FIQH
n
MAWARIS
Dra. Firdaweri, M.H.I.
Hak cipta pada penulis
Hak penerbitan pada penerbit
Tidak boleh diproduksi sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun
Tanpa izin tertulis dari pengarang dan/atau penerbit
Kutipan Pasal 72 :
Sanksi pelanggaran Undang-undang Hak Cipta (UU No. 10 Tahun 2012)
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal (49) ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp. 1. 000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5. 000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
MANAJEMEN
Seri Buku Daras &
KURIKULUM
FIQH
MAJELIS TA'LIM
MAWARIS
Muryadi, S.Pd.I., SH., M.Pd.
Penulis
Dra. Firdaweri, M.H.I.
x + 217 hal : 14 x 20 cm
Cetakan Februari 2020
ISBN:
Penerbit
Pustaka Ali Imron
Penulis,
Dra. Firdaweri, M.H.I.
ii
ii
DATAR ISI
iii
iii
BAB III KEWAJIBAN YANG HARUS DISELESAIKAN
TERHADAP HARTA PENINGGALAN ............... 50
iv
iv
4.
Bagian Kakek, Dalil dan Contohnya ........... 119
5.
Bagian Ibu, Dalil dan Contohnya ................ 121
6.
Bagian Nenek, Dalil dan Contohnya ........... 123
7.
Bagian Anak Perempuan, Dalil dan
Contohnya ................................................... 125
8. Bagian Anak Perempuan dari Anak Laki-
Laki (cucu perempuan), Dalil dan
Contohnya ................................................... 127
9. Bagian Saudara Perempuan Kandung,
Dalil dan Contohnya ................................... 131
10. Bagian Saudara Perempuan se Ayah, Dalil
dan Contohnya ........................................... 134
11. dan 12. Bagian Saudara Perempuan dan
Saudara laki-laki se Ibu, Dalil dan
Contohnya ................................................... 137
A. Klasifikasi Bagian Ashhabul furudh .................. 139
vv
D. Para Ahli Waris yang Berhak dan yang Tidak
berhak Mendapat Radd, .................................... 163
E. Cara menentukan Asal Masalah Radd ................ 164
vi
vi
1
BAB I
PENGERTIAN, HUKUM BELAJAR DAN
MENGAJARKAN FIQH MAWARIS, SERTA HUKUM
MEMBAGI HARTA WARISAN
Fiqh Mawaris ث ِ ْ فِ ْقهُ الْموا ِريadalah kata yang berasal dari
ََ
bahasa Arab, fiqh dan mawaris. Syafi’i Karim menjelaskan
bahwa Fiqh menurut bahasa berarti mengetahui, memahami,
yakni mengetahui sesuatu atau memahami sesuatu sebagai hasil
usaha mempergunakan fikiran yang sungguh-sungguh.1
Kata mawaris juga berasal dari bahasa Arab, ث ِ ا ْل َم َو ِار ْي
adalah bentuk jamak dari ميراث, yang berarti harta peninggalan
yang diwarisi oleh ahli warisnya. Jadi fiqh mawaris adalah
suatu disiplin ilmu tentang harta peninggalan, tentang
bagaimana proses pemindahan, siapa saja yang berhak
menerima harta peninggalan itu serta berapa bagian masing-
masing. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy
menjelaskan bahwa fiqh mawaris yaitu:
ِع ْلم ي ْع َرف ِب ِه َم ْن يَ ِرث َو َم ْن لَ يَ ِرث َو ِم ْق َدار ك ِل َو ِارث َو َك ْي ِفي ِة الت ْو ِز ْي ِع
ْ علَي م
ست َ ِح ِق َها ْ ِِع ْلم ي ْع َرف بِ ِه َك ْي ِفي ِة ق
َ س َم ِة التِ ْر َك ِة
Ilmu untuk mengetahui cara membagi harta
peninggalan seseorang yang telah meninggal dunia
kepada yang berhak menerimanya.7
10 Maktabah syamilah, sunan tirmizi, Juz 7, hadis No. 2017, hlm. 435.
6 6
13
Maktabah Syamilah, Shahih muslim, Juz 8, hadis no. 3030, h.
338.
9 9
تَغَيُّر اْألَحْ ك َِام ِبتَغَ ُّي ِر اْأل َ ْز ِمنَ ِة َو اْأل َ ْم ِكنَ ِة َواْأل َحْ َوال
...
14 14
2 Ibid, h 117.
15 15
3 Ibid.
17 17
4 Ibid, h 153.
18 18
5 Ibid, h. 116.
19 19
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-
anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.7
6 Ibid.
7
Ibid.
8 Ibid.
20 20
9 Ibid, h.119
21 21
10 Ibid, h. 273.
22 22
…
11 Ibid, h. 667
23 23
14
Ibid, h.131
15 Ibid.
25 25
ِّ ِ كر مِ ثْ ُل ح
1) َظ األ ْنثَيَي ِْن ِ َّ( لِلذQS. An-Nisaa’(4) ayat 11)
Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah
karena kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan,
seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi
nafkah. (Lihat surat An Nisaa ayat 34).
2) ( فَ ْوقَ اثْنَتَي ِْنQ.S. An-Nisa’ : 11)
Lebih dari dua maksudnya : dua atau lebih sesuai
dengan yang diamalkan Nabi.
3) َار
ِّ غي َْر ُمض َ - (Q.S. An-Nisa’ : 12)
Memberi mudharat kepada waris, ialah tindakan-
tindakan seperti:
a. Mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka.
b. Berwasiat dengan maksud mengurangi harta
warisan. Sekalipun kurang dari sepertiga bila ada
niat mengurangi hak waris, juga tidak
diperbolehkan.
َ ْ
4) الكَالل ِة- (Q.S. An-Nisa’ : 176)
16 Ibid, h.128
26 26
e. Kandungan Hukum.
ِّ ِ كر ِمثْ ُل ح
... َظ األ ْنثَيَي ِْن ِ َّ لِلذ...
b). Jika ahli waris terdiri dari beberapa orang anak laki-laki
dan beberapa orang anak perempuan maka bagian laki-laki
dua kali bagian perempuan.
…ب لَ ُك ْم نَ ْف ًعا َ…
ُ آَب ُؤُك ْم َوأَبْ نَا ُؤُك ْم ال تَ ْد ُرو َن أَيُّ ُه ْم أَقْ َر
Allah SWT menegaskan bahwa Dialah Zat yang
menetapkan pembagian harta warisan dan tidak menyerahkan
kepada manusia. Karena manusia tidak mampu mewujudkan
keadilan secara sempurna walaupun mereka menginginkannya.
Mereka tidak dapat melakukan pembagian secara adil seperti
32 32
Bagian Suami :
a). Jika istri wafat dan tidak meninggalkan anak atau cucu yang
berhak memperoleh bagian harta warisan, maka bagian
suami adalah separoh (1/2).
b). Jika istri wafat dan meninggalkan anak atau cucu yang
berhak memperoleh bagian harta warisan, maka suami
adalah seperempat (1/4).
Bagian Istri :
b). Jika suami wafat dan meninggalkan anak atau cucu yang
berhak memperoleh bagian harta warisan, maka bagian
seorang / beberapa orang istri adalah seperdelapan (1/8).
ِ ت فَلِ ُك ِل و
اح ٍد َ ِّ ٌ َث َكاللَةً أَ ِو ْام َرأَةٌ َولَهُ أ
ٌ خ أ َْو أُ ْخ َ َُوإِ ْن َكا َن َر ُج ٌل ي
ُ ور
ثِ ُك فَ ُهم ُشرَكاء ِِف الثُّل ِ ِ ِ الس ُد ِ
ُ َ ْ َ س فَإ ْن َكانُوا أَ ْكثَ َر م ْن َذل ُ ُّ م ْن ُه َما
Yang dimaksud dengan saudara di sini adalah saudara
lelaki dan saudara perempuan seibu, bukan saudara sekandung
dan juga bukan saudara seayah. Hal ini didasarkan pada
sebagian qiraat tsabitah, yaitu qiraat Sa’ad bin Abi Waqqas,
b). Jika ada dua orang atau lebih saudara seibu laki-laki atau
perempuan, maka mereka berhak memperoleh sepertiga
(1/3) harta warisan yang dibagi secara merata (sama)
antara laki-laki dan perempuan berdasarkan firman Allah
34 34
20 ُود ُوِِّرث
ُ استَ َه مل ال َْم ْول َ َاَّللُ َعلَْي ِه َو َسلم َم ق
ْ ال إِ َذا صلمى م ِِّ َِع ْن أَِِب ُه َريْ َرة َع ْن الن
َ مب
Dari Abu Hurairah r a, Nabi SAW bersabda : Bila
menangis (hidup) bayi yang dilahirkan, dia menjadi
ahli waris.
22
Maktabah Syamilah, Musnad Ahmad, Juz I, Hadis No. 329,
h. 333.
Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, Juz 20, Hadis No.
23
6235, h. 454.
37 37
1. Pengertian Asas.
27
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : Intermasa,
1977), h 84.
41 41
1983), h. 452.
2
Maktabah Syamilah, Shahih Muslim, Juz 6, Hadis No. 2092, h.
195.
51 51
س
ُ ال نَ ْف َ َاَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
ُ ال ََل تَ َز َّ صلَّى َع ْن أَِِب ُه َريْ َرةَ َع ْن النِ ِي
َ َّب
4. ن آدم معلَّقة بِدينِ ِه حَّت ي قضى عنه
ُ ْ َ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ً َ َ ُ َ َ ِ ْاب
Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda : Senantiasa
diri anak Adam tersangkut disebabkan utangnya,
sehingga utang itu dibayar.
4
Maktabah Syamilah, Musnad Ahmad, Juz 21, Hadis No. 10194, h.
238.
53 53
2). Karena Allah itu kaya sedangkan manusia fakir, oleh sebab
itu manusia memerlukan untuk dibayar piutangnya,
sedangkan Allah tidak perlu pelunasan.
55 55
...
5236, h. 415.
58 58
Contoh Jawaban :
A. Rukun-Rukun Mewarisi.
1
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung, PT Almaarif, 1971), h.
36.
61 61
…
Apabila ahli waris yang laki-laki ini ada semuanya, maka hanya
3 ahli waris yang mendapatkan harta warisan, yaitu :
1). Suami. 2). Ayah. 3). Anak laki-laki.
4). Nenek perempuan yaitu ibu dari ibu sekalipun yang teratas,
yaitu ibu dari ibu dari ibu.
5). Nenek perempuan yaitu ibu dari ayah, sekalipun yang
teratas, yaitu ibu dari ayah dari ayah.
6). Saudara perempuan yang kandung.
7). Saudara perempuan yang seayah.
8). Saudara perempuan yang seibu.
9). Isteri, sekalipun isteri itu dalam masa iddah yang boleh
dirujuki.
10). Orang perempuan yang memerdekakannya.
B. Syarat-Syarat Mewarisi.
69 69
4
ُود ُويِرث
ُ استَ َه يل ال َْم ْول َ َاَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
ْ ال إِذَا َّ صلَّى َع ْن أَِب ُه َريْ َرة َع ْن النِ ِي
َ َّب
Dari Abu Hurairah r a, Nabi SAW bersabda : Bila
menangis (hidup) bayi yang dilahirkan, dia menjadi
ahli waris.
a. Berlainan agama.
b. Membunuh.
5
Maktabah Syamilah, Shahih Muslim, Juz 8, Hadis No. 3027, h.
334.
73 73
6
Maktabah Syamilah, Musnad Ahmad, Juz I, Hadis No. 329, h. 333.
7 Departemen Agama RI, Op-cit, h. 413.
74
BAB V
SEBAB-SEBAB MEWARISI
1
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris,
(Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 2.
75 75
a. Anak laki-laki.
b. Saudara laki-laki.
c. Paman.
d. Anak Paman yang laki – laki,
yang kesemuanya harus sudah dewasa.
3 Ibid, h. 14.
77 77
4
Departemen Agama RI, Al-Qur aan dan Terjemahnya, (Jakarta :
Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir Al-Qur aan, 1980), h. 122.
78 78
1. Pengankatan anak.
7
Departemen Agama RI, Op-cit, h 666.
8 Ibid, h. 674.
81 81
82 82
9
Ibid, h. 273.
10 Fatchur Rahman, Op-cit, 17.
83 83
ِ اس ر
ال َّ ض َي
َ َاَّللُ َع ْن ُه َما ق َ ٍ َّس َع ْن ابْ ِن َعب ٍ َع ْن طَ ُاو
12
…اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْو َم افْ تَ تَ َح َم َّكةَ ََل ِه ْج َرة
َّ صلَّى ُّ ِال الن
َ َِّب َ َق
Dari Thaus dari Ibnu Abbas ra, dia berkata : Nabi
SAW bersabda : Tidak ada kewajiban hijrah setelah
penaklukan kota mekah…
13
Departemen Agama RI, Op-cit, h.667.
14 Ibid, h. 116.
85 85
…
15 Ibid.
86 86
Maksud dari pada yang bukan kerabat adalah yang jadi dasar
waris mewarisi dalam Islam ialah hubungan kerabat, bukan
hubungan persaudaraan keagamaan sebagaimana yang terjadi
antara muhajirin dan anshar pada permulaan Islam.16
16
Ibid, h. 274.
17 Moh.Muhibbin, Abdul Wahid, Op cit, h. 39.
87 87
1. Hubungan kerabat,
2. Hubungan perkawinan,
3. Hubungan wala’ (memerdekakan budak)
4. Hubungan sesama Islam.20
Diantara hak wala’ itu adalah hak mewarisi harta orang yang
telah dimerdekakannya, jika orang tersebut tidak mempunyai
kerabat.
21
Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, Juz II, Hadits No. 436, h.
249.
90 90
2. Hubungan perkawinan.
A. Isbatul furudh.
1
Mawardi Muhammad, IlmuFaraidh ( Fikhi Mawarits), (Padang:
Sridarma,1982),h.47
96 96
3) Ayah.
4) Ayah dari ayah (kakek).
5) Saudara laki-laki kandung.
6) Saudara laki-laki seayah.
7) Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung.
8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah.
i) Paman seayah terhijab oleh 9 orang :
1) Anak laki-laki.
2) Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki).
3) Ayah.
4) Ayah dari ayah (kakek).
5) Saudara laki-laki kandung.
6) Saudara laki-laki seayah.
7) Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung.
8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah.
9) Paman kandung.
j) Anak laki-laki dari paman kandung terhijab oleh 10
orang :
1) Anak laki-laki.
2) Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki).
3) Ayah.
4) Ayah dari ayah (kakek).
5) Saudara laki-laki kandung.
6) Saudara laki-laki seayah.
7) Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung.
8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah.
9) Paman kandung.
10) Paman seayah.
k) Anak laki-laki dari paman seayah, terhijab oleh 11
orang:
1) Anak laki-laki.
100 100
…
Perlu diperhatikan :
1). Tentang cucu termasuk dalam pengertian anak ) ( ولد
2). Jika isteri itu dua, tiga atau empat orang mereka berserikat
pada bagian tersebut dengan mendapat pembagian yang
sama.
3). Isteri yang dalam masa ‘iddah yang boleh dirujuki oleh
suaminya (‘iddah talak raj’i), tetap mendapat bagian warisan
dari suaminya yang meninggal dunia, sebaliknya bila
‘iddahnya telah habis, ia tidak berhak terhadap harta warisan
lagi.
4).Isteri yang mendapat harta warisan adalah isteri yang
dilakukan perkawinannya sah menurut agama Islam. Jika
perkawinannya tidak sah, masing-masing tidak waris
mewarisi.
c. Ahli Waris: Isteri dan 1 org anak pr dan 1 org sdr lk kdg.
Ahli Waris Bagian Asal Masalah = 8
Isteri 1/8 1/8 x 8 = 1
1 org anak pr 1/2 1/2 x 8 = 4
1 org sdr lk kdg Ashbh b nafsi (sisa) 8–5=3
Jumlah =8
Jumlah =8
…
seperti ayah dari ibu, dan ayah dari ibu dari ayah tidak menjadi
waris, hanya ia termasuk golongan dzawil arham (masalahnya
akan dijelaskan dibelakang. Bagian kakek ada 3 macam, yaitu
sama dengan bagian ayah, kakek mendapat bagian kalau ayah
tidak ada, yaitu :
ل َو َ د
ُ َّ كنُ َ ۡ َّ َ َ َ َ ُ َ َ د َ
فإ أن لم يٞۚ ٱلس ُد ُس م َّأما ت َر َك إأن كن ل ول ُّ حد لم ۡأن ُه َما َ َو أِلَبَ َو ۡيهأ ل ُ ل...
ل ٖ أك و َٰ أ أ
ُ ۡ َ ُ ُ ُّ ل ُ َ د ۡ َ َ َ َ ُ ُ ُّ ل ُ َ ُ َََ َُ َ َ
وِص س مأ ۢن بع أد َوصأ يَّةٖ ي أ ٞۚ د ٱلس أ ه أ م أ
ِل ف ة َ ث فإن كن ُل إأخ
و أ ٞۚ ل ٱثل أ ه أ م أ
ِل وورأثه أبواه ف
َ َٓ
١١ ... ب أ َها أ ۡو ديۡن
e. Ahli waris : Ibu, suami, ayah dan 2 org sdr lk dari ayah.
6. Bagian Nenek (ibu dari ibu dan ibu dari ayah), Dalil dan
Contoh.
Bagian Nenek satu macam saja, yaitu 1/6.
Bagian nenek satu macam saja yaitu 1/6, dengan syarat
ibu si mayat tidak ada, jika simayat mempunyai ibu, nenek
terhijab atau tidak mendapat bagian. Kalau nenek itu lebih dari
124 124
1
Mawardi Muhammad, Ilmu Faraidl, (Padang : Sridarma, 1982), h.
38.
125125
…
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian
pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang
anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak
perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan
lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu
seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta ….2
Contoh Penyelesaian Masalahnya :
a. Ahli waris :1 orang anak pr dan 2 orang anak lk.
Ahli Waris Bagian Asal Masalah = 5
1 org anak pr Ashabah bil ghairi 1 kepala = 1
2 org anak lk Ashabah bin nafsi 4 kepala = 4 : 2 = 2
Jumlah =5
3). Jika tidak ada saudaranya yang laki-laki, yaitu anak laki-laki
dari anak laki-laki.
…
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian
pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang
anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak
perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan
lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu
seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta ….3
Kata-kata anak ( ) termasuk didalamnya anak simayat
sendiri, dan anak dari anak laki-lakinya, yakni kalau anak
simayat tidak ada maka digantikan oleh anak-anak dari anak
laki-laki simayat itu dan pembagiannya seperti anak-anaknya
sendiri.
3 Ibid.
129129
Catatan Penting :
Anak perempuan dari anak laki-laki itu tidak mendapat Jika :
a). Ada anak laki-laki dari simayat.
b). Ada dua orang anak perempuan dari simayat.
132 132
4 Ibid, h. 153.
133133
5
Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, Juz 20, Hadis No. 6239, h.
461.
134 134
Catatan Penting :
Saudara perempuan seayah terhijab atau tidak mendapat sama
sekali, jika ada diantara ahli waris yang berikut :
1). Anak laki-laki.
2). Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki).
3) Ayah.
137137
Catatan Penting :
Saudara laki-laki atau saudara perempuan seibu terhijab oleh
ahli waris :
1). Anak laki-laki.
2). Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki).
3). Anak perempuan
4). Anak perempuan dari anak laki-laki (cucu perempuan)
5). Ayah.
6). Ayah dari ayah (kakek).
1. Anak laki-laki.
2. Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki walaupun
sampai kebawah).
3. Ayah, jika simayat tidak mempunyai anak laki-laki dan cucu
(anak laki-laki dari anak laki).
4. Ayah dari ayah (kakek).
5. Saudara laki-laki yang kandung.
6. Saudara laki-laki seayah.
7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung (keponakan).
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah (keponakan).
9. Paman kandung.
1
Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, Juz 20, Hadis No. 6235, h.
454.
146 146
Dalil :
…
…
2
Ibid, h 117.
3 Ibid, h 153.
150 150
2). Ahli waris : 3 org anak pr, 1 orang anak lk dan ibu.
Ahli Waris Bagian AM =6
3 org anak pr Ashbh b ghr 3 kepala} = 6–1 = 5 = 3
1 org anak lk Ashbh b nfs 2 kepala} =2
Ibu 1/6 1/6 x 6 =1
Jumlah =6
3). Ahli waris : 2 org cucu pr (anak pr dari anak lk) dan 3
org cucu lk (anak laki-laki dari anak laki-laki).
ِ ِ ِ َّ َّب صلَّى
ف ْ اَّللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ل ْْلبْ نَة النِي
ُ ص َ ُّ ِضى الن
َ ََع ْن ابْ َن َم ْس ُعود ق
152 152
karena itu jumlah yang 7/6 dinaikkan menjadi 7/7. Jadi suami
mendapat bagian 3/7 dan 2 orang saudara perempuan mendapat
bagian 4/7.
b. Ahli waris: Suami, 2 org sdr pr kdg, ibu dan sdr pr seibu.
c. Ahli waris: Suami, 2 org sdr pr kdg, ibu, sdr pr seibu dan
sdr lk seibu.
MASALAH RADD
A. Pengertian Radd.
Ayat ini menerangkan bahwa sisa harta dari bagian ahli waris,
ditambahkan juga kepada mereka.3
Hadis ini menerangkan bahwa ahli waris sa’ad bin abi Waqqash
adalah seorang anak perempuan saja, dan dia mendapat 2/3
harta peninggalan setelah dibayar wasiatnya 1/3. Sebenarnya
hak ahli warisnya 1 orang anak perempuan adalah 1/2 dari harta
warisan. Jadi kelebihan dari yang 1/2 itu, adalah di raddkan
kepadanya.
a. Ibu.
b. Nenek.
c. Anak perempuan.
d. Anak perempuan dari anak laki-laki.
e. Saudara perempuan yang kandung
f. Saudara perempuan yang seayah.
g. Saudara perempuan yang seibu.
h. Saudara laki-laki yang seibu. 6
5
Muhammad Ali Al-Sabouni, Op cit, h. 155.
6 Mawardi Muhammad, Op cit, h. 63.
164 164
Kalau ahli waris yang mendapat radd itu satu macam saja, maka
asal masalah radd adalah terambil dari angka jumlah kepala.
Penjelasan :
Penjelasan :
Kalau ahli waris yang mendapat radd itu dua macam atau lebih,
maka asal masalahnya adalah jumlah angka pembilang dari
bagian-bagian ahli waris tersebut. Contoh :
b. Ahli waris: Ibu, 1 org anak pr, dan 1 orang anak pr dari
anak laki-laki.
Apabila ahli waris yang mendapat radd itu dua macam atau
lebih, jika bersama-sama dengan suami atau isteri, maka asal
massalah raddnya adalah Angka penyebut bagian isteri atau
suami, jika angka pembilang yang tinggal dari bagian
suami atau isteri, bisa dibagi dengan jumlah angka
pembilang bagian-bagian dari ahli waris radd.
169169
DZAWIL ARHAM
1983), h 446.
2 Mawardi Muhammad, Ilmu Faraidh, (Padang : Sridarma, 1982), h.
71.
3 Departemen Agama RI, Op cit, h. 274.
172 172
4
Maktabah Syamilah, Sunan Tirmidzi, Juz VII, Hadis Nomor 2030,
h 458.
173173
178
dengan sejumlah uang sebagai harga pembelian. Keluarga yang
bersifat kebapakan ini di Indonesia terdapat antara lain di Batak,
Ambon, Bali.
179
2. Warisan.
3. Waqaf.
180
2. Perkara-perkara tentang nikah, talak,rujuk, dan perceraian
antara orang-orang yang beragama Islam yang memerlukan
hakim agama Islam.
5. Perkara mahar.
2
Anwar Sitompul, Dasar-Dasar Praktis Pembagian Harta
Peninggalan Menurut Hukum Waris Islam, ( Bandung : Armoco, 1984), h. 7
181
181
beragama Islam. Pasal ini diperjelas lagi oleh pasal 2, yang
menentukan bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu
pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang
diatur dalam Undang-Undang ini.
1. Perkawinan,
3.
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Cet ke IV ( Jakarta :
Prenada Media Group, 2012) h. 307.
182
182
Peradilan Agama, akan tetapi U U tersebut masih membuka
kemungkinan tentang hak opsi, yaitu hak para ahli waris untuk
memilih hukum waris mana yang mereka sukai untuk
menyelesaikan perkara warisan mereka. Masalah kewarisan
termasuk dalam ruang lingkup hukum perdata (hukum privat),
sedangkan hukum privat itu selalu bersifat mengatur.
Pengadilan Agama dalam melaksanakan tugasnya membagi
harta warisan, jika dilihat dari segi hukum formil dapat ditinjau
dari dua ketentuan, yaitu :
183
mungkin”. Meskipun demikian keadaannya KHI mendorong
terpenuhi kebutuhan akan hukum Islam di Indonesia dalam
sistem hukum nasional.
184
185
sababiyah dan ahli waris nasabiyah. Adapun ahli waris menurut
adat adalah erat kaitannya dengan bentuk masyarakat dan sifat
kekeluargaan yang berpangkal pada sistem menarik garis
keturunan, untuk itu terbagi kepada sistem patrilinial, sistem
matrilinial dan sistem parental atau bilateral.
186
pembagian harta warisan secara Islam juga harus dilakukan.
Maka orang-orang Islam terutama mahasiswa IAIN harus
mengerti dan dapat membagi harta warisan berdasarkan hukum
Islam.
187
188
D. PRAKTIK ( Contohnya )
189
Jawaban.
1
Abdul Gani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam
Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994 ), h. 62.
192 192
KETENTUAN UMUM
Pasal 171
BAB II
AHLI WARIS
Pasal 172
Ahli waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari
Kartu Identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian,
196 196
sedangkan bagi bayi yang baru lahir atau anak yang belum
dewasa, beragama menurut ayahnya atau lingkungannya.
Pasal 173
Seorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan
hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap,
dihukum karena:
a. dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh
atau menganiaya berat para pewaris;
b. dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan
pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan
yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau
hukuman yang lebih berat.
Pasal 174
(1) Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:
a. Menurut hubungan darah:
- golongan laki-laki terdiri dari : ayah, anak laki-
laki, saudara laki-laki, paman dan kakek.
- Golongan perempuan terdiri dari : ibu, anak
perempuan, saudara perempuan dari nenek.
b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari : duda atau
janda.
(2) Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat
warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda.
Pasal 175
(1) Kewajiban ahli waris terhadap pewaris adalah:
a. mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman
jenazah selesai;
b. menyelesaikan baik hutang-hutang berupa
pengobatan, perawatan, termasuk kewajiban pewaris
maupun penagih piutang;
c. menyelesaikan wasiat pewaris;
197197
BAB III
BESARNYA BAHAGIAN
Pasal 176
Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat separoh
bagian, bila dua orang atau lebih mereka bersama-sama
mendapat dua pertiga bagian, dan apabila anak perempuan
bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak laki-
laki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan.
Pasal 177
Ayah mendapat sepertiga bagian bila pewaris tidak
meninggalkan anak, bila ada anak, ayah mendapat seperenam
bagian. (Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor :
2 Tahun 1994, maksud pasal tersebut ialah ayah mendapat
sepertiga bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, tetapi
meninggalkan suami dan ibu, bila ada anak, ayah mendapat
seperenam bagian)
Pasal 178
(1) Ibu mendapat seperenam bagian bila ada anak atau dua
saudara atau lebih. Bila tidak ada anak atau dua orang
saudara atau lebih, maka ia mendapat sepertiga bagian.
(2) Ibu mendapat sepertiga bagian dari sisa sesudah diambil
oleh janda atau duda bila bersama-sama dengan ayah.
198 198
Pasal 179
Duda mendapat separoh bagian, bila pewaris tidak
meninggalkan anak, dan bila pewaris meninggalkan anak, maka
duda mendapat seperempat bagian.
Pasal 180
Janda mendapat seperempat bagian bila pewaris tidak
meninggalkan anak, dan bila pewaris meninggalkan anak maka
janda mendapat seperdelapan bagian.
Pasal 181
Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah,
maka saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu masing-
masing mendapat seperenam bagian. Bila mereka itu dua orang
atau lebih maka mereka bersama-sama mendapat sepertiga
bagian.
Pasal 182
Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah,
sedang ia mempunyai satu saudara perempuan kandung atau
seayah, maka ia mendapat separoh bagian. Bila saudara
perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara perempuan
kandung atau seayah dua orang atau lebih, maka mereka
bersama-sama mendapat dua pertiga bagian. Bila saudara
perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara laki-laki
kandung atau seayah, maka bagian saudara laki-laki dua
berbanding satu dengan saudara perempuan.
Pasal 183
Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam
pembagian harta warisan, setelah masing-masing menyadari
bagiannya.
199199
Pasal 184
Bagi ahli waris yang belum dewasa atau tidak mampu
melaksanakan hak dan kewajibannya, maka baginya diangkat
wali berdasarkan keputusan Hakim atas usul anggota keluarga.
Pasal 185
(1) Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada
sipewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh
anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam Pasal 173.
(2) Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari
bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti.
Pasal 186
Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai
hubungan saling mewaris dengan ibunya dan keluarga dari
pihak ibunya.
Pasal 187
(1) bilamana pewaris meninggalkan warisan harta
peninggalan, maka oleh pewaris semasa hidupnya atau
oleh para ahli waris dapat ditunjuk beberapa orang sebagai
pelaksana pembagian harta warisan dengan tugas:
a. mencatat dalam suatu daftar harta peninggalan, baik
berupa benda bergerak maupun tidak bergerak yang
kemudian disahkan oleh para ahli waris yang
bersangkutan, bila perlu dinilai harganya dengan
uang;
b. menghitung jumlah pengeluaran untuk kepentingan
pewaris sesuai dengan Pasal 175 ayat (1) sub a, b,
dan c.
(2) Sisa dari pengeluaran dimaksud di atas adalah merupakan
harta warisan yang harus dibagikan kepada ahli waris yang
berhak.
200 200
Pasal 188
Para ahli waris baik secara bersama-sama atau perseorangan
dapat mengajukan permintaan kepada ahli waris yang lain untuk
melakukan pembagian harta warisan. Bila ada diantara ahli
waris yang tidak menyetujui permintaan itu, maka yang
bersangkutan dapat mengajukan gugatan melalui Pengadilan
Agama untuk dilakukan pembagian warisan.
Pasal 189
(1) Bila warisan yang akan dibagi berupa lahan pertanian yang
luasnya kurang dari 2 hektar, supaya dipertahankan
kesatuannya sebagaimana semula, dan dimanfaatkan untuk
kepentingan bersama para ahli waris yang bersangkutan.
(2) Bila ketentuan tersebut pada ayat (1) pasal ini tidak
dimungkinkan karena di antara para ahli waris yang
bersangkutan ada yang memerlukan uang, maka lahan
tersebut dapat dimiliki oleh seorang atau lebih ahli waris
yang dengan cara membayar harganya kepada ahli waris
yang berhak sesuai dengan bagiannya masing-masing.
Pasal 190
Bagi pewaris yang beristeri lebih dari seorang, maka masing-
masing isteri berhak mendapat bagian atas gono-gini dari rumah
tangga dengan suaminya, sedangkan keseluruhan bagian
pewaris adalah menjadi hak para ahli warisnya.
Pasal 191
Bila pewaris tidak meninggalkan ahli waris sama sekali atau
ahli warisnya tidak diketahui ada atau tidaknya, maka harta
tersebut atas putusan Pengadilan Agama diserahkan
penguasaannya kepada Baitul Mal untuk kepentingan Agama
Islam dan kesejahteraan umum.
201201
BAB IV
AUL DAN RAD
Pasal 192
BAB V
WASIAT
Pasal 194
(1) Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun,
berakal sehat dan tanpa adanya paksaan dapat mewasiatkan
sebagian harta bendanya kepada orang lain atau lembaga.
(2) Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari
pewasiat.
(3) Pemilikan terhadap harta benda seperti dimaksud dalam
ayat (1) pasal ini baru dapat dilaksanakan sesudah pewasiat
meninggal dunia.
202 202
Pasal 195
(1) Wasiat dilakukan secara lisan dihadapan dua orang saksi,
atau tertulis dihadapan dua orang saksi, atau dihadapan
Notaris.
(2) Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya
sepertiga dari harta warisan kecuali apabila semua ahli
waris menyetujui.
(3) Wasiat kepada ahli waris berlaku bila disetujui oleh semua
ahli waris.
(4) Pernyataan persetujuan pada ayat (2) dan (3) pasal ini
dibuat secara lisan di hadapan dua orang saksi atau tertulis
di hadapan dua orang saksi di hadapan Notaris.
Pasal 196
Dalam wasiat baik secara tertulis maupun lisan harus
disebutkan dengan tegas dan jelas siapa siapa atau lembaga apa
yang ditunjuk akan menerima harta benda yang diwasiatkan.
Pasal 197
(1) Wasiat menjadi batal apabila calon penerima wasiat
berdasarkan putusan Hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dihukum karena:
a. dipersalahkan telah membunuh atau mencoba
membunuh atau menganiaya berat kepada pewasiat;
b. dipersalahkan secara memfitrnah telah mengajukan
pengaduan bahwa pewasiat telah melakukan sesuatu
kejahatan yang diancam hukuman lima tahun penjara
atau hukuman yanglebih berat;
c. dipersalahkan dengan kekerasan atau ancaman
mencegah pewasiat untuk membuat atau mencabut
atau merubah wasiat untuk kepentingan calon
penerima wasiat;
203
203
Pasal 200
Harta wasiat yang berupa barang tak bergerak, bila karena suatu
sebab yang sah mengalami penyusutan atau kerusakan yang
terjadi sebelum pewasiat meninggal dunia, maka penerima
wasiat hanya akan menerima harta yang tersisa.
Pasal 201
Apabila wasiat melebihi sepertiga dari harta warisan sedangkan
ahli waris ada yang tidak menyetujui, maka wasiat hanya
dilaksanakan sampai sepertiga harta warisnya.
Pasal 202
Apabila wasiat ditujukan untuk berbagai kegiatan kebaikan
sedangkan harta wasiat tidak mencukupi, maka ahli waris dapat
menentukan kegiatan mana yang didahulukan pelaksanaannya.
Pasal 203
(1) Apabila surat wasiat dalam keadaan tertutup, maka
penyimpanannya di tempat Notaris yang membuatnya atau
di tempat lain, termasuk surat-surat yang ada
hubungannya.
(2) Bilamana suatu surat wasiat dicabut sesuai dengan Pasal
199 maka surat wasiat yang telah dicabut itu diserahkan
kembali kepada pewasiat.
Pasal 204
(1) Jika pewasiat meninggal dunia, maka surat wasiat yang
tertutup dan disimpan pada Notaris, dibuka olehnya di
hadapan ahli waris, disaksikan dua orang saksi dan dengan
membuat berita acara pembukaan surat wasiat itu.
(2) Jikas surat wasiat yang tertutup disimpan bukan pada
Notaris maka penyimpan harus menyerahkan kepada
Notaris setempat atau Kantor Urusan Agama setempat dan
selanjutnya Notaris atau Kantor Urusan Agama tersebut
membuka sebagaimana ditentukan dalam ayat (1) pasal ini.
205
205
(3) Setelah semua isi serta maksud surat wasiat itu diketahui
maka oleh Notaris atau Kantor Urusan Agama diserahkan
kepada penerima wasiat guna penyelesaian selanjutnya.
Pasal 205
Dalam waktu perang, para anggota tentara dan mereka yang
termasuk dalam golongan tentara dan berada dalam daerah
pertempuran atau yang berada di suatu tempat yang ada dalam
kepungan musuh, dibolehkan membuat surat wasiat di hadapan
seorang komandan atasannya dengan dihadiri oleh dua orang
saksi.
Pasal 206
Mereka yang berada dalam perjalanan melalui laut dibolehkan
membuat surat wasiat di hadapan nakhoda atau mualim kapal,
dan jika pejabat tersebut tidak ada, maka dibuat di hadapan
seorang yang menggantinya dengan dihadiri oleh dua orang
saksi.
Pasal 207
Wasiat tidak diperbolehkan kepada orang yang melakukan
pelayanan perawatan bagi seseorang dan kepada orang yang
memberi tuntunan kerohanian sewaktu ia menderita sakit
sehingga meninggalnya, kecuali ditentukan dengan tegas dan
jelas untuk membalas jasa.
Pasal 208
Wasiat tidak berlaku bagi Notaris dan saksi-saksi pembuat akte
tersebut.
Pasal 209
(1) Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal
176 sampai dengan Pasal 193 tersebut di atas, sedangkan
terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat
206 206
BAB VI
HIBAH
Pasal 210
(1) Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun
berakal sehat tanpa adanya paksaan dapat menghibahkan
sebanyak-banyaknya 1/3 harta bendanya kepada orang lain
atau lembaga dihadapan dua orang saksi untuk dimiliki.
(2) Harta benda yang dihibahkan harus merupakan hak dari
penghibah.
Pasal 211
Hibah dari orang tua kepada anaknya dapat diperhitungkan
sebagai warisan.
Pasal 212
Hibah tidak dapat ditarik kembali, kecuali hibah orang tua
kepada anaknya.
Pasal 213
Hibah yang diberikan pada saat pemberi hibah dalam keadaan
sakit yang dekat dengan kematian, maka harus mendapat
persetujuan dari ahli warisnya.
Pasal 214
Warga negara Indonesia yang berada di negara asing dapat
membuat surat hibah di hadapan Konsulat atau Kedutaan
Republik Indonesia setempat sepanjang isinya tidak
bertentangan dengan ketentuan pasal-pasal ini.
207
CONTOH-CONTOH SOAL
DAFTAR PUSTAKA
Daud Ali, Hukum Islam, Ilmu Hukum, dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo, 1998.
BIODATA PENULIS