INFEKSI NEONATORUM
Oleh:
Pembimbing
dr. Miniartiningsih Sam, Sp.A., M.Kes
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Mengetahui,
Pembimbing
INFEKSI NEONATORUM
Alfiyyah Hastari Syaf, Miniartiningsih Sam
A. PENDAHULUAN
Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat
bidang kesehatan dan kesejahteraan (SDGs ke-3), memiliki target yang akan
dicapai pada tahun 2030. Target tersebut diantaranya mengakhiri kematian bayi
dan balita yang dapat dicegah dengan menurunkan angka kematian neonatal
hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 25 per 1.000
kelahiran hidup.1
Data global pada tahun 2018 menunjukkan bahwa 2,5 juta anak meninggal
pada bulan pertama kehidupan mereka, dimana sekitar 7000 kematian neonatal
setiap hari. Indonesia mencatat angka kematian neonatal yang cukup tinggi. 2
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 melaporkan bahwa Angka
Pencapaian ini lebih tinggi dari pencapaian yang dicatat oleh negara-negara di
kawasan.3
Infeksi neonatorum atau infeksi pada bayi baru lahir merupakan salah satu
penyebab penting tingginya angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir di
seluruh dunia. Kasus infeksi menunjukkan gejala yang kurang jelas dan seringkali
4
tidak diketahui sampai keadaannya sudah sangat terlambat. Jika faktor penyebab
risiko infeksi yang paling dominan dapat diketahui, maka hal tersebut akan
membantu untuk menurunkan kasus infeksi. Selain itu, diagnosa yang tepat dari
tenaga kesehatan untuk menetapkan status risiko infeksi pada bayi baru lahir
merupakan hal yang penting, sehingga bayi yang berisiko infeksi dapat diberikan
menyebabkan infeksi.4
B. DEFINISI
Infeksi neonatorum adalah invasi jaringan oleh suatu organisme infeksius
selama usia neonatal. Infeksi pada neonatus dapat terjadi pada masa antenatal,
intranatal, dan postnatal.5 Infeksi neonatorum dapat menjadi salah satu faktor
pertama kehidupan dan selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi neonatal awal yaitu
C. EPIDEMIOLOGI
Infeksi merupakan penyebab utama kematian dan morbiditas di unit
perawatan intensif neonatal (NICU), dimana tingkat yang dilaporkan berkisar dari
6% - 33% dan hingga 40% pada neonatus yang lahir sebelum usia kehamilan 28
minggu atau dengan berat lahir <1.000 g (lahir sangat rendah berat, ELBW).5
5
Di seluruh dunia, diperkirakan lebih dari 1.4 juta kematian neonatal per
tahun disebabkan oleh infeksi.8 Pada 36% kematian neonatal disebabkan oleh
23% disebabkan asfiksia, 7% kelainan bawaan, 27% bayi kurang bulan dan berat
lahir rendah, serta 7% sebab lain. Sepsis neonatorum sebagai salah satu bentuk
penyakit infeksi pada bayi baru lahir masih merupakan masalah utama yang
belum terpecahkan sampai saat ini. Insiden sepsis neonatus bervariasi 1 sampai 4
dari 1.000 kelahiran hidup di negara maju dan 10 sampai 50 dari 1.000 kelahiran
D. ETIOLOGI
Etiologi dari infeksi neonatorum dapat terjadi secara intrauterin melalui
transplasental, intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau
postnatal akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir yaitu dari ibu, lingkungan
Sejumlah agen bakteri dan non bakteri dapat menginfeksi bayi baru lahir.
Bakteri yang paling umum menjadi agen penyebab infeksi adalah grup B
streptococcus (GBS), Escherichia coli, dan Klebsiella spp. Salmonella spp. adalah
E. KLASIFIKASI
Infeksi neonatorum dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu awitan dini (early
onset) dan awitan lambat (late onset).
1. Awitan Dini (Early Onset)
Infeksi awitan dini atau early onset adalah penyakit multiorgan sistemik
genitourinari ibu. 4
sebelum waktunya (sebelum persalinan) atau jangka waktu lama (> 18 jam)
Infeksi awitan lambat atau late onset adalah infeksi yang terjadi
kehidupan. 8
Infeksi pada neonatus juga dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
F. Faktor Risiko
Faktor resiko infeksi dapat bervariasi tergantung awitan infeksi yang diderita
pasien. Pada awitan dini berbagai faktor yang terjadi selama kehamilan,
elaborasi lebih lanjut infeksi neonatorum. Berlainan dengan awitan dini, pada
pasien awitan lambat, infeksi terjadi karna sumber infeksi yang terdapat dalam
lingkungan pasien.10
1. Faktor Ibu
8
e. Kehamilan multiple
2. Faktor Bayi
b. Asfiksia perinatal
c. Prosedur invasive
G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada neonatus seringkali tidak kentara dan non spesifik.
Ketidak stabilan suhu, takipnea, kelesuan, dan pola makan yang buruk tanda awal
yang umum dan harus menimbulkan kecurigaan terhadap infeksi sistemik atau
fokal.7
atau tanda-tanda fokal infeksi, termasuk ketidak stabilan suhu, hipotensi, perfusi
buruk dengan kulit pucat dan berbintik-bintik, asidosis metabolik, takikardia atau
dan perdarahan. Manifestasi awal mungkin hanya melibatkan gejala terbatas dan
9
hanya satu sistem, seperti apnea sendirian atau takipnea dengan retraksi, atau
takikardia, atau mungkin ada bayi dengan manifestasi katastropik akut dengan
disfungsi multiorgan dan syok. Bayi harus dievaluasi ulang dari waktu ke waktu
untuk mengetahui apakah gejalanya telah berkembang dari ringan menjadi parah.
gagal jantung, syok, gagal ginjal, disfungsi hati, edema atau trombosis serebral,
H. DIAGNOSIS
Diagnosis infeksi harus segera ditegakkan setelah timbulnya tanda klinis dari
pada neonatus berkisar dari 8 hingga 73%. Tes hematologi (darah total dan
diferensial hitung) IL-6, IL-8, C-reactive protein (CRP), procalcitonin (PCT), dan
serum A amiloid. Jumlah total sel darah putih (abnormal jika <5.000 / mL atau
>20.000/μL) dan diferensial jumlah sel darah putih sangat bervariasi derajat
belum matang dan neutrofil total diperoleh lebih dari 24 jam setelah memulai
10
evaluasi untuk EOS (early onset sepsis) telah terbukti memiliki spesifisitas yang
tinggi. 5
pengukuran tunggal dari total neutrofil dan neutrofil yang belum matang atau
total neutrophil rasio memiliki nilai prediksi yang buruk. Konsentrasi IL-6
dan IL-8 darah yang meningkat pada 12-24 jam sebelum timbulnya gejala
klinis dapat memprediksi infeksi dengan kuat. Namun, hal tersebut tidak rutin
respons fase akut. Pemeriksaan CRP memiliki nilai prediksi terbaik selama
63%, meningkat menjadi 90% ketika tes diulang 24-48 jam setelah onset
infeksi pada neonatus dengan gejala non-spesifik dan dalam memandu durasi
hepatosit dan monosit, memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (87–
100%), dan meningkat selama EOS, LOS, dan NEC. Namun, ini umumnya
tidak tersedia sebagai tes diagnostik yang darurat dan dianggap lebih akurat
protein fase akut yang diinduksi oleh IL-6 dan IL-8, dan akurasi
11
diagnostiknya lebih tinggi dari CRP dalam mendiagnosis EOS dan LOS.
Biomarker tambahan tidak digunakan secara rutin, tetapi dapat menjadi alat
risiko infeksi atau untuk diagnosis dini. Ini termasuk protein dan sitokin.8
Jumlah sel darah putih total, neutrofil absolut hitung, kadar protein C-
secara individual. Tes ini tidak spesifik dan tidak cukup sensitive untuk
dugaan EOS, kultur darah harus dilakukan ditarik, dan, jika bayi dalam
kondisi hemodinamik stabil, cairan tulang belakang harus dilakukan, dan bayi
12
bayi ini terutama pada bayi tanpa gejala. Korelasi yang buruk antara hasil
sekitar sepertiga dari neonatus dengan berat lahir sangat rendah berdasarkan
I. TATALAKSANA
Pengobatan antibiotik empiris harus dimulai pada setiap neonatus (terutama
aminoglikosida yang paling sering digunakan dan dapat diberikan satu kali sehari.
Penting untuk diperhatikan efek sinergis dari ampisilin dan gentamisin pada
beberapa organisme.8
13
mencapai konsentrasi bakterisidal tinggi di CSF, tapi tidak boleh digunakan jika
tidak ada bukti sepsis bakteri untuk mengurangi munculnya organisme resisten
LOS.8
samping (oto- dan nefrotoksisitas) dan waktu paruh lebih lama dari vankomisin,
sangat besar (hamper semua patogen Gram-negatif dan Gram-positif) dan resisten
cilastatin, dll. Durasi terapi berbeda untuk infeksi Grampositif dan Gram-negatif. 8
studi, yang secara pasti menunjukkan tidak ada efek pada hasil utama baik IgG
intravena atau IgG intravena yang diperkaya IgM. Transfusi tukar dapat
14
mengurangi keparahan dari sepsis; volume yang akan ditransfusikan adalah 160–
180 mL / kg, kira-kira dua kali lipat dari darah neonatal volume. Manfaatnya
ditransfusikan dan faktor koagulasi, dan perbaikan perfusi paru dan jaringan.
Namun, ada masih sedikit bukti efektivitasnya dalam mereduksi morbiditas dan
mortalitas pada pasien dengan sepsis, dan penggunaannya harus dibatasi untuk
penderita sepsis berat dengan syok septik dan menyebar koagulasi intravaskular.
koagulasi, tetapi tidak ada bukti manfaatnya. Penggunaannya pada bayi dengan
sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Penyebab paling seringa
dalah streptococcus group B (SGB) dan bakteri enterik yang didapat dari
Tatalaksana :12
mencegah hipoksia
cairan.
mendasari
awitan lambat, yaitu sepsis yang timbul antara umur 7-90 hari dan
cry
Tatalaksana : 12
d. Atasi kejang
3. Tetanus Neonatorum
f. Opistotonus (ada sela antara punggung bayi dengan alas, saat bayi
ditidurkan)
Tatalaksana :12
mg/kgBB/hari.
e. Jika bayi mengalami henti napas selama spasme atau sianosis sentral
f. Jika belum bernapas spontan lakukan resusitasi dan jika belum berhasil
antitoksin 5 000 IU IM
pangkal tali pusat, atau keluar nanah dari permukaan tali pusat, atau
bau busuk dari area tali pusat, berikan pengobatan untuk infeksi lokal
tali pusat.
a. Nafsu makan buruk, lesu, iritabilitas, warna kulit yang tidak sehat,
Tatalaksana :13
a. Pada infeksi yang terjadi pada usia 7-10 hari pertama, kombinasi
ekstrakorporal
5. Omphalitis
Tatalaksana :15
21
DAFTAR PUSTAKA
8. Fanaroff, A.A., Fanaroff, J.M. 2019. Klaus And Fanaroff’s Care Of The High-
Risk Neonate. Elsevier (7) : 275-295
9. Putra, P. J. 2016. Insiden dan faktor-faktor yang berhubungan dengan sepsis
neonatus di RSUP Sanglah Denpasar. Sari pediatri, 14(3), 205-10.
10. Kosim, M. S. (2016). Infeksi neonatal akibat air ketuban keruh. Sari
Pediatri, 11(3), 212-8.
11. Buku Ajar Infeksi Dan Penyakit Tropis Edisi 4. 2018. Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia;.
12. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia. Edisi 1. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009.
13. Gomella, L., Tricia. 2020. Gomella’s Neonatology. Mc graw hill : California