Dosen Pembimbing :
Rahayu Budi Utami, S.Kep.Ns.,M.Kes
Disusun Oleh :
Duwi Nur Dianti
202014201004
• Tujuan Penyuluhan
Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan ibu-ibu dapat mengetahui tentang Diare dan
penatalaksanaannya di rumah.
Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, diharapkan :
Peserta dapat menjelaskan pengertian diare
Peserta dapat menjelaskan penyebab diare
Peserta dapat menjelaskan jenis diare
Peserta dapat menjelaskan Komplikasi diare
Peserta dapat menjelaskan pengobatan diare di rumah
• Materi Penyuluhan
Terlampir
• Metode
Ceramah
• Media
Power Point Presentation
• Kegiatan penyuluhan
No. Tahap Kegiatan Waktu
1. Pembukaan Mengucap salam 10 menit
Perkenalan
Pendekatan dengan pesarta
Menggali pengetahuan ibu tentang Diare
dan penatalaksanannya
• Evaluasi
Pelaksanaan
Tanggal / Jam : Oktober 2021
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : STIKes Satria Bhakti Nganjuk
Komplikasi Diare
Komplikasi diare adalah dehidrasi yaitu kekurangan cairan. Terdapat 3 keadaan akibat
dehidrasi, yaitu:
1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% Berat Badan). Tandanya anak tetap
aktif, keinginan untuk minum seperti biasa karena rasa haus tidak meningkat, kelopak
mata tidak cekung, buang air kecil (BAK) sering.
2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% Berat Badan). Tandanya
anak gelisah atau rewel, anak ingin minum terus karena rasa haus meningkat, kelopak
mata cekung, BAK mulai berkurang.
3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% Berat Badan). Tandanya anak
lemas atau tidak sabar, tidak dapat minum, kelopak mata sangat cekung, pada uji
cubit kulit kembali lebih dari 2 detik. Agar lebih mudah gunakan kulit perut.
Untuk menilai kondisi dehidrasi pada anak ada 4 parameter yang bisa digunakan yaitu
aktivitas, rasa haus, kelopak mata, buang air kecil, dan uji turgor atau uji cubit. Lihat kelopak
mata anak, apakah cekung atau tidak. Anak harus kencing dalam waktu 6-8 jam, jika lebih
dari 8 jam tidak kencing maka dehidrasi ringan. Untuk anak yang lebih besar batas
kencingnya 12 jam. Uji cubit paling gampang dilakukan pada kulit perut, kulit harus kembali
dalam 2 detik.
• Apakah ada gejala dehidrasi. Dehidrasi ini berbahaya. Jika ada tanda-tanda dehidrasi,
sebaiknya segera dibawa ke dokter. Kalau tidak ada, anak dapat dirawat di rumah.
Anak dengan dehidrasi ringan, tetapi anak tidak mau makan dan minum atau muntah
setiap makan dan minum, juga harus dibawa ke dokter.
• Apakah tinja berwarna merah (disertai darah). Kemungkinan diagnosisnya adalah
disentri, yang bisa disebabkan oleh bakteri ataupun amuba. Pada diare ini, maka perlu
dibawa ke dokter untuk mendapatkan tatalaksana yang tepat.
Tatalaksana Diare di Rumah
Diare adalah mekanisme tubuh mengeluarkan racun, bakteri, virus. Anak-anak tidak boleh
dihentikan diarenya, karena menghambat pergerakan usus. Seolah-olah diarenya berhenti tapi
di dalam masih berlangsung. Efek sampingnya usus lecet. Jadi, yang bisa Bunda lakukan
antara lain:
• Terusakan pemberian ASI jika anak masih menyusu pada Bunda, diperbanyak
kuantitas dan frekuensi pemberiannya.
• Rehidrasi. Berikan cairan lebih dari biasanya. Berikan cairan rehidrasi oral khusus
anak (oralit anak) yang mengandung elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Anak yang diare jangan hanya diberi air saja, sebaiknya diberikan cairan yang
mengandung elektrolit (natrium, kalium) dan kalori. Jangan menggunakan oralit
dewasa, karena osmolaritasnya lebih tinggi. Pada tahun 2004 WHO bersama UNICEF
mengumumkan kesepakatan mengubah penggunaan cairan rehidrasi oral yang lama
menjadi cairan rehidrasi oral yang memiliki osmolaritas rendah (hipoosmolar). Oralit
dewasa bisa digunakan asalkan dincerkan 2x, misal yang harusnya 1 sachet untuk 200
ml, maka dibuat 1 sachet untuk 400 ml. Atau Bunda bisa membuat larutannya sendiri.
Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) :
Larutan Garam-Gula Larutan Garam-Tajin
Bahan terdiri dari 1 sendok teh Bahan terdiri dari 6 (enam) sendok
gula pasir, seperempat sendok makan munjung (100 gram)
teh garam dapur dan 1 gelas tepung beras, 1 (satu) sendok teh
(200 ml) air matang. Setelah (5 gram) garam dapur, 2 (dua) liter
diaduk rata pada sebuah gelas air. Setelah dimasak hingga
diperoleh larutan garam-gula mendidih akan diperoleh larutan
• Selain cairan rehidrasi oral hipoosmolar, WHO dan UNICEF juga merekomendasikan
penggunaan zinc sebagai terapi tambahan untuk diare yang diberikan selama 10-14
hari walaupun diare sudah berhenti. Kedua cara ini dinilai sederhana dan murah.
Manfaat zinc yaitu dapat meningkatkan imunitas, mengurangi lama, tingkat
keparahan dan komplikasi diare serta mencegah berulangnya kejadian diare 2-3 bulan
setelah pengobatan. Di indonesia pemberian zinc bersama cairan rehidrasi oral
hipoosmolar juga direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan
sudah mulai diperkenalkan sejak bulan februari 2007. Zinc tersedia dalam bentuk
tablet dan sirup, bentuk tablet adalah tablet dispersible yang dalam waktu 30 detik
atau kurang dari 60 detik telah larut dalam 5 ml air putih atau air susu. Cara
pemberiannya tergantung pada umur anak yaitu untuk anak berusia kurang dari 6
bulan diberikan zinc sebanyak 10 mg sekali sehari selama 10-14 hari, sedangkan pada
anak yang berusia lebih dari 6 bulan diberikan sebanyak 20 mg sekali sehari selama
10- 14 hari. Anak jangan dipuasakan. Makanan harus tetap diberikan tapi hindari
sayuran karena serat susah dicerna sehingga bisa meningkatkan frekuensi diarenya.
Buah-buahan juga dihindari kecuali pisang dan apel karena mengandung kaolin,
pektin, kalium yang berfungsi memadatkan tinja serta menyerap racun.
• Obat yang boleh diberikan yaitu biakan bakteri hidup seperti lactobacillus. Contohnya
Lacto-B, Lacto Bio, Protezin, dll.
• Karena penyebab tersering adalah virus, maka tidak diperlukan antibiotik kecuali
pada kasus yang terbukti ada infeksi bakteri misalnya penyakit kolera yang
disebabkan Vibrio cholerae, penyakit disentri yang disebabkan bakteri atau amuba
dengan ciri-ciri fesesnya bau sekali, ada lendir, darah, anaknya merasa sakit sekali
saat mau BAB. Untuk membuktikan infeksi bakteri dilakukan dengan pemeriksaan
feses rutin. Antibiotik yang digunakan harus berdasarkan resep dokter dan
harus dihabiskan untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap
antibiotik tersebut!
Pencegahan Diare
• Mencuci tangan. Anak harus diajarkan untuk mencuci tangannya, sedangkan pada
bayi sering dilap tangannya. Bunda pun juga harus sering mencuci tangan, terutama
saat memberi makan pada anak dan setelah memegang sesuatu yang kotor seperti
setelah membersihkan kotoran bayi atau anak.
• Tutup makanan dengan tudung saji.
• Masak air minum dan makanan hingga matang.
• Jaga kebersihan makanan dan minuman, berikan ASI eksklusif minimal 6 bulan
karena ASI mengandung immunoglobulin. Untuk bayi yang "terpaksa" menggunakan
susu formula, maka dotnya harus dicuci bersih dan disterilkan dengan baik.