Bab 214113440039
Bab 214113440039
BAB II
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DALAM AL-QURAN
A. Asal Mula Penciptaan Manusia
Al-Qur‟an menyebutkan tentang asal mula penciptaan manusia menggunakan
beberapa lafadz yang berbeda. Penggunaan lafadz yang berbeda tersebut pada
dasarnya merupakan suatu tahapan penciptaan menuju kesempurnaan. Diantara
lafadz-lafadz yang sering digunakan al-Qur‟an dalam mengungkapkan asal mula
penciptaan manusia adalah sebagai berikut:
1. Turab (tanah)
Para mufassir dalam memaparkan “turab” dengan kata “tanah” sekalipun
dalam kamus diartikan dengan kata “debu” atau “serbuk tanah” yaitu sesuatu
yang berukuran sangat kecil. Turab adalah zat renik, jadi awal manusia
tercipta dari zat renik, yaitu sel telur yang sangat kecil. 1
Penciptaan manusia dalam al-Qur‟an diungkapkan melalui kata “turab”
yang berarti zat renik yang dalam badan manusia kita kenal sebagai sel
kelamin, yang dapat tumbuh menjadi bayi melalui tahapan dalam rahim
seorang ibu. Ketika berlangsungnya proses fusi terjadi percampuran
kromosom sel jantan dan sel betina yang kemudian pada akhirnya beberapa
sifat ayah dan ibu dalam gen-gen kromosom akan dimiliki dan menurun pada
kepribadian anak selanjutnya. 2
Allah Swt mendeskripsikan manusia yang tercipta dari tanah, kemudian
setelah berproses menuju kesempurnaannya, Tuhan menghembuskan ruh (Qs
Shad/38:71-72). Kejadian manusia yang berawal dari tanah sangat
dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk lainnya. Dengan “ruh”
manusia diarahkan ke tujuan yang immateri. 3
1
Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa, 1996), hlm. 84
2
Ahmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,
1996), hlm. 186
3
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana,
2009), hlm. 54
20
Dalam lisan Al-Arab lafadz turab berarti debu, tanah gemuk. 4 Tanah
memiliki beberapa lapisan yang disebut dengan struktur tanah (soil structure).
Tanah yang di bagian atas yang biasanya berwarna hitam disebut tanah gemuk
atau tanah subur (top soil), tanah yang berada di lapisan bawah biasanya keras
dan tidak subur. Tanah yang bagian atas umumnya tidak padat dan berdebu. 5
2. Thin (tanah liat)
Lafadz thin berarti tanah yang mengandung banyak air, lumpur. 6 Maurice
Bucaile berpendapat bahwa lafadz thin merupakan komponen penting dalam
pembentukan fisik manusia awal dari penciptaan manusia pada umumnya
adalah bermula dari Thin (tanah liat yang basah) sebagai lafadz untuk
penyebutan awal terciptanya nabi Adam yang kemudian menjadi sperma atau
ovum. Pada akhirnya dari thin tersebut bercabang menjadi dua.7
3. Thin lazib (tanah yang melekat dan keras)
Lafadz lazib berarti “menjadi kuat, tetap” dan lafadz tersebut biasa
diartikan dengan yang pekat, keras, dan lekat. Thin lazib dapat didefinisikan
sebagai “tanah liat yang lengket dengan keras”. 8
4. Hama’ (lumpur hitam)
Lafadz hama’ berarti “tanah yang bercampur air dan berwarna kehitam-
hitaman. Sedangkan lafadz masnun berarti “wadah cetakan”. 9 Lafadz hama’
dalam Al-Qur‟an selalu beriringan dengan masnun seperti terdapat dalam Qs
al-Hijr/15:26.
5. Shalshal (tanah liat kering yang dibuat untuk tembikar)
Dalam kamus kata shalshal berarti lumpur yang kering, yang gemerisik
karena keringnya. Lafadz tersebut juga berarti lempung yang merupakan
bahan porselin atau lumpur murni yang bercampur dengan pasir. Shalshal
4
Al-Ishfahani, Lisan Al-Arab, Jilid 8 hlm. 270
5
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia, ibid, hlm. 204
6
Al-Ishfahani, Lisan al-Arab, Ibid, hlm. 323 dan 270
7
Ibid, hlm. 28.
8
Ibid, hlm. 470 dan 730
9
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Semarang: Thahaa Putra, 1987), Jilid 5, hlm.
20
21
sebagai material semacam lempung dan dalam hal ini dapat dipergunakan
untuk membuat tembikar. Oleh karenanya shalshal diartikan sebagai
“semacam lempung” (tembikar).10
Imam Al-Razi dalam tafsirnya menjelaskan Lafadz shalshal dalam Qs al-
Hijr/15:26 berarti tanah yang sudah kering, setelah sebelumnya basah dan
lembab. 11 Dalam al-Qur‟an bentuk dari shalshal seperti al-Fakhkhar yakni
kerangka matang berbentuk manusia.
Fase shalshal merupakan fase terakhir dari proses penciptaan manusia
pertama yakni Nabi Adam. Dengan kata lain, gambaran tanah yang hendak
dijadikan Nabi Adam telah sempurna, telah matang, telah melalui beberapa
tahapan yang memakan waktu sangat lama, hingga tidak ada seorang pun
mengetahui lamanya waktu penciptaan Nabi Adam.
6. Sulalah (sari pati tanah)
Kata sulalah mengandung arti “sari” yaitu sesuatu yang dikeluarkan dari
sesuatu yang lain, dalam hal ini tanah. Dengan demikian “sulalah” ditafsirkan
sebagai ekstrak (dari tanah). 12
Lafadz sulalah juga mengandung arti “mencabut, mengeluarkan”. Sulalah
berarti “sesuatu yang tercabut”. Sulalalatin min thin berarti sesuatu yang
berasal dari tanah. Dalam hal ini imam Al-Razi memaparkan dua pendapat.
Pertama, al-Razi berpendapat bahwa sulalah berarti Adam yang merujuk pada
riwayat Ibnu Abbas dari Ikrimah, karena Adam berasal dari tanah. Kemudian
keturunannya berasal dari “air yang hina”. Pendapat yang kedua
mengutarakan bahwa lafadz al-Insan dalam Qs al-Mu‟minun/23:12
mengandung arti anak cucu Adam, dan lafadz al-Thin merupakan nama
Adam. Lafadz sulalah sendiri berarti unsur-unsur dari tanah yang
terakumulasi dalam diri Adam lalu berproses menjadi air mani. 13 Sedangkan
10
Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Ibid, hlm. 83
11
Fakhruddin Al-Razi, Mafatih Al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Ihya, Tanpa Tahun), Jilid 10, hlm.348
12
Ibid, hlm. 82
13
Fakhruddin Al-Razi, tafsir mafatih al-Gahib, Ibid, Jilid 8, hlm. 264-263
22
Hamka mengemukakan bahwa lafadz sulalatin min thin mengandung arti air
saringan dari tanah. 14
7. Nuthfah (pembuahan sel sperma terhadap sel telur)
Salah satu kata yang sering digunakan al-Qur‟an dalam menyebutkan asal
mula penciptaan manusia adalah nuthfah. Nuthfah adalah setetes air mani
yang dipancarkan (min maniyyin yumna). Dalam hal ini Allah berfirman,
Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
Para ahli bahasa mendefinisikan huruf min dalam kalimat diatas dengan
“sebagian”. Hal tersebut telah terbukti secara ilmiah yang menyatakan bahwa
air mani mengandung sperma yang merupakan 99% kandungan air mani.
Yakni, produk kalenjar prostat, gelembung sperma, dan lainnya. Satu
pancaran mani membawa 200 juta sperma, sedangkan yang membuahi ovum
hanya satu sperma saja. Demikianlah yang menyebabkan nuthfah dinamakan
sebagai air yang dipancarkan.15
Kata nuthfah juga dalam bahasa al-Qur‟an adalah “setetes yang dapat
membasahi”. Pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria
mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia sedangkan yang berhasil
bertemu dengan ovum hanya satu.16
Kata nuthfah dalam al-Qur‟an juga dapat diartikan sebagai air yang hina
dengan ciri terpancar. Perhatikanlah firman Allah berikut.
14
Abdulmalik AbdulKarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1982), jilid 18,
hlm. 17
15
Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Akbar Media
Eka Sarana, 2003), hlm. 196
16
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), hlm. 172
23
17
Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, Ibid, hlm. 201
18
M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 180
19
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Ibid, hlm.7959
20
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Ibid, hlm. 181
24
21
Kementrian Agama, Penciptaan Manusia, (Jakarta: Kemenag RI, 2012), hlm. 81
22
Fakhruddin Al-Razi, tafsir Mafatih Al-Ghaib, Jilid 9, hlm. 141
23
Abdulmalik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Ibid, hlm.7827
24
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender, Ibid, hlm. 218
25
Ibid, hlm. 218
26
M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 486
27
Ibid, hlm. 486
25
28
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 18, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1982), hlm. 17
29
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, ibid, hlm. 17
30
Salaman Harun, Mutiara Al-Qur’an, Ibid, hlm.32
31
Tanthawi Jawhari, Al-Jawahir Al-Qur’an, jilid 9, Ibid, hlm. 14.
32
Ibid, hlm.12
33
Salman Harun, Mutiara Al-Qur’an, Ibid, hlm. 32.
26
penciptaan manusia, mulai dari Nabi Adam sebagai manusia pertama sampai
penciptaan manusia berikutnya.
B. Manusia dalam Al-Quran
Alam jagat raya beserta isinya merupakan suatu sistem yang bersatu di bawah
naungan perintah Tuhan. Semua yang ada dalam sistem ini diciptakan untuk
kepenthingan manusia, suatu anugerah yang selalu dibarengi dengan peringatan
spiritual agar manusia tidak menyekutukan Allah dengan yang lain. 34 Peruntukan
bumi bagi manusia mengandung arti bahwa bumi ini tidak hanya disediakan
untuk satu generasi belaka, melainkan untuk semua generasi yang ada di bumi.
Tuhan telah meninggikan derajat manusia di atas ciptaan-Nya yang lain. Hal
demikian, karena Tuhan menganugerahkan akal kepada manusia, suatu kapasitas
untuk menangkap pengetahuan.35
Manusia telah mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang dahsyat
dalam kehadiran di muka bumi ini. Dengan adanya kesempurnaan struktur
otaknya manusia mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan hidupnya,
bahkan mereka mampu menantang masalah-masalah yang mereka hadapi36.
Selain dari itu, kelebihan kemampuan manusia telah menjadikan mereka mampu
menggali kekayaan bumi ini bagi kemudahan hidupnya. 37
Endang Saifudin Anshari berpendapat bahwa manusia adalah hewan yang
berfikir. Berfikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban. Mencari
jawaban adalah mencari kebenara. Mencari jawaban tentang Tuhan, alam dan
manusia, arthinya mencari kebenaran tentang Tuhan, alam, dan manusia. Jadi
pada akhirnya: manusia adalah makhluk pencari kebenaran. 38
Manusia merupakan makhluk berakal. Akal dalam pandangan Islam, bukanlah
otak akan tetapi daya pemikiran yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal sendiri
34
Kemenag, Penciptaan Manusia dalam Perspektif al-Quran dan Sains, (Jakarta: Kemenag,
2012), hlm. 121.
35
Kemenag, Ibid, hlm. 121.
36
Abdul Mujieb AS, Tujuan Hidup dalam Pandangan Islam, (Surabaya: Karya Utama, Tanpa
Tahun), hlm. 9.
37
Abdul Mujieb AS, Tujuan Hidup dalam Pandangan Islam, Ibid, hlm. 10
38
Tedi Priatna, Ibid, hlm. 79.
27
39
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam Solusi Islam atas Problem-
problem Psikologi, (Yogtakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 158.
40
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pkok Pikiran Islam tentang Ummatnya,
(Bandung: Pustaka ITB, 1983), hlm. 172.
41
Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran, (Bandung: Pustaka, 1996), hlm. 27.
42
Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran, Ibid, hlm. 38.
28
kebaikan ia berusaha agar kebaikan itu tidak sampai kepada orang-orang lain (Qs
al-Ma‟arij: 19-21).
Al-Quran mementingkan tiga macam pengetahuan untuk manusia. Yang
pertama adalah pengetahuan mengenai alam yang telah dibuat oleh Allah tunduk
kepada manusia, atau sains-sains alamiah. Yang kedua adalah pengetahuan
sejarah dan geografi: al-Quran senantiasa mendesak manusia untuk berjalan di
muka bumi sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi pada kebudayaa-
kebudayaan masa lampau dan mengapa demikian dapat bangkit dan runtuh. Yang
ketiga adalah pengetahuan mengenai dirinya sendiri karena “Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di dalam cakrawala (alam
eksternal) dan di dalam diri mereka sendiri sehingga mereka dapat memahami
kebenaran.43
Senada dengan pernyataan di atas, al-Quran juga menjelaskan bahwa untuk
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah, manusia dianugerahi keistimewaan-
keistimewaan. Keistimewaan tersebut yaitu, akal yang dapat digunakan untuk
berfikir, memiliki potensi ilmiah, secara fitrah manusia diciptakan cenderung
pada kebenaran (hanif ), dan terdapat unsur-unsur Ilahi dalam dirinya. 44
Menurut kandungan ayat-ayat al-Quran manusia itu pada hakikatnya adalah
makhluk yang utuh dan sempurna yaitu sebagai makhluk biologis, pribadi, sosial,
dan makhluk religius. Sedikit menilik tentang konsep psikologi yang menyatakan
manusia sebagai makhluk biologis yang memiliki potensi dasar yang menentukan
kepribadian manusia berupa insting. Manusia hidup pada dasarnya memenuhi
tuntutan dan kebutuhan insting. Menurut keterangan ayat-ayat al-Quran potensi
manusia yang relevan dengan insthing ini adalah nafsu. 45
Manusia dalam al-Quran disebutkan dengan menggunakan kata al-Insan, al-
Basyar, Bani Adam, dan An-Nas. Penggunaan lafadz al-Insan merujuk akan nama
43
Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran, (Bandung: Pustaka, 1996), hlm. 51
44
Azyumardi Azra dan Abudin Nata, Kajian Tematik Al-Quran tentang Konstruksi Sosial,
(Bandung: Angkasa,2008), hlm. 319.
45
Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer, (Malang: UIN Malang
Press, 2009), hlm. 13.
29
manusia yang ditinjau dari kelompoknya, atau secara keseluruhan, sedangkan kata
al-Basyar diperuntukkan bagi manusia yang seorang diri, bukan dari kelompok.
Selain dari itu, Bani Adam merupakan istilah yang digunakan al-Quran untuk
menyebut manusia yang dianalisis dari asal keturunannya dan kata an-Nas
merujuk kepada manusia yang ditinjau dari segala permasalahan hidup yang
dialaminya.46
Pendapat lain tentang al-Quran yang memberikan gambaran tentang manusia.
Kata insan digunakan al-Quran untuk menunjukkan kepada manusia segala
totalitasnya, jiwa dan raga. Kemudian dari akar kata yang sama dengan basyar
lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena memiliki
kulit yang jelas dan berbeda denga kulit binatang yang lain. Yang terakhir
menggunakan kata bani adam dan dzuriyat Adam menunjukkan bahwa manusia
yang terlahir sesudah ada pada dasarnya merupakan keturunan adam sebagai
manusia pertama dan menjadi keluarga alam. 47
Keadaan manusia laksana sebuah sayap malaikat diambil dan diikatkan pada
ekor keledai sehingga keledai itu secara kebetulan juga menjadi malaikat berkat
cahaya yang dibawa oleh malaikat itu. Demikian Rumi menggambarkan hakikat
ganda dari manusia, suatu dualitas yang bukan terdiri dari badan dan jiwa
melainkan kemungkinan-kemungkinan.48
Konsep manusia ideal dalam al-Quran disebut dengan istilah Muhsin. Muhsin
merupakan sebutan bagi manusia yang merasakan kehadiran dan kebersamadaan
dengan Allah. Kekuatan spiritual ini melahirkan semangat melakukan perbuatan
baik dan memperindahnya secara terus menerus serta membentengi diri dari
perbuatan buruk yang berpotensi merusak eksistensinya baik dalam dimensi
46
Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, (Jakarta: Gema Insan Press, 1994), hlm.
79.
47
Abdul rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif kajian Islam, (Jakarta:
Kencana, 2009), hlm. 53.
48
Annemare Schimmel, Ibid, hlm. 259.
30
49
Slamet Firdaus, Konsep Manusia Ideal dalam Al-Quran, (Tanggerang: Makmur Abadi, 2011),
hlm. 80
50
Choiruddin Hadhiri, Ibid, hlm. 97
51
Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama, (Bandung: Mizan,
1997), hlm. 118.
52
Ziaul Haque, Wahyu dan Revolusi, (Jogjakarta: Lkis, 2000), hlm. 114
53
Choiruddin Hadhiri, Ibid, hlm. 92
31
54
M. Quraish Shihaab, Malakat Yang Halus dan Tak Terlihat dalam Al-Quran, (Jakarta: Lentera
Hati, 2010), hlm. 62
55
M. Quraish Shihab, Ibid, hlm. 63
56
Muhammad Abdul Halim, Memahami Al-Quran Pendekatan Gaya dan Tema, (Bandung: Marja,
2002), hlm. 179
57
Nasaruddin Umar, Ibid, hlm. 220
58
Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa, 1996), hlm. 21
32
hanya melihat akan tetapi memperhatikan akan kekuasaan dan kebesaran Alla
Swt serta mengungkap makna dari fenomena yang terjadi. 59
Pertanyaan tentang kapankah kehidupan di bumi ini mulai ada telah dijawab
dengan tegas oleh al-Quran. Al-Quran menjelaskan bahwa kehidupan bermula
saat alam semesta tercipta.60 Hal demikian dijelaskan dalam surat al-Anbiya ayat
30 berikut.
“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya.
Kemudian Dia mengambalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan
kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.” (Q.S.
Nuh/70: 16)
Dalam Qs Nuh/70:16 juga mengisyaratkan bahwa perkembangan kejadian
dan proses penciptaan manusia itu melalui jalur bertahap dan evolutif.
Perkembangan evolusi itu mulai dari thingkat yang sederhana menuju arah
kesempurnaan.62 Berkaitan dengan penciptaan sudah nampak jelas bahwa Allah
59
Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Ibid, hlm. 20
60
Kemenag RI, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Saains, (Jakarta: Kemenag
RI, 2012), hlm. 74
61
Nasarudin Umar, Argumen Kesetaran Gender perspektif Al-Quran, (Jakarta: Paramadina,
2001), hlm. 212
62
Juhaya S Praja, Tafsir Hikamah Seputar Ibadah Muamalah, Jin dan Manusia, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 180
33
Swt adalah pencipta manusia melalui berbagai proses mutasi yang disebut al-
Quran sebagai sunnatullah (Qs Al-Rum/30:30).63
Perempuan dan lelaki dinyatakan al-Quran bersumber dari unsur yang sama
dan dalam mekanisme yang sama. Tidak terdapat perbedaan secara substansial
dan secara struktural antara keduanya. Dengan demikian, secara alamiah dalam
proses keberedaan laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan. 64
Dalam penciptaan makhluk, termasuk di dalamnya manusia beberapa ayat
menjelaskan peranan tanah liat, di samping peranan air 65. Seperti yang kita
temukan dalam QS. al-An‟am/6: 2, QS. al-Hijr/15: 26, QS. al-Mu‟min/40: 12, dan
QS. as-Shaffat/37: 11.
Pada masa Plato dan Aristoteles, banyak pro-kontra mengenai teori
terciptanya embrio. Teori pertama percaya bahwa embrio manusia berbentuk
manusia mikro dan tertanan di sperma laki-laki. Teori kedua juga tidak ada
bedanya dengan yang pertama, kecuali bahwa embrio yang berbentuk manusia
mini itu tertanam dalam rahim wanita dan terbentuk dari darah menstruasi. Teori
tentang proses reproduksi manusia sebenarnya sudah di jelaskan dalam berbagai
surat ratusan tahun sebelumnya. Ayat ke-2 surat al-Insan mengindikasikan adanya
campuran antara unsur yang datang dari laki-laki dan wanita dalam pembentukan
embrio.66
Penting untuk disadari bahwa al-Quran menyatakan secara jelas akan
kemampuan sperma untuk membuahi tidak bergantung pada volume cairan yang
disemburkan. Gagasan bahwa sejumlah sangat kecil cairan sebagai sepenuhnya
bersifat efektif tidak segera tampak nyata.67
Lebih dari seribu tahun sebelum kemajuan spermatozoa ditemukan di awal
abad 17 al-Quran mengungkapkan gagasan-gagasan yang terbukti benar
63
Juhaya S Praja, Ibid, hlm. 181
64
Nasarudin Umar, Argument Kesetaraan Gender, Ibid, hlm. 218
65
Kemenag RI, penciptaan Manusia perspektif al-Aur’an dan Sains, (Jakarta: Kemenag RI,
2012), hlm. 75.
66
Kemenag RI, Ibid, hlm .78
67
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia menurut Al-Quran Bibel dan Sains, (Bandung: Mizan,
1989), hlm. 216
34
68
Maurise Bucaille, Ibid, hlm. 217
69
Harun Yahya, Pesona Al-Quran, (Jakarta: Rabbani Press, 2002), hlm. 58.
70
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran dan Sains, (Bandung: Mizan,
1989), hlm. 218
35
“Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya.”
71
Nanang Gojali, Manusia Pendidikan dan Sains dalam perspektif tafsir Heurmenetik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), hlm. 108
72
Harun yahya, Al-Quran dan Sains, ( Bandung: Dzikra, 2004 ), hlm. 106.
73
Maurice Bucaile, Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran dan Sains, Ibid, hlm. 219.
74
Maurice Bucaille, Ibid, hlm. 220.
36
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”.
Dua tipe daging yang diberi nama berbeda di dalam al-Quran, yang pertama
“daging yang digulung-gulung” disebut sebagai mudraj, sedang yang kedua
“daging yang masih utuh” ditunjukkan oleh kata Lahm yang memang
menguaraikan secara amat tepat bagaimana rupa otot itu.al-Quran juga
menyebutkan munculnya indera-indera dan bagian-bagian dalam tubuh.75
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita. Dari air mani, apabila dipancarkan”.
Unsur pembuah pria, yaitu spermatozoa mengandung hemicrosom yang
menentukan jenis kelamin calon manusia itu.77
75
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia menurut Bibel Al-Quran dan Sains, (Bandung: Mizan,
1989), hlm. 220
76
Kemenag RI, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Sains, (Jakarta: Kemenag RI,
2012), hlm. 88
77
Maurice Bucaille,Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran dan Sains, Ibid, hlm. 221
37
Aspek penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat al-
Quran adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan
dalam Qs al-Mu‟minun/23:14, bahwa dalam rahim ibu, tulang-tulang terbentuk
lebih dahulu, kemudian terbentuklah otot-otot yang membungkus tulang-tulang
ini78. Penelitian dithingkat mikroskopis menunjukkan bahwa perkembangan
dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan pada Qs al-
Mu‟minun/23:14.79
Dalam al-Quran dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan
dalam rahim ibunya. Fase-fasenya mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari
perkembangan bayi. Secara ringkas, ciri-ciri utama tahap perkembangan80
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan
terbentuklah segumpulan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding
rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin besar sel-sel penyusunnya
pun mengatur diri sendiri guna membentuk tiga lapisan.
2. Tahap Embrionik
Tahap kedua berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini
bayi disebut sebagai embrio.pada tahap ini organ dan sistem tubuh bayi mulai
terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.
3. Tahap Fetus
Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu kedelapan hingga masa
kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah bahwa fetus sudah menyerupai
manusia, dengan wajah da kedua tangan kakinya. Meskipun pada awalnya
memiliki panjang hanya 3 cm, kesemua organnya sudah jelas. Tahap ini
berlangsung kurang lebih selama 30 minggu, dan perkembangan berlanjut
sampai minggu kelahiran.
78
Harun Yahya, Al-Quran dan Sains, ( Bandung: PT Syamil Citra Media, 2004 ), hlm. 107
79
Harun Yahya, Ibid, hlm. 107
80
Harun Yahya, Ibid, hlm. 108
38
81
Andi Hakim Nasoetion, Pengantar ke Filsafat Sains, (Bogor:Litera AntarNusa,1989), hlm. 181.
82
Ahmad As Shouwy, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunah tentang IPTEK, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1995), hlm. 269
83
Ahmad As-Shouwy, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunah tentang IPTEK, Ibid, hlm. 271
84
Salman Harun, Mutiara Al-Quran, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 28
39
85
Salman Harun, Ibid, hlm. 28
86
Salman Harun, Mutiara Al-Quran, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 29
87
Salman Harun, Ibid, hlm. 29
88
Salman Harun, Ibid, hlm. 30
89
Badriyah Fayumi, Keadilan dan Kesetaraan Gender Perspektif Islam, (Jakarta: Depag RI,
2001), hlm. 37
40
Awalnya mani atau sperma pria ditumpah dan dipancarkan kedalam rahim
(yumna). Kata yumna, dalam bahasa arab berarti ditakdirkan dan disaring.
Maksudnya adalah bahwa air itu sudah disaring dan diolah begitu rupa
sehingga dapat difungsikan untuk menjalankan tugasnya.90
Jika diperhatikan, nampaknya al-Quran menggunakan 12 istilah yang
dapat dianggap sebagai substansi kejadian manusia seperti yang telah
dipaparkan di atas.91 Berdasarkan ayat-ayat al-Quran yang mengemukakan
tentang penciptaan manusia kesemuanya tidak dapat dipisahkan dari air,
karena manusia adalah bagian dari makhluk hidup dan seluruh organisme
makhluk hidup, termasuk dunia flora dan fauna, berasal dari air. 92
Manusia yang hidup ketika al-Quran diturunkan, tentu saja mengetahui
substansi dasar kelahiran yang berhubungan dengan mani laki-laki yang
dipancarkan selama berhubungan seksual. Dan fakta bayi dilahirkan setelah
sembilan bulan jelas merupakan kejadian yang dapat diamati dan tidak
memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Tetapi informasi akan manusia yang
diciptakan dari mani, lelaki yang menentukan jenis kelamin, embrio melekat
pada uterus ibunya seperti lintah diperkuat oleh ilmu pengetahuan abad ke-
20.93
Asal-usul manusia yang bersifat lebih substansial, seperti nyawa atau roh,
tidak diuraikan secara terperinci dalam al-Quran. Roh manusia adalah urusan
Tuhan, sebagaimana diisyaratkan dalam satu ayat pendek dalam Qs al-Isra/17:
85.94
Banyaknya ungkapan justru memperjelas proses dalam penciptaan.
Pengulangan kata dan kisah dalam al-Quran ternyata tidaklah membosankan,
melainkan memberikan kelengkapan dan nuansa yang dinamis. 95
90
Salman Harun, Ibid, hlm. 30
91
Nasarudin Umar, Ibid, hlm. 220
92
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia menurut Bibel Al-Quran dan Sains, (Bandung: Mizan,
1989), hlm. 196.
93
Harun Yahya, Al-Quran dan Sains, (Bandung :PT Syamil Citra Media, 2004), hlm. 59
94
Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, (Jakarta: Paramadina, 2001), hlm. 219
95
Salman Harun, Ibid, hlm. 32
41