Anda di halaman 1dari 43
MeNTER! KEUANGAN REPUBLIC INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTER] KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 109/A¥K.04/2020 TTENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEI UANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa ketentuan mengenai kawasan pabean dan tempat Menteri Keuangen Nomor 28/PMK.04/2015_ tentang, Kawasan Pabean dan Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.04/2016 tentang Perubahan tas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK 04/2015 tentang Kawasan Pabean dan Tempat Penimbunan Sementara; b. bahwa untuk meningkatkan Kinerja sistem logitle prasional, memperbaikiiklim investas, dan meningkatkan aya saing perekonomian nasional, periu menyelaraskan Kketentuan mengenai Kawasan Pabean dan Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Ihuraf a dengan penerspan Ekosistem Logistik Nasional (Wationat Logistic Beosystem/NLE); Mengingat 1 2. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana Gimaksud dalam huref a, huruf b, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4) dan Pasal 43 ayat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagnimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas| Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, peru menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Kawasan Pabean dan Tempat Penimbunan Sementaras Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republi Indonesia Tahun 19455, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagsimana telah iubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Talnan 2006 fenuang Perla iam Unasig-Uinlng Noor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan| Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang, Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); Peraturan Presiden Nomor S7 Tahun 2020 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 98}; Peraturan Menteri Kevangan Nomor 217/PMK.01/2018 entang Organisasi dan Tala Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik tndonesia Tahun 2018, Nomor 1862} sebagaimana telah beberapa kali diubab erakhir dengan Peraturan Menteri_Kewangan, ‘Nomor 229/PMK.01/2019 tentang Perubahan Kedua atas r/ Menetapkan 23 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomar 1745), MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA. BABI KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Peraturan Menter ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang, rmeliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara ai atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksldusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaleu Undang-Undang Kepabeanan. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuban laut, bandar udara, atau tempat Jain yang ditetapkan untuk lalu Iintas Darang. yang sepenuhnya herada di bawah pengawasan Direktorat sJenderal Bea dan Cukal 3. Pelabuban Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani kegistan angleutan laut dan/ataty angleutan penyeberangan yang terletak di laut atau di ssungat 4, Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atan perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan’ lepas Jandas, naik turun penumpang, bongkar muat harang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasili kesclamatan dan Keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya, ‘Tempat Lain Yang Ditetapkan Untuk Lalu Lintas Barang yang selanjutnya disebut Tempat Lain adalah: ‘a, tempat selsin Pelabuhan Laut dan Bandar Udara, ‘yang dipergunakan untuk bongkar muat barang Jmpor dan /atau barang ekspor; . kawasan perbatasan yang di dalamnya terdapat pos Jintas batas atau pos pemeriksaan lintas batas; tempat yang dipergunakan untuk lalu lintas barang impor dan/atau barang ekspor di kantor tempat penyelessian kewajiban pabean atas layanan pos sebagaimana —dimaksud dalam —_Ketentuan perundang-undangan mengenai pos; atau 4. kawasan penunjang Pelabuban Laut atau Bandar dara yang ditunjuk oleh penyelenggara Pelabuban Laut sto Bandar Udara untuk Jaki lintas barang impor dan /atau barang ekspor. Penyelenggara Pelabuhan Laut adalah otortas pelabuhan tzu unit penyelenggara pelabuhan sebagaiman imaksud dalam —peraturan perundangundangan ‘mengenai pelayaran. Penyelenggara Bandar Udara adalah otoritas Bandar dat sebagaimana dimakeud dalam peranuran perundang-undangan mengenai penerbangan. Tempat Penimbunan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan ity di Kawasan Pabean untuk menimbun barang, sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya ‘Tempat Penimbunan Sementara Pusat. Distribusi yang selanjutnya disebut TPS Pusat Distribusi adalah TPS: yang memiliki fungsi utama untuk menimbun barang impor atau ekspor untuk diangit lanjut, ‘Tempat Penimbunan Sementara Barang Bawaan Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, dan Pelintas Batas yang selanjutnya disebut TPS Barang Bawaan Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, dan Pelintas Batas adalah TPS yang ditujukan untuk menimbun uy 12, 18 a @ -s- barang penumpang, barang awake sarana_pengangiut, dan barang pelintas batas yang belum diselesaikan kewajiban pabean atau barang yang tertinggal atau tidak dietahui pemilinya (lost and found). Kantor Pabean adalah Kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukaé tempat dipentuhinya ewajiban pabean sesuai dengan ketentuan Undang Undang Kepabeanan, Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan ‘pemerintahan di bidang kewangan, Kantor Wilayah adalah Kantor Wilayah Ditektorat \Jenderal Bea dan Cake Kantor Pelayanan Utama adalah Kantor Pelayanan Utama: Bea dan Cukai Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cla. Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertent untuk -melaksanakan tages tertenta bberdasarkan Undang-Undang Kepabeanan BAB It KAWASAN PABEAN agian Kesatu Penetapan Kawasan Pabean Pasal 2 Kawasan di Pelabuban Laut, Bandar Udara, atau Tempat Lain yang digunaken untuk Jala lintas barang impor an/ataubarang ekspor, harus ditetapkan sebagai Kawasan Pabean, Kawasan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ‘merupakan kawasan yang terbatas untuk kegiatan pelayanan dan pengawasan kepabeanan, @ ol ° o a 0 Dalam hal Kawasan Pabesn di Pelabuhan Laut atau Bandar Udara: a tidak cukup untuk menampung volume bareng Jmpor dan /atau barang ekspor; dan/atau ». tidak tersedia tempat khusus yang digunakan uncuke ‘menimbun barang-barang Konsolidasi, barang Derbahaya, barang yang memiliki sat merusake atau, mempengaruhi barang Iain, dan/atan barang yang ‘memertukan instalasi atau penanganan khusus, kkawasan penunjang Pelabuhan Laut atau Bandar Udara yong akan dipergunakan untuk lalu lintas barang impor ddan/atau barang ckspor, dapat ditetapiean scbagat Kawasan Pabean. Penetapan kawasan penunjang Pelabuhan Laut atau Bandar Udara sebagai Kawasan Pabean sebagaimana| dimaksud pada ayat (9) berdasarkan keterangan tertulis| dari Penyelenggara Pelabuhan Laut atau Penyelenggara Bandar Udara, Kepala Kantor Wilayan stats Kepaln Kantor Pelayanan Utama atas nama Menteri menetapkan suatu Kawasan sebagai Kawasan Pabean. Kawasan penunjang Pelabuban Laut atau Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada ayat (8) merupakan Kawasan Pabean yang bersifat sementara Terhadap kawasan penunjang Pelabuhan Laut atau Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dlilakukan evaluasi oleh Kepala Kantor Pabean setiap tahun, Pasa 3 Untuk memperoleh penetapan sebagai Kawasan Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pagal 2, pengelola Pelabuhan Laut, Bandar Udara, atau Tempat Lain, mengajukan permohonan kepada Menteri melalui: a Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala Kantor Pabean; atau: b. Kepal Kantor Pelayanan Utama. r/ @ 8 Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat data mengenal a identitas penanggung jawab; b. pengelola Pelabuhan Laut, Bandar Udara, atau ‘Tempat Lain; ©. lokasi kawasan; dan 4. batas-batas dan pintu Keluar atau pint masuke kkawasan yang dimintakan penetapan sebagai Kawasan Pabean, Dalam hal pengelola Pelabuban Laut, Bandar Udara, atau Tempat Lain merupakan badan usaha, permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan’ a salinan akte pendirian perusahaan sebagai badan buku; 'b, surat isin usaha dari instansiterkalt; bukti penetapan sebagai Pelabuban Laut atau Bandar Udara, dalam fal kawasan berada di Pelabuhan Laut atau Bandar Udara; BURL status Repent dan aes penguin kawasan © rekomendasi dari Penyelenggara Pelabuhan Laut atau Penyelenggara Bandar Udara, dalam hal kkawasan bereda di Pelabuhan Laut atau di Bandar Udara, kecuali terminal khusus £. keterangan tertulis dari Penyelenggara Pelabuhan Laut atau Penyelenggara Bandar Udara, dalam hall kawasan—merupakan —kawasan — penunjang Pelabuban Laut atau Bandar Udara; 4 bukti pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak, eecuali kawasan berada di kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas; dan 1h. gambar denah lokasi dengan batas-batas yang jelas ddan tata ruang yang meliputi pinta mask atau pinta keluar dan tempat pembongkaran atau pemuatan barang. @ ° a e ° «4 © Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) isampaikan secara elektronik melalui portal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Dalam hal portal Divektorat Jenderal Bea dan Cuksi sebagsimana dimaicsud pada ayat (4) belum terse ‘mengalami —gangguan, permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan secara manual Pasal 4 Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama melakukan penelitian terhadap permohonan penetapan sebagai Kawasan Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (I). alam hal diperlukan, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama dapat melakukan pemeriksaan lapangan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud paca ayat (1) an/atau pemenksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama atas nama: Menteri memberikan persetujuan atau penolakan paling lama 10 (sepuluh} hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara tengleap, Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) disetujui, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama atas nama Menteri menerbitkan Keputusan Menterimengenai_ penetapan suatu kawasan sebagai Kawasan Pabean, Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 a3 (1) ditolak, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama atas nama Menteri ‘menyampaikan surat pemberitahuan penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan, a a 8 «4 Pasal 5 Penetapan suatu kawasan sebagai Kawasan Pabean dapat dilakukan tanpa didahului dengan pengajuan ermehonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Penetapan sebagai Kawasan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan terhadap a. Tempat Lain berupa kawasan perbatasan yang di dalamaya terdapat pos lintas batas atau pos pemeriksaan lintas batas; dan b. Pelabuban Laut, Bandar Udara, atau Tempat Lain erupa kawasan penunjang Pelabuhan Laut atau Bandar Udara yang ditunjuk oleh Penyelenggara Pelabuhan Laut atau Penyelenggara Bandar Udara untuk Jake Jintes barang impor dan/ateu barang ‘kspor, yang dikelola oleh lembaga pemerintah atau badan usala milk negara atau daerah, Penetapan Pelabuhan Laut, Bandar Udara, atau Tempat Lain sebagal Kawasan Fabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah tau Kepala Kepala Kantor Pelayanan Utama ates nama Menteri Penetapan Pelabuhan Laut, Bandar Udara, atau Tempat Lain sebagai Kawasan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dlakukan berdasarkan usulan dari 4. Kepala Kantor Pabean yang mengawasi Pelabuhan Laut, Bandar Udara, atau Tempat Lain, dalam hal litetaplan oleh Kepal Kantor Wilayah atas nama Menteri atau >. Kepala Bidang di Tingkungan Kantor Pelayanan Utama yang tugas dan fungsinya di bidang Pelayanan pabean, dalam hal ditetapkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Utama atas nama Menteri 10 (S) Usulan sebagsimana dimaksud pada ayat (3) paling sediiit harus memenuhi kriteria sebagai Berikut 4. Pelabuban Laut, Bandar Udars, stau Tempat Lain dimaksud belum pernah dimohonkan penetapan sebagai >, terdapat egiatan lal lintas barang ekspor ddan/atau barang impor; dan swasan Pabeans © memiliki batas-batas tertentu. untuk Jal lintas bbarang ekspor dan/atau barang impor. (6) Pihak yang mengelola Pelabuhan Laut, Bandar Udara, ‘atau tempat lain sebagaimana dimaksud pada ayat [1 dlitetapkan sebagai pengelola Kawasan Pabean, Pasal 6 Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama tas nama Menteri menetapkan batas-batas kawasan dan pintu keluar atau pintu masuk Kawasan Pabean dalam Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 fayat (9) dan Passi (1) untule kepentingan pengawasan a bidang kepabeanan. Bagian Kedua Sarana dan Prasarana di Kawasan Pabean Pasal 7 (1) Pengelola Kawasan Pabean harus menyediakan sarana don prasarana untuk tersclenggaranya kegiatan pelayanan dan pengaw p kepabeanan, (2) Sarana dan prasarana sebagsimana dimaksud pada sya (1) berupa: 2. Tuangan dan/atau area yang dipergunakan untuk: 1. pelayanan dan penyelenggaraan administrast 2. pemeriksaan fsik barang yang tidak ditimbun ai TPS; 3, pemeriksaan badan; @ 4. penimbunan barang penumpang, awak sarana enganglut, dan pelintas batas yang belum Aiselesakan kewajiban pabeannya, dan barang tegahan; dan. 5. pengawasan; 1b, kamera Closed Circuit Television (CCTV) yang dapat dakses leh Pejabat Bea dan Cull; dan slat pemindat yang sesuai dengan karakteriatie borang impor stau barang ckspor, dalam hal Kawasan Pabean berupa: 1. Bandar udara: 2. Pelabuban Laut yang mem terminal Khusus ‘untuk melayani penumpang; 3. Tempat Lain berupa kawasan perbatasan yang i dalamnya terdapat pos lintas batas atau pos pemeriksaan lintas batas yang berbentuk Pos Lintas Bates Negara (PLBN); atau 4. tempat selain Pelabuhan Laut dan Bandar sara yang aipergunaken untuk bongkar muat Darang impor dan/atau barang ekspor yang mendapatkan penstapan sebagsi Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPFT), Pengelola Kawasan Pabean scbagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf © yang merupekcan instansi pemerintsh, dapat menyerahlan aset berupa alat pemindai kepada, Direktorat Jenderal Bea dan Cukal Penyerahan aset sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ilaksanakan sesual dengan Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur — mengenai pengelolaan barang mille negara, ‘Kepala Kantor Pabean yang mengawasi Kawasan Pabean, ‘memberikan peringatan tertulis kepada _pengelola Kawasan Pabean jie sarana dan prasarsna sebagaimana

Anda mungkin juga menyukai