Anda di halaman 1dari 94

ANALISIS KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN

BUBON KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI/TUGAS AKHIR

OLEH

H. ZAINUDDIN
NIM: 07C20210011

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2013

i
ANALISIS KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN
BUBON KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI/TUGAS AKHIR

OLEH

H. ZAINUDDIN
NIM: 07C20210011

Skripsi/tugas akhir sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Sosiologi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar
Meulaboh

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2013

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi/Tugas Akhir : ANALISIS KENAKALAN REMAJA DI


KECAMATAN BUBON KABUPATEN ACEH
BARAT
Nama Mahasiswa : H. ZAINUDDIN
NIM : 07C2-0210011
Program studi : SOSIOLOGI

Menyetujui Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Fauzi, S.Sos, MA Sudarman Alwy, M.Ag

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ketua Program Studi Sosiologi


dan Ilmu Politik

Sudarman Alwy, M.Ag Nurlian, S.Sos

Tanggal Lulus :

iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi/tugas akhir dengan judul :

ANALISIS KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN BUBON


KABUPATEN ACEH BARAT

Yang disusun oleh :


Nama : H. ZAINUDDIN
NIM : 07C2-0210011
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Sosiologi
Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal……………2013 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. ………………….. ……………………..

2. ………………….. ……………………..

3. ………………….. ……………………..

4. ………………….. ……………………..

5. …………………... ……………………..

Alue Peunyareng, 02 Maret 2013

Ketua Program Studi Sosiologi,

Nurlian, S.Sos

iv
ABSTRAK

H. Zainuddin. Analisis Kenakalan Remaja Di Kecamatan Bubon Kabupaten


Aceh Barat. Dibawah bimbingan Fauzi dan Sudarman Alwy.

Kenakalan remaja memang sulit diatasi karena masa ini merupakan masa transisi
yang sangat disukai oleh setiap anak-anak yang sedang melewati masa, sehingga
pada masa ini cenderung dilakukan berbagai macam kenakalan. Orang tua tidak
mengharap putra-putrinya melakukan kenakalan. Namun dengan semakin
berkurangnya pengawasan dari bapak dan ibunya sehingga sikap remaja yang sulit
diterima di kalangan masyarakat terjadi. Adapun beberapa jenis kenakalan yang
dilakukan oleh remaja yaitu minuman keras, mengisap ganja, pencurian,
perampokan, perkelahian, perjudian, mengganggu wanita, pengrusakan, dan
ngebut di jalan. Penelitian ini dilakukan di kalangan masyarakat Kecamatan
Bubon Kabupaten Aceh Barat, yang berfokus pada masalah analisis kenakalan
remaja di Kecamatan Bubon Kabupaten aceh Barat. Metode penelitian yang
digunakan yaitu metodelogi penelitian kualitatif, proses penarikan sampel
dilakukan melalui purposive sampling. Adapun hasil penelitian yang diperoleh
dari lapangan yaitu mengenai faktor-faktor yang menimbulakan kenakalan remaja
terdiri dari faktor ekonomi, keluarga, pendididkan dan agama, faktor sosial,
sekedar ingin mencoba, memperkeruh suasana, lingkungan, dan media massa.
Penanggulangan kenakalan remaja yang dilakukan oleh masyarakat setempat,
yaitu dengan cara membimbing/nasehat yang berisikan nilai-nilai agama dan
memberikan sanksi sosial baginya.

Kata kunci : Analisis Kenakalan, Remaja, Upaya Penanggulanagan

v
RIWAYAT HIDUP

Nama : H. ZAINUDDIN
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Temapat/ Tgl Lahir : Beurawang/13 Juli 1970
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat Rumah : Cot Lada Kec. Bubon Kab. Aceh Barat
No Hp : 085260266045
Alamat Email : hajizainuddin18@yahoo.com

Pendidikan Formal :
Sekolah Dasar (1976-1982) : SDN Beurawang
MTsN (1982-1985) : MTsN Blang Bale
MAN (1985-1988) : MAN Suak Timah

Pendidikan Non Formal :


- Pendidikan Pesantren (1991-1993)
- Penataran Pelaksanaan P 4 di IAIN Ar-raniri (1988)
- Muktamal Dayah Insaffuddin (1991)
- Mengikuti Pembekalan Wawasan Pelaksanaan Syariat Islam (WH) (2006)
- Mengikuti Pembekalan Wawasan Pelaksaan bagi wilayatul Hisbah (WH) (2006)
- Worksop Buku Panduan Pelaksanaan Syariat Islam bagi Remaja, Pelajar dan
Mahasiswa dan Birokrat (2007)
- Sosialisasi KPU Undang-Undang No 35 Tahun 2008 (2009)
- Pelatiahan Saksi partai (2009)
- Seminar Nasional Tentang Penegakan Syariat Islam dalam Pemakaian Busana
Islami (2009)

Pengalaman Organisasi :
- NU (2003)
- Panitia Pelaksanaan Lomba Cerdas Cermat Tingkat SMA/MA Sekabupaten
Aceh Barat dan Nagan Raya (2011)
- Organisasi Sosial Politik (PKB) (2003-sekarang)

Penghargaan :
- Penghargaan Bupati Aceh Barat, Tentang Keberhasilan dalam Pemberantasan
Minuman Keras (2007)
- Penghargaan Dari Universitas Teuku Umar, Tentang Peserta Donor Darah
(2000).

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah, SWT. Dimana Allah telah

memlimpahkan karuninya kepada penulis, sehingga penulis mampu

menyelesaikan proposal skripsi. Dalam hal ini adapun judul yeng penulis ajukan

mengenai ANALISIS KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN BUBON

KABUPATEN ACEH BARAT. Alasan penulis dalam memilih judul ini karena

permasalahan kenakalan remaja marak terjadi di Kecamatan Bubon dewasa ini,

disebabkan para remaja merasa dirinya tidak mempunyai permasalahan terhadap

lingkungan maka dia membuat seenaknya saja tanpa memperdulikan kerusakan

lingkungan. Dengan sebab itu maka perlu ada upaya menanggulangi terhadap

permasalahan tersebut demi kemaslahatan umat manusia agar terciptanya sebuah

kecamatan baidatur warabbul ghafur.

Skripsi/tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

dalam meraih derajat Sarjana Sosiologi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar. Selama penelitian dan

penyusunan laporan penelitian dalam skripsi/tugas akhir ini, penulis tidak luput

dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Fauzi, S.Sos, MA selaku dosen pembimbing I dan Bapak Sudarman

Alwy, M.Ag selaku dosen pembimbing II yang telah mengorbankan waktu,

tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberikan saran dalam

menyelesaikan laporan skripsi/tugas akhir ini.

vii
2. Bapak/Ibu………selaku dosen penguji yang sudah banyak membantu

memberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi/tugas akhir saya.

3. Ibu, Nurlian, S.Sos selaku ketua program studi Sosiologi Universitas Teuku

Umar.

4. Bapak Sudarman Alwy, M.Ag selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Teuku Umar.

5. Istri yang tercinta dan anak-anak yang tersayang telah memberi waktu luang

utuk penyelesaian skripsi ini.

6. Terimakasih kepada Camat, Kapolsek, dan Danramil Kecamatan Bubon

Kabupaten Aceh Barat yang telah memberi bantuan kerjasama dalam

pengumpulan data skripsi ini.

7. Teman-teman sejurusan yang telah memotivasi penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat digunakan oleh penulis dan juga dapat

digunakan oleh pihak lain yang ingin mengetahui tentang masalah kenakalan

remaja yang terjadi di kalangan masyarakat, dan mudah-mudahan dapat menjadi

rujukan untuk karya-karya ilmiah lain. Namun tidak lupa penulis mohon maaf atas

setiap kesalahan yang ditemukan dalam penulisan ini, karena penulis adalah

manusia yang tidak sempurna.

Meulaboh, 02 Maret 2013

Penulis

H. ZAINUDDIN

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................ ............................... i


HALAMAN TUJUAN ..................................................... ...............................ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................... ...............................iii
ABSTRAK........................................................................ ...............................v
RIWAYAT HIDUP .......................................................... ...............................vi
KATA PENGANTAR ...................................................... ...............................vii
DAFTAR ISI .................................................................... ...............................ix
DAFTAR TABEL ............................................................ .......................... ....xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................... .......................... ...xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................. ...............................1


1.1. Latar Belakang Masalah ................................ ...............................1
1.2. Rumusan Masalah ......................................... ...............................3
1.3. Fokus Penelitian ........................................... ...............................3
1.4. Tujuan Penelitian........................................... ...............................3
1.5. Manfaat Penelitian......................................... ...............................4
1.5.1. Manfaat Teoritis ................................. ...............................4
1.5.2. Manfaat Praktis .................................. ...............................4
1.6. Hipotesis ....................................................... ...............................5
1.7. Sistematiaka Pembahasan .............................. ...............................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................... ...............................7


2.1. Pengertian Analisis ........................................ ...............................7
2.2. Pengertian Remaja ......................................... ...............................8
2.3. Pengertian Kenakalan Remaja ....................... ...............................12
2.4. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja .............. ...............................15
2.4.1. Faktor Internal .................................. ...............................15
2.4.2. Faktor Eksternal ................................ ...............................15
2.5. Penyimpangan Sosial..................................... ...............................16
2.5.1. Menurut Sudut Pandang Sosiologis ... ...............................17
2.5.2. Menurut Sudut Pandang Biologis ...... ...............................19
2.5.3. Menurut Sudut Pandang Psikologis ... ...............................19
2.5.4. Menurut Sudut Pandang Kriminologi ...............................20
2.6. Patologi Sosial ............................................... ...............................21
2.7. Peran Pendidikan Dalam Menangkal Kenakalan Remaja ...............22
2.8. Peran Pendidikan Keluarga Pada Anak .......... ...............................23
2.9. Upaya Penanggulangan ................................. ...............................25
2.10. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja ................ ...............................29
2.11. Solusi Terhadap Kenakalan Remaja............... ...............................30

BAB III METODE PENELITIAN .................................. ...............................32


3.1. Lokasi Penelitian ........................................... ...............................32
3.1. Pendekatan Penelitian .................................... ...............................32
3.2. Teknik Pengumpulan Data ............................. ...............................33

ix
3.3. Teknik Analisa Data ...................................... ...............................35
3.4. Uji Kredibilitas Data ...................................... ...............................35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. ...............................38


4.1. Hasil Penelitian................................................ ...............................38
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......... ...............................38
4.1.2. Tanggapan Informan ................................. ...............................40
4.1.2.1. Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja .....................40
4.1.2.2. Persepsi Masyrakat Terhadap Kenakalan Ramaja ........46
4.1.2.3. Hambatan Dalam Upaya Penanggulangan
Terhadap Kenakalan Remaja ....... ...............................56
4.2. Pembahasan ....................................................... ...............................61
4.2.1. Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja .. ...............................61
4.2.2. Persepsi Masyarakat Terhadap Kenakalan Remaja ....................69
4.2.3. Hambatan-Hambatan Dalam Upaya Penanggulangan
Terhadap Kenakalan Remaja ..................... ...............................73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................... ...............................78


5.1. Kesimpulan ................................................... ...............................78
5.2. Saran ............................................................. ...............................79

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja ....... ...............................44


Tabel 4.2. Persepsi Masyarakat Terhadap Kenakalan Remaja .........................54

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Remaja adalah peralihan dari anak-anak menjelang dewasa. Semakin maju

pertumbuhan suatu masyarakat semakin banyak syarat-syarat yang di perlukan

untuk menjadi dewasa, semakin panjang masa yang di perlukan untuk

mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan, dan semakin

banyak pula masalah yang di hadapi oleh remaja itu, karena sukarnya memenuhi

syarat-syarat tersebut.

Dalam kehidupannya, remaja merupakan bagian yang tidak dapat di

pisahkan dari masyarakat, mereka merupakan harapan yang akan menggantikan

generasi tua untuk meneruskan cita-cita bangsa.

Dewasa ini banyak keluarga yang cemas di sebabkan karena kenakalan

remaja yang semakin meningkat, baik yang berada di daerah perkotaan maupun

perdedesaan. Kenakalan remaja mungkin disebabkan adanya kegoncangan dan

emosi yang belum stabil dan suasana luar yang sering pula menyebabkan mereka

kurang mampu menyesuaikan diri sehingga kegelisahan yang tidak terselesaikan

itu diwujudkan dalam bentuk tingkah laku yang cenderung membahayakan

dirinya sendiri dan dapat pula membahayakan orang lain.

Mengingat masalah pembinaan remaja dan upaya penanggulangannya

bahagian dari usaha untuk mencapai pembangunan bangsa Indonesia yaitu

manusia seutuhnya, maka masalah kenakalan remaja merupakan masalah

masayarakat dan merupakan masalah nasional yang perlu mendapat perhatian dari

semua pihak. Dengan tidak mengesampingkan peranan orang tua dan pihak-pihak

1
2

lain, maka masyarakat merupakan suatu unsur yang dapat di percaya dalam

membina dan menanggulangi kenakalan remaja, karena hal itu merupakan

bahagian dari usaha-usaha untuk mencapai pembanguanan seutuhnya.

Keberhasilan masyarakat dalam membina remaja akan nampak pantulan

positif dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan, dan sebaliknya

kegagalan masyarakat dalam membina remaja akan nampak pantulan negatif

dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, baik

pembangunan fisik maupun pembangun mental para remajanya (pembangunan

masyarakat).

Remaja akan melangkah dalam hidupnya sesuai pola pikirnya. Pola pikir

seseorang tergantung pada aqidah yang diperlukannya. Akidah sekuler akan

mengantarkan remaja menjadi sosok derajat hewan yang menghalalkan segala

cara untuk mencapai tujuannya. Dia menjadikan asas manfaat menurut akalnya

sebagai standar perbuatannya (Abu Zaid,2003:48).

Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis memilih judul Analisis

Kenakalan Remaja Di Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat. Dengan

alasan sebagai berikut ; Ingin mencari penyebab timbulnya kenakalan remaja di

Kecamatan Bubon. Penulis beranggapan bahwa kenakalan remaja merupakan

salah satu dari sekian masalah penting yang perlu mendapat perhatian semua

pihak dalam rangka meningkatkan pembangunan. Sehingga dengan melakukan

analisis terhadap kenakalan remaja dapat menimbulkan solusi-solusinya dalam

menimalisisir kenakalan remaja tersebut. Adapun kenakalan yang pernah

dilakukan oleh para remaja di Kecamatan Bubon bercorak ragam, seperti

minuman keras, mengisap ganja, pencurian, perkelahian, perjudian, mengganggu


3

wanita, pengrusakan dan ngebut di jalan. Perilaku remaja seperti itu sudah banyak

ditemukan dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, karena para remaja sudah

memperoleh kebebasan dalam melakukannya.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan alasan memilih judul dan tujuan penulisan yang telah

penulis uraikan di atas, maka dalam hal ini penulis merumuskan beberapa

permasalahan antara lain sebagai berikut :

1. Apakah yang menjadi penyebab timbulnya kenakalan remaja di Kecamatan

Bubon?

2. Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap kenakalan remaja yang

dilakukan di Kecamatan Bubon?

3. Apa yang menjadi hambatan-hambatan dalam upaya penanggulangan terhadap

kenakalan remaja di Kecamatan Bubon?

1.3. Fokus Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi fokus

penelitian bagi penulis yaitu:

1. Penyebab timbulnya kenakalan remaja di Kecamatan Bubon

2. Persepsi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap kenakalan remaja

3. Hambatan-hambatan dalam upaya penanggulanagan terhadap kenakalan

remaja.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian penulis laksanakan adalah sebagai berikut :


4

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kenakalan remaja yang sudah pernah

terjadi di Kecamatan Bubon.

2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap timbulnya kenakalan remaja

di Kecamatan Bubon.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam melakukan analisa terhadap

kenakalan remaja di Kecamatan Bubon.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

1. Dengan penelitian ini penulis mampu mengetahui mengenai jenis-jenis

kenakalan remaja dan pengaruh terjadinya kenakalan remaja di Kecamatan

Bubon.

2. Melalui penelitian ini diharapkan mampu memperkaya bahan penelitian dan

sumber bacaan di lingkungan FISIP UTU khususnya Jurusan Sosiologi. Di

samping itu juga menjadi solusi mengenai kenakalan remaja yang ada di

kecamatan Bubon, sehingga penulis mengharap pada instansi Pemerintah

dapat menggunakan tulisan ini sebagai rujukan yang mampu menyelesaikan

permasalahan remaja.

1.5.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

terhadap kenakalan remaja yang sedang terjadi di Kecamatan Bubon, sehingga

kenakalan remaja ini dapat dicegah agar tidak mewabah terhadap anak-anak.
5

1.6. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka yang menjadi

hipotesa penulis dalam penulisan ini adalah :.

1. Jika sebab-sebab kenakalan remaja di Kecamatan Bubon sudah di ketahui,

maka dengan mudah semua permasalahan yang menyangkut dengan

kenakalan remaja tersebut dapat diselesaikan.

2. Jika analisis terhadap kenakalan remaja dilakukan dalam menanggulanginya

sudah berjalan dengan baik, maka gangguan terhadap masyarakat dapat

dikurangi.

3. Jika hambatan-hambatan dalam penanggulangan kenakalan remaja dapat di

atasi secara baik, maka kerukunan dalam kehidupan masyarakat akan

bertambah baik.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Tinjauan pustaka, yang meliputi pengertian remaja, bentuk

kenakalan remaja, solusi terhadap kenakalan remaja dan hipotesis.

BAB III Metodologi penelitian, yang terdiri dari jenis penelitian, ruang

lingkup penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, serta

teknik analisa.

BAB IV Penulis menguraikan tentang hasil penelitian, dan pembahasan


6

BAB V Merupakan Bab penutup sebagai intisari materi skripsi secara

umum serta beberapa saran yang mungkin dapat digunakan dalam

melakukan analisis terhadap kenakalan remaja.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Analisis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) analisis adalah

penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri

serta hubungan antar bagian untuk memperoleh bagian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan. Menurut Komaruddin (2001) dalam analisis adalah

kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen

sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungan satu sama lain dan

fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu.

(http://dspace.widyatama.ac.id/ diakses 28 Juli 2011).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan

berpikir untuk menguraikan suatu pokok menjadi bagian-bagian atau komponen-

komponen sehingga dapat diketahui ciri atau tanda tiap bagian, kemudian

hubungan satu sama lain serta fungsi masing-masing bagian dari keseluruhannya.

Dengan kata lain analisis terhadap kenakalan remaja merupakan suatu

pemikiran masyarakat dalam menguraikan mengenai permasalahan kenakalan

remaja yang terjadi, setelah diuraikan dengan beragam pemikiran masyararat

dapat membuka wacana mengenai penyebab, faktor-faktor, dan upaya

penanggulangan terhadap permasalahan remaja, selain itu juga dapat pula

mengungkapkan jenis-jenis kenakalan remaja.

7
8

2.2. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere (kata kerja),

dan adolescentia (kata benda) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.

Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih

luas mencakup kemantangan mental, emosional, sosial, dan fisik (J. Piaget, 1969).

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa, usia dimana anak-anak tidak lagi merasa dibawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,

sekurang-kurangnya dalam masalah hak. (Ary H. Gunawan, 2000 : 160-161).

Gunawan menjelaskan, awal remaja berlansung kira-kira dari usia 13-16

tahun atau 17 tahun sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hukum.

Sebagaimana dengan semua periode kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri

tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya.

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan perkembangan mental

yang cepat, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan itu

menimbulkan perlunya membentuk sikap dan minat baru.

Masa remaja bertepatan pada masa usia sekolah menengah yaitu SMTP-

SMU/SMK dimulai ketika anak menginjak umur 13 tahun ketika masuk SMTP

dan diakhiri pada umur 18 tahun ketika keluar dari SMU/SMK. Telah kita ketahui

bahwa masa remaja dimulai sejak berumur 12 tahun dan berakhir pada umur 21

tahun. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian, karena

sifat-sifat khasnya dan karena peranannya yang menentukan kehidupannya dalam

masyarakat orang dewasa. Masa remaja merupakan masa yang cukup sulit di

dalam periode kehidupan manusia, masa remaja digambarkan sebagai angin topan
9

dan tekanan, gambaran ini menunjukkan bahwa dimasa ini timbul banyak masalah

pada diri remaja.(http://www.jual-mesin.net/diakses 17 Mei 2012).

Moehari Kardjono (2008 :62-64), menyatakan bahwa; Periode remaja,

yaitu periode anak usia 12-21 tahun. Periode ini adalah sebagai masa pubertas.

Pada masa ini merupakan masa yang sangat menentukan karena pada masa ini

seseorang banyak mengalami perubahan, baik secaara fisik maupun psikis.

Terjadinya perubahan-perubahan tersebut, sering menimbulkan

kebingungan dan atau kegoncangan jiwa remaja, sehingga ada orang yang

menyebut sebagai masa pancaroba atau masa peralihan. Pikiran dan emosi mereka

berjuang untuk menemukan jati diri, memahami dan menyeleksi serta

melaksanakan nilai-nilai yang di temui di masyarakatnya, di samping perasaan

ingin bebas dari segala ikatanpun muncul dengan kuatnya. Fiksinya sudah cukup

besar, sehingga ia disebut sebagai anak tidak mau, dan sebagai dewasa tapi tidak

mampu. Pada umumnya masa remaja dibagi menjadi tiga fase utama, yaitu:

1. Fase pra remaja, mulai 12-14 tahun. Pada fase ini perkembangan seks primer

dan sekunder mulai berfungsi dan produktif, ditandai dengan menstruasi

pertama bagi perempuan dan mimpi pertama bagi laki-laki. Perubahan keadaan

psikis yang mungkin mengarah pada hal-hal negatif pada umumnya seprti;

perasaan tidak tenang, kurang suka bergerak atau bekerja (malas), suasana hati

tidak tetap, dan murung, Kebutuhannya untuk tidur sangat banyak dan

mempunyai sikap sosial yang negatif.

2. Fase remaja, mulai usia 14-18 tahun. Pada fase ini, bentuk badan remaja lebih

banyak memanjang daripada melebar terutama bagian badan, kaki dan tangan.

Akibat berproduksinya kelenjar hormaon, jerawat sering timbul dan dorongan-


10

dorongan sek terhadap lawan jenis akibat matangnya kelenjar sek. Tingkat

berpikirnya berada dalam tingkat stadium operasional formal (verbal, logic).

Mempunyai sikap sosial yang positif, dan suka bergaul serta membentuk

kelompok yang sesuai. Suka mencari kebebasan dan suka mencari konsep diri.

Sikapnya terhadap agama ikut-ikutan, dan kepercayaannya terhadap Tuhan

selalu berubah-ubah akibat kegoncangan jiwanya.

3. Fase akhir masa remaja, mulai usia 18-21 tahun. Diakhir masa remaja ini,

perkembangan fisiknya mencapai batas optimal, kecuali pertambahan berat

badannya. Badan dang anggota-anggotanya berimbang, sebagaimana layaknya

orang dewasa. Kemampuan berpikir operasional formal mencapai kematangan,

hingga mampu menyusun rencana, altelnatif dan menentukan pilihan hidup dan

kehidupannya. Sikap dan perasaan relative stabil. Mereka berada di ambang

pintu kedewasaan. Agama bagi mereka memiliki arti yang sama pentingnya

dengan moral. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan

penjelasan. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja

yang tengah mencari eksistensi dirinya. Namun perkembangan pemahaman

remaja terhadap keyakinan agama sangat dipengaruhi oleh perkembangan

kognitifnya.

WHO (Sarwono, 2002) dalam http://www.damandiri.or.id/ diakses 28 Juli

2011, mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu

biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun,

yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.


11

2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-

kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif lebih mandiri.

Monks (1999) sendiri memberikan batasan usia masa remaja adalah masa

di antara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18

tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Senada

dengan pendapat Suryabrata (1981) membagi masa remaja menjadi tiga, masa

remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan masa remaja

akhir 18-21 tahun. Berbeda dengan pendapat Hurlock (1999) yang membagi masa

remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal 13-16 tahun, sedangkan masa

remaja akhir 17-18 tahun. (http://www.damandiri.or.id/diakses 28 Juli 2011).

Seorang remaja yang berkembang, sangat besar pengaruh dengan usianya

masih anak-anak. Moehari Kardjono (2008:123) menyatakan bahwa; banyak

anak-anak di dunia ini menjadi rusak kejiwaannya karena terlalu banyak

dimanjakan. Orang tua tanpa sadar telah memanjakan anak-anaknya dan ini sangat

mempengaruhi masa depan anak tersebut. Memberikan perhatian yang luar biasa

terhadap anak, sangatlah tidak bijak sana, karena tidak memberi latihan untuk

belajar berdiri sendiri dan mampu menolong dirinya sendiri. Berdasarkan

pendapat tersebut orang tua hendaknya tidak boleh memanjakan anak-anaknya

karena itu sangat berbahaya bagi keberlansungan anak-anak di usia remaja.

Dengan terlalu manja dengan orang tua maka anak-anak tidak takut kepada orang

tua jika anak-anak terjerumus dalam kesalahan.


12

Menurut Kamus Dewan Edisi Ketiga (2000), remaja bermaksud mulai

dewasa, sudah akil baligh dan sudah cukup umur untuk berkawin. Menurut

Kamus Za'ba (2000), remaja ialah orang yang berumur dalam lingkungan 12

hingga 21 tahun.( http://www.fp.utm.my/28 Juli 2011).

Berdasarkan pendapat di atas penulis mengemukakan remaja ini

merupakan seorang anak yang beralih menuju dewasa, masa remaja sebagai masa

transisi yang penuh rasa ingin tau terhadap sesuatu hal yang belum diketahui

sebelumnya, baik yang positif maupun yang negatif. Untuk mengetahui yang

positif seorang remaja tidak membutuhkan rasa takut dan ragu-ragu namun untuk

mengetahui perbuatan-perbuatan yang negatif seorang remaja membutuhkan

waktu yang banyak dalam menyusun strategi agar tidak diketahui oleh orang

banyak. Apabila perbuatan negatif itu sudah lazim dilakukan oleh seorang remaja

maka rasa takutpun hilang dan memberanikan diri melakukan perilaku

menyimpang tersebut ditengah-tengah masyarakat. Misalnya seperti mabuk-

mabukan, perzinaan dan perbuatan perbuatan yang bertentangan dengan nilai dan

norma lainnya. Pada masa peralihan ini seorang anak hanya ingin mencari jati

dirinya, apakah itu positif atau negatif remaja tidak memperdulikannya karena

yang mereka tau hanyalah suatu identitas dirinya. Oleh sebab itu orang tua harus

berhati-hati dalam meinternalisasikan nilai dan norma kepada anak-anaknya

supaya ketika meranjak masa remaja seorang anak tidak melakukan perbuatan

yang bertentangan dengan nilai dan norma.

2.3. Pengertian Kenakalan Remaja

Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-

konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun
13

remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa

lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun

trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang

membuatnya merasa rendah diri. (Eliasa,http://staff.uny.ac.id/diakses 12 Februari

2013).

Kenakalan remaja kita sangat meningkat baik kuantitas maupun kualitas,

hal ini sangat mengkhawatirkan kita semua, mulai dari tawuran, pembajakan bis,

pemalakan, pencurian, pelecehan seksual, kapak merah, dan lain-lain. Keadaan

demikian sangat memprihatinkan kita semua mengingat kenakalan remaja sudah

melampaui batas yang wajar, bahkan sudah sama dengan bentuk kejahatan yang

dilakukan oleh orang dewasa. Kenakalan remaja bukan hanya melanda keluarga

kelas menengah kebawa saja, namun juga keluarga menengah ke atas seperti

pencurian barang keluarga akibat kecanduan narkoba . Ini merupakan ekses dari

kemajuan dan berkembangnya pergaulan kota metropolitan tanpa diiringi oleh

peningkatan perbaikan moral dan agama pada kaum remaja.

(http://www.clubmetafisika.com/ diakses 28 Juli 2011).

Kenakalan remaja yang terjadi masa kini disebabkan oleh terbentuknya

generasi instan dikalangan remaja, kalau dikaji secara mendalam, bukan

sepenuhnya kesalahan si remaja bahwa mereka terbentuk menjadi generasi instan.

Berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya memiliki andil dalam

membentuk gaya atau sikap mereka yang demikian, adapun faktor-faktor yang

menbentuk generasi instan pada remaja yaitu pengaruh globalisasi, pengaruh

keluarga, dan pengaruh instituisi pendidikan. (Septiana Runikasari, 2012.

http://www.lptui.com/diakses 17 Mei 2012).


14

Melihat berbagai faktor di atas, tak heran remaja masa kini menjadi

generasi yang instan. Rupanya banyak sekali kemudahan-kemudahan yang

mereka temui di dalam kehidupannya. Sampai-sampai untuk menentukan langkah

hidup pun mereka begitu saja menyerahkan diri kepada saran psikolog

berdasarkan hasil penelusuran minat dan bakat. Padahal sebenarnya mereka juga

dapat melakukan sendiri suatu proses yang dimulai dengan pengenalan potensi

diri sendiri, bakat apa yang mereka miliki, dan hal-hal apa saja yang mereka

sukai. Dengan menelaah hal-hal ini mereka dapat mencari sendiri informasi

tentang bidang-bidang apa yang bisa mereka geluti di perguruan tinggi atau dalam

pekerjaan.

Dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kenakalan

remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar

aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya

sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun. Sesuai

dengan pendapat di atas penulis menambahkan remaja yang berusia 12-21 tahun

mayoritas ditemukan melakukan pereilaku menyimpang yang bertentangan

dengan norma hukum, norma agama, norma susila dan norma kesopanan. Sangat

minoritas ditemukan remaja usia tersebut yang mematuhi sepenuhnya terhadap

nilai dan norma yang berlaku. Hal itu disebabkan oleh kurangnya kontrol orang

tua terhadap perilaku remaja serta seorang anak yang meranjak masa remajanya

terlalu manja sama orang tuanya di waktu masih anak-anak.


15

2.4. Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)

maupun faktor dari luar (eksternal). (Eliasa,http://staff.uny.ac.id/diakses 12

Februari 2013).

2.4.1. Faktor Internal

1. Krisis identitas

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua

bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam

kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi

karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

2. Kontrol diri yang lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat

diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’.

Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku

tersebut, namun tidak bisa mengembangkan control diri untuk bertingkah laku

sesuai dengan pengetahuannya.

2.4.2. Faktor Eksternal

1. Keluarga

Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau

perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.

Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak

memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa

menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.


16

2. Teman sebaya yang kurang baik

3. Komunitas/lingkungan/sekolah/ tempat tinggal yang kurang baik.

2.5. Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang, sadar atau tidak sadar

pernah kita alami atau kita lakukan. Penyimpangan sosial dapat terjadi dimanapun

dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau

kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya

keseimbangan kehidupan dalam masyarakat.(Arif Herdiyanto, 2010).

Secara mendasar, paling tidak ada tiga perspektif untuk menentukan

apakah perilaku menyimpang itu, yaitu absolutist, normative, dan reactive

(Goode, 1984: 7). Perspektif absolutist berpendapat bahwa kualitas atau

karakteristik perilaku menyimpang bersifat instrinsik, terlepas dari bagaimana ia

dinilai. Dengan kata lain, perilaku menyimpang ditentukan bukan dengan norma,

kebiasaan, atau aturan-aturan sosial. Perspektif normative berpendapat bahwa

perilaku menyimpang bisa didefinisikan sebagai setiap perilaku yang tidak

berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu

dalam masyarakat (Cohen, 1992: 218).

Dengan demikian, sebuah tindakan dikatakan menyimpang atau tidak,

ditentukan oleh batasan-batasan norma masyarakat atau budaya. Perspektif reaktif

berpandangan bahwa perilaku menyimpang dapat ditemukan dalam bagaimana

secara aktul perilaku itu dinilai. Untuk dapat dikualifikasikan sebagai sebuah

perilaku menyimpang, sebuah tindakan harus memenuhi syarat (1)diamati atau

paling tidak didengar, dan (2) menyebabkan hukuman yang nyata bagi pelakunya.
17

Perilaku menyimpang beberapa individu bisa menjadi awal terbentuknya

suatu norma baru. Jika semakin banyak orang ikut menerapkan perilaku

menyimpang, dan kelompok organisasi ikut menunjang dan membenarkan, maka

perbuatan itu tidak lagi dipandang sebagai perilaku menyimpang tetapi justru

sebagai norma baru. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh individu dapat

dikaji melalui pendekatan sosiologis, biologis, psikologis dan kriminologi.

(Idianto Muin, 2006 : 155-160).

2.5.1. Menurut Sudut Pandang Sosiologis

1. Perilaku Menyimpang Karena Sosialisasi

Dalam sosialisasi individu menyerap norma dan nilai. Perilaku

menyimpang disebabkan oleh adanya gangguan pada proses penyerapan dan

pengamalan nilai-nilai tersebut. Contoh : Jika seorang remaja bergaul dengan

teman-teman yang berpakaian kurang sopan di mata masyarakat, lambat laun ia

akan berpengaruh melakukan hal serupa.

2. Perilaku Menyimpang Karena Anomi

Menurut Emile Durkheim, anomi adalah suatu situasi tanpa norma dan

tanpa arah, sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan social yang

diharapkan dan kenyataan sosial yang ada. Hal ini terjadi dalam masyarakat yang

memiliki banyak norma dan nilai, tetapi norma dan nilai itu saling bertentangan.

Yang terjadi adalah konflik nilai, bukan kesepakatan nilai. Masyarakat menjadi

tidak mempunyai pegangan untuk menentukan arah perilaku masyarakat yang

teratur. Gejala ini merupakan kenyataan dasar pada masyarakat modern.


18

Menurut Robert K. Merton menganggap anomi disebabkan adanya ketidak

harmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara legal yang disepakati

masyarakat untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Penyimpangan sosial terjadi

ketika orang melakukan cara tidak legal untuk mencapai tujuan budaya.

Berdasarkan lokasi penelitian melton, yaitu Amerika Serikat, tujuan budaya yang

dimaksud adalah mencapai kekayaan.

3. Perilaku menyimpang karena diferential association

Menurut Edwin H. Sutherland, penyimpangan terjadi akibat adanya

differential association asosiasi yang berbeda terhadap kejahatan. Semakin tinggi

derajat interaksi dengan orang yang berperilaku menyimpang, semakin tinggi pula

kemungkinan seorang belajar bertingkah laku yang menyimpang. Derajat interaksi

ini bergantung pada frekuensi, prioritas, durasi dan intersitas. Contoh : Seorang

anak yang tinggal dilingkungan pencopet, akan memiliki kecenderungan yang

tinggi untuk mempelajari cara-cara untuk melakukan pencopetan lewat teman-

teman dan orang dewasa dilingkungannya dan pada akhirnya juga menjadi pelaku

pencopetan.

4. Perilaku menyimpang karena pemberian julukan (labering)

Menurut Edwin H. Lemert, perilaku menyimpang lahir karena adanya

batasan (cap, julukan, sebutan) atas suatu perbuatan yang disebut menyimpang.

Contoh : Seorang remaja tertangkap basah saat mencoba menghisap ganja. Ia

mendapat lebel pemakai narkoba. Walau masih mencoba-coba, ia tertangkap

basah lagi. Maka masyarakat akan member lebelnya lagi sebagai pecandu
19

narkoba. Akibatnya dia mengidentifikasikan diri terlibat dalam kehidupan

pecandu narkoba.

2.5.2. Menurut Sudut Pandang Biologis

Sebagian besar ilmuan abad ke-19 berpandangan bahwa kebanyakan

perilaku menyimpang disebabkan oleh factor-faktor biologis, seperti tipe-tipe sel

tubuh. Sheldon mengidentifikasikan tipe tubuh menjadi tiga tipe dasar yaitu ;

endomorph (bundar, halus, gemuk), mesomorph (berotot, atletis), dan ectomorph

(tipis, kurus) yang mempunyai kecenderungan sifat-sifat dan kepribadian masing-

masing. Misalnya, para pecandu alkohol dan penjahat umumnya mempunyai tipe

tubuh mesomorph.

Kriminolog Italia, Cesare Lombroso, berpendapat bahwa orang jahat

dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang pipi panjang; kelainan pada mata yang

khas; tangan-tangan; jari-jari kaki serta tangan-tangan relative besar dan susunan

gigi yang abnormal.

Para ahli ilmu sosial sangat meragukan kebenaran teori tipe tubuh.

Meskipun ditunjang oleh berbagai bukti empiris, para kritikus menemukan

sejumlah kesalahan metode penelitian sehingga ragu akan kebenarannya. Para

ilmuan lain faktor biologis secara relatife tidak penting pengaruhnya terhadap

penyimpangan perilaku.

2.5.3. Menurut Sudut Pandang Psikologis

Teori psikologi berpandangan bahwa penyakit mental dan gangguan

kepribadian berkaitan erat dengan beberapa bentuk perilaku menyimpang.

Perilaku menyimpang sering kali dianggap sebagai suatu gejala penyakit mental.
20

Sigmund Freud berpendapat. Dia membagi diri manusia menjadi tiga bagian

penting sebagai berikut, yaitu:

1. Id, bagian diri yang bersifat tidak sadar, naluriah, dan impulsif (mudah

terpengaruh oleh gerak hati).

2. Ego,bagian diri yang bersifat sadar dan rasional (penjaga pintu kepribadian)

3. Superego, bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai kultural dan berfungsi

sebagai suara hati.

Menurut Freud, perilaku menyimpang terjadi apabila id yang berlebihan

(tidak terkontrol) muncul bersamaan dengan superego yang tidak aktif, sementara

dalam waktu yang sama ego yang seharusnya dominan tidak berhasil memberikan

perimbangan.

2.5.4. Menurut Sudut Pandang Kriminologi

Berdasarkan sudut pandang kriminologi, penyimpangan sosial dapat

dilihat melalui teori konflik dan teori pengendalin.

1. Teori Konflik

Dalam teori ini terdapat dua macam konflik yaitu :

a. Konflik budaya, terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah

kebudayaan khusus yang masing-masing cenderung tertutup sehingga

mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai. Masing-masing

kelompok menjadikan menjadikan norma budayanya sebagai peraturan resmi.

Akibatnya orang yang menganut budaya berbeda dianggap menyimpang.

Pada masyarakat seperti ini kelompok minoritas harus bertentangan

(berkonflik) dengan kelompok mayoritas karena mereka dipaksa

meninggalkan kebudayaan yang sudah mereka anut sebelumnya.


21

b. Konflik kelas sosial, terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan

sendiri untuk melindungi kepentingannya. Pada kondisi ini, terjadi eksploitasi

kelas atas terhadap kelas bawah. Mereka yang menentang hak-hak istimewa

kelas atas dianggap mempunyai perilaku menyimpang sehingga dicap sebagai

penjahat.

2. Teori Pengendalian sosial

Kebanyakan orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya

pengendalian dari dalam maupun dari luar. Pengendalian dari dalam berupa norma

yang dihayati dan nilai yang dipelajari seseorang. Pengendalian dari luar berupa

imbalan sosial terhadap tindakan penyimpangan. Dalam masyarakat konvensional,

terdapat empat hal yang mengikat individu terhadap norma masyarakatnya.

a. Kepercayaan, mengacu pada norma yang dihayati.

b. Ketanggapan, yakni sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain,

berupa sejauh mana kepekaan seseorang terhadap kadar penerimaan orang

konformis.

c. Keterikatan (komitmen), berhubungan dengan berapa banyak imbalan yang

diterima seorang atas perilaku yang konformis.

d. Keterlibatan, mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga

masyarakat, seperti majelis ta’lim, sekolah dan organisasi-organisasi

setempat.

2.6. Patologi Sosial

Secara etimologis, kata patologi berasal dari kata pathos yang berarti

penderitaan atau penyakit dan logos berarti berbicara tentang ilmu. Jadi patologi
22

adalah ilmu yang membicarakan tentang penyakit atau ilmu tentang penyakit.

Pada abad ke-19 dan pada awal abad ke-20, para sosiolog mendefinisikan patologi

sosial sebgai bentuk semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma

kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas

keluarga, hidup rukun tetangga, disiplin, kebaikan, dan hokum formal. (Kartono

dalam Aang Supriatna, 2012).

Kartini Kartono dalam karyanya yang berjudul Patologi Sosial mengkaji

tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku patologi sosial seperti

faktor politik, religious, sosial budaya dan faktor ekonomi. Kemudian perilaku

anak terbagi menjadi dua normal dan abnormal atau menyimpang. Tingkah laku

normal adalah tingkah laku yang serasi yang bisa diterima oleh masyarakat pada

umumnya. Perilaku yang abnormal atau menyimpang adalah tingkah laku yang

tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya dan tidak sesuai dengan

norma sosial yang ada. (Kartini Kartono, 1988: 13-14).

Soerjono Soekanto dalam bukunya sosiologi suatu pengantar

menyebutkan klasifikasi masalah sosial dan beberapa contoh masalah sosial yaitu;

kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi muda dalam

masyarakat modern, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, peperangan,

masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup dan masalah birokrasi.

(Soerjono Soekanto, 2006 : 319-342).

2.7. Peran Pendidikan Dalam Menangkal Kenakalan Remaja

Menurut Emile Durkheim pendidikan adalah pengaruh yang dilaksanakan

oleh orang dewasa atas generasi yang belum matang untuk penghidupan sosial
23

(Muhammad Said dalam Achmad Hufad, http://file.upi.edu/diakses 12 Februari

2013).

Masalah kenakalan anak (Juvenile Delinquency) sering menimbulkan

kecemasan sosial karena eksesnya dapat menimbulkan kemungkinan (gap

generator), sebab anak-anak diharapkan sebagai kader penerus serta calon-calon

pemimpin bangsa (revitalising agent) banyak tergelincir dalam lumpur kehinaan.

Kenakalan anak sebagai sesuatu sifat kodrati/natural, tidak dapat

dibendung dan ditiadakan, tetapi hanya bisa ditangkal dengan usaha-usaha secara

bijak, sehingga tidak berkibat fatal dan merugikan masyarakat banyak. Upaya-

upaya menangkal secara bijak, tepat dan efisien merupakan topik pembahasan

yang akan diketengahkan, agar memperoleh tambahan masukan untuk

menghasilkan terapi yang semakin akurat bagi para pendidik khususnya, dan

pemuka masyarakat umumnya dalam mengembangkan sumber daya manusia

yang berkualitas melalui humaniora (ilmu-ilmu untuk memajukan manusia)

sehingga mencapai kemanusiaan yang sesungguhnya. (Ary H. Gunawan, 2010:

88-89).

2.8. Peran Pendidikan Keluarga Pada Anak

Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial,disamping agama yang

secara resmi telah berkembang disemua masyarakat. Tugas-tugas kekeluargaan

merupakan tanggung jawab lansung setiap pribadi dalam masyarakat. Peran

tingkah laku yang dipelajari di dalam keluarga merupakan contoh atau profit

peran tingkah laku yang diperlukan pada segi-segi lainnya dalam masyarakat.

Keseluruhan tingkahlaku pribadi dalam menangatur waktu dan tenaganya lebih


24

mudah dilihat oleh keluarganya daripada orang luar. (Willam J. Goode, 2007 : 7-

8).

Keluarga sebagai sebuah lembaga atau masyarakat pendidikan yang

pertama, senantiasa berusaha menyediakan kebutuhan biologis bagi anak serta

merta merawat dan mendidiknya. Keluarga mengharapkan agar tindakannya itu

dapat mendorong perkembangan anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang dapat

hidup dalam masyarakatnya, dan sekaligus yang dapat menerima, mengolah,

menggunakan dan mewariskan kebudayaan.

Karena itu Colley menyebut keluarga sebagai kelompok inti, sebab ia

adalah dasar dalam pembentukan kepribadian. Keluarga sebagai masyarakat

pendidikan pertama alamiah. Anak dipersiapkan oleh lingkungan keluarganya

untuk menjalani tingkatan-tingkatan perkembangannya sebagai bekal memasuki

dunia orang dewasa. Bahasa, adat-istiadat, dan seluruh isi kebudayaan keluarga

dan masyarakatnya diperkenalkan oleh keluarga kepada anak. (Achmad Hufad,

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR/_PEND/diakses 12 Februari 2013).

Mengacu pada makna keluarga dalam konteks sosiokultural Indonesia

pada khususnya, Achmad Hufad membagi lima fungsi keluarga dalam mendidik

anak-anaknya, yaitu:

1. Sebagai persekutuan primer, yaitu hubungan antara anggota keluarga bersifat

mendasar dan eklusif karena faktor ikatan biologis, ikatan hokum, dan karena

adanya kebersamaan dalam mempertahankan kehidupan.

2. Sebagai pemberi efeksi (kasih sayang) atas dasar ikatan biologis atau ikatan

hukum yang didorong oleh rasa kewajiban dan tanggung jawab.


25

3. Sebagai lembaga pembentukan yang disebabkan faktor anutan keyakinan,

agama, nilai budaya, nilai moral, baik bersumber dari dalam keluarga maupun

dari luar.

4. Sebagai lembaga pemenuhan kebutuhan, baik yang bersifat material maupun

mental spiritual.

5. Sebagai lembaga partisipasi dari kelompok masyarakatnya yaitu berinteraksi

dalam berbagai aktivitas, baik dengan keluarga lain, masyarakat

banyakmaupun dengan lingkungan alam sekitar.

2.9. Upaya Penanggulangan

Memang tidak bisa dipungkiri kenakalan pada remaja di mana-mana

terjadi, oleh sebab itu para tokoh masyarakat dan segenap warga masyarakat harus

sedini mungkin berupaya untuk menaggulangi kenakalan yang dilakukan oleh

para remaja, kalau tidak hal ini akan menjadi imbas kejahatan pada masyarakat itu

sendiri.

Menurut Drs. H. Arnadi Arkan, M.Pd ada beberapa upaya untuk menanggulangi

kenakalan remaja, yaitu penanaman akhlak/agama di keluarga, meningkatkan kualitas

kesalehan, penanaman akhlak/agama di sekolah, dan memperluas wawasan.

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/diakses 28 Juli 2011).

Adapun penjelasan dari item-item yang telah disebutkan oleh Arnadi

Arkan ialah sebagai berikut:

1. Penanaman akhlak/agama di keluarga

Dalam pendidikan anak perlu diperhatikan perlakuan orang tua yang

diterima oleh si anak misalnya, kasih sayang, perhatian yang memadai, adil dan

tempat berbagi cerita. Dengan demikian anak akan merasa aman dan tenteram
26

tanpa rasa takut dan dimarahi, dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang

lain.

Pendidikan agama dalam keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama

yang memiliki peran sentral dalam pembentukan anak shaleh. Peran ayah dan ibu

dalam pendidikan agama dalam keluarga adalah sebagai guru yang wajib

membawa anak mereka ke jalan Islami dengan penuh perhatian dan rasa kasih

sayang. Daradjat menyatakan, hanya agamalah yang dapat mengendalikan

manusia dan mengarahkannya kepada perbuatan yang baik, saling menolong dan

membantu untuk mencapai kehidupan yang baik bagi semua orang.

2. Meningkatkan kualitas kesalehan

Secara garis besar kualitas keshalehan menurut Islam terdiri dari tiga

unsur, yaitu :

a. Kualitas keshalehan pribadi (diri sendiri dan keluarga). Ditegaskan oleh

Allah swt pada surah Al-Hujurat ayat 6. "Hai orang-orang yang beriman,

jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah

dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu

kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal

atas perbuatanmu itu".

b. Kualitas keshalehan lingkungan masyarakat sekitar.

c. Kualitas keshalehan sistem negara.

3. Penanaman akhlak/agama di sekolah

Sekolah merupakan tempat kedua setelah di rumah tangga. Seluruh aparat

sekolah baik kepala sekolah, tenaga administrasi, pembantu sekolah dan guru

sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian anak didiknya. Khusus dalam


27

penanaman akhlak dan jiwa keagamaan pada diri anak didik, peran guru agama

sangat banyak dituntut untuk dapat mensosialisasikan dan menginternalisasikan

pada diri anak. Usaha pembentukan akhlak/keagamaan anak tidak saja dilakukan

dalam proses pembelajaran (kognitif) namun juga dalam wujud prilaku nyata

"keteladanan" sehingga penanaman akhlak/agama lewat affektif dan psikomotor

bersinergi. Dalam kaitan ini guru agama harus memahami perkembangan

kejiwaan anak. Dalam kaitan ini Daradjat menyatakan "guru agama yang

bijaksana dan mengerti perkembangan perasaan remaja yang tidak menentu, dapat

menggugahnya kepada petunjuk agama tentang pertumbuhan dan perkembangan

seseorang yang sedang memasuki usia masa puber.

4. Memperluas wawasan

Imam Al-Ghazali menyebutkan, ada lima wawasan yang perlu dikuasai oleh

setiap anak-anak remaja usia sekolah untuk dapat berkiprah dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yaitu :

a. Wawasan keilmuan, yaitu anak-anak remaja usia sekolah perlu

meningkatkan kemampuan intelektualnya dengan tidak henti-hentinya

belajar dan menimba ilmu pengetahuan baik dari literatur atau alam

sekitarnya, menguasai iptek dan berusaha meningkatkan kualitas dan

sumber daya manusia (SDM) agar mampu bersaing dengan bangsa lain

yang sudah maju dan mengejar ketinggalan dibeberapa sektor kehidupan

baik menyangkut segi kualitas maupun kuantitasnya.

b. Wawasan keagamaan, yaitu anak-anak remaja usia sekolah perlu

mempertebal keimanan dan meningkatkan ketaqwaannya, terutama

menghadapi proses demoralisasi di kalangan remaja masa kini.


28

c. Wawasan kebangsaan, yaitu anak-anak remaja usia sekolah sebagai calon

pemimpin bangsa di masa depan, perlu membekali diri dengan wawasan

kebangsaan meliputi ilmu politik, ilmu tata Negara, pengetahuan tentang

sejarah bangsa, wawasan nusantara, dan senantiasa mengikuti

perkembangan bangsa dari berbagai sumber informasi baik media cetak

maupun media elektronik. Dengan demikian, maka anak-anak remaja usia

sekolah akan memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme yang tinggi,

disamping memiliki pula tanggung jawab yang besar terhadap nasib dan

kemajuan bangsanya.

d. Wawasan kemasyarakatan, yaitu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

masyarakat, kaum remaja menjadi motivator penggerak kedinamisan bagi

masyarakatnya. Anak-anak remaja usia sekolah harus memiliki kepedulian

sosial yang tinggi, tanggap terhadap permasalahan yang sedang dihadapi

oleh masyarakatnya serta mencoba mencari solusi alternativ

pemecahannya.

e. Wawasan keorganisasian. Suatu kebenaran tanpa ditopang oleh suatu

organisasi yang baik, maka akan dapat dikalahkan oleh kejahatan yang

terorganisir. Oleh sebab itu, Anak-anak remaja usia sekolah harus memiliki

pengetahuan tentang keorganisasian dengan baik agar dalam membina

masyarakat dapat berhasil dan tepat sasaran, juga dengan menggeluti dunia

keorganisasian akan dapat membina jiwa dan banyak mendukung

penyaluran bakat kepemimpinannya.


29

2.10. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Menurut Kartono (2003) dikutip http://www.damandiri.or.id/diakses 28

Juli 2011, bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Kenakalan terisolir (Delinkuensi terisolir) Kelompok ini merupakan jumlah

terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan

psikologis.

2. Kenakalan neurotik (Delinkuensi neurotik). Pada umumnya, remaja nakal tipe

ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa

kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa.

3. Kenakalan psikotik (Delinkuensi psikopatik). Delinkuensi psikopatik ini

sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi

keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya.

4. Kenakalan defek moral (Delinkuensi defek moral). Defek (defect, defectus)

artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinkuensi defek

moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan tindakan anti sosial, walaupun

pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada

inteligensinya.

Jensen (dalam Sarwono, 2002) dikutip http://www.damandiri.or.id/diakses

28 Juli 2011, membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk yaitu:

1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian,

pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain- lain.

2. Kenakalan yang meninbulkan korban materi: perusakan, pencurian,

pencopetan, pemerasan dan lain- lain.


30

3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain:

pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.

4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai

pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.

2.11. Solusi Terhadap Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja ini perlu di atasi supaya tidak berlarut-larut mewabahi

masyarakat lainnya. Adapun beberapa pendekatan dalam proses menimalisir

kenakalan remaja yang terjadi, diantaranya :

Anak muda yang sebelum memiliki citra diri negatif akan menjadi percaya

diri jika diri mereka dan orang tua mereka tetap fokus pada hal-hal yang positif

yaitu apabila mereka menghargai setiap usaha yang dilakukan dan merayakan

setiap keberhasilan. Ini bukan sekedar memuji tindakan mereka, namun juga

memuji siapa diri mereka ( Bobbi Deporter, 2011 : 228 ).

Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa, pada anak-anak yang belum

tertanam citra diri negatif, janganlah di pengaruhi dengan hal-hal yang berdampak

negatif. Namun harus di uapayakan supaya seorang anak tersebut akan menjadi

positif.

Ada tujuh cara mengatasi maslah terbesar remaja (Bobbi Deporter, 2011 :

39-40) yaitu :

1. Mengubah hubungan bermasalah menjadi komunikasi yang penuh percaya diri,

Maksudnya mengemukakan gagasan pemikiran, dan perasaan mereka dengan

penuh keyakinan.

2. Mengubah rasa sakit hati menjadi penghargaan diri, maksudnya memegang

kendali atas bagai mana peristiwa-peristiwa memengaruhi mereka,


31

mengabaikan penolakan, mengubah kegagalan menjadi masukan beharga, dan

mencegah suatu label melekat pada diri.

3. Mengubah citra diri negatif menjadi pemberdayaan diri, maksudnya

memahami hak mereka untuk meminta apa yang mereka inginkan dan

mengenali kekuatan dari bakat keahlian dan kemampuan istimewa mereka.

4. Mengubah rasa takut akan perubahan besar menjadi siap menerima perubahan,

maksudnya menemukan keteguhan hati untuk mengendalikan cara berpikir

tentang apa yang menimpa mereka.

5. Mengubah prestasi buruk menjadi unggul disekolah, maksudnya mengambil

tanggung jawab untuk belajar sepanjang hidup mereka dan menciptakan

lingkungan yang mengusung kegembiraan dalam belajar.

6. Mengubah fokus yang lemah menjadi strategi belajar yang terorganisasi

maksudnya mengubah perilaku dan menggunakan kemampuan berkonsentrasi

untuk memasuki kerangka berpikir belajar.

7. Mengubah motivasi yang rendah menjadi pencapaian tujuan, maksudnya

membayangkan kesuksesan dan mengikuti langkah-langkah untuk meraih

tujuan, baik besar maupun kecil.

Moehari Kardjono (2008 :111), menyatakan bahwa; para orang tua harus

selalu wasapada terhadap perkembangan perilaku dan tabiat anak-anaknya. Sifat-

sifat buruk yang muncul harus dapat segera dieliminasi. Anak-anak mudah meniru

perkatan kotor orang lain. Segala sesuatu yang mereka dengar ingin dicontohkan.

Selain mendengar ucapan atau kata-kata dari ornag tuanya, mereka dapat juga dari

teman bergaulnya.
32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian yang penulis laksanakan bertempat di Kecamatan Bubon

Kabupaten Aceh Barat. Penelitian difokuskan pada analisis kenakalan remaja, dan

penelitian ini di lakukan pada bulan Agustus 2011. Alasan pemilihan tempat

penelitian berdasarkan pertimbangan karena Kecamatan ini sering para remaja

melakukan keoanaran atau kenakalan yang dapat berpengaruh pada kehidupan

masyarakat, sehingga Kecamatan ini perlu adanya upaya dalam menanggulangi

kenakalan remaja tersebut.

3.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif

yaitu melakukan penelitian melalui wawancara mendalam pada masyarakat yang

memuat mengenai masalah analisis kenakalan remaja di Kecamatan Bubon. Hal

ini dimaksud lebih memahami permasalahan penelitian atau yang diteliti sehingga

dapat memberikan gambaran yang diharapkan memperoleh data sesuai yang

diperlukan.

Menurut Azwar Saifuddin (2005 : 5-6) penelitian melalui pendekatan

kualitatif menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif

serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati

dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan

kualitatif sama sekali tidak menggunakan data kuantitatif akan tetapi

penekanannya tidak pada penguji hipotesis, melainkan pada usaha menjawab

32
33

pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumen tatif.

Penelitian deskriptif merupakan menganalisis dan menyajikan fakta secara

sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

1. Kajian pustaka (Library Reusearch) yaitu penyelidikan perpustakaan ini

sangat membantu dalam memperoleh data-data yang berkenaan dengan teori-

teori, istilah- istilah dan hal-hal yang ditemui di lapangan atau ditengah-

tengah masyarakat. Diharapkan berbagai maklumat dan informasi akan

diperolehi dari pada buku-buku, tesis, jurnal, kamus, dan sebagainya

(Abdullah,2007).

2. Penelitian lapangan (Field Research) Dalam metode pendekatan ini,

penelitian dilakukan dalam situasi alamiah akan tetapi didahului oleh

semacam intervensi (campur tangan) dari pihak peneliti. Intervensi ini

dimaksud agar fenomena yang dikehendaki oleh peneliti. Dengan demikian

terjadi kendali atau kontrol parsial terhadap situasi dilapangan (Azwar

Saifuddin, 2005 : 19).

3. Observasi

Secara luas observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran, akan tetapi diartikan lebih sempit, yaitu pengamtan

dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan

pertanyaan-pertanyaan. Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam

kegiatan-kegiatan orang yang diamati, maka observasi yang dilakukan yaitu


34

observasi takpartisipan (nonparticipant observation). Observasi ini peneliti

hanya menjadi pengamat yang berada diluar subjek yang diamati dan tidak

ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, dengan demikian

pengamat akan lebih mudah mengamati kemunculan tingkah laku yang

diharapkan. (Irawan Soehartono, 2008. 69-70).

peneliti melakukan pengamatan kelapangan terhadap persoalan yang sedang

peneliti hadapi, namun peneliti tidak secara langsung berkecimpung dalam

penyelesaian kenakalan remaja, tetapi hanya mengamati peran tokoh

masyarakat dalam penyelesaian kenakalan remaja di Kecamatan Bubon

Kabupaten Aceh Barat.

4. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit atau kecil.

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri

sendiri (self-report), atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi. (Sugiyono, 2011 : 137-138).

Melakukan wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan. Penulis melakukan wawancara dengan informan yang

dilakukan secara purposive Sampling. Adapun nama-nama yang akan peneliti

wawancarai adalah sebagai berikut :

1. Camat Bubon

2. DARAMIL Bubon
35

3. KAPOLSEK Bubon

4. Tokoh masyarakat di tujuh belas (17) gampong dalam Kecamatan Bubon

5. Remaja yang bermasalah

3.4. Teknik Analisis Data

Semua data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dengan

menggunakan model penyajian deskriptif. Ada tiga komponen dalam

memnganalisis data, yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan (Sudarman, 2002:16).

1. Reduksi data sebagai proses pemilihan pemusatan perhatian pada

penyempurnaan abstraksi data dari catatan lapangan, dan dikelompokkan

sesuai dengan masalah yang dikaji.

2. Penyajian data membandingkan semua data primer dilapangan dengan data

sekunder yaitu data yang diperoleh dari perpustakaan.

3. Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil interprestasi data yang diperoleh

dari data primer dan data sekunder.

3.5. Uji Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif, dan membercheck. (Sugiyono, 2011 : 270-276).

Pertama, perpanjangan pengamatan merupakan peneliti kembali

kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang

pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti
36

hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin

akrap semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi. Dengan keakraban tersebut sehingga kehadiran peneliti tidak

lagi mengganggu perilaku yang dipelajari.

Kedua, meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatang secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan

meningkatkan ketekunan itu maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali

apakah apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.

Ketiga, triangulasi merupakan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi

sumber dilakukan dengan cara melihat sumber data untuk menguji kredibilitas

data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya

data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau

kuisionel. Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Sehingga data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih

segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga

lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibelitas data dapat

dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,

atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.


37

Keempat, analisis kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau

berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis

kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan

dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau

bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

Kelima, menggunakan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil

wawancara perlu pendukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang

interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.

Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera,

handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data

yang telah ditemukan oleh peneliti.

Keenam, mengadakan membercheck adalah proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan mebercheck adalah untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data. Apabila data yang diberikan disepakati oleh para pemberi data

berarti datanya valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data

yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh

pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data dan

apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya dan harus

menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.


38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Bubon adalah salah satu Kecamatan baru di Kabupaten Aceh

Barat hasil pemekaran dari Kecamatan Samatiga tahun 2000 berdasarkan

peraturan Daerah (Perda) Nomor. 5 Tahun 2000 dengan luas wilayah ± 136, 7 Km

meliputi 3 kemukiman 17 Desa/Gampong dengan jumlah penduduk 6.102 jiwa.

Berdasarkan letak geografis Kecamatan Bubon terbagi menjadi tiga

katagori, yaitu :

1. Wilayah perkampungan/perumahan

2. Wilayah pertanian dan tanaman pangan

3. Wilayah perkebunan dan hutan adat Gampong

Dan diapit oleh dua buah sungai, yaitu :

1. Sungai/Krueng layung yang hulunya kehutan Gle Siblah Kecamatan Woyla.

2. Sungai/Krueng Bubon yang hulunya kewilayah perkebunan sawit PT. Karya

Tanah Subur (KTS).

Kecamatan Bubon merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Aceh

Barat yang sering dilanda bencana alam banjir, disebabkan meluapnya

sungai/Krueng Bubon dan Krueng Layung, pada akhir tahun 2007 Kecamatan

Bubon (Empat) kali dilanda banjir yang mengakibatkan para petani mengalami

kerugian besar termasuk petani palawija dan nilam, karena secara geografis

Kecamatan Bubon diapit oleh empat Kecamatan, yaitu :

38
39

1. Sebelah Timur dengan Kecamatan Kaway XVI

2. Sebelah Barat dengan Kecamatan Woyla Barat dan Arongan Lambalek

3. Sebelah Utara dengan Kecamatan Woyla

4. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Samatiga

5. Jumlah gampong yang terdapat di Kecamatan Bubon yaitu :

a. Gampong Beurawang

b. Gampong Rambung

c. Gampong Kuta Padang

d. Gampong Layung

e. Gampong Alue Lhok

f. Gampong Alue Bakong

g. Gampong Gunong Panah

h. Gampong seumuleng

i. Gampong Kualang

j. Gampong Liceh

k. Gampong Cot Keumuneng

l. Gampong Ulei Blang

m. Gampong Seuneubok Trap

n. Gampong Suak Pangkat

o. Gampong Cot Lada

p. Gampong Peulanteu Sp

q. Gampong Blang Sibeutong


40

4.1.2. Tanggapan Informan

4.1.2.1. Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja

Seorang anak tidak bertahan pada masa anak-anak, karena seorang anak

mengalami perubahan secara linier. Seorang anak yang baru dilahirkan berada

dalam sifat yang fitrah, namun pergantian hari, pergantian bulan, dan pergantian

tahun dapat menambah umur seorang anak. Sehingga dengan pertumbuhan dan

perkembangan tersebut, seorang anak mengalami masa transisi, yaitu masa

peralihan baginya. Pada masa transisi ini seorang anak meranjak kepada usia

remaja. Pada usia remaja seorang anak mulai mengenal jenjang kehidupan yang

baru, jika pola kehidupan barunya tidak diperhatikan oleh orang tua, guru dan

masyarakat maka remaja cenderung menjerumus kepada kenakalan-kenakalan

yang dia inginkan. Dengan kenakalan yang dilakukan oleh remaja dapat

menjatuhkan jati diri keluarga, mengganggu teman disekolah, dan merusak

lingkungan sekitar-kita. Kenakalan remaja pada masa transisi disebabkan oleh

berbagai sebab yang harus dilihat oleh orang tua, guru dan masyarakat, karena

ketiga komponen inilah yang berhak menganalisis penyebab timbulnya kenakalan

remaja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kapolsek Bubon Bustami, beliau

mengemukakan ada beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja, yaitu :

Kenakalan remaja disebabkan oleh faktor keluarga, kesenjangan


ekonomi, lingkungan, media elek tronik, dan faktor sosial. (Hasil
wawan cara denga Kapolsek Bubon Bustami, Tanggal 10 Agustus
2011).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat kemukakan bahwa, seorang

remaja cenderung kepada kenakalan yaitu disebabkan oleh kelalaian orang tua

dalam mendidik anak-anaknya, dengan kelalaian tersebut dapat menyebabkan


41

sianak terbawa-bawa sikapnya yang ditanamkan dalam keluarga kelingkungan

tempat bermainnya, dan kelingkungan masyarakat luas. Kenakalan remaja juga

disebabkan oleh kesenjangan ekonomi, dengan kesenjangan ekonomi remaja

mudah saja mengambil barang-barang temannya yang berharga karena dia ingin

memilikinya barang-barang yang dimiliki oleh temananya, walaupun barang-

barang-barang itu bukan untuk dijual, namun untuk menjadi mainan baginya atau

sebagai kebutuhan baginya. Remaja juga melalukan kenalan yang disebabkan oleh

lingkungan, dimana remaja mencontoh perilaku-perilaku teman-teman

sepermainnanya. Remaja juga mudah melakukan kenakalan melaluai pengaruh

media elektronik, misalanya ketika seoerang remaja nonton berita kriminal di

televisi maka adegan kriminal yang dinampakkan tersebut bukan untuk dihindari,

namun adegan-adegan tersebut untuk didekati.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Camat Bubon yang diwakili

oleh Sekcam Bubon, yaitu:

Kenakalan remaja disebabkan oleh kurang pedulinya orang tua


terhadap anaknya, kurang pemahaman agama, pengaruh
lingkungan dan pengaruh media massa. (Hasil wawancara dengan
Camat Bubon / Secam Bubon Hassan Basri, 9 Agustus 2011).

Sejalan dengan pendapat di atas, maka Sumardi Danramil Kecamatan

Bubon mengungkapakan penyebab terjadinya kenakalan remaja.

Menurutnya kenakalan remaja timbul akibat kurangnya perhatian


orang tua terhadap anak remajanya dan kurangnya menguasai
pengetahuan agama. (Hasil wawancara dengan Danramil
Kecamatan Bubon Sumardi, 11 Agustus 2011).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka jelas bahwa kenakalan remaja

yang terjadi ditengah-tengah masyarakat disebabkan oleh kurangnya perhatian

orang tua terhadap anak-anaknya. Orang tua membebaskan anak-anaknya


42

melakukan perbuatan walaupun hal yang dilakukan itu bertentangan dengan nilai

dan norma yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.

Selain itu dapat pula dilihat pendapat informan dari tujuh belas gampong.

Karena dengan melihat pendapat tersebut permasalahan lebih jelas diuraikan.

Terjadinya kenakalan remaja dikalangan masyarakat disebabkan


oleh remaja hanya sekedar mencoba untuk melakukan kenakalan
dan remaja juga ingin mengacau suasana. Kenakalan remaja yang
terjadi membutuhkan penanggulangan, karena penanggulangan
dapat menimalisir terhadap kenakalan remaja. Selain sebab di atas,
kenakalan juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan media
massa. (Hasil wawancara dengan Tgk Kamaruddin 12 Agustus
2011).

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Zukhri, yaitu sebagai berikut :

Kenakalan remaja terjadi dikalangan masyarakat disebabkan oleh


remaja yang sedang mencoba sehingga dapat memperekeruh
suasana. (Hasil wawancara dengan Zukhri, 12 Agustus 2011).

Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Mahyudin sebagai berikut :

Kenakalan remaja terjadi disebabkan oleh faktor ekonomi yang


kurang mendukung, keluarga tidak mengontrol anak-anaknya dan
pendidikan agama kurang.(Hasil wawancara dengan Mahyudin, 12
Agustus 2011).
Kenakalan remaja yang terjadi dikalangan masyarakat hanya
sekedar mencoba, faktor ekonomi, pengaruh lingkungan, sehingga
bisa memperkeruh suasana. (Hasil wawancara dengan Marzuki, 12
Agustus 2011).
Kenakalan remaja bisa terjadi disebabkan oleh remaja yang ingin
memperkeruh suasana, sekedar mencoba, kurangnya pendidikan
dan pemahaman agama yang masih awam. (Hasil wawancara
dengan Yuslidan, 12 Agustus 2011).
Kenakalan remaja bisa terjadi dikalangan masyarakat karena
dipengaruhi oleh keluarga, pendidikan yang kurang sempurna
sehingga terpengaruh dengan lingkungan, media massa dan bisa
memperkeruh suasana. (Hasil wawancara dengan Muhammad, 12
Agustus 2011).
43

Pengaruh kenakalan remaja yang terjadi karena disebabkan oleh


para remaja ingin mencoba karena kondisi remaja masih berada di
masa transisi maka rasa ingin tahunya tinggi, dan terlepasnya
control keluarga. (Hasil wawancara dengan Tgk. Zainal Abidin, 13
Agustus 2011).

Kenakalan yang terjadi khusus pada remaja yang berasal dari


keluarga petani karena ekonominya lemah, pendidikan agamanya
kurang, keluarga yang tidak pernah mengontrol anak-anaknya.
(Hasil wawancara dengan M. Yasin, 13 Agustus 2011).
Tujuan para remaja melakukan kenakalan di lingkungan
masyarakat hanyalah untuk memperkeruh suasana, ingin mencoba,
pendidikan kurang, iman tipis, kegagalan sosialisasi dalam
keluarga. (Hasil wawancara dengan Nasir, 13 Agustus 2011).
Faktor yang dominan berpengaruh terhadap kenaklan remaja di
Kecamatan Bubon adalah disebabkan oleh keluarga, media massa,
lingkungan, dan teman sebaya. Dengan majunya teknologi canggih
maka keluarga sulit untuk mengontrol gerak-gerik anaknya dalam
bersikap sehari-hari. (Hasil wawancara dengan Azhar, 13 Agustus
2011).
Remaja memang suatu masalah besar jika remaja itu tidak
dikontrol, maka tingkah laku remaja tidak bisa kita biarkan begitu
saja, namun harus ada control sosial terhadap remaja-remaja yang
ada dilingkungan, adapun tujuan remaja dalam melakukan
kenakalan hanya untuk memperkeruh suasana, faktor sosial,
pendidikan, dan agama. (Hasil wawancara dengan Lahmuddin, 13
Agustus 2011).

Kurangnya perhatian orang tua, anak manja karena orang tuanya


orang kelas atas, masyarakat kurang peduli terhadap sikap remaja
saat ini. (Hasil wawancara dengan Syafari, 14 Agustus 2011).
Faktor keluarga, sekedar mencoba, ingin memperkeruh suasana,
sulitnya orang tua dalam mengontrolnya karena sudah memasuki
era globalisasi yang serba mempermudahkan, nilai agama yang
sudah terkikis dikalangan remaja. (Hasil wawancara dengan
Nyakneh, 14 Agustus 2011).
Keluarga, sekolah, masyarakat, dan media massa sangat berperan
penting untuk mensosialisasikan hal-hal positif pada anak, kalau
tidak maka cenderung mempengaruhi kenakalan remaja, sehingga
dengan terpancingnya hal-hal yang baru maka remaja meniru
walaupun tidak mempunyai sumber nilai dan norma yang jelas.
(Hasil wawancara dengan Hunafa, 14 Agustus 2011).

Pengaruh keluarga tidak berperan maksima, ekonomi yang


kekurangan, sosial masyarakat yang tidak respon, lingkungan
44

remaja yang penuh kebebasan, media massa yang mudah di akses,


pendidikan umum yang mengalami kegagalan dan pendidikan
agama tidak di amalkan, sehingga memudahkan remaja untuk
melakukan kenakalan. (Hasil wawancara dengan Abdul Rahman,
14 Agustus 2011).

Kontrol kelurga harus diperketat dan ilmu agama hurus dipelajari


oleh remaja agar memperoleh iman yang kuat. Apabila iman sudah
kuat maka remaja dapat mehindari dengan sendirinya dari
kenakalan yang dia inginkan. (Hasil wawancara dengan Gadeng, 14
Agustus 2011).

Kelurga berperan penting dalam mendidika anak sebagai dasar


sosialisasi moral, sekolah dan pesantren juga harus dikenali oleh
remaja mengenai ilmu-ilmunya, lingkungan fisik harus difirter agar
tebentuk remaja yang mulia disisi insane maupun disisi Tuhan.
(Hasil wawancara dengan Rusdi M. Isa, 14 Agustus 2011).

Untuk lebih jelasnya maka dapat di lihat pendapat dari para informan pada

Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Penyebab Timbulnya Kenakanalan Remaja

No Nama Informan Penyebab Kenakalan Keterangan


Remaja
1 Tgk Kamaruddin Hanya sekedar mencoba, Banyak faktor
mengacau suasana, pengaruh penyebab
lingkungan dan media massa
2 Zukhri Sedang mencoba, dan Banyak faktor
memperkeruh suasana penyebab
3 Mahyudin Krisis ekonomi, keluarga, dan Banyak faktor
pendidikan Agama
4 Marzuki Sekedar mencoba, krisis Banyak faktor
ekonomi, pengaruh
lingkungan, dan
memperkeruh suasana
5 Yuslidan Memperkeruh suasana, Banyak faktor
sekedar mencoba, kurangnya
pendidikan, dan pemahaman
agama yang masih awam.
6 Muhammad Pengaruh keluarga, krisis Banyak faktor
pendidikan, terpengaruh
dengan lingkungan, media
massa dan memperkeruh
suasana.
7 Tgk Zainal Ingin mencoba, masa Banyak faktor
45

Abidin transisis, terlepas control dari


keluarga.
8 M. Yasin Krisis ekonomi, krisis Banyak faktor
pendidikan agama, faktor
keluarga.
9 Nasir Memperkeruh suasana, ingin Banyak faktor
mencoba, pendidikan kurang,
iman tipis, kegagalan
sosialisasi dalam keluarga.
10 Azhar Faktor keluarga, media Banyak faktor
massa, lingkungan, dan teman
sebaya.
11 Lahmuddin Memperkeruh suasana, faktor Banyak faktor
sosial, pendidikan dan agama.
12 Syafari Kurangnya perhatian orang Banyak faktor
tua, dan kurang perdulinya
masyarakat terhadap sikap
remaja.
13 Nyakneh Faktor keluarga, sekedar Banyak faktor
mencoba, memperkeruh
suasana, faktor keluarga,
krisis nilai agama.
14 Hunafa Keluarga, sekolah, Banyak faktor
masyarakat, dan media
massa.
15 Abdul Rahman Faktor keluarga, ekonomi, Banyak faktor
sosia masyarakat, lingkungan,
pendidikan umum dan
pendidikan agama.
16 Gadeng Kontrol keluarga, kurangnya Banyak faktor
ilmu agama, dan tipisnya
iman.
17 Rusdi M. Isa Faktor keluaraga, Banyak faktor
terhambatnya sosialisasi
melalui dunia pendidikan,
lingkungan fisik.
Diolah dari hasil penelitian dikecamatan Bubon pada tahun 2011.

Berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah informan dan Tabel 4.1.

dapat dijelaskan bahwa kenakalan remaja yang terjadi dikalangan masyarakat

disebabkan oleh remaja dalam melakukan kenakalan hanya sekedar mencoba dan

ingin mengacau suasana, agar suasana di sekitar tempat tinggal tidak aman. Selain

itu juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan dimana kenakalan yang dilakukan
46

memang sudah terbiasa dan tidak ada teguran dari orang tua, dan masyarakat

dilingkungan tempat tinggalnya. Dan kenakalan remaja juga disebabkan oleh

media massa yang menayangkan berbagai adegan yang mudah ditiru oleh para

remaja. Mulai dari adegan yang sifatnya tidak menentang dengan norma-norma

yang ada sampai kepada adegan-adegan yang berbahaya bagi keberlansungan

hidup remaja.

4.1.2.2. Persepsi Masyarakat Terhadap Kenakalan Remaja

Jika orang tua tidak menghiraukan remaja-remajanya melakukan

kenakalan, guru tidak memperdulikan kenakalan yang dilakukan oleh remaja

dilingkungan sekolah, dan masyarakat disekelilingnya juga tidak menghiraukan

terhadap apa yang dilakukan oleh remaja-remaja yang tinggal diwilayah tempat

tinggalnya.

Kehidupan masyarakat memang menjadi suatu tantangan dan harapan

yang sedang dihadapinya, salah satu tantangan adalah kenakalan remaja yang

sering terjadi, adapun harapan yaitu untuk menyelesaikan permasalahan remja.

Masyarakat harus memahami terhadap perilaku-perilaku remaja saat ini agar dapat

meujudkan sebuah keharmonisan dalam hidup bersama, dengan memahami tetang

perilaku-perilaku remaja dewasa ini maka masyarakat mampu menganalisis

terhadap kenakalan tersebut. Apabila masyarakat mampu menganalisis terhadap

permasalahan remaja yang sedang dihadapi, maka permasalahan tersebut mampu

untuk dihambat sedini mungkin, yaitu dengan cara mengontrol gerak-gerik yang

dilakukan oleh remaja, karena remaja kadang kala menjalani hidupnya dengan

suatu sikap yang tidak beretika, dan kadang kala dengan penuh etika. Memang
47

dari tiap-tiap kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari berbagai masalah yang

dihadapi. Menurut analisa Sumardi Danramil Bubon berpendapat bahwa:

Penduduk Kecamatan Bubon dalam melaksanakan perintah agama


sudah cukup baik, hal ini terbukti setiap gampong sudah
melaksanakan majelis taklim dan kegiatan agama lainnya. Begitu
juga mengenai pelaksaan adat sudah berjalan namun belum
maksimal. Mengenai masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan fisik dan mental sudah cukup baik. Sehingga
kenakalan remaja pada prinsipnya masih ada namun skalanya kecil.
(Hasil wawancara dengan Danramil Kecamatan Bubon Sumardi, 11
Agustus 2011).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa;

masyarakat Kecamatan Bubon saat ini sudah memahami ilmu-ilmu agama dengan

baik, mengenai adat istiadat tetap berjalan sebagaimana mestinya namun belum

memperoleh hasil secara maksimal dan masalah pelaksanaan pembangunan fisik

dan pembangunan mental juga sudah cukup baik. Sehingga saat ini kenakalan

remaja yang pernah terjadi masih diambang batas dan masih mampu di atasinya.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Bustami Kapolsek Bubon,

menurutnya yaitu:

Keadaan penduduk dalam melaksanakan perintah agama sangat


fanatik namun masih ada sebagian masyarakat yang melanggar
Qanun Syariat Islam. Mengenai pelaksaan adat istiadat merupakan
hal yang dianggap penting bagi masyarakat, hal ini ditandai dengan
terbentuknya Majelis Adat Aceh (MAA) kecamatan. Demikian
pula halnya dengan kenakalan remaja masih ditemukan dalam
jumlah yang sedikikit. (Hasil wawan cara denga Kapolsek Bubon
Bustami, Tanggal 10 Agustus 2011).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dikemukakan bahwa; keadaan

masyarakat yang melaksanakan perintah agama secara fanatik, menjunjung tinggi

nilai adat dan budaya, namun kenakalan remaja juga masih terjadi walau dalam

jumlah yang sedikit. Mayoritas masyarakat menganggap kenakalan remaja yang

terjadi sering dilakukan oleh anak-anak petani, hal ini sebagaimana yang
48

dikemukakan oleh perwakilan dari tujuh belas gampong yang telah dilakukan

wawancara, yaitu :

Umumnya remaja yang melakukan kenakalan adalah remaja-


remaja yang berasal dari keluarga yang orang tuanya berprofesi
sebagai petani. . (Hasil wawancara dengan Tgk Kamaruddin pada
tanggal 12 Agustus 2011).

Para remaja melakukan kenakalan disebabkan oleh kurangnya


control dari pihak keluarga, adanya peluang gerak dari lingkungan
masyarakat dan pengaruh media massa.(Hasil wawancara dengan
Zukhri 12 Agustus 2011).
Anak remaja melakukan kenakalan akibat pengaruh finansial
keluarga, karena finansial keluargakurang mampu untuk
memberikan biaya pendidikan yang layak pada anak-anaknya,
sehingga anak-anaknya tersebut mengalami krisis jati diri (Hasil
wawancara dengan Mahyuddin, 12 Agustus 2012).

Analisa masyakata terhadap kenakalan remaja yang terjadi saat ini,


disebabkan para remaja sudah mulai menjauh dari nilai dan norma
yang Islami, namun sudah mendekati dengan nilai dan norma
modern yang mampu membuat ulah remaja dalam kebebasan, saat
ini orang tua, guru di sekolah, dan masyarakat sudah sulit
mengontrol remajanya, sehingga remaja saat ini cenderung
membentuk sikap kenakalan dari kebiasaan kebebasan yang dia
miliki, kemudian kebebasan itu harus dipengaruhi pada remaja-
remaja lain untuk memperkeruh suasana. (Hasil wawancara dengan
Marzuki, 12 Agustus 2012).

Keluarga yang berprofesi sebagai petani, justru mendidik anak-


anaknya dalam waktu keterbatasan, sehingga anak-anaknya kurang
mempunyai waktu luang untuk bersama orang tuanya, bahkan
ketika anaknya pulang sekolah orang tuanya tidak pernah
merespon, jadi remaja ini melakukan kenakalan hanya sebatas
untuk mencari perhatian dari orang tua. (Hasil wawancara dengan
Yuslidan, 12 Agustus 2012).

Para remaja melakukan kenakanlan karena adanya dorongan dari


teman sepermainan, maka dari itu remaja suka ikut-ikutan untuk
melakukan kenakalan. (Hasil wawancara dengan Muhammad, 12
Agustus 2012).

Keadaan remaja saat ini memang memprihatinkan, selain memiliki


krisis iman, dia juga kurang bereitika, itu semua kurang
partisipasinya orang tua terhadap pendidikan anak, sehingga
anaknya itu terlalu bebas. (Hasil wawancara dengan Tgk Zainal, 13
Agustus 2012).
49

Kenakalan remaja saat ini terjadi karena disebabkan oleh krisis


pendidikan dan akhlak pada remaja, itu bukan salah orang tua
dalam mendidika anak, tetapi itu salah remaja sendiri ketika dia
disuruh kesekolah, disuruh mengaji, dia hanya tidak respon
terhadap perintah orang tuanya. (Hasil wawancara dengan M.
Yasin, 13 Agustus 2012).

Kenakalan remaja memang sudah menjadi tradisi dari dulu sampai


sekarang, namun kenakalan remaja masa dulu tidak separah
kenakalan remaja masa kini, dulu hanya sebatas kenakalan biasa,
namun sekarang sudah menuju kepada kenakalan yang sifatnya
sulit untuk ditoleransikan, yaitu seperti mabuk, main wanita, main
judi, dan lain sebagainya. (Hasil wawancara dengan Nazir, 13
Agustus 2012).

Kenakalan remaja terjadi akibat remaja mengalami krisis jati diri,


untuk mehindari kenakalan remaja tersebut maka terlebih dahulu
mengembalikan jati diri remaja itu menjadi remaja yang
berpendidikan, mempunyai perhatian orang tua dalam hal finansial
dan pendapatan sendiri untuk membantu ekonomi orang tua, serta
keimanan harus diperkuat. (Hasil wawancara dengan Azhar, 13
Agustus 2012).

Kenakalan remaja suatu hal yang sering terjadi dimana-mana,


karena pada saat remaja seorang anak sedang memasuki masa
transisi, sehingga dengan masa transisi tersebut, seorang remaja
ingin memperoleh informasi untuk rasa ingin tahunya kepada hal-
hal yang baru. (Hasil wawancara dengan Lahmuddin, 13 Agustus
2012).

Para remaja sangat suka untuk melakukan kenakalan, karena para


remaja ingin mengetahui hal-hal yang baru terhadap perkembangan
era masa kini, jika dia tidak menemukan peluang untuk mengakses
informasi terbaru maka merasa malu dengan teman-temanya, jadi
karena keterbatasan sumber informasi yang akurat dan positif maka
remaja memilih jalan pintas, yaitu melakukan perikau-perilaku
yang bertentangan dengan nilai dan norma kehidupan sehari-hari
dalam masyarakat. (Hasil wawancara dengan Syafari, 14 Agustus
2012).

Kenakalan remaja memang suatu hal yang selalu tidak bisa


dihindari, namun itu bukan berarti kenakalan remaja suatu hal yang
biasa-biasa saja, namun pada suatu saat kenakalan tersebut bisa
berimbas pada remaja-remaja lain, jika sudah berimbas maka sudah
dominan remaja yang melakukan kenakalan seperti itu sehingga
bisa untuk merusak lingkungan remaja. (Hasil wawancara dengan
Nyakneh, 14 Agustus 2012).
50

Kondisi para remaja saat ini sudah mengalami gejolak, dari gejolak
yang tidak jelas tersebut maka akan menimbulkan sebuah masalah
yang selalu diseminarkan baik dari kalangan akademisi,
pemerintahan, dan dikalangan masyarakat. (Hasil wawancara
dengan Hunafa, 14 Agustus 2012).

Kenakalan remaja memang suatu hal yang cenderung terjadi akibat


pengaruh keluarga, sekolah, media massa, dan lingkungan remaja
tempat ia tinggal. (Hasil wawancara dengan Abdurrahman, 14
Agustus 2012).

Para remaja melakukan kenakalan deipengaruhi oleh remaja-remaja


lain yang ada di lingkungan tempat ia tinggal, kemudian kurangnya
perhatian dari orang tua karena sibuk dalam berprofesi, dan sedikit
kontribusi masyarakat untuk membasmi kenakalan yang terjadi.
(Hasil wawancara dengan Gadeng, 14 Agustus 2012).

Remaja adalah harapan bangsa untuk menuju masa depan yang


gemilang, namun remaja saat ini mayoritas melakukan kenakalan,
itu tidak hanya terjadi pada remaja yang orang tuanya berprofesi
sebagai petani namun juga terjadi pada remaja yang orang tuanya
berprofesi sebagai PNS, pedangang dan itu disebabkan oleh
kelalaian orang tua dalam mendidik anak, kemalasan yang ada pada
remaja itu sendiri, dan pengaruh globalisasi yang negatif mampu
menghancurkan masa depan remaja. (Hasil wawancara dengan
Rusdi M. Isa, 14 Agustus 2012).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dikemukakan remaja-remaja


yang melakukan kenakalan saat ini yaitu berasal dari kelas sosial bawah, karena
kelas sosial bawah mengalami keterbatasan dibidang ekonomi, salah satunya
adalah remaja yang berasal daro orang tuanya sebagai petani. Adapun jenis-jenis
kenakalan remaja yang terjadi yaitu minuman keras, mengisap ganja, pencurian,
perampokan, perkelahian, perjudian, mengganggu wanita, pengrusakan dan
ngebut dijalan. Kenakalan remaja yang terjadi dikalangan masyarakat yang masih
mendapat toleransi dari masyarakat maka diselesaikan di gampong. Adapun
tempat dan langkah penyelesaiannya sebagai berikut :

Penyelesaian kenakalan remaja dilakukan oleh Tuha Peut, Keuchik,


dan dibantu oleh Teungku Imum Mesjid. Penyelesaian masalah
kenakalan remaja dalam masyarakat dilakukan dengan cara
membimbing/nasehat yang berisikan nilai-nilai agama dan
memberikan sanksi sosial baginya, agar orang tua dapat mendidik
remaja dengan budi pekerti luhur sehingga berguna untuk
51

kehidupan bersama. Jika kenakalan remaja dilakukan dengan


memberikan sanksi sosial, maka dikenakan denda atau biaya untuk
menembus kesalahan yang dilakukan kapada masyarakat. Apabila
kenakalan yang dilakukan merugikan individu maka denda yang
diberikan untuk umum dan untuk membayar hak korban sesui
dengan permintaan dan kerugian yang ditanggung oleh korban.
penyelesaian kenakalan remaja yang sering digunakan adalah
Mesjid, jarang masyarakat menggunakan Balai Desa ataupun
jarang masyarakat menyelesaikan maslah sesuai dengan situasi dan
kondisi. (Hasil wawancara dengan Tgk Kamaruddin pada tanggal
12 Agustus 2011).

Penyelesaian masalah kenakalan remaja yang terjadi dilakukan di


Mesjid, masalah alah remaja dimusyawarahkan oleh Keuchik, dan
dibantu oleh Tuha peut serta Imum Mesjid. (Hasil wawancara
dengan Zukhri pada tanggal 12 Agustus 2011).

Masalah kenakalan remaja yang terjadi dikalangan masyarakat


Kecamatan Bubon diselesaikan secara adat di Mesjid oleh kepala
desa, Tuha peut dan Tgk Imum mesjid, jika permasalahan
bertambah rumit maka dikenakan sanksi sosial. (Hasil wawancara
dengan Mahyuddin pada tanggal 12 Agustus 2011).

Penyelesaian masalah kenakalan remaja yang terjadi pertama


diselesaikan di Mesjid, kemudian apabila setelah diselesaikan
masih muncul kenakan yang sama maka dikenakan sanksi sosial,
jika tidak mapan dengan menggunakan sanksi sosial maka akan
serahkan kepada pihak yang berwajib/ Kepolisian. (Hasil
wawancara dengan Marzuki pada tanggal 12 Agustus 2011).

Penyelesaiaan masalah kenakalan remaja dilakukan secara adat


oleh pihak petinggi yang ada di gampong, dan dari permasalahan
yang terjadi dikenakan sanksi sosial untuk diberikan kepada korban
sebagai biaya untuk korban yang sudah menanggung malu. (Hasil
wawancara dengan Yuslidan pada tanggal 12 Agustus 2011).

Para remaja yang telah melakukan kenakalan, maka akan


diselesaikan secara adat di Mesjid, kemudian jika tidak mampu lagi
diselesaikan di Mesjid maka diserahkan kepada pihak yang
berwenanag. (Hasil wawancara dengan Muhammad pada tanggal
12 Agustus 2011).

Saat ini penanggulangan kenakalan remaja masih dilakukan di


Mesjid secara adat, pihak yang terlibat dalam penyelesaian masalah
tersebut adalah Keuchik, Tgk Imum Mesjid, Tuhapeut dan juga
diikut sertakan oleh seluruh masyarakat gampong. (Hasil
wawancara dengan Tgk Zainal Abidin pada tanggal 13 Agustus
2011).
52

Kenakalan remaja yang terjadi biasanya diselesaikan di Mesjid


melalui cara adat yang pernah dilakukan sebelumnya, apabila cara
adat tersebut kurang mapan maka akan diserahkan kepada pihak
yang berwajib, jika masih sanggup diselesaikan dengan
menggunakan cara adat maka akan diselesaikan dengan cara
tersebut dan juga dikenakan sanksi bagi remaja yang menjadi aktor
melakukan kenakalan. (Hasil wawancara dengan M. Yasin pada
tanggal 13 Agustus 2011).

Penanggulangan kenakalan remaja di Kecamatan Bubon dilakukan


dengan cara adat, penyelesaiannya dilakukan di Mesjid. (Hasil
wawancara dengan Nazir pada tanggal 13 Agustus 2011).

Penanggulangan kenakalan remaja di Kecamatan Bubon ditangani


oleh pihak aparatur gampong yang berperan penting seperti
Keuchik, Tuha Peut, Tgk Imum Mesjid, dan apabila ditemukan
bukti kesalahan yang dilakukan maka akan dikenakan sanksi sosial
sesuai adat yang berlaku. (Hasil wawancara dengan Azhar pada
tanggal 13 Agustus 2011).

Masyarakat melakukan upaya penanggulangan terhadap kenakalan


remaja denga cara menggunakan hukum adat, penyelesaiaannya
dilakukan di Mesjid. (Hasil wawancara dengan Lahmuddin pada
tanggal 13 Agustus 2011).

Penanggulangan masalah kenakalan remaja dengan menggunakan


hukum adat apabila kenakalan itu bersifat primer, penyelesaiannya
dilakukan oleh Keuchik, Tuha peut, dan dibantu oleh teungku
imum mesjid dan jika kenakalan itu bersifat sekunder maka
diserahkan kepada pihak yang berkewajiban menaggulangi masalah
kasus tersebut atau polisi. (Hasil wawancara dengan Syafari pada
tanggal 14 Agustus 2011).

Penaggulangan kenakalan remaja dilakukan oleh Keuchik, Tuha


Peut, dan dibatu oleh Tgk. Imum Mesjid. Penyelesaiannya
dilakukan dengan cara membimbing dan menasehatinya, jika tidak
sanggup dengan hal seperti itu maka dikenakan saknsi biaya untuk
menebus kesalahan yang dilakukan kepada masyarakat. (Hasil
wawancara dengan Nyakneh pada tanggal 14 Agustus 2011).

Penanggulangan masalah kenakalan remaja dengan menggunakan


hukum adat apabila kenakalan itu bersifat primer, penyelesaiannya
dilakukan oleh Keuchik, Tuha peut, dan dibantu oleh teungku
imum mesjid dan jika kenakalan itu bersifat sekunder maka
diserahkan kepada pihak yang berkewajiban menaggulangi masalah
kasus tersebut atau polisi. (Hasil wawancara dengan Hunafa pada
tanggal 14 Agustus 2011).
53

Penanggulangan masalah kenakalan remaja dengan menggunakan


hukum adat apabila kenakalan itu bersifat primer, penyelesaiannya
dilakukan oleh Keuchik, Tuha peut, dan dibantu oleh teungku
imum mesjid dan jika kenakalan itu bersifat sekunder maka
diserahkan kepada pihak yang berkewajiban menaggulangi masalah
kasus tersebut atau polisi. (Hasil wawancara dengan Abdurrahman
pada tanggal 14 Agustus 2011).

Penanggulangan masalah kenakalan remaja dengan menggunakan


hukum adat apabila kenakalan itu bersifat primer, penyelesaiannya
dilakukan oleh Keuchik, Tuha peut, dan dibantu oleh teungku
imum mesjid dan jika kenakalan itu bersifat sekunder maka
diserahkan kepada pihak yang berkewajiban menaggulangi masalah
kasus tersebut atau polisi. (Hasil wawancara dengan Gadeng pada
tanggal 14 Agustus 2011).

Penanggulangan masalah kenakalan remaja dengan menggunakan


hukum adat apabila kenakalan itu bersifat primer, penyelesaiannya
dilakukan oleh Keuchik, Tuha peut, dan dibantu oleh teungku
imum mesjid dan jika kenakalan itu bersifat sekunder maka
diserahkan kepada pihak yang berkewajiban menaggulangi masalah
kasus tersebut atau polisi. (Hasil wawancara dengan Rusdi M. Isa
pada tanggal 14 Agustus 2011).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa;

penyelesaian masalah kenakalan remaja dilakukan ditempat-tempat umum, tempat

umum yang sering digunakan yaitu Mesjid. Penyelesaian masalah kenakalan

remaja menjadi tugas utama Tuhapeut, Keuchik dan dibantu oleh Tgk. Imum

Mesjid/Imum Meunasah. Penyelesaian masalah kenakalan remaja dilakukan

dengan membimbing/atau menasehati dengan nilai-nilai agama, dan memberi

sanksi sosial kepada pelaku berupa denda untuk membayar kerugian yang

ditanggung oleh korban baik moril maupun materil dan membayar untuk umum

sebagi hak sidang. Jika terjadinya kenakalan remaja yang sudah melampaui batas

maka masyarat menyelesaikan secara adat terlebih dahulu, jika cara adat tidak

mampu membuahkan hasil maka kasus tersebut diserahkan kepada pihak yang
54

berwajib, sebagaimana hasil wawancara dengan Kapolsek Bubon Bustami sebagai

berikut:

Jumlah kasus remaja berjumlah satu kasus, yaitu kasus narkoba


yang terjadi pada tanggal 12 Maret 2011 pukul 13.00 wib
bertempat di pos jaga Blang Sibeutong Kec. Bubon, tindak pidana
memiliki, menyimpan, menguasai, dan menggunakan narkotika
jenis ganja. Kasus ini sekarang sudah dilimpahkan kepada kasat
narkoba Polres Aceh Barat dan diteruskan kepengadilan umum
untuk diputuskan oleh Pengadilan Negeri. Sebelumnya pernah
terjadi kasus narkoba namun tidak diproses di Polsek. (Hasil
wawancara denga Kapolsek Bubon Bustami, Tanggal 10 Agustus
2011).

Untuk lebih jelasnya maka dapat di lihat pendapat dari para informan pada

Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Persepsi Masyarakat Terhadap Kenakanalan Remaja

No Nama Informan Persepsi Masyarakat Keterangan


1 Tgk Kamaruddin Para remaja yang sering Satu persepsi
melakukan kenakalan adalah
remaja yang orang tuanya
berprofesi sebagai petani.
2 Zukhri Kenakalan remaja terjadi Dua persepsi
akibat control keluarga
kurang dan adanya ruang
gerak untuk melakukannya.
3 Mahyudin Akibat finansia keluarga, Banyak persepsi
sehingga terhambat
pendidikan anak dan
mengalami krisis jati diri.
4 Marzuki Para remaja sudah mulai Banyak persepsi
menjauh dari nilai religius,
dan mengkonsumtif nilai dan
norma modern.
5 Yuslidan Orang tua sebagai petani Satu persepsi
memiliki keterbatsasan waktu
luang untuk mendiskusikan
berbagai masalah remajanya.
6 Muhammad Kenalan remaja dilakukan Dua persepsi
karena pengaruh dorongan
teman sebaya sehingga ikut-
ikutan.
7 Tgk Zainal Para remaja memiliki krisis Banyak persepsi
55

Abidin iman dan kurang beretika,


karena kurangnya partisipasi
orang tua kepada anak-
anaknya sehingga kebebasan
nya sangat terpenuhi.
8 M. Yasin Kenakalan remaja terjadi Banyak persepsi
karena krisis pendidikan dan
akhlak, itu bukan salah orang
tua, tapi salah si anak yang
tidak mau menuruti perintah
orang tua.
9 Nasir Kenakalan remaja memang Banyak persepsi
sudah menjadi tradisi, namun
kenakalan remaja masa lalu
tidak separah dengan
kenakalan remaja yang terjadi
masa modern.
10 Azhar Kenakalan remaja terjadi Satu persepsi
karena krisis jati diri.
11 Lahmuddin Remaja adalah masa transisi, Satu persepsi
dari masa tersebut para
remaja ingin mengetahui
terhadap hal-hal yang baru.
12 Syafari Para remaja menlakukan Satu persepsi
kenakalan karena ingin
mencoba dengan hal-hal yang
baru.
13 Nyakneh Kenakalan remaja terjadi Satu persepsi
akibat adanya peniruan
perilaku dari remaja lain yang
melakukan kenakalan.
14 Hunafa Kondisi para remaja saat ini Satu persepsi
sudah menghadapi gejolak.
15 Abdul Rahman Kenakalan remaja memang Banyak persepsi
suatu hal yang terjadi akibat
pengaruh keluarga, sekolah,
media massa dan lingkungan
remaja tempat tinggal.
16 Gadeng Para remaja melakukan Banyak persepsi
kenakalan akibat dipengaruhi
oleh remaja-remaja lain dan
kurangnya perhatian orang
tua karena sibuk dalam
bekerja. Dan sedikit
kontribusi masyarakat dalam
membasmi kenakalan remaja
yang terjadi.
17 Rusdi M. Isa Kenakalan remaja tidak Banyak persepsi
56

hanya terjadi pada remaja


yang orang tuanya petani,
tetapi juga terjadi pada
remaja yang orang tuanya
PNS, pedagang, dan itu
disebabkan karena kelihaian
orang tua dalam mendidik
anak, kemalasan yang ada
pada remaja itu sendiri, dan
pengaruh globalisasi yang
negative mampu
menghancurkan masa depan
remaja.
Diolah dari hasil penelitian dikecamatan Bubon pada tahun 2011.

Berdasarkan hasil wawancara dan Tabel 4.2. bahwa; penyelesaian

kenakalan remaja yang kasusnya mampu diselesaikan di gampong maka tidak

dilaporkan kepada pihak yang berwajib, namun jika permasalahan sudah semakin

rumit dan sulit untuk diselesaikan di gampong secara adat maka diserahkan

kepada pihak yang berwajib, seperti kasus narkoba yang terjadi pada tanggal 12

Maret 2011 tersebut memang sudah diambang batas atau sudah menjadi

penyimpangan sekunder. Namun sebelumnya sudah banyak kasus narkoba dan

tidak diserahkan kepada pihak yang berwajib karena kasus tersebut masih mampu

ditangani dan diselesaikan di gampong melalui hukum adat. Kasus seperti ini

masih dalam katagori penyimpangan primer atau masyarakat masih

mentoleransinya karena penggunaan narkoba hanya sekedar mencoba.

2.1.2.3. Hambatan-Hambatan Dalam Upaya Penanggulagan Terhadap

Kenakalan Remaja

Setiap permasalahan pasti ada hambatan dalam menyelesaikannya,

masalah kenakalan remaja bukanlah permasalahan yang dianggap mudah dalam

memyelesaikan, namum permasalahan yang dilakukan oleh remaja merupakan


57

sebuah peristiwa yang akan memunculkan bahaya ditengah-tengah kehidupan

masyarakat. OLeh sebab itu setiap masyarakat yang ada di Kecamatan Bubon

janganlah menganggap masalah kenakalan remaja sebagai suatu masalah yang

tidak perlu ditanggapi, namun masalah itu menjadi masalah yang harus ditanggapi

dengan serius agar bisa melakukan penanggulangan yang efisien. Sebagaimana

hasil wawancara Hasan Basri Camat/Sekcam Bubon menyatakan yaitu:

Hendaknya kenakalan remaja yang terjadi harus ada penindakan


hukum dan penegakan hukum secara menyeluruh, memberi
bimbingan pemahaman agama dan jangan memberi kesempatan
kepada remaja. Dalam penanggulangan tersebut tidak ada
keseriusan dalam penindakan dan tembangpilih dalam pencegahan.
(Hasil wawancara dengan Camat Bubon / Sekcam Bubon Hassan
Basri, 9 Agustus 2011).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa; kenakalan

remaja yang terjadi saat ini membutuhkan penanggulangan secara efektiv, agar

mampu menimalisir kenakalan remaja yang ada. Dalam tindakan pencegahan

terjadi suatu sikap dalam masyarakat yang tidak akan membuat kenakalan remaja

akan biasa dihambat, karena tokoh-tokoh masyarakat masih tembang pilih dalam

mencegahnya. Selain itu hambatan-hambatan yang ditemukan dilapangan yaitu

tokoh masyarakat tidak serius menanggapi masalah kenakalan remaja. Hal senada

dikemukakan oleh Bustami Kapolsek Bubon, sebagai berikut:

Dalam proses menimalisir kenakalan remaja yang terjadi, maka


segenap warga masayarakat harus berusaha untuk merangkul dan
memperhatikan pada anak tersebut serta memberi saran yang baik,
memberi contoh dengan cara keagamaan, pengawasan dari kedua
ibu bapak serta memberi bimbingan terhadap sianak, menyarankan
kepada sianak dalam pergaulan sehari-hari berteman dengan teman
yang baik dan melakukan pendekatan secara kekeluargaan baik
dengan cara melakukan sosialisasi maupun penyuluhan tentang
bahaya narkoba. Hambatan yang ditemui dalam menjalankan hal-
hal tersebut yaitu apabila sianak sudah melampoi batas maka sulit
di atasi. (Hasil wawan cara denga Kapolsek Bubon Bustami,
Tanggal 10 Agustus 2011).
58

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat jelaskan bahwa; dalam rangka

menimalisir kenakalan remaja yang terjadi, maka harus ada berbagai upaya yang

dijalankan oleh tokoh-tokoh masyarakat, agar kenakalan remaja dapat terkontrol.

Dalam menjalankan berbagai upaya tersebut harus mampu melewati hambatan-

hambatan yang terjadi, jika tidak maka menimalisir kenakalan remaja akan

menjadi sulit. Menurut hasil wawancara dengan Danramil Bubon Sumardi,

sebagai berikut:

Tindak lanjut remaja agar tidak nakal, yaitu memakai cara orang
tua berserta pemerintah gampong dan pemerintah kecamatan
dengan cara memarahi para remaja yang melakukan kenakalan dan
membentuk organisasi pemuda seperti remaja Mesjid, karang
taruna, dan kelompok olah raga. Dalam hal ini juga masih ada
hambatan, yaitu pada prinsipnya belum ada pembinaan terhadap
remaja-remaja yang melakukan kenakalan. (Hasil wawancara
dengan Danramil Kecamatan Bubon Sumardi, 11 Agustus 2011).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, jelas bahwa; dalam rangka

menimalisir kenakalan remaja, hendaknya mendidik remaja dengan organisasi-

organisasi. Jika remaja dididik dengan organisasi sehingga remaja sulit untuk

mengeluarkan niat jahatnya, karena dalam organisasi diajarkan bagaimana

langkah untuk meujudkan tujuan bersama, bukan untuk meujudkan tujuan idividu.

Dalam rangka meujudkan tujuan bersama, hendaknya para remaja selalu berbuat

dan berkata-kata sesuai nilai dan norma yang ditentukan oleh organisasi. Misalnya

organisasi olah raga, remaja yang bergabung dengan organisasi olah raga

hendaknya melakukan latihan untuk kemenangan itu merupakan wujud nilai yang

sudah tertanam dalam kelompopok tersebut, dan bagi siapa yang tidak mau

melakukan latihan maka tidak dibenarkan ikut dalam pertandingan itu merupakan

wujud dari norma yang sudah ditanam dalam kehidupan organisasi olah raga.
59

Walaupun itu sebagi langkah paling baik untuk mengurangi kenakalan remaja,

namun juga memiliki hambatan, yaitu belum ada prinsip pembinaan remaja

kearah yang lebih efisien. Hal senada juga dikemukakan sejumlah perwakilan

yang ada di tujuh belas gampong, menurutnya yaitu:

Kenakalan remaja yang terjadi selama ini, bukan tidak ada


dukungan masyarakat dalam membina para remaja, dan juga bukan
ada oknum tertentu yang membuat remaja menjadi nakal. Namun
terjadinya kenakalan remaja hanyalah karena ulah remaja itu
sendiri dan kurang perhatian orang tua terhadap remaja-remajanya.
(Hasil wawancara dengan Tgk Kamaruddin pada tanggal 12
Agustus 2011).

Keluarga tidak respon terhadap perilaku menyimpang anak


remajanya dan remaja itu memang suka melakukan kenakalan,
maka masyarakat sulit menaggulangi kenakalan yang terjadi karena
tertutup kemungkinan dukungan dari keluarga. (Hasil wawancara
dengan Zukhri pada tanggal 12 Agustus 2011).

Orang tua apatis melihat anaknya melakukan kenakalan dan remaja


memiliki kebebasan untuk melakukan kenakalan.(Hasil wawancara
dengan Makhyuddin pada tanggal 12 Agustus 2011).

Secara tidak langsu orang tua mendukung remaja-remajanya


melakukan kenakalan, karena membiarkan remaja melakukan
kenakalan. (Hasil wawancara dengan Marzuki pada tanggal 12
Agustus 2011).

Bagi remaja yang melakukan kenakalan memperoleh dukungan


dari orang tua, misalnya jika anaknya berkelahi bukan
menyalahkan anaknya sendiri tapi menyalahkan anak orang, dan
jika anaknya menang berkelahi medukungnya dengan sepenuh hati
karena sudah bisa membela diiri. (Hasil wawancara dengan
Yuslidan pada tanggal 12 Agustus 2011).

Sangat sulit orang tua mendidik anak-anaknya sehingga anak-


anaknya membangkang, itu karena anaknya terlalu dimanjakan
diwaktu masih kecil. (Hasil wawancara dengan Muhammad pada
tanggal 12 Agustus 2011).

Remaja memang suka melakukan kenakalan dan sulit untuk


diatasinya, karena remaja masih dalam masa transisi atau masa
peralihan. Sebagian besar masyarakat juga ikut mendukung
kenakalan remaja yang terjadi, yaitu apatis ketika melihat remaja
60

yang sedang melakukan kenakalan. (Hasil wawancara dengan Tgk


Zainal pada tanggal 13 Agustus 2011).

Anak orang biarin, yang penting bukan anak saya yang melakukan
kenakalan. (Hasil wawancara dengan M.Yasin pada tanggal 13
Agustus 2011).

Seorang remaja bisa melibatkan sepuluh remaja lainnya dalam


melakukan kenakalan dengan cara mempengaruhinya.(Hasil
wawancara dengan Nazir pada tanggal 13 Agustus 2011).

Remaja yang berasal dari keluarga miskin tidak ada pendidikan,


baik umum maupun agama sehingga rawan untuk melakukan
kenakalan. (Hasil wawancara dengan Azhar pada tanggal 13
Agustus 2011).

Di Kecamatan Bubon mayoritas masyarakat petani dan anak petani


yang tidak berpendidikan yang sering melakukan kenakalan remaja
karena untuk memperoleh ketenangan dan kesenangan. (Hasil
wawancara dengan Lahmuddin pada tanggal 13 Agustus 2011).

Masa remaja suatu masa yang rawan munculnya kenakalan dan


orang tua jangan samapai lengah ketika anak-anak memasuki masa
remaja. (Hasil wawancara dengan Syafari pada tanggal 14 Agustus
2011).

Iman tipis, pendidikan kurang dan orang tua tidak pernah


memperhatikannya sehingga menjadi hambatan besar bagi
masyarakat dalam menanggulangi kenakalan remaja. (Hasil
wawancara dengan Nyakneh pada tanggal 14 Agustus 2011).

Terjadinya kegagalan sosialisasi sehingga terjadi krisis jati diri


pada remaja. (Hasil wawancara dengan Hunafa pada tanggal 14
Agustus 2011).

Akibat globalisasi yang sangat modern membuat masyarakat sulit


untuk mengontrol remaja, jangankan masyarakat keluarganya
sendiri sulit untuk mengontrol remaja-remajanya.(Hasil wawancara
dengan Abdurrahman pada tanggal 14 Agustus 2011).

Remaja sekarang sudah bander dan tidak lagi patuh terhadap


perintah orang tua. (Hasil wawancara dengan Gadeng pada tanggal
14 Agustus 2011).

Sebagian besar masyarakat juga ikut mendukung kenakalan remaja


yang terjadi, yaitu apatis ketika melihat remaja yang sedang
melakukan kenakalan. (Hasil wawancara dengan Rusdi M. Isa pada
tanggal 14 Agustus 2011).
61

Berdasarkan hasil wawancara di atas jelas bahwa kenakalan remaja yang

terjadi selama ini bukanlah dipengaruhi oleh eksternar, namun yang

mempengaruhinya yaitu faktor internal. Dimana seorang remaja melakukan

aktivitas yang tidak membawa keuntungan bagi masyarakat bukanlah disebabkan

oleh keadaan lingkungan sekitar-kita, karena pengaruh lingkungan fisik sangat

sedikit mempengaruhi remaja untuk melakukan kenakalannya. Tapi itu

disebabkan oleh lepasnya pengawasan dari orang tua. Jika kita lihat di kota-kota

besar justru remaja yang memperkeruh suasana yaitu remaja-remaja yang jauh

dari pantauan orang tua, bahkan orang tuanya tidak memperdulikan kehadirannya

di alam jagat raya. Sebaliknya jika kita perhatikan remaja-remaja yang tidak luput

dari pengawasan orang tua maka remaja tersebut dalam bertindak memiliki sikap

kontrol yang tinggi, sehingga kenakalan tidak akan terjadi.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan suatu masalah selalu dibincangkan

dikalangan masyarakat, karena kenakalan remaja dapat mengganggu ketenangan

hidup masyarakat. Kenakalan remaja yang terjadi ditengah-tengah masyarakat

merupakan permasalahan yang sulit diatasi jika tidak menggunakan strategi

tertentu yang dapat menghambat sikap pertentangan terhadap nilai dan norma

yang dilakukan oleh remaja. Adapun penyebab terjadinya kenakalan remaja

sebagai berikut :
62

1. Faktor keluarga

Kenakalan remaja yang terjadi dikalangan masyarakat disebabkan oleh

seseorang remaja yang lepas pengawasan dari orang tuanya, sehingga remaja

menjadi tidak segan terhadap orang tuanya bahkan dapat mempengaruhi orang

tuanya dengan keinginannya yang bertentangan dengan nilai dan norma. Orang

tua terlalu mencintai anak-anak dengan penuh kasih sayang, sehingga anak-

anaknya tidak mau untuk menegur walaupun membuat kesalahan, bahkan marah

kepada orang yang menegur tingkah laku anak-anaknya. Akibat kurang perhatian

orang tua terhadap sianak maka anak sulit untuk memenets diri untuk menjadi

remaja yang taat nilai dan norma yang berlaku, dan mudah untuk melakukan

kenakalan-kenakalan yang merupakan wujud dari penyimpangan sosial.

2. Kesenjangan ekonomi

Permasalahan kenakalan remaja selain disebabkan oleh kegagalan orang

tua dalam mendidik anak-anaknya di usia masih mudah dibujuk, diatur, dan

dibina, namun kenakalan remaja juga disebabkan oleh kesenjangan ekonomi

keluarga. Dimana dengan kesenjangan ekonomi keluarga maka seorang ayah dan

ibu dengan terpaksa tidak bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya, seperti

menyekolahkan anak, menyuruh anak menuntut ilmu agama, dan tidak mampu

untuk mencukupi kebutuhan sianak. Anak-anak yang kurang memahami ilmu

agama, tidak pernah merasakan nikmatnya dunia pendidikan umum, dan masih

dalam keadaan keterbatasan. Sehingga untuk memenuhi serba keterbatasan maka

seorang anak belajar menjadi maling kecil-kecilan yang dapat merugikan teman

sebayanya. Malain yang sudah melekat dimasa kecil maka tetap tidak berubah

pada usia remaja dan tidak segan-segan melakukan penyimpangan tersebut. Selain
63

itu juga terjerumus kedalam narkoba, karena seorang remaja menganggap bahwa

untuk menyelesaikan permasalahan kesenjangan ekonomi kelurga bukanlah

dengan usaha dan doa, tapi hanya mengambil jalan pintas yaitu mengkonsumsi

narkoba, baik itu minuman keras, herwin, morfin, ganja dan menggunakan jarum

suntik.

3. Pendidikan dan agama

Pendidiakan umum dan agama sangat berpengaruh terhadap sikap para

remaja, karena pendidikan umum sebagai ilmu yang mensosialisasikan nilai-nilai

dan norma-norma yang ditanamkan ditengah-tengah masyarakat. Sedangkan

pendidikan agama adalah sebagai dasar moral untuk memperbaiki akhlak-akhlak

remaja. Saat ini mayoritas remaja yang terjerumus kepada sikap-sikap yang

kurang diinginkan oleh masyarakat adalah remaja-remaja yang berasal dari

tingkatan ekonomi lemah, yaitu remaja yang orang tuanya berprofesi sebagai

petani. Hal ini disebabkan remaja yang berasal dari keluarga petani masih sedikit

yang menuntut ilmu, baik ilmu pendidikan umum maupun ilmu agama.

4. Faktor sosial

Kenakalan yang dilakukan oleh remaja, hanya disebabkan oleh faktor

sosial, dimana remaja-remaja inging berperan dan memperoleh perhatian dari

remaja-remaja lain, sehingga remaja yang melakukan kenakalan ini ingin

menampakkan jatidirinya kepada masyarakat luas, khususnya para remaja yang

ada disekitar tempat tinggalnya. Apabila jati dirinya mampu dinampakkan maka

seolah-olah merasa hebat dan tidak ada yang bisa menandinginya sehingga bagi

yang tidak mau menghargai kehadirannya maka memperlakukan remaja lain


64

semena-mena supaya remaja lain juga mengikuti jejaknya. Dengan menunjuk jati

dirinya pada remaja lain, jika ada remaja lain yang mau identik dengan

perilakunya maka remaja lain mengikuti dirinya, jika suatu saat mayoritas remaja

berminat untuk bergabung, maka terbentuklah sebuah komunitas kenakalan

remaja, seperti geng motor, mabuk-mabukan, pencurian, perjudian dan kejahatan-

kejahatan lainnya. Apabila ada orang yang berani menegurnya, maka orang

tersebut akan mendapat hukuman dari komunitas geng remaja dan jika sampai

pada tahap itu sulit untuk dikembalikan kepada moral yang tersedia pada masa

lalunya, itulah remaja-remaja yang masuk kedalam kehidupan masa depan yang

suram.

Empat faktor yang memicu timbulnya kenakalan remaja di atas merupakan

faktor dasar yang sering menyebabkan terjadinya kenakalan remaja. Lima faktor

ini sudah lazim ditemukan dalam masyarakat sebagai suatu kegagalan yang

diperoleh oleh remaja. Kegagalan yang diperoleh oleh remaja dari faktor-faktor

tersebut karena terjadinya hambatan antara kedua belah pihak, baik-pihak yang

mensosialisasikan nilai dan norma maupun pihak yang meinternalisasikan nilai

dan norma tersebut. Pihak yang mensosialisasikan nilai dan norma yaitu keluarga,

sekolah, masyarakat, media massa, teman sepermainan (peer group), kelompok

acuan (reference group), dan kebudayaan. Sedangkan pihak yang

meinternalisasikan nilai dan norma adalah para remaja.

Pada dasarnya sosialisasi yang terjadi pada setiap manusia yang lahir

kepermukaan bumi terjadi semenjak ia lahir sampai akhir hayatnya, karena

sosialisasi berlansung sepanjang hidup manusia dipermukaan bumi. Dari

sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat dapat membentuk kepribadian


65

seseorang, begitu juga dengan adanya sosialisasi yang sempurna pada kehidupan

seorang remaja, maka remaja itu akan membentuk kepribadian yang sempurna

pula dan jika sosialisasi pada seorang remaja terjadi dengan tidak sempurna, maka

pembentukan kepribadian padanya akan terjadi ketidak sempurnaan.

Kepribadian remaja yang tidak sempurna akibat mengalami kegagalan

sosialisasi dapat menimbulkan krisis jati diri. Sosialisasi yang sempurna dapat

membentuk kepribadian yang sempurna, kepribadian yang sempurna adalah

kepribadian yang mampu melewati krisis jati diri. Sedangkan kepribadian yang

tidak sempurna merupakan kepribadian yang tidak mampu melewati krisis jati

diri. Seorang remaja yang tidak berhasil melewati krisis jati diri maka akan terjadi

padanya perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang yang terjadi pada remaja

merupakan bentuk-bentuk kenakalan remaja. Adapun bentuk-bentuk kenakalan

yang terjadi di Kecamatan Bubon yaitu minuman keras, mengisap ganja,

pencurian, perkelahian, perjudian, mengganggu wanita, pengrusakan, dan ngebut

dijalan.

Terdapat sedikit kenakalan remaja yang terjadi dan kenakalan remaja yang

terjadi kadang-kadang adalah mengisap ganja, pencurian, perkelahian, perjudian,

mengganggu wanita, pengrusakan dan ngebut dijalan. Sedangkan yang tidak

pernah terjadi adalah perampokan. Berdasarkan data pada tabel, kita dapat melihat

tingkat kenakalan remaja yang terjadi di Kecamatan Bubon akibat remaja

mengalami krisis jati diri. Dari krisis jati diri para remaja menimbulkan kenakalan

yang disebabkan oleh beberapa faktor lainnya, yaitu hanya sekedar mencoba,

ingin memperkeruh suasana dan terdapat pengaruh lingkungan dan media massa.
66

5. Hanya sekedar mencoba

Faktor sekedar mencoba merupakan kenakalan remaja yang muncul akibat

remaja berkeinginan mencoba berbuat nakal karena remaja bermaksud mencoba

hal-hal yang baru. Setelah remaja puas terhadap keingin tahuannya akhirnya ia

tidak mampu membina diri lagi dan selalu melakukan keinginan yang

bertentangan dengan nilai dan norma.

6. Ingin memperkeruh suasana

Faktor memperkeruh suasana disebabkan oleh keinginan dalam taraf

percobaan sehingga lambat laun dapat merusak suasanan aman dalam masyarakat

dan memancing gejolak emosional. Jika berlanjut dan tidak ada perubahan pada

diri remaja maka masyarakat akan menindak jenis kenakalan remaja tersebut

dengan menggunakan cara yang memberikan ”efek jera” atau terkesan

”menakutkan” sehingga keresahan masyarakat dapat dikurangi dan kesempatan

remaja untuk melakukan kenakalan dapat dikendalikan.

7. Pengaruh lingkungan

Kenakalan remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.

Lingkungan teman sepermainan (peer group) memberikan ruang bagi remaja

melakukan kenakalan. Karena lingkungan teman sepermainan (peer group)

merupakan lingkungan yang demokratis bagi remaja, sedangkan di keluarga

seorang remaja tidak berani untuk melakukan kenakalan karena rasa takut kepada

orang tua jika melakukan kesalahan, begitu juga di sekolah seorang remaja selalu

takut atas sanksi yang diberikan oleh guru jika melakukan tindakan yang

bertentangan dengan nilai dan norma. Dengan kata lain lingkungan yang paling
67

berpengaruh terhadap kenakalan remaja adalah lingkungan teman sepermainan,

akibat kenakalan yang sudah biasa dilakukan dalam kelompok teman sepermainan

akhirnya membawa dampak dalam kehidupan masyarakat. Lingkungan keluarga

dan sekolah sangat sedikit remaja yang melakukan kenakalan.

8. Pengaruh media massa

Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh adanya pengaruh media massa.

Globalisasi yang terjadi saat ini memberikan jalan bagi remaja melakukan

kenakalan karena kemudahan mengakses informasi melalui dunia maya dan

tersedianya sarana komunikasi dan transportasi. Pesatnya perkembangan

teknologi komunikasi dan informasi selain memudahkan remaja menjalin

hubungan dengan siapa pun, remaja pun dapat terjebak dalam rutinitas yang

membawa kerusakan (misalnya bermain game online di internet). Dengan adanya

HP remaja putra mudah melakukan hubungan mesum dengan dengan seorang

gadis, melalui televisi dan VCD player remaja dapat meniru adegan, perilaku dan

pola pikir yang bertentangan dengan agama dan moralitas, melalui internet remaja

mudah mengakses informasi yang belum tentu akurat dan bermanfaat melainkan

dapat membuat kerusakan bagi perilaku dan pola pikir remaja, melalui sarana

tranportasi yang modern dan murah, remaja dapat dengan mudah membangun

komunikasi dan pertemanan. Dengan kata lain akibat pengaruh media massa bisa

membawa kehidupan remaja kedalam dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif.

Hal ini tergantung pada remaja yang memanfaatkan fungsi media massa tersebut.

Dengan kata lain, tanpa pengawasan orang tua dan masyarakat, pengaruh media

massa dapat menyebabkan kenakalan remaja.


68

Dari faktor-faktor di atas maka kondisi remaja masa kini mayoritas

ditemukan kenakalan-kenakalan yang terjadi. Karenan remaja masa kini

merupakan remaja yang sudah modern akibat pengaruh globalisasi. Dari pengaruh

tersebut sulit orang tua, guru, masyarakat dan pihak lainnya dalam mengontrol

anak-anaknya, dan dewasa ini remaja sulit diajak untuk meinternalisasikan ilmu

agama, disebabkan para remaja menganggap sekolah mampu menjamin

keberlansungan hidup masa depan. Dari itu kenakalan terjadi saat ini karena para

remaja ingin mencoba, ketika percobaannya merasakan enak maka hal tersebut

sulit untuk dihilangkan.

Contoh: seorang remaja yang pertama ingin mencoba meng hisap ganja,

setelah merasakan kenikmatan dalam ganja maka remaja tersebut sulit untuk

mehilangkan rasa enak serta ingin menghisap terus menerus.

Setelah percobaan selesai dan berhasil dilaksanakan secara kontinyu maka

para remaja ingin memperkeruh suasana, seperti seorang remaja disekolah SMA

misalnya, pertama dia mencoba cabut (bolos) dari jam pelajaran, padahal itu

hanya sekedar mencoba, namun hal itu terus dilakukan terus-menerus, dan

akhirnya suasana semakin keruh. Karena semua siswa mengikuti tingkah laku

siswa yang suka bolos tersebut. Dalam memperkeruh suasana seperti ini dapat

dikatakan sebagai pengaruh lingkungan terhadap kenakalan-kenakalan yang

dilakukan oleh siswa tersebut.

Kenakalan remaja saat ini memang sudah sering terjadi dimana-mana,

karena arus perkembangan teknnologi semakin pesat, sehingga para remaja

mudah melakukan kenakalan akibat melihat, mendengar, dan berbuat sesuai

dengan informasi yang ditemukan, walaupun informasi itu tidak akurat.


69

Ketika para remaja mudah meng akses informasi yang menyimpang dari

kehidupannya maka remaja itu dengan lepas pengawasan orang tua, guru,

masyarakat dapat memiliki kebebasan yang sempurna. Dari berbagai teknologi

yang berkembang mudah untuk melakukan penyimpangan sosial apasaja. Padahal

informasi yang dimuat dalam berbagaimcam teknologi harus ada pendampingan

orang tua dalam menafsirkannya, agar terhindar dari perilaku kenakalan.

Contoh : Ketika seorang anak melihat adegan yang bertentangan dengan

norma susila di media massa, maka pengawasan orang tua segera berperan dalam

menafsirkan nilai yang positif. Seperti kasus pemerkosaan yang dimuat dalam

berita di televisi, maka ketika anak sedang menonton televisi harus memberikan

pengertian-pengertian yang positif agar tidak menyalah gunakan informasi yang

didapatkan, kalau tidak maka seorang remaja ingin mencoba karena sikap remaja

adalah rasa ingin tahu terhadap berbagai macam hal.

Saat ini para remaja sudah memiliki kebebasan yang sempurna dalam

menyalurkan rasa ingin tahunya, karena pengawasan dari orang tua sangat mudah

lepas. Akibat rasa ingin tahu yang tidak terbendung maka terjadilah kenakalan

yang tidak diharapkan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan.

4.2.2. Persepsi Masyarakat Terhadap Kenakalan Remaja

Dalam kehidupan masyarakat tidak luput dari berbagai masalah, mulai dari

permasalahan yang besar samapai kepada permasalahan yang kecil, mulai dari

permasalahan yang paling rumit diselesaikan samapai permasalahan yang sudah

tau keberadaan benang merahnya. Di era globalisasi beragam teknologi dan

konsumsi gaya hidup mudah terdifusi kebelahan dunia, mualai dari Negara maju

sampai kenegara sedang berkembang. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan
70

masyarakat masa kini, dimana masyarakat sudah hedonis sehingga melupakan

kewajibannya sehari-hari. Dengan penuh hedonisme yang terjadi pada masyarakat

maka akan membawanya kepada westenisasi. Dimana kesenangan hidup yang

diperoleh hanyalah sebagaimana kehidupan masyarakat di dunia Barat yang serba

kebebasan.

Para orang tua yang diamanahkan oleh Allah putra-putri, hendaknya

memberikan bimbingan moral agar keberlansungan hidupnya lebih bermakna dan

bermanfaat bagi orang lain. Saat ini kita lihat, betapa banyak remaja yang

disingkirkan dari kehidupan yang penuh bermakna, karena ulah moralnya yang

gagal dibimbing oleh ibu/bapaknya. Dari kegagalan itulah lahir berbagai macam

kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh para remaja. Bimbingan orang tua

merupakan senjata ampuh untuk menuju dunia yang penuh permasalahan, jika

bimbingan orang tua ini tidak dihiraukan maka kenakalan remaja sulit di atasi.

Untuk mengatasi masalah kenakalan ini hendaknya bersatu orang tua, guru,

masyarakat dan pihak yang berwajib agar membimbing anak-anak sedini mungkin

dengan moral-moral yang mulia, jika itu terlaksana maka kenakalan remaja

mampu diminimalisir oleh masyarakat setempat.

Kenakalan remaja yang sudah dialami bukanlah menjadi suatu hambatan

untuk mendidik anak-anak dengan moral yang mulia, namun itu menjadih contoh

bagaimana kehinaan remaja-remaja yang melakukan kenakalan ditengah-tengah

masyarakat sehingga membuat masyarakat selalu berada dalam upaya wapada

terhadap kenakalan yang terjadi. Dengan mengambil contoh dari remaja yang

melakukan kenakalan maka remaja yang lagi dididik jangan dibiarkan untuk tidak

diperdulikan oleh orang tua, bisa saja seorang remaja yang bersahaja, lagi dididik
71

oleh orang tua dengan moral yang mulia salah persepsi terhadap kenakalan yang

dilihatnya. Apabial salah persepsi ini sampai padanya dan lepas dari pengawasan

orang tua, bisa saja persepsi tersebut menimbulkan jenis kenakalan remaja ayang

baru.

Indentifikasi terhadap para remaja yang melakukan kenakalan sangatlah

sulit, karena kenakalan remaja yang terjadi saat ini bukan saja terjadi dikalangan

remaja yang putus sekolah, bukan saja terjadi dikalangan sosial ekonominya

rendah, dan sedikit terjadi kenakalan pada para remaja santri di pesantren. Yang

jelas kenakalan remaja saat ini terjadi pada remaja-remaja yang pergaulannya

sangat bebas. Artinya dalam bergaul dengan orang lain tidak dianjurkan untuk

memilih teman, namun teman yang bergaul dengan kita harus mampu kita

memfirtel teman tersebut. Jika bergaul dengan tidak memfirtel teman yang akan

kita bergaul maka dengan mudah kita terpengaruh dengan sikap dan tingkah

lakunya. Kelompok pertemanan ini sangat berpengaruh dalam membentuk

kepribadian seseorang. Dari sanalah dia mualai mengenal dan berinteraksi dengan

dunia diluar keluarganya. Jika para remaja bergaul dengan orang baik maka akan

menumbuhkan sikap-sikap yang positif dan sebaliknya jika bergaul dengan orang

yang antisosial maka akan menumbuhkan sikap-sikap yang negatif.

Remaja yang sering melakukan kenakalan saat ini terdiri dari pelajar dan

siswa, anak putus sekolah, anak orang kaya, dan anak yang berasal dari status

ekonominya rendah. Kenakalan itu terjadi akibat pergaulan yang sulit dikawal

oleh pengawasan orang tua. Selain itu kalau diklasifikasikan menurut jenjang

pendidikan umum kenakalan remaja sudah mulai terjadi pada siswa SMP dan

SMA bahkan sampai dia menuju pendidikan diperguruan tiggi, selain itu juga
72

pada remaja-remaja yang tidak mempunyai pendidikan baik umum maupun

agama. Dan jika ditinjau pada remaja-remaja yang mengerti tentang ilmu agama,

sangat sedikit kenakalan yang terjadi pada para santri. Oleh sebab itu kenakalan

remaja ini terjadi akibat para remaja kurang memahami dan mengamalkan ilmu

agama, hal ini bukan berarti tidak mempelajri agama, namun ilmu yang telah

diperoleh tidak untuk diamalkan.

Kondisi keluarga remaja yang bermasalah merupakan salah satu penyebab

terjadinya kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Karena ketika dilihat

kondisi lapangan saat ini kenakalan remaja yang terjadi juga disebabkan oleh

kondisi keluarga yang kurang terarah mendidika anak-anaknya. Pendidikan dalam

keluarga yang disosialisasikan kepada anak-anaknya berlansung semenjak ia lahir

kepermukaan bumi, karena peran keluarga pada tahap-tahap awal sosialisasi

sangat penting, karena pada tahap ini anak sudah mulai mengenal berbagai nilai

dan norma. Bimbingan orang tua kepada anak-anak sangat diperlukan dalam

sosialisasi primer untuk membentuk kepribadian anak sesuai dengan yang

diharapkan. Realita saat ini remaja yang cenderung membuat kenakalan adalah

remaja-remaja yang bimbingan orang tuanya kurang, karena orang tuanya tidak

mau peduli terhadap tingkah laku anak-anaknya, akibat kesibukan orang tua yang

tidak sempat mendidik anak secara efektif.

Contoh : Anak yang berasal dari keluarga yang kelas sosial atas, dimana

kedua orang tuanya memiliki pekerjaan, karena pekerjaannya harus masuk pagi

dan pulang sore maka si anak ditinggal dengan pembantu dirumah. Nah akibat

ditinggal oleh orang tuanya sampai dia remaja, dan waktu diskusi dengan orang
73

tua tidak ada, maka sianak mulai mencari perhatian dari orang tuanya melui sikap

dan tingkahlaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Contoh lain ketika seorang anak berasal dari keluarga yang kelas sosial

bawah, kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan di kebun dari pagi sampai

sore, kasih sayang orang tua juga tidak tersalurkan. Ketika dia remaja sudah

memilki kebebasan yang sulit dibendung akhirnya menimbulkan sikap anti sosial.

Langkah penyelesaian kenakalan remaja selama ini yaitu dengan cara

melihat tingkat keparahan kasus kenakalan yang terjadi, apabila kasus kenakalan

berupa penyimpangan sekunder maka masyarakat tidak lagi memberikan toleransi

untuknya dan tidak dilakukan penyelesaian kasus di gampong dengan

menggunakan cara adat. Tetapi apabila kasus kenakalan itu masih berupa

penyimpangan primer maka baginya masih mendapat toleransi dan penyelesaian

masalah masih menggunakan jalur adat digampong. Masalah penggunaan hukum

adat memang suatu kebiasaan masyarakat dalam menyelesaikan suatu

permasalahan remaja yang terjadi yaitu dengan menggunakan kebiasaan yang

dilakukan dan sudah turun-temurun (hukum adat). Cara tersebut menjadi suatu

cara yang umum digunakan dalam masyarakat, dan sangat ampuh dalam

menyelesaikan permasalahan yang terjadi dikalangan masyarakat, khususnya

masalah kenakalan remaja.

4.2.3. Hambatan-Hambatan Dalam Upaya Penanggulangan Terhadap

Kenakalan Remaja

Masalah kenakalan remaja merupakan masalah yang tidak asing lagi dari

kehidupan masyarakat, bahkan masyarakat tidak peduli lagi terhap perilaku

remaja yang bertentangan dengan nilai dan norma, masyarakat menganggap


74

perilaku remaja selama ini bukanlah pertentangan namun menjadi suatu kebiasaan

yang mengikuti arus perkembangan zaman, perilaku tersebut sudah dibiarkan

terjadi dikalangan masyarakat sehingga tidak ada orang yang berani melarangnya.

Bahkan mengenai kenakalan remaja selama ini terjadi bagian dari yang telah

diajarkan oleh orang tunya. Misalnya orang tuanya main batu dengan memakai

uang, kemudian anaknya juga mengikuti jejak orang tua, namun orang tua

melarang anaknya main judi, tetapi si anak tidak lagi mematuhi larangan orang

tuanya, karena orang tuanya memang biang keladi yang melakukan perjudian

secara terbuka di tempat jaga malam, diwarung kopi, dan ditempat-tempat umum

lainnya.

Kenakalan remaja yang terjadi memang sulit diatasi saat ini, karena

remaja-remaja sudah diwarisi oleh orang tuanya untuk melakukan kenakalan,

bahkan secara tidak lansung orang tua, dan masyarakat sudah memberikan tongkat

estafek negatif kepada remaja-reamaja yang ada, dan sedikit para orang tua dan

masyarakat memberikan tongkat estafek positif kepada para remaja. Dengan

sebab itu maka kita selaku masyarakat tidak bisa menyalahkan para remaja yang

selalu melakukan kenakalan-kenakalan, namun kitalah yang harus berkaca diri

untuk melihat kesalahan kita selaku generasi tua dalam mendidik anak-anak.

Yang menjadi biang keladi terhadap kenakalan remaja selama ini adalah

bukan remaja itu sendiri, namun disebabkan oleh orang tua, masyarakat bahkan

teman sepermainannya selalu mendorong diri seorang remaja menuju kepada

kejahatan. Contoh lain yang dapat kita analisa saat ini, remaja putri selalu

menggunakan pakaian ketat ketika keluar dari rumah, bahkan ada tilang oleh WH

di jalan mereka tetap tidak peduli, hal ini disebabkan karena memakai pakaian
75

ketat oleh remaja putri memang sudah membudaya. Walaupun dilarang para

remaja putri tetap tidak mematuhi larangan. Mengapa hal ini bisa terjadi ? karena

para remaja saat ini tidak meliki iman yang kuat, namun yang dimiliki olehnya

hanyalah nafsu, selain itu juga orang tua dirumah dalam mendidik anak-anak

dirumah tidak melarang melakukan hal seperti itu dan begitu juga masyarakat

segan menegur perbuatan seperti itu, akhirnya para remaja memperoleh kebebasan

dalam berpakaian dan sulit untuk menerima kritikan dari pihak lain, bahkan sulit

menerima teguran dari orang tuanya sendiri. Karena orang tuanya tidak

mensosialisasikan nilai-nilai keislaman pada usia sianak masih kecil dan ketika

sianak sudah remaja maka sianak memiliki krisis jati diri. Itu semua menjadi

hambatan dalam proses penanggulangan kenakalan remaja.

Adapun hambatan lain dalam melakukan penanggulangan kenakalan

remaja, diantaranya yaitu :

1. Kurang perhatian orang tua terhadap remajanya

Rasa kurang perhatian orang tua kepada anak-anak di rumah, disebabkan

karena kesibukan orang tua yang tidak ada waktu luang untuk memberikan

kasih sayang kepada anak-anaknya. Anak-anak yang tidak memperoleh kasih

sayang ibu ketika remaja cenderung melakukan kenalan-kenakalan yang sulit

diatasi. Jika kasih sayang ibu tidak diterima oleh seorang remaja, maka

masalah penyelesaian kenakalan remaja dikalangan masyarakat sulit

dilakukan, karena orang tua sianak tidak mau tau terhadap kenakalan yang

dilakukan oleh anaknya itu, yang penting anak-anaknya memperoleh

kesenangan setiap hari dan menjadi suatu harapan yang diharapkan oleh

orang tua, walaupun kesenangan sianak diperoleh atas penderitaan orang lain.
76

2. Tidak ada keseriusan dan tembang pilih dalam pencegahan terhadap

kenakalan remaja.

Dalam menyelesaikan permasalahan kenakalan remaja selama ini dikalangan

masyarakat sering kali terjadi tembang pilih. Dimana jika remaja yang

melakukan kenakalan berasal dari keluarga terpandang dikalangan

masyarakat tempat tinggalnya maka kesalahan yang dilakukannya ditutupi

agar tidak terjadi pelecehan terhadap keluarga tersebut. Sebaliknya jika

remaja yang melakukan kenakalan berasal dari keluarga yang tidak

terpandang maka mudah menyebarkan berita tentang kesalahan yang

dilakukan oleh remaja, bahkan masyarakat sengaja menindas keluarga

tersebut agar tidak bisa menaiki status sosialnya.

3. Sulit mengatasi anak-anak yang sudah melampaui batas.

Hambatan masyarakat dalam menanggulangi kenakalan remaja yang terjadi

yaitu sulit mengatasi anak-anak yang sudah melampaui batas, yang mana

anak-anak yang sudah melampaui batas tidak mendengarkan nasehat-nasehat

dari orang tua, guru dan masyarakat. Namun mereka melakukan seeknya saja,

seolah-olah dunia ini miliknya. Apabila memaksakan untuk mendengarkan

nasehat hanya saja diketawai orang-orang yang memberi nasehat dengan tutur

kata ‘apa hebatnya kamu, apa yang lebih padamu sehingga kamu beraninya

menasehati kami’ akhirnya masyarakat tidak sanggup lagi, maka membiarkan

saja. Adapun jenis kenakalan remaja yang sudah melampaui batas yaitu

kenakalan remaja yang sudah jatuh pada narkoba seperti minum-minuman

keras, hisap ganja, pil BK, menggunakan jarum suntik dan dapat

menimbulkan jenis kenakalan lain yaitu perjudian, main perempuan,


77

perampokan dan lain-lain. Hal ini sangat berbahaya jika remaja sudah

menyentuhnya, karena apabila sudah lezat dalam penyimpangan ini maka

sulit untuk disembuhkan, atau penyakit ini kalau obatnya belum mampan

sering kambuh dan meresahkan masyarakat. Selama penyakit ini belum

melekat pada diri seorang anak maka pengawasan orang tua terhadap anak-

anak harus diperketat.

4. Belum ada pembinaan terhadap remaja-remaja yang melakukan kenakalan.

Kenakalan remaja yang terjadi selama ini, belum ada pembinaan khusus

terhadap remaja-remaja yang melakukan kenakalan. Jika ada pembinaan

khusus dalam menanggulangi remaja yang sudah melakukan perilaku

menyimpang, maka akan mudah menimalisir kenakalan remaja yang terjadi,

kesulitan menanggulangi kenakalan remaja saat ini menjadi PR bagi seluruh

lapisan masyarakat yang ada karena kalau tidak diselesaikan sama-sama maka

kenakalan ini masih tetap terdifusi dimana-mana.

5. Terjadinya kenakalan remaja karena ulah remaja itu sendiri

Terjadinya kenakalan remaja selama ini bukan semata-mata disebabkan oleh

faktor eksternal, namun kenakalan remaja pertama kali terjadi disebabkan

oleh faktor internal remaja itu sendiri. Remaja bertingkah laku sedemikian

rupa karena memiliki sikap hedonismenya terhadap kehidupan dunia,

sehingga mereka melakukan apa saja untuk kenikmatan hidupnya, walaupun

itu merupakan perilaku menyimpang yang sangat membahayakan hajat hidup

orang banyak. Ini pula menjadi suatu hambatan masyarakat dalam

menaggulangi kenakalan remaja.


78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Timbulnya kenakalan remaja dikalangan masyarakat disebkan oleh

kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya dalam kehidupan

keluaraga, kesenjangan ekonomi yang memicu anak untuk melakukan

perilaku menyimpang, tidak ada motivasi untuk sianak agar belajar disekolah

dalam menuntut ilmu umum dan tidak adanya motivasi untuk sianak agar

menuntut ilmu di pesantren dalam membentuk dasar moral melalui ilmu

agama, pengaruh lingkungan yang tidak ada hambatan dalam melakukan

kejahatan, media elektronik (media massa) yang menayangkan berbagai

adegan di era globalisasi serta mempengaruhi persepsi para remaja, dan

faktor sosial juga mendukung timbulnya kenakalan remaja, karena remaja

ingin menemukan jati dirinya dan ingin menerobos kelas-kelas sosial yang

ada untuk menujudkan kelas sosial atas baginya.

2. Masyarakata mempersepsikan tentang kenakalan remaja yang terjadi saat ini

masih dalam skala kecil, remaja-remaja yang melakukan kenakalan berasal

dari status sosial bawah yaitu anak-anak petani yang gagal dididik untuk

menjadi individu yang bermoral karena keterbatasan waktu menyebar kasih

sayang dan keterbatasan finansial untuk meindidik anak pada pendidikan

formal. Langkah penyelesaian masalah kenakalan remaja selama ini

dilakukan di gampong terhadap kasus kenakalan yang termasuk

penyimpangan primer dan diselesaikan dengan menggunakan hukum adat,

78
79

sedangkan bentuk kenakalan yang termasuk kedalam penyimpangan sekunder

diselesaikan melalui jalur hukum pengadilan dengan menggunakan hukum

formal.

3. Hambatan-hambatan dalam upaya penanggulanagan terhadap kenakalan

remaja terjadi begitu pesat, adapun yang menjadi hambatan yaitu kurang

perhatian orang tua terhadap remajanya, tidak ada keseriusan dan tembang

pilih dalam pencegahan terhadap kenakalan remaja, sulit mengatasi anak-

anak yang sudah melampaui batas, belum ada pembinaan terhadap remaja-

remaja yang melakukan kenakalan, dan terjadinya kenakalan remaja karena

ulah remaja itu sendiri.

5.2. Saran

1. Untuk mengurangi kenakalan remaja yang terjadi dikalangan masyarakat,

maka hendaknya meningkatkan pengawasan orang tua terhadap anaknya

dalam kehidupan keluaraga, meningkatkan ekonomi keluaraga dengan cara

bekerja yang efektif, memotivasi si anak agar belajar disekolah dalam

menuntut ilmu umum dan belajar di pesantren atau dayah untuk menuntut

ilmu agama dan akan terbentuk moral yang sejati, masyarakat mengawasi

para remaja agar tidak merusak lingkungan dan tidak terpengaruh dari

lingkungan terhadap perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh

remaja lain dan orang dewasa, orang tua mengontrol anak-anaknya ketika si

anak menggunakan media elektronik (media massa) dan ketika menggunakan

teknologi canggih di era globalisasi yang apabila salah penggunaan akan

menjadi suatu permasalahan bagi remaja, dan faktor sosial juga mendukung
80

timbulnya kenakalan remaja, karena remaja ingin menemukan jati dirinya dan

ingin menerobos kelas-kelas sosial yang ada untuk mewujudkan kelas sosial

atas baginya.

2. Untuk menanggulangi kenakalan remaja di Kecamatan Bubon dengan evektif,

maka masyarakat harus menaganalisa terhadap jenis, bentuk, peluang, dan

hambatan dalam melakukan kenakalan remaja. Dengan adanya analisa

masyarakat terhadap kenakalan remaja Analisis yang dilakukan oleh

masyarakat terhadap kenakalan remaja, maka kenakalan remaja akan mudah

diminimalisir karena remaja sudah segan kepada orang tua dirumah,

masyarakat sekitar tempat tinggalnya, dan pihak yang berwajib. Disebabkan

semua lapisan masyarakat tersebut selalu tidak lepas pengawasannya pada

setiap remaja yang ada.

3. Agar hambatan-hambatan dalam upaya penanggulanagan terhadap kenakalan

remaja tidak ditemukan, maka setiap lapisan masyarakat harus memberanikan

diri tidak tembang pilih, berani menegakkan amar makruf nahi mungkal, dan

memberi sanksi bagi pelanggar terhadap peraturan yang telah disepakati

bersama. Serta masyarakat tidak meragukan peraturan tersebut dilaksanakan

dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah terhadap perilaku remaja yang

bertentangan dengan nilai dan norma.


81

DAFTAR PUSTAKA

Al Fandi, Safuan. Kehidupan Manusia. Sendang Ilmu: Solo.

Azwar, Saifuddin. 2005. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Cohen, BJ.1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Rineka Cipta Jakarta.

Deporter, Bobbi. 2011. Mengatasi Tujuh Masalah Besar Remaja. Kaifa: Bandung.

Gode, E. 1984. Devient Behaviour Secend End. New Jersey: Prentice Hall.

Gode, William J. 2007. Sosiologi Keluarga. Bumi Aksara: Jakarta.

Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan : Suatu Analisis Sosiologi Tentang


Pelbagai Problem Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta.

Kartini, Kartono. 1988. Patologi Sosial Jilid 1. Rajawali: Jakarta.

Kardjono, Moehari. 2008. Mempersiapkan Generasi Cerdas. Qissthi Press:


Jakarta Timur.

Muin, Idianto. 2006. Sosiologi SMA Jilid 1 Kelas X. Erlangga: Jakarta.

Saefuddin, M. 2006. Benarkah Saya Muslim. Aneka Ilmu: Semarang.

Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya :


Bandung.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo


Persada : Jakarta.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Alfabeta :


Bandung.

Supriatna, Aang. 2012. Upaya Pencegahan dan Pengubahan Patologi Sosial


Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Nilai Keagamaan. Studi Deskriptif
Pondok Remaja Indah XX Pesantren Suryalaya-Tansik Malaya.
Universitas Pendidikan Indonesia.

Zaid, Abu. 2003. Citra Diri Remaja Muslim. Wahyu Press: Jakarta Selatan.

Internet

Arkan, Arnadi. Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.6


Oktober 2006. Strategi Penaggulangan Kenakalan Anak-Anak Remaja
82

Usia Sekolah. shttp://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4606118.pdf/28


Juli 2011

Artikel. http://www.damandiri.or.id/file/ulfahmariaugmbab2.pdf /9 Febuari dan


28 Juli 2011.

Altikel.http://dspace.widyatama.ac.id/jspui/bitstream/10364/515/4/bab2.pdf/28
juli 2011.

Artikel. http://www.clubmetafisika.com/artikel-artikel/59-kenakalan-remajadapat-
dicegah-dengan-psychotronica.pdf/ 28 Juli 2011.

Artikel. 2011. Gangguan Psikologi Remaja http://www.jual-mesin.net/diakses 17


Mei 2012.

Derani, Rohayati. 2004. Persepsi Ibu Bapa Terhadap Faktor-Faktor Keruntuhan


Akhlak Remaja Islam Masa Kini : Satu Tinjauan Di Taman Aman Anak
Bukit, Alor Setar Kedah (Tesis). Fakultas Pendidikan Universitas
Teknologi Malaysia: http://www.fp.utm.my/di akses28/Juli/2011.

Eliasa, Eva Imania. Kenakalan Remaja: Penyebab dan Solusi. Disajikan Dalam
Seminal PPL-KKN di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta: http://staff.
Uny.ac.id/diakses 12 Februari 2013.

Herdianto, Arif. 2010. Penyimpangan Sosial. Sosiologi Kelas II. http://file


.upi.edu/diakses 12 Februari 2013.

Hufad, Achmad. Keluarga dan Pendidikan Anak (Tinjauan Sosiologi Agama


Terhadap Proses Pendidikan Anak Dalam Keluarga). http://file. upi.
Edu/diakses 13 Februari 2013.

Jakfar, Abdullah. M. 2007. (Skripsi). Universitas Sains: Malaysia.


http//eprints.usm.my/8951/1. 28 Maret 2011.

Runikasari, Septiana. 2012. Aku Remaja Masa Kini. http://www.lptui.com/diakses


17 Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai