Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

TEKNIK PERAWATAN KLIEN MENGGUNAKAN TRAKSI DAN GIPS


DAN HEALTH EDUCATION PADA KLIEN FRAKTUR VERTEBRATA

Dosen Pembimbing :
Joko Suwito, S.Kp.M.Kes

Disusun Oleh :
Putri Dewi Nurbayti
(P27820119087)

Tingkat III Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Teknik Perawatan Klien Menggunakan Traksi Dan Gips Dan Health
Education Pada Klien Fraktur Vertebrata ” ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga kami
ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang
telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga
kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya
makalah lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 02 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gips Dan Traksi.....................................................................3
2.2 Jenis Gips dan Traksi...........................................................................3
2.3 SOP......................................................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................13
3.2 Saran...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera
karena salah satu sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu
lintas, industri, olahraga dan rumah tangga. Di Indonesia kematian akibat
kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orang per tahun (Chairuddin Rasjad, 1998).
Trauma musculoskeletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur di
sekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya.
Gangguan yang paling sering terjadi akibat trauma muskuloskeletal adalah
kontusi, strain, sprain, dislokasi dan sublukasi serta fraktur. Trauma yang
dialami seseorang akan menyebabkan berbagai masalah.
Di masyarakat, seorang perawat/Ners perlu mengetahui perawatan
klien trauma musculoskeletal yang mungkin dijumpai, baik di jalan maupun
selama melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu
mengetahui dasar-dasar penanggulangan suatu trauma yang menimbulkan
masalah pada sistem musculoskeletal dengan melakukan penanggulangan
awal dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar mengurangi resiko yang lebih
besar. Resiko yang lebih fatal perlu diketahui Ners adalah kematian.
Banyak tindakan yang umum/lazim dilakukan perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien gangguan musculoskeletal.
Tindakan yang umum tersebut meliputi proses keperawatan peri-operatif,
pemberian alat bantu, proses keperawatan klien dengan pemasangan gips,
peralatan luka dan pemasangan traksi. Semua tindakan tersebut perlu
diketahui perawat yang melaksanakan asuhan keperwatan di bangsal bedah
pada klien gangguan sistem musculoskeletal. Sebelum melakukan tindakan,
perawat sangat perlu mengetahui prinsip dasarnya. Dengan demikian maka
dianggap penting bagi kita untuk mengetahui pelaksanaan tindakan yang
dapat dilakukan pada klien trauma yang akan dibahas pada makalah ini
yaitu pemasangan gips dan pemasangan traksi serta asuhan keperawatan
yang bisa dilakukan untuk mengurangi terjadinya resiko serta komplikasi
terburuk.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari gips dan traksi?
2. Apa saja jenis dari gips dan traksi?
3. Bagaimana SOP Teknik Perawatan Klien Menggunakan Traksi Dan Gips
Dan Health Education Pada Klien Fraktur Vertebrata?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari gips dan traksi
2. Mengetahui jenis dari gips dan traksi
3. Mengetahui SOP Teknik Perawatan Klien Menggunakan Traksi Dan Gips
Dan Health Education Pada Klien Fraktur Vertebrata

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Gips Dan Traksi
Gips dalam bahasa latin disebut kalkulus, dalam bahasa inggris
disebut plaster of paris, dan dalam bahasa belanda disebut gips powder.
Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa batu putih yang
mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips adalah alat imobilisasi
eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh tempat
gips di pasang (Brunner&Sunder, 2000). Gips adalah balutan ketat yang
digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips
tipe plester atau fiberglass (Barbara Engram, 1999). Jadi gips adalah
alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat
di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh.Traksi
merupakanalat imobilisasi yang menggunakan kekuatan tarikan yang
diterapkan pada suatu bagian tubuh sementara kekuatan yang kedua,
disebut kontertraksi, menarik ke arah yang berlawanan. Kekuatan tarikan
di dapat melalui suatu sistem katrol, tali dan pemberat yang dikaitkan
ke klien. Kontertraksi sering didapat dengan mengelevasi kaki atau
kepala tempat tidur dan kekuatannya berasal dari tubuh klien. Klien
yang terpasang traksi berada di tempat tidur berminggu-minggu atau
bahkan berbulan-bulan.
2.2 Jenis Gips dan Traksi
Jenis gips :
1. Gips lengan pendek

Memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan, melingkar


erat di dasar ibu jari.Gips ini mengimobilisasi pergelangan tangan,

3
radius dan ulna. Bila ibu jari dimasukkan, dinamakan spika ibu jari atau
gips gauntlet.
2. Gips lengan panjang

Gips lengan panjang memanjang dari aksila sampai jari tangan, yang
memungkinkan siku untuk fleksi. Gips ini mengimobilisasi pergelangan
tangan, radius, ulna, dan humerus.
3. Gips tungkai pendek

Memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki. Kaki dalam sudut
tegak lurus pada posisi netral.
4. Gips tungkai panjang

Memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah pahasampai dasar


jari kaki. Lutut harus sedikit fleksi.
5. Gips tubuh

4
Melingkar di batang tubuh.
6. Gips spika
Gips spika, melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua
ekstremitas.
7. Gips spika pinggul

Melingkari batang tubuh dan satu ekstrimitas bawah, terdapat gips


spika tunggal atau ganda.Gips spika pingguldimulai dari ketinggian
pingggang atau diatasnya. Gips ini mengimobilisasi sendi pinggul
dan femur, memanjang ke bawah pada satu tungkai secara
keseluruhan, dan dapat menutupi seluruh atau sebagian tungkai
kedua. Spika tunggal hanya menutupi satu tungkai. Spika pinggul
ganda menutupi kedua tungkai sampai jari kaki. Gips tubug
memanjang dari aksila untuk menutupi seluruh tubuh. Gips ini sering
digunakan untuk mengimobilisasi spinal.
8. Gips spika bahu
Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku. Gips spica
bahu memanjang mengelilingi dada dan seluruh lengan sampai jari.
Lengan biasanya diabduksi untuk mengimobilisasi tulang bahu
(mis., klavikula).
9. Gips berjalan
Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat. Dapat disertai
telapak untuk berjalan
Jenis traksi :
1. Traksi kulit adalah traksi yang dapat dilakukan pada kulit. Traksi kulit
adalah alat yang memiliki kekuatan tarikan yang diterapkan pada
kulit dan jaringan lunak melalui penggunaan pita atau sabuk traksi
dan sebuah sistem tali, katrol dan pemberat. Traksi kulit, antara lain:

5
a. Ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah bentuk traksi kulit
yang tarikan diberikan pada satu bidang jika hanya imobilisasi
parsial atau temporer yang diinginkan. Traksi ini digunakan untuk
memberi rasa nyaman setelah cedera pinggul sebelum dilakukan
fiksasi bedah.
b. Traksi runsseldapat digunakan untuk praktur pada plato tibia,
menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan member
gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan balutan elastic ke
tungkai bawah.
c. Traksi Dunlop adalah traksi pada ekstremitas atas. Traksi horizontal
diberikan pada humerus dalam posisi abduksi dan traksi vertical
diberikan pada lengan bawah dalam posisi fleksi.
2. Traksi skelet adalah traksi yang dilakukan langsung pada skelet/ tulang
tubuh. Metoda traksi ini digunakan paling sering untuk menangani
praktur femur, tibia, humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang
langsung ke tulang menggunakan pin logam atau kawat (mis., tong
Gadner, tong Wells) difiksasi di kepala untuk member traksi yang
mengimobilisasi fraktur leher.
2.3 SOP Teknik Perawatan Klien Menggunakan Traksi Dan Gips Dan
Health Education Pada Klien Fraktur Vertebrata
Teknik Perawatan Klien Menggunakan Traksi Dan Gips Dan Health
Education Pada Klien Fraktur Vertebrata
Traksi
1. Definisi
Tahanan yang dipakai dengan menggunakan pemberat atau alat lain
untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang khususnya
vertebrata
2. Tujuan
a. Mengurangi dan untuk immobilisasi fraktur tulang agar terjadi
pemulihan
b. Mempertahankan kesejajaran tulang yang cepat
c. Mencegah cidera dari jaringan lunak

6
d. Memperbaiki, mengurangi, mencegah deformitas
e. Mengurangi spasme otot dan nyeri
3. Indikasi
a. Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg
b. Traksi pada anak-anak yang lebih besar
c. Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik, atau komunitif
d. Fraktur-fraktur tertentu pada daerah sendi
e. Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi
eksterna tidak dapat dilakukan
f. Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat
misalnya dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi
definitif
4. Kontraindikasi
a. Hipermobilitas
b. Efusi sendi
c. Inflamasi
d. Fraktur humeri dan osteoporosis
5. Persiapan alat dan bahan
a. Zat pembersih untuk perawatan pin
b. Set ganti balut
c. Salep anti bakteri
d. Kantung sampah infeksius
e. Sarung tangan steril
f. Lidi kapas
g. Povidone iodine
h. Kassa steril
i. Handscoon
6. Persiapan pasien
a. Menyediakan lingkungan yang aman
b. Menutup tirai untuk menjaga privasi klien
c. Keluarga klien diharapkan menunggu di luar ruangan

7
7. Prosedur pelaksanaan
a. Tahap pra interaksi
1) Cek catatan perawat dan catatan medis klien
2) Tentukan asistensi yang dibutuhkan
3) Sebelum/sesudah tindakan cuci tangan
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2) Mengidentifikasi klien
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
c. Tahap kerja
1) Mencuci tangan
2) Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk
mempertahankan tarikan traksi yang optimal
3) Buka set ganti balut, cairan pembersih, dan gunakan sarung
tangan steril
4) Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin menggunakan lidi
kapas dengan teknik menjauh dari pin (dari dalam ke luar)
5) Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol rumah
sakit
6) Tutup kassa di lokasi penusukan pin
7) Buang alat-alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus
infeksius
8) Lepas sarung tangan
9) Cuci tangan
10) Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam
pergerakan di tempat tidur selama ganti alat
11) Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
d. Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Beri reinforcement positif pada klien
3) Mengakhiri hubungan dengan baik

8
4) Bereskan alat dan cuci tangan
e. Tahap evaluasi
1) Mengevaluasi status neurovaskuler
2) Tanda-tanda terjadinya kompartemen sindrom
3) Respon pasien
f. Dokumentasi
1) Catat tindakan yang dilakukan
2) Catat respon klien
8. Health Education
a. Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif
b. Traksi harus berkesinambungan agar raduksi dan immobilitas
fraktur efektif
c. Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan
intermitten
d. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis
resultan tarikan harus dihilangkan
e. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat
tidur ketika traksi dipasang
f. Tali tidak boleh macet
g. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada
tempat tidur atau lantai
h. Selalu dikontrol dengan sinar rontgen
(Brunner & Suddarth, 2001)

9
Gips
1. Definisi
Melakukan tindakan perawatan terhadap luka dengan pemasangan gips
untuk mencegah terjadinya risiko infeksi dan meningkatkan kenyamanan
fisik dan psikologis bagi klien tanpa menimbulkan trauma baru
2. Tujuan
a. Imobilisasi kasus dislokasi sendi
b. Fiksasi fraktur yang telah di reduksi
c. Koreksi cacat tulang
d. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi
e. Mengoreksi deformitas.
3. Indikasi
a. Pasien dislokasi sendi
b. Fraktur 
c. Penyakit tulang spondilitis TBC
d. Pasca operasi
e. Skliosis
f. Spondilitis TBC, dll
4. Kontraindikasi
a. Fraktur terbuka
5. Persiapan alat dan bahan
a. Bak instrumen steril berisi : balutan kasa, kom untuk larutan antiseptik
atau larutan pembersih.
b. Larutan garam faal (NaCl 0,9%) atau air
c. Sarung tangan bersih
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Plaster
f. Tempat sampah
6. Persiapan pasien
a. Menyediakan lingkungan yang aman
b. Menutup tirai untuk menjaga privasi klien
c. Keluarga klien diharapkan menunggu di luar ruangan

10
7. Prosedur pelaksanaan
a. Tahap pra interaksi
1) Cek catatan perawat dan catatan medis klien
2) Tentukan asistensi yang dibutuhkan
3) Sebelum/sesudah tindakan cuci tangan
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2) Mengidentifikasi klien
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
c. Tahap kerja
1) Cuci tangan
2) Susun semua peralatan yang diperlukan dan dekatkan pada pasien
3) Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya
4) Letakkan kantung dalam jangkauan area kerja
5) Bantu klien pada posisi yang nyaman.
6) Instruksikan klien untuk tidak menyentuh area gips atau peralatan
steril
7) Gunakan sarung tangan bersih.
8) Buka balutan gips, kemudian buang kasa balutan tersebut pada
tempat yang telah disediakan sebelumnya.
9) Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya.
10) Perhatikan bau yang timbul pada area yang dilapisi gips, daerah
yang terdapat noda, daerah hangat, dan daerah yang tertekan.
11) Gunakan sarung tangan steril.
12) Bersihkan kotoran pada permukaan dengan kasa yang basah.
13) Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah yang
telah disediakan
14) Keringkan area yang telah dibersihkan dengan kasa yang kering.
15) Buang kasa yang telah digunakan pada tempat sampah yang telah
disediakan.

11
16) Jika terdapat noda, dapat dihilangkan dengan selapis semir sepatu
putih.
17) Pasang kembali gips dan balut kembali dengan menggunakan
kasa balutan yang baru.
18) Segara laporkan bila pasien merasakan nyeri yang menetap,
perubahan sensasi, berkurangnya kemampuan menggerakkan jari
tangan dan kaki yang terbuka, perubahan warna, dan temperatur
kulit.
19) Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah
disediakan
20) Buang semua bahan yang telah dipakai dan bantu klien pada
posisi yang nyaman
21) Cuci tangan
22) Bereskan kembali alat-alat
d. Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Beri reinforcement positif pada klien
3) Mengakhiri hubungan dengan baik
4) Bereskan alat dan cuci tangan
e. Dokumentasi
1) Catat tindakan yang dilakukan
2) Catat respon klien
8. Health education
a. Menjaga gips tetap kering. Jika mandi lindungi gips dengan
membungkusnya dengan plastik.
b. Jangan memasukan benda ke dalam gips apabila terasa gatal.
c. Periksa sirkulasi jari tangan atau kaki. Jika khawatir, elevasikan atau
angkat ekstremitas lebih tinggi dan gerakan jari tangan atau kaki.
d. Ikuti petunjuk khusus dari fisioterapi atau dokter

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gips dan traksi merupakan alat imobilisasi yang dapat digunakan
setelah terjadinya trauma maupun sebagai pengobatan pascaoperasi. Gips
adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang
terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.
Sedangkan traksi merupakan alat imobilisasi yang menggunakan kekuatan
tarikan yang diterapkan pada suatu bagian tubuh sementara kekuatan yang
kedua, disebut kontertraksi, menarik ke arah yang berlawanan
3.2 Saran
Penanggulangan klien trauma memerlukan peralatan serta
keterampilan khusus yang tidak semuanya dapat dilakukan oleh perawat,
berhubung keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki setiap Ners
bervariasi, serta peralatan yang tersedia kurang memadai. Maka dari itu
kita hendaklah mengetahui prinsip dasar serta tata laksana pemasangan
gips dan pemasangan traksi agar nantinya dapat melakukan tindakan dengan
tepat serta dapat mengurangikomplikasi dari trauma maupun pemasangan alat
ini

13
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Audrey Dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC
Kneale, Julia D., Davis, Peter S. 2011. Keperawatan Ortopedik & Trauma.
Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta:EGC
Purwadianto, Agus., Sampurna, Budi. 2000. Kedaruratan Medik. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Suzanne, C. Smeltzer dan Brenda, G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah volume 3. Jakara: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai