Anda di halaman 1dari 21

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kinerja

Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan

dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau kriteria yang

telah disepakati bersama (Benawan et al., 2018).

Menurut (Basalamah, 2018), kinerja adalah “penampilan hasil kerja pegawai

baik secara kuantitas maupun kualitas”. Sesuai pengertian tersebut ada tiga aspek

yang perlu dipahami yakni kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari suatu

pekerjaan serta waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan agar hasil

yang diharapkan dapat terwujud.

Notoadmodjo (2009) mendefinisikan kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan

oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Menurut (Amin et al., 2018)

Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (Prestasi kerja

atau prestasi sesunguhnya yang dicapai oleh seseorang) dan kinerja (prestasi kerja)

adalah hasil kerja secara kualitas dan kwantitas yang di capai seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut (Isvandiari and Purwanto, 2017) kinerja merupakan hasil atau tingkat

keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam


9

melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar

hasil kerja, target/sasaran atau kriteria. Kemudian menurut Hasibuan (2001)

menegmukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja juga

merupakan kombinasi antara kemampuan dan usaha untuk menghasilkan apa yang di

kerjakan. Kata kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi

kerja. Para pakar banyak memberikan defenisi tentang kinerja secara umum:

1. Mangkunegara 2005, istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual

performance (prestasi kerja atau prestasi).

2. Kinerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan

(WHO, 2000).

3. Kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dicapai seserang atau kelompok

orang dalam suatu orgaisasi sesuai dengan wewenang atau tanggung jawab

masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang

bersangkutan yang legal dan tidak melanggar hukum serta sesuai dengan moral

maupun etika (Prawirasentono, 1997).

4. Kinerja adalah catatan tentag hasil yang di peroleh dari fungsi-fungsi pekerjaan

atau kegiatan tertentu selama kurung waktu tertentu (Ruky, 2001).

5. Performance di terjemahkan menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja atau hasil

kerja, pelaksana kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja / penampilan kerja
10

(Sedarayanti, 2001).

Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu :

1. Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk

mengidentifikasikan tingkat kinerjanya;

2. Produktifitas adalah kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan kedalam

tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja

(outcome) (Yaslis Ilyas, 2002).

Berdasarkan hasil pengertian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa

kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu

maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan

yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.

Kinerja perawat adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggungjawabnya dalam membrikan asuhan keperawatan kepada pasien secara

menyeluruh yang dapat memberikan dampak terhadap individu-individu yang

bersangkutan. (La Ode Jumadi Gaffar, 2007).

B. Tinjauan Umum Tentang Perawat

1. Pengertian Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di

dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan yang berlaku (Kemenkes RI, 2001).


11

Perawat merupakan salah satu profesi yang selalu berhubungan dan

berinteraksi langsung dengan klien, baik klien sebagai individu, keluarga, maupun

masyarakat, maka perawat dalam memberikan asuhan keperawatannya, dituntut

untuk memahami dan berperilaku sesuai dengan etika keperawatan. Seorang

perawat yang memiliki harga diri tinggi adalah energetik dan percaya diri, dimana

mereka mendapat penghargaan dalam pekerjaan mereka dan memiliki respek

murni dan perhatian terhadap pasien, pengunjung, kolega. Rasa harga diri seorang

perawat adalah suatu bukti dalam perilaku perawatan, dan bertangung jawab

dalam perawatan pasien (Nursalam, 2002).

Menurut undang-undang kesehatan nomor 23 tahun 1992, perawat adalah

mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui

pendidikan keperawatan. Perawat dikatakan professional jika memiliki ilmu

pengetahuan, bertanggungjawab dan berwewenang secara mandiri atau

berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya.

(Kemenkes RI, 2002).

Perawat profesional yang berpikir sangat tinggi tentang diri sendiri dan

yakin bahwa orang lain juga demikian, akan mengambil risiko dalam hubungan

pribadi mereka, dimana mereka mencari pujian, cinta, dukungan dan partisipasi.

Semua bertumbuh lebih kuat dan merasa lebih bermakna. Perhatian perawat

profesional dalam pelayanan keperawatan adalah pada pemenuhan kebutuhan

dasar manusia. Profil perawat profesional adalah gambaran dan penampilan


12

menyeluruh dimana dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai dengan kode

etik keperawatan, dimana aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi

pemberi asuhan keperawatan, praktek keperawatan, pengelolaan institusi

keperawatan, pendidikan dalam keperawatan (Hidayat, 2004).

2. Tugas dan Fungsi Perawat

a. Tugas Perawat

1) Care Giver

Perawat harus :

a) Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien,

perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan

significant dari klien.

b) Perawat menggunakan Nursing Process untuk mengidentifikasi

diagnosa keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai

masalah-masalah psikologi.

c) Peran utamanya adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada

individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosa

masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana

sampai yang kompleks.

2) Client Advocate

Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk

membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari

berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang


13

diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepadanya.

Selain itu perawat harus mempertahankan dan melindungi hak-

hak klien. Hal ini harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di

rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.

Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan

klien, oleh karena itu perawat harus membela hak-hak klien.

3) Conselor

a) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola

interaksi klien terhadap keadaan sehat dan sakitnya.

b) Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan “Dasar” dalam

merencanakan metoda untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.

c) Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang

lalu.

d) Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan,

mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi)

4) Educator

a) Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, tim kesehatan

lain, baik secara spontan (saat interaksi) maupun formal (disiapkan).

b) Tugas perawat adalah membantu klien mempertinggi pengetahuan

dalam upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi


14

dan tindakan yang spesifik.

c) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam NCP.

5) Coordinator

Peran perawat adalah mengarahkan, merencanakan,

mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota tim kesehatan.

Karena klien menerima pelayanan dari banyak profesioanl, misal;

pemenuhan nutrisi. Aspek yang harus diperhatikan adalah; jenisnya,

jumlah, komposisi, persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring,

motivasi, dedukasi dan sebagainya.

6) Collaborator

Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, tim kesehatan

lain berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan

termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien,

pemberian dukungan, paduan keahlian dan keterampilan dari bebagai

profesional pemberi pelayanan kesehatan.

7) Consultan

Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan

klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan.

Dengan peran ini dapat dikatakan perawatan adalah sumber informasi

yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

8) Change Agent

Element ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang


15

sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara pemberian

keperawatan kepada klien.

b. Fungsi Perawat

Ada tiga jenis fungsi perawat dalam melaksanaan perannya, yaitu;

1) Fungsi Independent

Dimana perawat melaksanakan perannya secara mandiri, tidak

tergantung pada orang lain. Perawat harus dapat memberikan bantuan

terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuahn dasar

manusia (bio-psiko-sosial/kultural dan spiritual), mulai dari tingkat

individu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat

masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan

dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler. Kegiatan

ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dan perawat bertangung

jawab atas rencana dan keputusan tindakannya.

2) Fungsi Dependent

Kegiatan ini dilaksanakan atas pesan atau instruksi dari orang lain.

3) Fungsi Interdependent

Fungsi ini berupa “kerja tim”, sifatnya saling ketergantungan baik

dalam keperawatan maupun kesehatan.


16

C. Tinjauan Umum Tentang Kinerja Perawat

Kinerja perawat dapat dilihat sesuai dengan peran fungsi perawat sebagai

pemberi asuhan keperawatan. Menurut Florence Nigthtingale menyatakan bahwa

peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap

masalah kesehatan yang menimpa dirinya (Priharjo, 2009). Surat Keputusan

Menteri Perdagangan dan Aparatur Negara No.94/MENPAN/1986 menyatakan

bahwa perawat adalah pegawai negeri sipil yang berijazah perawatan yang diberi

tugas secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat pada unit pelayanan kesehatan (rumah sakit,

puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya) (Priharjo, 2009).

Perawat adalah profesi yang terbanyak jumlahnya di rumah sakit. Dengan

jumlah besar inilah kekuatan kelompok dibentuk. Banyak bermunculan pendapat

kelompok perawat adalah profesi tersendiri dan bukan bawahan dokter, perawat

adalah profesi yang setara dengan dokter, dibutuhkan pengakuan yang tepat bahwa

memang demikian adanya, namun tidak sedikit bahwa profesi ini secara tidak

disadari seperti tunduk terhadap apapun yang diperintahkan dokter.

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa pasien datang ke rumah sakit

sebenarnya mencari perawat bukan mencari yang lain. Namun secara tidak sadar

kita lihat sehari-hari bahwa pasien datang ke rumah sakit untuk mencari dokter,

keduanya benar namun keduanya kurang lengkap, secara tepat bahwa sebenarnya

pasien datang ke rumah sakit ingin mendapatkan pelayanan dokter, perawat dan
17

pelayanan lainnya termasuk pelayanan administrasi (Subanegara, 2008).

1. Penilaian Kinerja Perawat

Perawat adalah profesi yang terbanyak jumlahnya di rumah sakit.

Dengan jumlah besar inilah kekuatan kelompok dibentuk. Banyak bermunculan

pendapat kelompok perawat adalah profesi tersendiri dan bukan bawahan

dokter, perawat adalah profesi yang setara dengan dokter, dibutuhkan

pengakuan yang tepat bahwa memang demikian adanya, namun tidak sedikit

bahwa profesi ini secara tidak disadari seperti tunduk terhadap apapun yang

diperintahkan dokter.

Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa pasien datang ke rumah

sakit sebenarnya mencari perawat bukan mencari yang lain. Namun secara

tidak sadar kita lihat sehari-hari bahwa pasien datang ke rumah sakit untuk

mencari dokter, keduanya benar namun keduanya kurang lengkap, secara

tepat bahwa sebenarnya pasien datang ke rumah sakit ingin mendapatkan

pelayanan dokter, perawat dan pelayanan lainnya termasuk pelayanan

administrasi (Subanegara, 2008).

Berdasarkan penilaian kinerja perawat untuk mengetahui kualitas

pelayanan keperawatan kepada pasien digunakan indikator kinerja perawat

menurut Direktorat pelayanan dan Dirjen Pelayanan Medik Departemen

Kesehatan menyatakan bahwa penilaian kinerja perawat terhadap mutu asuhan

keperawatan dilakukan melalui penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

pada pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan, evaluasi persepsi pasien


18

dan keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan dan evaluasi tindakan perawat

berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) (Depkes, 2003).

Berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Nomor:

YM.00.03.2.3.7637 tahun 2003 perawat harus melaksanakan standar asuhan

keperawatan (SAK) di rumah sakit yang terdiri dari pengkajian keperawatan,

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan,

evaluasi keperawatan, dan catatan asuhan keperawatan. Evaluasi persepsi

pasien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan di rumah sakit terdiri dari

data umum, data pelayanan keperawatan, saran pasien/ keluarga untuk

perbaikan, merupakan pertanyaan terbuka. Sedangkan evaluasi tindakan perawat

berdasarkan SOP yang dinilai yaitu persiapan dan pelaksanaan tiap kegiatan

keperawatan (Depkes, 2003).

Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja

yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar

asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai

pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan antara

kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui

standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk

Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan pada dasarnya mengukur

kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen organisasi. Dalam

pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang

lazim sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan


19

standar bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus

pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja perawat

professional untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga

harus dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat

bagi pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan.

Setiap hari perawat bekerja sesuai standar - standar yang ada seperti

merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar

pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi

perawat professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam

tatanan pelayanan keperawatan professional (Nursalam, 2008)

Menurut Nursalam (2008) standar asuhan keperawatan, yaitu:

a. Standar 1 : Pengkajian Keperawatan

Pada tahap ini perawat mengumpulkan data tentang status

kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan

berkesinambungan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara

anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.

Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan,

rekam medis, dan catatan lain. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk

engidentifikasi riwayat kesehatan masa lalu dan status kesehatan saat

dilakukan pengkajian. Didukung pula dengan status biologis, psikologis,

sosial dan spiritual.


20

b. Standar 2 : Perencanaan Keperawatan

Proses pada tahap ini adalah analisa dan interpretasi data pengkajian

sehingga masalah klien dapat diidentifikasi yang kemudian dirumuskan

menjadi diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah

(problem), penyebab (etiologi), dan tanda dan gejala (sign and symptom),

atau hanya terdiri dari masalah dan penyebab (problem dan etiologi).

Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan

rencana tindakan keperawatan. Perawat membuat rencana tindakan

keperawatan untuk mengatasi masalah dan peningkatkan kesehatan klien.

Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.

c. Standar 3 : Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini perawat mengimplementasikan tindakan yang telah

diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Dalam implementasi

terdapat kriteria yang harus dijalani oleh perawat yaitu melakukan tindakan

mandiri, kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan memberikan pendidikan

kesehatan kepada klien dan keluarga serta mengkaji ulang dan merevisi

pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.

d. Standar 4 : Evaluasi Keperawatan

Pada tahap ini perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap

tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan

perencanaan. Kriteria proses dalam pelaksanaan evaluasi pada klien yaitu

dengan menyusun rencana hasil evaluasi dan intervensi secara menyeluruh,


21

tepat waktu dan terus menerus.

Untuk mengukur perkembangan klien digunakan data dasar dan

respon klien pada saat dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi kemudian

didokumentasikan sehingga dapat terlihat hasil yang ingin dicapai, bila

belum terdapat perkembangan pada klien dimungkinkan untuk

memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan

keperawatan menjadi lebih terarah. Standar pelayanan keperawatan adalah

gambaran mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk

mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien dan

penilaian terhadap kinerja perawat itu sendiri.

D. Tinjauan Umum Tentang Faktor berhubungan dengan Kinerja Perawat

Dessler (2008) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor (variabel) yang

mempengaruhi perilaku dan kinerja yaitu faktor individu, faktor psikologi dan

faktor organisasi. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, fisik

maupun mental, latar belakang, dan faktor demografis. Faktor kemampuan dan

keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja

individu, faktor demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan

kinerja individu.

Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan


22

motivasi. Faktor ini dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja

sebelumnya dan faktor demografis. Faktor seperti persepsi, sikap, kepribadian dan

belajar merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur. Faktor organisasi berefek

tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu terdiri dari sumber daya,

kepemimpinan, sistem penghargaan, struktur dan desain.

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kinerja antara lain

(Nursalam, 2008) :

1. Faktor intrinsik adalah faktor yang dimiliki oleh setiap individu yang meliputi

pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan

komitmen. Faktor intrinsik tersebut dapat dikembangkan dalam diri setiap

perawat sehingga dapat mempengaruhi peningkatan kinerja perawat.

2. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perawat yang

berasal dari luar diri perawat itu sendiri seperti faktor kepemimpinan, yaitu

bagaimana seorang manajer memberikan dorongan, semangat, arahan, dan

dukungan kepada bawahannya. Selain itu dari segi tim kerja dipengaruhi oleh

kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim

serta kekompakan dan keeratan anggota tim.

Faktor ekstrinsik lainnya yaitu faktor sistem, seperti fasilitas kerja atau

sarana dan prasarana yang diberikan oleh institusi, sehingga faktor-faktor

ekstrinsik tersebut dapat mempengaruhi diri perawat itu sendiri sebagai upaya

peningkatan kinerja dalam memberikan pelayanan keperawatan.


23

Beberapa faktor intrinsik dan ekstrinsik yang dapat mempengaruhi

kinerja perawat dapat dijabarkan dibawah ini:

a. Motivasi

Motivasi adalah “segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu” (Mustikasari, 2010). Sedangkan menurut Sbortell &

Kaluzny (dikutip dalam Mustikasari, 2010), motivasi adalah perasaan

atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau

menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.

Beberapa teori tentang motivasi, diantaranya seperti teori yang

dikembangkan oleh Abraham Maslow dimana teori ini memandang

manusia dengan lima tingkatan kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, rasa

aman, cinta dan kasih sayang, self esteem serta aktualisasi diri. Menurut

Maslow individu memiliki kecenderungan untuk tidak merasa puas. Ketika

salah satu kebutuhan telah terpenuhi maka akan ada kebutuhan lain yang

timbul dan begitu seterusnya (Nursalam, 2008).

Yuliana (2012) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa ada

hubungan yang signifikan antara motivasi dan kinerja perawat di Puskesmas

Kota Kotamobagu. Perawat yang memiliki motivasi yang tinggi akan selalu

berusaha bekerja dengan baik pula dan akan bertanggung jawab terhadap

penyelesaian pekerjaannya, karena dalam melakukan suatu pekerjaan atau

perbuatan yang bersifat sadar, seseorang selalu didorong oleh maksud atau

motif tertentu baik yang objektif maupun yang subjektif.


24

b. Fasilitas kerja

Fasilitas adalah “suatu bentuk pelayanan perusahaan terhadap

karyawan agar menunjang kinerja dalam memenuhi kebutuhan karyawan,

sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.” (Husnan,

1992 dikutip dalam Hapsari, 2008). Fasilitas kerja adalah sarana dan

prasarana untuk membantu karyawan menyelesaikan pekerjaannya dan

membuat karyawan bekerja lebih produktif. Kendala yang sering ditemukan

dalam institusi rumah sakit adalah kendala fasilitas kerja yang kurang

memadai yang mengakibatkan kinerja perawat juga menurun. Kesediaan

fasilitas sangat mempengaruhi kinerja seseorang, fasilitas merupakan

penunjang kelancaran, seperti pelengkapan dan peralatan kerja, serta jaminan

keselamatan kerja.

c. Pelatihan

Peningkatan profesionalisme kinerja seorang perawat dapat dilihat dari

tingkat pendidikan dan pelatihan-pelatihan tenaga keperawatan yang pernah

diikuti. Mendapatkan tenaga keperawatan yang handal melalui peningkatan

kinerja perawat ditentukan oleh bagaimana tingkat pendidikan perawat

tersebut dan seberapa sering perawat itu mengikuti pelatihan keperawatan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Awases (2009) tentang Factors

Affecting Performance of Professional Nurse in Namibia didapatkan

tidak semua perawat yang mengikuti pelatihan dapat melakukan tindakan

keperawatan yang berdasarkan proses keperawatan dengan benar. Hal ini


25

dimungkinkan akibat kurang pengalaman dari perawat itu sendiri,

pedoman atau panduan yang kurang memadai serta kurang percaya diri.

d. Imbalan Jasa

Imbalan jasa adalah sesuatu yang dibayarkan atau pemenuhan dari

suatu janji, reward, atau membalas jasa. Motivasi eksternal terbesar dari

kinerja seseorang adalah imbalan jasa (Rahayu, 2008). Imbalan jasa

yang layak akan memberikan rangsangan serta memotivasi karyawan

untuk memberikan kinerja terbaik dan menghasilkan produktivitas kerja

yang optimal (Suwatno, 2013). Sebaliknya menurut teori Victor Vroom

dalam Suwatno (2013) yang menyatakan jika seseorang menginginkan

sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang

bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang

diinginkannya itu. Sebaliknya jika harapan itu tipis, motivasinya untuk

berupaya akan menjadi rendah.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka landasan teori yang digunakan

adalah teori yang menjelaskan tentang variabel individu, psikologi, factor

organisasi, faktor intrinsik dan ekstrinsik yang Kerangka teori digambarkan sebagai

berikut:
26

Faktor individu
- Kemampuan dan
keterampilan
- Latar Belakang
- Demografi

Faktor Psikologis
- Persepsi
- Sikap
- Kepribadian
- Belajar
- Motivasi

Faktor Organisasi
- Sumber daya Kinerja Perawat
- Kepemimpinan
- SIstem penghargaan
- Struktur dan desain
pekerjaan

Faktor Intrinsik
- Pengetahuan
- Keterampilan
- Kemampuan
- Percaya diri
- Motivasi
- Komitmen

Faktor Ekstrinsik
- Kepemimpinan
- Fasilitas
- Sarana dan prasarana

Gambar 1
Kerangka Teori (Dessler 2008, Nursalam 2008)
27

1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini sesuai dengan teori diatas dan

dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen
Variabel Dependen
- Motivasi Kinerja Perawat di RSUD
- Fasilitas kerja Provinsi Sulawesi Barat
- Pelatihan
- Imbalan Jasa

Gambar 2 Kerangka Konsep

2. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini :

a. Ada hubungan motivasi dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD

Provinsi Sulawesi Barat

b. Ada hubungan fasilitas kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap

RSUD Provinsi Sulawesi Barat

c. Ada hubungan pelatihan dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD

Provinsi Sulawesi Barat

d. Ada hubungan imbalan jasa dengan kinerja perawat di ruang rawat inap

RSUD Provinsi Sulawesi Barat

e. Ada faktor yang paling erat hubungannya dengan kinerja perawat di ruang
28

rawat inap RSUD Provinsi Sulawesi Barat

Anda mungkin juga menyukai