Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai gelar dokter spesialis Gizi Klinis
22220116320011
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
MARET
2020
LEMBAR MONITORING PERBAIKAN HASIL UJIAN TESIS
saya telah menyetujui perbaikan ujian tesis yang diajukan pada tanggal 13 Maret
Judul Penelitian :
TANGAN
M.Si, Sp.GK
Sp.GK
Nugrohowati, M.Si,
Sp.GK
ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Oleh :
Disetujui :
Prof. Dr. dr. Hertanto WS, MS, Sp.GK (K) dr. Yushila Meyrina, M.Si, Sp.GK
Mengetahui
KPS Gizi Klinis RSUP Dr. Kariadi/
Fakultas Kedokteran Undip
iii
PERNYATAAN
NIM : 22220116320011
karya saya sendiri, bebas dari peniruan terhadap karya orang lain. Kutipan pendapat
dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang
berlaku.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam tesis
ini terkandung plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap melanggar
22220116320011
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Agama : Islam
No Telp / HP : 085260722892/08112619001
Email : fionadesiamelia@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
C. RIWAYAT PEKERJAAN
v
D. RIWAYAT KELUARGA
2. Iskandarsyah
3. M. Syahrul Ramadhan
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya serta dukungan dari keluarga dan teman-teman saya, penulis
Badan (BB) Dengan Menggunakan Lingkar Lengan Atas (LILA) Pada Pasien
Dewasa Di Indonesia”.
Diponegoro Semarang. Tesis ini dapat diselesaikan atas bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. dr. Agus Suryanto, Sp.PD.KP, MARS selaku Direktur Utama RSUP dr.
Semarang.
2. dr. Enny Probosari, M.Si.Med, SpGK selaku Ketua Program Studi Gizi
Klinik dan dr. Etisa Adi Murbawani, M.Si, SpGK selaku Sekretaris Program
vii
3. dr. Khairuddin, SpGK selaku Kepala Kelompok Staf Medik Gizi Klinis
4. Prof. Dr. dr. Hertanto WS, MS, Sp.GK (K) selaku pembimbing pertama dan
Klinis.
5. dr. Yushila Meyrina, M.Si, Sp.GK selaku pembimbing kedua, terima kasih
6. dr. Amalia Sukmadianti, Sp.GK dan dr. Annta Kern Nugrohowati, MSi,
7. Guru-guru kami, Dr. dr. Darmono SS, MPH, SpGK (K), Prof Fatimah
SpGK (K), dr Niken Puruhita, MSc.Med, Sp.GK (K), dr. Febe Christianto,
viii
8. Mbak Pratiwi Ayurahma dan Mbak Abied Luthfi selaku bagian administrasi
PPDS Gizi Klinis yang telah banyak membantu selama penulis menempuh
9. Hormat dan dedikasi tertinggi ditujukan kepada kedua orang tua tercinta,
alm Faisal Nuruddin dan Nurmalia TH, terima kasih yang besar atas doa,
10. Saudara-saudaraku Iin, Aan dan Alul, terimakasih atas dukungannya selama
11. Kepada suami tercinta Teuku Fadhillah dan anak-anak kami T.Sulthan Al
Fayyadh dan Cut Rania Rizqi, terimakasih tak terhingga penulis ucapkan
raga selama penulis menyelesaikan studi ini. Love you till Jannah.
12. Kepada sahabat angkatan 12: Ali, Fitri, Fani, Ncis, Heidi, dan Jennifer, yang
selalu kompak dalam suka dan duka, terima kasih atas dukungan, masukan,
13. Rekan-rekan PPDS Gizi Klinis baik angkatan senior maupun junior atas
14. SMF Gizi tercinta, tempat mengetik yang nyaman serta membantu penulis
Klinis.
ix
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna sehingga kritik
harapkan.
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................................. i
xi
1.4.2. Aspek Ilmiah ............................................................................... 5
1.5. Keaslian Penelitian ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 8
2.1. Antropometri sebagai Salah Satu Metode dalam Intervensi Gizi ........ 8
2.2. BB sebagai Salah Satu Pengukuran Antropometri dalam Intervensi ... 9
2.2.1. Definisi dan Komponen BB ....................................................... 9
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komponen BB .................. 10
2.2.3. Tujuan Pengukuran BB .............................................................. 15
2.2.4. Waktu dan Frekuensi Pengukuran BB ....................................... 16
2.2.5. Berbagai Keadaan yang Menyebabkan BB tidak dapat diukur
dengan Alat Standar Emas .......................................................... 16
xii
3.5.1. Populasi Penelitian ................................................................... 31
3.5.2. Subyek Penelitian ..................................................................... 32
3.5.3. Kriteria Inklusi ......................................................................... 32
3.5.4. Kriteria Eksklusi ...................................................................... 32
3.6. Besar Sampel....................................................................................... 33
3.7. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..................................... 34
3.8. Alur Penelitian .................................................................................... 35
3.9. Tahapan Penelitian .............................................................................. 35
3.10.Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 36
3.11.Etika Penelitian .................................................................................. 37
BAB IV Hasil Penelitian ....................................................................................... 38
4.1. Karakteristik Subyek Penelitian ......................................................... 38
4.2. Korelasi dan regresi LILA dengan BB............................................... 39
4.3. Korelasi dan regresi LILA dengan BB subyek laki-laki .................... 40
4.4. Korelasi dan regresi LILA dengan BB subyek perempuan ............... 42
4.5. Korelasi variabel perancu (usia dan aktivitas fisik) dengan BB ....... 43
4.6. Korelasi variabel perancu (usia dan aktivitas fisik) dengan LILA .... 45
4.7. Rangkuman uji korelasi antara LILA dengan BB pada seluruh
subyek................................................................................................. 47
4.8. Rangkuman uji regresi linier antara LILA dengan BB pada seluruh
subyek................................................................................................. 47
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 10. Hasil uji korelasi antara LILA dengan BB pada subyek laki-laki ........ 41
Tabel 11. Hasil uji korelasi antara LILA dengan BB pada subyek perempuan .... 42
Tabel 12. Hasil uji korelasi antara usia dengan BB pada seluruh subyek, subyek
laki-laki dan subyek perempuan ........................................................... 44
Tabel 13. Hasil uji korelasi antara aktivitas fisik dengan BB pada seluruh subyek,
subyek laki-laki dan subyek perempuan ............................................... 45
Tabel 14. Hasil uji korelasi antara usia dengan LILA pada seluruh subyek, subyek
laki-laki dan subyek perempuan ........................................................... 46
Tabel 15. Hasil uji korelasi antara aktivitas fisik dengan LILA pada seluruh
subyek, subyek laki-laki dan subyek perempuan ................................. 46
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 10. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB seluruh subyek ............... 40
Gambar 11. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB subyek laki-laki.............. 42
Gambar 12. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB subyek perempuan ......... 43
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
BMR : Basal Metabolic Rate
dkk : dan kawan-kawan
ESPEN : The European Society for Clinical Nutrition and Metabolism
g : gram
GH : Growth Hormone
ICU : Intensive Care Unit
IMT : Indeks Massa Tubuh
IPAQ : International Physical Activity Questionnaire
kg : kilogram
Kkal : Kilo kalori
LILA : Lingkar Lengan Atas
LP : Lingkar Perut
LOS : Length of Stay
m2 : meter kuadrat
mm : millimeter
NHNES : National Health and Nutrition Examination Survey
TB : Tinggi Badan
RS : Rumah Sakit
SST : Subscapular Skinfold Thickness
USG : Ultrasonografi
WHO : World Health Organization
xvii
ABSTRAK
xviii
ABSTRACT
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Asesmen gizi adalah metode yang berguna untuk mendukung terapi dan
memantau keefektifan dari intervensi gizi terutama pada individu yang sedang
dirawat di Rumah Sakit (RS). Diantara berbagai metode asesmen gizi, pengukuran
memperkirakan ukuran dan komposisi tubuh antara lain tinggi badan (TB) dan berat
badan (BB). Kedua pengukuran ini sangat penting untuk menilai pertumbuhan,
status gizi, menghitung area permukaan tubuh, menghitung Indeks Massa Tubuh
standar emas ini tidak mungkin untuk dilakukan seperti pasien dengan penyakit
kritis, pasien yang terbaring ditempat tidur dan tidak dapat berjalan, yang akan
bahwa variabel BB tidak tercatat lebih dari 20% pasien usia tua yang dirawat di RS
Beberapa alat seperti timbangan yang terintegrasi dengan tempat tidur RS (bed
scale) merupakan alat yang sangat mahal dan hanya tersedia di RS tertentu. Oleh
banyak diteliti. Sampai saat ini hanya ada 4 formula yang diketahui untuk
formula Rabito et al (tahun 2006), formula Ross Laboratories (tahun 2002) dan
formula yang ditemukan oleh Buckley dkk (tahun 2011), dimana pada keempat
Lengan Atas (LILA), Tinggi Lutut (TL), lingkar betis, lingkar abdomen, lingkar
paha, subscapular skinfold thickness (SST) dengan berbagai rumus yang rumit.1,4–6
Walaupun LILA telah lama diketahui berkorelasi dengan BB, tidak ada alat
perkiraan berat badan berdasarkan LILA yang telah dipublikasi sampai tahun 2010.
Pada akhir tahun 2016, terdapat satu formula perhitungan berat badan
menggunakan LILA untuk orang dewasa yang telah divalidasi oleh Cattermole
pada tahun 2016, dengan menggunakan data National Health and Nutrition
populasi tertentu yang tinggal di Amerika dan Eropa, dimana komposisi tubuh
berbeda antara ras yang satu dengan ras yang lain, oleh karena itu berbagai formula
diatas mungkin tidak tepat untuk memperkirakan BB untuk populasi lain dan sangat
diperlukan formula lain dan spesifik digunakan pada populasi tertentu. Di Indonesia
2
3
pada akhir tahun 2018. Penelitian Cattermole dan Indri Mulyasari menggunakan
tinggi badan, tidak jelas darimana guidelinenya dan validitasnya belum diketahui.
Terlebih, pada beberapa situasi tertentu, tinggi badan tidak dapat diukur secara
langsung misalnya pasien tidak dapat berdiri karena kelemahan otot, deformitas
dapat diukur menggunakan indeks antropometri seperti luka bakar seluruh tubuh.2
menjadi alternatif pengukuran antropometri yang mudah, cepat dan praktis dalam
praktik sehari-hari.
Indonesia ?
3
4
dewasa?
dewasa?
laki dewasa
perempuan dewasa
4
5
selanjutnya
sehari-hari.
5
6
6
7
dilakukan pada pasien rawat jalan dewasa berusia diatas 18 tahun, menggunakan
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
INTERVENSI GIZI
(ESPEN), intervensi gizi meliputi skrining, asesmen, diagnostik, terapi gizi serta
yang diperoleh dari diet, hasil laboratorium, antropometri dan studi klinis. Asesmen
gizi harus dilakukan pada semua subyek yang diiidentifikasi berisiko malnutrisi
pada saat dilakukan skrining gizi. Asesmen gizi bertujuan menentukan keparahan
dan penyebab gangguan gizi pada pasien, mengevaluasi apakah gangguan gizi
memberikan dasar untuk menentukan diagnosis dan terapi gizi serta memantau
respon pasien terhadap terapi gizi yang diberikan. Semua tahapan intervensi gizi
yaitu skrining, asesmen gizi, diagnostik, terapi gizi, serta pemantauan dan evaluasi
Antropometri adalah pengukuran dari dimensi fisik dan komposisi dari tubuh
umur dan status gizi sangat berguna sebagai indikator komposisi tubuh ketika
terbagi atas 2 tipe. Tipe pertama adalah pengukuran ukuran tubuh, dan tipe yang
8
9
tubuh, yaitu lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak terdiri dari otot
skeletal, otot non skeletal, jaringan lunak, dan skeleton. Massa bebas lemak terdiri
menetukan ukuran tubuh yang paling banyak digunakan dalam bidang gizi klinik
dan kesehatan masyarakat adalah BB dan TB/panjang badan (PB). BB, TB, IMT,
standar emas, sehingga diperlukan suatu pendekatan baru yang sederhana, cepat,
murah dan noninvasif sehingga asesmen gizi yang valid dapat diperoleh. 11,17,18
lemak dan massa bebas lemak seperti protein, lemak, air dan massa tulang tubuh).
lemak, air atau kombinasi dari berbagai komponen. Perlu diingat bahwa kehilangan
BB yang tidak sengaja pada umumnya dipandang sebagai manifestasi dari penyakit
9
10
lemak seiring usia dan sejalan dengan penurunan pada protein otot. Pada orang yang
sehat, variasi harian dari BB pada umumnya kecil (< 0,5 kg).11,15,19
Berat badan terdiri dari beberapa komponen seperti dalam gambar berikut
ini:
badan dan lebih besar daripada laki-laki yaitu 2-5%.21 Pada tahun 1986,
peningkatan massa paha, lengan atas, betis dan kaki. Selama proses menuju
dewasa, terjadi maturasi kimia dari massa bebas lemak, terutama air, protein
10
11
dan mineral yang akan berubah sesuai usia dan status pubertas. Saat masa
akumulasi lemak lebih banyak selama masa pubertas dan setelah masa
penumpukan lemak di daerah tubuh bagian atas. Pada orang dewasa normal,
b. Hormonal
c. Etnis
11
12
d. Postur tubuh
IMT yang tinggi, dimana massa otot lebih banyak daripada massa lemak.29
e. Aktivitas Fisik
f. Asupan energi
positif antara total energi dengan persentase lemak tubuh, dimana dalam
sebuah penelitian disebutkan bahwa subyek yang asupan energinya 100 kkal
g. Keseimbangan cairan
12
13
penting dari segi gizi pada kompartemen tubuh yang lain bahkan saat
hilangnya massa otot. Perkiraan dari kelebihan cairan pada pasien dengan
BB selama refeeding. Perkiraan dari berat cairan bisa didapatkan dari hasil
scan abdomen dan dari evaluasi secara hati-hati pengukuran BB serial. Jadi,
perkiraan berat cairan harus dibuat dengan hati-hati, dicatat dengan jelas dan
kenali keterbatasannya.19
amputasi.19
13
14
i. Penyakit
dari 50% pasien kanker menderita atrofi progresif jaringan lemak dan otot
penurunan kualitas hidup dan survival time yang pendek. Anorexia sering
otot, terutama lean body mass. Sebagai tambahan karena konsumsi tumor
IL-6) dan protein katabolik yang disekresi oleh tumor itu sendiri
dan otot. 33
14
15
j. Kehamilan
hamil hanya terdiri dari jumlah yang dibutuhkan untuk produk konsepsi.
pada ibu hamil meliputi janin, plasenta, cairan ketuban, uterus, jaringan
payudara, volume darah dan simpanan lemak. Simpanan lemak tidak lagi
- menghitung IMT
asupan gizi
15
16
kemih kosong dan sebelum sarapan serta setelah BAB. Pemantauan BB selama
1-3 kali per minggu selama pasien dirawat inap dengan pengurangan frekuensi
ketika pasien berada dalam kondisi baik/stabil. Bila pasien menjalani rawat jalan,
jenis penyakit pasien akan menentukan interval dari pengukuran BB. Pengukuran
BB regular tidak berguna pada pasien yang berada dalam fase paliatif lanjut atau
pasien:11,14,36
- Tidak dapat mengingat BB aktual karena status mental yang terganggu atau
kendala bahasa
rumah sakit.
16
17
sayangnya alat tersebut sangat berat oleh karena itu tidak cocok dilakukan di
lapangan. 11
Beam
balance
Timbangan harus diletakkan ditempat yang keras, permukaan datar dan harus
berdiri ditengah timbangan, melihat lurus kedepan, berdiri tanpa dibantu, santai dan
tidak berpakaian (telanjang) serta melepas alas kaki. Jika tidak memungkinkan
17
18
untuk telanjang, subjek dapat memakai pakaian atau gaun tipis. BB dicatat dengan
pendekatan 0,1 kg. Waktu pengukuran harus dicatat karena variasi diurnal dalam
BB terjadi.11,14,37
Skala
elektronik
Pada subyek yang tidak mampu berdiri, saat ini sudah ada beberapa alat
dengan teknologi canggih dan terkini seperti bed scale, tetapi kadang-kadang
dibeberapa rumah sakit tertentu tidak tersedia karena harganya yang mahal.37
Mercury
Bed Scale
18
19
antara BB yang diukur dengan BB yang dilaporkan oleh pasien. Tetapi bukti terbaru
membandingkan BB pasien berusia >16 tahun yang dirawat inap antara BB yang
untuk pasien yang tidak bisa diperoleh data BB sesuai dengan berbagai kondisi yang
berbagai pengukuran. Kombinasi dari tricep skinfold dan LILA dapat digunakan
untuk memperkirakan area otot lengan atas dan area lemak lengan atas, pengganti
untuk massa otot dan total kandungan lemak tubuh. Kombinasi lain seperti Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan rasio lingkar pingggang dan pinggul telah lama digunakan
sebagai indikator status gizi dan massa lemak intraabdomen. Pendekatan lain yang
regresi untuk memperkirakan densitas tubuh dan menghitung lemak tubuh dan
massa bebas lemak. Saat ini terdapat berbagai macam rumus untuk memperkirakan
19
20
berikut : 11,17,18
1. Lingkar Perut
penelitian menunjukkan distribusi lemak tubuh adalah prediktor yang lebih kuat
daripada BMI untuk faktor risiko dan morbiditas berbagai macam penyakit seperti
penyakit metabolik dan kardiovaskuler serta berbagai penyakit kronik. Saat ini,
2. Skinfold Thickness
depo lemak subkutan yang akhirnya dapat memperkirakan total lemak tubuh.
Ternyata, hubungan antara lemak subkutan dan lemak visceral nonlinear dan
bervariasi tergantung berat badan dan usia. Terlebih lagi variasi distribusi lemak
subkutan dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras atau etnis dan usia. Karena jaringan
maka teknik ini lebih berguna pada individu yang kurus daripada individu yang
dapat dilakukan baik di fasilitas kesehatan publik maupun di bidang gizi klinik.
Beberapa formula yang berbeda telah ditemukan untuk menghitung jumlah total
lemak dan BB dari skinfold ini. Beberapa lokasi pengukuran skinfold thickness
20
21
thickness ini bisa saja terjadi misalnya : pemeriksa gagal mendapatkan hasil
pengukuran berulang pada pasien yang sama, salah menentukan sisi skinfold,
3. Lingkar Paha
gerak bawah daripada anggota gerak atas. Pengukuran antropometri pada anggota
gerak bawah memiliki potensi sebagai prediktor yang baik terhadap massa otot
seluruh tubuh dan terutama berguna untuk menilai dan memantau pasien lansia
atau pasien dengan kondisi yang buruk jangka panjang misalnya gagal ginjal
4. Lingkar Betis
lemak. Pada lansia, lingkar betis secara signifikan berhubungan dengan lean body
mass. Lingkar betis sangat mudah diukur dan hanya memerlukan penggunaan pita
ukur untuk mendapatkan lingkar maksimal tanpa adanya jepitan kulit. Pengukuran
lingkar betis dapat dilakukan pada tungkai kiri atau kanan, saat duduk atau atau
21
22
adalahnya kemungkinan adanya efek perancu dari edema perifer yang terjadi
5. Tinggi Lutut
Tinggi lutut berkorelasi kuat dengan tinggi badan dan dapat digunakan
vertebrae atau pasien yang tidak bisa berdiri. Tinggi lutut diukur dengan
menggunakan caliper, kaki yang diukur adalah kaki kiri, lutut berada pada sudut
900. 11
berbagai indeks antropometri yang telah disebutkan diatas disajikan dalam tabel
berikut: 1,10
Lengan terdiri dari lemak subkutan, otot dan tulang. Pengukuran LILA
adalah pengukuran lingkar lengan atas pada titik tengah antara olecranon dan
prosesus acromion, yaitu pada sisi pengukuran triceps skinfold. LILA sering
22
23
digunakan untuk mengukur massa bebas lemak dan jaringan lemak, karena
perubahan dari LILA dapat merefleksikan perubahan baik massa otot, jaringan
hilangnya massa lemak atau massa bebas lemak. Peningkatan LILA berhubungan
dengan peningkatan berat badan, dimana 10% perubahan pada LILA akan
berhubungan dengan 10% perubahan BB. Sebagai indikator jaringan otot dan
dalam jumlah kecil, perubahan LILA juga cenderung paralel terhadap perubahan
massa otot, oleh karena itu, LILA berguna dalam diagnosis malnutrisi energi
protein atau starvasi, terutama pada keadaan dimana pengukuran BB atau TB tidak
dalam terapi gizi. LILA sangat mudah untuk diukur, hemat waktu dan peralatan. 11
teregang yang terbuat dari fiberglass. Pilihan lain dapat menggunakan pita insersi
fiberglass. Subjek sebaiknya berdiri tegak dan berada disamping pemeriksa, kepala
berada dalam keadaaan Frankfurt Plane, lengan rileks dan kaki terpisah. Jika
baju digulung ke atas. Pengukuran LILA boleh dilakukan pada lengan kanan
maupun lengan kiri. Lengan subyek ditekuk pada sendi siku sebesar 900.
Pengukuran diambil pada titik tengah lengan atas, antara prosessus acromion dan
23
24
kemudian diatur melingkar ke sekeliling lengan pada titik tengah tersebut dengan
lembut dan tegas. Dalam mengukur LILA pastikan lengan subjek tidak terjepit oleh
pita pengukur. Saat dibutuhkan seperti pasien yang tidak mampu berdiri atau duduk,
LILA dapat diukur pada posisi terlentang. Pada kasus seperti ini, sebuah bantalan
diletakkan dibawah siku, untuk menaikkan lengan sedikit lebih tinggi dari
Pita meteran
Pita Insersi
24
25
LILA secara luas juga digunakan sebagai indikator status gizi pada anak
(WHO) menggunakan cut off 11,5 cm sebagai salah satu kriteria diagnosis
malnutrisi akut berat. Saat ini LILA mulai banyak digunakan pada remaja dan orang
dewasa juga, terutama pada wanita hamil dan orang-orang dengan HIV dan atau
tuberculosis.16
LILA juga digunakan untuk memantau berat badan pasien usia 6-59 bulan
yang sedang menjalani terapi untuk manutrisi akut berat. Dalam situasi dengan
sumberdaya yang terbatas, LILA adalah prediktor paling kuat untuk keadaan
undernutrition pada anak-anak dengan diare, karena dehidrasi akibat diare tidak
mempengaruhi LILA secara signifikan tetapi mempengaruhi BB. 39,40 Selain untuk
mengukur berat badan dan status gizi, LILA juga dapat digunakan sebagai
anak dan remaja.41 LILA berhubungan erat dengan IMT selama kehamilan sampai
kehamilan usia 30 minggu. 42 IMT cenderung <20 kg/m2 jika LILA <23,5 cm, IMT
morbiditas dan mortalitas yang lebih baik daripada BMI, karena pasien kadang-
kadang selain tidak dapat berdiri, juga seringkali terdapat ascites dan tomor yang
menyebabkan nilai BMI menjadi tidak akurat. Karena LILA sangat berhubungan
erat dengan BB dan IMT, maka pengukuran BB bisa didapatkan berdasarkan LILA
25
26
membutuhkan kerjasama pasien, pada lokasi ini jarang terjadi edema, bisa diukur
pada posisi telentang, dapat dilakukan baik di komunitas ataupun di RS, serta
keterbatasan dalam pengukurannya, yaitu tidak dapat digunakan pada pasien edema
anasarka, edema lengan atas, tumor daerah LILA, fraktur atau kelainan tulang
humerus. 16,36
tidak ada persamaan berdasarkan LILA yang dipublikasi sampai tahun 2010.
Sampai saat ini hanya ada 4 formula yang diketahui untuk memperkirakan berat
badan pada orang dewasa yaitu formula Chumlea, et al (tahun 1989), formula
Rabito et al (tahun 2006) formula Ross Laboratories (tahun 2002) dan formula
Buckley (tahun 2011), dimana pada keempat formula diatas menggunakan berbagai
macam indeks antropometri seperti LILA, TL, lingkar betis, lingkar abdomen,
subscapular skinfold dengan rumus yang rumit. Pada tahun 2010, terdapat satu
persamaan yang diturunkan pada anak-anak sekolah di China, yaitu BB= (LLA
dalam cm-10) x 3. Persamaan ini seakurat Broselow Tape pada anak yang lebih tua,
LLA) - 50. Saat divalidasi pada anak-anak usia 1-10,9 tahun hasilnya kurang
akurat, sementara pada orang dewasa dan remaja setidaknya sama akuratnya
26
27
dengan BB aktual. Pada penelitian yang sama juga disebutkan bahwa BB sangat
berhubungan kuat dengan LILA pada orang dewasa dan nilai korelasinya paling
tinggi bila dibandingkan dengan parameter lain. Parameter lain salah satunya
adalah lingkar pinggang, tetapi indeks antropometri ini tidak praktis digunakan
Broselow Tape dan formula Advanced Pediatric Life Support (APLS) pada anak-
anak. Hasilnya dari ketiga metode yang dibandingkan, LILA memiliki hubungan
yang paling kuat dengan BB, lebih akurat dan tepat bila dibandingkan dengan dua
yang berhubungan dengan BB dan kaitannya dengan LILA. Berikut kerangka teori
27
28
Edema
lengan atas
Hormonal Etnis Postur
Tumor Lingkar Perut Tubuh
lengan atas
SST Asupan
Fraktur atau energi
kelainan LILA Lemak
tulang BB Penyakit
lengan atas Lingkar Betis Massa bebas lemak
Jenis kelamin
Aktivitas fisik
Kehamilan
Edema anasarka
hormonal, etnis, postur tubuh, asupan energi, penyakit tertentu (adanya inflamasi,
massa lemak dan massa bebas lemak akan mempengaruhi peningkatan atau
penurunan BB. Lemak akan mempengaruhi besarnya lingkar pinggang dan SST.
Lemak dan massa bebas lemak akan mempengaruhi besarnya LILA dan lingkar
betis. Massa bebas lemak akan mempengaruhi lingkar paha dan tinggi lutut. LILA
juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti edema lengan atas, tumor didaerah lengan
atas, fraktur atau kelainan tulang lengan atas dan aktivitas fisik khusus lengan atas.
28
29
Usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, kehamilan dan edema anasarka akan
Variabel penelitian yang akan diteliti adalah BB dan LILA. LILA diketahui
perancu yang mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin dan aktivitas fisik akan
diukur. Faktor kehamilan dan edema anasarka akan dieksklusi. Faktor hormonal
tidak diukur karena keterbatasan penelitian. Etnis tidak dibedakan karena sampel
yang diambil dari lokal (Indonesia). Asupan energi tidak diukur. Faktor penyakit
tertentu (seperti tumor yang massif dan organomegali), faktor yang mengubah
keseimbangan cairan (seperti edema perifer, ascites, dehidrasi, diare) serta faktor
LILA BB
Usia
Jenis Kelamin
Aktivitas fisik
29
30
Pada penelitian ini ingin diketahui 2 hal yaitu korelasi antara LILA dengan
hubungan korelasi tidak ada variabel dependen atau independen. LILA dan BB
disebut sebagai variabel yang ingin diteliti dan kedua variabel ini saling
mempengaruhi. Variabel kontrol adalah usia, jenis kelamin dan aktivitas fisik.
Variabel usia dikendalikan dengan tidak menyertakan pasien anak tetapi pasien usia
dewasa yaitu usia diatas 18 tahun (dewasa). Variabel jenis kelamin akan dilakukan
dan usia akan menjadi variabel independen (prediktor) dan BB akan menjadi faktor
dependen.
2.5.3 Hipotesis
a. Hipotesis mayor
b. Hipotesis minor
30
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah pada bidang Ilmu Gizi Klinis.
a. LILA
b. BB
2. Variabel kontrol
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Aktivitas fisik
31
32
Subyek dalam penelitian ini pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam
Instalasi Merpati RSUP Dr. Kariadi Semarang sesuai waktu penelitian yang
Usia ≥ 18 tahun
Aktivitas fisik khusus lengan atas seperti angkat barbel, atlet angkat
besi/bulutangkis/tenis/voli dll
32
33
0,5 In (1+r)/(1-r)
Ditetapkan besarnya kesalahan tipe I (α)= 5%, maka nilai Zα adalah 1,64.
orang.
2. Rumus Rule Of Thumb yaitu 5-10 kali jumlah variabel bebas. Pada
sekitar 20 orang
3. Menggunakan rumus
R2 = Koefisiensi determinasi
33
34
Maka dari ketiga cara perhitungan sampel dipilih cara yang paling banyak
Metode sampling
34
35
Ethical clearance
Kriteria eksklusi
Analisis data
2. Data identitas sampel meliputi nama, tanggal lahir dan usia diperoleh
35
36
BB serta data LILA terkumpul. Data yang terkumpul melalui proses editing
statistika.
2. Analisis bivariat
Y = BB
a = konstanta
36
37
x = LILA
tertulis mengenai tujuan dan cara penelitian serta diberi jaminan kerahasiaan
apa saja yang akan kami lakukan kepada subyek. Subyek dapat menolak jika
tidak berkenan.
37
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
untuk mengetahui korelasi antara LILA dengan BB serta formula yang digunakan
rawat jalan di klinik Penyakit Dalam Instalasi Merpati RSUP Dr. Kariadi sesuai
waktu penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Karakteristik seluruh
penelitian ini, subyek memiliki rentang usia yang cukup jauh, dengan usia
minimum adalah 23 tahun dan maksimum adalah 68 tahun. Jika usia tersebut
dikategorikan berdasarkan kelompok usia maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 7.
38
39
kelamin dapat dilihat pada tabel 8. Mayoritas subyek penelitian berjenis kelamin
perempuan (112 orang, 76.80%), sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki (88
orang, 23.20%). Untuk kelompok subyek laki-laki rerata usia berada di 47.8 ± 11.24
tahun, untuk kelompok perempuan rerata usia berada di 46.1 ± 11.8 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, rerata LILA lebih besar pada laki-laki daripada
perempuan dan aktivitas fisik harian lebih tinggi pada kelompok subyek laki-laki
Koefisien korelasi bernilai positif yang artinya LILA berbanding lurus dengan BB.
Semakin besar LILA maka semakin besar nilai BB. Koefisien korelasi sebesar
0.835 artinya hubungannya kuat. Hasil uji bivariat dapat dilihat pada Tabel 9.
39
40
x LILA. LILA dapat menjadi prediktor BB karena nilai signifikansi dari output
ANOVA Sig. 0,000 < 0,05 (F hitung 454.345) dengan nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,696 yang berarti variabel LILA memiliki kontribusi sebesar 69.6 %
mempengaruhi BB, sisanya 30.4 % dipengaruhi faktor lain selain LILA. Faktor-
faktor lain yang mempengaruhi BB selain LILA adalah lingkar betis, SST, lingkar
paha, lingkar perut dan tinggi lutut. Scatter plot hasil analisis dapat dilihat pada
Gambar 10.
Gambar 10. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB seluruh subyek
40
41
4.3. Korelasi dan regresi linier LILA dengan BB pada subyek laki-laki
0.812, p = 0,000). Koefisien korelasi bernilai positif yang artinya LILA subyek laki-
laki berbanding lurus dengan BB subyek laki-laki. Semakin besar LILA subyek
laki-laki maka semakin besar nilai BB subyek laki-laki. Koefisien korelasi sebesar
0.812 artinya hubungannya kuat. Hasil uji bivariat dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil uji korelasi antara LILA dengan BB pada subyek laki-laki
Variabel BB
r p
LILAa 0.812 0.000**
a= uji Pearson; **= sangat bermakna;
x LILA. LILA dapat menjadi prediktor BB karena nilai signifikansi dari output
ANOVA Sig. 0,000 < 0,05 (F hitung 166.168) dengan nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,659 yang berarti variabel LILA memiliki kontribusi sebesar 65.9%
mempengaruhi BB, sisanya 34.1% dipengaruhi faktor lain selain LILA. Scatter plot
41
42
Gambar 11. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB subyek laki-laki
4.4. Korelasi dan regresi linier LILA dengan BB pada subyek perempuan
0.884, p = 0,000). Koefisien korelasi bernilai positif yang artinya LILA perempuan
hubungannya kuat. Hasil uji bivariat dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil uji korelasi antara LILA dengan BB pada subyek perempuan
Variabel BB
r p
LILAa 0.884 0.000**
a= uji Pearson; **= sangat bermakna;
42
43
2.260 x LILA. LILA dapat menjadi prediktor BB karena nilai signifikansi dari
output ANOVA Sig. 0,000 < 0,05 (F hitung 391.449) dengan nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,781 yang berarti variabel LILA memiliki kontribusi
sebesar 78.1 % mempengaruhi BB, sisanya 21.9 % dipengaruhi faktor lain selain
LILA. Scatter plot hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Scatter plot analisis regresi LILA dan BB subyek perempuan
Variabel perancu pada penelitian ini adalah usia dan aktifitas fisik. Untuk
seluruh subyek, data variabel usia dan BB terdistribusi normal, sehingga dilakukan
43
44
hubungan yang tidak bermakna antara usia dengan BB pada seluruh subyek (r = -
0,053, p = 0,457). Untuk subyek laki-laki, data variabel usia dan BB terdistribusi
normal, sehingga dilakukan uji korelasi parametrik Pearson. Hasil uji parametrik
Pearson menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara usia dengan BB pada
Pearson. Hasil uji parametrik Pearson menunjukkan hubungan yang tidak bermakna
antara usia dengan BB pada subyek perempuan (r = - 0,133, p = 0,162). Hasil uji
bivariat untuk seluruh subyek, subyek laki-laki dan subyek perempuan dapat dilihat
Tabel 12. Hasil uji korelasi antara usia dengan BB pada seluruh subyek,
subyek laki-laki dan subyek perempuan
Variabel BB
r p
Usia a
- Seluruh subyek -0.053 0.457
- Subyek laki-laki -0,010 0,928
- Subyek perempuan -0,133 0,162
a= uji Pearson;
Data variabel aktivitas fisik pada seluruh subyek terdistribusi tidak normal
dan dilakukan uji korelasi parametrik Spearman. Hasil uji parametrik Spearman
menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara aktifitas fisik dengan BB pada
seluruh subyek (r = 0,060, p = 0,400). Data variabel aktivitas fisik pada subyek laki-
laki terdistribusi tidak normal dan dilakukan uji korelasi parametrik Spearman.
Hasil uji parametrik Spearman menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara
aktifitas fisik dengan BB pada subyek laki-laki (r = 0,074, p = 0,496). Data variabel
44
45
aktivitas fisik pada subyek perempuan terdistribusi tidak normal dan dilakukan uji
hubungan yang tidak bermakna antara aktifitas fisik dengan BB pada subyek
perempuan (r = 0,140, p = 0,140). Hasil uji bivariat untuk seluruh subyek, subyek
Tabel 13. Hasil uji korelasi antara akivitas fisik dengan BB pada seluruh
subyek, subyek laki-laki dan subyek perempuan
Variabel BB
r p
Aktivitas fisik b
- Seluruh subyek 0,060 0,400
- Subyek laki-laki 0,074 0,496
- Subyek perempuan 0,140 0,140
b= uji Spearman;
4.6 Korelasi variabel perancu (usia dan aktivitas fisik) dengan LILA
Untuk seluruh subyek, data variabel usia dan LILA terdistribusi normal,
sehingga dilakukan uji korelasi parametrik Pearson. Hasil uji parametrik Pearson
menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara usia dengan LILA pada
seluruh subyek (r = - 0,042 , p = 0,557). Untuk subyek laki-laki, data variabel usia
dan LILA terdistribusi normal sehingga dilakukan uji korelasi parametrik Pearson.
Hasil uji parametrik Pearson menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara
usia dengan LILA pada subyek laki-laki (r = - 0,028, p = 0,795). Untuk subyek
perempuan, data variabel usia dan LILA terdistribusi normal sehingga dilakukan
hubungan yang tidak bermakna antara usia dengan LILA pada subyek perempuan
(r = - 0,063, p = 0,512). Hasil uji bivariat untuk seluruh subyek, subyek laki-laki
45
46
Tabel 14. Hasil uji korelasi antara usia dengan LILA pada seluruh subyek,
subyek laki-laki dan subyek perempuan
Variabel LILA
r p
Usia a
- Seluruh subyek -0.042 0.557
- Subyek laki-laki -0,028 0,795
- Subyek perempuan -0,063 0,512
a= uji Pearson;
Data variabel aktivitas fisik pada seluruh subyek terdistribusi tidak normal
dan dilakukan uji korelasi parametrik Spearman. Hasil uji parametrik Spearman
menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara aktifitas fisik dengan LILA
pada seluruh subyek (r = 0,117, p = 0,100). Data variabel aktivitas fisik pada subyek
laki-laki terdistribusi tidak normal dan dilakukan uji korelasi parametrik Spearman.
Hasil uji parametrik Spearman menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara
aktifitas fisik dengan LILA pada subyek laki-laki (r = 0,046, p = 0,669). Data
variabel aktivitas fisik pada subyek perempuan terdistribusi tidak normal dan
menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara aktifitas fisik dengan LILA
pada subyek perempuan (r = 0,191, p = 0,044). Hasil uji bivariat untuk seluruh
subyek, subyek laki-laki dan subyek perempuan dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Hasil uji korelasi antara akivitas fisik dengan LILA pada seluruh
subyek, subyek laki-laki dan subyek perempuan
Variabel LILA
r p
b
Aktivitas fisik
- Seluruh subyek 0,117 0,100
- Subyek laki-laki 0,046 0,669
- Subyek perempuan 0,191 0,044*
b= uji Spearman; *= bermakna
46
47
4.7 Rangkuman hasil uji korelasi antara LILA dengan BB pada seluruh
subyek, subyek laki-laki maupun subyek perempuan
Variabel r p
LILA seluruh subyek 0,835 0,000 **
LILA subyek laki-laki 0,812 0,000**
LILA subyek perempuan 0,884 0,000**
** = sangat bermakna * = bermakna
r = koefisien korelasi
kelamin. Korelasi LILA terhadap BB yang paling bermakna terdapat pada subyek
perempuan.
4.8 Rangkuman hasil uji regresi linier antara LILA dengan BB pada seluruh
subyek, subyek laki-laki maupun subyek perempuan
BB dari LILA dari subyek laki-laki maupun perempuan. Nilai R2 tertinggi diperoleh
47
48
BAB V
PEMBAHASAN
sampel menjadi 2 subsampel atau kelompok yaitu kelompok pasien laki-laki dan
pasien perempuan. Jumlah sampel minimal yang diperlukan untuk tiap kelompok
yaitu sebesar 50 orang. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah
kategori adalah tepat. Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari
besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam
besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu
maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil
jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan
generalisasi.49
jumlah sampel lebih besar dari jumlah sampel minimal yaitu peneliti ingin
penelitian, secara teknis subyek penelitian mudah didapat dan tidak ada kendala
48
49
yang berarti dalam pemeriksaan subyek penelitian apabila melebihi jumlah sampel
Pada penelitian ini, berdasarkan jenis kelamin, rerata LILA lebih besar
pada laki-laki daripada perempuan (27.7 ± 4.4 cm dan 26.9 ± 4.77 cm) dan rerata
BB subyek laki-laki didapatkan lebih besar daripada subyek perempuan. Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya6 bahwa LILA laki-laki lebih besar dari
perbedaan dalam pola deposisi lemak. Setelah pubertas, perempuan lebih banyak
secara umum laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan
perempuan dan LILA berkorelasi positif dengan massa otot tubuh total.51 Hal ini
sesuai juga dengan penelitian sebelumnya52 dimana aktivitas fisik yang tinggi pada
laki-laki berhubungan dengan lean body mass yang lebih tinggi, tetapi tidak
berhubungan dengan massa lemak yang lebih rendah. LILA juga berkorelasi erat
dengan BB.51
menjadi penting pula untuk mengukur berat badan dan tinggi badan dengan tepat.
Di rumah sakit, ketepatan perhitungan BB aktual pasien biasanya sangat sulit atau
tidak mungkin dilakukan karena berbagai sebab, misalnya pasien tidak dapat berdiri
melaporkan BB dibawah BB biasanya, serta tidak tersedia alat yang mampu untuk
49
50
mengukur BB pasien sambil tiduran. Sampai alat ini tersedia, tetap dibutuhkan
perkiraan BB pada situasi seperti ini. Kebutuhan untuk memperkirakan BB ini lebih
Ketika pasien tidak dapat ditimbang BB, LILA dapat memperkirakan BB.
Penurunan LILA dapat berhubungan dengan hilangnya massa lemak atau massa
dimana 10% perubahan pada LILA akan berhubungan dengan 10% perubahan BB.
Disamping itu LILA baik untuk memprediksikan berat badan pada remaja dan
dewasa dibandingkan pada anak-anak.7,15 Hasil analisis statistik pada penelitian ini
total subyek penelitian (r= 0.835, p = 0.000), kelompok subyek laki-laki (r= 0.812,
baik pada total subyek penelitian, kelompok subyek laki-laki dan kelompok subyek
perempuan.
Nilai LILA dan BB dipengaruhi oleh faktor perancu seperti usia dan
aktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia dan aktivitas fisik tidak
memiliki korelasi yang bermakna dengan BB pada seluruh subyek, subyek laki-laki
mapun subyek perempuan, begitu juga dengan hasil korelasi usia dan aktivitas fisik
terhadap LILA. Pada penelitian ini terdapat nilai korelasi bermakna pada korelasi
antara aktivitas fisik dengan LILA pada subyek perempuan tetapi besar korelasinya
lemah sehingga dapat dikesampingkan. Aktivitas fisik yang lebih tinggi pada laki-
50
51
laki memang menyebabkan appendicular lean mass yang lebih tinggi, tetapi tidak
berhubungan dengan massa lemak yang lebih rendah.52 Banyaknya faktor lain yang
Usia subyek pada penelitian ini diatas 18 tahun, tetapi tidak dibatasi batas
maksimal usia subyek. Nilai LILA tidak berbeda pada usia dibawah 14 tahun,
namun diatas usia 14 tahun nilai LILA cenderung naik pada kelompok laki-laki.53
Walaupun demikian, perlu diingat bahwa terkait proses menua terjadi sarkopenia
yaitu hilangnya lean body mass disertai penurunan fungsi sebesar 3-8% per dekade
sehingga ukuran LILA tidak selalu dapat mencerminkan status gizi lansia dan
dalam serabut otot yang sering disebut dengan sarkopeni obesitas akan
mempengaruhi komposisi tubuh lansia dan bisa saja membuat hasil pengukuran
LILA pada lansia tidak terpengaruh oleh adanya penurunan lean body mass. Hasil
hati-hati karena adanya penurunan elastisitas kulit LILA terkait proses menua. 32,54
Akibat pengukuran LILA yang tidak tepat seperti terlalu kencang menarik pita
meteran pada saat melingkari LILA pada lansia menyebabkan kesalahan dalam
Tetapi, jumlah pasien lansia sebesar 16% dari total subyek penelitian
dikesampingkan. Disamping itu, pada penelitian ini usia terbukti tidak memiliki
korelasi yang bermakna dengan BB dan LILA secara statistik, karena banyak faktor
51
52
dan LILA seperti jenis kelamin, hormon, aktivitas fisik dan lain-lain.
berbagai hasil penelitian. Pada penelitian lain dengan menggunakan data sekunder
dari NHNES 2011-2012 menunjukkan bahwa pada individu usia >16 tahun,
korelasi antara lingkar lengan atas dengan BB memiliki koefisien korelasi sebesar
0.96 serta didapatkan rumus BB = 4x LILA -50 cm.7 Pada lansia usia diatas 60 di
Kerala India juga ditemukan hasil yang sama dengan kekuatan korelasi kuat (r=
0.708, p= < 0.001) dengan persamaan BB=2,037 LILA (cm) + 0,069.55 Pada pasien
geriatri di China usia > 60 tahun ditemukan formula perkiraan berat badan untuk
laki-laki BB= [0,928 tinggi lutut + 2,508 LILA – 0,144 Umur] – 42,543 ± 9,9 kg
dan untuk perempuan BB = [0,826 tinggi lutut + 2,116 LILA – 0,133 Umur] –
31,486 ± 10,1 kg.56 Di Indonesia sendiri, telah dilakukan penelitian pada akhir tahun
2018 dengan formula BB = 2,863 LILA (cm) – 4,019 jenis kelamin -14,533, tetapi
pada formula ini tidak memakai sampel atau subyek orang sakit, melainkan orang
sehat dan juga membatasi usia penelitian.8 Penelitian ini menggunakan sampel
orang sakit, memisahkan formula berdasarkan jenis kelamin dan tidak membatasi
kadar hormon yang berkaitan dengan akumulasi lemak dalam tubuh, tidak
etnis yang ada di Indonesia dan perubahan diet yang berhubungan dengan kenaikan
52
53
BAB VI
5.1 Simpulan
perempuan dewasa.
5.2 Saran
- Perlu dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih besar dan penelitian
kadar hormon spesifik yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti insulin,
kortisol, GH, esterogen dan tiroid yang berperan dalam akumulasi lemak
Indonesia.
53
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Melo APF, de Salles RK, Vieira FGK, Ferreira MG. Methods for estimating
body weight and height in hospitalized adults: A comparative analysis. Rev
Bras Cineantropometria e Desempenho Hum. 2014;16(4):475–84.
6. Nestor BB JP, Manuel FF, Jose GOG ID. Relationship between mid-upper arm
circumference and body mass index in inpatients. PLoS One. 2016;11(8):1–10.
7. Cattermole GN, Graham CA, Rainer TH. Mid-arm circumference can be used
to estimate weight of adult and adolescent patients. Emerg Med J.
2017;34(4):231–6.
9. Cattermole GN, Leung PYM, Mak PSK, Graham CA, Rainer TH. Mid-arm
circumference can be used to estimate children’s weights. Resuscitation.
54
55
2010;81(9):1105–10.
10. Buckley RG, Stehman CR, Dos Santos FL, Riffenburgh RH, Swenson A, Mjos
N, et al. Bedside method to estimate actual body weight in the emergency
department. J Emerg Med. 2012;42(1):100–4.
18. Wells JCK, Fewtrell MS. Measuring body composition. Arch Dis Child.
2006;91(7):612–7.
55
56
20. Kyle UG, Bosaeus I, De Lorenzo AD, Deurenberg P, Elia M, Gómez JM, et al.
Bioelectrical impedance analysis - Part I: Review of principles and methods.
Clin Nutr. 2004;23(5):1226–43.
22. Nuttall FQ. Body mass index: Obesity, BMI, and health: A critical review. Nutr
Today. 2015;50(3):117–28.
26. Brown LM, Clegg DJ. Central effects of estradiol in the regulation of food
intake, body weight, and adiposity. J Steroid Biochem Mol Biol. 2010;122(1–
3):65–73.
29. Moon JR. Body composition in athletes and sports nutrition: An examination
of the bioimpedance analysis technique. Eur J Clin Nutr. 2013;67(S1):S54–9.
30. Bowen L, Taylor AE, Sullivan R, Ebrahim S, Kinra S, Krishna KR, et al.
56
57
Associations between diet, physical activity and body fat distribution: A cross
sectional study in an Indian population. BMC Public Health. 2015;15(1).
33. Fearon K, Strasser F, Anker SD, Bosaeus I, Bruera E, Fainsinger RL, et al. Defi
nition and classifi cation of cancer cachexia : an international consensus.
Lancet Oncol. 12(5):489–95.
34. Herring SJ, Rose MZ, Skouteris H, Oken E. Optimizing weight gain in
pregnancy to prevent obesity in women and children. Diabetes Obes Metab.
2012;14(3):195–203.
36. Smith S. Nutritional assessment in practice- current & future. The Parenteral
and Enteral Group of the British Dietetic Association; 2016. 333-5 hal.
37. Witjaksono Fiatuti, Sukmaniah Sri, Permadhi Inge, Sunardi Diana, Andayani
DE, Manikam NRM dkk. Buku Ajar Diagnosis dan Terapi Medik Penyakit
Gizi Utama. Jakarta: UI Press; 2018. 29-30 hal.
39. Binns P, Dale N, Hoq M, Banda C, Myatt M. Relationship between mid upper
arm circumference and weight changes in children aged 6-59 months. Arch
Public Heal. 2015;73(1):1–10.
57
58
40. Modi P, Nasrin S, Hawes M, Glavis-Bloom J, Alam NH, Hossain MI, et al.
Midupper Arm Circumference Outperforms Weight-Based Measures of
Nutritional Status in Children with Diarrhea. J Nutr. 2015;145(7):1582–7.
42. Fakier A. Mid Upper Arm Circumference : A surrogate for Body MAss Index
in Pregnant Women. Univ Cape T. 2015;
44. Hymers. The use of Mid Upper Arm Circumference in the Nutritional
assessment of the Critically Ill patient. Crit Care Neurosci. 2009;1–3.
45. Asiimwe SB, Muzoora C, Wilson LA, Moore CC. Bedside measures of
malnutrition and association with mortality in hospitalized adults. Clin Nutr.
2015;34(2):252–6.
46. Lizo Garcia AK, Castro RA. Comparison of Actual and Estimated Body
Weight Using Mid Upper Arm Circumference, Broselow Tape and Advanced
Pediatric Life Support (APLS) Formula Among Children Age 1 to 12 Years
Old. Pediatr Ther. 2017;07(01):1–6.
47. Dahlan M. Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Edisi 3.
Jakarta; 2010. 99-100 hal.
49. Uma Sekaran. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: salemba empat; 2006.
50. Shigeta Y, Enciso R, Ogawa T, Ikawa T, Clark GT. Cervical CT derived neck
58
59
fat tissue distribution differences in Japanese males and females and its effect
on retroglossal and retropalatal airway volume. Oral Surgery, Oral Med Oral
Pathol Oral Radiol Endodontology. 2008;106(2):275–84.
52. Bann D, Kuh D, Wills AK, Adams J, Brage S, Cooper R. Physical activity
across adulthood in relation to fat and lean body mass in early old age: Findings
from the medical research council national survey of health and development,
1946-2010. Am J Epidemiol. 2014;179(10):1197–207.
55. Philip J, Zacharia I, Paul S BA. Estimating height and weight in old-age from
other anthropometric measurements - a community based cross-sectional study
from central Kerala. Int J Med Sci Public Heal. 2017;6:1.
56. Jung MY, Chan MS, Chow VS, Chan YT L, PF LE et al. Estimating geriatric
patient’s body weight using the knee height caliper and midarm circumference
in Hong Kong Chinese. Asia Pac J Clin Nutr. 2004;13(3):261–4.
59
60
Saudara Yth,
1. Perkenalkan saya Fiona Desi Amelia, mahasiswa Program Pendidikan
Dokter Spesialis I Gizi Klinis FK UNDIP yang sedang melakukan penelitian
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar dokter spesialis gizi klinik.
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah LILA dapat
digunakan sebagai cara untuk memperkirakan BB pada pasien dewasa di
Indonesia. Manfaat penelitian ini di bidang ilmiah adalah untuk mendapatkan
formula/rumus dengan menggunakan LILA untuk memperkirakan BB pasien
dewasa yang tidak bisa ditimbang BB- nya yang tepat digunakan di
Indonesia. Manfaat penelitian ini di bidang pelayanan adalah LILA dapat
digunakan sebagai alat pemeriksaan klinik untuk memperkirakan BB yang
praktis, mudah dan sederhana dalam praktik sehari-hari. Manfaat bagi subyek
adalah mengetahui BB pasien selama pengobatan di RS.
3. Sehubungan dengan keperluan tersebut, mohon kesediaan dan partisipasinya
untuk menjadi subyek penelitian saya. Partisipasi anda dalam penelitian ini
bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan.
4. Pada penelitian ini, saudara akan diukur berat badan dengan menggunakan
timbangan, diukur tinggi badan dengan menggunakan stadiometer, diukur
lingkar lengan atas dengan menggunakan pita meteran, dan diberikan
60
61
Setelah mendengar dan memahami penjelasan dari penelitian, dengan ini saya
Nama :
Umur/Jenis kelamin :
Alamat :
No.telp :
SETUJU/TIDAK SETUJU
Semarang ................................
61
62
NO KODE
Nama
Usia
Tempat Tanggal Lahir
Alamat
HP
62
63
Saya akan menanyakan tentang aktivitas fisik saudara selama 7 hari terakhir.
Saudara dimohon untuk menjawab setiap pertanyaan, bahkan jika saudara merasa
bukan orang yang aktif. Pikirkan tentang aktivitas yang saudara lakukan saat
bekerja, dirumah, berangkat dari satu tempat ke tempat yang lain, saat rekreasi,
maupun saat olahraga.
Sekarang, pikirkan segala hal mengenai aktivitas berat yang memerlukan usaha
fisik yang keras yang saudara lakukan selama 7 hari terakhir. Aktivitas fisik yang
berat akan membuat saudara bernafas lebih keras dari normal dan mencakup seperti
angkat berat, menggali, aerobic, atau sepeda cepat. Pikirkan hanya aktivitas yang
saudara lakukan minimal 10 menit dalam satu waktu.
1. Selama 7 hari terakhir, berapa hari saudara melakukan aktivitas fisik yang
berat?
________ hari/minggu
________ tidak tahu/tidak yakin
(jika menjawab tidak ada atau tidak tahu lanjut ke pertanyaan 3)
2. Berapa lama waktu yang saudara habiskan untuk mengerjakan aktivitas fisik
berat tersebut?
________jam/hari
________menit/hari
________tidak tahu/tidak yakin
Sekarang, pikirkan tentang aktivitas fisik yang memerlukan usaha fisik sedang
dalam waktu 7 hari terakhir. Misalnya membawa beban yang ringan, bersepeda
pada kecepatan regular atau tenis ganda, tapi tidak termasuk berjalan. Sekali lagi,
pikirkan hanya aktivitas yang saudara lakukan selama minimal 10 menit
3. Selama 7 hari terakhir, berapa hari saudara melakukan aktivitas fisik
sedang?
_______ hari/minggu
________ tidak tahu/tidak yakin
(jika menjawab tidak ada atau tidak tahu lanjut ke pertanyaan 5)
63
64
4. Berapa lama waktu yang saudara habiskan untuk mengerjakan aktivitas fisik
berat tersebut?
________jam/hari
________menit/hari
________tidak tahu/tidak yakin
Sekarang, pikirkan tentang waktu yang saudara habiskan untuk berjalan selama 7
hari terakhir. Termasuk di tempat kerja dan dirumah, berjalan dari satu lokasi ke
lokasi yang lain, atau berjalan yang kita lakukan hanya untuk rekreasi, santai
ataupun olahraga.
Sekarang, pikirkan tentang waktu yang saudara habiskan untuk duduk selama 7 hari
terakhir. Termasuk saat kerja, dirumah, atau saat santai seperti mengunjungi teman,
membaca dan berbaring atau duduk sambil menonton TV
7. Selama 7 hari terakhir, berapa lama waktu yang saudara habiskan untuk
duduk?
________jam/hari
________menit/hari
________tidak tahu/tidak yakin
64
65
Skor kategorikal
Tiga kategori aktivitas fisik
Kategori 1 - Tingkat aktivitas fisik yang rendah:
Orang-orang yang tidak memenuhi kriteria untuk kategori 2 atau 3 dimasukkan ke
dalam kategori ini dan dianggap memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah.
Kategori 2- Tingkat aktivitas fisik sedang:
• Setidaknya 20 menit aktivitas intensitas penuh per hari selama tiga hari atau lebih
per minggu ATAU
• Setidaknya 30 menit aktivitas intensitas sedang per hari selama 5 hari atau lebih
per minggu
ATAU
• Lima hari atau lebih kombinasi aktivitas berjalan, intensitas sedang, atau
intensitas tinggi mencapai minimum. Total aktivitas fisik minimal 600 MET menit
/ minggu.
Kategori 3- Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
• Aktivitas intensitas tinggi setidaknya 3 hari mencapai minimum total aktivitas
fisik minimal 1500 MET-menit / minggu ATAU
• Lima hari atau lebih kombinasi aktivitas berjalan, intensitas sedang, atau
intensitas tinggi mencapai minimum. Total aktivitas fisik minimal 3000 MET-
menit / minggu.
65
66
66
67
BB subyek laki-laki
67
68
BB subyek perempuan
68
69
69
70
Regression
70
71
Regression
71
72
Regression
72
73
73
74
74
75
75