BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
4. Bijih Kompleks
6
(a) (b)
2.3 Kalsinasi
Proses kalsinasi didefinisikan sebagai pengerjaan bijih pada temperatur
tinggi tetapi masih di bawah titik leleh tanpa disertai penambahan reagen dengan
maksud untuk mengubah bentuk senyawa dalam konsentrat. Kalsinasi juga
merupakan proses perlakuan panas yang dilakukan terhadap bijih agar terjadi
dekomposisi dan senyawa yang berikatan secara kimia dengan bijih yaitu karbon
dioksida dan air yang bertujuan mengubah suatu senyawa karbon menjadi
senyawa oksida yang sesuai dengan keperluan pada proses selanjutnya. Proses
yang dilakukan adalah pemanggangan dengan temperatur yang bervariasi
bergantung dari jenis senyawa karbonat. Kebanyakan senyawa karbonat
berdekomposisi pada temperatur rendah. Contoh, MgCO3 pada temperatur 417oC,
MnCO3 pada 377oC, dan FeCO3 pada 400oC [Arief, 1994]. Tetapi untuk kalsium
karbonat diperlukan suhu 900oC untuk melakukan dekomposisi hal ini
dikarenakan ikatan kimia yang cukup kuat pada air kristal.
Pengeringan yang dilakukan dalam tahap kalsinasi ini bertujuan untuk
melepaskan air yang terikat di dalam konsentrat dengan cara penguapan.
Pelaksanannya dilakukan dengan cara pemanasan sedikit di atas titik uap air, atau
dengan mengatur tekanan uap air di dalam konsentrat harus lebih besar dari pada
tekanan uap air di sekitarnya. Pada prakteknya, tekanan uap air di dalam
konsentrat harus lebih besar dari tekanan atmosfir agar kecepatan penguapan
dapat berlangsung lebih cepat. Prinsip ini adalah prinsip kalsinasi.
Reaksi kalsinasi batu kapur :
CaCO3 (800oC) = CaO (1000oC) + CO2 (900oC) , ΔHo = 42,5 Kcal ….......................…(1)
8
=- RT ln , …..................................….(4)
dan , = 1 atm
CaCO3 = CaO + CO2
ΔG0 = 40.250 – 34,4 T kal/mol
maka
ΔGº =0
40.250 = 34,4 T
T = 1170 K = 873ºC
Senyawa karbonat lainnya umumnya terdekomposisi pada temperatur
yang lebih rendah dari pada temperatur dekomposisi kalsium karbonat. Misalnya
MgCO3 pada 417ºC, MnCO3 pada 377ºC dan FeCO3 pada 400ºC [Arief, 1994].
Kalsinasi adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas hal ini
dapat dilihat dari nilai ΔGo yang positif. Panas diperlukan untuk melepas ikatan
kimia dari air kristal karena dengan panas maka ikatan kimia akan menjadi
9
renggang dan pada temperatur tertentu atom - atom yang berikatan akan bergerak
sangat bebas menyebabkan terputusnya ikatan kimia. Panas juga diperlukan untuk
mengoksidasi batu kapur menjadi oksidanya.
Salah satu proses reaksi adalah reaksi kalsinasi batu kapur. Pada saat
proses kalsinasi, batu kapur umumnya dipanaskan hingga mencapai 900oC. Energi
panas yang dihasilkan oleh furnace mengalir secara konduksi ke seluruh bagian
permukaan batu kapur. Panas tersebut cukup untuk menguraikan batu kapur
menjadi oksidanya dan gas karbon dioksida. Proses penguraian tersebut
menyebabkan massa dari batu kapur berkurang. Panas tidak hanya bergerak ke
permukaan tetapi juga berdifusi kedalam batu kapur.
Laju dari kalsinasi batu kapur bergantung pada bentuk dan ukuran dari
butiran batu kapur serta temperatur dan lama pemanasan yang digunakan.
Semakin bulat bentuk butiran maka proses pemanasan akan semakin efektif
karena panas dapat berdifusi secara bebas dari segala sudut permukaan butir
sehingga distribusi panas merata dan reaksi kalsinasi dapat maksimal. Semakin
tinggi suhu maka waktu yang diperlukan untuk reaksi dekomposisi semakin cepat.
Pada percobaan kali ini digunakan batu kapur dengan bentuk bulat.
(7)
Keterangan : R = laju reaksi berdasarkan fraksi yang bereaksi
Wo = berat mineral awal
W = berat mineral akhir
11
Dalam furnace ada tiga zone pemanasan dalam kalsinasi yakni [Rosenqvist,
1974]:
1. The preheating zone
Batu kapur dipanaskan sampai 800oC, belum terjadi reaksi kalsinasi.
2. The reaction zone
Batu kapur dipanaskan dengan suhu 900oC, temperatur efektif untuk proses
kalsinasi batu kapur. Dalam zone ini terjadi reaksi kalsinasi.
3. The cooling zone
Batu kapur yang dipanaskan, dalam zone ini didinginkan sampai suhu 100oC.
12
Fasa nikel ferit yang homogen diperoleh pada temperatur kalsinasi 600 °C,
sedangkan pada 1000 °C muncul fasa αFe2O3. Pada saat sintering fasa nikel feat
semakin. banyak. Nikel ferit yang dihasilkan mempunyai parameter kisi 8,339 ±
0,03 A°.
BAB III
METODE PENELITIAN
Memasukkan batu kapur ke dalam muffle furnace dengan suhu 700 0 C,800 0C,900 0 C
Data
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
14
15
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
D = 1,723 cm
3
900 5 9.8 9.2 1,01
D = 2,24 cm
Dimana dapat diperoleh bahwa semakin tinggi suhu maka berat sampel
semakin banyak yang berkurang dan semakin tinggi.
4.2 Pembahasan
Kalsinasi adalah perlakuan termal suatu bijih atau berkonsentrasi untuk
efek dekomposisi dan penghapusan produk volatile, biasanya CO2, uap air, atau
gas lainnya.Oleh karena itu, sebaliknya dengan pengeringan, kalsinasi melibatkan
16
17
penghapusan H2O, CO2, dan lainnya yang secara kimiawi terikat seperti
misalnya hidrat atau karbonat.
Lost Lost
Chemically bound
Material Free water Completely dehydrated
H2O, CO2
and calcined mayetial
Drying Calcination
Interesting Temparature
Laju dari kalsinasi batu kapur sangat bergantung pada bentuk dan ukuran
dari butiran batu kapur serta temperatur dan lama pemanasan yang digunakan.
Semaki bulat bentuk butiran maka proses pemanasan akan semakin efektif karena
panas dapat berdifusi secara bebas dari segala sudut permukaan butir sehingga
distribusi panas merata dan reaksi kalsinasi dapat maksimal. Semakin tinggi suhu
maka waktu yang diperlukan untuk reaksi dekomposisi semakin cepat.
Dengan adanya panas maka ikatan antar molekul dan senyawa menjadi
renggang akibat atom-atom yang menjadi aktif bergerak, ikatan kimia air kristal
batu kapur akan terlepas pada saat temperatur mencapai kritisnya. Menurut aspek
termodinamikanya, nilai PCO2 hanya bergantung pada variabel temperatur dan
berbanding lurus. Dengan ukuran dan bentuk butiran yang sama, semakin tinggi
temperatur semakin cepat proses dekomposisi.
Pada temperatur 900oC batu kapur menjadi mudah terdekomposisi karena
ikatan kimianya menjadi renggang. Batu kapur mudah terurai menjadi oksidanya
21
dan karbon dioksida. Sehingga penghilangan air kristal serta penguapan karbon
dioksida berdampak terhadap berat dari batu kapur. [ Sumber : Chemical
Principles of Materials Production Prof.Dr. Yavuz A. TOPKAY]
22
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dan grafik yang telah dibuat,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam proses kalsinasi variabel temperatur dan bentuk sampel
berpengaruh terhadap banyak sedikitnya berat gas-gas seperti H2O dan
CO2 pada batu kapur yang hilang.
2. Semakin besar temperaturnya, maka jumlah gas Co2 yang menguap akan
semakin besar pula. Terbukti bahwa suatu sampel batu kapur apabila
dipanaskan sebesar 7000C menghasilkan Pco2 0,4335, apabila temperatur
ditambah menjadi 8000C menghasilkan Pco2 0,688, dan apabila ditambah
lagi menjadi 9000C maka nilai Pco2 meningkat lagi menjadi 1,01. Serta berat
yang hilang pada batu kapur semakin banyak pula, dikarenakan pada
temperatur 900oC batu kapur menjadi mudah terdekomposisi karena ikatan
kimianya menjadi renggang. Batu kapur mudah terurai menjadi oksidanya
dan karbon dioksida. Sehingga penghilangan air kristal serta penguapan
karbon diokasida berdampak terhadap berat dari batu kapur.
22
23
DAFTAR PUSTAKA
23
24
LAMPIRAN
24
25
1. Hitung proses.
Jawab :
Untuk suhu 700 oC
CaCO3 = CaO + CO2
T = 700oC = 973oK
∆GTo = 40.250 − 34,3T Kal mol
∆G = - RT Ln K
[ CaO ][ CO2 ]
K=
[ CaCO 3 ]
K = [ CO 2 ]
K=
Log
= -0,063
Pco 2 = 0,4335
26
K = Pco 2
K = Pco 2
Log Pco 2
= -0,1625
Pco 2 = 0,688
[ CaO ][ CO2 ]
K=
[ CaCO 3 ]
K = [ CO 2 ]
K = Pco 2
Log Pco 2
= 0.0045
Pco 2 = 1,01