Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

BLOK KELUHAN BERKAITAN DENGAN SISTEM HEMOPOETIK &


LIMFORETIKULER
DIVISI MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

NAMA :IMPANA CIBRO


NIM : 1910911120010
KELOMPOK :3
JUDUL PRAKTIKUM : PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UJI KEPEKAAN
BAKTERI DAN POTENSI ANTIBIOTIK
NAMA ASISTEN PRAKTIKUM : ELLEN JOVITA TJITRADI
ALAT DAN BAHAN :
1. Metode Difusi Cakram (Disk Diffusion Method)
 Isolat bakteri
 Kaldu BHI
 Lempeng agar Mueller Hinton (MH), diameter 10 cm
 Aquades
 kertas samir/disk antibiotic Oxoid (skala millimeter)
 Larutan standar Nephelometer Mc-Farland/Brown
 Ose
 lampu bunsen
 pipet
 pengukur zona radikal/Callifer
 Tabel CLSI
2. Metode Dilusi Tabung (Tube Dilution Method)
 BHI volume 52 ml dalam Erlenmeyer
 Aquadest volume 15 ml
 Antibiotik + 5 ml
 Larutan bakteri 108 cfu/ml. (larutan bakteri dan antibiotik, masing-masing group tidak
sama)
 Tabung kecil
 Pipet volume 1 ml
 Pipet Volume 5 ml
 Pipet Volume 10 ml
CARA KERJA :
1. Metode Difusi Cakram (Disk Diffusion Method)
a. Diambil beberapa koloni bakteri dari pertumbuhan 24 jam pada agar,
disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasikan 5-8 jam pada 37°C
b. Suspensi di atas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu
sesuai dengan standard Nephelometer Mc.Farland konsentrasi bakteri 0,5 (sesuai
dengan jumlah bakteri 107 – 108 / ml), atau sesuai Mac Farland I atau Brown III yaitu
setara dengan 3x108 CFU per ml (CFU=Coloni Forming Unit)
c. Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspense bakteri lalu ditekan-
tekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, kemudian dioleskan
pada pemukaan media agar hingga rata
d. Kemudian diletakkan kertas samir (disk) yang mengandung
antibiotik di atasnya; diinkubasi pada 37°C selama 19-24 jam. Jarak antara cakram
satu dengan yang lain sekurang – kurangnya 3 cm dan 3 cm dari pinggir. Pada
lempeng petri yang bergaris tengah 150 mm dianjurkan pemakaian 9 cakram dalam
tiap lempeng.
2. Metode Dilusi Tabung (Tube Dilution Method)
1) Dilusi cair
a. Lakukan pengenceran antibiotika yang diperiksa, sehigga didapat
beberapa konsentrasi.
Caranya :
 Siapkan 10 tabung steril nomor 1 s/d 10
 Tabung no 2 s/d 10 masing-masing isi dengan 1 ml aquades steril
 Tabung no 1 isi dengan 2 ml larutan antibiotik
 Tabung no 2 ditambah 1 ml larutan antibiotika (diambil dari tabung
1, campur homogeny, ambil 1 ml dam masukkan pada tabung no.3, campur
homogen. Ambil 1 ml masukkan pada tabung no.4 dan seterusnya samapi
no.10, yang terakhir ambil 1 ml masukkan ke tabung steril untuk Kontrol
(tabung no.11)
b. Ambil 4-5 koloni bakteri, suspensikan dengan +1 ml BHI eramkan
37° selama 24 jam, untuk menyamakan pertumbuhan. Tambah aquades steril
sampai kekeruhan sebanding dengan 108 cuf/ml, dengan membandingkan dengan
kekeruhan larutan standar Mc Farland I. lalu encerkan 1:200 dengan media cair
BHI/MH broth. Larutkan Mc farland I terdiri dari : 0,5 ml 0,0048 M BaCL2
(1,175% b/v BaCL2 2H2 O) dengan 99,5 ml 0,36 N H2 SO4 1% v/v.
c. Tabung no 1 s/d 10 masing-masing ditambah suspensi bakteri 1 ml,
kocok-kocok supaya homogen.
d. Sebagai control, tabung ke 11 berisi sisa pngenceran antibiotika + 1
ml media MH broth steril.
Tabung ke 12 : berisi 2 ml media MH broth steril
Tabung ke 13 : berisi 2 ml suspense bakteri.
e. Eramkan semua tabung-tabung tersebut 37° selama 18-24 jam.
Lihat pertumbuhan. Hasil didapat : konsentrasi yang terkecil yang masih bisa
menghambat pertumbuhan bakteri (MIC).
Jika konsentrasi-konsentrasi yang mempunyai hambatan masing-masing digores
pada media padat eramkan 37° selama 18-24 jam didapat MBC (Minimal
Bacteriside Concentration).
2. Dilusi padat :
a. Siapkan suspensi bakteri seperti pada Dilusi cair
b. Buat bebrapa pengenceran antibiotika.
c. Lelehkan media padat. Dinginkan sampai temperature kurang lebih
50-55°. Ambil 90 ml media tambahkan 10 ml larutan pengenceran antibiotika,
kocok. Tuangkan ke petri steril kurang lebih 25 ml. biarkan -5 menit sampai
mengeras.
d. Ambil kapas lidi, celupkan pada suspnsi bakteri, tekan-tekan pada
pinggir tabung supaya tidak menetes. Usapkan pada permukaan media sampai
merata.
e. Eramkan 37°C selama 18-24 jam. Lihat pertumbuhan bakteri.
Catatan :
1. Tabung no.1 berisi 1 ml BHI + bakteri
2. Tabung no.11 merupakan sisa pengenceran antibiotik
3. Tabung no.12 berisi 1 ml aquadest dan 1 ml BHI + bakteri (control positif)
4. Tabung no.13 berisi 2,3 ml BHI (control negatif)
PEMBAHASAN

Antibiotik merupakan senyawa yang digunakan untuk membunuh bakteri. Beberapa


bakteri memiliki ketahanan tertentu terhadap suatu jenis antibiotik. Penentuan uji kepekaan
bakteri terhadap suatu antibiotik dilakukan pada isolat yang merupakan penyebab infeksi. Uji
ini untuk menentukan kadar obat terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara
in vitro. Metode uji kepekaan antibiotik dan pemilihan jenis antibiotickyang diuji serta cara
interpretasinya diatur menurut standar yang disususun oleh beberapa negara. Pada umunya
laboratotium mikrobiologi di Indonesia menggunakan standar CLSI (Clinical and Laboratory
Standards Institute) yang disusun Amerika Serikat dan setiap tahunnya direvisi. Uji kepekaan
dapat dilakukan dengan metode difusi cakram atau dilusi tabung. Metode dilusi dapat
memberikan hasil Konsentrasi Hambat Minimal (KHM = Minimum Inhibitory Concentration
/ MIC), sedangkan metode difusi cakram akan memberikan hasil sensitif, intermediate atau
resisten berdasarkan diameter zona hambat. Metode difusi lebih banyak digunakan secara
rutin karena biaya operasional yang jauh lebih murah. Hasil dari kedua metode tersebut dapat
membantu klinisi untuk menentukan pengobatan. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil
uji kepekaan, antara lain ketebalan media, kekeruhan suspensi bakteri yang digunakan,
konsentrasi antibiotik yang digunakan, suhu dan lama inkubasi. Hasil dibaca dengan
mengukur diameter zona inhibisi yang terjadi setelah masa inkubasi (dalam mm). Hasil
pengukuran dicocokkan dengan tabel CLSI untuk menentukan isolat sensitif, intermediate
atau resisten terhadap antibiotik yang diujikan. [1]
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
adalah suatu tehnik untuk menetapkan suatu potensi antibiotik dengan mengukur efek
senyawa tersebut terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang
ditimbulkan pada senyawa uji dapat berupa hambatan pertumbuhan. [2]
Tes uji kepekaan
antibiotik digunakan untuk menentukan antibiotik mana yang akan menghambat pertumbuhan
bakteri penyebab penyakit infeksi. Hasil pemeriksaan ini akan membantu praktisi kesehatan
untuk menentukan jenis antibiotik yang kemungkinan paling efektif dalam mengobati
penyakit infeksi seseorang. Tes uji kepekaan antibiotik ini biasanya diminta pada saat yang
bersamaan dengan pemeriksaan kultur. Namun, pemeriksaan biasanya hanya akan dilakukan
jika hasil kultur positif untuk satu atau lebih bakteri patogen. Pemeriksaan kultur dilakukan
dengan cara menumbuhkan bakteri penyebab penyakit pada suatu media pertumbuhan
tertentu menggunakan sampel yang didapat dari tempat infeksi, contohnya sampel darah,
urine, luka, tinja, apus tenggorok, dll.Uji kepekaan antibiotik juga dapat diminta oleh dokter
ketika suatu infeksi tidak merespon terhadap pengobatan, dengan tujuan untuk melihat apakah
bakteri patogen telah memiliki resistensi terhadap obat antibiotik yang diberikan dan lebih
lanjut menentukan antibiotik mana yang tepat dan akan efektif dalam mengobati penyakit
infeksi bakteri tersebut. [2]
Untuk setiap antibiotik yang diuji, hasil pemeriksaan kepekaan
antibiotik biasanya dilaporkan sebagai berikut: Susceptible/Sensitive (S). Kemungkinan
antibiotik yang diuji dapat menghambat bakteri patogen, sehingga dapat digunakan sebagai
petunjuk untuk pemilihan antibiotik yang tepat untuk pengobatan. Intermediate (I) .
Kemungkinan antibiotik yang diuji efektif pada dosis yang lebih tinggi, atau frekuensi dosis
yang lebih sering, atau hanya efektif pada tempat spesifik tertentu di dalam tubuh dimana
antibiotik dapat berpenetrasi untuk menyediakan konsentrasi yang adekuat. Resistance (R) -
Antibiotik tidak efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri, kemungkinan bukan
merupakan pilihan yang tepat untuk pengobatan. [3] Resistensi antibiotik didefinisikan sebagai
kemampuan genetik bakteri untuk mengkodekan gen resistensi yang memalsukan efek
penghambatan antibiotik potensial untuk bertahan hidup. Itu juga bisa dikembangkansecara
intrinsik oleh rekombinasi alami dan integrasi ke dalam genom bakteri, atau dapat
diperolehmelalui peristiwa mutasi gen horizontal seperti konjugasi, transformasi, dan
transduksi. Peristiwa menonjol dalam generasi resistensi bakteri termasuk inaktivasi saluran
porin, modifikasi target antibiotik, dan menetralkan khasiat antibiotik melalui aksi enzimatik
Dengan demikian, pemahaman tentang perubahan genetik dan perubahan morfo-anatomi pada
bakteri adalah sangat penting untuk melawan mekanisme resistensi.[4] Antibiotik dapat
diklasifikasikan berdasarkan spectrum atau kisarankerja mekanisme aksi, strain penghasil,
cara biosintesis maupunberdasarkan struktur biokimianya. Berdasarkan spectrum atau
kisarankerjanya antibiotic dapat dibedakan menjadi antibiotic berspektrum sempi(narrow
spectrum) dan antibiotic berspektrum luas ( broad spectrum).Berdasarkan mekanisme aksinya
antibiotic dibedaka menjadi lima, yaituantibiotic dengan mekanisme menghambat sintesis
dinding sel,perusakan membrane plasma, penghambatan sintesis protein,penghambatan
sintesis asam nukleat, dan penghambatan sintesismetabolit esensia. Penggunaan antibiotic
secara kombinasi ( dua antibiotic yang digunakan secara bersama-sama) dapat saling
mempengaruhi kerja dari masing-masing antibiotic. Kombinasi antibiotic tersebut dapat
bersifat antagonis, dimana antibiotic yang satu bersifat mengurangi atau meniadakan khasiat
antibiotic kedua. Kombinasi antibiotic dapat pula bersifat sinergis, yaitu penggunaan
antibiotic secara kombinasi yang menyebabkan timbulnya efek teraupetiknya yang lebih besar
dibandingkan bila antibiotic tersebut diberikan secara sendiri-sendiri. Resisten adalah ketahan
suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba atau antibiotic tertentu. Resisten tersebut
dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adaya mutasi spontan (resisten kromonal) dan
resisten karena adanya factor R pada sitoplasma (resistensi ekstrakrosomal) atau resisten
karena terjadinya pemindahan gen yang resisten atau factor R atau plasmid R atau plasmid
(resisten silang) atau dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap
obat-obat antimikroba, karena mekanisme genetic atau no-genetik. [2]
Studi observasional
baru harus mengatasi dua keterbatasan utama dari studi kohort standar: pengobatan dengan
bias indikasi dan standarisasi perawatan yang dipelajari. Yang pertama adalah yang paling
sulit untuk diatasi, dengan sifat intrinsik non-intervensi dari studi observasional. Kondisi yang
mengurangi seleksi diferensial pasien ke kelompok pengobatan harus dicari; mempelajari
praktik yang berubah seiring waktu, praktik yang berbeda di tempat yang berbeda
bangsal/rumah sakit, pembatasan formularium (misalnya obat baru dan rumah sakit yang
belum tersedia). Ya, semua ini desain masih memerlukan penyesuaian statistik untuk
perbedaan antara kohort (misalnya pencocokan, skor kecenderungan, regresi atau teknik
perbedaan-dalam-perbedaan). Beberapa variabel berulang kali diamati berhubungan dengan
kematian pada infeksi berat dalam studi sebelumnya. Ini termasuk misalnya usia, status
fungsional dasar, penyakit mendasar yang fatal, kesesuaian pengobatan antibiotik empiris atau
waktu untuk menutupi terapi, ginjal fungsi dan ukuran keparahan sepsis. [5]
DAFTAR PUSTAKA

1. Pelczar, M. J., Chan, E, C, S., 2007, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Hadioetomo, ed.,


Jakarta, Universitas Indonesia Press.

2. Jawetz, Melnick, and Adelberg’ s, 2005, Mikrobiologi Kedokteran M, R, ed., Jakarta,


Salemba Medika.M

3. Pratiwi, Sylvia., T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Jakarta, Erlangga.

4. Zeeshan A. Khan , Mohd F. Siddiqui and Seungkyung Park.2019; Current and


Emerging Methods of Antibiotic Susceptibility Testing. School of Mechanical Engineering,
Korea University of Technology and Education, Cheonan, Chungnam 31253

5. Paul M, Scudeller L. Clinical research designs to study treatment effects for multidrug-
resistant bacteria. Clin Microbiol Infect. 2019 Aug;25(8):929-931. doi:
10.1016/j.cmi.2019.05.004. Epub 2019 May 20. PMID: 31121323

LEMBAR PENGESAHAN

Banjarmasin, 15 Oktober 2021


Asisten Praktikum Praktikan

Ellen Jovita Tjitradi Impana Cibro


NIM. 1810911120026 NIM. 1910911120010

Anda mungkin juga menyukai