OLEH
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS
A. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari
3 kali dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah.
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus dan pathogen parasitic.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah
suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi
buang air besar pada neonates lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa lendir dan darah.
Klasifikasi
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, stapillococcus disentri basiler, dan
enterotolitis nektrotikans.
Diare non spesifik : diare dietetic.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit.
Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya :
diare karena bronchitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu :
Diare akut : diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 – 5 hari. Hanya 25% sampai 30%
pasien yang berakhir melebihi 1 minggu dan hanya 5%-15% yang berakhir
dalam 14 hari.
Diare kronik : diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.
B. Etiologi
1. Factor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal meliputi:
1. Infeksi bakteri
Vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeoromonas dan
sebagainya.
2. Infeksi virus
Entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
astovirus dan lain-lain.
3. Infeksi parasit
Cacing, protozoa dan jamur.
2. Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi
lemak, malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi makanan.
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan setelah BAB atau sebelum mengkonsumsi makanan.
5. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan
peristaltic usus.
D. Patofisiologi
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menibulkan gangguan
sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat, dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada
sel epitel, penetrasi ke lamina propia srta kerusakan mikrovili yang dapat menibulkan
keadaan maldigesti dan malabsorbsi, dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga
usus berlebihan sehingga timbul diare.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia
dengan gangguan sirkulasi darah.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan feses
Berat feses > 300 gram/24 jam mengkonfirmasi adanya diare. Perhatikan bentuk tinja,
apakah setengah cair, cair, berlemak, atau bercampur darah. Diare seperti air dapat
terjadi akibat kelainan pada semua tingkat system pencernaa, terutama usus halus.
Adanya makanan yang tidak tercerna merupakan manifestasi dari kontak yang terlalu
cepat antara tinja dan dinding usus yang disebabkan cepatnya waktu transit usus. Diare
yang bervolume banyak dan berbau busuk menunjukkan adanya infeksi dan dapat
dilakukan pewarnaan gram ataupun kultur.
Contoh tinja harus segera diperiksa untuk melihat adanya leukosit, eritrosit, parasit.
Apabila dalam feses terdapat > 14 gram lemak/24 jam menunjukkan adanya steatorea.
Adanya gelembung lemak mengarah ke penyakit pankreas, dll. Adanya amilum dalam
tinja menunjukkan adanya maldigesti karbohidrat. Eritrosit dalam tinja menunjukkan
adanya luka, colitis ulserative, infeksi, polip atau keganasan. Leukosit dalam tinja
menunjukkan kemungkinan infeksi atau inflamasi usus. pH tinja < 5,3 (asam) dan tes
reduksi (+) menunjukkan intoleransi glukosa, pH 6,0-7,5 dijumpai pada sindrom
malabsorbsi asam amino dan asam lemak.
2. Pemeriksaan darah
Dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap (Hb, Ht, Leukosit, diftel), kadar
elktrolit serum, analisa gas darah (apabila terdapat tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa), fungsi kelenjar tiroid. Diare yang disebabkan virus memiliki jumlah dan
hitung jenis leukosit normal atau limfositosis. Apabila diare disebebkan infeksi bakteri
yang invasif ke mukosa memilki leukositosis. Eosinofil meningkat pada alergi makanan
atau infeksi parasit. Kadar asam folat rendah menunjukkan pertumbuhan bakteri
berlebihan dalam usus halus. Kadar albumin rendah menunjukkan tanda kehilangan
protein dari peradangan di ileum, jejunum, kolon dan pada sindrom malabsorbsi. Jika
ada kemungkinan kuat penyakit dasar infeksi HIV pada pasien dengan diare kronik,
maka skrining pemeriksaan infeksi HIV dalam darah penting dilakukan.
3. Pemeriksaan lanjutan
Barium enema kontras dan ganda BNO: pemeriksaan barium enema kontras ganda
dilakukan untuk melihat kelainan di kolon dan ileum terminal. BNO dilakukan
untuk melihat adanya klasifikasi pancreas dan dilatasi kolon.
Kolonoskopi dan ileoskopi: membantu dalam menegakkan diagnosis terutama
dalam mendapatkan diagnosis patologi anatomi dengan biopsi mukosa usus.
Dengan kolonoskopi dapat diketahui penyebab diare apakah keganasan atau
inflamasi, dapat ditemukan sudah terjadi displasi atau keganasan pada colitis yang
lama.
Barium follow through : pemeriksaan rontgen ini dilakukan bila ada kecurigaan
gangguan pada ileum dan jejunum. Interprestasi gambaran usus lebih sulit darpada
barium enema sehingga gambaran normal belum dapat menyingkirkan diagnosis.
F. Farmakoterapi
1. Pemberian cairan
a. Cairan per oral : pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan
per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan glukosa. Untuk
diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium
50-60 meg/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air
tajin yang diberi gula dengan garam.
b. Cairan parenteral :
1) Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB/hari. Kemudian 125
ml/kgBB/oral.
2) Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kgBB/hari. Kemudian 125
ml/kgBB/oral.
3) Dehidrasi berat :
a) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1 jam
pertama 40 ml/kgBB/jam : 10 tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 15
tetes atau 13 tetes/kgBB/menit), 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam : 3
tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 125
ml/kgBB oralit per oral, bila anak mau minum, teruskan dengan 2A
intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg, 1 jam
pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml : 20 tetes), 7
jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan 2A intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3
tetes/kgBB/menit.
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg, 1 jam pertama 20
ml/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105
ml/kgBB oralit per oral.
3. Obat-obatan
a. Obat antiseri
b. Obat anti spasmolitik
c. Obat antibiotic
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA
MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
Jl.. Jend.A.H Nasution No. G.14 Anduonohu Kota Kendari 93232
Telp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail poltekkeskendari@yahoo.com
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap : An. K
2. Jenis Kelamin : laki-laki
3. Umur/Tanggal Lahir : 10 tahun
4. Status perkawinan : belum menikah
5. Agama : islam
6. Suku Bangsa : indonesia
7. Pendidikan : SD
8. Pekerjaan : pelajar
9. Pendapatan :-
10. Tanggal MRS : 12 desember
B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap : Tn. H
2. Jenis kelamin : laki-laki
3. Pekerjaan : petani
4. Hubungan dengan klien : ayah kandung
5. Alamat : poasia
II. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Ibu klien mengatakan 2 hari sebelum masuk
RS anaknya demam dan BAB lebih dari 10x sehari, konsistensi feses anaknya cair
dan berwarna kuning, muntah sebanyak 6x setelah makan dan minum
Riwayat keluhan :-
1. Penyebab/faktor pencetus : pernah jajan gorengan di sekolah
2. Sifat keluhan : sementara
3. Lokasi dan penyebarannya :-
4. Skala keluhan :-
5. Mulai dan lamanya keluhan :-
6. Hal-hal yang meringankan/memperberat :-
7. Leher
1. Mobilitas leher : tidak
2. Pembesaran kel. Tiroid : tidak
3. Pembesaran kel. limfe : tidak
4. Pelebaran vena jugularis : tidak
5. Trakhaea : normal
6. Lain-lain :-
8. Thoraks
Paru – paru
1. Bentuk dada : simetris
2. Pengembangan dada : normal
3. Retraksi dinding dada : normal
4. Tanda jejas : tidak ada
5. Taktil fremitus : normal
6. Massa : tidak ada
7. Dispnea : tidak
8. Ortopnea : tidak
9. Perkusi thoraks : normal
10. Suara nafas : normal
11. Bunyi nafas tambahan : tidak ada
12. Nyeri dada : tidak
13. Lain-lain :-
Jantung
1. Iktus kordis :-
2. Ukuran jantung :-
3. Nyeri dada : tidak
4. Palpitasi : tidak
5. Bunyi jantung : normal
6. Lain-lain :-
9. Abdomen
1. Warna kulit : kuning langsat
2. Distensi abdomen : tidak
3. Ostomy : tidak
4. Tanda jejas : tidak
5. Peristaltik : 40x/menit
6. Perkusi abdomen : .......................
7. Massa : tidak ada
8. Peristaltik : 40x/menit
9. Nyeri tekan : tidak ada
10. Lain - lain :-
10. Genitalia
Pria
1. Keadaan meatus uretra eksterna : normal
2. Lesi pada genital : tidak
3. Scrotum : normal
4. Pembesaran prostat : tidak
5. Pendarahan : tidak
6. Lain – lain :-
12. Ekstremitas
1. Warna kulit : kuning langsat
2. Purpura / ekimosis : tidak
3. Atropi : tidak
4. Hipertropi : tidak
5. Lesi : tidak
6. Pigmentasi : tidak
7. Luka : tidak
8. Deformitas sendi : tidak
9. Deformitas tulang : tidak
10. Tremor : tidak
11. Varises : tidak
12. Edema : tidak
13. Turgor kulit : jelek/menurun
14. Kelembaban kulit : menurun
15. Capillary Tefilling Time (CRT) : tidak
16. Pergerakan : menurun
17. Kekakuan sendi : tidak
18. Kekuatan otot : menurun
19. Tonus otot : menurun
20. Kekuatan sendi : menurun
21. Nyeri : tidak
22. Diaphoresis : tidak
23. Lain – lain :-
Cahyani sari
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif
Ibu klien mengatakan 2 hari sebelum masuk RS anaknya demam dan BAB lebih dari
10x sehari
Ibu klien mengatakan konsistensi feses anaknya cair dan berwarna kuning
Ibu klien mengatakan anaknya muntah sebanyak 6x setelah makan dan minum
Ibu klien mengatakan anaknya pernah jajan gorengan di sekolah
Data Objektif
TTV
S : 38oC
N : 128x/menit
RR : 24x/menit
ANALISA DATA
Ibu klien
mengatakan 2 hari
Masuk ke dalam saluran
sebelum masuk RS
cerna
anaknya demam dan
BAB lebih dari 10x
sehari
Iritasi mukosa usus
Ibu klien
mengatakan
konsistensi feses
Gangguan fungsi untuk
anaknya cair dan
absorbsi cairan dan
berwarna kuning
elektrolit
Ibu klien
mengatakan anaknya
pernah jajan Peningkatan sekresi cairan
gorengan di sekolah dan elektrolit dalam rongga
Data objektif usus
Peristaltik usus
40x/menit
Diare
DIAGNOSA KEPERAWATAN
hasil : diare
Identifikasi riwayat
Konsistensi feses dari
pemberian makanan
memburuk menjadi
Monitor warna,
membaik
volume, frekuensi, dan
Peristaltik usus dari
konsistensi tinja
memburuk menjadi
Monitor tanda dan
membaik
gejala hipovolemia
Monitor jumlah
pengeluaran diare
Terapeutik
Edukasi
Anjurkan menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
konsistensi tinja
P : intervensi
Memonitor tanda dan 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10
gejala hipovolemia tetap dilanjutkan
Memonitor jumlah
pengeluaran diare
Memberikan asupan
cairan oral
Memasang jalur
intravena
Memberikan cairan
intravena
Menganjurkan
menghindari makanan
pembentuk gas, pedas
dan mengandung
laktosa
Melakukan kolaborasi
pemberian obat
pengeras feses
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, B.J., Ladwig, G.B., & Makic, M.B.F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An
Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis : Elsevier
Carpenito-Moyet, L.J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice. 14th Ed.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Herdman, T.H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and Classification
2015-2017. 10th Ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Newfield, S.A., Hinz, M.D., Tiley, D.S., Sridaromont, K.L., Maramba, P.J. (2012). Cox’s
Clinical Applications of Nursing Diagnosis Adult, Child, Women’s, Mental Health, Gerontic,
and Home Health Considerations. 6th Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2013). Nursing Diagnosis Manual Planning,
Individualizing and Documenting Client Care. 4th Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company