Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN RETENSIO


PLASENTA

Dosen Pembimbing :

Ns. Endah Suprihatin, M.Kep.Sp.Mat.

Disusun Oleh :

Desi Novita Sari (P27820119061)

Tingkat I Reguler B

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

TAHUN AJARAN 2019/20


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan

sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa

pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah

ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda

tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di

akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Dokumentasi Keperawatan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. E
Dengan Retensio Plasenta

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,

saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya

makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian

apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang

sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Surabaya, 10 Maret 2020

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................3

BAB II. TINJAUAN TEORI.......................................................................

2.1 Laporan Pendahuluan...................................................................4

2.1.1 Definisi....................................................................................4

2.1.2 Etiologi....................................................................................4

2.1.3 Patofisiologi............................................................................5

2.1.4 Manifestasi Klinis...................................................................5

2.1.5 Komplikasi..............................................................................6

2.1.6 Penatalaksanaan Medis...........................................................8

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang..........................................................9

2.2 Asuhan Keperawatan Kasus.......................................................10

2.2.1 Pengkajian.............................................................................10

2.2.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................16

2.2.3 Perencanaan..........................................................................18

2.2.4 Implementasi.........................................................................28

iii
2.2.5 Evaluasi.................................................................................28

BAB III. TINJAUAN KASUS.....................................................................

3.1 Pengkajian......................................................................................29

3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................35

3.3 Rencana Keperawatan....................................................................36

3.4 Catatan Keperawatan.....................................................................38

3.5 Evaluasi..........................................................................................44

BAB VI. PENUTUP.....................................................................................

4.1 Kesimpulan....................................................................................45

4.2 Saran..............................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................47

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah


jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan
bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta
inkarserata, dapat terjadi polip plasenta. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau
lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan
keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. (Prawirohardjo, 2005).

Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan


penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia.
Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan
di Indonesia adalah sebesar 43%. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20%
kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk
setiap kelahiran. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain dari ibu bersalin,
perdarahan post partum dimana retensio plasenta salah satu penyebabnya dapat
mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat meninggal
jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat.

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 cc selama


24 jam setelah anak lahir. Perdarahan bertanggung jawab atas 28% kematian ibu,
salah satu penyebab kematian ibu sebagian besar kasus perdarahan dalam masa
nifas yang terjadi karena retensio plasenta, sehingga perlu dilakukan upaya
penanganan yang baik dan benar yang dapat diwujudkan dengan upaya
peningkatan keterampilan tenaga kesehatan khususnya dalam pertolongan
persalinan, peningkatan manajemen Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Dasar dan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif, ketersediaan
dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang merupakan prioritas dalam
pembangunan sektor kesehatan guna pencapaian target MDG’s.

1
Pada kejadian retensio plasenta atau palsenta tidak keluar dalam waktu 30
menit tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan
untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual.

Adapun kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan setelah melakukan


tindakan manual palsenta yaitu perforasi uterus, terjadi infeksi akibat terdapat sisa
plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim dan terjadi
perdarahan karena atonia uteri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Dasar Teori Mengenai Retensio Plasenta?


2. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Bagi Pasien Dengan Retensio
Plasenta?
3. Bagaimanakah Cara Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Untuk
Pasien Dengan Retensio Plasenta?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
a. Mengetahui dasar teori mengenai pasien dengan retensio plasenta
b. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesaria
indikasi Solutio plasenta

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Retensio Plasenta penulis dapat:
a. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh pada pasien dengan
Retensio Plasenta.
b. Mampu menganalisa masalah- masalah yang muncul pada pasien
dengan Retensio Plasenta.
c. Mampu merumuskan diagnosa dan memprioritaskan masalah pada
pasien dengan Retensio Plasenta.

2
d. Mampu membuat perencanaan tindakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Retensio Plasenta
e. Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Retensio Plasenta.
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien dengan Retensio Plasenta.
g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada pasien Retensio Plasenta

1.4 Manfaat Penulisan

1. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam pemberian


asuhan keperawatan pada pasien dengan Retensio Plasenta.
2. Menambah ketrampilan atau kemampuan dalam menerapakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Retensio Plasenta.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Laporan Pendahuluan

2.1.1 Definisi

Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu


setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya
sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta
manual dengan segera. (Manuaba, 2006 )

Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir setengah


jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008)

Jadi menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta


adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran
bayi.

2.1.2 Etiologi

Penyebab retensio plasenta adalah :

1. Fungsional:

a. His kurang kuat (penyebab terpenting)


b. Plasenta sukar terlepas karena :
Tempatnya : Insersi di sudut tuba, bentuknya : Plasenta
membranacea, palsenta anularis dan ukurannya: Plasenta yang
sangat kecil. (Sastrawinata, 2005)

2. Patologi – anatomi:

a. Plasenta akreta
b. Plasenta inkreta
c. Plasenta perkreta. (Sastrawinata, 2005)

4
2.1.3 Patofisiologi

Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan
tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu
lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa
retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah
serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila
serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan
darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan
menyebabkan banyak darah hilang (Prawirohardjo, 2009).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik.

Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali pusat putus akibat traksi yang
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. (Prawirohardjo, 2009)

1. Fisiologi Plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai


20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat
berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis). Umumnya
plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang
amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta
sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili korialis yang
berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua
basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang
berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80
mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic
plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Plasenta berfungsi sebagai alat yang
memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat

5
asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai
antibodi ke janin. (Prawirohardjo, 2009)

2. Fisiologi Pelepasan Plasenta

Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi myometrium


sehinga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area
plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari
dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berintraksi pada area pemisahan
bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah
pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari
uterus dan mendorong keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban
dan bekuan darah retroplasenta. (WHO, 2001)

3. Predisposisi Retensio Plasenta

Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu :

a. Grandemultipara.

b. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak


luas.

c. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis.

d. Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluh darah


sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam.

e. Bekas operasi pada uterus. (Manuaba, 2007)

2.1.5 Komplikasi

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :

1. Perdarahan

Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan
hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak
menutup.

6
2. Infeksi

Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan


pertumbuhan bakteri.

3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan


kontraksi pada ostium baik.

4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferasi yang mengalami infeksi


sekunder dan nekrosis dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula
fisiologik dapat berubah menjadi patologik dan akhirnya menjadi karsinoma
invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan
terus.

5. Syok haemoragik. (Prawirohardjo, 2005)

6. Penanganan Retensio Plasenta Dengan Separasi Parsial :

a. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan


yang akan diambil.
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekspulsi
plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat.
c. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40
tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg/rektal.
d. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan harus untuk menghindari terjadinya perforasi
dan perdarahan.
e. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.
f. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 gr IV/oral + metronidazoll gr
supositoria/oral).
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik. (Prawirohardjo, 2009)

7
2.1.5 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan menurut Prawirohardjo, 2009 di antaranya :

1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang


berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau
larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,
tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.

2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau
NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.

3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan


dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.

4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi
manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc,
retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit
seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi
jalan lahir, tali pusat putus.

5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan


dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya
pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di
rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan
dengan kuretase pada abortus.

6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan


pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.

7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan


infeksi sekunder.

8
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang retensio plasenta menurut Manuaba, 2007 di


antaranya :

1. Hitung darah lengkap : Untuk menentukan tingkat hemoglobin ddan


trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada tanda yang di sertai dengan infeksi,
laukosit biasanya meningkat.

2. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan menghitung protombin


time( PT ) dan Activated Partial Trombositin Time ( APPT ) atau yang sederhana
dengan Colotting Time ( CT ) Ini di perlukan untuk menyingkirkan perdarahan
oleh factor lain.

9
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus

Proses keperawatan adalah suatu metoda yang sistematis untuk mengkaji


respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah-masalah tersebut.

Masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga, orang


terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi
perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah klien.

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu dimulai dari pengkajian,


diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perawat berusaha
mengatsi masalah-masalah kesehatan melalui penerapan 5 tahap proses
keperawatan, yaitu :

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses


keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi tentang
klien yang dibutuhkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.
Adapun dalam pengkajian yang harus dilakukan adalah :

a. Pengumpulan data

Pengkajian merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi tentang


klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan dan kesehatan klien meliputi :

1) Identitas

a) Klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan akhir, pekerjaan,


suku bangsa, alamat, no medrek, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis.

b) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin,


pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, hubungan dengan klien.

10
2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien saat itu.


Pada klien post manual plasenta mengeluh pusing karena
perdarahan akibat dari komplikasi retensio plasenta. (Manuaba,
2007)

b) Riwayat kesehatan sekarang

Mengenai penyakit yang dirasakan klien pada saat di rumah


sampai klien harus di rawat di rumah sakit dengan menggunakan
teknik PQRST. Pada umumnya klien di bawa ke rumah sakit
dengan alasan perdarahan post partum akibat retensio plasenta atau
terlambatnya kelahiran plasenta dalam waktu 30 menit setelah bayi
lahir. Penanganan pertama pada klien retensio plasenta yaitu
dilakukannya tindakan manual plasenta. Pada klien post manual
plasenta mengeluh pusing karena perdarahan akibat dari
komplikasi retensio plasenta, pusing dirasakan bertambah apabila
banyak melakukan aktivitas dan berkurang apabila di istirahatkan.

c) Riwayat kesehatan dahulu

Mengenai penyakit yang pernah dialami oleh klien yang


dapat mempengaruhi penyakit sekarang dan dapat
memperberat/diperberat karena kehamilan misalnya penyakit
diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit jantung dan hipertensi.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Mengenai penyakit-penyakit yang pernah dialami oleh


keluarga klien yang lain seperti kehamilan kembar, gangguan
mental, penyakit yang dapat diturunkan dan penyakit yang dapat
ditularkan.

11
3) Riwayat Ginekologi dan Obstetri

a) Riwayat Ginekologi

(1) Riwayat Menstruasi

Meliputi siklus haid, lamanya haid, sifat darah (warna, bau,


gumpalan), dismenorhoe, HPHT, dan taksiran persalinan.

(2) Riwayat perkawinan

Status perkawinan, umur pada waktu menikah, lama perkawinan


dan berapa kali kawin.

(3) Riwayat KB Pernah menjadi akseptor, jenis konrtasepsi yang


digunakan sebelum hamil, waktu dan lamanya penggunaan, masalah
yang didapati dengan penggunaan kontrasepsi tersebut, jenis kontrasepsi
yang direncanakan dan jumlah anak yang direncanakan keluarga.

b) Riwayat Obstetri

(1) Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu Meliputi umur
kehamilan, tanggal melahirkan, jenis persalinan, tempat persalinan, berat
anak waktu lahir, masalah yang terjadi dan keadaan anak.

(2) Riwayat Kehamilan Sekarang Usia kehamilan, keluhan selama


hamil, gerakan anak pertama dirasakan oleh klien. Apakah klien
mendapatkan imunisasi TT, perubahan berat badan selama hamil, tempat
pemeriksaan kehamilan dan frekuensi memeriksakan kehamilannya.

(3) Riwayat Persalinan Sekarang Merupakan persalinan yang keberapa


bagi klien, tanggal melahirkan, jenis pesalinan, apakah terjadi
perdarahan, banyaknya perdarahan, jenis kelamin bayi, berat badan bayi,
dan APGAR skor, serta keadaan masa nifas.

12
4) Pemeriksaan Fisik

a) Kesadaran

Klien dapat terjadi penurunan kesdaran/tidak akibat perdarahan.

b) Keadaan umum

Dikaji tentang keadaan klien secara keseluruhan, pada klien post


manual plasenta biasanya ditemukan keadaan yang lemah.

c) Tanda vital

Dikaji tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan tindakan manual


plasenta. 15

d) Pemeriksaan fisik head to toe

(1) Kepala Dikaji bentuk kepala, kebersihan kulit kepala dan keluhan yang
dirasakan pada daerah kepala.

(2) Wajah Pada klien post manual plasenta wajah tampak pucat.

(3) Mata Dikaji keadaan konjungtiva, sklera, fungsi penglihatan,


pergerakan kedua mata, kebersihan, bila keadaan konjungtiva pucat maka
dapat dipastikan anemis.

(4) Hidung Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien, adanya reaksi alergi,
perdarahan, kesimetrisan, kebersihan dan fungsi penciuman.

(5) Telinga Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien, kesimetrisan, fungsi
pendengaran dan kesimetrisan.

(6) Mulut Dikaji keluhan yang dirasakan, mukosa mulut dan keadaan
bibir, keadaan gigi, lidah, fungsi pengecapan dan fungsi menelan. Pada
klien post manual plasenta mukosa bibir kering dan tampak pucat.

(7) Leher Dikaji keluhan yang dirasakan, pada klien post manual plasenta
tidak ditemukan pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening,
tidak ada peningkatan JVP.

13
(8) Dada Dikaji keluhan yang dirasakan klien, suara nafas vesikuler,
frekuensi nafas, irama jantung reguler, bunyi jantung s1 dan s2.

(9) Payudara Dikaji keluhan yang dirasakan klien, kedaan payudara,


bentuk, hyperpigmentasi aerola, keadaan putting susu, dan keseimetrisan
serta pengeluaran ASI.

(10) Abdomen Dikaji keluhan yang dirasakan klien, tinggi fundus uteri
hari ke-5 yaitu 3 cm bawah pusat, bising usus normal 5-12 x/menit.

(11) Genetalia Dikaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji keadaan


perineum, adanya pengeluaran lochea. Pada 2 hari pertama lochea berupa
darah yang disebut lochea rubra, setelah 3-4 hari merupakan darah encer
yang disebut lochea serosa dan pada hari kesepuluh menjadi cairan putih
atau kekuningan yang disebut lochea alba. Lochea berbau amis, dan yang
berbau busuk menandakan adanya infeksi.

(12) Anus Dikaji keluhan yang dirasakan klien, ada/tidaknya hemoroid.

(13) Ekstermitas Dikaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji adanya


oedema, pergerakan dan kebersihan. 17

(14) Ambulasi Pada klien dengan post manual plasenta biasanya dalam
waktu 2 hari sudah bisa turun dari tempat tidur dan melakukan aktivitas
ringan seperti makan dan minum.

5) Aspek Psikososial dan Spiritual

a) Pola pikir

Kaji tentang eksplorasi pengetahuan klien, cara perawatan diri dan


bayinya, yang meliputi : Pemberian ASI, rencana pemberian ASI, nutrisi yang
baik untuk menyusui dan makanan yang terbaik untuk bayinya, rencana imunisasi
bayi.

14
b) Persepsi diri

Dikaji hal yang amat difikirkan oleh klien saat dilakukan pengkajian,
harapan setelah mengalami perawatan dan perubahan yang dirasa setelah
melahirkan.

c) Konsep diri

(1) Gambaran diri

Apakah klien merasakan perubahan dirinya dan tubuhnya selama periode


post partum, apakah perubahan yang disadari tersebut mempengaruhi
perilaku dan adaptasinya terhadap pengasuhan bayinya.

(2) Ideal diri

Apakah yang diharpkan klien setelah kelahiaran bayi tersebut, apakah


upaya klien untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri sendiri
dan bayi.

(3) Peran

Bagaimana sikap ibu dengan kelahiran anaknya. Kaji kesiapan klien untuk
menjadi seorang ibu baru atau perubahan peran dengan penambahan
anggota keluarga yang baru.

(4) Identitas diri

Adakah kepuasan klien menjadi seorang wanita yang telah melahirkan


anak.

(5) Harga diri

Adakah rasa bangga pada klien, bagaimana kepuasan klien terhadap


kelahiran tersesbut. Harga diri klien akan meningkat karena klien sudah
mempunyai keturunan dan menjadi seorang ibu.

15
d) Hubungan komunikasi

Kejelasan klien dalam kebiasaan berbicara, bahasa utama yang digunakan


oleh klien.

6) Pola Aktivitas Sehari-hari

Dikaji mengenai pola nutrisi, pola eliminasi BAK dan BAB, pola istirahat
tidur dan personal hygiene.

7) Pemeriksaan diagnostic

Dalam pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah (Hb, Ht,


leukosit, trombosit). Pada kasus post manual plasenta terjadi penurunan jumlah
Hb dan Ht, terjadi peningkatan jumlah leukosit.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan intervensi data


yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan
memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan pasien yang nyata
dan kemungkinan akan terjadi dimana pemecahannya dalam batas wewenang
perawat.

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien


perdarahan post partum menurut (Doenges, 2001) adalah :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler


berlebihan.

b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.

c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status


kesehatan.

16
d. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penggantian berlebihan dari kehilangan cairan, perpindahan cairan
intravaskuler.

e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

f. Risiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/distensi


jaringan. 20

17
2.2.3 Intervensi

Rencana keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan
demikian rencana asuahan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang
dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan (Doenges, 2001)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriterua Hasil Inteverensi Rasional


1. Kekurangan volume TU : Kekurangan volume a. Tinjau ulang catatan a. Membantu dalam membuat
cairan berhubungan cairan dapat terpenuhi kehamilan dan rencana perawatan yang tepat
dengan kehilangan KH : persalinan/kelahiran, perhatiakan dan memberikan kesempatan
vaskuler berlebihan. Mempertahankan faktor-faktor penyebab atau untuk mencegah dan membatasi
keseimbangan cairan, dengan pemberat pada situasi hemoragi. terjadinya komplikasi.
indikator :
a. Memiliki asupan cairan b. Kaji dan catat jumlah, tipe dan b.Perkiraan kehilangan darah,
oral dan atau intravena sisi perdarahan; timbang dan arteial versus vena, dan adanya
yang adekuat hitung pembalut, simpan bekuan bekuanbekuan membantu
b. TTV dalam rentang dan jaringan untuk dievaluasi membuat diagnosa banding dan
normal. oleh dokter. menentukan kebutuhan
c. Hb dan Hematokrit penggantian.
dalam batas normal. c. Perhatikan hipotensi atau c. Tanda-tanda ini menunjukan

18
Menunjukan status nutrisi, takikardi, perlambatan pengisian hipovolemi dan terjadinya syok.
dengan indikator : kapiler atau sianosis dasar kuku, Perubahan pada tekanan darah
a. Keseimbangan asupan membran mukosa dan bibir. tidak dapat dideteksi sampai
dan haluaran yang volume cairan telah menurun
seimbang. sampai 30%- 50%.Sianosis
b. Memiliki asupan cairan adalah tanda akhir dari
oral dan atau intravena hipoksia.
yang adekuat.
d. Kaji lokasi uterus dan derajat d. Derajat kontraktilitas uterus
kontraksilitas uterus. Dengan membantu dalam diagnosa
perlahan masase penonjolan banding. Peningkatan
uterus dengan satu tangan sambil kontraktilitas miometrium dapat
menempatkan tangan kedua menurunkan kehilangan darah.
diatas simpisis pubis. Penempatan satu tangan diatas
simphisis pubis mencegah
kemungkinan inversi uterus
selama masase.
e. Pantau parameter e. Memberikan pengukuran
hemodinamik, seperti tekanan lebih langsung dari volume

19
vena sentral atau tekanan bagi sirkulasi dan kebutuhan
arteri pulmonal, bila ada. penggantian.

f. Mulai Infus 1 atau 2 I.V. dari f. Perlu untuk infus cepat atau
cairan isotonik atau elektrolit multipel dari cairan atau produk
dengan kateter 18G atau melalui darah untuk meningkatkan
jalur vena sentral. Berikan darah volume sirkulasi dan mencegah
lengkap atau produk darah pembekuan
(plasma, kriopresipitat,
trombosit) sesuai indikasi.
g. Berikan obat-obatan sesuai g. Meningkatkan,kontraktilitas,
indikasi : Oksitosin, magnesium memudahkan relaksasi uterus
sulfat, heparin, terapi antibiotik. selama pemeriksaan manual,
heparin dapat digunakan untuk
menghentikan siklus
pembekuan.
h. Pantau pemeriksaan h.Membantu dalam menentukan
laboratorium sesuai indikasi : Hb kehilangan darah. Setiap ml
dan Ht. darah membawa 0,5 mgHb.

20
2. Perubahan perfusi TU : Tidak terjadi perubahan a. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan a. Nilai bandingan membantu
jaringan berhubungan perfusi jaringan setelah kehilangan darah. menetukan beratnya kehilangan
KH : Menunjukan TD, nadi, darah.
gas darah arteri dan Hb/Ht b. Pantau tanda vital : catat b. Luasnya keterlibatan
dalam batas normal derajat dan durasi episode hipofisis dapat dihubungkan
hipovolemik. dengan derajat dan durasi
hipotensi.
c. Perhatikan tingkat kesadaran c. Perubahan sensorium adalah
dan adanya perubahan perilaku. indicator dini dari hipoksia.
d. Kaji warna dasar kuku, d. Pada kompensasi
mukosa mulut, gusi dan lidah : vasokontriksi dan pirau organ
perhatikan suhu kulit. vital, sirkulasi pada pembuluh
darah perifer diturunkan, yang
mengakibatkan suhu kulit
dingin.
e. Kaji payudara setiap hari, e. Kerusakan atau keterlibatan
perhatikan ada atau tidaknya hipofisis anterior
laktasi dan perubahan pada mengakibatkan tidak adanya
ukuran payudara. produksi ASI dan akhirnya

21
menurunkan jaringan payudara
f. Pantau GDA dan kadar pH f. Membantu dalam
mendiagnosa derajat hipoksia
jaringan asidosis atau yangb
diakibatkan dari terbentuknya
asam laktat dari metabolism
anaerobic.
g. Berikan terapi oksigen sesuai g. Memaksimalkan ketersediaan
kebutuhan. oksigen untuk transport
sirkulasi ke jaringan.

3. Ansietas berhubungan TU : Ansietas terkontrol a. Evaluasi respon psikologis a. Membantu dalam


dengan krisis situasi, serta persepsi klien terhadap menentukan rencana perawatan.
ancaman pada status KH : Mengungkapkan kejadian hemoragi pasca partum. Persepsi klien tentang kejadian
kesehatan. kesadaran terhadap perasaan Klarifikasi kesalahan konsep. mungkin menyimpang, akan
dan penyebab ansietas memperberat ansietasnya.
a. Melaporkan ansietas b. Evaluasi respon fisiologis b. Meskipun perubahan pada
berkurang pada hemoragik pasca partum; tanda vital mungkin karena
b. Tampak rileks misalnya tachikardi, tachipnea, respon fisiologis, ini dapat

22
c. Mengidentifikasi cara-cara gelisah atau iritabilitas. diperberat atau dikomplikasi
untuk mengontrol ansietas. oleh faktorfaktor psikologis.
c. Sampaikan sikap tenang, c. Dapat membantu klien
empati dan mendukung. mempertahankan kontrol
emosional dalam berespon
terhadap perubahan status
fisiologis. Membantu dalam
menurunkan tranmisi ansietas
antar pribadi.
d. Berikan informasi tentang d. Informasi akurat dapat
modalitas tindakan dan menurunkan ansietas dan
keefektifan intervensi. ketakutan yang diakibatkan oleh
ketidaktahuan.
e. Bantu klien dalam e. Pengungkapan memberikan
mengidentifikasi perasaan kesempatan untuk memperjelas
ansietas, berikan kesempatan informasi, memperbaiki
pada klien untuk kesalahan konsep, dan
mengungkapkan perasaan. meningkatkan perspektif,
memudahkan proses pemecahan

23
masalah.
f. Kaji strategi koping dan f. Ansietas berat atau lama
implikasi jangka panjang dari dapat diantisipasi bila
episode hemoragi. komplikasi permanen.

4. Risiko tinggi terhadap TU: Tidak terjadi kelebihan a. Pantau adanya peningkatan a. Bila penggantian cairan
kelebihan volume cairan volume cairan TD dan nadi : perhatikan berlebihan, gejala-gejala
berhubungan dengan KH : Menunjukan TD, nadi, pernapasan terhadap tanda kelebihan beban sirkulasi dan
penggantian berlebihan dan berat jenis urin, serta tanda dispnea, stridor, ronki. kesulitan pernapasan dapat
dari kehilangan cairan, neurologis dalam batas normal terjadi.
perpindahan cairan b. Pantau frekuensi infuse secara b. Masukan harus kurang lebih
intravaskuler manual atau elektrinik. Catat sama dengan haluaran dengan
masukan/haluaran. Ukur berat kadar cairan stabil.
jenis urin.
c. Kaji status neurologis, c. Perubahan perilaku mungkin
perhatikan perubahan perilaku tanda awal dari edema serebral
dan peningkatan iritabilitas. karena retensi cairan.
d. Bila volume plasma
d. Pantau kadar Ht membaik, kadar Ht menurun.

24
5. Risiko tinggi infeksi TU : Tidak terjadi infeksi a. Demonstrasikan mencuci a. Mencegah kontaminasi
berhubungan dengan KH : tangan yang tepat dan teknik silang/penyebaran organisme
tindakan invasif a. Suhu tubuh tidak melebihi perawatan diri infeksius.
nilai normal b.Pertahankan perubahan pada b. Peningkatan suhu pada 2 hari
b. Tidak terjadi leukositosis tanda vital atau jumlah sel darah berturur-turut, takikardia, atau
c. Lokhea bebas dari bau putih leukositosis dengan
perpindahan ke kiri
menandakan infeksi.
c. Perhatikan gejala malaise, c. Gejala-gejala ini menandakan
menggigil, anoreksia, nyeri keterlibatan sistemik,
tekan uterus, atau nyeri pelvis. kemungkinan menimbulkan
bakterimia, syok dan kematian
bila tidak teratasi.
d.Pantau kecepatan involusi d. Infeksi uterus memperlambat
uterus dan sifat serta jumlah involusi dan memperlama aliran
rabas lokhea. lokhea.
e. Selidiki sumber potensial lain e. Diagnosa banding adalah
dari infeksi, seperti pernapasan, penting untuk pengobatan yang

25
mastitis, atau infeksi laluran efektif.
kemih.
f. Kaji kadar Hb/Ht. Berikan f. Anemia serinh menyertai
suplemen zat besi, sesuai infeksi, memperlambat
indikasi. pemulihan dan merusak sistem
imun.
g. Kolaborasi pemberian g. Antibiotik spektrum luas
antibiotik intravena sesuai mungkin diberikan sampai hasil
indikasi. kultur dan sensitivitas tersedia

6. Nyeri akut berhubungan TU : Nyeri berkurang atau a. Tentukan karakteristik, tipe, a.Membantu dalam diagnosa
dengan trauma hilang lokasi, dan durasi nyeri. Kaji banding dan pemilihan metode
KH : Rasa nyeri berkurang klien terhadap nyeri perineal tindakan.
a. Mengidentifikasi metoda yang menetap, perasaan penuh
yang tepat secara individual pada vagina, kontraksi uterus
untuk meningkatkan atau nyeri tekan abdomen.
kenyamanan. b. Kaji kemungkinan penyebab b. Situasi darurat dapat
psikologis dari ketidaknyaman. mencetuskan rasa takut dan
ansietas, yang memperberat

26
persepsi ketidaknyamanan.
c. Instruksikan klien untuk c. Pendidikan dengan metoda
melakukan teknik relaksasi : fisiologis dan psikologis dari
berikan aktivitas hiburan dengan kontrol nyeri menurunkan
tepat. ansietas dan persepsi
ketidaknyamanan klien.
d. Berikan tindakan kenyamanan d. Kompres dingan
seperti pemberian kompres es meminimalkan edema, dan
pada perineum atau lampu menurunkan hematoma
pemanas pada penyembuhan
episiotomi.
e. Berikan analgesik, narkotik, e.Menurunkan nyeri dan
atau sedatifsesuai indikasi. ansietas, meningkatkan
relaksasi

27
2.2.4 Implementasi

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan perawatan yang


telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. (Doenges, 2004)

2.2.5 Evaluasi

Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan / dilakukan dan


mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tarcapai sesuai yang telah
ditetapkan. Pada tahap ini ada dau macam evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh
perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi
secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak
pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan meniali secara keseluruhan
terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan
dengan perubahan intervensi atau dihentikan. Dan penulis memakai evaluasi
sumatif. (Suprajitno, 2004).

28
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Klien bernama Ny. E berumur 33 tahun, jenis kelamin Perempuan,


beragama Islam, pendidikan SMA, alamat Montasik Ds. Cot Seunong, nomor
rekam medik 3157, klien masuk ke rumah sakit pada tanggal 30 November 2019
jam 16.30 WIB di ruang Kebidanan Rumah sakit TK.II Kesdam IM dengan
diagnosa medis Retensio Plasenta, penulis melakukan pengkajian pada tanggal 1
Desember 2019 sampai dengan 3 Desember 2019. Sebagai penanggung jawab Tn.
M selaku Suami Pasien, umur 38 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS DKA,
pendidikan SMA, alamat Montasik Ds. Cot Seunong.

Keluhan utama pasien merasa pusing, riwayat kesehatan sekarang pasien


mengatakan sebelum masuk rumah sakit TK. II Kesdam IM ± 4 jam klien telah
melahirkan di rumah di tolong oleh bidan, klien mengatakan plasenta nya belum
keluar disertai perdarahan banyak dan klien merasakan mules. Pada saat dikaji
tanggal 1 Desember 2019, klien mengeluh pusing, pusing dirasakan bertambah
apabila klien banyak beraktivitas, dan berkurang apabila diistirahatkan. Pusing
dirasakan seperti berkunang-kunang. Pusing dirasakan ± 5 menit.

Riwayat kesehatan masalalu menurut penuturan pasien sebelumnya klien


belum pernah mengalami hal yang klien alami saat ini. Dan klien tidak
mempunyai penyakit yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan
ataupun penyakit menular maupun penyakit keturunan. Riwayat kesehatan
keluarga menurut penuturan pasien didalam keluarga tidak ada yang mengalami
hal yang sama seperti klien sekarang, dan tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit menular.

Riwayat Obaterti, G : 3 P : 3 A : 0, Riwayat persalinan sekarang pasien


bersalin tanggal 30 November 2019 dengan Spontan, lamanya berlangsung kala 1
± 3 jam, kala 2 ± 2 jam, dan kala 3 pasien mengalami permasalahan sehingga di
rujuk ke rumah sakit TK. II Kesdam IM, Anak yang di lahirkan berjenis kelamin

29
laki- laki, BB bayi 31 gram, Tinggi badan 48 cm, APGAR Score 6 Pemeriksaan
fisik ibu pada tanggal 1 Desember 2019 Oleh pengkaji di dapat kan hasil kadaan
ibu tampak lemas, kesadaran compos mentis, TTV TD : 110/ 70 mmHg, N : 72
x/I, RR : 20 x/I, T: 36,50 C pemeriksaan Headto Toe yang di dapat kan adalah :

1. Integumen

a. Kulit Warna kuning langsat, tekstur lembab oleh keringat, turgor kulit baik
terbukti saat di cubit cepat kembali < 2 detik, dan keadan bersih.
b. Kuku Tekstur keras, bentuk cembung, CRT ketika ditekan kembali ke
keadaan semula > 2 detik, keadaan kuku panjang dan tampak kotor.

2. Kepala

Warna rambut hitam dan keriting, tekstur halus, penyebaran merata,


lubrikasi tidak terdapat pecah-pecah pada rambut, tidak terdapat lesi, oedema
maupun massa, dan keadaan bersih.

3.Muka

Warna Kuning langsat, wajah tampak pucat dan keadaan bersih.

4.Mata

Pada saat diinspeksi letak mata simetris antara mata kanan dan mata kiri,
sklera putih, konjungtiva anemis, pupil mengecil saat dirangsang cahaya,
pergerakan bola mata baik, fungsi penglihatan baik, ditandai dengan klien dapat
membaca papan nama mahasiswa pada jarak ± 50 cm.

5. Hidung

Pada saat diinspeksi lubang hidung tampak simetris antara kiri dan kanan,
fungsi penciuman baik, ditandai dengan klien dapat membedakan bau minyak
wangi dan alkohol dengan mata ditutup, keadaan bersih, tidak terdapat secret.

6. Telinga

30
Pada saat diinspeksi kedua daun telinga tampak simetris, fungsi
pendengaran baik terbukti dapat menjawab semua pertanyaan tanpa diulang, tidak
terdapat benjolan dan keadaan bersih, tidak terdapat serumen pada liang telinga.

7. Mulut

Pada saat diinspeksi bentuk bibir simetris, bibir pucat dan mukosa kering .
Jumlah gigi 32 buah, warna putih, keadaan bersih. Lidah tampak warna putih,
permukaan agak kasar dan halus sepanjang tepi lateral, fungsi pengecapan baik
terbukti dapat membedakan rasa pahit dan manis.

8. Leher

Tampak simetris terhadap bahu dan kepala, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan kelenjar thyroid, tidak ada peningkatan JVP, dapat digerakan
kesegala arah dan keadaan bersih.

9. Dada

Dada kiri dan dada kanan tampak simetris saat inspirasi dan ekspirasi,
bunyi pernafasan vesikuler, frekuensi 20 x/menit, irama jantung reguler, tekanan
darah 110/70 mmhg, nadi 72 x / menit, tidak terdapat retraksi intercostalis, dan
keadaan bersih.

10. Payudara

Kedua payudara tampak simetris, payudara tampak bengkak, konsistensi


keras, putting susu kanan dan kiri menonjol, tampak hyperpigmentasi aerola, ASI
(+) dan keadaan payudara tampak bersih.

11. Abdomen

Pada saat di inspeksi bentuk perut cembung, terdapat striae dan linea alba,
tinggi fundus uteri 3 cm bawah pusat, saat diauskultasi terdapat bising usus (+),
dan keadaan perut bersih.

31
12. Genetalia

Vulva tidak terdapat oedema maupun varices pada labia, tampak keluaran
lochea serosa ± 5 cc, perineum tampak utuh.

13. Anus

Tidak terdapat hemoroid.

14. Ekstremitas

a. Atas Tangan kanan terpasang infus, kedua tangan dapat digerakan ke


segala arah pergerakan. Dengan kekuatan otot 5 (0-5).
b. Bawah Kedua kaki dapat digerakan ke segala arah pergerakan, dengan
kekuatan otot 5 (0-5).

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Nama : Ny. E

Hasil Laboratorium, Tanggal : 30 November 2019

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 8,4 gr/dl 12- 16 gr/dl
Hematokrit 24% 35- 47 %
Leukosit 12.200/ mm3 4000-10.000/ mm34000-10.000/ mm3
Trobosit 336.000/ mm3 150.000-450.000/mm3
Eritrosit 2,81 juta/ mm3 3,6 – 5,8 juta/ mm3

2. Penatalaksanan Medis

a. Infus Ringer laktat : 20 tetes/menit

b. Cefotaxime : 2x1 gr (Bolus)

c. Metronidazole : 2x1 500 ml (Bolus)

Analisa Data

32
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Perdarahan akibat Kekurangan volume
Klien mengatakan telah komplikasi dari tindakan cairan
mengalami perdarahan Klien manual plasenta sehingga
mengeluh pusing menyebabkan kehilangan
DO : melalui vaskuler
- Klien tampak pucat mengganggu proses
- Hb 8,4 gr/dl sirkulasi mengakibatkan
-Mukosa bibir kering kekurangan volume
- Konjungtiva anemis cairan.
2. DS : ASI tidak keluar Nyeri akut
Klien menegluh nyeri pada maksimal menyebabkan
payudara terjadinya penggumpalan
DO : sehingga terjadi
- Payudara tampak bengkak pembengkakan pada
- saat di palpasi kondisinya keras payudara (engorgement)
dan payudara menjadi
keras menimbulkan nyeri
3. DS : Tonus otot usus menurun Gangguan pola
Klien mengeluh belum BAB selama persalinan eliminasi BAB :
DO : menyebabkan peristaltik konstipasi
- Perut tampak distensi usus menurun, sehingga
buang air besar menjadi
terganggu.

3.2 Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas

33
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
berlebihan

2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara

3. Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan


tonus otot usus

34
35
3.3 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Kekurangan volume cairan TU : Dalam jangka pendek 1x24 a. Observasi tanda vital, a. Penurunan sirkulasi darah
berhubungan dengan jam, setelah dilakukan tindakan bandingkan dengan hasil dapat terjadi dari peningkatan
kehilangan vaskuler keperawatan kekurangan volume normal pasien saat ini atau kehilangan cairan mengakibatkan
berlebihan, ditandai cairan teratasi sebelumya hipotensi dan takikardi
dengan KH : b. Kaji dan catat, tipe dan sisi b. Perkiraan kehilangan darah,
a. Tidak terjadi perdarahan perdarahan dan adanya bekuan-bekuan
b. Pusing berkurang membantu, membuat diagnosa
c. Hb 10 gr/dl banding dan menentukan
d. Konjungtiva merah muda kebutuhan penggantian.
e. Mukosa bibir lembab c. Berikan cairan sesuai c. Penggantian atas kehilangan
indikasi dapat memperbaiki konsentrasi
ginjal /adanya kegagalan.
d. Peningkatan menunjukan 39
d. Awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb dan
Ht hemokonsentrasi
2. Nyeri akut berhubungan TU : Dalam jangka pendek 1x24 a. Kaji keluhan nyeri, a. Dengan mengetahui seberapa
dengan pembengkakan jam, setelah dilakukan tindakan termasuk lokalisasi besar rasa nyeri yang dirasakan

36
payudara, ditandai dengan keperawatan nyeri dapat teratasi. dan lokalisasinya dapat
KH : memudahkan intervensi
a. Nyeri berkurang selanjutnya.
b. Pembengkakan b. lakukan dan ajarkan klien b. Merangsang kelenjarkelenjar
c. payudara berkurang untuk melakukan perawatan air susu sehingga produksi ASI
payudara. lancar dan Mengurangi
pembengkakan pada payudara
c. Penkes tentang perawatan c. Diharapkan pengetahuan klien
payudara bertambanh sehingga klien dapat
melakukannya secara mandiri.
3. Gangguan pola eliminasi TU : Dalam jangka pendek 1x24 a. Kaji/auskultasi bising usus a. Bunyi usus secara umum
BAB : konstipasi jam setelah dilakukan tindakan menurun pada konstipasi
berhubungan dengan keperawatan gangguan pola b. Anjurkan klien b. Melancarkan BAB dan
penurunan tonus otot usus eliminasi dapat teratasi mengkonsumsi makanan menurunkan distress dan distensi
menurun KH : Klien mengatakan sudah tinggi serat dan hindari abdomen
dapat BAB makanan yang membentuk
gas

3.4 Catatan Keperawatan

37
NO Diagnosa Keperawatan Tanggal dan Waktu Implementasi Catatan Perkembangan
1. Kekurangan volume cairan 1 Desember 2019 Senin 13.00 Mengobservasi TTV : S :Pasien mengatakan masih
berhubungan dengan WIB a. TD : 110/70 pusing
kehilangan vaskuler b. N : 72 x/m O:
berlebihan, ditandai dengan c. R : 20 x/m a. Klien tampak pucat
d. S : 35 C b. Hb 8,4 gr/dl
c. Mukosa bibir kering
d. Konjungtiva anemis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2. Nyeri akut berhubungan 1 Desember 2019 Senin 13.00 Mengkaji kualitas nyeri dan S : Klien megatakan setelah
dengan pembengkakan WIB lokalisasinya : nyeri dikedua dilakukan pengompresan
payudara, ditandai dengan payudara dan terasa menjalar ke payudara nyeri berkurang
punggung O:
a. Payudara masih
tampak bengkak
b. Ketika dipalpasi
masih keras
A : masalah belum teratasi

38
P : Lanjutkan intervensi

3. Gangguan pola eliminasi 1 Desember 2019 Senin 14.00 bising usus: mengauskultasi S : Klien mengatakan masih
BAB : konstipasi WIB bising usus 6x/menit belum BAB
berhubungan dengan O : Perut kembung
penurunan tonus otot usus A : Masalah belum teratasi
menurun P : Lanjutkan intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tanggal dan Waktu Implementasi Catatan Perkembangan


1. Kekurangan volume cairan 2 Desember 2019 Selasa 14.30 Mengobservasi TTV : S : Klien mengatakan pusing
berhubungan dengan WIB a. TD : 110/70 nya mulai berkurang
kehilangan vaskuler b. N : 72 x/m O:
berlebihan, ditandai dengan c. R : 20 x/m a. Klien sudah tidak
d. S : 35 C pucat
b. Konjungtiva anemis
c. Mukosa bibir lembab
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

39
2. Nyeri akut berhubungan 2 Desember 2014 Selasa 14.30 Mengkaji kualitas nyeri dan S : Klien mengatakan nyeri
dengan pembengkakan WIB lokalisasinya : nyeri dikedua berkurang
payudara, ditandai dengan payudara dan terasa menjalar ke O :
punggung. a. Payudara tampak tidak
terlalu membengkak
b. Payudara sudah tidak
keras
A : Masalah teratasi sebagian
P:
a. Anjurkan ibu untuk
terus menetek kan
kepada bayi nya.
b. Lanjutkan perawatan
payudara

3. Gangguan pola eliminasi 2 Desember 2019 Selasa 14.30 Gangguan pola eliminasi BAB : S : Klien mengatakan sudah
BAB : konstipasi WIB konstipasi berhubungan dengan BAB
berhubungan dengan penurunan tonus otot usus O : Perut tidak distensi
penurunan tonus otot usus menurun A : Masalah teratasi

40
menurun P:
a. Anjurkan ibu untuk
memakan makanan
tinggi serat
b. Inteverensi di hentikan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal dan Waktu Implementasi Catatan Perkembangan


1. Kekurangan volume cairan 3 Desember 2019 Rabu 09.00 Mengobservasi TTV : S : Klien mengatakan sudah
berhubungan dengan WIB a. TD : 110/70 tidak pusing
kehilangan vaskuler b. N : 72 x/m O:
berlebihan, ditandai dengan c. R : 20 x/m d. a. Klien tampak segar
S : 35 0 C b. Konjungtiva anemis
c. Mukosa bibir lembab
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

2. Nyeri akut berhubungan 3 Desember 2019 Rabu 09.00 Mengkaji kualitas nyeri dan S : Klien mengatakan
dengan pembengkakan WIB lokalisasinya : nyeri dikedua payudara nya sudah tidak

41
payudara, ditandai dengan payudara dan terasa menjalar ke nyeri
punggung. O:
a. Payudara tampak tidak
membengkak
b. Ketika dipalpasi sudah
tidak keras
A : Masalah teratasi
P : Inteverensi di hentikan

42
43
3.5 Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3 x 24 jam,


didapatkan bahwa Klien mengatakan sudah tidak pusing, Klien mengatakan
payudara nya sudah tidak nyeri Klien mengatakan sudah BAB.

44
BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian dari bab sebelumnya maka penulis menarik


beberapa kesimpulan dan memberikan rekomendasi sebagai berikut :

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat menarik kesimpulan bahwa


pengertian retensio plasenta menurut buku obstetri adalah belum lepasnya
plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Dan tindakan pertama yang
dilakukan yaitu dengan cara manual plasenta, dimana tindakan ini dilakukan
untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual (mengggunakan tangan)
dari tempat implantasinya.

Asuhan keperawatan pada pasien post manual plasenta adalah suatu


tindakan yang diberikan pada ibu post partum mulai dari pengkajian data,
menentukan diagnosa yang muncul, membuat rencana tindakan
mengimplementasikan dan terakhir melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan.

Dari hasil pengkajian dan di analisa pada Ny. E dapat ditegakan empat
masalah keperawatan yaitu kekurangan volume cairan, nyeri akut, gangguan
eliminasi BAB : konstipasi dan risiko tinggi terjadi infeksi. Dan dapat melakukan
perencanaan tindakan keperawatan untuk pasien dengan post manual plasenta
sesuai dengan teori yang ada, kemudian dapat melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya, dan berkat bantuan dari
berbagai pihak implementasi keperawatan dapat diberikan sesuai dengan rencana
dan memberikan hasil yang positif terhadap Ny. E yaitu masalah dapat teratasi.
Kemudian melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan kepada Ny. E.

45
4.2 Saran

Dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan dan ilmu tentang


keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan maternitas maka sebagai
berikut :

1. Bagi perawat diharapkan memandang pasien sebagai makhluk yang


unik dan dalam memberikan perawatan harus dilakukan secara
komprehensif meliputi aspek bio-psikososial dan spiritualnya, dan
menambah pengetahuan serta keterampilan dalam melakukan perawatan
pada klien.

2. Bagi institusi pendidikan, yang telah membekali anak didiknya dengan


ilmu pengetahuan yang banyak khususnya dibidang keperawatn agar
tercipta sumber daya manusia yang profesional, bermartabat dan berilmu.

46
DAFTAR PUSTAKA

Soenarso, Perawatan Ibu dan Anak Di Rumah Sakit dan Puskesmas,


Depkes RI Jakarta. Ferrer, Helen, Perawatan Maternitas, Jakarta : EGC,
1999

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC. Edy.


(2011).

Askep Retensio Plasenta, http://wbciart.blogspot.com/2011/12/


askepretensio-Plasenta.html, diperoleh pada tanggal 1 Desember 2014.

Prawirohardjo (2005) Pendahuluan kti Partus Normal indikasi Retensio


Plasenta, http://bluesteam47.blogspot.com /2005/06/pendahuluan-kti-
Partus-normal-indikasiretensio-plasenta.html, diperoleh tanggal 1
Desember 2014 Manuaba, 2007.

Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Sastrawinata.2008.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

47

Anda mungkin juga menyukai