracikan obat, memberi etiket/label,
dan dilakukan penyerahan serta PIO kepada pasien oleh Apoteker.
Dalam pelayanan swamedikasi atau pengobatan sendiri untuk penyakit
ringan dapat dilakukan pemilihan obat yang sesuai dengan kondisi pasien serta
terapi yang tepat. Sedangkan untuk keluhan berat seperti yang membutuhkan
anjuran biasanyan langsung di alihkan untuk berkonsultasi dengan dokter, seperti
penggunaan obat – obat inhaler pada pasien asma dan insulin pada pasien diabetes
melitus .
Apotek Kimia Farma 251 menyediakan beberapa jenis alat kesehatan
seperti, spuit, pispot, kassa pembalut, kapas, masker, termometer, tensimeter, dan
sebagainya. Selain itu apotek Kimia Farma 251 menyediakan produk lain berupa
susu, food supplement, produk bayi, kosmetik, dan minuman
4.3 Pengadaan Obat
Sistem pengadaan barang obat-obatan, alat kesehatan, alat kontrasepsi,
kosmetika dan barang pelengkap lainnya di Apotek Kimia Farma 251 dilakukan
dengan cara memesan ke PBF sesuai dengan surat pesanan (SP) dengan
persetujuan APA. Pengadaan barang juga dapat dilakukan dengan cara dropping.
Pengadaan barang ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pembeli dengan mempertimbangkan legalisasi obat dan faktor ekonomi. Surat
pesanan yang digunakan untuk memesan alat kesehatan, obat bebas, obat bebas
terbatasdanobat keras berbeda dengan obat golongan Narkotika, Psikotropika. Per
bedaannya adalah untuk surat pesanan Narkotika hanya untuk satu item (satu
jenis) obat dan untuk surat pesanan Psikotropika dapat digunakan untuk beberapa
item obat maksimal tiga item yang dimana Surat pesanan hanya dapat diperoleh
dari PBF (pedagang besar farmasi) yang telah ditunjuk oleh pemerintah yaitu
Kimia Farma sedangkan untuk surat pesanan obat-obat selain narkotika dan
psikotropika dapat menggunakan Surat pesanan yang dibuat oleh apotek. Setelah
surat pesanan diterima PBF, kemudian barang dikirim disertai faktur dari
distributor yang bersangkutan dan surat pesanan (Permenkes RI, 2016)
Proses pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 251 dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

14
4.3.1 Surat Pesanan (SP)
Surat pesanan di Apotik Kimia farma 251 dilakukan menggunakan sistem
kredit dimana diberikan waktu selama 14 hari untuk mebayar setelah barang di
terima, Apotik Kimia Farma 251 memiliki 35 vendor untuk melakukan surat
pesanan. Surat pesanan terbagi menjadi dua yaitu surat pesanan regular dan surat
pesanan khusus. Surat pesanan regular terdiri dari nama obat dan jumlah obat
sedangkan surat pesanan khusu terdiri dari nama obat, kandungan obat, dan
jumlah obat.
4.3.2 Penerimaan barang
Penerimaan barang atau obat di Apotik Kimia Farma 251 dilakukan oleh
Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Dilakukan pengecekan surat
pesanan, kemudian pemeriksaan faktur pembelian dan dilihat kecocokannya
dengan surat pesanan. Dilakukan pemeriksaan fisik dilihat apakah ada kerusakan
barang atau obat, selanjutnya dilakukan pengecekan Expire Date. Jika obat telah
mendekati batas ED sesuai dengan ketentuan maka obat tersebut dikelompokkan
dan ditukar dengan obat atau barang yang Expire Date nya lebih lama.
4.4 Penyimpanan obat
Penyimpanan obat di Apotik Kimia Farma 251 sudah sesuai dengan
ketentuan Permenkes (2016), meliputi :
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat,
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis

15
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out)
4.5 Pengeluaran Obat
Pengeluaran Obat terbagi menjadi dua yaitu FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out). FEFO yaitu obat yang memiliki ED yang dekat
dijual terlebih dahulu sedangkan FIFO yaitu obat yang masuk lebih awal dijual
terlebi dahulu. Apotik Kimia Farma 251 memakai system FEFO pada pengeluaran
obatnya.
4.6 Penarikan Obat dan Pemusnahan Obat
Penarikan Obat dan Pemusnahan Obat di Apotik Kimia Farma 251 telah
sesuai dengan ketentuan Permenkes (2016) yaitu ;
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau
cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan
Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya
dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau

16
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

17
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilaksanakan kegiatan magang di Apotek Kimia Farma kurang lebih
dalam waktu 10 hari, mahasiswa banyak mendapatkan pengatuhan baru tentang
bagaimana cara memberikan pelayanan-pelayanan kefarmasian dengan
pendekatan Pharmaceutical care yang ada di apotek tersebut.
1. Antara teori yang diberikan selama proses pendidikan dengan praktek yang
diperoleh dilapangan tidak jauh berbeda.
2. Mahasiswa telah mampu memahami, menetapkan, mencari alternatif
pemecahan masalah, dan mengembangkan pelajaran yang diperoleh selama
pendidikan berdasarkan dari apa yang didapatkan dari lapangan praktek
5.2 Saran
1. Sebaiknya lebih melengkapi obat-obatan dan perbekalan farmasi lain yang
dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.

18

Anda mungkin juga menyukai