Anda di halaman 1dari 23

MODUL 12

AKUNTANSI SYARIAH

AKUNTANSI UNTUK IJTIMAI SECTOR/


SOCIAL WELFARE SECTOR

Oleh
S A F I R A, SE. Ak. M.Si

PROGRAM KELAS KARYAWAN


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCU BUANA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 1


SE,Ak.M.Si.
AKUNTANSI UNTUK IJTIMAI SECTOR/ SOCIAL WELFARE
SECTOR

A. Akuntasi Zakat, Infaq, Shadaqah


Zakat adalah kewajiban berdasarkan syari’at. Islam mewajibkannya atas
setiap muslim yang sampai padanya nisab (batas minimal dari harta mulai wajib
dikeluarkannya) zakatnya. Zakat adalah salah satu rukun islam, bahkan
merupakan rukun kemasyarakatan yang paling tampak di antara sekalian rukun-
rukun Islam. Sebab zakat adalah hak orang banyak yang terpikul pada pundak
individu. Orang banyak berhak memperolehnya demi menjamin kecukupan
sekelompok orang di antara mereka. Dinamakan zakat karena ia mensucikan
jiwa dan masyarakat serta berfungsi untuk mensejahterakan masyarakatdapat
menambah dan menumbuh suburkan kekayaan sipembayar zakat.
Sementara pengertian infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup
zakat dan non zakat. Infaq ada yang wajib dan ada yang sunnah. Infaq wajib
diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dll. Infak sunnah diantara nya, infak kepada
fakir miskin sesama muslim, infak bencana alam, infak kemanusiaan, dll. Terkait
dengan infak ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo'a setiap pagi dan sore :
"Ya Allah SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan berkata yang lain :
"Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran".
Adapun Shadaqoh dapat bermakna infak, zakat dan kabaikan non materi.
Dalam hadits Rasulullah SAW memberi jawaban kepada orang-orang miskin
yang cemburu terhadap orang kaya yang banyak bershadaqoh dengan hartanya,
beliau bersabda : "Setiap tasbih adalah shadaqoh, setiap takbir shadaqoh, setiap
tahmid shadaqoh, setiap tahlil shadaqoh, amar ma'ruf shadaqoh, nahi munkar
shadaqoh dan menyalurkan syahwatnya pada istri shadaqoh". Dan shadaqoh
adalah ungkapan kejujuran ( shiddiq ) iman seseorang.
Dari ketiga pengetian tersebut, maka shadaqah memiliki dimensi yang
sangat luas, tidak hanya berdimensi memberikan sesuatu dalam bentuk harta

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 2


SE,Ak.M.Si.
tetapi juga dapat berupa berbuat kebajikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk
orang lain, sesuai hadis Nabi Muhammad SAW :
“ Senyuman itu Sedekah.” (H.R. Baihaqi)
Zakat memiliki sifat khusus, yaitu :
1. Zakat merupkan salah satu rukun Islam
2. Hasil zakat harus digunakan dan dibayarkan kepada orang-orang tertentu
yang disebut dalam Al-Qur’an
3. Tarif zakat adalah sudah ditetapkan dari hadits dan tarif ini berbeda
menurut atau sesuai dengan jenis kegiatan ekonomi.
4. zakat hanya dikenakan pada pribadi msulim sebab hal ini merupakan
dasar agama dari Islam. Walaupun perusahaan bersama memiliki badan
hukum yang independen sendiri dari pemegang saham, badan ini terken
zakat.
5. Utang tidak masuk perhitungan zakat, zakat dikenakan atas aktiva bersih.
6. Kekayaan yang dikenkan zakat harus melebihi batas jumlah tertentu
(nisab) yang diatur hadits. Batas ini merupakan jumlah harta yang
diperlukan, dan pendapatan yang memberikan kebutuhan dasar dari
pemilik dan keluarganya.
7. Harta yang dikenakan zakatnya, dikenakan jika melebihi satu tahun.

Undang-undang Zakat

Pada tahun 1999 Indonesia maju selangkah lagi dengan diundangkannya


UU No.38/1999 tentang zakat. Dengan telah diudangkannya UU No.38/1999
tentang pengelolaan zakat tang 23 September 1999, pemerintah pertama kali
mewajibkan penduduk yang beragama Islam melaksanakan kewajiban zakatnya.
UU ini juga mengatur kaitan antara zakat yang dibayarkan oleh orang pribadi
dan badan yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam dengan pajak penghasilan
yang dibayarnya kepada negara yang merupakan hak negar. Sebelumnya hal ini
tidak pernah diatus.
Kendala muncul pada pelaksanaan pasal 14 ayat 3 UU No.38/1999
tentang pengelolaan zakat, persisnya mengenai zakat yang dibayarkan kepada

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 3


SE,Ak.M.Si.
amil zakat atau badan/lembaga amil zakat. Menurut UU ini, zakat yang
dibayarkan kepada lembaga/badan amil zakat yang diakui pemerintah dapat
dikurangi dari pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan.
Masalah hal ini belum diatur dalam UU Pajak Penghasilan No.7/1983, namun
dalam UU No.17/2000 hal ini sudah terjawab dan berlaku mulai tahun 2001.
Dengan keluarnya UU No.17/2000 tentang perubahan UU No.7/1983
tentang pajak penghasilan yang mulai berlaku tahun 2001, sebagian
permasalahan zakat dan pajak telah dapat diatasi. Melalui UU ini zakat telah
mendapat tempat dalam UU PPh yang baru. Zakat dianggap bukan merupakan
objek pajak bagi si penerima dan zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh
wajib pajak dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

Perbedaan Zakat dan Pajak


Zakat berbeda dengan pajak yang dibayarkan oleh warga negara kepada
pemerintahannya. Pajak sendiri diartikan sebagai kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (UU Mo.28/2007).
Banyak hal yang membedakan antara zakat dan pajak, diantaranya :
1. zakat merupakan manifestasi ketaatan ummat terhadap perintah Allah
SWT dan Rasulullah SAW sedangkan pajak merupakan ketaatan seorang
warganegara kepada ulil amrinya (pemimpinnya)
2. zakat telah ditentukan kadarnya di dalam Al Qur'an dan Hadits,
sedangkan pajak dibentuk oleh hukum negara.
3. zakat hanya dikeluarkan oleh kaum muslimin sedangkan pajak
dikeluarkan oleh setiap warganegara tanpa memandang apa agama dan
keyakinannya.
4. zakat berlaku bagi setiap muslim yang telah mencapai nishab tanpa
memandang di negara mana ia tinggal, sedangkan pajak hanya berlaku
dalam batas garis teritorial suatu negara saja.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 4


SE,Ak.M.Si.
5. zakat adalah suatu ibadah yang wajib di dahului oleh niat sedangkan
pajak tidak memakai niat. Dan sesungguhnya masih baanyak laagi hal-hal
yang membedakan antara zakat dan pajak.
Dalam UU Pajak No. 17 Th. 2000, Pasal 9 huruf g dinyatakan bahwa
zakat yang dibayarkan pada BAZ atau LAZ yang sah (yang terdaftar di dinas
terkait) dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak.
Zakat yang dibayarkan dihitung sesuai dengan ketentuan syari'ah di atas
yang selanjutnya dikurangkan atas penghasilan kena pajak. Misalnya nilai harta
perusahaan yang kena zakat adalah 100 juta, maka zakatnya adalah 2,5 juta,
kemudian nilai tersebut dikurangi atas penghasilan kena pajak

Syarat dan wajib zakat


1. Muslim
2. Aqil
3. Baligh
4. Milik Sempurna
5. Cukup Nisab
6. Cukup Haul

Syarat harta kekayaan yang wajib dizakatkan atau obyek zakat :


1. Halal
2. Milik Penuh
3. Berkembang
4. Cukup Nisab
5. Cukup Haul
6. Bebas dari utang
7. Lebih dari kebutuhan pokok

Jenis Zakat
1. Zakat Nafs (jiwa), juga disebut zakat fitrah
2. Zakat Maal (harta)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 5


SE,Ak.M.Si.
Objek Zakat
a. Zakat binatang ternak
Perhitungan zakat untuk masing-masing tipe hewan ternak, baik nisab
maupun kadarnya berbeda-beda serta sifatnya bertingkat. Sedangkan
haulnya yakni satu tahun untuk tiap hewan.

b. Zakat Emas, Perak dan Uang (zakat nuqud)


Hadits yang menyatakan kadar zakat emas dan perak adalah:
“Bila engkau memiliki 20 dinar emas, dan sudah mencapai satu tahun, maka
zakatnya setengah dinar (2,5%)” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Al-Baihaqi).
Adapun nisab emas sebesar 85 gram, dengan haul selama satu tahun dan
kadar 2,5%. Artinya bila seorang muslim memiliki emas setidaknya 85 gram
selama satu tahun ia wajib membayar zakat sebesar 2,5% dari jumlah
emasnya tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 6


SE,Ak.M.Si.
Emas yang tidak terpakai
Jenis emas yang termasuk dalam kategori ini adalah emas yang tidak
digunakan
sehari-hari baik sebagai perhiasan atau keperluan lain (disimpan). Contoh
perhitungan zakatnya sebagai berikut: Fulan memiliki 100 gram emas tak
terpakai, setelah genap satu tahun maka ia wajib membayar zakat sebesar
2,5 gram emas (100 x 2,5%). Jika harga emas saat itu adalah Rp 100.000,
maka ia dapat membayar dengan uang sejumlah Rp 250.000 (2,5 x
100.000).

Sebagian emas terpakai


Emas yang dipakai adalah emas dalam kondisi wajar dan jumlah tidak
berlebihan. Atas bagian yang terpakai tersebut, tidak diwajibkan membayar
zakat. Contoh perhitungan zakatnya sebagai berikut: Seorang wanita
mempunyai emas 120 gr, dipakai dalam aktivitas sehari-hari sebanyak 15 gr.
Maka zakat emas yang wajib dikeluarkan oleh wanita tersebut adalah 120 gr
- 15 gr = 105 gr. Bila harga emas Rp 70.000,- maka zakat yang harus
dikeluarkan sebesar Rp 183.750 (105 x 70.000 x 2,5%).

Perak
Nisab perak adalah 595 gram, haul selama satu tahun dan kadar 2,5%.
Adapun tatacara perhitungannya sama dengan zakat emas.

c. Zakat Pertanian (zakat zira’ah)


Nisab hasil pertanian adalah 5 wasaq atau setara dengan 750 kg. Jumlah
nisab pertanian tersebut adalah untuk makanan pokok, seperti beras, jagung,
gandum, kurma, dll (Pendapat lain menyatakan bahwa zakat beras adalah
sebesar 815 kg atau 1.481 kg gabah). Untuk hasil pertanian yang bukan
merupakan makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun,
bunga, dll, maka nisabnya disetarakan dengan harga nisab dari makanan
pokok yang paling umum di daerah (negeri) yang bersangkutan. Kadar zakat
hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata/air, adalah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 7


SE,Ak.M.Si.
sebesar 10%. Sedangkan apabila diairi dengan cara disiram / irigasi (ada
biaya tambahan) maka zakatnya yaitu sebesar 5%. Imam Az Zarqoni
berpendapat bahwa apabila pengolahan lahan pertanian diairi dengan air
hujan (sungai) dan disirami (irigasi) dengan perbandingan 50;50, maka kadar
zakatnya 7,5% (3/4 dari 1/10). Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak
sekedar air, akan tetapi ada biaya lain seperti pupuk, insektisida, dll. Maka
untuk mempermudah perhitungan zakatnya, biaya pupuk, insektisida dan
sebagainya diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih dari
nisab) dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairannya).
Waktu pengeluaran zakat adalah setiap panen.

d. Zakat barang tambang


Hasil tambang tidak mensyaratkan haul, zakatnya wajib dibayar ketika
barang itu telah digali. Hal ini mengingat bahwa haul disyaratkan untuk
menjamin perkembangan harta, sedang dalam hal ini perkembangan
tersebut telah terjadi sekaligus, seperti dalam zakat tanaman. Semua hasil
tambang yang digali secara terus-menerus harus digabung untuk memenuhi
nisab. Jika penggalian itu terputus karena suatu hal yang 6timbul dengan
tiba-tiba, seperti reparasi peralatan atau berhentinya tenaga kerja, maka
semua itu tidak mempengaruhi keharusan menggabungkan hasil galian. Bila
galian itu terputus karena beralih profesi, karena pertambangan sudah tidak
mengandung barang tambang yang cukup atau sebab lain, maka hal ini
mempengaruhi penggabungan yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini
harus diperhatikan nisab ketika dimulai kembali penggalian baru. Termasuk
dalam barang tambang semua hasil yang digali dari daratan atau pun dari
dasar laut (Hasil laut seperti mutiara, ambar dan marjan harus dizakati
seperti zakat komoditas dagang).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 8


SE,Ak.M.Si.
Zakat Tambang

e. Zakat perdagangan
Ketentuan zakat perniagaan adalah sebagai berikut:
1. Berjalan 1 tahun (haul)
2. Nisab zakat perdagangan sama dengan nisab emas yaitu senilai 85 gr
emas.
3. Kadarnya zakat sebesar 2,5%.
4. Dapat dibayar dengan uang atau barang.
5. Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan.
6. Pada badan usaha yang berbentuk serikat (kerjasama), jika semua
anggota serikat tersebut beragama Islam, maka zakatnya dikeluarkan
terlebih dahulu. Tetapi jika anggota serikat terdapat orang non muslim,
maka zakat hanya dikeluarkan dari anggota serikat muslim saja (apabila
jumlahnya lebih dari nisab).
Perhitungan besaran zakat perniagaan dalam rumus sederhana adalah
sebagai berikut:

Besar Zakat = [(Modal diputar + keuntungan + piutang yang dapat dicairkan) -


(hutang + kerugian)] x 2,5%

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 9


SE,Ak.M.Si.
Harta perniagaan, baik yang bergerak di bidang perdagangan, industri,
agroindustri, ataupun jasa, dikelola secara individu maupun badan usaha
(seperti PT, CV, Yayasan, Koperasi, dll) nisabnya adalah 20 dinar (setara
dengan 85 gram emas murni). Artinya, jika suatu badan usaha pada akhir
tahun (tutup buku) memiliki kekayaan (modal kerja dan untung) lebih besar
atau setara dengan 85 gram emas7, maka wajib mengeluarkan zakat
sebesar 2,5%.
Untuk usaha yang bergerak dibidang jasa seperti perhotelan, penyewaan
apartemen, taksi, penyewaan mobil, bus/truk, kapal laut, pesawat udara, dll,
terdapat dua cara perhitungan zakat, yaitu:
 Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), seluruh harta kekayaan
perusahaan dihitung, termasuk barang (harta) penghasil jasa, seperti
taksi, kapal, hotel, dll, kemudian keluarkan zakatnya 2,5 %.
 Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), hanya dihitung dari hasil
bersih yang diperoleh usaha tersebut selama satu tahun, kemudian
zakatnya dikeluarkan 10%. Hal ini diqiyaskan dengan perhitungan zakat
hasil pertanian, dimana perhitungan zakatnya hanya didasarkan pada
hasil pertaniannya, tidak dihitung harga tanahnya.
f. Zakat Profesi
Dalil nagli tentang zakat profesi adalah surat Al Baqarah ayat 267:
"Hai orang-orang yang berima! Nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik, bagitu juga hasil bumimu yang telah Kami keluarkan untukmu.
Janagn sengaja kamu berikan, yang tidak baik, sedang kamu sendiri tidak
mau menerimanya yang seperti itu kecuali dengan memicingkan mata.
Ketahuilah! Bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Dalam hal pengeluaran zakat profesi terdapat perbedaan pendapat antara
ulama diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pendapat As-Syafi'i dan Ahmad mensyaratkan haul (sudah cukup
setahun) terhitung dari kekayaan itu didapat..
2. Pendapat Abu Hanifah, Malik dan ulama modern, seperti Muh Abu
Zahrah dan Abdul Wahab Khalaf mensyaratkah haul tetapi terhitung

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 10


SE,Ak.M.Si.
dari awal dan akhir harta itu diperoleh, kemudian pada masa setahun
tersebut harta dijumlahkan dan kalau sudah sampai nisabnya maka
wajib mengeluarkan zakat..
3. Pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz dan ulama
modern seperti Yusuf Qardhawi tidak mensyaratkan haul, tetapi zakat
dikeluarkan langsung ketika mendapatkan harta tersebut. Mereka
mengqiyaskan dengan zakat pertanian yang dibayar pada setiap waktu
panen. (haul: lama pengendapan harta).
Nisab zakat pendapatan/profesi merujuk pada nisab zakat tanaman dan
buah-buahan sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah setara dengan 520 kg
beras. Hal ini berarti bila harga beras adalah Rp 4.000/kg maka nisab zakat
profesi adalah 520 dikalikan 4.000 yaitu sebesar Rp 2.080.000. Penghasilan
profesi dari segi wujudnya berupa uang. Dari sisi ini, ia berbeda dengan
tanaman, dan lebih dekat dengan emas dan perak. Oleh karena itu, kadar
zakat profesi yang diqiyaskan dengan zakat emas dan perak, yaitu 2,5% dari
seluruh penghasilan kotor.
Perhitungan Zakat Profesi
Menurut Yusuf Qardhawi perhitungan zakat profesi dibedakan menurut dua
cara, yaitu:
1. Secara langsung, zakat dihitung dari 2,5% dari penghasilan kotor secara
langsung, baik dibayarkan bulanan atau tahunan. Metode ini lebih tepat
dan adil bagi mereka yang diluaskan rezekinya oleh Allah. Contoh:
Seseorang dengan penghasilan Rp 3.000.000 tiap bulan, maka wajib
membayar zakat sebesar: 2,5% x 3.000.000 = Rp 75.000 per bulan atau
Rp 900.000 per tahun.
2. Setelah dipotong dengan kebutuhan pokok, zakat dihitung 2,5% dari gaji
setelah dipotong dengan kebutuhan pokok. Metode ini lebih adil
diterapkan bagi mereka yang penghasilannya pas-pasan. Contoh:
Seseorang dengan penghasilan Rp 1.500.000,- dengan pengeluaran
untuk kebutuhan pokok Rp 1.000.000 tiap bulan, maka wajib membayar

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 11


SE,Ak.M.Si.
zakat sebesar : 2,5% x (1.500.000 - 1.000.000) = Rp 12.500 per bulan
atau Rp 150.000,- per tahun.

B. Perlakuan Akuntansi (ED PSAK 109)


Perlakuan akuntansi dalam pembahsan mengacu pada ED (eksposure
draft) PSAK 109, sehingga ruang lingkup PSAK ini hanya untuk amil zakat yang
menerima dan menyalurkan zakat/infak/shadaqah.
Akuntansi Untuk Zakat
1. Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima dan diakui
sebagai penambah dana zakat. Jika diterima dalam bentuk kas, diakui
sebesar jumlah diterima tetapi jika dalam bentuk nonkas sebesar nilai wajar
aset. Jurnal :
Dr. Kas Dana Zakat xxx
Dr. Aset Notaris (nilai wajar)-Dana Zakat xxx
Cr. Dana Zakat xxx

2. Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana
zakat untuk bagian Nonamil.Jurnal :
Dr. Dana Zakat xxx
Cr. Dana Zakat-Amil xxx
Cr. Dana Zakat-nonamil xxx

3. Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat


melalui amil maka aset zakat diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat-
Nonamil. Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui
sebagai penambah dana amil. Jurnal saat mencatat penerimaan fee. Jurnal :
Dr. Kas Dana Zakat xxx
Cr. Dana Zakat-nonamil xxx

4. Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 12


SE,Ak.M.Si.
(a) Pengurangan dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian
amil, Amil
Dr. Dana Zakat-nonamil xxx
Cr. Aset Nonkas xxx

(b) Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalain amil.
Jurnal
Dr. Dana Zakat-amil Kerugian xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
5. zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana
zakat
(a) Jumlah yang diserahkan, jika pemberian dilakukan dalam bentuk kas :
Dr. Dana Zakat-nonamil xxx
Cr. Aset Nonkas xxx

(b) Jumlah tercatat, jika pemberian dilakukan dalam bentuk aset nonkas
Jurnal
Dr. Dana Zakat-nonamil xxx
Cr. Aset Nonkas-Dana zakat xxx

6. Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat,


tetapitidak terbatas pada :
(a) kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas
penyaluran, dan penerimaan.
(b) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana no-amil atas
penerimaan zakat, seperti persentase pembagian, alasan dan
konsistensi kebijakan.
(c) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan
zakat berupa aset nonkas.
(d) Rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban
pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung mustahik; dan
(e) Hubunan istimewa antara amil dan mustahik yang meliputi :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 13


SE,Ak.M.Si.
(f) Keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai
kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan dan
jumlahnya; dan
(g) Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana
infak/shadaaqah

Akuntansi untuk infak/sedekah

1. Penerimaan infak/shadaqah diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima
dan diakui sebagai penambah dana infak/shadaqah. Jika diterima dalam
bentuk kas, diakui sebesar jumlah diterima tetapi jika dalam bentuk nonkas
sebesar nilai wajar aset. Jurnal :
Dr. Kas Dana infak/shadaqah xxx
Dr. Aset Notaris (nilai wajar)-Lancar Dana infak xxx
Dr. Aset Notaris (nilai wajar)-Tidak Lancar Dana infak xxx
Cr. Dana infak/shadaqah xxx

2. Infak yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana
infak untuk bagian Nonamil.Jurnal :
Dr. Dana infak/shadaqah xxx
Cr. Dana infak/shadaqah -Amil xxx
Cr. Dana infak/shadaqah -nonamil xxx

3. Aset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamanahkan untuk dikelola
dinilai sebesar nilai wajar saat penerimaannya dan diakui sebagai aset idak
lancar infak/shadaqah. Penyusutan dari aset tersebut diperlukan sebagai
pengurang dana infak/shadaqah terikat apabila penggunaan atau
pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi :
Dr. Dana infak/shadaqah - Nonamil xxx
Cr. Akumulasi penyusutan aset nonlancar xxx

4. Penilaian Aset nonkas-lancar sebesar harga perolehan dan aset nonkas-


tidak lancar sebesar nilai wajar.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 14


SE,Ak.M.Si.
5. Penurunan nilai aset infak/shadaqah diakui sebagai :
(a) pengurangan dana infak/shadaqah, jika terjadi tidak disebabkan oleh
kelalaian amil :
Dr. Dana infak/shadaqah - Nonamil xxx
Cr. Aset Nonkas-Dana infak/shadaqah xxx

(b) kerugian dan pengurangan dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian
amil :
Dr. Dana Amil infak/shadaqah - Nonamil xxx
Cr. Aset Nonkas- infak/shadaqah xxx

6. Dana infak/shadaqah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu


sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan
diakui sebagai penambah dana infak/shadaqah.
Dr. Kas / piutang- infak/shadaqah xxx
Cr. Dana infak/shadaqah xxx

7. Penyaluran dana infak/shadaqah diakui sebagai pengurangan dana


infak/shadaqah sebesar
(a) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas
Dr. Dana infak/shadaqah - Nonamil xxx
Cr. Dana infak/shadaqah xxx

(b) Nilai tercatat aset yang diserahkan,jika dalam bentuk aset nonkas
Dr. Dana infak/shadaqah - Nonamil xxx
Cr. Aset nonkas infak/shadaqah xxx

8. Penyaluran infak/shadaqah kepada amil lain merupakan penyaluran yang


mengurang dana infak/shadaqah sepanjang amil tidak akan menerima
kembali aset infak/shadaqah yang disalurkan tersebut :
Dr. Dana infak/shadaqah xxx
Cr. Kas-Dana infak/shadaqah xxx

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 15


SE,Ak.M.Si.
9. Penyaluran infak/shadaqah kepada penerima akhir dalam skema dana
bergulir dicatat sebagai piutang infak/shadaqah bergulir dan tidak
mengurangi dana infak/shadaqah
Dr. Piutang – Dana infak/shadaqah xxx
Cr. Kas-Dana infak/shadaqah xxx

10. Penerimaan nonhalal diakui sebagai dan nonhalal, yang terpisah dari dana
zakat, dana infak/shadaqah dan dana amil. Aset nonhalal disalurkan sesuai
dengan syariah
11. Amil menyajikan dana zakat, dana infak/shadaqah, dana amil, dan dana
nonhalal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan)

Laporan Keuangan lembaga amil


Terdiri atas :
a. Neraca (laporan posisi keuangan)
b. Laporan Perubahan Dana
c. Laporan Perubahan Aset Kelolaan
d. Laporan Arus Kas dan
e. Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah


Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan
shadaqah meliputi sumber dana, penggunaan dana selama suatu jangka waktu,
serta saldo dana zakat infak, dan shadaqah pada tanggal tertentu.
Sumber dana zakat infak, dan shadaqah berasal dari bank dan pihak lain
yang diterima untuk disalurkan kepada yang berhak. Penggunaan dana zakat
infak, dan shadaqah berupa penyaluran kepada yang berhak sesuai dengan
prinsip syariah. Saldo dana zakat infak, dan shadaqah adalah dana zakat, infak,
dan shadaqah yang belum dibagikan pada tanggal tertentu.
PSAK No.59 (2002) mengatur tentang laporan sumber dan penggunaan zakat
infak, dan shadaqah sebagai berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 16


SE,Ak.M.Si.
(a) Sumbe dana zakat infak, dan shadaqah yang berasal dari penerimaan,
meliputi :
(1). Zakat dari bank syariah
(2). Zakat dari pihak luar bank syariah
(3). Infak, dan
(4). Shadaqah
(b) Penggunaan dana zakat infak, dan shadaqah untuk
(1). Fakir
(2). Miskin,
(3). Hamba sahaya
(4). Orang yang terlilit utang (qharim)
(5). Orang yang baru masuk Islam
(6). Orang yang berjihad (fisabilillah)
(7). Orang yang dalam perjalanan (ibnusabil), dan
(8). Amil;
(c) Saldo awal dana zakat infak, dan shadaqah
(d) Saldo akhir dana zakat infak, dan shadaqah

Apabila laporan sumber dan penggunaan dana zakat infak, dan shadaqah
disusun secara skontro (Taccount) maka laporan akan seperti berikut ini (dengan
contoh dalam Rp. 000 an)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 17


SE,Ak.M.Si.
Bank Syariah
Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat, Infak Dan Shadaqah
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 20..

Sumber Dana Penggunaan Dana

1. Saldo awal Rp.10.000,00 1. Penggunaan untuk


2. Penambahan (a). Fakir Rp. 5.000,00
(a). Zakat dari bank Rp.25.000,00 (b). Miskin Rp. 10.000,00
(b). Zakat dari bukan (c). Hamba sahaya Rp. 10.000,00
bank Rp. 5.000,00 (d). Orang yang teelilit
utang (qharim) Rp. 5.000,00
(c). Infak Rp.10.000,00
(e). Orang yang baru
(d). Shadaqah Rp.10.000,00
masuk Islam Rp. 5.000,00
Jumlah sumber dana Rp.50.000,00
(f). Orang yang
berjihad (fisabilillah) Rp. 2.000,00
(g). Orang yang dalam
perjalanan Rp. 3.000,00
(h). Amil Rp. 10.000,00
Jumlah penggunaan Rp. 50.000,00

2. Saldo Akhir Rp. 10.000,00

Total Penggunaan dan


Total dana tersedia Rp.60.000,00
Saldo dana Rp. 60.000,00

C. Akuntasi Qardh

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 18


SE,Ak.M.Si.
Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali atau dengan kata laion meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan. Dalam perbankan aplikasi Qardh biasanya diterapkan sebagai hal
berikut :
(a). Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas
dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa
yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya.
(b). Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia
tidak bisa menarik dananya karena, misalnya tersimpan dalam bentuk
deposito.
(c). Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau
membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal
suatu produk khusus yaitu al-qardh al-hasan

Manfaat al-Qardh

Manfaat akad al-qardh banyak sekali, diantaranya :


(a). Memungkinkan nasabh yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapat talangan jangka pendek.
(b). al-Qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank
syariah dan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi sosial, di
samping misi komersial.
(c). Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan
meningkatkan loyalitas masyarakat terhdap bank syariah.

Pengakuan dan Pengukuran Pinjaman Qardh


PSAK No.59 (2002) mengatur pengakuan dan pengukuran pinjaman
qardh sebagai berikut :
(a). Pinjaman qardh diakui sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada saat
terjadinya. Kelebihan penerimaan dari pinjaman atas qardh yang dilunasi
diakui sebagai pendapatan pada saat terjadinya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 19


SE,Ak.M.Si.
(b). Dalam hal bank bertindak sebagai peminjam qardh, kelebihan pelunasan
kepada pemberi pinjaman qardh diakui sebagai beban.

Dalam hal bank yang memberikan pinjaman maka bank akan membuat
pencatatan sebagai berikut :
Pada saat memberikan pinjaman qardh

Tanggal Piutang qardh Rp. xx --


Kas -- Rp. xx

Pada saat menerima pelunasan di tambah kelebihan pembayaran

Tanggal Kas Rp. xx --


Piutang qardh -- Rp. xx
--
Pendapatan qardh Rp. xx

Dalam hal bank sebagai peminjam/qardh maka bank akan membuat jurnal
untuk mencatatnya sebagai berikut
Pada saat memberikan pinjaman qardh

Tanggal Kas Rp. xx --


Utang qardh -- Rp. xx

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 20


SE,Ak.M.Si.
Pada saat menerima pelunasan di tambah kelebihan pembayaran

Tanggal Utang qardh Rp. xx --


Belian qardh Rp. xx --
--
Kas Rp. xx

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul hasan

Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan


meliputi sumber penggunaan dan qardhul hasan selama jangka waktu tertentu
dan saldo dana qradhul hasan pada tanggal tertentu. Sumber dana qardhul
hasan berasal dari bank atau luar bank. Sumber dana dari luar berasal dari infak
dan shadaqah dari pemilik, nasabah, atau pihak lainnya. Penggunaan dana
qardhul hasan meliputi pemberian pinjaman baru selama jangka waktu tertentu
dan pengembalian dana qardhul hasan temporer yang disediakan pihak lain.
Saldo dana qardhul hasan adalah dana qardhul hasan yang belum disalurkan
pada tanggal tertentu.
Tentang laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan, PSAK
No.59 (2002) mengatunys seperti berikut ini.
Bank syariah menyajikan laporan sumber dan penggunaan dan qardhul hasan
sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan sebagai
berikut :
(a). Sumber dana-dana qardhul hasan yang berasal dari penerimaan;
(1). Infak,
(2). Shadaqah,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 21


SE,Ak.M.Si.
(3). Denda, dan
(4). Pendapatan non halal
(b). Penggunaan dana qardhul hasan untuk
(1). Pinjaman, dan
(2). Sumbangan
(c). Kenaikan atau penurunan sumber dana qardhul hasan
(d). Saldo awal dana qardhul hasan
(e). Saldo akhir dana qardhul hasan

Apabila laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan disusun secara
skontro (Taccount) maka laporan akan seperti berikut ini (dengan contoh dalam
Rp. 000 an)
Bank Syariah
Laporan Sumber Dan Penggunaan Qardh al-Hasan
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 20xx
Sumber Dana Penggunaan Dana

1. Saldo awal Rp.10.000,00 1. Penggunaan untuk


2. Penambahan (a). Pinjaman Rp. 30.000,00
(a). Infak Rp.10.000,00 (b). Sumbangan Rp. 15.000,00
(b). Shadaqah Rp.10.000,00
Jumlah penggunaan Rp. 45.000,00
(c). Denda Rp.10.000,00
(d). Pendapatan non
2. Saldo Akhir Rp. 5.000,00
halal Rp.10.000,00

Jumlah sumber dana Rp.40.000,00

Total Penggunaan dan


Total dana tersedia Rp.50.000,00 Saldo dana Rp. 50.000,00

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 22


SE,Ak.M.Si.
Referensi :
 Wiyono, Slamet, 2005, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah
Berdasar PSAK dan PAPSI , Grasindo, Jakarta.

 Harahap, Sofyan Syafri, dkk, 2006, Akuntansi Perbankan Syariah, LPFE –


Usakti, Jakarta

 Antonio, Muhammad Syafi’i, 2002, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema
Insani Press, Jakarta

 Yusuf, Muhammad & Junaedi, 2006, Pengantar Ilmu Ekonomi dan Perbankan
Syariah, Ganeca Press, Jakarta

 Nurhayati, Sri & Wasilah, 2008, Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba


Empat, Jakarta

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Safira, AKUNTANSI SYARIAH 23


SE,Ak.M.Si.

Anda mungkin juga menyukai