PEMBIMBING SEBAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan Bimbingan Konseling di sekolah bertujuan agar siswa dapat
menemukan pribadi,mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan:
1. Menemukan pribadi,maksudnya adalah agar siswa mengenal kekuatan dan
kelemahan diri sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal
penggembangan lebih lanjut.
2. Mengenal lingkungan,maksudnya adalah agar siswa mengenal secara
obyektif lingkungan sosial dan ekonomi lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan
norma, maupun lingkungan fisik dan menerima semua kondisi lingkungan itu
(lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat) secara positif dan dinamis pula.
3. Merencanakan masa depan, maksudnya adalah agar siswa mampu
mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depannya
sendiri ,baik yang menyangkut pendidikan, karir dan keluarga. (Prayitno: 1999)
Pada masa SLTA, antara 15 tahun sampai dengan 21 tahun merupakan masa
remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Mereka banyak mengalami konflik karena adanya perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan-perubahan itu meliputi
perubahan fisik, psikhis dan sosial.
Untuk itu peran Guru Bimbingan Konseling (BK), menjadi sangat penting,karena
dalam upaya mencapai tujuan seperti yang telah diuraikan di atas siswa
mengalami hambatan-hambatan yang tidak mampu diatasinya sendiri, mereka
butuh orang lain yang dapat membantu dan mau mengerti keadaan dirinya serta
masalah-masalah yang dihadapinya. akan tetapi tidak semua orang bisa menjadi
orang yang mau mengerti dan membantu kesulitan-kesulitannya itu, Guru BK
adalah salah satu orang yang diharapkan oleh siswa untuk membantu
memecahkan dan mengatasi berbagai permasalahan yang sedang dihadapinya,
sesuai perkembangan usianya sebagai remaja yang sedang berada dalam masa
pancaroba yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa
remaja juga merupakan masa pencarian jati diri dan identitas diri sehingga
mereka mengalami banyak gejolak.
Kenyataan di lapangan bahwa tugas guru BK itu sangat banyak antara lain:
tugas analisa data siswa, tugas pengusulan berbagai macam beasiswa, tugas
mengatasi masalah-masalah yang terjadi di sekolah, dan tugas-tugas lain baik
yang berhubungan dengan Layanan Bimbingan dan Konseling maupun tugas
yang tidak ada hubungannya dengan Layanan Bimbingan dan Konseling.
Apalagi rasio Guru BK dengan jumlah siswa sangat tidak seimbang, bila
pemerintah telah menetapkan tiap satu Guru BK mengampu 150 siswa atau
1:150 saja, dirasa masih terlalu berat, yang terjadi di lapangan rasio bisa
mencapai 1:250, bahkan lebih, sehingga banyak tugas BK yang terbengkalai,
terutama tugas-tugas administrasi.
Disamping itu letak geografis sekolah seperti yang ada di SMA N 1 Cangkringan
yang berada di lereng Gunung Merapi, dan sebagian besar siswanya berasal
dari daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh transportasi umum dan
jaraknya cukup jauh dari kampus, membuat Guru BK sering mengalami kesulitan
dalam melakukan Home Visit
Siswa kadang-kadang kurang terbuka dalam mengungkapkan masalahnya
kepada Guru BK, karena ada perasaan sungkan, malu dan takut, jangan-jangan
bila permasalahannya diuangkapkan nilai pelajarannya akan jelek atau bahkan
tidak naik kelas, ini sebenarnya merupakan anggapan yang keliru dan perlu
diluruskan, untuk meluruskan anggapan bahwa Guru BK adalah polisi sekolah,
tukang hukum, dan tukang mencari-cari kesalahan siswa diperlukan sinergi yang
dinamis di antara stakeholder yang ada di sekolah. Guru lain yang ada di
sekolah juga mempunyai kewajiban yang sama dalam menegakkan disiplin dan
mengatasi masalah yang di hadapi oleh siswa, sehingga tidak selalu
melemparkan siswa-siswa yang melanggar perauran sekolah, siswa-siswa yang
berperilaku menyimpang kepada Guru BK.
Satu-satunya tempat atau orang yang bisa diajak bicara, menyampaikan segala
permasalahan adalah teman sebayanya di sekolah. Teman sebaya dianggap
sebagai orang yang mau mengerti dan paling peduli terhadap permasalahan
yang sedang dihadapi tanpa harus menggurui atau memarahi, dan memberi
penilaian baik buruk atau positif negatif. Teman sebaya juga dianggap sebagai
sahabat curhat yang paling aman mereka punya bahasa yang sama dalam
berkomunikasi sehingga siswa dengan mudah dapat menyampaikan
masalahnya dan tidak harus belajar bagaimana berbicara yang sopan, dan halus
seperti kalau hendak berbicara dengan guru.
Untuk itulah maka Guru BK harus mampu menangkap potensi yang ada yang
harus diberdayakan, yaitu teman sebayanya atau teman sekelasnya untuk
dijadikan tempat sebayanya menyampaikan permasalahan, namun dia harus
mempunyai ketrampilan mendengarkan dan memberi solusi yang bertanggung
jawab, agar mereka dapat dijadikan mitra Guru BK, dan menjadi alternatif bagi
siswa dalam menyelesaikan masalahnya, Pembimbing Sebaya ini juga dapat
membantu tugas Guru BK sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya sebagai
siswa.
Guru BK berkewajiban memberikan bekal pengetahuan kepada siswa agar
siswa-siswa tersebut dapat berperan aktif dalam tugasnya sebagai Pembimbing
Sebaya sesuai tujuan yang diharapkan.
Apabila Pembimbing Sebaya yang ada di sekolah dapat diberdayakan, tidak
mustahil Layanan Bimbingan Konseling akan dapat berjalan dengan maksimal
dan siswa dapat memperoleh akses yang porposional sesuai dengan
kebutuhannya. Informasi dan data yang mendukung untuk memberikan Layanan
Bimbingan Konseling juga akan semakin lengkap dan akurat.
Siswa yang ditunjuk sebagai Pembimbing Sebaya dapat mengambil manfaat
yang berguna bagi perkembangan dirinya di masa sekarang dan yang akan
datang, karena dengan menjadi Pembimbing Sebaya secara langsung maupun
tidak langsung mereka akan memperoleh tambahan ilmu dan pengalaman serta
belajar bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun kepada guru dan
sekolah di tempat dia belajar dan menuntut ilmu. Orang tua siswa juga akan
merasa bangga karena anaknya di sekolah punya peran dan andil dalam
kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTA
A. Pengertian Peran
Menurut kamus Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka (2002), peran adalah
“tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”.
2. Kegiatan Pendukung
Ada sejumlah kegiatan yang dapat mendukung kelancaran dan keberhasilan
layanan bimbingan dan konseling yaitu :
a. Aplikasi instrument
b. Himpunan data
c. Konferensi kasus
d. Kunjungan rumah
e. Alih tangan kasus
5. Bidang Bimbingan
Bidang-bidang bimbingan di sekolah adalah :
1. Bimbingan Pribadi
a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Pemantapan pemahaman tentang potensi diri dan pengembangannya untuk
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun untuk peranannya di masa depan.
c. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran
dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan kreatif dan produktif.
d. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha
penanggulangannya.
e. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan dan mengarahkan diri secara
mandiri sesuai dengan system etika, nilai kehidupan dan moral, serta apresiasi
seni.
f. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat secara
rohaniah maupun jasmaniah, termasuk perencanaan berkeluarga.
2. Bimbingan Sosial
a. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara
efektif, efisien dan produktif.
b. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta
berargumentasi secara dinamis dan kreatif.
c. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan social, baik di
rumah, di sekolah, di tempat kerja maupun di masyarakat luas dengan
menjunjung tinggi tata karma, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat istiadat,
hokum, ilmu dan kebiasaan yang berlaku.
d. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman
sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah lain, di luar sekolah, maupun di
masyarakat pada umumnya.
e. Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi rumah, sekolah, dan
lingkungan, serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung
jawab.
f. Orientasi tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara
3. Bimbingan Belajar
a. Pemantapan sikap kebiasaan dan keterampilan belajar yang efektif dan efisien
serta produktif, dengan sumber belajar yang bervariasi dan kaya
b. Pemantapan disiplin belajar dab berlatih, baik secara mandiri maupun
berkelompok
c. Pemantapan penguasaan materi program belajar keilmuanm teknologi dan
seni di Sekolah Menengah Atas dan sebagai persiapan untuk mengikuti
pendidikan yang lebih tinggi
d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, social dan budaya di
lingkungan sekolah, dan atau alam sekitar, serta masyarakat untuk
pengembangan diri
e. Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi
4. Bimbingan Karir
a. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang
hendak dipilih dan dikembangkan
b. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umunyam khususnya karir
yang hendak dipilih dan dikembangkan.
c. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha dan memperoleh
penghasilan yang baik dan halal untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
d. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamantan SLTA
e. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang
lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah kegiatan-demi kegiatan dalam metode Pembimbing Sebaya ini
dilakukan, maka dapat dirasakan manfaat dan hasil yang signifikan dalam
upaya optimalisasi Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA antara lain:
1. Layanan Bimbingan Konseling di SMA menjadi lebih optimal.
2. Layanan Bimbingan Konseling di SMA menjadi lebih efisien dan efektif.
3. Tugas-tugas Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah menjadi ringan
dengan adanya siswa yang membantu.
4. Dapat membantu mengatasi masalah siswa dengan data yang lebih
lengkap.
5. Siswa (Pembimbing Sebaya) menjadi lebih percaya diri karena diberi
tanggungjawab oleh guru untuk menjadi bagian dari kegiatan sekolah.
6. Siswa yang bukan Pembimbing Sebaya merasa lebih nyaman curhat
kepada temannya sendiri, tanpa ada perasaan takut, malu dan sungkan.
7. Masalah-masalah yang sebelumnya tidak terungkap menjadi terungkap,
atas informasi dari Pembimbing Sebaya.
8. Peran Pembimbing Sebaya dalam layanan bimbingan dan konseling
sangat strategis.
B. Saran
Setelah penulis merasakan manfaat menggunakan metode ini penulis
menyarankan kepada:
1. Sejawat BK, agar mencoba metode ini, sepanjang tidak merampas hak-
hak siswa sebagai pelajar yang juga punya tugas dan kewajiban belajar.
2. Kepada Kepala Sekolah dan Stafnya diharapkan mau memberi
kesempatan kepada Guru Bimbingan dan Konseling untuk memilih metode-
metode dan strategi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling demi
efektifitas dan efisien serta optimalisasi Layanan Bimbingan dan konseling.
3. Pihak sekolah hendaknya dapat memfasilitasi kegiatan ini dengan cara
selalu memberikan dukungan baik moral maupun matrial.
4. Semua guru yang ada di sekolah hendaknya dapat menyambut positif
kegiatan ini, dengan tetap memberikan bimbingan kepada Pembimbing
Sebaya agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
5. Kepada siswa yang diberi tugas sebagai Pembimbing Sebaya hendaknya
mampu menjalankan amanah yang diberikan dengan penuh tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
1. Indonesia Youth Partnership.2009. Panduan Pendidikan Sebaya.
2. Kamus Bahasa Indonesia. 2002. Depdiknas, Balai Pustaka.
3. Lentera Sahaja. PKBI. 2000. Panduan Konseling Seksualitas Remaja.
Yogyakarta.
4. Prayitno. 1999. Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka, Jakarta.
5. Supraktiknya. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan
Psikologis,Kanisius, : Yogyakarta.