Skenario
Bapak Tarjo 38 tahun, dating berobat ke RSUD X dengan keluhan utama hidung
sebelah kiri berbau busuk. Sejak kurang lebih dua bulan yang lalupenderita mengeluh
hidung seblah kiri berbau busuk yang semakin lama semakin berat, disertai keluhan
hidung tersumbat yang hilang timbul, dan mengeluarkan iungus kental yang berbau
dan berwarna kehijauan. Lender dari hidung juga dirasakan mengalir ke tenggorokan.
Sejak satu minggu yang lalu, penderita mengeluh demam, sakit kepala yang
bertambah berat teruta saat menunduk, telinga kiri terasa penuh dan pendengaran
sedikit menurun. Telinga kanan dan tenggorokan tidak ada keluhan.
Enam bulan yang lalu penderita mengeluh sakit pada gigi geraham kiri atas dan oleh
dokter gigi disarankan untuk dicabut, namun penderita menolak.
Pemeriksaan fisik
Tampak sakit ringan
Compos mentis
TD 120/80
Nadi 84 bpm
RR 16 bpm
Temp 37,8oC
Sinusitis-Otitis Media
Page 1
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret (-)
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret kental (+) berwarna kehijauan pada
meatus media
Septum nasi : di tengah
Rhinoskopi posterior :
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret (-)
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret kental (+) berwarna kehijauan pada
meatus media
Septum nasi : di tengah
Post nasal drip : (+)
Orofaring :
Dinding faring posterior : hiperemis (-), granula (+)
Post nasal drip : (+)
Tonsil : T1-T1
Oral : calculus (+), halithosis (+), tampak radix M1 san M2 kiri atas
1. Hidung tersumbat :
2. Ingus kental berbau dan berwarna kehijauan :
3. Otoskopi : alat untuk memeriksa telinga
4. Aurikula : telinga kecil
5. Kanalis akustikus eksternus : saluran telinga luar
6. Membrane timpani : partisi tipis antara MAE dan telinga bagian dalam
Sinusitis-Otitis Media
Page 2
7. Retraksi : tindakan menarik kembalian
8. Rhinoskopi : pemeriksaan lubang hidung menggunakan spekulum
9. Khonka : struktur seperti kulit kerang
10. Calculus : gumpalan (konkresi yang abnormal)
11. Halithosis : bau nafas yang menusuk
12. Telinga terasa penuh :
13. Pendengaran menurun :
14. Meatus media :
15. Air fluid level :
16. Posisi waters :
Sinusitis-Otitis Media
Page 3
Temp 37,8oC
4. Pemeriksaan fisik status lokalis
Pemeriksaan status lokalis
Otoskopi :
Telinga kanan
Aurikula : dalam batas normal
Kanalis akustikus externus : dalam batas normal
Membrane timpani : dalam batas normal
Telinga kiri
Aurikula : dalam batas normal
Kanalis akustikus externus : dalam batas normal
Membrane timpani : retraksi (+), reflex cahaya menurun
Rhinoskopi anterior :
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret (-)
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret kental (+) berwarna kehijauan pada meatus
media
Septum nasi : di tengah
Rhinoskopi posterior :
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret (-)
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret kental (+) berwarna kehijauan pada meatus
media
Septum nasi : di tengah
Post nasal drip : (+)
Orofaring :
Sinusitis-Otitis Media
Page 4
Dinding faring posterior :
Post nasal drip
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
Rintgen sinus paranasal posisi water :
Kesan : tampak adanya perselubungan dan air fluid level pada sinus maksilaris
kiri. Sinus maksilaris kanan tidak ada kelainan.
V. Hipotesis
“ Bapak Tarjo, 38 tahun mengeluh hidung sebelah kiri berbau busuk et causa
rhinosinusitis dentogen maksilaris sinistra dengan komplikasi otitis media”
Otitis media
VII. Sintesis
i. Anatomi fisiologi THT
Telinga
Sinusitis-Otitis Media
Page 6
Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
• Batas luar : membran timpani
• Batas depan : tuba eustachius
• Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
• Batas belakang : auditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
• Batas atas : segmen timpani (meningen/ otak)
• Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong , tingkap bundar & promontorium.
Tuba eustachius
• Menghubungkan rongga telinga tengah à nasofaring.
• Bagian lateral àbagian yang bertulang
• 2/3 medial bersifat kartilaginosa.
• Origo otot tensor timpani à sebelah atas bagian bertulang
• kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya.
• Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak à masuk ke faring di atas otot
levator palatinum dan tensor palatinum à disarafi pleksus faringeal dan saraf
mandibularis.
• Menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrana timpani.
Sinus paranasal
• Four bones of the skull contain paired air spaces called the paranasal sinuses - frontal,
ethmoidal, sphenoidal, maxillary
• Decrease skull bone weight
• Warm, moisten and filter incoming air
• Add resonance to voice.
• Communicate with the nasal cavity by ducts.
Sinusitis-Otitis Media
Page 7
• Lined by pseudostratified ciliated columnar epithelium
Hidung
Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.
Bagian tulang adalah:
2) vomer,
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada bagian
tulang, sedangkan diluarnya dilapisi pula oleh mukosa hidung. Bagian depan dinding lateral
hidung licin, yang disebut ager nasi dan di belakangnya terdapat konka-konka yang mengisi
sebagian besar dinding lateral hidung.
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung
terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus
yaitu meatus inferior, medianus dan superior. Meatus inferior terletak di antara konka inferior
dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara
(ostium) duktus nasolakrimalis.
Meatus medius terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus
medius terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris, dan infundibulum etmoid.
Hiatus semilunaris merupakan suatu celah sempit melengkung dimana terdapat muara sinus frontal,
sinus maksila, dan sinus etmoid anterior.
Sinusitis-Otitis Media
Page 8
Kompleks Ostiomeatal (Kom)
Kompleks ostiomeatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral hidung yang
dibatasioleh konka media dan lamina papirasea. Strukstur anatomi penting yang membentuk
KOM adalah prosessus unsinatus, infundibulum ethmoid, hiatus semilunaris, bula ethmoid,
agger nasi dan resessus frontal. KOM merupakan unti fungsional yang merupakan tempat
ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya di anterior iaitu sinus maksila, ethmoid
anterior dan frontal.
Jika terjadi sumbatan pada celah yang sempit ini maka akan terjadi perubahan patologis yang
signifikan pada sinus-sinus yang terkait.
Hidung Dalam
Struktur ini membentang dari os internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang
memisahkan rongga hidung. Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah, secara
anatomi membagi organ menjadi dua hidung. Selanjutnya, pada dinding lateral hidung
terdapat pula konka dengan rongga udara yang tak teratur diantaranya meatus superior, media
dan inferior. Sementara kerangka tulang tampaknya menentukan diameter yang pasti dari
rongga gubah resistensi, dan akibatnya tekanan dan volume aliran udara inspirasi dan
eksprasi. Diameter yang berbeda-beda disebabkan oleh kongesti dan dekongesti mukosa,
perubahan badan vaskular yang dapat mengembang pada konka dan septum atas, dan dari
krusta dan deposit atau sekret mukosa. Hiatus semilunaris dari meatus media merupakan
muara sinus frontalis, etmoidalis dan sinus maksilaris. Sel-sel sinus etmoidalis posterior
bermuara pada resesus sfenoetmoidalis.
Nasofaring
In the lateral walls of the nasopharynx, paired auditory/eustachian tubes connect the
nasopharynx to the middle ear.
Sinusitis-Otitis Media
Page 9
Orofaring
Sinusitis-Otitis Media
Page 11
tenaghnya sebagai akibat peradangan terdahulu (timpanosklerosis).
Retraksi membran timpani dapat pula terjadi bila vakum dalam telinga
tengah atau dapat menonjol bila terdapat cairan, infeksi atau massa
jaringan dalam telinga tengah. Otitis media kronis dengan keluarnya secret
selalu disertai perforasi membrane timpani yang serius.
Intervensi kolaboratif pada Penyakit Membran Timpani adalah pemberian
tetes telinga antibiotika seperti eritromisin, yang merupakan obat pilihan
untuk menghilangkan nyeri, adanya bulging atau vesikel dapat dipecahkan
dengan jarum halus atau miringotomi.
Rhinoskopi anterior :
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)rhinitis hipertrofi
Mukosa : hiperemis (+)inflamasi, secret (-)normal
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)rhinitis hipertrofi
Mukosa : hiperemis (+)inflamasi, secret kental (+) berwarna kehijauan
pada meatus mediamukopurulen dari inflamasi di sinus maksilaris, yang
keluar melalui muara hiatus semilunaris di meatus media
Septum nasi : di tengahnormal
Rhinoskopi posterior :
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)rhinitis hipertrofi
Mukosa : hiperemis (+)inflamasi, secret (-)normal
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)rhinitis hipertrofi
Mukosa : hiperemis (+)inflamasi, secret kental (+) berwarna kehijauan
pada meatus media mukopurulen dari inflamasi di sinus maksilaris,
yang keluar melalui muara hiatus semilunaris di meatus media
Septum nasi : di tengahnormal
Post nasal drip : (+) sinusitis
Orofaring :
Dinding faring posterior :hiperemis(-)normal, granula (+)infeksi gigi
Sinusitis-Otitis Media
Page 12
Post nasal dripsinusitis
Tonsil : T1-T1normal
oral : calculus(+)dental plaque dari gigi berlubang, halithosis(+)bau busuk
dari infeksi kuman anaerob pada gigi, tampak radix M1 dan M2 kiri ataslokasi
gigi berlubag
Sinusitis-Otitis Media
Page 13
iv. Cara melakukan pemeriksaan fisik status lokalis
Pemeriksaan telinga
Inspeksi :
Mula-mula dilakukan inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada kelainan bentuk
telinga, tanda-tanda peradangan, tumor dan secret yang keluar dari liang telinga.
Pengamatan dilakukan pada telinga bagian depan dan belakang.
Palpasi :
Setelah mengamati bagian-bagian telinga, lakukan palpasi pada telinga,apakah ada nyeri
tekan, nyeri tarik atau tanda-tanda pembesaran kelenjar pre dan post aurikuler.
Auskultasi :
Pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan stetoskop dapat dilakukan
pada kasus-kasus tertentu misalnya pada penderita dengan keluhan tinnitus objektif
Otoskopi :
Pemeriksaan liang telinga dan membrane timpani dilakukan dengan memposisikan liang
telinga sedemikian rupa agar diperoleh aksis liang telinga yang sejajar dengan arah
pandang mata sehingga keseluruhan liang telinga sampai permukaan membrane timpani
dapat terlihat. Posisi ini dapat diperoleh dengan menjepit daun telinga dengan
menggunakan ibu jari dan jari tengah dan menariknya kearah superior-dorso-lateral dan
mendorong tragus ke anterior dengan menggunakan jari telunjuk. Cara ini dilakukan
dengan tangan kanan
bila akan memeriksa telinga kiri dan sebaliknya digunakan tangan kiri bila akan
memeriksa telinga kanan. Pada kasus-kasus dimana kartilago daun telinga agak kaku atau
kemiringan liang telinga terlalu ekstrim dapat digunakan bantuan speculum telinga yang
disesuaikan dengan besarnya diameter liang telinga. Spekulum telinga dipegang dengan
menggunakan tangan yang bebas. Amati liang telinga dengan seksama apakah ada
stenosis atau atresia meatal, obstruksi yang disebabkan oleh secret, jaringan ikat, benda
asing, serumen
obsturan, polip, jaringan granulasi, edema atau furunkel. Semua sumbatan ini sebaiknya
disingkirkan agar membrane timpani dapat terlihat jelas. Diamati pula dinding liang
telinga ada atau tidak laserasi Liang telinga dibersihkan dari secret dari sekret dengan
menggunakan aplikator kapas, bilas telinga atau dengan suction.
Sinusitis-Otitis Media
Page 14
Cara membuat aplikator kapas yaitu dengan mengambil kapas secukupnya kemudian
aplikator diletakkan ditengah-tengah kapas aturlah letak aplikator sedemikian rupa
sehingga ujung aplikator terletak kira-kira pada pertengahan kapas, kapas kemudian
dilipat dua sehingga menyelimuti ujung aplikator dan dijepit dengan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kiri. Selanjutnya pangkal aplikator diputar searah dengan putaran jarum
jam dengan menggunakan tangan kanan. Setelah ujung aplikator diselimuti kapas lakukan
pengecekan apakah ujung aplikator yang tajam tidak melampaui ujung kapas. Selanjutnya
kapas aplikator dilewatkan diatas api Bunsen.. Bila secret terlalu profus dapat digunakan
bilasan air hangat yang disesuikan dengan suhu tubuh. Bilasan telinga dilakukan dengan
menyemprotkan air dari spoit langsung ke dalam telinga. Ujung spoit diarahkan ke
dinding atas meatus sehingga diharapkan secret / serumen akan dikeluarkan oleh air
bilasan yang balik kembali. Pengamatan terhadap membrane timpani dilakukan dengan
memperhatikan permukaan membrane timpani, posisi membrane, warna, ada tidaknya
perforasi, refleks cahaya, struktur telinga tengah yang terlihat pada permukaan membrane
seperti manubrium mallei, prosesus brevis, plika maleolaris anterior dan posterior
Otopneumoskop :
Untuk mengetahui mobilitas membrane timpani digunakan otopneumoskop. Bila akan
dilakukan pemeriksaan telinga kanan, speculum otopneumoskop difiksasi dengan ibu jari
dan jari telunjuk, daun telinga dijepit dengan menggunakan jari tengah dan jari manis
tangan kiri, sebaliknya dilakukan bila akan memeriksa telinga kiri. Selanjutnya
pneumoskop dikembang kempiskan dengan menggunakan tangan kanan. Pada saat
pneumoskop dikembang kempiskan, pergerakan membrane timpani dapat diamati melalui
speculum
otopneumoskop.
Valsalva test :
Pergerakan membrane timpani dapat pula diamati dengan menyuruh pasien melakukan
Manuver Valsalva yaitu dengan menyuruh pasien mengambil napas dalam, kemudian
meniupkan melalui hidung dan mulut yang tertutup oleh tangan. Diharapkan dengan
menutup hidung dan mulut, udara tidak dapat keluar melalui hidung dan mulut sehingga
terjadi peninggian tekanan udara di dalam nasofaring. Selanjutnya akibat penekanan
udara, ostium tuba yang terdapat dalam rongga nasofaring akan terbuka dan udara akan
masuk ke dalam kavum timpani melalui tuba auditiva.
Sinusitis-Otitis Media
Page 15
Pemeriksaan hidung
Inspeksi :
dilakukan dengan mengamati ada tidaknya kelainan bentuk hidung, tanda-tanda infeksi
dan sekret yang keluar dari rongga hidung.
Palpasi :
dilakukan dengan penekanan jari-jari telunjuk mulai dari pangkal hidung sampai apeks
untuk mengetahui ada tidaknya nyeri, massa tumor atau tanda-tanda krepitasi.
Pemeriksaan rongga hidung dilakukan melalui lubang hidung yang disebut dengan
Rhinoskopi anterior dan yang melalui rongga mulut dengan menggunakan cermin
nasofaring yang disebut dengan Rhinoskopi posterior .
Rhinoskopi anterior
RA dilakukan dengan menggunakan speculum hidung yang disesuaikan dengan besarnya
lubang hidung. Spekulum hidung dipegang dengan tangan yang dominant. Spekulum
digenggam sedemikian rupa sehingga tangkai bawah dapat digerakkan bebas dengan
menggunakan jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai
fiksasi disekitar hidung. Lidah speculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam keadaan
tertutup ke dalam rongga hidung. Di dalam rongga hidung lidah speculum dibuka. Jangan
memasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidah speculum terlalu lebar.
Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari rongga hidung , lidah speculum dirapatkan
tetapi tidak terlalu rapat untuk menghindari terjepitnya bulu-bulu hidung. Amati struktur
yang terdapat di dalam rongga hidung mulai dari dasar rongga hidung, konka-konka,
meatus dan septum nasi. Perhatikan warna dan permukaan mukosa rongga hidung, ada
tidaknya massa , benda asing dan secret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka
inferior . Bila ingin melihat konka medius dan superior pasien diminta untuk tengadahkan
kepala.
Pada pemeriksaan RA dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle yaitu pergerakan
palatum molle pada saat pasien diminta untuk mengucapkan huruf “ i “. Pada waktu
melakukan penilaian fenomena palatum molle usahakan agar arah pandang mata sejajar
dengan dasar rongga hidung bagian belakang. Pandangan mata tertuju pada daerah
nasofaring sambil mengamati turun naiknya palatum molle pada saat pasien
mengucapkan huruf “ i ” . Fenomena Palatum Molle akan negatif bila terdapat massa di
dalam rongga nasofaring yang menghalangi pergerakan palatum molle, atau terdapat
kelumpuhan otot-otot levator dan tensor velli palatini. Bila rongga hidung sulit diamati
Sinusitis-Otitis Media
Page 16
oleh adanya edema mukosa dapat digunakan tampon kapas efedrin yang dicampur dengan
lidokain yang dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk mengurangi edema mukosa.
Rhinoskopi posterior
Pasien diminta untuk membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3 dorsal lidah ditekan
dengan menggunakan spatel lidah. Jangan melakukan penekan yang terlalu keras pada
lidah atau memasukkan spatel terlalu jauh hingga mengenai dinding faring oleh karena
hal ini dapat merangsang refleks muntah. Cermin nasofaring yang sebelumnya telah
dilidah apikan, dimasukkan ke belakang rongga mulut dengan permukaan cermin
menghadap ke atas. Diusahakan agar cermin tidak menyentung dinding dorsal faring..
Perhatikan
struktur rongga nasofaring yang terlihat pada cermin. Amati septum nasi bagian belakang,
ujung belakang konka inferior, medius dan superior, adenoid (pada anak), ada tidak secret
yang mengalir melalui meatus.
Perhatikan pula struktur lateral rongga nasofaring : ostium tuba, torus tubarius, fossa
Rossenmulleri
Selama melakukan pemeriksaan pasien diminta tenang dan tetap bernapas melalui
hidung. Pada penderita yang sangat sensitif, dapat disemprotkan anestesi lokal ke daerah
faring sebelum dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan sinus paranasalis
Inspeksi :
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pembengkakan pada wajah. Pembengkakan dan
kemerahan pada pipi, kelopak mata bawah menunjukkan kemungkinan adanya sinusitis
maksilaris akut. Pembengkakan pada kelopak mata atas kemungkinan sinusitis frontalis
akut.
Palpasi : Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk pada gigi bagian atas menunjukkan
adanya Sinusitis maksilaris. Nyeri tekan pada medial atap orbita menunjukkan adanya
Sinusitis frontalis. Nyeri tekan di daerah kantus medius menunjukkan adanya
kemungkinan sinusitis etmoidalis.
Pemeriksaan faring
Inspeksi :
Penderita diinstruksikan membuka mulut, perhatikan struktur di dalam cavum oris mulai
dari gigi geligi, palatum, lidah, bukkal. Lihat ada tidaknya kelainan berupa,
pembengkakan, hiperemis, massa, atau kelainan congenital.
Sinusitis-Otitis Media
Page 17
Palpasi :
Lakukan penekanan pada lidah secara lembut dengan spatel lidah. Perhatikan struktur
arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding dorsal faring. Deskripsikan kelainan-kelainan
yang tampak. Dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa
bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan dalam
rongga mulut.
Sinusitis-Otitis Media
Page 18
Langkah-Langkah Pemeriksaan
Sinusitis-Otitis Media
Page 20
· Penderita diinstruksikan membuka mulut
· Lakukan penekanan lidah dengan spatel lidah
· Tampak memperhatikan keadaan cavum oris
sampai orofaring
· Dengan menggunakan sarung tangan lakukan
palpasi pada daerah mukosa bukkal, dasar lidah
dan daerah palatum untuk menilai adanya
kelainan-kelainan dalam rongga mulut
v. Diagnosis banding
Sinusitis-Otitis Media
Page 21
vi. Interpretasi pemeriksaan penunjang dan mekanisme pemeriksaan penunjang abnormal
1. Rontgen sinus paranasal posisi water :
Kesan : tampak adanya perselubungan dan air fluid level pada sinus maksilaris
kiri. Sinus maksilaris kanan tidak ada kelainansinusitis pada sinus maksilaris
kanan.
Foto polos posisi water’s, PA dan lateral à hanya dapat menilai sinus-sinus besar à
adanya perselubungan, batas udara-cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa
- batuk kronik,
- gangguan tenggorokan,
- gangguan telinga akibat
sumbatan kronik muara tuba
Eustachii,
Pemeriksaan fisik :
rhinoskopi : post nasal drip
orofaring : halithosis
Pemeriksaan penunjang :
adanya perselubungan, batas
udara-cairan (air fluid level)
atau penebalan mukosa pada
sinus maksilaris kanan
Sinusitis-Otitis Media
Page 23
Sinusitis maksilaris kanan
Pemeriksaan anjuran :
CT scan sinus à gold standard
diagnosis sinusitis à mampu
menilai anatomi hidung, adanya
penyakit dan kelainan pada
sinus à karena mahal hanya
untuk diagnosis sinusitis kronik
yang tidak sembuh
viii. Sinusitis
Definisi
Sinusitis adalah inflamasi sinus paranasal.
Umumnya disertai/dipicu oleh rinitis, sehingga sering disebut rhinosinusitis.
Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua
sinus paranasal disebut pansinusitis.
Etiologi
Berdasarkan penjalaran :
1. Rinogen
Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :
Rinitis Akut (influenza)
Polip, septum deviasi
2. Dentogen
Penjalaran infeksi dari gigi geraham atas
Penyebabnya adalah kuman :
Streptococcus pneumonia
Hamophilus influenza
Steptococcus viridians
Staphylococcus aureus
Sinusitis-Otitis Media
Page 24
Branchamella catarhatis
Berdasarkan agen penyebab :
1. Virus ; Rhinovirus, Influenza, Parainfluenza, Adenovirus.
2. Bakteri
Akut ; S.pneumoniae, H.influenza, M.catarrhalis, S.pyogenes.
Kronis ; Anaerob, Bacteroides, Anaerobic gram (+) cocci.
3. Lain-lain ; S.aureus, H.influenza, P.aeruginosa, E.coli, S.beta hemolyticus , Jamur
(sering pada pasien DM/imunocompromise), Aspergilus, Mucormycosis, Fungus.
Predisposisi
1. Faktor dinamik:
Alergi:
Inhalant, makanan.
Infeksi:
Bakteri, jamur, virus.
Iritasi mukosa.
2. Faktor lingkungan:
Panas, kelembapan.
3. Faktor bukan dinamik:
Kelainan anatomi.
Deviasi septum nasi, stenosis osteomeatal.
Bekas luka operasi.
Synechia, restenosis, lateralisasi concha medius.
Ciliary dyskinesias.
Benda asing.
Polip nasal.
Tumor.
Klasifikasi
Timbulnya gejala klinis:
Akut à sampai 4 minggu.
Subakut à 4-12 minggu.
Kronis à > 12 minggu.
Rekurens:
≥4 episode/tahun, 1 episode: ≥ 7 hari.
Sinusitis-Otitis Media
Page 25
Interval di antara episode 2 bulan.
Daerah anatomi yang terlibat:
Etmoidal.
Maxilla.
Sphenoid.
Frontal.
Keterlibatan kehadiran ekstrasinus:
Komplikasi/bukan.
Faktor-faktor pengganggu atau modifikasinya:
Atopi, imunosupresi, obstruksi osteomeatal.
Patogenesis
Faktor penyebab
1. Obstruksi sinus ostia
a. Kelainan anatomis, tumor, trauma.
à gangguan drainase mukus.
2. Gangguan cilia
a. Ciliotoxin, ciliary dyskinesia, udara dingin.
à akumulasi cairan dalam sinus.
3. Kualitas dan kuantitas mukus
Mengandung glycoprotein, Ig, sel inflamasi.
Produksi >> à retensi.
Defek imunitas à komposisi Ig <<.
Skema :
Sinusitis-Otitis Media
Page 26
Faktor terganggu
Infeksi
Edema di KOM
menetap
Sekret purulen Hipoksia sinus
Gejala Klinis
Keluhan Utama : hidung tersumbat , nyeri tekan pada muka, ingus purulen (post nasal
drip).
Gejala sistemik : demam dan lesu.
Nyeri tekan pada daerah sinus (khas).
- Sinusitis ethmoidale à nyeri di antara atau belakang kedua bola mata.
- Sinusitis maxilla à nyeri pipi, kadang referred pain ke gigi dan telinga.
- Sinusitis frontale à nyeri dahi atau seluruh kepala.
- Sinusitis sfenoid à nyeri di verteks, oksipital, belakang bola mata, daerah
mastoid.
Sakit kepala (sinus headache)
Hipoosmia/anosmiakemampuan mennghidu menurun/tidak ada
Halitosisbau nafas menusuk
Pada sinusitis kronis (tidak khas, 1 dari 2 gejala):
- sakit kepala kronis,
- post nasal drip,
- batuk kronik,
- gangguan tenggorokan,
- gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba Eustachii,
- Dll.
Komplikasi
1. Kelainan orbita:
Edema palpebra, selulitis orbita, abses orbita.
2. Kelainan intrakranial:
Sinusitis-Otitis Media
Page 27
Meningitis, abses otak, trombosis sinus kavernosus.
3. Lokal:
Mucocele, osteomyelitis.
4. Sistemik:
Sepsis, multiple organ failure (jarang).
Penatalaksanaan
1. Tujuan
Mempercepat penyembuhan.
Mencegah komplikasi.
Mencegah perubahan menjadi kronis.
2. Prinsip pengobatan
membuka sumbatan di KOM, sehingga darinase dan ventilasi sinus pulih
secara alami.
Sinusitis akut secara umum
Antibiotik.
Golongan penisilin.
Bila curiga resistensi beta laktamase à co-amoxiclav atau sefalosporin
generasi II. 10-14 hari.
Dekongestan.
Sinusitis kronis secara umum
Antibiotik untuk gram (-) dan anaerob.
Dekongestan oral dan topikal.
Analgetik.
Mukolitik.
Steroid.
Pencucian rongga hidung dengan NaCl.
Tindakan operasi
Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS)
Indikasi:
Sinusitis kronis yang tidak membaik setelah terapi adekuat.
Sinusitis kronis + kista/kelainan ireversible.
Polip ekstensif.
Sinusitis-Otitis Media
Page 28
Komplikasi sinusitis.
Prognosis
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam: ad bonam
Penatalaksanaan pada kasus
1. Drainage
Medical :
Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) �%(anak)
Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg
Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
2. antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
ampisilin 4 X 500 mg
amoksilin 3 x 500 mg
Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
Diksisiklin 100 mg/hari.
3. Simtomatik
parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
4. Untuk kronis adalah :
Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)
Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)
ix. Otitis
Definisi
Keradangan pada telinga tengah dengan atau tanpa adanya cairan dan infeksi
Klasifikasi
O
N
E
P
S
S
A
P
U
H
D E
U
I
T
O
S
P
U S
I
U
M
D
E
T
A
R
S
V
I A
I
F
I
I
S
F
T
A
R I
K
F
I
Sinusitis-Otitis Media
Page 29
Klasifikasi
Berdasarkan durasi :
- Akut : 0-3 minggu
- Subakut : 4-12 minggu (4-9)
- Kronik : > 12 minggu (>9)
- Rekuren : ≥ 4 episode dalam 1 tahun atau ≥ 3 episode dalam 6 bulan
Patofisiologi Otitis Media
Patofisiologi Sembuh
Fungsi tuba
terganggu, infeksi (-)
Tekanan
Gangguan (-)
tuba telinga
Efusi OMS
tengah
Tuba terganggu,
infeksi (+)
Etiologi:
Perubahan
tekanan OMA
udara tiba-
tiba, alergi,
infeksi,
sumbatan
sembuh OMS OMSK/OMP
Sinusitis-Otitis Media
Page 30
Tumor nasopharing
Sinusitis
Defisiensi imunologik
Alergi
Patofisiologi OMS
Infeksi gerahamsinusitismembran mukosa swellingOklusi TE à reabsorpsi
oksigen/nitrogen oleh mukosa kav.timpani Tek.kav.timpani (-)Transudasi cairan
plasma
Sinusitis-Otitis Media
Page 31
Penatalaksanaan
Otitis media serous akut Otitis media serous kronik
Antibiotic : (1-2 mgg) Antibiotic : (3 bln)
Tetes hidung Tetes hidung
Anti histamin Anti histamin
Parasat valsava Pembedahan:
Pembedahan: Miringotomi dan pemasangan
Miringotomi ventilasi (gromet tube)
Causatif:
Alergi- hindari alergi
Adenoidektomi
Sinusitis- Irigasi sinus
Antibiotics
First Line:
Amoxicillin 500 mg p.o. qid x 7-10 days
or if PCN allergic
E-Mycin 333 mg p.o. qid x 7-10 days or
Septra DS i p.o. bid x 7-10 days
Second Line:
Augmentin 875 mg p.o. bid x 7-10 days
Pediazole (Pediatrics) or
3rd generation cephalosporin
x. KDU
Tingkat kemampuan 3a
Sinusitis-Otitis Media
Page 32
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pem. tambahan
(mis: labor sederhana dan x-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberikan terapi
awal, serta merujuk kespesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat)
xi. Pathogenesis dan patofisiologi penyakit pada pasien
Infeksi Mikroorganisme
Jar. Granulasi di Mukosa Sinus Maksilaris Kiri Hematogen, Limfogen dari Granuloma Apikal
Kantong Periodontal Gigi
Sitokin (IL-1, IL-6 & TNF) Inflamasi Mukosa Sinus Maksilaris Kiri
Sinusitis maksilaris
Aktivasi PGE2 Edema Kompleks Osteomeatal
Set Point
xii. KDU Obstruksi Cilia Tidak Dapat Bergerak
Sinusitis-Otitis Media
Demam Page 33
Oksigen Gangguan Drainase & Ventilasi Sinus
Transudasi Cairan Kental Stagnation
Tekanan Negatif
Aktivasi N. V
Sakit Kepala
Hijauverdopero
ksidase PMN
Keluar melalui muara hiatus
semilunaris di meatus media
Sinusitis-Otitis Media
Page 34