KONSEP MEDIS
A. Definisi
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan didalam bola mata meningkat
sehingga terjadi kerusakan saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
Glaukoma adalah sekelompok kelainan/kerusakan mata yang ditandai dengan
berkurangnya peningkatan tekanan (Barbara C. Long)
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai dengan berkurangnya
lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus kerusakan ini berhubungan dengan
peningkatan TIO yang terlalu tinggi. (Brunner & Suddarth)
Semakin tinggi tekanannya, semakin cepat kerusakan saraf optikus tersebut
berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan patologis yang menghambat
peredaran normal humor aques.
B. Etiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor
aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior,
melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi
keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus
dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan
terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang
pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
C. Patofisiologi
Tekanan intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran humor aqueus yang
terus menerus di rongga anterior. Glaukoma terjadi bila ada hambatan dalam pengaliran
humor aqueus yang menyebabkan peningkatan TIO. Bila tekanan terus meningkat dapat
terjadi kerusakan mata saraf-saraf optik, gangguan penglihatan dan sel – sel saraf retina
beregenerasi. Perubahan pertama sebelum sampai hilangnya penglihatan adalah perubahan
penglihatan perifer, bila hal ini tidak segera ditangani bisa timbul kebutaan.
D. Manifestasi Klinik
3. Glaukoma Kongenitalis
Glaukoma kongenitalis sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan
perkembangan saluran humor aqueus. Glaukoma seringkali diturunkan.
4. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat :
- Infeksi
- Peradangan
- Tumor
- Katarak yang meluas
- Penyakit mata yang mempengaruhi pengaliran humor aqueus dari bilik anterior.
Penyebab paling sering ditemukan adalah uveitis. Penyebab lainnya adalah
penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan pendarahan
kedalam mata. Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa menyebabkan
peningkatan tekanan intraokuler.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan mata yang biasa dilakukan adalah :
- Pemeriksaan dengan oftalmoskop bisa menunjukkan adanya perubahan pada saraf
optikus akibat Glaukoma.
- Pengukuran tekanan intraokuler dengan tonometri.
- Tekanan didalam bilik anterior disebut tekanan intraokuler dan bisa diukur dengan
menggunakan tonometri. Biasanya jika tekanan intraokuler lebih besar dari 20-22 mm,
dikatakan telah terjadi peningkatan tekanan. Kadang Glaukoma terjadi pada tekanan
normal.
- Pengukuran lapang pandang.
- Ketajaman penglihatan.
- Tes Refraksi
- Respon refleks pupil
- Pemeriksaan slit lamp
- Pemeriksaan gonioskopi (lensa khusus untuk mengamati saluran humor aqueus)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Glaukoma Sudut Terbuka
Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan Glaukoma sudut terbuka.Obat
tetes yang pertama diberikan adalah beta bloker (misalnya timonol, betaxolol,
carteolol, levobunolol atau metipranolol), yang kemungkinan akan mengurangi
pembentukan cairan didalam mata. Juga diberikan pilocarpine unuk memperkecil
pupil dan meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. Obat lainnya yang juga
diberikan adalah epinephrine, dipivephrine, atau carbacol (untuk memperbaiki
pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan).
Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan atau efek sampingnya
tidak dapat ditorelir oleh penderita, maka dilakukan pembedahan untuk meningkatkan
pengaliran cairan dari bilik anterior. Digunakan sinar laser untuk membuat lubang
didalam didalam iris atau dilakukan pembedahan untuk memotong sebagian iris
(iridotomi).
- Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan menghentikan serangan
Glaukoma.
- Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide)
- Tetes mata pilocarpine menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik dan
membuka saluran yang tersumbat.
- Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta blocker.
- Setelah suatu serangan, pemberian pilocarpine dan beta blocker serta inhibitor
karbonik anhidrase biasanya terus dilanjutkan.
- Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol
intravena (melalui pembuluh darah).
- Terapi laser untuk membuat lubang pada iris akan membantu mencegah serangan
berikutnya dan seringkali bisa menyembuhkan penyakit secara permanen. Jika
Glaukoma tidak dapat diatasi dengan menggunakan laser, dilakukan pembedahan
untuk membuat lubang pada iris. Jika kedua mata memiliki saluran yang sempit, maka
kedua mata diobati meskipun serangan hanya trejadi pada salah satu mata.
2. Glaukoma Sekunder
Pengobatan Glaukoma tergantung pada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah
peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang
dilakukan pembedahan.
3. Glaukoma Kongenitalis
Untuk mengatasi Glaukoma konginetalis dilakukan pembedahan.
G. Pemeriksaan Diagnostik
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous
atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke
retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
(5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal
atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap, LED : Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM.
2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan meliputi identifikasi beberapa perubahan dalam penglihatan
dan mengkaji ketidaknyamanan :
1. Penglihatan
a. Ketajaman penglihatan, shelenchart bila tersedia, membaca jarak jauh, membaca
jarak dekat.
b. Lapang pandang, test konfrontasi.
c. Adanya bayangan sekitar cahaya (hallo)
2. Ketidaknyamanan
a. Nyeri mata ; tumpul, berat
b. Sakit kepala ; derajat beratnya
c. Mual dan muntah
B. Penyimpangan KDM
Nyeri TIO
Gx rasa nyaman
Tek. pd saraf mata Pusing
Istikemik
Gg. Keseimbangan
Penglihatan
Cemas
D. Perencanaan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan Tujuan : Setelah a. Tentukan ketajaman a. Kebutuhan individu
sensori dilakukan penglihatan, catat dan pilihan intervensi
persepsi: tindakan apakah satu atau bervariasi, sebab
penglihatan keperawatan kedua mata terlibat. kehilangan penglihatan
berhubungan diharapkan dapat b. Orientasikan pasien terjadi secara lambat
dengan meningkatkan terhadap lingkungan, dan progresif. Bila
gangguan ketajaman staf, orang lain bilateral, tiap mata
penerimaan penglihatan dalam disekitarnya. dapat berlanjut pada
sensori/ batas situasi c. Observasi tanda dan laju yang berbeda.
perubahan status individu. gejala disorientasi. Tetapi biasanya hanya
organ indera. Kriteria hasil : d. Pertahankan pagar satu mata diperbaiki
Mengenal tempat tidur sampai per prosedur
gangguan sensori benar-benar sembuh. b. Memberikan
dan e. Pendekatan dari peningkatan
berkompensasi sisi yang tidak kenyamanan dan
terhadap dioperasi, bicara kekeluargaan,
perubahan, dan menyentuh menurunkan cemas dan
mengidentifikasi sering, dorong orang disorientasi pasca
atau memperbaiki terdekat tinggal operasi.
potensial bahaya dengan pasien. c. Terbangun dalam
dalam lingkungan. f. Perhatikan tentang lingkungan tidak
suram atau dikenal dan
penglihatan kabur mengalami keterbatasan
dan iritasi mata penglihatan dapat
dimana dapat terjadi mengakibatkan bingung
bila menggunakan pada orang tua.
obat teles mata
d. Meningkatkan resiko
Ingatkan pasien
jatuh bila bingung/tidak
menggunakan
tahu ukuran tempat
kacamata katarak
tidur.
yang tujuannya
memperbesar ± e. Memberikan rangsang
25%, penglihatan sensori tepat terhadap
perifer hilang, dan isolasi dan menurunkan
buta titik mungkin bingung. Gangguan
ada. penglihatan/ iritasi
dapat berakhir 1-2 jam
setelah tetesan mata
tetapi secara bertahap
menurun dengan
penggunaan.
f. Perubahan ketajaman
dan kedalaman
persepsi dapat
menyebabkan bingung
penglihatan/
meningkatkan resiko
cedera sampai pasien
belajar untuk
mengkompensasi.
Ansietas Tujuan: Setelah a. Kaji tingkat a. Menentukan tindakan
berhubungan dilakukan kecemasan klien selanjutnya
dengan tindakan b. Berikan b. Memudahkan
kerusakan keperawatan kenyamanan dan penerimaan klien
sensori diharapkan dapat ketentaman pada terhadap informasi yang
menurunkan klien : diberikan
stress - Temani klien c. Meningkatkan
emosional, - Perlihatkan pemahaman klien
ketakutan dan rasa tentang penyakit dan
depresi, empati( datang terapi untuk penyakit
penenmaan dengan tersebut sehingga klien
pembedahan dan menyentuh klien lebih kooperatif
pemahaman ) d. Dengan
instruksi. c. Berikan penjelasan menghilangkan stimulus
Kriteria hasil : pada klien tentang yang mencemaskan akan
mengucapkan penyakit yang meningkatkan
pemahaman dideritanya perlahan, ketenangan klien.
mengenai tenang seta gunakan e. Mengetahui
informasi. kalimat yang jelas, perkembangan klien
singkat mudah secara dini.
n pada dimengerti f. Obat dapat
lingkungan yang d. Singkirkan menurunkan tingkat
baru. stimulasi yang kecemasan klien
l dan waktu berlebihan
luang yang misalnya :
terlalu lama - Tempatkan
dapat klien diruangan
menimbulkan yang lebih tenang
perasaan - Batasi kontak
negative. dengan orang lain
/klien lain yang
kemungkinan
mengalami
kecemasan
e. Observasi tanda-
tanda vital.
f. Bila perlu ,
kolaborasi dengan
tim medis.
Defisiensi Setelah diberikan a. diskusikan a. Vital untuk
pengetahuan b.d asuhan Pelayanan memberikan informasi
salah interprestasi keperawatan menggunakan pada perawat pada kasus
informasi diharapkan identifikasi. darurat untuk
pengetahuan b. Tunjukkan menurunkan resiko
pasien meningkat teknik yang benar menerima obat yang
Dengan kriteria pemberian tetes dikontradiksikan.
hasil: mata, ijinkan pasien b. Meningkatkan
- Pasien dapat mengulang tindakan. keefektifan pengobatan,
menyebutkan c. Kaji memberikan kesempatan
kembali apa pentingnya untuk pasien
yang memperhatikan menunjukan kompetensi
dijelaskan jadwal obat. dan menanyakan
perawat d. Identifikasi pertanyaan.
- Pasien efek samping c. Penyakit ini dapat
mengangguk merugikan dari dikontrol dan
dan nampak pengobatan. mempertahankan
mengerti program konsentrasi
- Pasien program obat adalah
mengatakan kontrol vital beberapa
mengerti. obat menyebabkan
dilatasi pupil,
peningkatan TIO dan
potensial kehilangan
tambahan.
d. Efek samping obat/
merugikan,
mempengaruhi rentang
dari tak nyaman samapi
ancaman kesehatan
berat. Kurang lebih 50%
akan mengalami
sensitifitas/alergi
terhadap
parasimpatis/obat anti
kolines.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakata.
2009
James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta.
2002
Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000. hal 356.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruuner &
Suddarth.Alih Bahasa : Agung waluyo. Jakarta
Stanley mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : ECG
Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2010