Kelompok 4
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Memberi pemahaman tentang penatalaksanaan kasus Malaria dan
Tuberculosis khususnya bagi ibu hamil dalam masa kehamilannya.
Pengidap TBC dianjurkan minum obat selama 6-9 bulan secara berturut-
turut untuk meminimalkan risiko penularan. Ibu hamil pengidap TBC sering
ragu minum obat karena khawatir pada keselamatan bayinya. Meski hal ini
wajar, TBC pada ibu hamil tetap perlu ditangani agar tidak menyebabkan
komplikasi kehamilan. Beberapa risiko yang terjadi akibat infeksi TBC selama
kehamilan adalah keguguran, berat bayi lahir rendah (BBLR), kelahiran
prematur, kematian janin, hingga TBC kongenital. Pasalnya keuntungan
konsumsi OAT lebih besar ketimbang membiarkan infeksi TBC mengendap
dalam paru dan menyebar ke organ tubuh lain. Pengobatan penting diberikan
agar proses kehamilan dan persalinan bayi berjalan lancar, serta mencegah
infeksi TBC pada bayi. Dokter akan meresepkan obat sesuai dengan kondisi
kehamilan.
1. Pengobatan TB Laten.
2. Pengobatan TB Aktif.
2.2 Malaria
2.2 1 Definnisi Malaria
Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah disebabkan
oleh parasit plasmodium ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis
seperti Afrika, Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan. Terdapat 5
spesies parasit plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia yaitu
Plasmodium falsifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium oval, Plasmodium
malariae dan Plasmodium knowlesi. Dari beberapa spesies tersebut jenis
Plasmodium falsifarum dan Plasmodium vivax menjadi ancaman terbesar.
Golongan yang berisiko tertular malaria antara lain: ibu hamil, pelancong yang
tidak memiliki kekebalan terhadap malaria, pengungsi dan pekerja yang
berpindah ke daerah endemis malaria (Yatim, 2007). Kegiatan pemberantasan
penyakit ini sudah dilakukan sejak lama. Adanya parasit malaria kebal
(resisten) terhadap obat-obatan, merupakan salah satu penyebab sulitnya usaha
pemberantasan penyakit ini (Prabowo, 2008).
2.2.2 Faktor –Faktor yang mempengaruhi penyebaran malaria
a. Pejamu (Host)
Secara alami, penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang
mudah dan ada yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya
ringan. Kerentanan manusia terhadap penyakit malaria berbeda-beda.
Ada manusia yang rentan, yang dapat tertular oleh penyakit malaria,
tetapi ada pula yang lebih kebal dan tidak mudah tertular oleh penyakit
malaria. Berbagai bangsa (ras) mempunyai kerentanan yang berbeda-
beda (faktor rasial) (Gandahusada, 2013)
b. Penyebab (Agent)
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh
nyamuk anopheles betina. Spesies anopheles di seluruh dunia terdapat
sekitar 2.000 species dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai
penular malaria. Nyamuk anopheles hidup di daerah beriklim tropis
dan subtropis, tetapi juga bisa hidup di daerah yang beriklim sedang.
Nyamuk anopheles betina biasanya menggigit manusia pada malam
hari atau sejak senja hingga subuh, lalu meletakkan telurnya di atas
permukaan air satu per satu. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu
cukup lama dalam bentuk dorman. Bila air cukup tersedia, telur-telur
tersebut biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan. Nyamuk
anopheles sering disebut nyamuk malaria karena banyak jenis nyamuk
ini yang menularkan penyakit malaria (Sembel, 2009).
c. Lingkungan (Environment)
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya
malaria di suatu daerah. Keberadaan danau air payau, genangan air di
hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan
di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit
malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan
nyamuk malaria (Prabowo, 2008).
1) Demam
Demam akibat malaria pada ibu hamil biasanya terjadi pada primigravida
yang belum mempunyai kekebalan terhadap malaria. Pada ibu hamil
multigravida yang berasal dari daerah endemisitas tinggi jarang terjadi
gejala demam walaupun mempunyai derajat parasitemia yang tinggi.
Klinis demam ini sangat berhubungan dengan proses skizogoni
(pecahnya merozoit/ skizon) dan terbentuknya sitokin dan atau toksin
lainnya.
2) Anemia
Anemia Berdasarkan defenisi WHO, seorang wanita hamil dikatakan
anemia apabila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gram/dl. Anemia
yang terjadi pada trimester pertama kehamilan sangat berhubungan
dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hal ini disebabkan
karena Pertumbuhan janin terjadi sangat pesat terjadi pada usia
kehamilan sebelum 20 minggu. Anemia akibat malaria terjadi karena
pecahnya eritrosit yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. Pecahnya
eritrosit yang tidak terinfeksi terjadi akibat meningkatnya fragilitas
osmotik sehingga mengakibatkan autohemolisis. Pada malaria
falciparum dapat terjadi anemia
3) Hipoglikemi
Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan
pada orang dewasa lainnya. Pada ibu hamil tidak diberikan Primakuin. Semua obat
anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi
lambung. Oleh sebab itu ibu hamil harus makan terlebih dahulu setiap akan minum
obat anti malaria.
Wanita hamil termasuk golongan yang rentan untuk terpapar Malaria dan
Tuberculosis sehubungan dengan penurunan imunitas dimasa kehamilan. Malaria
maupun Tuberculosis pada kehamilan dapat menimbulkan berbagai keadaan patologi
pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Kedua penyakit ini dapat menyebabkan
berbagai komplikasi, sehingga memerlukan diagnosa khusus salah satunya pemeriksaan
laboratorium. Pengobatan Tuberculosis dan Malaria harus dibawah pengawasan dokter,
hal ini untuk mempertimbangkan resiko bahaya untuk ibu hamil maupun resiko
terhadap bayi.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/bukusaku_malaria.pdf
2. http://repository.unimus.ac.id/1099/3/BAB%20II.pdf
3. World Health Organization, 2010. Diunduh dari:
http://www.who.int/features/2003/0 4b/en/
4. Pengaruh malaria selama kehamilan. Universitas Sumatera Utara. USU
digital library 2013.