Anda di halaman 1dari 8

ANALISA HUKUM TERHADAP PERJANJIAN KERJASAMA

PENGELOLAAN PAS MASUK TERMINAL PENUMPANG DALAM NEGERI DI


PELABUHAN SRI BINTAN PURA TANJUNG PINANG
Oleh :

Suryadi1
(Universitas Maritim Raja Ali Haji)

Abstract

The purpose of granting regional autonomy is to empower the region in the form of improving
care, protection, welfare, initiative, creativity, and community participation in development,
foster democracy, equity and justice, and unity, unity, and national harmony in the remembrance
of the origin of an area, diversity and characteristics, as well as potential areas that lead to
the improvement of the welfare of the people in the system of the Republic of Indonesia. In
that regard, it has been made Cooperation Agreement between PT. (Persero) IPC I Branch
Tanjung Pinang Tanjung Pinang with the City Government B.XIV-1/TPI-US.15 Numbers and
Number 552.3/091.A/HUBLA signed on March 15, 2011 on the Management of Pas Log of
Domestic Passenger Terminal in port of Sri Bintan Pura Tanjung Pinang. Examined in this
study are some of the regulations that form the basis of law in the cooperation agreement
which according to the author it is important to study whether the regulation is used as a legal
basis in the agreement is appropriate or not. Also on the principles and factors that must be
considered in the drafting of the contract. Methods The approach used in this study is normative
methods. From these results it can be concluded that in principle any drafting the contract is
to be an agreement of the parties ranging from the use of the term contract until the dispute
settlement while referring to the legislation in force, is not contrary to public order and decency.
Factors that must be considered by the parties and will hold the legal authority to make the
contract are the parties, taxation, over a legal right, the problem keagrarian, choice of law,
dispute resolution, termination of contract, and the agreed standard form of agreement. That
the legal basis used by PT. IPC I (Persero) Branch Tanjung Pinang in the partnership agreement
is in conformity with the applicable regulations. That the legal basis used by the Local
Government Tanjungpinang in the partnership agreement does not conform and contrary to
regulations.

Keywords: Regional Autonomy, Ports and Cooperation Agreement.

A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk


Otonomi luas yang dimaksudkan oleh undang- memberdayakan daerah dalam bentuk meningkatkan
undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah bahwa kepada pelayanan, perlindungan, kesejahteraan, prakarsa,
daerah diberikan tugas, wewenang, hak dan kewajiban kreativitas, dan peran serta masyarakat, menumbuh-
untuk menangani urusan pemerintah yang tidak kembangkan demokrasi, pemerataan dan keadilan serta
ditangani oleh pemerintah sendiri, sehingga tujuan persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional dengan
dibentuknya suatu daerah dan tujuan pemberian mengingati asal-usul suatu daerah, kemajemukan dan
otonomi daerah itu sendiri, terutama dalam memberikan karakteristik, serta potensi daerah yang bermuara pada
pelayanan kepada masyarakat, sesuai dengan potensi peningkatan kesejahteraan rakyat dalam sistem Negara
dan karakteristik masing-masing daerah. Kesatuan Republik Indonesia.

1
Dosen Jurusan Ilmu Hukum FISP UMRAH

JURNAL SELAT, MEI 2014, VOL. 1 NO. 2 127


Atas dasar konsep model otonomi yang dianut dalam 2. Untuk mengetahui secara yuridis tingkat legalitas
undang-undang ini yaitu otonomi luas, nyata, dan kerjasama antara PT. Pelindo I (Persero) Cabang
bertanggungjawab, serta mengacu pada prinsip-prinsip Tanjung Pinang dengan Pemerintah Kota Tanjung-
pokok otonomi dimaksud, maka penempatan otonomi pinang dalam pengelolaan pas masuk terminal
diupayakan sedekat mungkin dengan masyarakat. Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang.
Karena daerah otonom yang paling dekat dengan
masyarakat adalah daerah Kabupaten dan Kota, maka D. Kegunaan Penelitian
pada daerah inilah diberi otonomi lebih banyak baik Kegunaan penelitian ini adalah :
jumlah maupun jenisnya, kecuali dalam Undang-Undang 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
ini atau undang-undang lain diatur tersendiri. Kepada digunakan sebagai sumber informasi penelitian,
provinsi juga diberikan otonomi untuk menangani urusan pengembangan lebih lanjut pengajaran hukum dan
pemerintahan yang dikelompokkan dalam urusan wajib bisnis serta menambah pustaka di bidang hukum
yang harus dilaksanakan oleh Provinsi dan urusan 2. Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan untuk
pilihan lainnya dan berskala regional serta urusan yang dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada
sifatnya lintas kabupaten/kota. pemerintah pusat dan daerah dalam upaya
Sejalan dengan hal tersebut, daerah kabupaten/kota transparansi kebijakan publik.
dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi di
daerahnya dapat menetapkan dalam wilayah kerjanya E. Landasan Teoritis Dan Tinjauan Pustaka
lahan-lahan tertentu sebagai lokasi pengembangan Pengelolaan pelabuhan sebagai salah satu unsur
sektor-sektor tertentu pada skala daerah. Lahan tertentu dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan
tersebut misalnya lahan untuk pengembangan peru- yang sangat penting dan strategis sehingga penyeleng-
mahan, industri kecil, pariwisata, ekonomi terpadu, garaannya dikuasai oleh negara dan pembinaannya
perdagangan, pengelolaan pelabuhan dan sebagainya dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka menunjang,
yang semuanya dalam skala daerah sesuai dengan tata menggerakkan dan mendorong pencapaian tujuan
ruang daerah. nasional, menetapkan wawasan nusantara serta
Dalam kaitan itu, telah dibuat Perjanjian Kerjasama memperkukuh ketahanan nasional. Dan pembinaan
antara PT. (Persero) Pelindo I Cabang Tanjung Pinang pelabuhan yang dilakukan oleh Pemerintah meliputi
dengan Pemerintah Kota Tanjung Pinang Nomor B.XIV- aspek pengaturan, pengendalian dan pengawasan.
1/TPI-US.15 dan Nomor 552.3/091.A/HUBLA yang Pembinaan kepelabuhanan dilakukan dalam satu
ditandatangani pada tanggal 15 Maret 2011 tentang kesatuan Tatanan Kepelabuhanan Nasional yang
Pengelolaan Pas Masuk Terminal Penumpang Dalam ditujukan untuk mewujudkan kelancaran, ketertiban,
Negeri di Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang keamanan dan keselamatan pelayaran dalam pelayanan
dengan beberapa regulasi yang dijadikan dasar jasa kepelabuhanan, menjamin kepastian hukum dan
hukumnya. kepastian usaha, mendorong profesionalisme pelaku
ekonomi di pelabuhan, mengakomodasi teknologi
B. Rumusan Masalah angkutan, serta meningkatkan mutu pelayanan dan daya
Berdasarkan latar belakang di atas, ada 2 (dua) saing dengan tetap mengutamakan pelayanan kepen-
rumusan masalah dimunculkan : tingan umum.
1. Apa yang menjadi prinsip dan faktor yang menen- Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 32
tukan dalam membuat rancangan kontrak (perjanjian Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
kerjasama)? Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2004 tentang
2. Sudah sesuaikah dasar hukum yang digunakan oleh Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
PT. Pelindo I (Persero) Cabang Tanjung Pinang dan sebagai Daerah Otonom, perlu dilakukan penataan dan
Pemerintah Kota Tanjungpinang dalam Perjanjian pengaturan kembali mengenai kepelabuhanan yang
Kerjasama pengelolaan pas masuk terminal di telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang?. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.
Untuk kepentingan tersebut di atas maka dalam
C. Tujuan Penelitian Peraturan Pemerintah tersebut diatur ketentuan-
Tujuan penelitian ini adalah : ketentuan mengenai tatanan kepelabuhanan nasional,
1. Untuk mengetahui prinsip dan faktor-faktor yang penetapan lokasi, daerah lingkungan kerja dan daerah
menentukan dalam pembuatan suatu kontrak. lingkungan kepentingan pelabuhan umum, pem-

128 JURNAL SELAT, MEI 2014, VOL. 1 NO. 2


bangunan dan pengoperasian pelabuhan umum dan dipenuhi supaya suatu transaksi dapat disebut
pelabuhan khusus, pelaksanaan kegiatan di pelabuhan kontrak.Ada tiga unsur kontrak, yaitu :
umum, pelayanan jasa kepelabuhanan di pelabuhan 1. The fact between the parties (adanya kesepakatan
umum, usaha kegiatan penunjang pelabuhan, kerja tentang fakta antara kedua belah pihak);
sama, tarif pelayanan jasa kepelabuhanan, hal-hal 2. The agreement is written (persetujuan dibuat secara
menyangkut pelabuhan khusus, ketentuan mengenai tertulis);
pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, 3. The set of rights and duties created by (1) and (2)
fasilitas penampung limbah di pelabuhan, dan hal-hal (adanya orang yang berhak dan berkewajiban untuk
menyangkut ganti rugi, untuk mengakomodasikan membuat: (1) kesepakatan dan (2) persetujuan
otonomi daerah di bidang kepelabuhanan yang tertulis.
keseluruhannya merupakan unsur penting dalam
penyelenggaraan pelabuhan agar dapat berdaya guna Dalam Black’s Law Dictionary, yang diartikan dengan
dan berhasil guna. contract adalah: “An agreement between two or more
persons which creates an obli-gation to do or not to do
Pengertian Kontrak a particular thing”. Artinya, kontrak adalah suatu
Kata kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu persetujuan antara dua orang atau lebih, yang
contract yang dalam bahasa Belanda disebut dengan menimbulkan kewajiban untuk melakukan atau tidak
overeenkomsi (perjanjian).2 Pengertian perjanjian atau melakukan suatu hal tertentu (Black’s Law Dictionary,
kontrak diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1979: 291).
tersebut berbunyi: “Perjanjian adalah suatu perbuatan Satu hal yang kurang dalam berbagai definisi kontrak
dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya yang dipaparkan di atas, yaitu bahwa para pihak dalam
terhadap satu orang atau lebih”. kontrak hanya orang perorangan semata-mata, padahal
Untuk memperjelas pengertian tersebut, maka dapat dalam praktiknya, bukan hanya orang perorang yang
ditemukan dalam doktrin (teori lama), bahwa yang membuat kontrak, tetapi juga badan hukum yang
disebut perjanjian adalah “perbuatan hukum berda- merupakan subjek hukum. Dengan demikian, definisi
sarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”. itu perlu dilengkapi dan disempurnakan. Menurut
Dalam definisi tersebut tampak adanya asas konsen- penulis, kontrak atau perjanjian merupakan “hubungan
sualisme dan timbulnya akibat hukum (tumbuh hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek
lenyapnya hak dan kewajiban) diantara para pihak yang hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, di mana
membuat perjanjian. subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu
Dalam teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk
yang diartikan dengan perjanjian adalah 3 “suatu melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasar- disepakatinya.”
kan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”. Berdasarkan definisi tersebut, maka unsur-unsur
Teori baru tersebut tidak hanya melihat perjanjian yang tercantum didalam kontrak adalah:
semata-mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan- 1. Adanya hubungan hukum, Hubungan hukum yang
perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya. merupakan hubungan yang menimbulkan akibat
Menurut teori baru, ada tiga tahap dalam membuat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan
perjanjian, yaitu: kewajiban;
1. Tahap precontractual, yaitu adanya penawaran dan 2. Adanya Subjek hukum, Subjek hukum yaitu
penerimaan; pendukung hak dan kewajiban.
2. Tahap contractual, yaitu adanya persesuaian 3. Adanya prestasi, Prestasi terdiri atas melakukan
pernyataan kehendak antara para pihak; sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.
3. Tahap postcontractual, yaitu pelaksanaan perjanjian. 4. Di bidang harta kekayaan.

Pendapat tersebut tidak hanya mengkaji definisi Syarat-Syarat Sahnya Kontrak


kontrak, tetapi juga menentukan unsur-unsur yang harus Syarat sahnya kontrak dapat dikaji berdasarkan

2
Soebagio, “Tata Cara dan Teknik Penyusunan Kontrak Yang Ideal.” Dalam Majalah Hukum TRISAKTI, No. 9 Edisi: Des ., 1997
3
Dunne, Van dan Van der Burght. 1987. Penyalahgunaan Keadaan. Diterjemahkan Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo. Dewan Kerjasama
Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia Proyek Hukum Perdata, Yogyakarta, Januari 1987.

JURNAL SELAT, MEI 2014, VOL. 1 NO. 2 129


hukum kontrak yang terdapat dalam KUH Perdata (Civil adalah menggerakkan (hak milik) sumber daya dari nilai
Law) dan hukum kontrak Amerika. penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih
Menurut KUH Perdata (Civil Law), dalam hukum tinggi.
Eropa Kontinental, syarat sahnya perjanjian diatur di Mark Zimmerman juga mengemukakan pandangan
dalam Pasal 1320 KUH Perdata atau Pasal 1365 Buku orang Barat tentang fungsi kontrak, mengemukakan
IV NBW (BW Baru) Belanda. Pasal 1320 KUH Perdata bahwa “bagi orang-orang Barat, kontrak adalah
menentukan empat syarat sahnya perjanjian, yaitu (1) dokumen hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
adanya kesepakatan kedua belah pihak, (2) kecapakan kewajiban dari para pihak yang membuatnya. Apabila
untuk melakukan perbuatan hukum, (3) adanya objek, terjadi perselisihan mengenai pelaksanaan perjanjian
dan (4) adanya kausa yang halal. di antara para pihak, dokumen hukum itu akan dirujuk
Syarat yang pertama dan kedua disebut syarat untuk penyelesaian perselisihan itu. Apabila perselisihan
subjektif, karena menyangkut pihak-pihak yang tidak dapat diselesaikan dengan mudah melalui
mengadakan perjanjian. Adapun syarat ketiga dan perundingan di antara para pihak sendiri (karena
keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit), mereka
objek perjanjian. akan menyelesaikan melalui proses litigasi di peng-
Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi, adilan. Isi kontrak ini yang akan dijadikan dasar oleh
maka perjanjian itu dapat dibatalkan. Artinya, salah satu hakim untuk menyelesaikan pertikaian itu”5
pihak dapat mengajukan kepada pengadilan untuk Di samping itu, kontrak berfungsi untuk mengaman-
membatalkan perjanjian yang disepakatinya. Akan kan transaksi bisnis. Suatu kontrak dalam bisnis
tetapi, apabila para pihak tidak ada yang keberatan, sangatlah penting, karena dari kontrak itu paling tidak
maka perjanjian itu tetap dianggap sah. Apabila syarat dapat diketahui :
ketiga dan keempat tidak terpenuhi, maka perjanjian itu 1. perikatan apa yang dilakukan, kapan, dan di mana
batal demi hukum. Artinya, dari semula perjanjian itu kontrak tersebut dilakukan;
dianggap tidak ada. 2. siapa saja yang saling mengikatkan diri dalam
Menurut Hukum Kontrak Amerika ditentukan empat kontrak tersebut;
syarat sahnya kontrak, yaitu (1) adanya offer (pena- 3. hak dan kewajiban para pihak, apa yang harus, apa
waran) dan acceptance (penerimaan), (2) meeting of yang boleh, dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
minds (persesuaian kehendak), (3) consideration para pihak;
(prestasi), dan (4) competent parties dan legal subject 4. syarat-syarat berlakunya kontrak tersebut;
matter (kemampuan hukum para pihak dan pokok 5. cara-cara yang dipilih untuk menyelesaikan
persoalan yang sah).4 perselisihan dan pilihan domisili hukum yang dipilih
Persyaratan lain dari sahnya kontrak adalah adanya bila terjadi perselisihan antara para pihak;
legal subject matter, yaitu pokok persoalan yang sah. 6. kapan berakhirnya kontrak atau hal-hal apa saja
Syarat ini sama dengan kausa yang halal dalam sistem yang mengakibatkan berakhirnya kontrak tersebut;
hukum Continental (baca KUH Perdata). Suatu legal 7. sebagai alat kontrol bagi para pihak, apakah masing-
subject matter dikatakan sah apabila tidak bertentangan masing pihak telah menunaikan kewajiban atau
dengan kepentingan orang banyak (kepentingan umum). prestasinya atau belum ataukah malah telah
Apabila bertentangan dengan kepentingan umum, maka melakukan suatu wanprestasi;
perjanjian itu dikatakan tidak sah. 8. sebagai alat bukti bagi para pihak apabila di
kemudian hari terjadi perselisihan di antara mereka,
Fungsi Kontrak misalnya salah satu pihak wanprestasi. Termasuk
Fungsi kontrak dapat dibedakan menjadi dua juga apabila ada pihak ketiga yang mungkin
macam, yaitu fungsi yuridis dan fungsi ekonomis. Fungsi keberatan dengan suatu kontrak dan mengharuskan
yuridis kontrak adalah dapat memberikan kepastian kedua belah pihak untuk membuktikan hal-hal yang
hukum bagi para pihak, sedangkan fungsi ekonomis berkaitan dengan kontrak dimaksud.

4
Briezkie, Paul H. 1993. Relevansi Hukum Kontrak Indonesia. Makalah disajikan pada Acara “Workshop Comparative Contract, kerja
sama antara Elips Project dengan Fakultas Hukum Unair Surabaya, tanggal 4 Desember 1993.
5
Sutan Remy Sjahdeini, 1995 Fungsi Kontrak dan Perjanjian Kredit Bank bagi kebanyakan Masyarakat Indonesia. Dalam Kapita Selekta
Hukum Mengenang Almarhum Prof. H. Oemar Seno Adji, S.H. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 131-132.

130 JURNAL SELAT, MEI 2014, VOL. 1 NO. 2


Apabila kita perhatikan pendapat di atas, dapat (6) penyelesaian sengketa, (7) pengakhiran kontrak, dan
dikemukakan bahwa fungsi utama dari kontrak adalah (8) bentuk perjanjian standar.6
fungsi yuridis. Fungsi yuridis dari kontrak adalah :
1. mengatur hak dan kewajiban para pihak; F. Metode Penelitian
2. mengamankan transaksi bisnis; dan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis,
3. mengatur tentang pola penyelesaian sengketa yang yaitu penelitian yang menggambarkan dan menguraikan
timbul antara kedua belah pihak. keadaaan ataupun fakta yang ada tentang pem-
bangunan pelabuhan khusus. Kemudian gambaran
Mengingat pentingnya suatu kontrak dalam suatu umum tersebut dianalisis dengan bertititk tolak dari
transaksi bisnis, dalam praktik di Indonesia dan juga perundang-undangan, teori-teori yang ada dan pendapat
negara-negara yang menganut sistem civil law, proses para ahli yang bertujuan untuk mencari dan menda-
pembuatan kontrak bisnis sering sekali melibatkan patkan jawaban dari pokok masalah yang akan dibahas
notaris. lebih lanjut.
Metode pendekatan yang dipergunakan adalah
Prinsip-Prinsip dalam Perancangan Kontrak metode yuridis normatif, yaitu penelitian yang
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip dalam menekankan pada data sekunder yakni dengan
perancangan kontrak adalah dasar atau asas-asas yang mempelajari dan mengkaji asas-asas hukum khususnya
harus diperhatikan di dalam merancang kontrak. Setiap kaidah-kaidah hukum positif yang berasal dari bahan-
perancang kontrak yang akan merancang kontrak, bahan kepustakaan yang ada dalam peraturan
apakah itu kontrak yang telah dikenal di dalam KUH perundang-undangan serta ketentuan-ketentuan yang
Perdata maupun yang hidup dan berkembang dalam berlaku, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan
masyarakat harus memperhatikan prinsip-prinsip di pelabuhan dan pemerintahan daerah.
dalam merancang kontrak. Erman Rajaguguk menge- Penelitian ini dilakukan dengan tahapan pengum-
mukakan ada sepuluh prinsip dasar yang harus pulan data yang diperoleh baik melalui penelusuran
diperhatikan dalam kontrak-kontrak yang lazim peraturan perundang-undangan yang terkait, dokumen-
digunakan di Indonesia dan patut menjadi perhatian dokumen maupun literatur-literatur ilmiah dan penelitian
perancang kontrak dagang international (Erman para pakar yang sesuai dan berkaitan dengan obyek
Rajaguguk, tt; 3-8). Kesepuluh hal itu meliputi: (1) penelitian.
penggunaan istilah, (2) prinsip kebebasan berkontrak, Data sekunder dan data primer sebagaimana dalam
(3) prinsip penawaran dan penerimaan, (4) iktikad baik, penelitian yang sifatnya deskriptif analitis dengan
(5) peralihan risiko, (6) ganti kerugian, (7) keadaan pendekatan yuridis normatif, maka analisis data
darurat, (8) alasan pemutusan, (9) pilihan hukum, dan dilakukan secara kualitatif, artinya data yang telah
(10) penyelesaian sengketa. diperoleh disusun secara sistematis dan lengkap
kemudian dianalisis secara kualitatif, sehingga tidak
Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam mempergunakan rumus statistik.
Perancangan Kontrak
Pada dasarnya kontrak yang dibuat para pihak G. Hasil Dan Pembahasan
berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang Berdasarkan hasil analisis dari data sekunder yang
membuatnya. Dengan demikian, kontrak yang dibuat dikumpulkan, maka dapat disajikan pemaparan untuk
oleh para pihak disamakan kekuatan mengikatnya kedua institusi/badan hukum yang melakukan perjanjian
dengan Undang-Undang. Oleh arena itu, untuk kerjasama sebagaimana dimaksud dalam penelitian ini
merancang kontrak diperlukan ketelitian dan kecermatan sebagai berikut :
dari para pihak, baik dari pihak kreditur maupun debitur,
pihak investor maupun hak negara yang bersangkutan, I. PT. Pelindo I (Persero) Cabang Tanjungpinang
perancang kontrak maupun notaris. Faktor-faktor yang Berdasarkan pasal 1 Perjanjian Kerjasama antara
harus diperhatikan oleh para pihak yang akan PT. Pelindo I (Persero) Cabang Tanjung Pinang dengan
mengadakan dan membuat kontrak adalah (1) Pemerintah Kota Tanjung Pinang Nomor B.XIV-1/TPI-
kewenangan hukum para pihak, (2) perpajakan, (3) atas US.15 dan Nomor 552.3/091.A/HUBLA yang ditanda-
hak yang sah, (4) masalah keagrarian, (5) pilihan hukum, tangani pada tanggal 15 Maret 2011 tentang Pengelo-

6
Arie S. Hutagalung, 1993. hal. 14-18; Peter Mahmud, 2000. hal. 17-19

JURNAL SELAT, MEI 2014, VOL. 1 NO. 2 131


laan Pas Masuk Terminal Penumpang Dalam Negeri di diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara
Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang, maka dapat dimaksud”.
dianalisa sebagai berikut : b. Keputusan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia No. KP 133 Tahun 2011.
1. Tarif Pas Pelabuhan KepMen tersebut mengatur tentang Pemberian izin
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Pelabuhan usaha kepada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)
Indonesia I (Persero) Nomor : US.11/1/2/P.I-99 tanggal sebagai Badan Usaha Pelabuhan berdasarkan Pasal
26 Agustus 1999 tentang Tarif Pelayanan Jasa Terminal 71 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang
Penumpang dan Tanda Masuk (Pas) Pelabuhan di Kepelabuhanan, yang didalamnya diatur bahwa Badan
Lingkungan PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang Usaha Pelabuhan dalam melakukan kegiatan usahanya
diterbitkan berdasarkan berdasarkan surat persetujuan wajib memiliki izin usaha yang diterbitkan oleh Menteri
Menteri Perhubungan Republik Indonesia yang ditujukan Perhubungan untuk Badan Usaha Pelabuhan di
kepada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) sebagai pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul.
Badan Usaha Pelabuhan (BUP) yang diberikan c. Pasal 91 ayat (1) dan (2) serta Pasal 93 UU No.
kewenangan dalam pengelolaan pelabuhan di beberapa 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
wilayah di Indonesia. Untuk Pelabuhan Sri Bintan Pura Didalam pasal tersebut dinyatakan bahwa PT.
Tanjungpinang berdasarkan Keputusan Menteri Pelindo I (Persero) yang merupakan Badan Usaha
Perhubungan No. KM. 53 Tahun 1997 tanggal 19 Pelabuhan berperan sebagai terminal operator yang
Desember 1997. berwenang penuh untuk mengoperasikan pelabuhan
dan fasilitas miliknya di wilayah kerjanya untuk kegiatan
2. Perhitungan dan Kalkulasi Tarif Pas Pelabuhan penyediaan dan atau pelayanan jasa kepelabuhanan.
Untuk perhitungan dan kalkulasi tarif pas pelabuhan d. Keputusan Menteri Perhubungan RI No. KM 53
ditentukan berdasarkan : Tahun 1997 dan KM 52 Tahun 1997.
a. Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2009 tentang Di dalam KepMen tersebut dinyatakan tentang
Kepelabuhanan pada pasal 145 sampai dengan penetapan wilayah kerja dan kepentingan PT. Pelabuhan
pasal 148. Indonesia I (Persero) untuk Pelabuhan Tanjungpinang
b. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia dan Pelabuhan Sei Kolak Kijang. Dan lahirnya KepMen
No. KM 30 Tahun 1999 tanggal 14 Mei 1999 tentang tersebut sebagai amanat dari pasal 72 ayat (1) UU No.
Mekanisme Penetapan Tarif dan Formulasi Perhi- 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
tungan Tarif Pelayanan Jasa Kepelabuhanan pada e. Pasal 110 ayat (2) Undang-Undang No. 17 Tahun
Pelabuhan Yang Diselenggarakan oleh Badan Usaha 2008 tentang Pelayaran.
Pelabuhan. Bahwa tarif jasa kepelabuhan yang diusahakan oleh
c. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) ditetapkan sendiri
No. KM 72 Tahun 2005 tanggal 18 November 2005 oleh PT. Pelabuhan Indonesia I sebagai Badan Usaha
tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pelabuhan dan merupakan mutlak pendapatan bagi PT.
Perhubungan No. KM 50 Tahun 2003 tentang jenis, Pelabuhan Indonesia I (Persero). Penetapan tarif
struktur dan golongan tarif pelayanan jasa kepela- tersebut berdasarkan jenis, struktur dan golongan tarif
buhanan untuk pelabuhan laut. yang ditetapkan pemerintah, yaitu berdasarkan
Keputusan Menteri Perhubungan RI No. KM 30 Tahun
1999 dan Peraturan Menteri Perhubungan RI No. KM
3. Kewenangan PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) 72 Tahun 2005.
dalam Menentukan Tarif
Besaran tarif dalam kegiatan pengusahaan di II. Pemerintah Daerah Kota Tanjungpinang
pelabuhan yang telah diselenggarakan oleh BUMN tetap Berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama antara PT.
dilakukan oleh BUMN dimaksud sehingga PT. Pelindo I Pelindo I (Persero) Cabang Tanjung Pinang dengan
(Persero) juga memiliki kewenangan dalam menentukan Pemerintah Kota Tanjung Pinang Nomor B.XIV-1/TPI-
besaran tarif berdasarkan ketentuan-ketentuan berikut: US.15 dan Nomor 552.3/091.A/HUBLA yang ditanda-
a. Pasal 344 ayat (3) Undang-Undang No. 17 tahun tangani pada tanggal 15 Maret 2011 tentang Pengelol-
2008 tentang Pelayaran. aan Pas Masuk Terminal Penumpang Dalam Negeri di
“Kegiatan pengusahaan di pelabuhan yang telah Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang, maka dapat
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara tetap dianalisa sebagai berikut :

132 JURNAL SELAT, MEI 2014, VOL. 1 NO. 2


1. Regulasi Yang Digunakan membuatnya. Oleh karena itu, untuk merancang
Sebagai bagian dari Pemerintahan Daerah, maka kontrak diperlukan ketelitian dan kecermatan dari
seyogyanya Pemerintah Kota Tanjungpinang dalam para pihak. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
perjanjian tersebut juga memperhatikan UU Nomor 32 oleh para pihak yang akan mengadakan dan
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pada pasal 158 membuat kontrak adalah kewenangan hukum para
ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa pihak, perpajakan, atas hak yang sah, masalah
pemerintah daerah dilarang melakukan pungutan atau keagrarian, pilihan hukum, penyelesaian sengketa,
dengan sebutan lain diluar yang telah ditetapkan undang- pengakhiran kontrak, dan bentuk perjanjian standar
undang. Dan pada Pasal 158 ayat (3) yang berbunyi hasil yang disepakati.
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagai- 3. Bahwa dasar hukum yang digunakan oleh PT.
mana dimaksud dalam Pasal 157 huruf (a) angka (3) yang Pelindo I (Persero) Cabang Tanjung Pinang dalam
berbunyi dan lain-lain PAD yang sah sebagaimana perjanjian kerjasama tersebut sudah sesuai dengan
dimaksud dalam Pasal 157 huruf (a) angka (4) harus peraturan yang berlaku.
ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman 4. Bahwa dasar hukum yang digunakan oleh Peme-
pada peraturan perundang-undangan. rintah Daerah Kota Tanjungpinang dalam perjanjian
2. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2007 tentang kerjasama tersebut tidak sesuai dan bertentangan
Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah dengan peraturan yang berlaku.
Ketika surat perjanjian tersebut dibuat, Pemerintah
Daerah Kota Tanjungpinang telah memiliki Peraturan SARAN
Daerah No. 5 Tahun 2007 tentang Sumbangan Pihak Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka
Ketiga Kepada Daerah. Tetapi, yang dimaksud penulis menyarankan sebagai berikut :
sumbangan pihak ketiga didalam Perda tersebut adalah 1. Dalam setiap perencanaan pembuatan kontrak,
pemberian dari pihak ketiga yang sifatnya sukarela. sebaiknya para pihak memiliki pemahaman yang sama
Berdasarkan pasal 2 ayat 4b didalam Perjanjian terkait prinsip dan faktor-faktor yang menentukan agar
Kerjasama antara PT. Pelindo I (Persero) Cabang suatu kerjasama dapat berjalan dengan baik.
Tanjung Pinang dengan Pemerintah Kota Tanjung 2. Meskipun dasar hukum yang digunakan oleh PT.
Pinang Nomor B.XIV-1/TPI-US.15 dan Nomor 552.3/ Pelindo I (Persero) Cabang Tanjungpinang dalam
091.A/HUBLA yang ditandatangani pada tanggal 15 perjanjian tersebut sudah sesuai dengan peraturan
Maret 2011 tentang Pengelolaan Pas Masuk Terminal yang berlaku, tetapi substansi dari peraturan tersebut
Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan Sri Bintan Pura harus benar-benar dilaksanakan, terutama mengenai
Tanjung Pinang disebutkan bahwa pendapatan bagi segala tugas dan tanggungjawab PT. Pelindo I
pihak Pemerintah Kota Tanjungpinang adalah Rp. 750 (Persero) Cabang Tanjung Pinang sebagai Badan
(tujuh ratus lima puluh rupiah). Artinya, sumbangan yang Usaha Pelabuhan yang memiliki tugas dan tang-
diberikan oleh pihak ketiga sudah ditentukan nilainya, gungjawab sebagai penyelenggara pelabuhan.
sehingga hal ini bertentangan dengan Peraturan Daerah 3. Meskipun diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004
No. 5 Tahun 2007 tentang Sumbangan Pihak Ketiga tentang Pemerintahan Daerah bahwa Kepala Daerah
Kepada Daerah. diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan
yang antara lain berupa kewenangan memungut dan
H. Kesimpulan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber
data sekunder yang ada, maka penulis dapat membe- daya nasional yang berada di daerah, serta hak
rikan kesimpulan sebagai berikut : untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan
1. Bahwa prinsip dalam setiap pembuatan rancangan sumber-sumber pendapatan lain yang sah, hendak-
kontrak adalah harus merupakan kesepakatan para nya Pemerintah Kota Tanjung Pinang dalam
pihak, mulai dari penggunaan istilah kontrak sampai membuat perjanjian tersebut dapat mengkaji terlebih
pada penyelesaian sengketanya dengan tetap dahulu segala peraturan perundang-undangan yang
berpedoman pada peraturan perundang-undangan berlaku terkait perjanjian tersebut. Juga agar lebih
yang berlaku, tidak bertentangan dengan ketertiban transparan dalam memutuskan setiap kebijakan,
umum dan kesusilaan. terutama yang berkaitan dengan kepentingan publik,
2. Pada dasarnya kontrak yang dibuat para pihak serta agar dapat mengedepankan prinsip-prinsip
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang penyelenggaraan otonomi daerah.

JURNAL SELAT, MEI 2014, VOL. 1 NO. 2 133


DAFTAR PUSTAKA

Buku : Seno Adji, S.H. Jakarta: Ghalia Indonesia.


Briezkie, Paul H. 1993. Relevansi Hukum Kontrak Soebagio, 1997. Tata Cara dan Teknik Penyusunan
Indonesia. Makalah disajikan pada Acara Kontrak Yang Ideal. Dalam Majalah Hukum
“Workshop Comparative Contract, kerja sama TRISAKTI, No. 9 Edisi: Des., 1997
antara Elips Project dengan Fakultas Hukum
Unair Surabaya, tanggal 4 Desember 1993 Peraturan Perundang-undangan :
Danuredjo, S.L.S. Otonomi di Indonesia Ditinjau Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
Rangka Kedaulatan, Jakarta : Laras, 1997. 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Dunne, Van dan Van der Burght. 1987. Penyalahgunaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
Keadaan. Diterjemahkan Prof. Dr. Sudikno 2008 Tentang Pelayaran.
Mertokusumo. Dewan Kerjasama Ilmu Hukum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61
Belanda dengan Indonesia Proyek Hukum Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.
Perdata, Yogyakarta, Januari 1987. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Kameo, Jefferson, Titik Berat Pelaksanaan Otonomi Nomor KM 30 Tahun 1999 tanggal 14 Mei 1999
Pada Daerah Tingkat II (Sebuah Studi Kasus tentang Mekanisme Penetapan Tarif dan
dengan Fokus Pada Dinas Pendapatan Daerah Formulasi Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa
Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga), Skripsi, Kepelabuhanan pada Pelabuhan Yang
Fakultas Hukum UKSW. 1992 (tidak Diselenggarakan oleh Badan Usaha Pelabuhan.
dipublikasikan). Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Kaho, Josef Riwu, Prospek Otonomi Daerah di Negara Nomor KM 72 Tahun 2005 tanggal 18 November
Republik Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers, 2005 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
1997. Perhubungan No. KM 50 Tahun 2003 tentang
Lay, Cornelis, Desentralisasi dan Otonomi Daerah: jenis, struktur dan golongan tarif pelayanan jasa
Antara Teori dan Praktik, dalam buku Palit, kepelabuhanan untuk pelabuhan laut.
Dance, et.al. (Ed), Dinamika Nasionalisme Peraturan Daerah Pemerintah Kota Tanjungpinang No.
Indonesia, Salatiga : Yayasan Bina Darma, 1999. 5 Tahun 2007 tentang Sumbangan Pihak Ketiga
Manan, Hubungan Pusat Daerah Dalam Penyeleng- Kepada Daerah.
garaan Otonomi Daerah, Seminar Otonomi Surat Perjanjian Kerjasama antara PT. (Persero) Pelindo
Daerah dan Perimbangan Keuangan Antara I Cabang Tanjung Pinang dengan Pemerintah
Pusat dan Daerah, Hata lnternasional Legal Kota Tanjung Pinang Nomor B.XIV-1/TPI-US.15
Counsellors, Jakarta, 20 Juli 1999. dan Nomor 552.3/091.A/HUBLA yang
Sutan Remy Sjahdeini, 1995. Fungsi Kontrak dan ditandatangani pada tanggal 15 Maret 2011
Perjanjian Kredit Bank bagi kebanyakan tentang Pengelolaan Pas Masuk Terminal
Masyarakat Indonesia. Dalam Kapita Selekta Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan Sri
Hukum Mengenang Almarhum Prof. H. Oemar Bintan Pura Tanjung Pinang.

134 JURNAL SELAT, MEI 2014, VOL. 1 NO. 2

Anda mungkin juga menyukai