1
2
2. ETIOLOGI
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah faktor infeksi, yaitu:
a. Bakteri: Pneumokokus, Mycobacterium tuberculosa, Streptococcus pneumoniae
dan Haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan
Staphylococcus aureus sebagai penyebab paneumonia yang berat, serius dan
sangat progresif dengan mortilitas tinggi.
b. Virus: Respiratory syncitial virus, adenovirus, cytomegalovirus, virus influenza.
c. Jamur: Histoplasmosis, Candida albicans
d. Aspirasi: Makanan, cairan lambung.
e. Inhalasi: Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
3. FAKTOR RESIKO
1). Infeksi saluran nafas atas (ISPA)
2). Kekurangan nutrisi
3). Umur dibawah 2 bulan
4). Tidak mendapat ASI yang cukup
5). Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal
4. TANDA DAN GEJALA (Ngastiyah, 2005:58)
1. Didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
2. Suhu meningkat antara 39 – 40 0C kadang disertai dengan kejang karena
demam
3. Anak sangat gelisah
4. Dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai dengan pernafasan cuping
hidung dan sianosis disekitar mulut harus difikirkan pneumoni, batuk mula
mula kering kemudian jadi produktif.
5. Muntah dan diare
6. Mula-mula batuk kering, selanjutnya batuk produktif
7. Auskultasi torax adanya ronki basah nyaring, halus dan sedang
8. Bila sarang broncopneumoni menjadi satu (konfluens) mungkin Perkusi
terdengar keredupan dan suara nafas pada auskultasi terdengar mengeras.
3
9. Anak yang lebih besar lebih suka berbaring pada sisi yang sakit denga lutut
tertekuk karena nyeri dada.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Rontgen Thoraks foto:
Terdapat gambaran bercak-bercak infiltrate atau konsolidasi pada foto posterio-
anterior lateral pada satu lobus atau kedua lobus. Yang lebih sering terkena
adalah pada lobus inferior, lobus tengah dan lobus atas juga bisa terkena.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas
Anak yang berumur kurang dari 4 tahun lebih rentan terkena
bronkopnemonia dari pada orang yang lebih tua.
7
2) Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan
cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang disertai
muntah dan diare.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Bronchopenemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan
bagian atas, suhu tubuh dapat naik sangat mendadak.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Anak pernah terserang infeksi saluran nafas bagian atas. Anak yang
menderita pnemonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan
sempurna.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mempunyai penyakit/riwayat ISPA dapat menularkan kepada
anggota keluarga yang lain.
6) Lingkunagn
Anak sering terpapar rokok, lingkungan rumah dengan sanitasi buruk
(kurang cahaya matahari, daerah pemukiman kumuh). Lokasi rumah sekitar
pabrik, atau pinggir jalan raya.
7) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
a. Kebutuhan nutrisi dan cairan: pemenuhan nutrisi terganggu karena
adanya mual yang disebabkan adanya penumpukan sekret pada saluran
nafas, mual, muntah, penurunan berat badan, nafsu makan menurun
dimana anak malas minum..
b. Hygiene perseorangan: penurunan hygiene perseorangan karena anak
demam sehingga tidak tidak dimandikan atau diseka karena ibu takut
anaknya kedinginan.
c. Aktivitas, istirahat dan bermain: Istirahat anak terganggu karena adanya
sesak nafas, batuk dan demam.
d. Eliminasi miksi dan defekasi: tidak ada permasalahan namun bila sampai
terjadi dehidrasi dan demam maka produksi urine akan menurun.
8
Selama fase ini , genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh
yang sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki dengan mengetahuai adanya
perbedaan kelamin. Seringkali anak sangat penasaran dengan
pertanyaan yang diajukannya berkaitan dengan perbedaan ini.
d) Perkembangan psikososial/ inisiatif versus rasa bersalah (Erikson)
Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan
dengan kemampuan indranya. Anak mengembangkan keinginan
dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada disekelilingnya.
Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu
berprestasi sehingga tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai.
9) Reaksi hospitalisasi
a. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Perawatan anak di RS memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan
yang dirasakan aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan. Reaksi
terhadap perpisahan yang ditunjukan anak adalah dengan menolak
makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak
kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit
mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anakmerasa
kehilangan kekuatan diri.Perawatan di RS sering kali dipersepsikan
anak sebagai hukuman sehingga anak merasa malu, bersalah atau
takut. Oleh karena itu , hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan
marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat dan ketergantungan
terhadap orangtua.
b. Reaksi orangtua terhadap hospitalisasi anak
Perasaan cemas dan takut
Perasaan tersebut muncul pada saat orangtua melihat anak
10
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum yang ditandai dengan RR meningkat (>30x/menit), terdengar ronkhi,
batuk tidak efektif, sesak, produksi sputum (warna: kuning kehijauan, merah;
kekentalan, jumlah).
Tujuan: Pasien menunjukkan keefektifan bersihan jalan nafas setelah dilakukan
Tindakan keperawatan selama .....x24jam dengan kriteria hasil:
- RR normal (30x/menit)
- Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi
12
Intervensi:
a. Jelaskan pada oarangtua penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas
R/ Peradangan pada parenkim paru menyebabkan produksi sekret meningkat
ditunjang dengan batuk tidak efektif sehingga terjadi penumpukan sekret dan
mengalami obstruksi jalan nafas yang mengakibatkan ketidakefektifan jalan
nafas.
b. Beri minum susu hangat atau air hangat
R/ Air hangat/susu hangat dapat melebarkan bronkus dan membantu proses
drainase sekret.
c. Lakukan fisioterapi dada
- Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret
R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru
dan membawanya ke saluran nafas yang lebih besar.
- Lakukan penguapan memakai alat berocare/nebulizer dengan terapi
mukolitik dan bronkodilator.
R/ mukolitik dapat mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat
melebarkan bronkus/jalan nafas
- Ajarkan batuk efektif
R/ membantu mengeluarkan secret
- Lakukan penghisapan/suction
R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu batuk efektif.
d. Bantu pasien untuk mengubah posisi semifowler
R/ meningkatkan ekspansi paru
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik, brokodilator,
oksigen
R/ antibiotik mempunyai aktivitas untuk membunuh bakteri dalam alveoli.
R/ oksigen membantu masukan oksigen aduat
13
Intervensi:
a. jelaskan kepada orang tua penyebab demam.
R/ penyebab demam adalah proses infeksi yang terjadi di dalam tubuh
sehingga memicu terjadinya peningkatan suhu.
b. Berikan kompres air hangat
R/ Kompres air hangat mampu membantu tubuh untuk mengeluaarkan
panas dengan cara konduksi.
c. Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat.
R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan antipiretik (10-
15mg/kgBB)
R/ Antipiretik mangandung parasetamol yang dapat membantu untuk
menurunkan panas
R/ antibiotic berfungsi untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan
kuman yang ada di dalam tubuh
e. Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 – 37,5oC, akral hangat, badan
tidak panas
R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan
yang dilakukan.
5) Nyeri b.d inflamasi pada bronkus, reaksi selluler untuk mengeluarkan
toksin,batuk persisten
Tujuan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi setelah mendapat tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil
-VAS 1-2
perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan perawatan, anak tidak
menangis ketika didekati perawat.
Intervensi:
1. Jelaskan kepada orangtua tentang penyebab bronkopneumonia.
R/ Karena adanya bakteri atau virus yang masuk ke dalam saluran nafas
maka terjadi proses infeksi pada saluran nafas dimana akan mengeluarkan
dahak yang banyak
2. Berikan dukungan kepada orangtua paien
R/ Dukungan dapat menurunkan kecemasan.
3. Anjurkan orangtua untuk membawakan mainan kesukaan anak.
R/ Membawakan mainan kesukaan anak membantu anak untuk
mengalihkan ketakutan anak ke mainan
4. Observasi stress anak dan ibu.
R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan
yang dilakukan.
10) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan perawatan pasien
bronchopnemonia berhubungan dengan kurangnya informasi yang ditandai
dengan ibu sering bertanya tentang tentang kondisi anaknya, ibu tampak
gelisah dan cemas.
Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya setelah
mendapatkan tindakan perawatan dengan criteria :
- Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
- Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan
- keluarga mentaati setiap proses keperawatan
Intervensi :
a. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.Kaji tingkat
pengetahuan keluarga
R/agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan
kebenaran informasi yang didapat.
21
DAFTAR PUSTAKA