A. Pendahuluan
Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani
yaitu Claudius Galenos (GALEN) yang membuat sediaan obat-
obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah
ilmu obat-obatan yang disebut ilmu galenika.
Jadi Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang
pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan
dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai
berikut :
• Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi
simplisia atau bahan obat nabati.
• Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat) yang terdapat di
dalamnya diambil dan diolah dalam bentuk sediaan / preparat.
Tujuan dibuatnya sediaan galenik :
1. untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia
dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.
2. membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
3. agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam
penyimpanan yang lama.
2. Konsentrasi / kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan
tersebut harus jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami
kesulitan dalam pembuatan.
59
3. Suhu dan lamanya waktu
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau
tidak, mudah tersari atau tidak.
B. Penarikan (Extraction)
Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari
bahan asal yang umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam
keadaan (khasiatnya) tidak berubah.
Istilah extractio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat
dari bahan asal dengan menggunakan cairan penarik/ pelarut.
Cairan penarik yang dipergunakan disebut menstrum, ampasnya
disebut marc atau faeces. Cairan yang dipisahkan disebut Macerate
Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Umumnya extractio dikerjakan untuk simplisia yang
mengandung zat berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan
tertentu.. Zat-zat berkhasiat tersebut antara lain alkaloida,
glukosida, damar, olea, resina, minyak atsiri, lemak. Disamping itu
terdapat juga jenis-jenis gula, zat pati, zat lendir, albumin, protein,
pectin, selulosa yang pada umumnya mempunyai daya larut dalam
cairan pelarut tertentu dimana sifat-sifat kelarutan ini dimanfaatkan
dalam extractio.
Tujuan utama extractio adalah :untuk mendapatkan zat-zat
berkhasiat pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak
berfaedah, supaya lebih mudah digunakan dari pada simplisia asal.
Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya terjamin sebab
pada umumnya simplisia terdapat dalam keadaan tercampur yang
60
memerlukan cara-cara penarikan dan cairan-cairan penarik tertentu
yang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai dengan
pengolahannya.
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan,
suhu penarikan untuk :
Maserasi : 15 – 25 0C
Digerasi : 35 – 45 0C
Infundasi : 90 – 98 0C
Memasak : suhu mendidih
61
memisahkan ampas dengan hasil penarikan yang akan
menghasilkan sebuah preparat galenik yang dikehendaki.
Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan,
kadang-kadang juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang
kering ini dilembabkan terlebih dahulu / di maserer dalam batas
waktu tertentu. Disamping itu simplisia ini ditentukan derajat
halusnya untuk memperbesar atau memperluas permukaannya,
sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih
cepat dari pada melalui dinding-dinding sel yang utuh (proses
osmose).
1. Air
Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang
luas, pada suhu kamar adalah pelarut yang baik untuk bermacam-
macam zat misalnya : garam-garam alkaloida, glikosida, asam
tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral.
Umumnya kenaikan suhu dapat menaikkan kelarutan dengan
pengecualian misalnya pada condurangin, Ca hidrat, garam glauber
dll. Keburukan dari air adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik
dimana zat-zat tersebut meripakan makanan yang baik untuk jamur
atau bakteri dan dapat menyebabkan mengembangkan simplisia
sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan penarikan pada
perkolasi.
62
2. Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, Umumnya
pelarut yang baik untuk alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak
atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis gom, gula dan albumin. Etanol
juga menyebabkan enzym-enzym tidak bekerja termasuk peragian
dan menghalangi perutumbuhan jamur dan kebanyakan bakteri.
Sehingga disamping sebagai cairan penyari juga berguna
sebagai pengawet. Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum)
lebih baik dari pada air sendiri.
3. Gycerinum (Gliserin)
Terutama dipergunakan sebagai cairan penambah pada cairan
menstrum untuk penarikan simplisia yang mengandung zat samak.
Gliserin adalah pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil
oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut dalam gliserin.
Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk pembuatan
ekstrak-ekstrak kering.
4. Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat
untuk pembuatan sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang
nantinya disimpan lama.
5. Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak
tanah kasar. Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-
minyak. Biasanya dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari
simplisia yang mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan,
sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik, misalnya
strychni, secale cornutum.
6. Acetonum
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam,
pelarut yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri,
damar. Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai
misalnya pada pembuatan Capsicum oleoresin (N.F.XI)
63
7. Chloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek
farmakologinya. Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida,
damar, minyak lemak dan minyak atsiri.
1. Maserasi
Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara
merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu
biasa yaitu pada suhunya 15-25 0C. Maserasi juga merupakan
proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi.
2. Digerasi
Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan
cairan penyari pada suhu 35o – 45o. Cara ini sekarang sudah
jarang dilakukan karena disamping membutuhkan alat-alat
tertentu juga pada suhu tersebut beberapa simplisia menjadi
rusak.
3. Perkolasi
Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang
disebut perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan
penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan
menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-
syarat yang telah ditetapkan.
Cara-cara perkolasi :
1. perkolasi biasa
2. perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
3. perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
4. perkolasi persambungan, continous extraction, memakai
alat soxhlet.
64
2. melembabkan dengan cara penyari : maserasi I
3. jenis perkolator yang dipergunakan dan memper-siapkannya
4. cara memasukkannya ke dalam perkolator dan lamanya di
maserer dalam perkolator : maserasi II
5. pengaturan penetapan cairan keluar dalam jangka waktu
yang ditetapkan.
A. Perkolasi Biasa
Simplisia yang telah ditentukan derajat halusnya
direndam dengan cairan penyari, masukkan kedalam perkolator
dan diperkolasi sampai didapat perkolat tertentu. Untuk
pembuatan tingtur disari sampai diperoleh bagian tertentu,
untuk ekstrak cair disari sampai tersari sempurna. Perkolasi
umumnya digunakan untuk pengambilan sari zat-zat yang
berkhasiat keras.
Gambar Perkolator :
65
dalam tiga perkolator, perkolat-perkolat dari tiap perkolator
diambil dalam jumlah yang sudah ditetapkan dan nantinya
dipergunakan sebagai cairan penyari untuk perkolasi
berikutnya pada perkolator yang kedua dan ketiga.
Cara Kerjanya :
Isi perkolator pertama–tama dilembabkan, dan ditarik
seperti cara memperkoler biasa, tetapi perkolatnya
ditentukan dalam beberapa bagian dan jumlah volume
tertentu, misalnya : 200 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc,
300 cc bagian yang pertama perkolat A (200 cc) adalah
sebagian sediaan yang diminta dan perkolat selanjutnya
disebut susulan pertama.
Perkolator kedua dilembabkan simplisianya dengan perkolat
A (susulan pertama), akan diperoleh perkolat-perkolat
dalam jumlah-jumlah dan volume tertentu, dengan catatan
perkolat ini nantinya terdapat 300 cc, 200 cc, 200 cc, 200
cc, 200 cc, 200 cc, bagian pertama perkolat (300 cc) adalah
sebagian dari sediaan.
Perkolator ketiga diolah seperti kedua, dengan perkolator B
bagian kedua 200 cc dan seterusnya sampai terdapat
nantinya sebanyak 500 cc, terlihat disini bahwa perkolat A
bagian pertama, lebih kecil volumenya dari perkolat B
bagian pertama, tetapi sebaliknya perkolat A bagian-bagian
berikutnya lebih besar volumenya dari perkolat-perkolat B.
Hasilnya ialah:
- perkolat A pertama 200 cc
- perkolat B pertama 300 cc jumlah 1000 cc
- perkolat C pertama 500 cc
66
yang simplisianya mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan
atau rusak oleh pemanasan.
E. Tingtur (Tinctura)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau
perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan
senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing – masing
monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan
20% zat berkhasiat dan 10 % untuk zat berkhasiat keras.
Cara Pembuatan
67
dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi
dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai
menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan
penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
• Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit,
tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya
sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas
simplisia hingga diperoleh 80 bagian perkolat.
• Peras masa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat,
tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diproleh 100
bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2
hari ditempat sejuk terlindung dari cahaya. Enap, tuang atau
saring.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk.
Pembagian Tinctur
1. Menurut Cara Pembuatan
A. Tingtur Asli
Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.
68
Contoh :
Tingtur yang dibuat secara maserasi
1. Opii Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Capsici Tinctura FI II
4. Myrrhae Tinctura FI II
5. Opii Aromatica Tinctura FI III
6. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
7. Dan lain-lain
69
5. Stramonii Tinctura FI II
6. Strychnin Tinctura FI II
7. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974
B. Tingtur Lemah
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 % simplisia
yang tidak berkhasiat keras. Contoh :
1. Cinnamomi Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
4. Myrrhae Tinctura FI II
70
Contoh Sediaan Tinctura
71
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1
tahun sejak tanggal pembuatan. Pada etiket harus tertera
tanggal pembuatan.
72
13. Tingtur Beladon (Belladonnae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk beladon dengan
etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan
kadar alkaloida, atur kadar dengan penambahan etanol encer
hingga memenuhi syarat, biarkan selama tidak kurang dari 24
jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1
tahun sejak tanggal pembuatan
73
19. Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)
Cara pembuatan : Campur 1 bagian ekstrak sekale kornutum
dengan 9 bagian etanol encer.
F. Ekstrak (Extracta)
Adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok
diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus
mudah digerus menjadi serbuk.
Cairan penyari yang dipakai adalah air, eter dan campuran
etanol dan air
Cara Pembuatan
Penyarian :
• Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara
maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih.
• Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan
cara maserasi atau perkolasi.
• Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.
1. Maserasi
Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur,
suling atau uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu
tidak leih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.
2. Perkolasi
• Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tinctura.
Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam
74
biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan penyari
hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan
tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan
dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C
hingga konsistensi yang dikehendaki
• Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama
dipisahkan, perkolat selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bagian
campur dengan perkolat pertama.
• Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga
dilakukan dengan cara reperkolasi tanpa menggunakan
panas.
• Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera
pada suhu kurang lebih 90 0C, enapkan, serkai. Uapkan
serkaian pada takanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50
0
C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang
digunakan.
• Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan
pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga
konsentrasi yang dikehendaki.
• Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya
• Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau
diupkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari
50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.
75
kekeruhan. Suling etanol dengan perkolat, biarkan di tempat
sejuk selama 24 jam. Tambahkan talk, saring, cuci sisa
dengan 100 bagian air. Uapkan filtrat menurut cara yang
tertera pada extracta hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak
ini berkadar 1,3% alkaloida.
Penyimpanan : Ekstrak belladon dapat disimpan dalam
persediaan dalam bentuk serbuk kering yang dibuat sebagai
berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau
laktosa, keringkan pada suhu tidak lebih dari 30 0C,
tambahkan sejumlah pati beras atau laktosa hingga tepat 3
bagian. Sisa dalam wadah berisi zat pengering.
76
• lanjutkan perkolasi dengan campuran etanol air seperti di
atas, sehingga diperoleh 1500 bagian yang dinyatakan
sebagai susulan I. Larutkan 30 bagian gliserol dalam 130
bagian susulan I yang mula-mula keluar, campurkan larutan
ini dengan 325 bagian serbuk (85/100) herba timi. Biarkan
campuran selama 24 jam dalam sebuah bejana tertutup,
pindahkan ke dalam sebuah perkolator, perkolasi dengan
sisa susulan I. Pisahkan 325 bagian cairan mula-mula keluar
yang dinyatakan sebagai hasil perkolasi II. Hasil perkolasi
selanjutnya dinyatakan sebagai susulan II.
• Larutkan 20 bagian gliserol dalam 70 bagian susulan II
yang mula-mula keluar, campurkan larutan ini dengan 175
bagian serbuk (85/100) herba timi. Biarkan campuran selam
24 jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam
perkolator, perkolasi dengan sisa susulan II q.s. hingga
diperoleh campuran 500 bagian campuran yang dinyatakan
sebagai hasil perkolasi III. Campur hasil perkolasi I, II
dan III.
77
ekstrak kering. Tetapkan kadar elkaloidanya hingga memenuhi
syarat kadar. Ayak melalui pengayak no 12.
78
panas. Campuran sari dipanaskan pada suhu kurang lebih
90 0C selama 1 jam, kemudian aupkan hingga diperoleh massa
kental.
79
15. Ekstrak Opium (Opii Extractum)
Cara pembuatan : maserasi 100 bagian opium yang telah
dipotong tipis dengan 500 bagian air selama 24 jam sambil
berulang-ulang di aduk, peras, campur dengan maserat I.
Uapkan hingga sisa 200 bagian, biarkan selama 24 jam, saring.
Uapkan hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar
morfinanya, atur kadar dengan laktosa atau ekstrak opium
kering lain hingga memenuhi persyaratan kadar. Ekstrak ini
mempunyai kadar morphin 20 %.
G. Infus (Infusa)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
nabati dengan air pada suhu 90 0C selama 15 menit.
Cara Pembuatan
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam
panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15
menit terhitung mulai suhu mencapai 90 0C sambil sekali-sekali di
aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki.
80
1. Jumlah Simplisia
• Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan
berkhasiat keras di buat dengan menggunakan 10 % simplisia.
• Kecuali untuk simplisia seperti yang tertera di bawah ini, untuk
membuat 100 bagian infus, digunakan sejumlah simplisia seperti
tersebut di bawah ini :
81
4. Cara Menyerkai
• Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus
simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah
dingin. Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia
lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas.
• Untuk decocta Condurango diserkai dingin, karena zat
berkhasiatnya larut dalam keadaan panas, akan mengendap
dalam keadaan dingin.
• Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena infus
daun sena mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit
perut yang larut dalam air panas, tetapi tidak larut dalam air
dingin.
• Untuk asam jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan
diremas dengan air hingga massa seperti bubur.
• Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah
dahulu.
• Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya,
hendaknya diambil derajat kehalusan suatu bahan dasar
yang keketalannya sama / sediaan galenik dengan bahan
yang sama.
82
Air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang
menyerupai bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak
berwarna dan tidak berlendir.
Cara pembuatan :
1. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-
masing monografi dalam 60 ml etanol 95%.
2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml
sambil dikocok kuat-kuat.
3. tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring.
4. encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.
83
dalam 60 ml etanol 90%, tambahkan air sampai 100 ml sambil
dikocok kuat-kuat, tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan,
saring. Encerkan 1 bagian filtrat dalam 39 bagian air.
Pemerian, penyimpanan sama seperti aqua aromatik.
Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan sebelum
digunakan harus disaring lebih dahulu.
84
Syarat-syarat untuk minyak lemak antara lain :
1. harus jernih, yang cair harus jernih, begitupun yang padat
sesudah dihangatkan (diatas suhu leburnya) tidak boleh berbau
tengik.
2. kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala perbandingan
dalam CHCl3, Eter dan Eter minyak tanah.
3. Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa
dan minyak-minyak asing lainnya, senyawa belerang dan
logam berat.
85
Contoh-contoh minyak lemak :
1. Minyak kacang = Oleum Arachidis
Adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh
dengan pemerasan biji arachidis hypogeae L yang telah
dikupas.
86
9. Minyak Kelapa Murni = Oleum Cocos purum
Adalah minyak lemak yang dimurnikan dengan penyulingan
bertingkat ,diperoleh dari endosperma Cocos nucifera yang
telah dikeringkan.
87
Sifat-sifat minyak atsiri :
1. mudah menguap
2. rasa yang tajam
3. wangi yang khas
4. tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5. minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.
Pemerian :
• Cairan jernih
• Bau seperti bau bagian tanaman asal.
• Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh,
terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.
Identifikasi :
1. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh
dengan cara penyulingan uap tidak terjadi noda transparan
3. kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume
sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.
88
B. Cara penyulingan ( destilasi).
Ada 2:
1. Cara langsung ( menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah
bejana di atas pelat yang berlubang dan bejana berisi air.
Uap air yang naik melalui lubang dan melalui sebuah
pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di
tampung. Cara ini hanya dapat digunakan untuk jumlah
bahan bakal yang sedikit, karena jumlah air yang akan
menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas
jumlahnya.
3. Cara Enfleurage
• Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun
bunga yang digunakan untuk kosmetik. Daun bunga
disebarkan diatas keping gelas yang lebih dulu dilapisi
89
dengan lemak atau gemuk. Dibiarkan beberapa lama,
tergantung dari jenis daun yang diolah, contoh:bunga
melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat, diganti
dengan yang segar sampai beberapa kali, sampai lemak
itu benar-benar jenuh dengan minyak atsiri. Biasanya
lemak itu dapat digunakan untuk 30 kali.
• Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam
alkohol absolut, minyak atsiri akan larut, sedangkan
lemaknya tidak larut, sehingga lemaknya dapat
dipisahkan dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang ada
dalam alkohol disuling secara vacum (dengan alat
evaporator vacum ). Alkohol yang digunakan bukan
alkohol fortior sebab waktu diuapkan, uap air akan
membawa minyak atsiri.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan kandungan
minyak atsiri yang rendah dan tidak tahan pemanasan.
90
Natrium Klorida jenuh vbolume sama, biarkan memisah,
volume air tidak boleh bertambah.
5. Bau dan rasa seperti simplisia.
Bau diperiksa dengan cara mencampurkan satu tetes minyak
atsiri dengan 10 ml air. Rasa diperiksa dengan mencampur
satu tetes minyak atsiri dengan 2 gram gula.
91
segar dari berbagai spesies Eucalyptus atau spesies yang
diinginkan (E. globulus, E. futicerutum, E. polybractea, E.
Smithii).
K. Syrup (Sirupi)
Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan
tidak lebih dari 66%.
92
c. colatura misalnya sirupus Senae
d. sari buah misalnya rubi idaei
3. larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya :
methydilazina hydrochloridi sirupus, sirup-sirup dengan nama
patent misalnya yang mengandung campuran vitamin .
93
• Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup
tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.
94
Cara memasukkan sirup ke dalam botol.
Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet
(tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering.
Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya
cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena
sterilisasi ) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat
dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat
gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang
menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30
menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang
panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang
cocok.
Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang terbaik
adalah cara ketiga.
Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi
sebagai :
1. Obat, misalnya : chlorfeniramini maleatis sirupus.
2. Corigensia saporis, misalnya : sirupus simplex
Corigensia odoris, misalnya : sirupus aurantii
Corigensia coloris, misalnya : sirupus Rhoedos, sirupus rubi
idaei
3. Pengawet, misalnya sediaan dengan bahan pembawa sirup
karena konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan
bakteri.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk.
95
p. Tambahkan larutan timbal ( II ) sub asetat p tetes demi tetes
hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
• Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10
ml filtrat pertama. Masukkan + 45,0 ml filtrat kedalam labu
tentukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian volume asam
klorida p dan 21 bagian vol. Air secukupnya hingga 50,0 ml.
Panaskan labu dalam tangas air pada suhu antara 68 o dan 70 oC
selama 10 menit, dinginkan dengan cepat sehingga suhu lebih
kurang 20 oC.
• Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih
dari 100 mg arang penyerap.
• Ukur rotasi optik larutan yang belum di inversi dan sesudah
inversi menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur
yang sama antara 10 o dan 25 o C. Hitung kadar dalam %,
C12H22O11 dengan rumus :
C = 300 x ( α 1 - α 2 )
( 144 - 0,5 t )
96
besi pada kertas saring dicuci dengan air sampai diperoleh
1000 bagian sirup.
• Guna acidum citricum adalah untuk mempercepat inversi sakarosa,
menjadi glukosa dan fruktosa yang merupakan reduktor kuat yang
berguna untuk mencegah oksidasi ferro lodidum.
• Ferro Iodidum selalu dibuat baru.
97
Sirup-sirup yang tercantum dalam FI ed III
1. Chlorpheniramini maleatis sirupus
2. Cyproheptadini hydrochloridi sirupus
3. Dextrometorphani hydrobromidi sirupus
4. Piperazini citratis sirupus
5. Prometazini hydrochloridi sirupus
6. Methidilazini hydrochloridi sirupus
7. Sirupus simplex yang dibuat dengan melarutkan 65 bagian
sacharosa dalam larutan metil paraben secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian sirup.
98