Anda di halaman 1dari 94

FORMULA UNTUK MEMPERKIRAKAN BERAT

BADAN (BB) DENGAN MENGGUNAKAN LINGKAR


LENGAN ATAS (LILA) PADA PASIEN DEWASA
DI INDONESIA

FORMULA TO ESTIMATE BODY WEIGHT BY USING MID UPPER ARM


CIRCUMFERENCE IN ADULT PATIENTS IN INDONESIA

Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai gelar dokter spesialis Gizi Klinis

Program Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis


Fiona Desi Amelia

22220116320011

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
MARET
2020
LEMBAR MONITORING PERBAIKAN HASIL UJIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini menerangkan dengan sebenarnya bahwa

saya telah menyetujui perbaikan ujian tesis yang diajukan pada tanggal 13 Maret

2020 atas nama :

Mahasiswa : dr. Fiona Desi Amelia

Bagian : Ilmu Gizi Klinis

Judul Penelitian :

FORMULA UNTUK MEMPERKIRAKAN BERAT BADAN (BB) DENGAN


MENGGUNAKAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) PADA PASIEN
DEWASA DI INDONESIA

NO NAMA NARASUMBER TANDA TANGGAL

TANGAN

1. Prof. Dr. dr. Hertanto WS, Pembimbing I

MS, Sp.GK (K)

2. dr. Yushila Meyrina, Pembimbing II

M.Si, Sp.GK

3. dr. Amalia Sukmadianti, Penguji I

Sp.GK

4. dr. Annta Kern Penguji II

Nugrohowati, M.Si,

Sp.GK

ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS

FORMULA UNTUK MEMPERKIRAKAN BERAT BADAN (BB) DENGAN


MENGGUNAKAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) PADA PASIEN
DEWASA DI INDONESIA

Oleh :

dr. Fiona Desi Amelia

Disetujui :

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Prof. Dr. dr. Hertanto WS, MS, Sp.GK (K) dr. Yushila Meyrina, M.Si, Sp.GK

Mengetahui
KPS Gizi Klinis RSUP Dr. Kariadi/
Fakultas Kedokteran Undip

dr. Enny Probosari, MSi.Med, Sp. GK

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Fiona Desi Amelia

NIM : 22220116320011

Program Studi : Ilmu Gizi Klinis

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis ini benar-benar merupakan

karya saya sendiri, bebas dari peniruan terhadap karya orang lain. Kutipan pendapat

dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang

berlaku.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam tesis

ini terkandung plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap melanggar

peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Semarang, Maret 2020

Fiona Desi Amelia

22220116320011

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : dr. Fiona Desi Amelia

Tempat Tanggal Lahir : Banda Aceh, 24 Desember 1982

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kayee Adang No.09 Gp. Peurada Banda Aceh

No Telp / HP : 085260722892/08112619001

Email : fionadesiamelia@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Yayasan Kesehatan Anak (YKA) : Tamat tahun 1989

2. SD Negeri 20 Banda Aceh : Tamat tahun 1995

3. SMP Negeri 1 Banda Aceh : Tamat tahun 1998

4. SMA Negeri 3 Banda Aceh : Tamat tahun 2001

5. FK Universitas Syiah Kuala : Tamat tahun 2008

6. PPDS 1 Ilmu Gizi Klinik FK UNDIP : Masih Pendidikan

C. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Dosen Kontrak FK Unsyiah : 2009-2010

2. Dokter PTT Kemenkes Kabupaten Aceh Besar : 2010-2014

3. PNS RSUD dr. Zainoel Abidin : 2014 – sekarang

v
D. RIWAYAT KELUARGA

Nama Ayah : Faisal Nuruddin (Alm)

Nama Ibu : Nurmalia, TH

Nama Saudara Kandung : 1. Zenitha Maulida

2. Iskandarsyah

3. M. Syahrul Ramadhan

Nama Suami : Teuku Fadhillah

Nama Anak : 1. T. Sulthan Al Fayyadh

2. Cut Rania Rizqi

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas

berkat dan rahmatNya serta dukungan dari keluarga dan teman-teman saya, penulis

dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Formula Untuk Memperkirakan Berat

Badan (BB) Dengan Menggunakan Lingkar Lengan Atas (LILA) Pada Pasien

Dewasa Di Indonesia”.

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Program

Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis di Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro Semarang. Tesis ini dapat diselesaikan atas bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. dr. Agus Suryanto, Sp.PD.KP, MARS selaku Direktur Utama RSUP dr.

Kariadi Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menyelesaikan persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan

Dokter Spesialis (PPDS) Gizi Klinis Fakultas Universitas Diponegoro

Semarang.

2. dr. Enny Probosari, M.Si.Med, SpGK selaku Ketua Program Studi Gizi

Klinik dan dr. Etisa Adi Murbawani, M.Si, SpGK selaku Sekretaris Program

Studi yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh dan

menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis.

vii
3. dr. Khairuddin, SpGK selaku Kepala Kelompok Staf Medik Gizi Klinis

RSUP dr. Kariadi Semarang yang telah memberikan kesempatan dan

bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Program

Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis.

4. Prof. Dr. dr. Hertanto WS, MS, Sp.GK (K) selaku pembimbing pertama dan

pembimbing metodologi penelitian, terima kasih yang sebesar-besarnya,

atas arahan, bimbingan, dan dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Gizi

Klinis.

5. dr. Yushila Meyrina, M.Si, Sp.GK selaku pembimbing kedua, terima kasih

yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan kesabarannya dalam

mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dan

Program Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis.

6. dr. Amalia Sukmadianti, Sp.GK dan dr. Annta Kern Nugrohowati, MSi,

Sp.GK selaku penguji, terima kasih sebesar-besarnya yang telah

memberikan koreksi, masukan, dan dukungan kepada penulis.

7. Guru-guru kami, Dr. dr. Darmono SS, MPH, SpGK (K), Prof Fatimah

SpGK (K), dr Niken Puruhita, MSc.Med, Sp.GK (K), dr. Febe Christianto,

Sp.GK dan seluruh dosen PPDS Gizi Klinis Universitas Diponegoro

Semarang yang telah membekali ilmu dan bimbingan selama penulis

menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis.

viii
8. Mbak Pratiwi Ayurahma dan Mbak Abied Luthfi selaku bagian administrasi

PPDS Gizi Klinis yang telah banyak membantu selama penulis menempuh

Program Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis.

9. Hormat dan dedikasi tertinggi ditujukan kepada kedua orang tua tercinta,

alm Faisal Nuruddin dan Nurmalia TH, terima kasih yang besar atas doa,

kasih sayang, dukungan, dan kesabarannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis. Jasamu

tidak akan pernah terbalas.

10. Saudara-saudaraku Iin, Aan dan Alul, terimakasih atas dukungannya selama

ini. Love you all.

11. Kepada suami tercinta Teuku Fadhillah dan anak-anak kami T.Sulthan Al

Fayyadh dan Cut Rania Rizqi, terimakasih tak terhingga penulis ucapkan

atas perhatian, pengertian dan pengorbanannya telah menemani jiwa dan

raga selama penulis menyelesaikan studi ini. Love you till Jannah.

12. Kepada sahabat angkatan 12: Ali, Fitri, Fani, Ncis, Heidi, dan Jennifer, yang

selalu kompak dalam suka dan duka, terima kasih atas dukungan, masukan,

dan bantuannya selama ini.

13. Rekan-rekan PPDS Gizi Klinis baik angkatan senior maupun junior atas

dukungan dan bantuannya kepada penulis.

14. SMF Gizi tercinta, tempat mengetik yang nyaman serta membantu penulis

untuk menyelesaikan tesis dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Gizi

Klinis.

ix
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna sehingga kritik

dan saran untuk perbaikan penyusunan penelitian selanjutnya sangat penulis

harapkan.

Semarang, Maret 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................................. i

LEMBAR MONITORING PERBAIKAN HASIL TESIS .................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN... ............................................................................... xvii

ABSTRAK ....................................................................................................... xviii

ABSTRACT ....................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.2.1. Masalah Umum ........................................................................... 3
1.2.2. Masalah Khusus .......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................. 4
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
1.4.1. Aspek Ilmiah ............................................................................... 5

xi
1.4.2. Aspek Ilmiah ............................................................................... 5
1.5. Keaslian Penelitian ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 8
2.1. Antropometri sebagai Salah Satu Metode dalam Intervensi Gizi ........ 8
2.2. BB sebagai Salah Satu Pengukuran Antropometri dalam Intervensi ... 9
2.2.1. Definisi dan Komponen BB ....................................................... 9
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komponen BB .................. 10
2.2.3. Tujuan Pengukuran BB .............................................................. 15
2.2.4. Waktu dan Frekuensi Pengukuran BB ....................................... 16
2.2.5. Berbagai Keadaan yang Menyebabkan BB tidak dapat diukur
dengan Alat Standar Emas .......................................................... 16

2.3. Alat dan Cara Pengukuran BB ............................................................. 17


2.3.1. Penggunaan Beam Balance ....................................................... 17
2.3.2. Penggunaan Timbangan Digital ................................................ 17
2.3.3. Penggunaan Bed Scale ............................................................. 18
2.3.4. Pengukuran/Indeks Antropometri untuk Memperkirakan BB .. 19
2.4. Hubungan Antara LILA dan BB ......................................................... 22
2.4.1. Komponen dan Perubahan LILA .............................................. 22
2.4.2. Cara Pengukuran LILA ............................................................. 23
2.4.3. Penggunaan LILA ..................................................................... 25
2.4.4. Penelitian dan Aplikasi Klinis LILA ........................................ 26
2.5. Kerangka Teori, Kerangka Konsep dan Hipotesis .............................. 27
2.5.1. Kerangka Teori.......................................................................... 27
2.5.2. Kerangka Konsep ...................................................................... 29
2.5.3. Hipotesis.................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 31
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 31
3.2. Ruang Lingkup .................................................................................... 31
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 31
3.4. Identifikasi Variabel ............................................................................ 31
3.5. Populasi dan Subyek ........................................................................... 31

xii
3.5.1. Populasi Penelitian ................................................................... 31
3.5.2. Subyek Penelitian ..................................................................... 32
3.5.3. Kriteria Inklusi ......................................................................... 32
3.5.4. Kriteria Eksklusi ...................................................................... 32
3.6. Besar Sampel....................................................................................... 33
3.7. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..................................... 34
3.8. Alur Penelitian .................................................................................... 35
3.9. Tahapan Penelitian .............................................................................. 35
3.10.Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 36
3.11.Etika Penelitian .................................................................................. 37
BAB IV Hasil Penelitian ....................................................................................... 38
4.1. Karakteristik Subyek Penelitian ......................................................... 38
4.2. Korelasi dan regresi LILA dengan BB............................................... 39
4.3. Korelasi dan regresi LILA dengan BB subyek laki-laki .................... 40
4.4. Korelasi dan regresi LILA dengan BB subyek perempuan ............... 42
4.5. Korelasi variabel perancu (usia dan aktivitas fisik) dengan BB ....... 43
4.6. Korelasi variabel perancu (usia dan aktivitas fisik) dengan LILA .... 45
4.7. Rangkuman uji korelasi antara LILA dengan BB pada seluruh
subyek................................................................................................. 47

4.8. Rangkuman uji regresi linier antara LILA dengan BB pada seluruh
subyek................................................................................................. 47

BAB V PEMBAHASAN .................................................................................... 48


BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54
LAMPIRAN ......................................................................................................... 60

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian .................................. 5

Tabel 2. Perkiraan kontribusi cairan terhadap BB pada pasien dengan hepatitis


alkoholik, ascites dan edema ................................................................ 13

Tabel 3. Kontribusi anggota tubuh terhadap BB ………………………............ 14

Tabel 4. Berbagai formula untuk memperkirakan BB ........................................ 22

Tabel 5. Variabel penelitian dan definisi operasional ……………………… .... 34

Tabel 6. Karakteristik seluruh subyek penelitian ................................................ 38

Tabel 7. Distribusi frekuensi berdasarkan kelompok usia ................................. 38

Tabel 8. Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin .................. 39

Tabel 9. Hasil uji korelasi antara LILA dengan BB............................................ 39

Tabel 10. Hasil uji korelasi antara LILA dengan BB pada subyek laki-laki ........ 41

Tabel 11. Hasil uji korelasi antara LILA dengan BB pada subyek perempuan .... 42

Tabel 12. Hasil uji korelasi antara usia dengan BB pada seluruh subyek, subyek
laki-laki dan subyek perempuan ........................................................... 44

Tabel 13. Hasil uji korelasi antara aktivitas fisik dengan BB pada seluruh subyek,
subyek laki-laki dan subyek perempuan ............................................... 45

Tabel 14. Hasil uji korelasi antara usia dengan LILA pada seluruh subyek, subyek
laki-laki dan subyek perempuan ........................................................... 46

Tabel 15. Hasil uji korelasi antara aktivitas fisik dengan LILA pada seluruh
subyek, subyek laki-laki dan subyek perempuan ................................. 46

Tabel 16. Rangkuman uji korelasi variabel penelitian .......................................... 47

Tabel 17. Rangkuman uji regresi linier variabel penelitian .................................. 47

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Berbagai komponen berat badan ....................................................... 10

Gambar 2. Beam Scale untuk anak dan dewasa .................................................. 17

Gambar 3. Timbangan digital ............................................................................. 18

Gambar 4. Timbangan yang terintegrasi dengan tempat tidur pasien ................. 18

Gambar 5. Mencari titik tengah lengan atas........................................................ 24

Gambar 6. Penggunaan dari pita insersi untuk mengukur LILA ........................ 24

Gambar 7. Kerangka Teori .................................................................................. 28

Gambar 8. Kerangka konsep .............................................................................. 29

Gambar 9. Alur penelitian ................................................................................... 35

Gambar 10. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB seluruh subyek ............... 40

Gambar 11. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB subyek laki-laki.............. 42

Gambar 12. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB subyek perempuan ......... 43

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Informed Consent .............................................................. 60

Lampiran 2. Kuesioner Penapisan ...................................................................... 62

Lampiran 3. Formulir IPAQ................................................................................ 63

Lampiran 4. Skor IPAQ ...................................................................................... 65

Lampiran 5. Output SPSS ................................................................................... 66

Lampiran 6. Ethical Clearance ........................................................................... 73

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ........................................................................ 74

Lampiran 8. Foto Penelitian ................................................................................ 75

xvi
DAFTAR SINGKATAN

BB : Berat Badan
BMR : Basal Metabolic Rate
dkk : dan kawan-kawan
ESPEN : The European Society for Clinical Nutrition and Metabolism
g : gram
GH : Growth Hormone
ICU : Intensive Care Unit
IMT : Indeks Massa Tubuh
IPAQ : International Physical Activity Questionnaire
kg : kilogram
Kkal : Kilo kalori
LILA : Lingkar Lengan Atas
LP : Lingkar Perut
LOS : Length of Stay
m2 : meter kuadrat
mm : millimeter
NHNES : National Health and Nutrition Examination Survey
TB : Tinggi Badan
RS : Rumah Sakit
SST : Subscapular Skinfold Thickness
USG : Ultrasonografi
WHO : World Health Organization

xvii
ABSTRAK

Latar belakang: Berat badan (BB) dapat diperkirakan menggunakan parameter


lingkar lengan atas (LILA). Formula estimasi BB yang telah dirumuskan sebagian
besar menggunakan subyek atau populasi Amerika dan Eropa. Formula yang
pernah di rumuskan di Indonesia masih menggunakan subyek orang sehat.
Tujuan : merumuskan formula regresi linier estimasi BB dari LILA untuk pasien
dewasa di Indonesia.
Metode penelitian : Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan
pendekatan cross sectional. Sebanyak 200 orang pasien rawat jalan berusia diatas
18 tahun di klinik Penyakit Dalam Instalasi Merpati RSUP Dr. Kariadi Semarang
dipilih sebagai subjek setelah sebelumnya menyetujui informed consent dan
penelitian mendapatkan persetujuan Etik. Instrumen penelitian adalah timbangan
berat badan digital dan metline. Uji korelasi menggunakan uji korelasi Pearson. Uji
regresi linier digunakan untuk membentuk model formula regresi.
Hasil : Formula untuk memperkirakan BB seluruh pasien adalah - 3.316 + 2.324 x
LILA (cm) (R2 = 0.696), formula untuk memperkirakan BB pada pasien laki-laki
adalah 1.363 + 2.278 x LILA (cm) (R2 = 0.659), formula untuk memperkirakan BB
pada pasien perempuan adalah – 4.248 + 2.260 x LILA (cm) (R2 = 0.781).
Simpulan : LILA dapat digunakan sebagai cara untuk memperkirakan BB pasien
dewasa di Indonesia.

Kata kunci : BB, LILA, formula

xviii
ABSTRACT

Background: Weight (Wt) can be estimated by using mid-upper arm circumference


(MUAC). The formulas for estimating Wt that have been formulated are mostly
using subjects from European or American. Formula in Indonesia still use healthy
subjects.
Objective: derived linear regression formula to estimate from MUAC for adult
patients in Indonesia.
Research method: This is an observational study with a cross sectional approach.
A total of 200 adult outpatients over 18 years old attends internal medicine clinic
of RSUP Dr. Kariadi Semarang were recruited with prior ethical approval and
written informed consent. Research instruments were digital weight scale and
metline. Correlation was tested using Pearson analysis. Formula was derived from
linear regression analysis.
Results: Wt Estimation for all patients = -3.316 + 2.324 x LILA (cm) (R2 = 0.696),
Wt Estimation for male patients = 1.363 + 2.278 x LILA (cm) + (R2 = 0.659), and
Wt Estimation for female = – 4.248 + 2.260 x LILA (cm) (R2 = 0.781).
Conclusion: MUAC can be used to estimate Wt adults patients in Indonesia.

Keywords: Weight, mid-upper arm circumference, formula

xix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Asesmen gizi adalah metode yang berguna untuk mendukung terapi dan

memantau keefektifan dari intervensi gizi terutama pada individu yang sedang

dirawat di Rumah Sakit (RS). Diantara berbagai metode asesmen gizi, pengukuran

antropometri sangat penting dimana yang paling banyak digunakan untuk

memperkirakan ukuran dan komposisi tubuh antara lain tinggi badan (TB) dan berat

badan (BB). Kedua pengukuran ini sangat penting untuk menilai pertumbuhan,

status gizi, menghitung area permukaan tubuh, menghitung Indeks Massa Tubuh

(IMT), menegakkan diagnosis gizi, membuat preskripsi diet dan preskripsi

farmakologis, serta memantau terapi gizi yang diberikan. 1–3

Pengukuran BB dengan timbangan tidak diragukan lagi merupakan standar

emas dan sebaiknya selalu diaplikasikan ketika keadaan memungkinkan.

Bagaimanapun, terdapat beberapa keadaan klinis dimana pengukuran BB secara

standar emas ini tidak mungkin untuk dilakukan seperti pasien dengan penyakit

kritis, pasien yang terbaring ditempat tidur dan tidak dapat berjalan, yang akan

menyebabkan kesulitan dalam menghitung IMT. Di beberapa RS, telah dilaporkan

bahwa variabel BB tidak tercatat lebih dari 20% pasien usia tua yang dirawat di RS

sehubungan dengan immobilitas atau kesulitan untuk dilakukan pengukuran BB.

Beberapa alat seperti timbangan yang terintegrasi dengan tempat tidur RS (bed

scale) merupakan alat yang sangat mahal dan hanya tersedia di RS tertentu. Oleh

karena itu, sangat dibutuhkan alat/pengukuran untuk memperkirakan BB dengan


2

cara yang berbeda. Banyak penelitian yang mengembangkan metode untuk

memperkirakan BB berdasarkan berbagai pengukuran spesifik dari berbagai

segmen tubuh. BB dapat diperkirakan melalui berbagai persamaan berdasarkan

antropometri yang dikembangkan di berbagai negara, walaupun validitasnya belum

banyak diteliti. Sampai saat ini hanya ada 4 formula yang diketahui untuk

memperkirakan BB pada orang dewasa yaitu formula Chumlea, et al (tahun 1989),

formula Rabito et al (tahun 2006), formula Ross Laboratories (tahun 2002) dan

formula yang ditemukan oleh Buckley dkk (tahun 2011), dimana pada keempat

formula diatas menggunakan berbagai macam indeks antropometri seperti Lingkar

Lengan Atas (LILA), Tinggi Lutut (TL), lingkar betis, lingkar abdomen, lingkar

paha, subscapular skinfold thickness (SST) dengan berbagai rumus yang rumit.1,4–6

Walaupun LILA telah lama diketahui berkorelasi dengan BB, tidak ada alat

perkiraan berat badan berdasarkan LILA yang telah dipublikasi sampai tahun 2010.

Pada akhir tahun 2016, terdapat satu formula perhitungan berat badan

menggunakan LILA untuk orang dewasa yang telah divalidasi oleh Cattermole

pada tahun 2016, dengan menggunakan data National Health and Nutrition

Examination Survey (NHNES).7

Berbagai formula diatas termasuk formula Cattermole didapatkan dari

populasi tertentu yang tinggal di Amerika dan Eropa, dimana komposisi tubuh

berbeda antara ras yang satu dengan ras yang lain, oleh karena itu berbagai formula

diatas mungkin tidak tepat untuk memperkirakan BB untuk populasi lain dan sangat

diperlukan formula lain dan spesifik digunakan pada populasi tertentu. Di Indonesia

sendiri terdapat satu penelitian mengenai perkiraan BB yang menggunakan LILA

2
3

pada akhir tahun 2018. Penelitian Cattermole dan Indri Mulyasari menggunakan

subyek penelitian individu sehat sehingga diperlukan suatu penelitian dengan

subyek penelitian individu sakit/pasien sehingga hasil penelitian dapat lebih

aplikatif dalam praktik klinis.

Selain itu berdasarkan pengalaman terbatas dibangsal, penulis

menggunakan rumus LILA yang ada untuk memperkirakan BB dengan

menggunakan rumus yang rumit, harus menggunakan kalkulator, memerlukan data

tinggi badan, tidak jelas darimana guidelinenya dan validitasnya belum diketahui.

Terlebih, pada beberapa situasi tertentu, tinggi badan tidak dapat diukur secara

langsung misalnya pasien tidak dapat berdiri karena kelemahan otot, deformitas

seperti kifosis, lordosis, scoliosis, kehilangan anggota gerak/amputasi atau tidak

dapat diukur menggunakan indeks antropometri seperti luka bakar seluruh tubuh.2

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis mengadakan

penelitian untuk mencari formula yang tepat digunakan di Indonesia untuk

memperkirakan BB dengan menggunakan LILA pada pasien dewasa, agar dapat

menjadi alternatif pengukuran antropometri yang mudah, cepat dan praktis dalam

praktik sehari-hari.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1.2.1 Masalah Umum

Apakah LILA dapat digunakan untuk memperkirakan BB pasien dewasa di

Indonesia ?

3
4

1.2.2 Masalah Khusus

1. Apakah terdapat korelasi antara LILA dengan BB pasien laki-laki

dewasa?

2. Apakah terdapat korelasi antara LILA dengan BB pasien perempuan

dewasa?

3. Apakah LILA dapat digunakan untuk memperkirakan BB pasien laki-

laki dewasa di Indonesia ?

4. Apakah LILA dapat digunakan untuk memperkirakan BB pasien

perempuan dewasa di Indonesia ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan formula untuk memperkirakan BB dengan menggunakan

LILA pada pasien dewasa di Indonesia

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendapatkan besar korelasi antara LILA dengan BB pada pasien laki-

laki dewasa

2. Mendapatkan besar korelasi antara LILA dengan BB pada pasien

perempuan dewasa

3. Mendapatkan formula untuk memperkirakan BB dengan menggunakan

LILA pada pasien laki-laki dewasa di Indonesia

4. Mendapatkan formula untuk memperkirakan BB dengan menggunakan

LILA pada pasien perempuan dewasa di Indonesia

4
5

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Aspek Ilmiah

- Menambah pengetahuan tentang LILA sebagai alternatif antropometri

pada pasien yang tidak bisa diukur BB aktualnya.

- Mendapatkan/memperoleh formula dengan menggunakan LILA untuk

memperkirakan BB pasien dewasa yang tepat digunakan di Indonesia

- Sebagai bahan referensi untuk dasar pengembangan penelitian

selanjutnya

1.4.2 Aspek Klinis

- LILA dapat digunakan sebagai alat pemeriksaan klinis untuk

memperkirakan BB yang praktis, mudah dan sederhana dalam praktik

sehari-hari.

1.5 KEASLIAN PENELITIAN

Beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan rumus dengan

menggunakan LILA, yang pernah dilakukan dibeberapa tempat, seperti terlihat

pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian

Peneliti/judul Tahun Jenis Penelitian Variabel Hasil


dan Narasi
Indri 2018 Cross Sectional LILA, BB, Estimasi BB = 2,863
Mulyasari, Memperoleh jenis kelamin LILA (cm) – 4,019 jenis
Purbowati 8 persamaan kelamin -14,533
Lingkar lengan (R2=0,84)
menggunakan
atas dan
panjang ulna regresi linier
sebagai (n=303)
parameter
antropometri
untuk
memperkirakan

5
6

berat badan dan


tinggi badan
orang dewasa
Giles N 2016 Cross Sectional LILA dan BB - Persamaan BB = (4 x
Cattermole et aktual LILA) – 50 yang
al7 Memperoleh dirumuskan dan
Mid arm persamaan divalidasi pada orang
Circumference menggunakan dewasa sehat
can be used to regresi linier dan setidaknya sama
estimate weight melakukan validasi akuratnya seperti
of adult and terhadap persamaan persamaan pediatri
adolescent tersebut untuk memperkirakan
patients (n=8498) BB pada anak-anak.

Ana Paula FM, 2014 Cross sectional Berbagai - BB rata-rata yang


et al 1 formula untuk diperkirakan dengan
Methods for Membandingkan memperkirakan formula lingkar betis,
estimating body berbagai formula TB, berbagai abdomen dan lengan
weight and untuk formula untuk pada laki-laki
height in memperkirakan BB memperkirakan mendekati BB aktual
hospitalized dan TB BB,TB aktual,
adults : a (n=142) dan BB aktual
comparative
analysis
G.N. 2010 Cross sectional Usia, TB, - LLA mempunyai
Cattermole et panjang kaki, hubungan paling kuat
al 9 Menganalisis dan LILA dan BB dengan BB dan
Mid arm membandingkan aktual hubungan ini makin
circumference korelasi antara usis, kuat seiring usia
can be used to TB, panjang kaki - Formula BB = (LLA-
estimate dan BB 10)x 3 sama akuratnya
children’s (n=1391) dengan dengan metode
weight Broselow
Robert 2010 Cross Sectional Lingkar paha, - Pada laki-laki, model
G.Buckley, et lingkar regresi dengan
al10 Memperoleh abdomen, BB menggunakan lingkar
Bedside method Persamaan untuk aktual paha dan lingkar
to estimate memperkirakan BB abdomen memberikan
actual body dengan analisis perkiraan hasil yang
weight in the regresi berganda akurat dan berguna
emergency dan melakukan untuk dokter dan
department validasi terhadap perawat , tetapi kurang
persamaan tersebut akurat pada pasien
(n=208) perempuan.

6
7

M. F. Bernal 2009 Cross Sectional Tinggi lutut, - Persamaan/formula


Orozco, et al4 lingkar betis, yang didapatkan
Equation to Memperoleh LLA, Tricipital ternyata dapat
estimate body formula untuk Skinfold memprediksi secara
weight in memperkirakan BB Thickness akurat BB pada wanita
elderly Mexican dengan analisis (TST), lansia yang dirawat di
women using regresi berganda, Subscapular RS.
anthropometric melakukan validasi, Skinfold - Pada wanita lansia yang
measurement dan Thickness menjalani rawat jalan,
membandingkan (SST), BB BB dengan
formula yang baru aktual menggunakan formula
dengan persamaan mengalami
Chumlea overestimasi secara
(n=95) signifikan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini

dilakukan pada pasien rawat jalan dewasa berusia diatas 18 tahun, menggunakan

LILA, dan penelitian ini membedakan formula berdasarkan jenis kelamin.

7
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANTROPOMETRI SEBAGAI SALAH SATU METODE DALAM

INTERVENSI GIZI

Menurut The European Society for Clinical Nutrition and Metabolism

(ESPEN), intervensi gizi meliputi skrining, asesmen, diagnostik, terapi gizi serta

pemantauan dan evaluasi. Asesmen gizi didefinisikan sebagai interpretasi informasi

yang diperoleh dari diet, hasil laboratorium, antropometri dan studi klinis. Asesmen

gizi harus dilakukan pada semua subyek yang diiidentifikasi berisiko malnutrisi

pada saat dilakukan skrining gizi. Asesmen gizi bertujuan menentukan keparahan

dan penyebab gangguan gizi pada pasien, mengevaluasi apakah gangguan gizi

adalah faktor yang dapat memperberat perburukan kondisi klinis pasien,

memberikan dasar untuk menentukan diagnosis dan terapi gizi serta memantau

respon pasien terhadap terapi gizi yang diberikan. Semua tahapan intervensi gizi

yaitu skrining, asesmen gizi, diagnostik, terapi gizi, serta pemantauan dan evaluasi

memerlukan informasi/data antropometri. 11–15

Antropometri adalah pengukuran dari dimensi fisik dan komposisi dari tubuh

manusia. Pengukuran antropometri, terutama pengukuran yang bervariasi sesuai

umur dan status gizi sangat berguna sebagai indikator komposisi tubuh ketika

terjadi ketidakseimbangan kronik energi dan protein. Pengukuran antropometri

terbagi atas 2 tipe. Tipe pertama adalah pengukuran ukuran tubuh, dan tipe yang

kedua adalah pengukuran untuk menentukan komposisi tubuh. Kebanyakan

8
9

pengukuran antropometri berdasarkan pada model dua kompartemen komposisi

tubuh, yaitu lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak terdiri dari otot

skeletal, otot non skeletal, jaringan lunak, dan skeleton. Massa bebas lemak terdiri

dari campuran air, berbagai mineral dan protein.16

Pengukuran antropometri memberikan informasi yang penting dalam

menentukan dan mengevaluasi status gizi. Pengukuran antropometri untuk

menetukan ukuran tubuh yang paling banyak digunakan dalam bidang gizi klinik

dan kesehatan masyarakat adalah BB dan TB/panjang badan (PB). BB, TB, IMT,

dan pengukuran komposisi tubuh kadang-kadang tidak bisa didapatkan melalui

standar emas, sehingga diperlukan suatu pendekatan baru yang sederhana, cepat,

murah dan noninvasif sehingga asesmen gizi yang valid dapat diperoleh. 11,17,18

2.2 BB SEBAGAI SALAH SATU PENGUKURAN ANTROPOMETRI

DALAM INTERVENSI GIZI

2.2.1 Definisi dan Komponen BB

Berat badan mewakili jumlah dari seluruh kompartemen tubuh (massa

lemak dan massa bebas lemak seperti protein, lemak, air dan massa tulang tubuh).

Perubahan berat badan hanya memberikan informasi terbatas mengenai perubahan

dari komponen-komponen ini. Perubahan pada BB mewakili perubahan pada otot,

lemak, air atau kombinasi dari berbagai komponen. Perlu diingat bahwa kehilangan

BB yang tidak sengaja pada umumnya dipandang sebagai manifestasi dari penyakit

serius. Pada orang dewasa normal, terdapat kecenderungan peningkatan deposisi

9
10

lemak seiring usia dan sejalan dengan penurunan pada protein otot. Pada orang yang

sehat, variasi harian dari BB pada umumnya kecil (< 0,5 kg).11,15,19

Berat badan terdiri dari beberapa komponen seperti dalam gambar berikut

ini:

Gambar 1. Berbagai komponen BB


(dimodifikasi dari Kyle 2004)20

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komponen BB

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komponen BB:

a. Jenis kelamin dan usia

Persentase lemak tubuh pada perempuan berkisar 10-13% dari berat

badan dan lebih besar daripada laki-laki yaitu 2-5%.21 Pada tahun 1986,

Jensen melihat secara spesifik pertumbuhan terkait dengan proporsi badan

dari 48 anak laki-laki. Hasilnya mengindikasikan adanya penurunan

proporsi massa kepala selama pertumbuhan yang diimbangi dengan

peningkatan massa paha, lengan atas, betis dan kaki. Selama proses menuju

dewasa, terjadi maturasi kimia dari massa bebas lemak, terutama air, protein

10
11

dan mineral yang akan berubah sesuai usia dan status pubertas. Saat masa

pubertas dan setelah masa pubertas, laki-laki lebih banyak mengalami

akumulasi otot dan tulang daripada massa lemak. Perempuan mengalami

akumulasi lemak lebih banyak selama masa pubertas dan setelah masa

tersebut. Seiring dengan penuaan,kedua jenis kelamin ini cenderung terjadi

penumpukan lemak di daerah tubuh bagian atas. Pada orang dewasa normal,

terdapat kecenderungan peningkatan deposisi lemak seiring usia dan sejalan

dengan penurunan pada protein otot.11,17,19,22

b. Hormonal

Beberapa jenis hormon yang diketahui berhubungan erat dengan

peningkatan atau penurunan BB, yaitu : kortisol, insulin, growth hormone

(GH), estrogen dan tiroid. Insulin berperan dalam stimulasi adipogenesis

dan menghambat lipolisis.23 Kortisol akan menyebabkan akumulasi lemak

dibagian abdomen karena lemak abdomen memiliki lebih banyak reseptor

kortisol.24 Individu obesitas akan mengalami penurunan sekresi GH yang

akan menurunkan aktivitas lipolitik dan menurunkan sintesis protein otot.25

Perempuan menopause dengan kadar estrogen yang rendah akan mengalami

akumulasi lemak viseral.26 Perubahan kadar hormon tiroid sangat

mempengaruhi peningkatan atau penurunan BB, keadaan hipotiroidisme

akan menyebabkan peningkatan BB.27

c. Etnis

Perbedaan bermakna IMT antaretnis disebabkan karena predisposisi

11
12

genetik seperti faktor lingkungan, gaya hidup dan perbedaan keseimbangan

energi serta perbedaan intrinsik dalam komposisi lemak.17,28

d. Postur tubuh

Individu dengan postur tubuh cenderung atletis cenderung memiliki

IMT yang tinggi, dimana massa otot lebih banyak daripada massa lemak.29

e. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik akan berbanding terbalik dengan lemak tubuh.

Intensitas aktivitas fisik yang bervariasi akan memberikan pengaruh yang

berbeda terhadap lemak tubuh dan distribusinya, terutama lemak subkutan.

Lemak subkutaneus abdominal lebih responsif terhadap peningkatan

aktivitas fisik daripada lemak subkutaneus dibagian tubuh yang lain.

Individu dengan aktivitas yang kurang, memiliki kecenderungan mengalami

kenaikan berat badan. 30,31

f. Asupan energi

Faktor pola makan sangat berhubungan dengan BB, baik

berpengaruh terhadap massa otot atau massa lemak. Terdapat hubungan

positif antara total energi dengan persentase lemak tubuh, dimana dalam

sebuah penelitian disebutkan bahwa subyek yang asupan energinya 100 kkal

lebih besar, ditemukan lemak tubuk 45g lebih tinggi. 30

g. Keseimbangan cairan

Fluktuasi berat badan yang berhubungan dengan perubahan

fisiologis dalam keseimbangan cairan pada orang dewasa sehat

menyebabkan ketidakakuratan dalam perhitungan berat badan yang akan

12
13

mengaburkan perubahan BB akibat adanya penurunan atau peningkatan

massa otot atau lemak. Perubahan patologis dalam keseimbangan cairan

mungkin lebih besar dan memiliki potensi untuk mengaburkan perubahan

penting dari segi gizi pada kompartemen tubuh yang lain bahkan saat

perubahan cairan tidak dapat dideteksi. Pada penyakit liver, parasintesis

dengan volume yang banyak akan disertai dengan penurunan rata-rata BB

sebesar 0,5 kg dalam 72 jam, dimana akumulasi cairan akan mengaburkan

hilangnya massa otot. Perkiraan dari kelebihan cairan pada pasien dengan

penyakit liver alkoholik telah dibuat dengan mempertimbangkan kenaikan

BB selama refeeding. Perkiraan dari berat cairan bisa didapatkan dari hasil

scan abdomen dan dari evaluasi secara hati-hati pengukuran BB serial. Jadi,

perkiraan berat cairan harus dibuat dengan hati-hati, dicatat dengan jelas dan

kenali keterbatasannya.19

Tabel 2. Perkiraan kontribusi cairan terhadap BB pada pasien dengan


hepatitis alkoholik, ascites dan edema. 19
Klinis Perkiraan berat cairan (kg)
Ascites
- Minimal 2.2
- Sedang 6
- Berat 14
Edema
- Terdeteksi minimal 2
- Berat >10 kg

h. Amputasi/Kehilangan anggota gerak

Penyesuaian BB harus dilakukan pada keadaan amputasi anggota

gerak dengan memperhatikan proporsi anggota badan yang mengalami

amputasi.19

13
14

Tabel 3. Kontribusi anggota tubuh terhadap BB32


Bagian tubuh Kontribusi (%)
Badan tanpa anggota badan 50
Tangan 0,7
Lengan bawah 1,6
Lengan atas 2,7
Kaki 1,5
Tungkai bawah 4,4
Paha 10,1

i. Penyakit

Pada kondisi penyakit tertentu seperti pertumbuhan tumor yang

massif dan organomegali akan mengaburkan kehilangan jaringan lemak dan


11,19
otot, yang dapat terjadi selama undernutrition berat. Selain itu, lebih

dari 50% pasien kanker menderita atrofi progresif jaringan lemak dan otot

skeletal yang disebut cachexia, yang menyebabkan berat badan turun,

penurunan kualitas hidup dan survival time yang pendek. Anorexia sering

menyertai cachexia, tapi bukan penyebab kehilangan jaringan lemak dan

otot, terutama lean body mass. Sebagai tambahan karena konsumsi tumor

secara langsung, mediator anorexigenic, seperti hormon dan sitokin juga

berkontribusi terhadap cachexia. Sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1β, and

IL-6) dan protein katabolik yang disekresi oleh tumor itu sendiri

(proteolysis-inducing factor, lipid-mobilizing factor, dan zinc alpha-

glycoprotein), semuanya dapat menyebabkan pemecahan jaringan lemak

dan otot. 33

14
15

j. Kehamilan

Selama beberapa waktu, diduga bahwa pertambahan berat badan ibu

hamil hanya terdiri dari jumlah yang dibutuhkan untuk produk konsepsi.

Segala sesuatu yang melebihi jumlah yang diperkirakan, akan disimpan

sebagai lemak yang tidak diinginkan. Komponen pertambahan berat badan

pada ibu hamil meliputi janin, plasenta, cairan ketuban, uterus, jaringan

payudara, volume darah dan simpanan lemak. Simpanan lemak tidak lagi

dianggap sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi dianggap dibutuhkan

untuk menyediakan energi ibu yang digunakan selama kehamilan,

persalinan dan menyusui. Dalam beberapa analisa, pertambahan berat badan

ibu memberikan kenaikan massa otot tanpa lemak.34

2.2.3 Tujuan Pengukuran BB

Tujuan dilakukan pengukuran berat badan:3,17,35

- Perhitungan dosis obat secara akurat

- memantau pertumbuhan dan perkembangan anak

- memeriksa akibat atau konsekuensi penyakit,

- menilai dan mengevaluasi status gizi

- menghitung IMT

- menghitung dan melaksanakan terapi gizi, serta menentukan adekuasi dari

asupan gizi

- menilai keseimbangan cairan

15
16

2.2.4 Waktu dan Frekuensi Pengukuran BB

Pengukuran BB pada orang dewasa sebaiknya dilakukan setelah kandung

kemih kosong dan sebelum sarapan serta setelah BAB. Pemantauan BB selama

rawat inap kemungkinan tidak sensitif berhubungan dengan penyakitnya atau

gangguan keseimbangan cairan. Bagaimanapun, menurut ESPEN, BB harus dicatat

1-3 kali per minggu selama pasien dirawat inap dengan pengurangan frekuensi

ketika pasien berada dalam kondisi baik/stabil. Bila pasien menjalani rawat jalan,

jenis penyakit pasien akan menentukan interval dari pengukuran BB. Pengukuran

BB regular tidak berguna pada pasien yang berada dalam fase paliatif lanjut atau

berada di akhir hayat. 11,12,19

2.2.5 Berbagai Keadaan yang Menyebabkan BB Tidak Dapat Diukur

dengan Alat Standar Emas

Beberapa keadaan yang menyebabkan BB tidak dapat diukur pada

pasien:11,14,36

- Pasien tidak mampu berdiri diatas timbangan/tidak dapat berjalan, misalnya

lemas, penurunan kesadaran atau gangguan pada tulang belakang

- Pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur

- Tidak dapat mengingat BB aktual karena status mental yang terganggu atau

kendala bahasa

- Timbangan yang terintegrasi dengan tempat tidur sering tidak tersedia di

rumah sakit.

- Peralatan yang tidak terkalibrasi

16
17

- Pada kondisi penyakit, seperti edema, ascites, dehidrasi, diuresis,

pertumbuhan tumor yang masif, organomegali atau pasien obese yang

sedang mengalami penurunan berat badan yang cepat, pengukuran BB

aktual tidak dapat dipakai sebagai acuan.

2.3 ALAT DAN CARA PENGUKURAN BB

2.3.1 Penggunaan Beam Balance

Alat pengukuran BB sebaiknya menggunakan beam balance, tetapi

sayangnya alat tersebut sangat berat oleh karena itu tidak cocok dilakukan di

lapangan. 11

Beam
balance

Gambar 2. Beam Scale untuk anak dan dewasa


(dimodifikasi dari dari Rosalind S Gibson)11

2.3.2 Penggunaan Timbangan Digital

Pada beberapa kasus, timbangan digital/elektronik bisa digunakan.

Timbangan harus diletakkan ditempat yang keras, permukaan datar dan harus

diperiksa dan disesuaikan ke angka nol sebelum pengukuran dilakukan. Subjek

berdiri ditengah timbangan, melihat lurus kedepan, berdiri tanpa dibantu, santai dan

tidak berpakaian (telanjang) serta melepas alas kaki. Jika tidak memungkinkan

17
18

untuk telanjang, subjek dapat memakai pakaian atau gaun tipis. BB dicatat dengan

pendekatan 0,1 kg. Waktu pengukuran harus dicatat karena variasi diurnal dalam

BB terjadi.11,14,37

Skala
elektronik

Gambar 3. Timbangan digital


(dimodifikasi dari Elke Freitag MN, 2009)14

2.3.3 Penggunaan Bed Scale

Pada subyek yang tidak mampu berdiri, saat ini sudah ada beberapa alat

dengan teknologi canggih dan terkini seperti bed scale, tetapi kadang-kadang

dibeberapa rumah sakit tertentu tidak tersedia karena harganya yang mahal.37

Mercury
Bed Scale

Gambar 4. Timbangan yang terintegrasi dengan tempat tidur pasien


(dimodifikasi dari Elke Freitag MN, 2009) 14

18
19

2.3.4 Pengukuran/Indeks Antropometri untuk Memperkirakan BB

Ketika BB tidak dapat diukur, BB yang dilaporkan oleh pasien dapat

digunakan, walaupun beberapa review mengindikasikan adanya variasi yang besar

antara BB yang diukur dengan BB yang dilaporkan oleh pasien. Tetapi bukti terbaru

yang telah dipublikasikan tidak mendukung penggunaan rutin dari BB yang

dilaporkan oleh pasien atau BB berdasarkan perkiraan pengamat. Sebuah penelitian

membandingkan BB pasien berusia >16 tahun yang dirawat inap antara BB yang

diukur dengan BB yang dicatat berdasarkan perkiraan tenaga kesehatan profesional,

hasilnya adalah BB berdasarkan perkiraan pengamat kurang akurat. Oleh karena

itu, diperlukan antropometri atau alat pengukuran untuk memperkirakan BB pasien

untuk pasien yang tidak bisa diperoleh data BB sesuai dengan berbagai kondisi yang

telah dijelaskan diatas. 19

Indeks antropometri didapatkan dari berbagai kombinasi pengukuran

kasar. Indeks antropometri sangat penting sebagai untuk menginterpretasikan

berbagai pengukuran. Kombinasi dari tricep skinfold dan LILA dapat digunakan

untuk memperkirakan area otot lengan atas dan area lemak lengan atas, pengganti

untuk massa otot dan total kandungan lemak tubuh. Kombinasi lain seperti Indeks

Massa Tubuh (IMT) dan rasio lingkar pingggang dan pinggul telah lama digunakan

sebagai indikator status gizi dan massa lemak intraabdomen. Pendekatan lain yang

melibatkan pengukuran atau indeks antropometri misalnya berbagai persamaan

regresi untuk memperkirakan densitas tubuh dan menghitung lemak tubuh dan

massa bebas lemak. Saat ini terdapat berbagai macam rumus untuk memperkirakan

19
20

BB dengan menggunakan kombinasi dari berbagai pengukuran antropometri

berikut : 11,17,18

1. Lingkar Perut

Lingkar perut berhubungan kuat dengan total lemak tubuh. Banyak

penelitian menunjukkan distribusi lemak tubuh adalah prediktor yang lebih kuat

daripada BMI untuk faktor risiko dan morbiditas berbagai macam penyakit seperti

penyakit metabolik dan kardiovaskuler serta berbagai penyakit kronik. Saat ini,

lingkar perut direkomendasikan sebagai pengukuran yang sederhana dan praktis

untuk menilai lemak abdomen sebelum dan selama penurunan BB.11

2. Skinfold Thickness

Pengukuran skinfold thickness adalah pengukuran untuk menentukan

komposisi tubuh. Pengukuran skinfold thickness mampu memperkirakan jumlah

depo lemak subkutan yang akhirnya dapat memperkirakan total lemak tubuh.

Ternyata, hubungan antara lemak subkutan dan lemak visceral nonlinear dan

bervariasi tergantung berat badan dan usia. Terlebih lagi variasi distribusi lemak

subkutan dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras atau etnis dan usia. Karena jaringan

lemak intrabdomen tidak dapat dinilai dengan menggunakan pengukuran skinfold,

maka teknik ini lebih berguna pada individu yang kurus daripada individu yang

kelebihan BB. 11,19

Prosedur pengukuran ini cepat, peralatan yang dibutuhkan tidak rumit,

dapat dilakukan baik di fasilitas kesehatan publik maupun di bidang gizi klinik.

Beberapa formula yang berbeda telah ditemukan untuk menghitung jumlah total

lemak dan BB dari skinfold ini. Beberapa lokasi pengukuran skinfold thickness

20
21

yaitu 4 lokasi (triceps, biceps, subscapular, suprailiaka) dan 7 lokasi (triceps,

subscapular, suprailiaka, midaxilla, dada, abdomen dan paha). Subscapula

Skinfold Thickness (SST) adalah antropometri yang digunakan dalam

rumus/formula Chumlea II dan III untuk memperkirakan BB. Skinfold thickness

paling baik diukur menggunakan caliper. Kesalahan dalam pengukuran skinfold

thickness ini bisa saja terjadi misalnya : pemeriksa gagal mendapatkan hasil

pengukuran berulang pada pasien yang sama, salah menentukan sisi skinfold,

pengalaman yang kurang, dan jumlah lemak subyek.4,11,19

3. Lingkar Paha

Kebanyakan otot rangka pada orang dewasa terdistribusi pada anggota

gerak bawah daripada anggota gerak atas. Pengukuran antropometri pada anggota

gerak bawah memiliki potensi sebagai prediktor yang baik terhadap massa otot

seluruh tubuh dan terutama berguna untuk menilai dan memantau pasien lansia

atau pasien dengan kondisi yang buruk jangka panjang misalnya gagal ginjal

kronik, penyakit kardiovaskar atau diabetes.19

4. Lingkar Betis

Lingkar betis digunakan dalam beberapa persamaan untuk

memperkirakan BB dan merupakan sebuah pengukuran dari jaringan otot dan

lemak. Pada lansia, lingkar betis secara signifikan berhubungan dengan lean body

mass. Lingkar betis sangat mudah diukur dan hanya memerlukan penggunaan pita

ukur untuk mendapatkan lingkar maksimal tanpa adanya jepitan kulit. Pengukuran

lingkar betis dapat dilakukan pada tungkai kiri atau kanan, saat duduk atau atau

terlentang tergantung situasi. Salah satu keterbatasan pengukuran lingkar betis

21
22

adalahnya kemungkinan adanya efek perancu dari edema perifer yang terjadi

sebanyak 25% pada pasien lansia. 15,19

5. Tinggi Lutut

Tinggi lutut berkorelasi kuat dengan tinggi badan dan dapat digunakan

untuk memperkirakan tinggi badan pada pasien dengan kelainan kurvatura

vertebrae atau pasien yang tidak bisa berdiri. Tinggi lutut diukur dengan

menggunakan caliper, kaki yang diukur adalah kaki kiri, lutut berada pada sudut

900. 11

Beberapa formula untuk memperkirakan BB dengan menggunakan

berbagai indeks antropometri yang telah disebutkan diatas disajikan dalam tabel

berikut: 1,10

Tabel 4. Berbagai formula untuk memperkirakan BB

Formula Laki-laki Perempuan

Chumlea, BB = (0,98x lingkar betis) + (1,16xTL) BB = (1,27x lingkar betis) + (0,87xTL)


dkk + (1,73 x LILA) + (0,37xSST) – 81,69 + (0,98xLILA) + (0,4x SST) – 62,35
Rabito, dkk BB = (0,4804xLILA) + (0,5646xLP) + BB = (0,53xLILA) + (0,5634xLP) +
(1,3160x Lingkar betis) – 42,2450 (1,3180x Lingkar betis) +
(0,0339xSST) – 43,1560
Ross BB = (TLx1,19) + (LILAx3,21) - 86,62 BB = (TLx1,01) + (LILAx2,81) - 66,04
Laboratories
Buckley, dkk BB = - 47,8 + (0,78xLP) + BB = - 40,2 + (0,47xLP) +
(1,06xlingkar paha) (1,30xlingkar paha)

2.4 HUBUNGAN ANTARA LILA DAN BB

2.4.1 Komponen dan Perubahan LILA

Lengan terdiri dari lemak subkutan, otot dan tulang. Pengukuran LILA

adalah pengukuran lingkar lengan atas pada titik tengah antara olecranon dan

prosesus acromion, yaitu pada sisi pengukuran triceps skinfold. LILA sering

22
23

digunakan untuk mengukur massa bebas lemak dan jaringan lemak, karena

perubahan dari LILA dapat merefleksikan perubahan baik massa otot, jaringan

lemak subkutan ataupun keduanya.11 Penurunan LILA dapat berhubungan dengan

hilangnya massa lemak atau massa bebas lemak. Peningkatan LILA berhubungan

dengan peningkatan berat badan, dimana 10% perubahan pada LILA akan

berhubungan dengan 10% perubahan BB. Sebagai indikator jaringan otot dan

lemak, LILA dapat digunakan untuk mengukur status gizi. 15,36

Pada beberapa negara miskin, dimana jumlah lemak subkutan sering

dalam jumlah kecil, perubahan LILA juga cenderung paralel terhadap perubahan

massa otot, oleh karena itu, LILA berguna dalam diagnosis malnutrisi energi

protein atau starvasi, terutama pada keadaan dimana pengukuran BB atau TB tidak

memungkinkan. Perubahan LILA dapat juga digunakan untuk memantau kemajuan

dalam terapi gizi. LILA sangat mudah untuk diukur, hemat waktu dan peralatan. 11

2.4.2 Cara Pengukuran LILA

Pengukuran LILA sebaiknya menggunakan pita yang fleksibel dan tidak

teregang yang terbuat dari fiberglass. Pilihan lain dapat menggunakan pita insersi

fiberglass. Subjek sebaiknya berdiri tegak dan berada disamping pemeriksa, kepala

berada dalam keadaaan Frankfurt Plane, lengan rileks dan kaki terpisah. Jika

subyek menggunakan pakaian berlengan, sebaiknya pakaian dilepas atau lengan

baju digulung ke atas. Pengukuran LILA boleh dilakukan pada lengan kanan

maupun lengan kiri. Lengan subyek ditekuk pada sendi siku sebesar 900.

Pengukuran diambil pada titik tengah lengan atas, antara prosessus acromion dan

ujung olecranon. Setelah mendapatkan titik tengah, lengan diluruskan sehingga

23
24

menggantung bebas disamping, dengan telapak tangan menghadap ke dalam. Pita

kemudian diatur melingkar ke sekeliling lengan pada titik tengah tersebut dengan

lembut dan tegas. Dalam mengukur LILA pastikan lengan subjek tidak terjepit oleh

pita pengukur. Saat dibutuhkan seperti pasien yang tidak mampu berdiri atau duduk,

LILA dapat diukur pada posisi terlentang. Pada kasus seperti ini, sebuah bantalan

diletakkan dibawah siku, untuk menaikkan lengan sedikit lebih tinggi dari

permukaan tempat tidur. Pengukuran diambil sampai mm terdekat. 11,15,38

Pita meteran

Gambar 5. Mencari titik tengah lengan atas


(dimodifikasi dari Lee, Robert, 2013)15

Pita Insersi

Gambar 6. Penggunaan dari pita insersi untuk mengukur LILA


(dimodifikasi dari Rosalind S Gibson)11

24
25

2.4.3. Penggunaan LILA

LILA secara luas juga digunakan sebagai indikator status gizi pada anak

anak di beberapa negara miskin, dimana pedoman World Health Organization

(WHO) menggunakan cut off 11,5 cm sebagai salah satu kriteria diagnosis

malnutrisi akut berat. Saat ini LILA mulai banyak digunakan pada remaja dan orang

dewasa juga, terutama pada wanita hamil dan orang-orang dengan HIV dan atau

tuberculosis.16

LILA juga digunakan untuk memantau berat badan pasien usia 6-59 bulan

yang sedang menjalani terapi untuk manutrisi akut berat. Dalam situasi dengan

sumberdaya yang terbatas, LILA adalah prediktor paling kuat untuk keadaan

undernutrition pada anak-anak dengan diare, karena dehidrasi akibat diare tidak

mempengaruhi LILA secara signifikan tetapi mempengaruhi BB. 39,40 Selain untuk

mengukur berat badan dan status gizi, LILA juga dapat digunakan sebagai

antropometri alternatif dan terpercaya untuk menskrining adanya obesitas pada

anak dan remaja.41 LILA berhubungan erat dengan IMT selama kehamilan sampai

kehamilan usia 30 minggu. 42 IMT cenderung <20 kg/m2 jika LILA <23,5 cm, IMT

cenderung > 30 kg/m2 jika LILA >32 cm.6,38,43

Di Intensive Care Unit (ICU), LILA digunakan sebagai prediktor

morbiditas dan mortalitas yang lebih baik daripada BMI, karena pasien kadang-

kadang selain tidak dapat berdiri, juga seringkali terdapat ascites dan tomor yang

menyebabkan nilai BMI menjadi tidak akurat. Karena LILA sangat berhubungan

erat dengan BB dan IMT, maka pengukuran BB bisa didapatkan berdasarkan LILA

pada pasien yang tidak mungkin dilakukan pengukuran BB dan TBnya.18,43–45

25
26

Asesmen menggunakan LILA pada orang dewasa mempunyai

keuntungan seperti pengukurannya sederhana, tidak invasif, hanya sedikit

membutuhkan kerjasama pasien, pada lokasi ini jarang terjadi edema, bisa diukur

pada posisi telentang, dapat dilakukan baik di komunitas ataupun di RS, serta

membutuhkan peralatan dan pelatihan yang minimal. Pemeriksaan LILA memiliki

keterbatasan dalam pengukurannya, yaitu tidak dapat digunakan pada pasien edema

anasarka, edema lengan atas, tumor daerah LILA, fraktur atau kelainan tulang

humerus. 16,36

2.4.4 Penelitian dan Aplikasi Klinis LILA

Walaupun LILA telah lama diketahui berkorelasi dengan berat badan,

tidak ada persamaan berdasarkan LILA yang dipublikasi sampai tahun 2010.

Sampai saat ini hanya ada 4 formula yang diketahui untuk memperkirakan berat

badan pada orang dewasa yaitu formula Chumlea, et al (tahun 1989), formula

Rabito et al (tahun 2006) formula Ross Laboratories (tahun 2002) dan formula

Buckley (tahun 2011), dimana pada keempat formula diatas menggunakan berbagai

macam indeks antropometri seperti LILA, TL, lingkar betis, lingkar abdomen,

subscapular skinfold dengan rumus yang rumit. Pada tahun 2010, terdapat satu

persamaan yang diturunkan pada anak-anak sekolah di China, yaitu BB= (LLA

dalam cm-10) x 3. Persamaan ini seakurat Broselow Tape pada anak yang lebih tua,

tetapi tidak akurat pada anak-anak yang belum sekolah. 9

Pada tahun 2016, diturunkan satu persamaan sederhana yaitu BB = (4 x

LLA) - 50. Saat divalidasi pada anak-anak usia 1-10,9 tahun hasilnya kurang

akurat, sementara pada orang dewasa dan remaja setidaknya sama akuratnya

26
27

dengan BB aktual. Pada penelitian yang sama juga disebutkan bahwa BB sangat

berhubungan kuat dengan LILA pada orang dewasa dan nilai korelasinya paling

tinggi bila dibandingkan dengan parameter lain. Parameter lain salah satunya

adalah lingkar pinggang, tetapi indeks antropometri ini tidak praktis digunakan

untuk memperkirakan berat badan dimana pasien yang dirawat di RS biasanya

berada pada posisi terlentang.7

Pada tahun 2017, sebuah penelitian membandingkan antara BB aktual

dengan perkiraan BB yang didapatkan dengan 3 metode yaitu menggunakan LILA,

Broselow Tape dan formula Advanced Pediatric Life Support (APLS) pada anak-

anak. Hasilnya dari ketiga metode yang dibandingkan, LILA memiliki hubungan

yang paling kuat dengan BB, lebih akurat dan tepat bila dibandingkan dengan dua

metode yang lain. 46

2.5 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

2.5.1 Kerangka teori

Berdasarkan berbagai pustaka diketahui bahwa terdapat beberapa faktor

yang berhubungan dengan BB dan kaitannya dengan LILA. Berikut kerangka teori

yang dapat dirangkum dari tinjauan pustaka:

27
28

Edema
lengan atas
Hormonal Etnis Postur
Tumor Lingkar Perut Tubuh
lengan atas
SST Asupan
Fraktur atau energi
kelainan LILA Lemak
tulang BB Penyakit
lengan atas Lingkar Betis Massa bebas lemak

Lingkar Paha Keseimbangan


Aktivitas cairan
fisik khusus
lengan atas Tinggi Lutut
Amputasi/Kehilangan
anggota gerak
Usia

Jenis kelamin

Aktivitas fisik

Kehamilan

Edema anasarka

Gambar 7. Kerangka Teori

Peningkatan atau penurunan BB dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

hormonal, etnis, postur tubuh, asupan energi, penyakit tertentu (adanya inflamasi,

organomegali, massa tumor masif), keseimbangan cairan (edema perifer, ascites,

dehidrasi) dan amputasi/kehilangan anggota gerak. Akumulasi atau penurunan

massa lemak dan massa bebas lemak akan mempengaruhi peningkatan atau

penurunan BB. Lemak akan mempengaruhi besarnya lingkar pinggang dan SST.

Lemak dan massa bebas lemak akan mempengaruhi besarnya LILA dan lingkar

betis. Massa bebas lemak akan mempengaruhi lingkar paha dan tinggi lutut. LILA

juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti edema lengan atas, tumor didaerah lengan

atas, fraktur atau kelainan tulang lengan atas dan aktivitas fisik khusus lengan atas.

28
29

Usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, kehamilan dan edema anasarka akan

mempengaruhi BB dan LILA.

Variabel penelitian yang akan diteliti adalah BB dan LILA. LILA diketahui

paling tinggi korelasinya dibandingkan pemeriksaan antropometri lain.7 Variabel

perancu yang mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin dan aktivitas fisik akan

diukur. Faktor kehamilan dan edema anasarka akan dieksklusi. Faktor hormonal

tidak diukur karena keterbatasan penelitian. Etnis tidak dibedakan karena sampel

yang diambil dari lokal (Indonesia). Asupan energi tidak diukur. Faktor penyakit

tertentu (seperti tumor yang massif dan organomegali), faktor yang mengubah

keseimbangan cairan (seperti edema perifer, ascites, dehidrasi, diare) serta faktor

kehilangan anggota gerak/amputasi tidak diteliti namun masuk dalam kriteria

eksklusi. Edema/tumor/fraktur/kelainan tulang lengan atas serta aktivitas fisik

khusus lengan atas juga masuk dalam kriteria eksklusi.

2.5.2 Kerangka Konsep

LILA BB

Usia

Jenis Kelamin

Aktivitas fisik

Gambar 8. Kerangka Konsep

29
30

Pada penelitian ini ingin diketahui 2 hal yaitu korelasi antara LILA dengan

BB dan formula untuk memperkirakan BB dengan menggunakan LILA. Pada

hubungan korelasi tidak ada variabel dependen atau independen. LILA dan BB

disebut sebagai variabel yang ingin diteliti dan kedua variabel ini saling

mempengaruhi. Variabel kontrol adalah usia, jenis kelamin dan aktivitas fisik.

Variabel usia dikendalikan dengan tidak menyertakan pasien anak tetapi pasien usia

dewasa yaitu usia diatas 18 tahun (dewasa). Variabel jenis kelamin akan dilakukan

pengelompokan. Aktivitas fisik dikendalikan dengan skoring kuesioner

International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Pada analisis regresi LILA

dan usia akan menjadi variabel independen (prediktor) dan BB akan menjadi faktor

dependen.

2.5.3 Hipotesis

a. Hipotesis mayor

LILA dapat digunakan untuk memperkirakan BB pasien dewasa di Indonesia

dengan formula tertentu.

b. Hipotesis minor

Hipotesis minor pada penelitian ini adalah:

1. Terdapat korelasi antara LILA dan BB pasien laki-laki dewasa

2. Terdapat korelasi antara LILA dan BB pasien perempuan dewasa

3. LILA dapat digunakan untuk memperkirakan BB pasien laki-laki dewasa di

Indonesia dengan formula tertentu.

4. LILA dapat digunakan untuk memperkirakan BB pasien perempuan dewasa

di Indonesia dengan formula tertentu.

30
31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional.

3.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah pada bidang Ilmu Gizi Klinis.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : RSUP Dr. Kariadi Semarang

Waktu : September 2018- Oktober 2018

3.4 Identifikasi Variabel

1. Variabel yang diteliti :

a. LILA

b. BB

2. Variabel kontrol

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Aktivitas fisik

3.5 Populasi dan Subyek Penelitian

3.5.1 Populasi Penelitian

a. Populasi target : individu dewasa sakit (pasien)

b. Populasi terjangkau : pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam

Instalasi Merpati RSUP Dr. Kariadi Semarang

31
32

3.5.2 Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam

Instalasi Merpati RSUP Dr. Kariadi Semarang sesuai waktu penelitian yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.5.3 Kriteria Inklusi

 Pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Merpati

RSUP Dr. Kariadi Semarang

 Usia ≥ 18 tahun

 Bersedia mengikuti penelitian

3.5.4 Kriteria Eksklusi

 Keadaan yang menyebabkan tidak dapat dilakukan pengukuran BB

seperti lemah, kelainan tulang belakang dan ekstremitas inferior yang

tidak lengkap sehingga pasien tidak mampu berdiri tegak.

 Keadaan yang menyebabkan tidak dapat dilakukan pengukuran LILA

seperti ekstremitas superior tidak lengkap, terdapat tumor, luka,

edema, fraktur atau kelainan tulang pada kedua lengan atas

 Keadaan yang akan mengaburkan hasil perhitungan BB aktual seperti

hamil, edema anasarka, edema perifer, sedang menjalani dialisis,

dehidrasi, diare, ascites, organomegali dan massa tumor yang masif

 Aktivitas fisik khusus lengan atas seperti angkat barbel, atlet angkat

besi/bulutangkis/tenis/voli dll

32
33

3.6 Besar Sampel 47,48

Terdapat beberapa pendapat mengenai cara menghitung besar sampel untuk

analisis regresi linier, yaitu :

1. Menghitung besar sampel untuk tiap variabel bebas yang diteliti

Pada penelitian ini menggunakan 2 variabel bebas, maka maka sesuai

dengan rancangan penelitian korelasional, maka besar sampel penelitian

menggunakan rumus uji hipotesis satu arah


2
n= Zα +Zβ +3

0,5 In (1+r)/(1-r)

Ditetapkan besarnya kesalahan tipe I (α)= 5%, maka nilai Zα adalah 1,64.

Besarnya kesalahan tipe II (β) ditetapkan 20 % (β=0,2 ), maka Zβ adalah

2,05. Korelasi minimal yang dianggap bermakna (r) ditetapkan sebesar

0,5. Dari perhitungan sampel di atas besar sampel minimal adalah 50

orang.

2. Rumus Rule Of Thumb yaitu 5-10 kali jumlah variabel bebas. Pada

penelitian ini menggunakan 2 variabel bebas sehingga besar sampel

sekitar 20 orang

3. Menggunakan rumus

N= f (α, β, VB, R2)

VB = jumlah variabel bebas yang diteliti

R2 = Koefisiensi determinasi

Bila menggunakan tabel, besar sampel sesuai rumus analisis regresi

linier berganda adalah sebanyak 33 orang

33
34

Maka dari ketiga cara perhitungan sampel dipilih cara yang paling banyak

mendapatkan sampel yaitu sebanyak 50 orang. Penelitian ini membagi

sampel menjadi subsampel makan jumlah sampel minimal sebanyak 50

orang per subsampel.

Metode sampling

Subyek penelitian dipilih secara consecutive sampling, yaitu semua sampel

yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteri pemilihan dimasukkan

dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.48

3.7 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 5. Variabel penelitian dan definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Instrumen Skala

1 BB Pengukuran BB dilakukan setelah kandung Timbangan Rasio


kemih kosong dan setelah BAB dengan cara digital
subyek memakai pakaian atau gaun tipis dan
tanpa alas kaki, berdiri ditengah timbangan,
melihat lurus kedepan, berdiri tanpa dibantu.
Timbangan yang digunakan harus disesuaikan ke
angka nol sebelum pengukuran dilakukan. BB
dicatat dengan pendekatan 0,1 kg
2 LILA Pengukuran diambil pada titik tengah lengan atas, Pita Rasio
antara prosessus acromion dan ujung olecranon meteran
dengan menggunakan pita pengukur fleksibel
(pita meteran), kemudian dilakukan pengukuran
dengan melingkari titik tengah yang telah
ditentukan. LILA dicatat dengan pendekatan mm
terdekat.
3 Usia Usia subyek saat dilakukan penelitian dihitung KTP Rasio
dari tanggal lahir (satuan dalam tahun)
4 Jenis Petanda gender seseorang yaitu laki-laki atau KTP Nominal
Kelamin perempuan
5 Aktivitas Kegiatan fisik yang dilakukan subyek meliputi IPAQ Rasio
fisik pekerjaan, jarak dari satu tempat ke tempat lain,
rekreasi, dan olah raga. Alat ukur menggunakan
kuesioner IPAQ dan dengan skoring total
aktivitas fisik dengan satuan Metabolic
Equivalent of Task (MET)- minutes/week.

34
35

3.8 Alur Penelitian

Pengajuan proposal penelitian

Ethical clearance

Melengkapi data identitas

Kriteria inklusi dan informed consent

Kriteria eksklusi

Mengukur LILA dan BB

Analisis data

Pembuatan laporan penelitian

Penyajian hasil penelitian

Gambar 9. Alur Penelitian

3.9 Tahapan Penelitian

Cara pengumpulan subyek :

1. Subyek terpilih yang memenuhi kriteria inklusi diberikan persetujuan

secara lisan dan lembar informed consent kepada subyek.

Jenis dan cara pengambilan data:

2. Data identitas sampel meliputi nama, tanggal lahir dan usia diperoleh

melalui wawancara langsung ke subyek.

3. Data antropometri meliputi :

35
36

- BB diperoleh dengan menggunakan timbangan digital dalam satuan

kilogram dengan ketelitian 0,1 kg, yang sudah ditera.

- Pada keseluruhan subyek kemudian dilakukan pemeriksaan LILA

dengan menggunakan pita meteran dengan ketelitian 1 mm.

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan setelah data karakteristik, pengukuran

BB serta data LILA terkumpul. Data yang terkumpul melalui proses editing

dan verifikasi. Selanjutnya data diubah ke dalam bentuk angka yang

dimasukkan ke dalam komputer melalui data entry pada program analisis

statistika.

Analisis data secara spesifik dijabarkan sebagai berikut:

1. Analisis univariat dilakukan uji deskriptif terhadap berbagai data

karakteristik seperti jumlah (n), persentase (%).

2. Analisis bivariat

Data variabel-variabel yang diteliti adalah data numerik, maka uji

hipotesis yang digunakan adalah korelasi-regresi. Data terdistribusi

normal dilakukan uji korelasi Pearson nilai p, nilai r dengan interval

kepercayaan 95%. Bila data tidak terdistribusi normal walaupun telah

dilakukan transformasi data, maka dipergunakan uji korelasi Spearman.

3. Analisis regresi linier dengan persamaan regresi yang dihitung dengan

program komputer, yang dinyatakan sebagai berikut: y=a + bx

Y = BB

a = konstanta

36
37

b = koefisien regresi variabel bebas

x = LILA

3.11 Etika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan sebelumnya meminta ijin ethical

clearance dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran Universitas

Diponegoro/RSDK. Subyek diberi penjelasan (informed consent) secara

tertulis mengenai tujuan dan cara penelitian serta diberi jaminan kerahasiaan

terhadap data-data yang diberikan. Penelitian ini dilaksanakan setelah

mendapat persetujuan dari subyek dengan memberikan keterangan mengenai

apa saja yang akan kami lakukan kepada subyek. Subyek dapat menolak jika

tidak berkenan.

37
38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik subyek penelitian

Telah dilakukan penelitian pada 200 subyek di RSUP Kariadi Semarang

untuk mengetahui korelasi antara LILA dengan BB serta formula yang digunakan

untuk memperkirakan BB berdasarkan LILA. Peserta penelitian adalah pasien

rawat jalan di klinik Penyakit Dalam Instalasi Merpati RSUP Dr. Kariadi sesuai

waktu penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Karakteristik seluruh

sampel penelitian dijabarkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik seluruh subyek penelitian


Rerata ±SB Min-maks
Usia seluruh subyek (tahun) 46.8 ± 11.5 23-68
BB (kg) 60 ± 12.9 31.1 - 96.5
LILA (cm) 27.2 ± 4.6 10.5 - 38
Aktivitas fisik ( MET min/week) 1685.8 ± 2377.1 60 – 19200
Singkatan: SB: simpang baku

Seluruh sampel berusia diatas 18 tahun sesuai kriteria inklusi. Pada

penelitian ini, subyek memiliki rentang usia yang cukup jauh, dengan usia

minimum adalah 23 tahun dan maksimum adalah 68 tahun. Jika usia tersebut

dikategorikan berdasarkan kelompok usia maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi frekuensi berdasarkan usia pada seluruh subyek


Jumlah (n) Persentase (%)
Usia 18-60 tahun 168 84
Usia ≥60 tahun 32 16
Total subyek 200 100

38
39

Tabel 8. Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan


Jumlah total n = 88 n = 112
Rerata ±SB Min-maks Rerata ±SB Min-maks
Usia (tahun) 47.8 ± 11.24 23-68 46.1 ± 11.8 23-68
BB (kg) 64.5 ± 12.4 41.8–96.5 56.5±12.2 31.1-90
LILA (cm) 27.7 ± 4.4 10.5-38 26.9 ± 4.77 14.5-37.7
Aktivitas fisik 1343.3 ± 2490.4 66-19200 1954.9 ± 2259.1 60-9702
(MET min/week)

Perbandingan karakteristik data seluruh subyek penelitian berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat pada tabel 8. Mayoritas subyek penelitian berjenis kelamin

perempuan (112 orang, 76.80%), sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki (88

orang, 23.20%). Untuk kelompok subyek laki-laki rerata usia berada di 47.8 ± 11.24

tahun, untuk kelompok perempuan rerata usia berada di 46.1 ± 11.8 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, rerata LILA lebih besar pada laki-laki daripada

perempuan dan aktivitas fisik harian lebih tinggi pada kelompok subyek laki-laki

daripada subyek perempuan.

4.2. Korelasi dan regresi LILA dengan BB

Variabel LILA dan BB pada semua subyek terdistribusi normal sehingga

dilakukan uji parametrik Pearson. Hasil uji parametrik Pearson menunjukkan

hubungan bermakna dan berkorelasi antara LILA dengan BB (r = 0.835, p = 0,000).

Koefisien korelasi bernilai positif yang artinya LILA berbanding lurus dengan BB.

Semakin besar LILA maka semakin besar nilai BB. Koefisien korelasi sebesar

0.835 artinya hubungannya kuat. Hasil uji bivariat dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil uji korelasi antara LILA dengan BB seluruh subyek


Variabel BB
r p
LILAa 0.835 0.000**
a= uji Pearson; **= sangat bermakna;

39
40

Hasil analisis regresi didapatkan persamaan regresi : BB = - 3.316 + 2.324

x LILA. LILA dapat menjadi prediktor BB karena nilai signifikansi dari output

ANOVA Sig. 0,000 < 0,05 (F hitung 454.345) dengan nilai koefisien determinasi

(R2) sebesar 0,696 yang berarti variabel LILA memiliki kontribusi sebesar 69.6 %

mempengaruhi BB, sisanya 30.4 % dipengaruhi faktor lain selain LILA. Faktor-

faktor lain yang mempengaruhi BB selain LILA adalah lingkar betis, SST, lingkar

paha, lingkar perut dan tinggi lutut. Scatter plot hasil analisis dapat dilihat pada

Gambar 10.

r = 0,835 ; p= 0,000 ; BB = - 3.316 + 2.324 x LILA

Gambar 10. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB seluruh subyek

40
41

4.3. Korelasi dan regresi linier LILA dengan BB pada subyek laki-laki

Variabel LILA dan BB pada subyek laki-laki terdistribusi normal

sehingga dilakukan uji parametrik Pearson. Hasil uji parametrik Pearson

menunjukkan hubungan bermakna dan berkorelasi antara LILA dengan BB (r =

0.812, p = 0,000). Koefisien korelasi bernilai positif yang artinya LILA subyek laki-

laki berbanding lurus dengan BB subyek laki-laki. Semakin besar LILA subyek

laki-laki maka semakin besar nilai BB subyek laki-laki. Koefisien korelasi sebesar

0.812 artinya hubungannya kuat. Hasil uji bivariat dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil uji korelasi antara LILA dengan BB pada subyek laki-laki

Variabel BB
r p
LILAa 0.812 0.000**
a= uji Pearson; **= sangat bermakna;

Hasil analisis regresi didapatkan persamaan regresi : BB = 1.363 + 2.278

x LILA. LILA dapat menjadi prediktor BB karena nilai signifikansi dari output

ANOVA Sig. 0,000 < 0,05 (F hitung 166.168) dengan nilai koefisien determinasi

(R2) sebesar 0,659 yang berarti variabel LILA memiliki kontribusi sebesar 65.9%

mempengaruhi BB, sisanya 34.1% dipengaruhi faktor lain selain LILA. Scatter plot

hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 11.

41
42

r= 0,812 ; p = 0,000 ; BB = 1.363 + 2.278 x LILA

Gambar 11. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB subyek laki-laki

4.4. Korelasi dan regresi linier LILA dengan BB pada subyek perempuan

Variabel LILA dan BB pada subyek perempuan terdistribusi normal

sehingga dilakukan uji parametrik Pearson. Hasil uji parametrik Pearson

menunjukkan hubungan bermakna dan berkorelasi antara LILA dengan BB (r =

0.884, p = 0,000). Koefisien korelasi bernilai positif yang artinya LILA perempuan

berbanding lurus dengan BB perempuan. Semakin besar LILA perempuan maka

semakin besar nilai BB perempuan. Koefisien korelasi sebesar 0.884 artinya

hubungannya kuat. Hasil uji bivariat dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil uji korelasi antara LILA dengan BB pada subyek perempuan

Variabel BB
r p
LILAa 0.884 0.000**
a= uji Pearson; **= sangat bermakna;

42
43

Hasil analisis regresi didapatkan persamaan regresi : BB = (-) 4.248 +

2.260 x LILA. LILA dapat menjadi prediktor BB karena nilai signifikansi dari

output ANOVA Sig. 0,000 < 0,05 (F hitung 391.449) dengan nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,781 yang berarti variabel LILA memiliki kontribusi

sebesar 78.1 % mempengaruhi BB, sisanya 21.9 % dipengaruhi faktor lain selain

LILA. Scatter plot hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 12.

r = 0,884 ; p = 0,000 ; BB = (-) 4.248 + 2.260 x LILA

Gambar 12. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB subyek perempuan

4.5 Korelasi variabel perancu (usia dan aktivitas fisik) dengan BB

Variabel perancu pada penelitian ini adalah usia dan aktifitas fisik. Untuk

seluruh subyek, data variabel usia dan BB terdistribusi normal, sehingga dilakukan

uji korelasi parametrik Pearson. Hasil uji parametrik Pearson menunjukkan

43
44

hubungan yang tidak bermakna antara usia dengan BB pada seluruh subyek (r = -

0,053, p = 0,457). Untuk subyek laki-laki, data variabel usia dan BB terdistribusi

normal, sehingga dilakukan uji korelasi parametrik Pearson. Hasil uji parametrik

Pearson menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara usia dengan BB pada

subyek laki-laki (r = - 0,010, p = 0,928). Untuk subyek perempuan, data variabel

usia dan BB terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji korelasi parametrik

Pearson. Hasil uji parametrik Pearson menunjukkan hubungan yang tidak bermakna

antara usia dengan BB pada subyek perempuan (r = - 0,133, p = 0,162). Hasil uji

bivariat untuk seluruh subyek, subyek laki-laki dan subyek perempuan dapat dilihat

pada tabel 12.

Tabel 12. Hasil uji korelasi antara usia dengan BB pada seluruh subyek,
subyek laki-laki dan subyek perempuan

Variabel BB
r p
Usia a
- Seluruh subyek -0.053 0.457
- Subyek laki-laki -0,010 0,928
- Subyek perempuan -0,133 0,162
a= uji Pearson;

Data variabel aktivitas fisik pada seluruh subyek terdistribusi tidak normal

dan dilakukan uji korelasi parametrik Spearman. Hasil uji parametrik Spearman

menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara aktifitas fisik dengan BB pada

seluruh subyek (r = 0,060, p = 0,400). Data variabel aktivitas fisik pada subyek laki-

laki terdistribusi tidak normal dan dilakukan uji korelasi parametrik Spearman.

Hasil uji parametrik Spearman menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara

aktifitas fisik dengan BB pada subyek laki-laki (r = 0,074, p = 0,496). Data variabel

44
45

aktivitas fisik pada subyek perempuan terdistribusi tidak normal dan dilakukan uji

korelasi parametrik Spearman. Hasil uji parametrik Spearman menunjukkan

hubungan yang tidak bermakna antara aktifitas fisik dengan BB pada subyek

perempuan (r = 0,140, p = 0,140). Hasil uji bivariat untuk seluruh subyek, subyek

laki-laki dan subyek perempuan dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil uji korelasi antara akivitas fisik dengan BB pada seluruh
subyek, subyek laki-laki dan subyek perempuan

Variabel BB
r p
Aktivitas fisik b
- Seluruh subyek 0,060 0,400
- Subyek laki-laki 0,074 0,496
- Subyek perempuan 0,140 0,140
b= uji Spearman;

4.6 Korelasi variabel perancu (usia dan aktivitas fisik) dengan LILA

Untuk seluruh subyek, data variabel usia dan LILA terdistribusi normal,

sehingga dilakukan uji korelasi parametrik Pearson. Hasil uji parametrik Pearson

menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara usia dengan LILA pada

seluruh subyek (r = - 0,042 , p = 0,557). Untuk subyek laki-laki, data variabel usia

dan LILA terdistribusi normal sehingga dilakukan uji korelasi parametrik Pearson.

Hasil uji parametrik Pearson menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara

usia dengan LILA pada subyek laki-laki (r = - 0,028, p = 0,795). Untuk subyek

perempuan, data variabel usia dan LILA terdistribusi normal sehingga dilakukan

uji korelasi parametrik Pearson. Hasil uji parametrik Pearson menunjukkan

hubungan yang tidak bermakna antara usia dengan LILA pada subyek perempuan

(r = - 0,063, p = 0,512). Hasil uji bivariat untuk seluruh subyek, subyek laki-laki

dan subyek perempuan dapat dilihat pada tabel 14.

45
46

Tabel 14. Hasil uji korelasi antara usia dengan LILA pada seluruh subyek,
subyek laki-laki dan subyek perempuan

Variabel LILA
r p
Usia a
- Seluruh subyek -0.042 0.557
- Subyek laki-laki -0,028 0,795
- Subyek perempuan -0,063 0,512
a= uji Pearson;

Data variabel aktivitas fisik pada seluruh subyek terdistribusi tidak normal

dan dilakukan uji korelasi parametrik Spearman. Hasil uji parametrik Spearman

menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara aktifitas fisik dengan LILA

pada seluruh subyek (r = 0,117, p = 0,100). Data variabel aktivitas fisik pada subyek

laki-laki terdistribusi tidak normal dan dilakukan uji korelasi parametrik Spearman.

Hasil uji parametrik Spearman menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara

aktifitas fisik dengan LILA pada subyek laki-laki (r = 0,046, p = 0,669). Data

variabel aktivitas fisik pada subyek perempuan terdistribusi tidak normal dan

dilakukan uji korelasi parametrik Spearman. Hasil uji parametrik Spearman

menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara aktifitas fisik dengan LILA

pada subyek perempuan (r = 0,191, p = 0,044). Hasil uji bivariat untuk seluruh

subyek, subyek laki-laki dan subyek perempuan dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Hasil uji korelasi antara akivitas fisik dengan LILA pada seluruh
subyek, subyek laki-laki dan subyek perempuan

Variabel LILA
r p
b
Aktivitas fisik
- Seluruh subyek 0,117 0,100
- Subyek laki-laki 0,046 0,669
- Subyek perempuan 0,191 0,044*
b= uji Spearman; *= bermakna

46
47

4.7 Rangkuman hasil uji korelasi antara LILA dengan BB pada seluruh
subyek, subyek laki-laki maupun subyek perempuan

Tabel 16. Rangkuman uji korelasi variabel penelitian

Variabel r p
LILA seluruh subyek 0,835 0,000 **
LILA subyek laki-laki 0,812 0,000**
LILA subyek perempuan 0,884 0,000**
** = sangat bermakna * = bermakna
r = koefisien korelasi

Tabel 16 menunjukkan bahwa hasil pengukuran LILA memiliki korelasi

sangat bermakna terhadap BB pada kedua kelompok subyek berdasarkan jenis

kelamin. Korelasi LILA terhadap BB yang paling bermakna terdapat pada subyek

perempuan.

4.8 Rangkuman hasil uji regresi linier antara LILA dengan BB pada seluruh
subyek, subyek laki-laki maupun subyek perempuan

Tabel 17. Rangkuman uji regresi linier variabel penelitian

Variabel R2 Regresi linier


LILA seluruh subyek 0,696 BB = - 3.316 + 2.324 x LILA
LILA subyek laki-laki 0,659 BB = 1.363 + 2.278 x LILA
LILA subyek perempuan 0,781 BB = (-) 4.248 + 2.260 x LILA
R2 = Koefisien determinasi

Tabel 17 menyajikan persamaan prediksi spesifik untuk memperkirakan

BB dari LILA dari subyek laki-laki maupun perempuan. Nilai R2 tertinggi diperoleh

dari persamaan yang dikembangkan dari LILA subyek perempuan.

47
48

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada 200 subyek selama 2 bulan. Penelitian membagi

sampel menjadi 2 subsampel atau kelompok yaitu kelompok pasien laki-laki dan

pasien perempuan. Jumlah sampel minimal yang diperlukan untuk tiap kelompok

yaitu sebesar 50 orang. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah

tepat untuk kebanyakan penelitian. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel

(pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap

kategori adalah tepat. Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari

besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam

hal tingkat kesalahan, maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin

besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu

diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi)

maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil

jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan

generalisasi.49

Pada saat penelitian berlangsung ada beberapa pertimbangan memilih

jumlah sampel lebih besar dari jumlah sampel minimal yaitu peneliti ingin

memperkecil peluang kesalahan generalisasi, penelitian dilakukan selama 2 bulan

dengan metode consecutive sampling sehingga semua subyek yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi selama 2 bulan dimasukkan ke dalam subyek

penelitian, secara teknis subyek penelitian mudah didapat dan tidak ada kendala

48
49

yang berarti dalam pemeriksaan subyek penelitian apabila melebihi jumlah sampel

minimal untuk tiap kelompok.

Pada penelitian ini, berdasarkan jenis kelamin, rerata LILA lebih besar

pada laki-laki daripada perempuan (27.7 ± 4.4 cm dan 26.9 ± 4.77 cm) dan rerata

BB subyek laki-laki didapatkan lebih besar daripada subyek perempuan. Hal ini

sesuai dengan penelitian sebelumnya6 bahwa LILA laki-laki lebih besar dari

perempuan. Faktor yang dapat menjelaskan perbedaan tersebut yaitu adanya

perbedaan dalam pola deposisi lemak. Setelah pubertas, perempuan lebih banyak

menyimpan lemak di perifer (kecuali daerah perut) dan di regio gluteofemoral

daripada laki-laki. Laki-laki lebih banyak menyimpan lemak di daerah intra


50
abdominal dan tubuh bagian atas (bahu, abdomen dan leher). Disamping itu,

secara umum laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan

perempuan dan LILA berkorelasi positif dengan massa otot tubuh total.51 Hal ini

sesuai juga dengan penelitian sebelumnya52 dimana aktivitas fisik yang tinggi pada

laki-laki berhubungan dengan lean body mass yang lebih tinggi, tetapi tidak

berhubungan dengan massa lemak yang lebih rendah. LILA juga berkorelasi erat

dengan BB.51

Pentingnya penilaian status gizi dalam hal asesmen gizi menyebabkan

menjadi penting pula untuk mengukur berat badan dan tinggi badan dengan tepat.

Di rumah sakit, ketepatan perhitungan BB aktual pasien biasanya sangat sulit atau

tidak mungkin dilakukan karena berbagai sebab, misalnya pasien tidak dapat berdiri

di atas timbangan, atau tidak mengetahui BB aktual mereka sebelum sakit,

melaporkan BB dibawah BB biasanya, serta tidak tersedia alat yang mampu untuk

49
50

mengukur BB pasien sambil tiduran. Sampai alat ini tersedia, tetap dibutuhkan

perkiraan BB pada situasi seperti ini. Kebutuhan untuk memperkirakan BB ini lebih

penting pada negara tertinggal/berkembang, dimana sangat sulit mendapatkan alat

yang standar. 7,10

Ketika pasien tidak dapat ditimbang BB, LILA dapat memperkirakan BB.

Penurunan LILA dapat berhubungan dengan hilangnya massa lemak atau massa

bebas lemak. Peningkatan LILA berhubungan dengan peningkatan berat badan,

dimana 10% perubahan pada LILA akan berhubungan dengan 10% perubahan BB.

Disamping itu LILA baik untuk memprediksikan berat badan pada remaja dan

dewasa dibandingkan pada anak-anak.7,15 Hasil analisis statistik pada penelitian ini

menunjukkan bahwa LILA memiliki korelasi positif bermakna dengan BB pada

total subyek penelitian (r= 0.835, p = 0.000), kelompok subyek laki-laki (r= 0.812,

p = 0.000) dan kelompok subyek perempuan (r= 0.884, p = 0.000). Setelah

dilakukan analisis regresi linier, LILA dapat digunakan untuk memperkirakan BB

baik pada total subyek penelitian, kelompok subyek laki-laki dan kelompok subyek

perempuan.

Nilai LILA dan BB dipengaruhi oleh faktor perancu seperti usia dan

aktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia dan aktivitas fisik tidak

memiliki korelasi yang bermakna dengan BB pada seluruh subyek, subyek laki-laki

mapun subyek perempuan, begitu juga dengan hasil korelasi usia dan aktivitas fisik

terhadap LILA. Pada penelitian ini terdapat nilai korelasi bermakna pada korelasi

antara aktivitas fisik dengan LILA pada subyek perempuan tetapi besar korelasinya

lemah sehingga dapat dikesampingkan. Aktivitas fisik yang lebih tinggi pada laki-

50
51

laki memang menyebabkan appendicular lean mass yang lebih tinggi, tetapi tidak

berhubungan dengan massa lemak yang lebih rendah.52 Banyaknya faktor lain yang

mempengaruhi BB selain aktivitas fisik juga mempengaruhi hasil penelitian.

Usia subyek pada penelitian ini diatas 18 tahun, tetapi tidak dibatasi batas

maksimal usia subyek. Nilai LILA tidak berbeda pada usia dibawah 14 tahun,

namun diatas usia 14 tahun nilai LILA cenderung naik pada kelompok laki-laki.53

Walaupun demikian, perlu diingat bahwa terkait proses menua terjadi sarkopenia

yaitu hilangnya lean body mass disertai penurunan fungsi sebesar 3-8% per dekade

sehingga ukuran LILA tidak selalu dapat mencerminkan status gizi lansia dan

mempengaruhi hasil pengukuran LILA. Tetapi, dengan adanya infiltrasi lemak ke

dalam serabut otot yang sering disebut dengan sarkopeni obesitas akan

mempengaruhi komposisi tubuh lansia dan bisa saja membuat hasil pengukuran

LILA pada lansia tidak terpengaruh oleh adanya penurunan lean body mass. Hasil

pengukuran antropometri pada lansia harus dilakukan dan diinterpretasikan secara

hati-hati karena adanya penurunan elastisitas kulit LILA terkait proses menua. 32,54

Akibat pengukuran LILA yang tidak tepat seperti terlalu kencang menarik pita

meteran pada saat melingkari LILA pada lansia menyebabkan kesalahan dalam

menginterpretasikan hasil pengukuran menjadi faktor bias dalam penelitian ini.

Tetapi, jumlah pasien lansia sebesar 16% dari total subyek penelitian

mencerminkan sedikitnya jumlah lansia sehingga faktor kesalahan ini dapat

dikesampingkan. Disamping itu, pada penelitian ini usia terbukti tidak memiliki

korelasi yang bermakna dengan BB dan LILA secara statistik, karena banyak faktor

51
52

yang mempengaruhi komposisi tubuh selain usia yang akhirnya mempengaruhi BB

dan LILA seperti jenis kelamin, hormon, aktivitas fisik dan lain-lain.

Persamaan untuk memperkirakan BB dari LILA bervariasi berdasarkan

berbagai hasil penelitian. Pada penelitian lain dengan menggunakan data sekunder

dari NHNES 2011-2012 menunjukkan bahwa pada individu usia >16 tahun,

korelasi antara lingkar lengan atas dengan BB memiliki koefisien korelasi sebesar

0.96 serta didapatkan rumus BB = 4x LILA -50 cm.7 Pada lansia usia diatas 60 di

Kerala India juga ditemukan hasil yang sama dengan kekuatan korelasi kuat (r=

0.708, p= < 0.001) dengan persamaan BB=2,037 LILA (cm) + 0,069.55 Pada pasien

geriatri di China usia > 60 tahun ditemukan formula perkiraan berat badan untuk

laki-laki BB= [0,928 tinggi lutut + 2,508 LILA – 0,144 Umur] – 42,543 ± 9,9 kg

dan untuk perempuan BB = [0,826 tinggi lutut + 2,116 LILA – 0,133 Umur] –

31,486 ± 10,1 kg.56 Di Indonesia sendiri, telah dilakukan penelitian pada akhir tahun

2018 dengan formula BB = 2,863 LILA (cm) – 4,019 jenis kelamin -14,533, tetapi

pada formula ini tidak memakai sampel atau subyek orang sakit, melainkan orang

sehat dan juga membatasi usia penelitian.8 Penelitian ini menggunakan sampel

orang sakit, memisahkan formula berdasarkan jenis kelamin dan tidak membatasi

usia subyek penelitian (usia > 18 tahun).

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain tidak dinilainya

kadar hormon yang berkaitan dengan akumulasi lemak dalam tubuh, tidak

mempertimbangkan status inflamasi/metabolik, tidak mempertimbangkan berbagai

etnis yang ada di Indonesia dan perubahan diet yang berhubungan dengan kenaikan

ataupun penurunan BB.

52
53

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

- Terdapat korelasi bermakna antara LILA dengan BB pasien laki-laki dan

perempuan dewasa.

- LILA dapat digunakan sebagai cara untuk memperkirakan BB pasien laki-laki

dan perempuan dewasa di Indonesia dengan menggunakan formula yang telah

didapatkan dalam penelitian ini.

5.2 Saran

- Perlu dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih besar dan penelitian

dengan subyek pasien rawat inap dan bersifat multisenter.

- Dibutuhkan metode validasi pada penelitian selanjutnya dengan

membandingkan berat badan aktual dengan model regresi linier.

- Penelitian selanjutnya memerlukan penilaian perubahan pola makan dan

kadar hormon spesifik yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti insulin,

kortisol, GH, esterogen dan tiroid yang berperan dalam akumulasi lemak

tubuh, serta mempertimbangkan status inflamasi/metabolik.

- Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan berbagai etnis di

Indonesia.

53
54

DAFTAR PUSTAKA

1. Melo APF, de Salles RK, Vieira FGK, Ferreira MG. Methods for estimating
body weight and height in hospitalized adults: A comparative analysis. Rev
Bras Cineantropometria e Desempenho Hum. 2014;16(4):475–84.

2. Tang AM, Chung M, Dong K, Terrin N, Edmonds A, Assefa N, et al.


Determining a Global Mid-Upper Arm Circumference Cutoff to Assess
Malnutrition in Pregnant Women. Fanta. 2016;3(June):1.

3. Lorini C, Collini F, Castagnoli M, Di Bari M, Cavallini MC, Zaffarana N, et


al. Using alternative or direct anthropometric measurements to assess risk for
malnutrition in nursing homes. Nutrition. 2014;30(10):1171–6.

4. Bernal-Orozco MF, Vizmanos B, Hunot C, Flores-Castro M, Leal-Mora D,


Cells A, et al. Equation to estimate body weight in elderly Mexican women
using anthropometric measurements. Nutr Hosp. 2010;25(4):648–55.

5. McVey L, Young D, Hulst J, Bradley S, Raudaschl A, Karagiozoglou T, et al.


Development and validation of a novel paediatric weight estimation equation
in multinational cohorts of sick children. Resuscitation. 2017;117:118–21.

6. Nestor BB JP, Manuel FF, Jose GOG ID. Relationship between mid-upper arm
circumference and body mass index in inpatients. PLoS One. 2016;11(8):1–10.

7. Cattermole GN, Graham CA, Rainer TH. Mid-arm circumference can be used
to estimate weight of adult and adolescent patients. Emerg Med J.
2017;34(4):231–6.

8. Mulyasari I, Purbowati P. Lingkar lengan atas dan panjang ulna sebagai


parameter antropometri untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan
orang dewasa. J Gizi Indones. 2018;7(1):30.

9. Cattermole GN, Leung PYM, Mak PSK, Graham CA, Rainer TH. Mid-arm
circumference can be used to estimate children’s weights. Resuscitation.

54
55

2010;81(9):1105–10.

10. Buckley RG, Stehman CR, Dos Santos FL, Riffenburgh RH, Swenson A, Mjos
N, et al. Bedside method to estimate actual body weight in the emergency
department. J Emerg Med. 2012;42(1):100–4.

11. Gibson RS. Anthropometric Examination. In: Principles of Nutritional


Assessment. 2 ed. Dunedin: oxford university Press; 2005. hal. 243–5.

12. Cederholm T, Barazzoni R, Austin P, Ballmer P, Biolo G, Bischoff SC, et al.


ESPEN guidelines on definitions and terminology of clinical nutrition. Clin
Nutr. 2017;36(1):49–64.

13. Mueller C, Compher C, Ellen DM. A.S.P.E.N. clinical guidelines: Nutrition


screening, assessment, and intervention in adults. J Parenter Enter Nutr.
2011;35(1):16–24.

14. Freitag E, Edgecombe G, Baldwin I, Cottier B, Heland M. Determination of


body weight and height measurement for critically ill patients admitted to the
intensive care unit: A quality improvement project. Aust Crit Care.
2010;23(4):197–207.

15. Lee R, Nieman DC. Anthropometric Examination. In: Nutritional assessment.


6 ed. New York: Mc Graw-Hill; 2013. hal. 354–67.

16. Tang AM, Dong K, Deitchler M, Chung M, Maalouf-Manasseh Z, Tumilowicz


A, et al. Use of Cutoffs for Mid-Upper Arm Circumference ( MUAC ) as an
Indicator or Predictor of Nutritional and Health- Related Outcomes in
Adolescents and Adults : A Systematic Review. Food Nutr Tech Assictance.
2013;(November):1–37.

17. Osterkamp. Current perspective on assesment of human body proportions of


relevance to amputees. J. Am Dietetic Assoc. 1995. hal. 215–8.

18. Wells JCK, Fewtrell MS. Measuring body composition. Arch Dis Child.
2006;91(7):612–7.

55
56

19. Madden AM, Smith S. Body composition and morphological assessment of


nutritional status in adults: A review of anthropometric variables. J Hum Nutr
Diet. 2016;29(1):7–25.

20. Kyle UG, Bosaeus I, De Lorenzo AD, Deurenberg P, Elia M, Gómez JM, et al.
Bioelectrical impedance analysis - Part I: Review of principles and methods.
Clin Nutr. 2004;23(5):1226–43.

21. Hlubik IJ. Bioimpedance measurement of spesific body resistance.


2015;(January):43–6.

22. Nuttall FQ. Body mass index: Obesity, BMI, and health: A critical review. Nutr
Today. 2015;50(3):117–28.

23. Saponaro C, Gaggini M, Carli F, Gastaldelli A. The subtle balance between


lipolysis and lipogenesis: A critical point in metabolic homeostasis. Nutrients.
2015;7(11):9453–74.

24. Maglione-Garves C a. Cortisol Connection. Vol. 9, Acsm. 2005. hal. 20–3.

25. Wabitsch M, Reinehr T, Fischer-Posovszky P. Effect of Body Weight on


Endocrine Parameters and Fat Hormones. Diagnostic Endocr Funct Child
Adolesc. 2011;483–93.

26. Brown LM, Clegg DJ. Central effects of estradiol in the regulation of food
intake, body weight, and adiposity. J Steroid Biochem Mol Biol. 2010;122(1–
3):65–73.

27. Longhi S, Radetti G. [ Thyroid function and obesity ]. PubMed Commons.


2016;101(5):21048557.

28. Torriani M, Grinspoon S. Racial differences in fat distribution: The importance


of intermuscular fat. Am J Clin Nutr. 2005;81(4):731–2.

29. Moon JR. Body composition in athletes and sports nutrition: An examination
of the bioimpedance analysis technique. Eur J Clin Nutr. 2013;67(S1):S54–9.

30. Bowen L, Taylor AE, Sullivan R, Ebrahim S, Kinra S, Krishna KR, et al.

56
57

Associations between diet, physical activity and body fat distribution: A cross
sectional study in an Indian population. BMC Public Health. 2015;15(1).

31. Thompson D, Karpe F, Lafontan M, Frayn K. Physical Activity and Exercise


in the Regulation of Human Adipose Tissue Physiology. Physiol Rev.
2012;92(1):157–91.

32. Pengurus Besar Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia. Pedoman


Nasional asuhan nutrisi pada orang usia lanjut dan pasien geriatri. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2017. 23-4 hal.

33. Fearon K, Strasser F, Anker SD, Bosaeus I, Bruera E, Fainsinger RL, et al. Defi
nition and classifi cation of cancer cachexia : an international consensus.
Lancet Oncol. 12(5):489–95.

34. Herring SJ, Rose MZ, Skouteris H, Oken E. Optimizing weight gain in
pregnancy to prevent obesity in women and children. Diabetes Obes Metab.
2012;14(3):195–203.

35. Carey A, McCarthy H, Gill J, Thompson A, McNulty H. Novel segmental


proxy measures for estimating weight and height in healthy school children
aged 11–18 years. Clin Nutr ESPEN. 2015;10(5):e211.

36. Smith S. Nutritional assessment in practice- current & future. The Parenteral
and Enteral Group of the British Dietetic Association; 2016. 333-5 hal.

37. Witjaksono Fiatuti, Sukmaniah Sri, Permadhi Inge, Sunardi Diana, Andayani
DE, Manikam NRM dkk. Buku Ajar Diagnosis dan Terapi Medik Penyakit
Gizi Utama. Jakarta: UI Press; 2018. 29-30 hal.

38. Bapen. Malnutrition Universal Screening Tool. Malnutrition Advis Gr.


2011;1–6.

39. Binns P, Dale N, Hoq M, Banda C, Myatt M. Relationship between mid upper
arm circumference and weight changes in children aged 6-59 months. Arch
Public Heal. 2015;73(1):1–10.

57
58

40. Modi P, Nasrin S, Hawes M, Glavis-Bloom J, Alam NH, Hossain MI, et al.
Midupper Arm Circumference Outperforms Weight-Based Measures of
Nutritional Status in Children with Diarrhea. J Nutr. 2015;145(7):1582–7.

41. Mazicioǧlu MM, Hatipoǧlu N, Öztürk A, Çiçek B, Üstünbaş HB, Kurtoǧlu S.


Waist circumference and mid-upper arm circumference in evaluation of obesity
in children aged between 6 and 17 years. JCRPE J Clin Res Pediatr Endocrinol.
2010;2(4):144–50.

42. Fakier A. Mid Upper Arm Circumference : A surrogate for Body MAss Index
in Pregnant Women. Univ Cape T. 2015;

43. Powell-Tuck J, Hennessy EM. A comparison of mid upper arm circumference,


body mass index and weight loss as indices of undernutrition in acutely
hospitalized patients. Clin Nutr. 2003;22(3):307–12.

44. Hymers. The use of Mid Upper Arm Circumference in the Nutritional
assessment of the Critically Ill patient. Crit Care Neurosci. 2009;1–3.

45. Asiimwe SB, Muzoora C, Wilson LA, Moore CC. Bedside measures of
malnutrition and association with mortality in hospitalized adults. Clin Nutr.
2015;34(2):252–6.

46. Lizo Garcia AK, Castro RA. Comparison of Actual and Estimated Body
Weight Using Mid Upper Arm Circumference, Broselow Tape and Advanced
Pediatric Life Support (APLS) Formula Among Children Age 1 to 12 Years
Old. Pediatr Ther. 2017;07(01):1–6.

47. Dahlan M. Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Edisi 3.
Jakarta; 2010. 99-100 hal.

48. Sastroasmoro S IS. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 4 ed. Jakarta:


sagung seto; 2011. 99 hal.

49. Uma Sekaran. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: salemba empat; 2006.

50. Shigeta Y, Enciso R, Ogawa T, Ikawa T, Clark GT. Cervical CT derived neck

58
59

fat tissue distribution differences in Japanese males and females and its effect
on retroglossal and retropalatal airway volume. Oral Surgery, Oral Med Oral
Pathol Oral Radiol Endodontology. 2008;106(2):275–84.

51. Kulathinal S, Freese R, Korkalo L, Ismael C, Mutanen M. Mid-upper arm


circumference is associated with biochemically determined nutritional status
indicators among adolescent girls in Central Mozambique. Nutr Res.
2016;36(8):835–44.

52. Bann D, Kuh D, Wills AK, Adams J, Brage S, Cooper R. Physical activity
across adulthood in relation to fat and lean body mass in early old age: Findings
from the medical research council national survey of health and development,
1946-2010. Am J Epidemiol. 2014;179(10):1197–207.

53. Mramba L, Ngari M, Mwangome M, Muchai L, Bauni E, Walker AS, et al. A


growth reference for mid upper arm circumference for age among school age
children and adolescents, and validation for mortality: Growth curve
construction and longitudinal cohort study. BMJ. 2017;358:1–8.

54. Pagano AF, Brioche T, Arc-Chagnaud C, Demangel R, Chopard A, Py G.


Short-term disuse promotes fatty acid infiltration into skeletal muscle. J
Cachexia Sarcopenia Muscle. 2018;9(2):335–47.

55. Philip J, Zacharia I, Paul S BA. Estimating height and weight in old-age from
other anthropometric measurements - a community based cross-sectional study
from central Kerala. Int J Med Sci Public Heal. 2017;6:1.

56. Jung MY, Chan MS, Chow VS, Chan YT L, PF LE et al. Estimating geriatric
patient’s body weight using the knee height caliper and midarm circumference
in Hong Kong Chinese. Asia Pac J Clin Nutr. 2004;13(3):261–4.

59
60

LAMPIRAN 1. INFORMED CONSENT

JUDUL PENELITIAN : Formula Untuk Memperkirakan Berat Badan (BB)


dengan Menggunakan Lingkar lengan Atas
(LILA) pada Pasien Dewasa di Indonesia

INSTANSI PELAKSANA : Program Pendidikan Dokter Spesialis I Gizi Klinis


FK UNDIP

Persetujuan Setelah Penjelasan


(INFORMED CONSENT)

Saudara Yth,
1. Perkenalkan saya Fiona Desi Amelia, mahasiswa Program Pendidikan
Dokter Spesialis I Gizi Klinis FK UNDIP yang sedang melakukan penelitian
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar dokter spesialis gizi klinik.
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah LILA dapat
digunakan sebagai cara untuk memperkirakan BB pada pasien dewasa di
Indonesia. Manfaat penelitian ini di bidang ilmiah adalah untuk mendapatkan
formula/rumus dengan menggunakan LILA untuk memperkirakan BB pasien
dewasa yang tidak bisa ditimbang BB- nya yang tepat digunakan di
Indonesia. Manfaat penelitian ini di bidang pelayanan adalah LILA dapat
digunakan sebagai alat pemeriksaan klinik untuk memperkirakan BB yang
praktis, mudah dan sederhana dalam praktik sehari-hari. Manfaat bagi subyek
adalah mengetahui BB pasien selama pengobatan di RS.
3. Sehubungan dengan keperluan tersebut, mohon kesediaan dan partisipasinya
untuk menjadi subyek penelitian saya. Partisipasi anda dalam penelitian ini
bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan.
4. Pada penelitian ini, saudara akan diukur berat badan dengan menggunakan
timbangan, diukur tinggi badan dengan menggunakan stadiometer, diukur
lingkar lengan atas dengan menggunakan pita meteran, dan diberikan

60
61

lembaran kuisioner untuk mengetahui bagaimana aktivitas fisik saudara


sehari-hari.
Data yang diperoleh dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Bila sewaktu-waktu tidak setuju untuk mengikuti/melanjutkan partisipasi
dalam penelitian, saudara tidak akan mendapat sanksi apapun dalam perawatan
pasien selanjutnya, dan akan tetap mendapatkan penanganan medis maupun gizi
sesuai diagnosis dan keadaan medis saudara. Apabila ada informasi yang perlu
ditanyakan, saudara bisa menghubungi saya, Fiona Desi Amelia, Program
Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinis, nomor HP: 085260722892
Demikian penjelasan dari saya, terimakasih atas kerjasama Bpk/Ibu/Sdr.

Setelah mendengar dan memahami penjelasan dari penelitian, dengan ini saya
Nama :

Umur/Jenis kelamin :

Alamat :

No.telp :

SETUJU/TIDAK SETUJU

untuk mengikuti sebagai responden penelitian.

Semarang ................................

Responden Saksi 1/ Wali Saksi 2/Peneliti Saksi 3/Perawat

(.......................) (..........................) (..........................) (..........................)

61
62

LAMPIRAN 2. KUESIONER PENAPISAN

Formula Untuk Memperkirakan Berat Badan (BB) dengan Menggunakan Lingkar


lengan Atas (LILA) pada Pasien Dewasa di Indonesia

Cara pengisian : ditanyakan oleh peneliti dengan cara wawancara

NO KODE
Nama
Usia
Tempat Tanggal Lahir
Alamat
HP

Beri tanda (√) pada kolom yang sesuai

Riwayat atau sedang menderita kelainan tulang belakang sehingga tidak


mampu berdiri tegak
Riwayat amputasi atau ekstremitas inferior tidak lengkap
Ekstremitas superior tidak lengkap, terdapat tumor, edema, fraktur atau
kelainan tulang di kedua lengan atas
Sedang dalam keadaan hamil
Sedang dalam keadaan edema anasarca atau perifer
Sedang menjalani dialisis
Sedang dalam keadaan diare atau dehidrasi
Mengalami ascites, organomegali atau massa tumor yang masif
Aktivitas fisik khusus lengan atas seperti angkat barbel, atlet angkat
besi/bulutangkis/tenis/voli dll

62
63

LAMPIRAN 3. INTERNATIONAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNAIRE


(IPAQ)
Nama :
Umur :
BB :

Saya akan menanyakan tentang aktivitas fisik saudara selama 7 hari terakhir.
Saudara dimohon untuk menjawab setiap pertanyaan, bahkan jika saudara merasa
bukan orang yang aktif. Pikirkan tentang aktivitas yang saudara lakukan saat
bekerja, dirumah, berangkat dari satu tempat ke tempat yang lain, saat rekreasi,
maupun saat olahraga.

Sekarang, pikirkan segala hal mengenai aktivitas berat yang memerlukan usaha
fisik yang keras yang saudara lakukan selama 7 hari terakhir. Aktivitas fisik yang
berat akan membuat saudara bernafas lebih keras dari normal dan mencakup seperti
angkat berat, menggali, aerobic, atau sepeda cepat. Pikirkan hanya aktivitas yang
saudara lakukan minimal 10 menit dalam satu waktu.
1. Selama 7 hari terakhir, berapa hari saudara melakukan aktivitas fisik yang
berat?
________ hari/minggu
________ tidak tahu/tidak yakin
(jika menjawab tidak ada atau tidak tahu lanjut ke pertanyaan 3)

2. Berapa lama waktu yang saudara habiskan untuk mengerjakan aktivitas fisik
berat tersebut?
________jam/hari
________menit/hari
________tidak tahu/tidak yakin
Sekarang, pikirkan tentang aktivitas fisik yang memerlukan usaha fisik sedang
dalam waktu 7 hari terakhir. Misalnya membawa beban yang ringan, bersepeda
pada kecepatan regular atau tenis ganda, tapi tidak termasuk berjalan. Sekali lagi,
pikirkan hanya aktivitas yang saudara lakukan selama minimal 10 menit
3. Selama 7 hari terakhir, berapa hari saudara melakukan aktivitas fisik
sedang?
_______ hari/minggu
________ tidak tahu/tidak yakin
(jika menjawab tidak ada atau tidak tahu lanjut ke pertanyaan 5)

63
64

4. Berapa lama waktu yang saudara habiskan untuk mengerjakan aktivitas fisik
berat tersebut?
________jam/hari
________menit/hari
________tidak tahu/tidak yakin

Sekarang, pikirkan tentang waktu yang saudara habiskan untuk berjalan selama 7
hari terakhir. Termasuk di tempat kerja dan dirumah, berjalan dari satu lokasi ke
lokasi yang lain, atau berjalan yang kita lakukan hanya untuk rekreasi, santai
ataupun olahraga.

5. Selama 7 hari terakhir, berapa hari saudara berjalan setidaknya 10 menit?


________ hari/minggu
________ tidak tahu/tidak yakin
(jika menjawab tidak ada atau tidak tahu lanjut ke pertanyaan 7)

6. Berapa lama waktu yang saudara habiskan berjalan dalam sehari


________jam/hari
________menit/hari
________tidak tahu/tidak yakin

Sekarang, pikirkan tentang waktu yang saudara habiskan untuk duduk selama 7 hari
terakhir. Termasuk saat kerja, dirumah, atau saat santai seperti mengunjungi teman,
membaca dan berbaring atau duduk sambil menonton TV

7. Selama 7 hari terakhir, berapa lama waktu yang saudara habiskan untuk
duduk?
________jam/hari
________menit/hari
________tidak tahu/tidak yakin

64
65

LAMPIRAN 4. SKOR IPAQ


Pertama, total menit berjalan, aktivitas intensitas sedang dan kuat per minggu
dihitung dengan mengalikan menit dari aktivitas per hari dengan jumlah hari per
minggu aktivitas.
• MET-menit / minggu berjalan = 3,3 * menit berjalan per hari * jumlah hari per
minggu
• MET-menit/minggu sedang = 4,0 * menit intensitas sedang per hari * jumlah hari
per minggu aktivitas intensitas sedang dilaporkan.
• MET menit/minggu berat = 8,0 * menit intensitas kuat per hari * jumlah hari per
minggu di mana aktivitas intensitas berat dilaporkan.
• Total aktivitas fisik MET-menit / minggu = MET menit/minggu Berjalan +
Sedang + kuat

Skor kategorikal
Tiga kategori aktivitas fisik
Kategori 1 - Tingkat aktivitas fisik yang rendah:
Orang-orang yang tidak memenuhi kriteria untuk kategori 2 atau 3 dimasukkan ke
dalam kategori ini dan dianggap memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah.
Kategori 2- Tingkat aktivitas fisik sedang:
• Setidaknya 20 menit aktivitas intensitas penuh per hari selama tiga hari atau lebih
per minggu ATAU
• Setidaknya 30 menit aktivitas intensitas sedang per hari selama 5 hari atau lebih
per minggu
ATAU
• Lima hari atau lebih kombinasi aktivitas berjalan, intensitas sedang, atau
intensitas tinggi mencapai minimum. Total aktivitas fisik minimal 600 MET menit
/ minggu.
Kategori 3- Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
• Aktivitas intensitas tinggi setidaknya 3 hari mencapai minimum total aktivitas
fisik minimal 1500 MET-menit / minggu ATAU
• Lima hari atau lebih kombinasi aktivitas berjalan, intensitas sedang, atau
intensitas tinggi mencapai minimum. Total aktivitas fisik minimal 3000 MET-
menit / minggu.

65
66

LAMPIRAN 5. OUTPUT SPSS


Histogram distribusi data (dengan kurva normalitas data)
BB seluruh subyek

LILA seluruh subyek

Usia seluruh subyek

66
67

Aktivitas fisik seluruh subyek

BB subyek laki-laki

LILA subyek laki-laki

67
68

Usia subyek laki-laki

Aktivitas fisik subyek laki-laki

BB subyek perempuan

68
69

LILA subyek perempuan

Usia subyek prempuan

Aktivitas fisik subyek perempuan

69
70

Regression

70
71

Regression

71
72

Regression

72
73

LAMPIRAN 6. ETHICAL CLEARANCE

73
74

LAMPIRAN 7. SURAT IJIN PENELITIAN

74
75

LAMPIRAN 8. FOTO PENELITIAN

75

Anda mungkin juga menyukai