BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
beroperasi pada bulan Mei Tahun 2009 sesuai SK Gubernur Sulawesi Barat
Pada tahun 2016, pembangunan rumah sakit yang bersumber dari dana
dan ketentuan yang telah disepakati oleh pemerintah daerah provinsi Sulawesi
18 bulan dan ditargetkan selesai pada tahun 2017.Rumah sakit baru ini
Sulawesi Barat.
tersendiri bagi jajaran pimpinan dan staf RSUD Provinsi Sulawesi Barat. Pada
lulus tingkat perdana akreditasi 4 pokja versi KARS 2012. Diharapkan dengan
terbangunnya Rumah Sakit yang baru ini, beserta status akreditasi Rumah
sakit nanti nya akan semakin meningkatkan motivasi kerja para pemberi
pelayanan dalam pemberian layanan yang lebih baik lagi kepada masyarakat.
seorang Direktur dan dibantu oleh seorang Kepala Bagian Tata Usaha dan 3
maka ditetapkan Visi Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Barat”
Pusat Pelayanan Kesehatan dan Pusat rujukan di Ibu Kota Provinsi Sulawesi
efektif, efisien.
2. Karakteristik Responden
responden adalah masa kerja < 5 Tahun (73,7%) dan kelompok terkecil
3. Analisa Univariat
sebesar (42,1%).
(33,3%).
sebesar (42,1%).
4. Analisis Bivariat
didapatkan nilai p value < α sebesar 0,000, artinya Ho ditolak, maka ada
memiliki peluang 9,000 kali lebih besar untuk kinerja yang baik.
kinerja yangbaik (29,2%). Hasil penelitian ini didapatkan nilai p value <
(21,1%). Hasil penelitian ini didapatkan nilai p value < α sebesar 0,000,
(25,9%). Hasil penelitian ini didapatkan nilai p value < α sebesar 0,000,
5. Analisis Multivariat
nilai p < 0,05 artinya 4 variabel tersebut memiliki hubungan dengan kinerja
perawat adalah imbalan jasa dengan nilai p = 0,000 dan nilai Beta = 0,395
B. Pembahasan
berperilaku.
51
Hasil penelitian ini didapatkan nilai p value < α sebesar 0,000, artinya
yang tinggi memiliki peluang 9,000 kali lebih besar untuk kinerja yang baik .
perawat dalam kelengkapan Rekam Medis di Ruang Rawat Inap RSU DR.
Pringadi Medan. Demikian juga (Pudul et al., 2016) yang menyatakan dalam
yang tinggi akan selalu berusaha bekerja dengan baik pula dan akan
selalu didorong oleh maksud atau motif tertentu yang objektif maupun yang
subyektif.
Meithiana, 2017) kurangnya motivasi perawat dan juga hasil kerjanya mungkin
didasari kurang puasnya perawat tersebut pada pekerjaan dan hasil terkait.
bekerja efektif dan terkoordinasi dengan segala daya dan upaya untuk
tersebut yang mengatakan ada korelasi posistif antara motivasi dan kinerja.
antara lain (Terok et al., 2015) yang mendapatkan bahwa tidak ada hubungan
faktor lain seperti motivasi, pelatihan serta imbalan jasa yang memuaskan.
Hasil penelitian ini didapatkan nilai p value < α sebesar 0,000, artinya
yang tinggi memiliki peluang 9,020 kali lebih besar untuk kinerja yang baik .
adalah institusi rumah sakit adalah kendala fasilitas kerja yang kurang
Hasil yang sama juga pada penelitian yang dilakukan oleh Hotnida
kinerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah
fasilitas kerja. Dengan fasilitas kerja yang memadai pada suatu institusi atau
et al., 2017).
54
Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Barat masih sebagian belum lengkap
kerja karyawan”. Kendala yang sering ditemukan adalah institusi rumah sakit
memiliki motivasi yang tinggi akan selalu berusaha bekerja dengan baik pula
seseorang selalu didorong oleh maksud atau motif tertentu yang objektif
Hasil penelitian ini didapatkan nilai p value < α sebesar 0,000, artinya
mengikuti pelatihan memiliki peluang 12,083 kali lebih besar untuk kinerja
yang baik.
prosedur sistematis dan terorganisir yang pernah diikuti oleh responden dengan
pernah mengikuti pelatihan dengan kinerja yang cukup baik disebabkan karena
tugasnya sehingga apa yang diperoleh tidak cocok diterapkan dalam seksinya.
(Fahiqi, 2016).
sakit.
bahwa ada hubungan pelatihan terhadap kinerja perawat dengan nilai p value
0,000.
dengan benar. Hal ini dimungkinkan akibat kurang pengalaman dari perawat
itu sendiri, pedoman atau panduan yang kurang memadai serta kurang percaya
diri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
RS Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang yang menyatakan ada hubungan pelatihan
kurangnya pelatihan yang diikuti. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Awases
pengalaman dari perawat itu sendiri, pedoman atau panduan yang kurang
tidak semua perawat menjadikan imbalan jasa sebagai tolak ukur dari kinerja
Hasil penelitian ini didapatkan nilai p value < α sebesar 0,000, artinya
Ho ditolak, maka ada hubungan yang bermakna antara Imbalan Jasa dengan
Jasa yang memuaskan berpeluang 18,571 kali lebih besar untuk kinerja yang
baik.
Hasil ini sejalan dengan hasil peneliitian yang dilakukan oleh (Syaifudin
Kenyataan ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
namun kinerjanya tetap baik karena individu bekerja semata-mata hanya untuk
menerima imbalan jasa saja tetapi juga untuk mencari kepuasan kerja tersendiri
Imbalan jasa adalah sesuatu yang dibayarkan atau pemenuhan dari suatu
janji, reward, atau membalas jasa. Motivasi eksternal terbesar dari kinerja