Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA ESTETIKA DAN PENDIDIKAN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi salah satu Tugas

FILSAFAT PENDIDIKAN

Dosen Pengampuh:

Bapak Dr. H Syamsul Huda M. AG.

Disusun Oleh:

• Firkhan Ali Riko Saefi (932129317)

Kelas F

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kami
dapat memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa untuk membuat sebuah makalah dengan judul
“Hubungan Antara Etika Dan Pendidikan ”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H Syamsul Huda M. Ag. sebagai dosen
Filsafat Pendidikan, ucapan terima kasih juga Kami sampaikan kepada pihak-pihak terkait
yang ikut serta dalam pembuatan makalah ini, khususnya rekan-rekan program studi Filsafat
Pendidikan.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, tentunya tidak luput dari
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari rekan-rekan pembaca sangat
dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat membantu rekan-rekan pembaca untuk mengetahui dan
lebih memahami lagi mengenai Filsafat Pendidikan.

Kediri, 12 Oktober 2021

Firkhan Ali Riko Saefi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan masalah ............................................................................................................ 1

C. Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Estetika...........................................................................................................2

B. Konsep Estetika......................................................................................................................3

C. Prinsip Estetika............................................................................................................. ....3

D. Estetika Dan Pendidikan........................................................................................................4

E. Estetika Dalam Pendidikan....................................................................................................4

F. Filsafat Pendidikan Islam Dan Estetika Pendidikan...............................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 6

B. Saran .............................................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 7

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu
atau hikmah. Aristoteles (384-332 SM) salah seorang filosof Yunani kuno mengatakan bahwa filsafat
memperhatikan seluruh pengetahuan, dan kadang-kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud
(ontologi).[1]
Pengertian pendidikan, di dalam kamus bahasa Indonesia , kata pendidikan terdiri dari kata didik yang
mendapat awalan pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia adalah perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik. Pengertian ini memberi kesan bahwa
kata pendidikan lebih mengacu kepada cara melakukan sesuatu perbuatan , dalam hal ini mendidik.[2]
Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibani adalah Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah
dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi pelaksanaan falsafah umum dan menitik
beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari
falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. Selanjutnya ia
berpandangan bahwa filsafat pendidikan seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan
hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan.[3]
Selanjutnya Muzayyin Arifin mengatakan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep
berfikir tentang kependidikan yang bersumber atau berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam tentang
hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia
muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam.[4]
Sungguhpun demikian, dari beberapa definisi tersebut, intinya dapat dirumuskan sebagai berikut bahwa
filsafat pendidikan Islam adalah sebuah proses pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pendidikan seperti tujuan pendidikan, kurikulum, dan hal-hal yang lainnya yang
sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis yang merupakan pedoman hidup manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Estetika Dan Pendidikan?

2. Bagaimana Hubungan Antara Estetika Dan Pendidikan?

3. Bagaimana Konsep Estetika Kaitannya dengan Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat Memahami Estetika Dan Pendidikan.

2. Dapat Memahami Hubungan Antara Estetika Dan Pendidikan.

3. Dapat Mengetahui Konsep Estetika Kaitannya dengan Pendidikan.


1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Estetika
Estetika adalah bagian dari kajian aksiologi yang secara khusus membicarakan tentang nilai
keindahan.Estetika dengan demikian berarti kajian kefilsafatan tentang nilai keindahan.[5]

Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan seni. Secara sederhana diartikan estetika
adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk dan bagaimna seseorang bisa
merasakan estetika sebagai sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dinggap
sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.

Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip
yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk.

Istilah estetika muncul pertama kali pada pertengahan abad ke -18, melalui seorang filsuf Jerman,
Alexander Baumgarten. Sang filsuf memasukkan estetika sebagai ranah pengetahuan sensoris, yaitu
pengetahuan rasa yang berbeda dari pengetahuan logika, sebelum akhirnya ia sampai kepada
penggunaan istilah tersebut dalam kaitan persepsi atas rasa keindahan, khususnya keindahan karya seni.
Selanjutnya, Emmanuel Kant menggunakan istilah tersebut dengan menerapkannya untuk menilai
keindahan, baik yang terdapat dalam karya seni maupun dalam alam secara luas.[6]

Estetika berasal dari kata aistheton atau aisthetikos, yang dalam bahasa Yunani Kuno berarti persepsi
atau kemampuan mencerap sesuatu secara indrawi. Menurut plato, keindahan adalah realitas yang
sebenarnya dan tidak pernah berubah-ubah. Bagi Plato , keindahan itu merupakan pancaran akal ilahi.
Bila yang hakikat ilahi itu menyatakan dirinya atau memancarkan sinarnya pada, atau dalam realitas
penuh, maka itulah keindahan.

Menurut Kant, keindahan itu merupakan sifat obyek bukan terletak pada subyek. [7]

Estetika adalah nilai-nilai indah dan jeleknya sesuatu. Perasaan estetis disebut pula sebagai perasaan
keindahan. Perasaan keindahan ini biasa terungkap dalam seni, namun ada pula yang mengendap dalam
diri menjadi cinta tanpa pamrih.

Selanjutnya, nilai baik sebanding dengan nilai indah, tetapi kata” indah” lebih sering dikenakan
pada seni, sedangkan “baik” pada perbuatan. Di dalam kehidupan, indah lebih berpengaruh ketimbang
baik. Orang lebih tertarik pada rupa ketimbang pada tingkah laku. Orang yang tingkah lakunya
baik(etika), tetapi kurang indah(estetika), akan dipilih belakangan, yang dipilih lebih dulu adalah orang
yang indah, sekalipun kurang baik.[8]

Filsafat Estetika, kalau logika merupakan bentuk kemampuan manusia untuk dapat membedakan
antara sesuatu yang benar dan tidak benar dan etika merupakan kemampuan manusia untuk
membedakan perilaku yang baik dan yang tidak baik maka adalagi kemampuan manusia untuk
membedakan sesuatu yang indah dan sesuatu yang tidak indah.Keindahan terkait dengan perasaan

2
manusia dan mungkin perasaan hewan yang menyebapkan hewan atau manusia sendiri mengagumi apa
yang dihadapinnya.[9].

B. Konsep Estetika
Konsep estetikanmerupakan konsep-konsep yang berasosiasi dengan istilah yang mengangkat kelengkapan
estetika yang mengacu pada deskripsi dan evaluasi mengenai pengalaman-pengalaman yang melibatkan
objek suatu kejadian artistik dan estetik.[10]
Pada abad ke 18 filosof seperti Edmund Burke dan David Hume berusaha untuk menerangkan konsep
estetik. Misalnya keindahan secara empiris dengan cara menghubungkan dengan respon fisik dan
pesikologis serta mengelompokannya ke dalam tipe tipe penghayatan indifidual atas objek-objek dan ke
jadian-kejadian yang berbeda.Jadi mereka melihat suatu dasar untuifitask objektifit reaksi pribadi.Kant
mengatakan bahwa konsep estetik secara esensial bersifat subjektif ialah berakar pada perasaan pribadi
mengenai rasa senang dan rasa sakit. Juga mengatakan bahwa konsep itu memiliki objektifitas tertentu
dengan dasar bahwa pada dasar estetik murni perasaan sakit dan senang merupakan respon yang
yuniversal.[11]

C. Prinsip Estetika
Prinsip Estetika yang menjadi bahan pertimbangan ditemukan pada antikuitas Hellenistik secara umum.
Prinsip ini dapat diperikan sebagai prinsip bahwa keindahan mengandung ekpresi imajinatif dan sensous
mengenai kesatuan yang majemuk.Objek persepsi umumnya dianggap sebagai setandart seni dalam objek
persepsi terdapat suatu barisauan yang tidak mungkin dibatasi dalam menghadapi identifikasi keindahan
dalam identifikasi keindahan dengan exspresi spiritual yang hanya dapat ditangkap oleh persepsi tingkat
tinggi alam.Dengan kata lain pengertian yang paling luasa sebagai fungsi seni sangat mudah untuk
menyatakan bahwa masalah keindahan hanya nyata dalam kemungkinan yang paling kasar sehingga
menghendaki ketidak mampuan total untuk memecahkannya.Artinya bahwa materi presentasi keindahan
merupakan sesuatu yang diangkat dari objek persepsi indra tidak menyentuh pertanyaan .[12]
Aliran-aliran dalam filsafat estetika merupakan aspek hidup manusia yang lebih banyak menyangkut ranah
perasaan manusia dan oleh karena itu lebih bersifat subjektif oleh karena itu persoalan penilaian indah atau
tidak indahnya sesuatu tidak dapat diukur denhan kreteria yang benar-benar baku.Hal ini adalah penyebab
terjadinya aliran-aliran dalam penciptaan dalam pemanfaatan karya seni sebagai wujud rasa keindahan.
Tentang aliran-aliran seni yang berkembang di masyarakat secara ringkas dapat diulas sebagai berikut.[13]
A.Terjadinya aliran atau perbedaan selera tentang estetika atau seni menyangkut persoalan reaksi
pesikologis pribadi manusia terhadap indah atau tidaknya suatu objek.
B.Tentang dari mana munculnya keindahan yang terwujud dalam bentuk karya seni ada yang mengatakan
bahwa keindahan sebuah karya seni itu muncul dari kebiasaan rasa seni yang dimiliki seseorang tanpa
terkait oleh objektifitas yang berasal dari luar manusia.
C.Penilaian keindahan karya seni juga menyangkut pertannyaan apakah indhnya seni itu perlu di tinjau dari
kemurnian penciptaannya ataukah yang penting wujud keindahan hasilnya.
D.Perbedaan pendapat juga terjadi dalam kaitan bagaimana menilai keindahan karya seni dari sudut uang.
E.Perbedaan tentang seni sebagai wujud exspresi keindahan juga terdapat pada persoalan pemanfaatan karya
seni.

3
D. ESTETIKA DAN PENDIDIKAN

John Dewey berpendapat bahwa seseorang dapat memahami sesuatu sebagai sains melalui penggunaan
intelegensinya namun hal itu akan lebih mendalam jika di sentuh dengan praktik lain yaitu seni.Bahkan
DEWY mengatakan bahwa hanya orang yang mendapatkan imajinasi seni dalam titik fokus argumentasinya
yang akan dapat mengembangkan klaim-klaim scienttific inquiri.[14]
Bagi John Dewey kehadiran seni itu menjadi alat bagi akal manusia untuk memandang dunia yang satu
dalam kaitannya dengan dunia yang lain.Seni selalu tampil dalam wujud kreatifitas manusia dalam
manipulasi suatu realitas ke realitas yang lain sesuai dengan citra fasa yang di inginkan bahkan secara tegas
ia menyatakan bahwa keseluruhan aktifitas intelek manusia baik dalam level proses produktifitas dan
konsumsi maupun pada level kritik sesunguhnya merupakan tindakan seni.[15]

E. ESTETIKA DALAM PENDIDIKAN.

Soal baik dan buruk telah dibicarakan dalam etika, kini kita membicarakan soal indah dan keindahan.
Penilaian baik dan buruk kerap dikaitkan dengan tingkah laku dan moral atau tindakan manusia,sedangkan
nilai indah dan tak indah cenderung diarahkan ke dalam segala hal yang berkaitan dengan seni. Estetika
berusaha untuk menemukan nilai indah secara umum yang kemudian dalam perkembangannya bermunculan
beberapa teori yang berkaitan dengan estetika[16].
Estetika berasal dari bahasa Yunani "aisthetika" pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander
Gotlieb Baumgarten pada 1735 yang diartikan sebagai ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan seni. Secara sederhana diartikan
estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk dan bagaimna seseorang bisa
merasakan estetika sebagai sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dinggap
sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.
Timbul pertanyaan, apakah nilai keindahan itu merupakan sifat yang dimiliki objek atau terletak
pada orang yang menilai (subjek). Jika nilai indah itu terletak pada objek dan dipandang dengan sudut dan
cara pandang yang sama maka akan menghasilkan kesimpulan yang sama tentang sesuatu. Jika nilai itu
terletak pada subjek, maka hasil penilaian itu akan bergantung pada perasaan masing-masing subjek.[17]
Teori lama tentang keindahan, bersifat metafisik sedang teori modern bersifat psikologis. Menurut
Plato, keindahan adalah realitas yang sebenarnya dan tidak pernah berubah-ubah. Sekalipun plato
menyatakan bahwaharmonis, proporsi, dan simentris adalah unsur yang membentuk keindahan, namunia
tetap memikirkan adanya unsur-unsur metafisik. Bagi Plotinus keindahan itu merupakan pancaran akal Ilahi.
Bila yang hakikat (Ilahi) Ia menyatakan dirinya atau memancarkan sinar pada, atau dalam realitas penuh,
maka itulah keindahan.[18]
Kant dalam studi ilmiah psikologi tentang estetika menyatakan, akal itu memiliki indera ketiga atas pikir
dan kemauan yaitu indera rasa yang memiliki kekhususan, yaitu kesenangan estetika.

Adapun yang mendasari hubungan antara estetika dan pendidikan adalah lebih menitikberatkan kepada
"predikat" keindahan yang diberikan kepada hasil seni. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Randall dan
Buchler mengemukakan ada tiga interpretasi tentang hakikat seni: [19]
1. Seni sebagai penembusan terhadap realitas selain pengalaman
2. Seni sebagai alat kesenangan
3. Seni sebagai ekspresi yang sebenarnya tentang pengalaman.

4
Dengan demikian diharapkan di dalam dunia pendidikan, estetika akan mampu menciptakan dan
membentuk kepribadian yang mampu bersikap kreatif dan bermoral sesuai dengan nilai-nilai luhur yang
dijunjung tinggi dengan segala kepatutan keindahan dan seni.18 Dengan demikian tujuan pendidikan untuk
membentuk manusia yang berkualitas akan terwujud dengan baik sesuai dengan konsep idealisme.
Karena begitu penting peranan keindahan dalam kehidupan maka masalah keindahan sudah semenjak zaman
purba difilsafatkaan.Estetika menyelidiki makna kesenangan estetika.Karakter objektif dan subjektif
keindahan sifat keindahan itu sendiri asal dan sifat gairah seni.

F. Filsafat Pendidikan Islam dan Estetika Pendidikan

Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita
yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat
dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk.
Filsafat Pendidikan Islam dan Estetika Pendidikan
Adapun yang mendasari hubungan antara filsafat pendidikan Islam dan estetika pendidikan adalah lebih
menitik beratkan kepada “predikat” keindahan yang diberikan pada hasil seni. Dalam dunia pendidikan
sebagaimana diungkapkan oleh Randall dan Buchler mengemukakan ada tiga interpretasi tentang hakikat
seni:[20][21]
Namun, lebih jauh dari itu, maka dalam dunia pendidikan hendaklah nilai estetika menjadi patokan
penting dalam proses pengembagan pendidikan yakni dengan menggunakan pendekatan estetis-moral,
dimana setiap persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari perspektif yang mengikut sertakan kepentingan
masing-masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarakat luas. Ini berarti
pendidikan Islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang kreatif, berseni (sesuai
dengan Islam).
Namun, lebih jauh dari itu, maka dalam dunia pendidikan hendaklah nilai estetika menjadi patokan
penting dalam proses pengembagan pendidikan yakni dengan menggunakan pendekatan estetis-moral,
dimana setiap persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari perspektif yang mengikut sertakan kepentingan
masing-masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarakat luas. Ini berarti
pendidikan Islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang kreatif, berseni (sesuai
dengan Islam).[22]
Pendidikan yang di dalamnya mengandung nilai-nilai estetika,akan mampu memberikan warna tersendiri
bagi pelaku pendidikan.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Estetika berasal dari kata aistheton atau aisthetikos, yang dalam bahasa Yunani Kuno
berarti persepsi atau kemampuan mencerap sesuatu secara indrawi. Menurut plato, keindahan
adalah realitas yang sebenarnya dan tidak pernah berubah-ubah. Bagi Plato , keindahan itu
merupakan pancaran akal ilahi. Bila yang hakikat ilahi itu menyatakan dirinya atau memancarkan
sinarnya pada, atau dalam realitas penuh, maka itulah keindahan.
Estetika merupakanstudi nilai dalam realitas kehidupan.Nilai estetika biasnnya sukar
untuk dinilai karena nilai nilai ini menjadi milik personal dan sangat subjektif.
Seni sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia memang selalu
berkembang diberbagai aspek yang melingkupinya, baik aspek-aspek di dalam seni itu sendiri
maupun dalam pendidikan seni yang merupakan upaya sadar untuk mewariskan nilai-nilai dari
generasi ke generasi.
Keindahan itu lebih banyak di tentukan oleh orang yang menilainya subjektif dari pada
keadaan sesuatu itu sendiri objektif.Misalnya alunan suara gamelan jawa mendapat penilaian yang
indah sekali bagi telinga-telinga tertentu karena dapat menembus sampai ke ujung perasaan dalam
hati sanubarinya tetapi bagi telinga lainnya belum tentu mendapat penilaian yang indah. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan cita rasa atau perbedaan ukuran. Jadi cita rasa itu lah semacam ukuran
yang di pergunakan untuk memberikan penilaian atau angapan tentang bagus jeleknya atau indah
tidaknya sesuatu. Sedang perasaan keindahan adalah perasaan yang dialami pada waktu seseorang
memberikan penilaian atau angapan tentang bagus jeleknya atau indah tidaknya sesuatu.
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun akan sangat kami
butuhkan demi pembuatan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

6
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M.Amin, Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat etika
Islam,Cet II Bandung:Mizan
Jalaludin,Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta:Raja grafindo
Persada 2012
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Bandung:Refika Aditama Cet I
2011
Mohamad Muslih, Filsafat umum, Cet I Yogyakarta, 2005
Nata Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam,Cet I(Jakarta:Logos
Wacana Ilmu)1997
Prasetyo Tri, Filsafat Pendidikan, ( Bandung:CV Pustaka Setia)
2000
Sutarjo A. Awiramihardja, Filsafat Pendidikan, Bandung:Refika
Aditama 2009
Soegiono , Filsafat umum, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012

Anda mungkin juga menyukai