NIM : G111 16 503 KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN (F) KELOMPOK : 16 (ENAM BELAS) ASISTEN : FEBRY ZULQOIDAH
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting bagi tumbuhan karena berperan sebagai mekanisme adaptasi terhadap kondisi lingkungannya,. Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, kutikula dan lentisel (Izza & Laily, 2015). Organ tumbuhan yang berperan dalam melaksanakan proses transpirasi adalah daun. 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata. Transpirasi berperan di dalam pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel, penyerapan dan pengangkutan air dan zat hara, pengangkutan asimilat, membuang kelebihan air pada tumbuhan serta melakukan pengaturan bukaan stomata serta mempertahankan suhu daun (Listia et al., 2019). Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain seperti ukuran daun, tebal tipisnya daun, tebal lapisan lilin pada daun, jumlah rambut daun, jumlah, bentuk dan lokasi stomata, termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme. Faktor- faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Haryanti, 2010). Kecepatan angin memegang peranan penting dalam proses transpirasi. Pergantian udara jenuh dengan uap air dan udara yang lebih kering sangat bergantung pada kecepatan angin. Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan atas antara permukaan tanah dan udara menjadi jenuh oleh penguapan air sehingga proses penguapan akan terhenti. Agar proses dapat berjalan terus, maka lapisan jenuh harus diganti dengan udara kering. Pergantian tersebut hanya mungkin jika ada angin yang menggeser uap air. Jadi Laju transpirasi sebanding dengan kecepatan angin (Usman, 2004). 1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menemukan fakta tentang terjadinya proses transpirasi tanaman dan pengaruh lingkungan terhadap laju respirasi. Praktikum ini diharapkan dapat menambah pemahaman mahasiswa terhadap proses transpirasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transpirasi Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang menjadi uap air ke atmosfir (Sugiarto, 2018). Secara singkat terjadinya transpirasi di awali dengan proses hilangnya air dari jaringan tanaman menjadi uap air yang dimulai dari proses penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman, yang kemudian diangkut menuju batang dan daun sampai dilepaskan sebagai uap air ke atmosfir (Listia et al., 2019). Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh faktor luar dan dalam. Secara eksternal , transpirasi dipengaruhi oleh kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara (Haryanti, 2010). Secara internal, transpirasi dipengaruhi oleh konduktivitas stomata, daya hisap daun, tekanan akar, laju fotosintesis dan respirasi, serta jenis dan umur tanaman. Perbedaan jenis tanaman berpengaruh terhadap laju transpirasinya (Khoiroh et al., 2014). Tiap vegetasi mempunyai struktur akar dan tajuk yang berbeda-beda. Struktur tajuk, fisiologi tanaman, indeks luas daun dan conductance stomata berpengaruh terhadap suatu proses laju transpirasi pada tanaman (Prijono & Laksamana, 2016). 2.2 Jenis-jenis Transpirasi Menurut (Sugiarto, 2018) transpirasi pada tumbuhan terbagi menjadi 3 yaitu: 1. Transpirasi kutikula Merupakan penguapan air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis tumbuhan, transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata. 2. Transpirasi stomata Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding- dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfir. 13 Sehingga dalam kondisi normal transpirasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer itu sendiri sama-sama lembab. 3. Transpirasi lentikuler/lentisel Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0,1 persen dari total tanspirasi yang terjadi. Berdasarkan banyaknya air yang diuapkan, transpirasi melalui lentisel ini paling sedikit menguapkan air dibanding dengan transpirasi yang terjadi melalui stomata dan kutikula 2.3 Mekanisme Transpirasi Transpirasi merupakan satu mekanisme untuk membuah kelebihan air atau air sisa metabolisme. Transpirasi terjadi melalui kutikula, stomata dan melalui lentisel. Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, molekul-molekul molekul-molekul air dari tubuh tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini disebabkan karena luasnya permukaan daun dan juga karena daun- daun itu lebih kena udara dari pada bagian-bagian lain dari suatu tanaman (Izza & Laily, 2015). Tumbuhan bertoleransi dengan lingkungan kering melalui penyesuaian osmotik cairan sel. Penyesuaian osmotik juga dapat merupakan mekanisme tumbuhan menghindarkan diri dari kekuranga air pada jaringan. Pada saat potensial air dalam tanah menurun, tumbuhan menambah respon metabolik, atau penyesuaian osmotik, dengan menambah larutan sitoplasma yang memproduksi senyawa yang dapat menurunkan potensial air dalam sel sehingga air di lingkungan dapat diserap. Senyawa ini bersifat netral, tidak beracun bagi sel dan tidak menghambat aktifitas enzimatik sel pada konsentrasi tinggi. Senyawa tersebut juga bersifat hidrofilik yang diperkirakan dapat menggantikan air pada protein permukaan sel, protein kompleks atau membran (Sukma, 2015). Selain itu, radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan 75- 85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi. Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan air, yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar. Kelembaban relative, makin besar kandungan air di udara, makin tinggi Y udara, yang berarti tuntutan atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembapan relatif. Angin, transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. (Khoiroh et al., 2014). Apabila aliran udara (angin) menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat (Shalsabilla et al., 2019). 2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tanaman berada selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada dalam batas toleransi tanaman tersebut, tetapi seringkali tanaman mengalami perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan bahkan kematian tanaman (Felania, 2017). Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara, dan keadaan air dalam tanah. Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah stomata/ mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma/bulu daun dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya. Sel epidermis yang menjadi sel tetangga tidak mempunyai klorofil, sedangkan sel penutup stomata mengandung klorofil, fosfat organik, enzim posporilase dan waktu pagi masih kedapatan adanya sedikit amilum di dalamnya (Haryanti, 2010). Sinar matahari menyebabkan membukanya stomata, kenaikan suhu menambah tekanan uap di dalam daun. Laju transpirasi dipengaruhi oleh kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembapan dan ketersediaan air tanah. Sebagian besar faktor ini mempengaruhi perilaku stomata yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang mempunyai korelasi dengan kadar ion kalium (K+ ) di dalamnya. Selama stomata terbuka air akan hilang ke atmosfer. Transpirasi yang berlebihan akan sangat merugikan dan dapat mengakibatkan tumbuhan menjadi layu dan bahkan mati (Sugiarto, 2018). 2.5 Dampak Kelebihan & Kekurangan Transpirasi Bagi Tanaman Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fisiologi tanaman. Air merupakan bagian dari protoplasma dan menyusun 85-90% dari berat keseluruhan jaringan tanaman. Air juga merupakan reagen yang penting dalam fotosintesis dan dalam reaksi reaksi hidrolisis (Felania, 2017). Bila 60% air di lapisan perakaran sudah terpakai, tanaman akan menunjukkan gejala kekeringan. Ketersediaan air yang tidak mencukupi selama pertumbuhan tanaman menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman dan lebih lanjut berakibat pada rendahnya produksi. Ketersediaan air tanah selama pertumbuhan sangat menentukan daya hasil tanaman (Sacita, 2019). Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media tanam. Cekaman kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun akibat laju evapotranspirasi yang melebihi laju absorpsi air walaupun keadaan air tanah tersedia dengan cukup. Kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Pada saat kekurangan air, sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis, kekurangan air juga menghambat sintesis protein dan dinding sel. Tanaman yang mengalami kekurangan air secara umum mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Kekurangan air menyebabkan penurunan hasil yang sangat signifikan dan bahkan menjadi penyebab kematian pada tanaman (Ai & Banyo, 2011). 2.6 Hubungan Stomata Terhadap Transpirasi Stomata merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh 2 sel epidermis khusus yakni sel penutup. Stomata terdapat pada semua bagian tumbuhan di atas tanah, tetapi paling banyak ditemukan pada daun. Stomata erat kaitannya dengan aktivitas transpirasi. Transpirasi merupakan proses hilangnya air dari dalam jaringan tumbuhan melalui kutikula, stomata maupun lentisel. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata, walaupun dapat pula melalui kutikuler. Stomata yang lebih membuka akan meningkatkan konduktivitasnya, sehingga transpirasinya lebih cepat (Izza & Laily, 2015). Kerapatan stomata diketahui berpengaruh terhadap jumlah CO2 yang difiksasi tanaman, dimana nantinya CO2 tersebut akan digunakan sebagai salah satu bahan mentah fotosintesis. Kerapatan stomata berhubungan erat dengan proses metabolisme ataupun fisiologis tumbuhan. Pembukaan stomata dipengaruhi oleh beberapa factor meliputi CO2, cahaya, kelembapan, suhu, angin, potensial air dan laju fotosintesis (Khoiroh et al., 2014). Distribusi stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya. Hal ini karena jalan yang ditempuh molekul-molekul air yang lewat lubang itu tidak lurus melainkan membelok akibat pengaruh sudut- sudut sel-sel penutup. Bentuk stomata yang oval lebih memudahkan mengeluarkan air daripada bentuk bundar. Selain faktor luar yang mempengaruhi laju transpirasi, faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah stomata/mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma atau bulu daun, dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya juga mempengaruhi laju transpirasi pada suatu tumbuhan (Izza & Laily, 2015). BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktikum ini dilaksanakan di BTN Baruga, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan, pada Hari Sabtu 2 Oktober 2021, pukul 09.00 WITA – Selesai. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini ; kipas, portable, botol kaca berjumlah empat buah, timbangan, penggaris dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ; aquades, kapas, selotip hitam, dua tanaman berdaun sempit (kangkung) dan dua tanaman berdaun lebar (bayam). 3.3 Prosedur Praktikum Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum sebagai berikut; 1. Menyiapkan dua jenis tanaman (berdaun sempit dan berdaun lebar) masing- masing berjumlah dua tanaman 2. Membersihkan akar tanaman dari tanah 3. Menyiapkan botol kaca/kultur, masing-masing botol diisi dengan aquades hingga terisi ½ dari botol 4. Memasukkan masing-masing tanaman ke dalam botol kaca/kultur yang telah diisi aquades 5. Menutup permukaan botol dengan kapas dan lapisi permukaan kapas dengan selotip hitam 6. Menimbang tanaman pada kondisi diatas (berat awal) atau menandai botol dengan penggaris (sebagai nilai awal) 7. Meletakkan satu tanaman (berdaun lebar dan sempit) dalam ruangan dan satu botol lainnya di luar ruangan dan menyalakan kipas sebagai simulasi keaadaan berangin 8. Menimbang botol beserta tanaman tersebut setiap 20 menit. 9. Mencatat pengurangan air tiap 20 menit selama 60 menit pengamatan ( sebagai berat akhit untuk masing-masing waktu pengamatan dan masing- masing lingkungan tumbuh). Selisih berat pot + tamanam merupakan banyaknya air yang hilang melalui transpirasi BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan hasil praktikum pengaruh laju angin terhadap laju transpirasi, maka diperoleh hasil sebagai berikut; WAKTU Banyaknya Jumlah Air PENGAMATAN yang Hilang JENIS TANAMAN + Nilai 20 40 60 PERLAKUAN Awal meni Meni Meni NO t t t Daun lebar (dalam 1 ruangan) 10 cm 10 9,8 9,7 0,3 Daun sempit (dalam 2 ruangan) 10 cm 10 10 10 0 Daun lebar (luar 3 ruangan) 10 cm 10 10 9,9 0,1 Daun sempit (luar 4 ruangan) 10 cm 9,7 9,6 9,5 0,5 Tabel 1. Hasil Pengamatan Laju Transpirasi Dua Jenis Tanaman
10.1
10
9.9 Jumlah air yang hilang
9.8
9.7
9.6
9.5
9.4
9.3
9.2
Daun lebar (dalam ruangan) Daun sempit (dalam ruangan)
Daun lebar (luar ruangan) Daun sempit (luar ruangan)
Gambar 1. Diagram Pengurangan Air Akibat Transpirasi
4.2 Pembahasan Hasil penelitian menujukkan, tanaman berdaun sempit dan berada di luar ruangan memiliki pengaruh pengurangan air akibat transpirasi paling banyak, hal ini dapat disebabkan akibat beberapa faktor baik secara internal atau eksternal dari tanaman, pengaruh lingkungann, pengaruh perbedaan daun tanaman dan perbedaan jumlah serta kerapatan stomata, sehubungan dengan pendapat Haryanti (2010) transpirasi terpengaruh oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara, dan keadaan air dalam tanah. Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah stomata/ mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma atau bulu halus pada daun dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya. Jumlah kerapatan stomata pada permukaan daun juga mempunyai pengaruh besar terhadap laju transpirasi tanaman, Kerapatan stomata berhubungan erat dengan proses metabolisme ataupun fisiologis tumbuhan, sehubungan dengan pendapat Izza & Laily (2015) yang menyatakan, distribusi stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya. Hal ini karena jalan yang ditempuh molekul-molekul air yang lewat lubang itu tidak lurus melainkan membelok akibat pengaruh sudut- sudut sel-sel. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Transpirasi merupakan satu mekanisme untuk membuang kelebihan air atau air sisa metabolisme. Tumbuhan bertoleransi dengan lingkungan dimana kegiatan transpirasi terpengaruh oleh faktor luar dan dalam tanaman. Faktor luar misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara, dan keadaan air dalam tanah. Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah stomata/ mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma/bulu daun dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya. 5.2 Saran Peserta praktikum diharap mempelajari penuntun praktikum sebelum dilakukan pengamatan, selain itu diharapkan agar alat dan bahannya ditentukan oleh asisten. DAFTAR PUSTAKA Ai, N. S., & Banyo, Y. (2011). Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pad tanaman. Universitas SamRatulangi Manado. http://seminar.uny.ac.id/sembiouny2017/prosiding/pengaruh-ketersediaan- air-terhadap-pertumbuhan-kacang-hijau-phaceolus-radiatus Felania, C. (2017). Pengaruh ketersedian air terhadap pertumbuhan kacang hijau (Phaceolus radiatus). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Biologi, 131–138. http://seminar.uny.ac.id/sembiouny2017/prosiding/pengaruh-ketersediaan- air-terhadap-pertumbuhan-kacang-hijau-phaceolus-radiatus Haryanti, S. (2010). Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies Tanaman Dikotil dan Monokotil. Anatomi Fisiologi, XVIII(2), 21–28. https://doi.org/10.14710/baf.v18i2.2600 Izza, F., & Laily, A. N. (2015). Karakteristik Stomata Tempuyung (Sonchus arvensis L .) dan Hubungannya dengan Transpirasi Tanaman di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Seminar Nasional Konservasi Dan Pemanfaatan Sumberdaya ALam, 1, 177–180. Khoiroh, Y., Harijati, N., & Mastuti, R. (2014). Pertumbuhan serta Hubungan Kerapatan Stomata dan Berat Umbi pada Amorphophallus muelleri Blume Dan Amorphophallus variabilis Blume. Biotropika, 2(5), 249–253. Listia, E., Pradiko, I., Syarovy, M., Hidayat, F., Ginting, E. N., & Farrasati, R. (2019). Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Performa Fisiologis Tanaman Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq .) Effects of Altitude on Oil Palm ( Elaeis Guineensis Jacq .) Physiological Performance. Jurnal Tanah Dan Iklim, 43(1), 33–42. Prijono, S., & Laksamana, M. T. S. (2016). Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. J-Pal, 7, 15–24. Shalsabilla, S. E., Agustin, N., Safitri, N. A., Nuri, R., Syahidah, Junaidi, A., Ardian, K., Siti, R., Dhella, A. D. ., & Umriyati. (2019). Transpirasi. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. Sugiarto, A. (2018). Pemanasan Global di Sumatera Selatan dan Peningkatan Suhu Udara yang Terjadi: Pemodelan Pengaruhnya Terhadap Transpirasi Lansium domesticum Corr. https://doi.org/10.31227/osf.io/st4eh Sukma, K. P. W. (2015). Mekanisme tumbuhan menghadapi kekeringan. Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan Dan Sains, 3(6), 186–194. Usman (2004). Analisis Beberapa Kepekaan Metode Pendugaan Evapotranspirasi Potensial Terhadap Perubahan Iklim, Jurnal Natur Indonesia. 6 (2), 91-98.