Anda di halaman 1dari 23

19

BAB II
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DALAM AL-QURAN
A. Asal Mula Penciptaan Manusia
Al-Qur‟an menyebutkan tentang asal mula penciptaan manusia menggunakan
beberapa lafadz yang berbeda. Penggunaan lafadz yang berbeda tersebut pada
dasarnya merupakan suatu tahapan penciptaan menuju kesempurnaan. Diantara
lafadz-lafadz yang sering digunakan al-Qur‟an dalam mengungkapkan asal mula
penciptaan manusia adalah sebagai berikut:
1. Turab (tanah)
Para mufassir dalam memaparkan “turab” dengan kata “tanah” sekalipun
dalam kamus diartikan dengan kata “debu” atau “serbuk tanah” yaitu sesuatu
yang berukuran sangat kecil. Turab adalah zat renik, jadi awal manusia
tercipta dari zat renik, yaitu sel telur yang sangat kecil. 1
Penciptaan manusia dalam al-Qur‟an diungkapkan melalui kata “turab”
yang berarti zat renik yang dalam badan manusia kita kenal sebagai sel
kelamin, yang dapat tumbuh menjadi bayi melalui tahapan dalam rahim
seorang ibu. Ketika berlangsungnya proses fusi terjadi percampuran
kromosom sel jantan dan sel betina yang kemudian pada akhirnya beberapa
sifat ayah dan ibu dalam gen-gen kromosom akan dimiliki dan menurun pada
kepribadian anak selanjutnya. 2
Allah Swt mendeskripsikan manusia yang tercipta dari tanah, kemudian
setelah berproses menuju kesempurnaannya, Tuhan menghembuskan ruh (Qs
Shad/38:71-72). Kejadian manusia yang berawal dari tanah sangat
dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk lainnya. Dengan “ruh”
manusia diarahkan ke tujuan yang immateri. 3

1
Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa, 1996), hlm. 84
2
Ahmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,
1996), hlm. 186
3
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana,
2009), hlm. 54
20

Dalam lisan Al-Arab lafadz turab berarti debu, tanah gemuk. 4 Tanah
memiliki beberapa lapisan yang disebut dengan struktur tanah (soil structure).
Tanah yang di bagian atas yang biasanya berwarna hitam disebut tanah gemuk
atau tanah subur (top soil), tanah yang berada di lapisan bawah biasanya keras
dan tidak subur. Tanah yang bagian atas umumnya tidak padat dan berdebu. 5
2. Thin (tanah liat)
Lafadz thin berarti tanah yang mengandung banyak air, lumpur. 6 Maurice
Bucaile berpendapat bahwa lafadz thin merupakan komponen penting dalam
pembentukan fisik manusia awal dari penciptaan manusia pada umumnya
adalah bermula dari Thin (tanah liat yang basah) sebagai lafadz untuk
penyebutan awal terciptanya nabi Adam yang kemudian menjadi sperma atau
ovum. Pada akhirnya dari thin tersebut bercabang menjadi dua.7
3. Thin lazib (tanah yang melekat dan keras)
Lafadz lazib berarti “menjadi kuat, tetap” dan lafadz tersebut biasa
diartikan dengan yang pekat, keras, dan lekat. Thin lazib dapat didefinisikan
sebagai “tanah liat yang lengket dengan keras”. 8
4. Hama’ (lumpur hitam)
Lafadz hama’ berarti “tanah yang bercampur air dan berwarna kehitam-
hitaman. Sedangkan lafadz masnun berarti “wadah cetakan”. 9 Lafadz hama’
dalam Al-Qur‟an selalu beriringan dengan masnun seperti terdapat dalam Qs
al-Hijr/15:26.
5. Shalshal (tanah liat kering yang dibuat untuk tembikar)
Dalam kamus kata shalshal berarti lumpur yang kering, yang gemerisik
karena keringnya. Lafadz tersebut juga berarti lempung yang merupakan
bahan porselin atau lumpur murni yang bercampur dengan pasir. Shalshal

4
Al-Ishfahani, Lisan Al-Arab, Jilid 8 hlm. 270
5
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia, ibid, hlm. 204
6
Al-Ishfahani, Lisan al-Arab, Ibid, hlm. 323 dan 270
7
Ibid, hlm. 28.
8
Ibid, hlm. 470 dan 730
9
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Semarang: Thahaa Putra, 1987), Jilid 5, hlm.
20
21

sebagai material semacam lempung dan dalam hal ini dapat dipergunakan
untuk membuat tembikar. Oleh karenanya shalshal diartikan sebagai
“semacam lempung” (tembikar).10
Imam Al-Razi dalam tafsirnya menjelaskan Lafadz shalshal dalam Qs al-
Hijr/15:26 berarti tanah yang sudah kering, setelah sebelumnya basah dan
lembab. 11 Dalam al-Qur‟an bentuk dari shalshal seperti al-Fakhkhar yakni
kerangka matang berbentuk manusia.
Fase shalshal merupakan fase terakhir dari proses penciptaan manusia
pertama yakni Nabi Adam. Dengan kata lain, gambaran tanah yang hendak
dijadikan Nabi Adam telah sempurna, telah matang, telah melalui beberapa
tahapan yang memakan waktu sangat lama, hingga tidak ada seorang pun
mengetahui lamanya waktu penciptaan Nabi Adam.
6. Sulalah (sari pati tanah)
Kata sulalah mengandung arti “sari” yaitu sesuatu yang dikeluarkan dari
sesuatu yang lain, dalam hal ini tanah. Dengan demikian “sulalah” ditafsirkan
sebagai ekstrak (dari tanah). 12
Lafadz sulalah juga mengandung arti “mencabut, mengeluarkan”. Sulalah
berarti “sesuatu yang tercabut”. Sulalalatin min thin berarti sesuatu yang
berasal dari tanah. Dalam hal ini imam Al-Razi memaparkan dua pendapat.
Pertama, al-Razi berpendapat bahwa sulalah berarti Adam yang merujuk pada
riwayat Ibnu Abbas dari Ikrimah, karena Adam berasal dari tanah. Kemudian
keturunannya berasal dari “air yang hina”. Pendapat yang kedua
mengutarakan bahwa lafadz al-Insan dalam Qs al-Mu‟minun/23:12
mengandung arti anak cucu Adam, dan lafadz al-Thin merupakan nama
Adam. Lafadz sulalah sendiri berarti unsur-unsur dari tanah yang
terakumulasi dalam diri Adam lalu berproses menjadi air mani. 13 Sedangkan

10
Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Ibid, hlm. 83
11
Fakhruddin Al-Razi, Mafatih Al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Ihya, Tanpa Tahun), Jilid 10, hlm.348
12
Ibid, hlm. 82
13
Fakhruddin Al-Razi, tafsir mafatih al-Gahib, Ibid, Jilid 8, hlm. 264-263
22

Hamka mengemukakan bahwa lafadz sulalatin min thin mengandung arti air
saringan dari tanah. 14
7. Nuthfah (pembuahan sel sperma terhadap sel telur)
Salah satu kata yang sering digunakan al-Qur‟an dalam menyebutkan asal
mula penciptaan manusia adalah nuthfah. Nuthfah adalah setetes air mani
yang dipancarkan (min maniyyin yumna). Dalam hal ini Allah berfirman,

      

Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
Para ahli bahasa mendefinisikan huruf min dalam kalimat diatas dengan
“sebagian”. Hal tersebut telah terbukti secara ilmiah yang menyatakan bahwa
air mani mengandung sperma yang merupakan 99% kandungan air mani.
Yakni, produk kalenjar prostat, gelembung sperma, dan lainnya. Satu
pancaran mani membawa 200 juta sperma, sedangkan yang membuahi ovum
hanya satu sperma saja. Demikianlah yang menyebabkan nuthfah dinamakan
sebagai air yang dipancarkan.15
Kata nuthfah juga dalam bahasa al-Qur‟an adalah “setetes yang dapat
membasahi”. Pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria
mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia sedangkan yang berhasil
bertemu dengan ovum hanya satu.16
Kata nuthfah dalam al-Qur‟an juga dapat diartikan sebagai air yang hina
dengan ciri terpancar. Perhatikanlah firman Allah berikut.

             

 

14
Abdulmalik AbdulKarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1982), jilid 18,
hlm. 17
15
Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Akbar Media
Eka Sarana, 2003), hlm. 196
16
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), hlm. 172
23

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia


diciptakan?”
“Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,”
“yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada
perempuan.”

Pengamatan ilmiah yang relevan dengan al-Qur‟an dalam penamaan


tersebut, sebab pemancaran berdasarkan ilmu pengetahuan modern adalah
kontraksi dinding kalenjar prostat dan saluran pemancar mani, dengan
kontraksi otot kelamin. Maka saluran mani akan mendorong kandungannya
yang terdiri dari berjuta-juta sperma melalui urethra sampai kelubang
kemaluan. 17
Dalam tafsir al-Mishbah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa dafiq
mengisyaratkan bahwa air itu sendiri yang memiliki sifat memancar. Ia tidak
dipancarkan tetapi memancar dengan sendirinya, sehingga jika seseorang
bermaksud menahan pancarannya maka orang tersebut tidak akan mampu
menahannya. Air yang dimaksud adalah air mani. 18
Main dafiq dalam tafsir al-Azhar mengandung arti air yang melancar.
Maksud dari yang melancar adalah air mani. Dari puncak kelezatan
bersetubuh, melencarlah dengan cepatnya mani itu keluar, laksana meloncat
mendesak keluar. “yang keluar dari antara shulbi dan taraib. Shulbi adalah
tulang punggung pria sedangkan taraib adalah tulang dada bagi perempuan. 19
Pemaknaan lafadz shulbi wa al-taraib oleh Quraish Shihab merujuk pada
sperma pria yang keluar diantara tulang punggung dan tulang dadanya.
Tentunya arti keluar tidak harus dipahami dalam arti terpancar, tetapi kata
tersebut dipahami dalam arti awal pergerakannya serta cikal bakal
kejadiannya. 20

17
Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, Ibid, hlm. 201
18
M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 180
19
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Ibid, hlm.7959
20
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Ibid, hlm. 181
24

Pengertian nuthfah dalam al-Qur‟an sama halnya dengan lafadz min


maniyyin yumna (Qs Al-Qiyamah/75:37), main mahin (Qs Al-Muralat/77:20),
dan main dafiq (Qs Al-Thariq/86:6).21
Lafadz main mahin dalam pandangan al-Razi adalah air mani itu sendiri,
karena asalnya dari tanah maka sesungguhnya dapat disebut dengan air yang
hina. 22 Berbeda halnya dengan penafsiran yang ditawarkan oleh Hamka.
Lafadz min main mahin memiliki arti lemah. Syeikh Abdurrauf juga
mengartikan mahin dengan arti lemah. Penafsiran mahin dengan lemah lebih
dekat kepada maksud. Air mani jauh lebih rendah daripada air biasa. Air biasa
bisa meruntuhkan gunung, menghantam lurah, dan mampu membuat sungai
dan lautan. Tetapi mani adalah lemah kalau Allah tidak menjadikan mani
tersebut masyaajin yakni bercampur diantara mani laki-laki dengan mani
perempuan, jelaslah mani jadi air yang lemah saja. 23
8. „Alaqah (segumpal darah yang mengental dan membeku)
Dalam kitab Zad Al-Masir, Ibnu Al-Jauzi mengemukakan tentang „alaqah
yang memiliki arti sejenis darah yang bergumpalan dan kental. Sifatnya
lembab dan bergantung dengan yang berhubungan dengannya. 24 Sedangkan
Sayyid Quthb menafsirkan kata „alaqah dengan sesuatu yang melekat.25
Senada dengan Sayyid Quthb, Quraish Shihab juga mengartikan „alaqah
dengan sesuatu yang berdempet di dinding rahim. 26
9. Mudghah (segumpal daging)
Pandangan Quraish Shihab tentang mudghah yakni sesuatu berupa sekerat
daging dan sebesar apa yang dapat dikunyah. 27

21
Kementrian Agama, Penciptaan Manusia, (Jakarta: Kemenag RI, 2012), hlm. 81
22
Fakhruddin Al-Razi, tafsir Mafatih Al-Ghaib, Jilid 9, hlm. 141
23
Abdulmalik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Ibid, hlm.7827
24
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender, Ibid, hlm. 218
25
Ibid, hlm. 218
26
M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 486
27
Ibid, hlm. 486
25

10. Idzam (proses pembentukan tulang belulang)


Dalam Tafsir al-Azhar karya Hamka dijelaskan bahwa kata Idzam
merupakan sebuah proses dari pembentukan daging menjadi tulang-tulang.28
11. Lahm (proses pembalutan tulang belulang dengan daging)
Dalam Tafsir al-Azhar karya Hamka dijelaskan bahwa lahm merupakan
sebuah proses tulang belulang yang diliputi dengan daging.29
Dari ulasan di atas, maka dapat dipahami bahwa awal dari penciptaan
Adam dalam al-Qur‟an menggunakan lafadz turab yang berarti tanah (QS. Ali
Imran/3:59),30 sebagai awal dari penciptaan nabi Adam yang jasmaninya
terbentuk dari bahan makanan yang berasal dari tanah yang kemudian
berproses menjadi darah, 31 kemudian proses lanjutan dari turab adalah thin
yang berarti tanah liat atau tanah yang sudah dicampur air (QS. Al-
An‟am/6:2), proses selanjutnya adalah perubahan dari thin menjadi thin lazib
(tanah yang melekat dan keras), kemudian thin lazib berproses menjadi
hamain (lumpur hitam), kemudian lumpur hitam tersebut mengalami proses
lanjutan yakni shalshal (tanah liat kering yang dapat dibuat untuk tembikar),
setelah perubahan shalshal menjadi al-Fakhkhar (tembikar),32 kemudian
menjadi Adam sebagai manusia pertama (QS. Al-Hijr/15: 26; Qs Al-
Rahman/55:14).33
Sementara awal dari penciptaan manusia pada umumnya adalah bermula
dari nuthfah (air jernih bernama mani), kemudian berproses melalui beberapa
tahapan hingga menjadi ‘alaqah, lalu berproses menjadi mudghah, lalu
berproses menjadi ‘idzam, lalu berproses menjadi lahm, lalu berproses
menjadi khalqan akhar (manusia). Demikianlah tahapan-tahapan proses

28
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 18, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1982), hlm. 17
29
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, ibid, hlm. 17
30
Salaman Harun, Mutiara Al-Qur’an, Ibid, hlm.32
31
Tanthawi Jawhari, Al-Jawahir Al-Qur’an, jilid 9, Ibid, hlm. 14.
32
Ibid, hlm.12
33
Salman Harun, Mutiara Al-Qur’an, Ibid, hlm. 32.
26

penciptaan manusia, mulai dari Nabi Adam sebagai manusia pertama sampai
penciptaan manusia berikutnya.
B. Manusia dalam Al-Quran
Alam jagat raya beserta isinya merupakan suatu sistem yang bersatu di bawah
naungan perintah Tuhan. Semua yang ada dalam sistem ini diciptakan untuk
kepenthingan manusia, suatu anugerah yang selalu dibarengi dengan peringatan
spiritual agar manusia tidak menyekutukan Allah dengan yang lain. 34 Peruntukan
bumi bagi manusia mengandung arti bahwa bumi ini tidak hanya disediakan
untuk satu generasi belaka, melainkan untuk semua generasi yang ada di bumi.
Tuhan telah meninggikan derajat manusia di atas ciptaan-Nya yang lain. Hal
demikian, karena Tuhan menganugerahkan akal kepada manusia, suatu kapasitas
untuk menangkap pengetahuan.35
Manusia telah mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang dahsyat
dalam kehadiran di muka bumi ini. Dengan adanya kesempurnaan struktur
otaknya manusia mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan hidupnya,
bahkan mereka mampu menantang masalah-masalah yang mereka hadapi36.
Selain dari itu, kelebihan kemampuan manusia telah menjadikan mereka mampu
menggali kekayaan bumi ini bagi kemudahan hidupnya. 37
Endang Saifudin Anshari berpendapat bahwa manusia adalah hewan yang
berfikir. Berfikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban. Mencari
jawaban adalah mencari kebenara. Mencari jawaban tentang Tuhan, alam dan
manusia, arthinya mencari kebenaran tentang Tuhan, alam, dan manusia. Jadi
pada akhirnya: manusia adalah makhluk pencari kebenaran. 38
Manusia merupakan makhluk berakal. Akal dalam pandangan Islam, bukanlah
otak akan tetapi daya pemikiran yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal sendiri

34
Kemenag, Penciptaan Manusia dalam Perspektif al-Quran dan Sains, (Jakarta: Kemenag,
2012), hlm. 121.
35
Kemenag, Ibid, hlm. 121.
36
Abdul Mujieb AS, Tujuan Hidup dalam Pandangan Islam, (Surabaya: Karya Utama, Tanpa
Tahun), hlm. 9.
37
Abdul Mujieb AS, Tujuan Hidup dalam Pandangan Islam, Ibid, hlm. 10
38
Tedi Priatna, Ibid, hlm. 79.
27

merupakan gabungan dari beberapa komponen yakni pikiran, perasaan dan


kemauan. Berkaitan dengan ini T.M Utsman El Muhammady mengemukakan
bahwa bila gabungan dari ketiganya tidak ada maka tiada akal. Akal adalah alat
yang menjadikan manusia dapat melakukan pemilihan alternatif antara yang betul
dan salah. 39
Status dan fungsi manusia di atas dunia ini adalah sebagai khalifah (wakil
Tuhan), untuk melaksanakan segala yang diridhai Allah di atas bumi ini, untuk
mengkulturkan natural dan dalam waktu yang sama untuk mengislamkan kultur.
Kemudian manusi dilengkapi Allah dengan berbagai macam hidayat (insthing,
indra, akal, Agama, dan hidayat taufiq).40
Kelebihan manusia dengan berbagai macam hidayat menjadikan ia berada
dalam sebuah perjuangan moral yang tak berkesudahan. Di dalam perjuangan ini
Allah berpihak kepada mansusia asalkan ia melakukan usaha-usaha yang
diperlukan. Manusia harus melakukan usaha-usaha ini karena diantara ciptaan-
ciptaan Tuhan ia memiliki posisi yang unik, ia diberi kebebasan berkehendak agar
ia dapat menyempurnakan missinya sebagai khalifah Allah di atas bumi. Misi
tersebut akan menciptakan sebuah tata sosial yang bermoral di atas dunia yang
dikatakan al-Quran sebagai “amanah” dalam surat al-Ahzab/33: 72.41
Al-Quran menyatakan bahwa kelemahan manusia yang paling dasar dan yang
menyebabkan semua dosa-dosa besarnya adalah “kepicikan” (dha’f) dan
“kesempitan fikiran” (qathr). Al-Quran secara tak henti-henthinya menyebutkan
kelemahan ini di dalam bentuk-bentuk dan konteks-konteks yang berbeda.42
Dalam al-Quran dijelaskan bahwa manusia mempunyai sifat yang goyah
yakni bersifat keluh kesah lagi kikir. Jika mendapatkan kemalangan atau
keburukan ia pun berkeluh kesah tetapi jika mendapatkan kesenangan atau

39
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam Solusi Islam atas Problem-
problem Psikologi, (Yogtakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 158.
40
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pkok Pikiran Islam tentang Ummatnya,
(Bandung: Pustaka ITB, 1983), hlm. 172.
41
Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran, (Bandung: Pustaka, 1996), hlm. 27.
42
Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran, Ibid, hlm. 38.
28

kebaikan ia berusaha agar kebaikan itu tidak sampai kepada orang-orang lain (Qs
al-Ma‟arij: 19-21).
Al-Quran mementingkan tiga macam pengetahuan untuk manusia. Yang
pertama adalah pengetahuan mengenai alam yang telah dibuat oleh Allah tunduk
kepada manusia, atau sains-sains alamiah. Yang kedua adalah pengetahuan
sejarah dan geografi: al-Quran senantiasa mendesak manusia untuk berjalan di
muka bumi sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi pada kebudayaa-
kebudayaan masa lampau dan mengapa demikian dapat bangkit dan runtuh. Yang
ketiga adalah pengetahuan mengenai dirinya sendiri karena “Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di dalam cakrawala (alam
eksternal) dan di dalam diri mereka sendiri sehingga mereka dapat memahami
kebenaran.43
Senada dengan pernyataan di atas, al-Quran juga menjelaskan bahwa untuk
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah, manusia dianugerahi keistimewaan-
keistimewaan. Keistimewaan tersebut yaitu, akal yang dapat digunakan untuk
berfikir, memiliki potensi ilmiah, secara fitrah manusia diciptakan cenderung
pada kebenaran (hanif ), dan terdapat unsur-unsur Ilahi dalam dirinya. 44
Menurut kandungan ayat-ayat al-Quran manusia itu pada hakikatnya adalah
makhluk yang utuh dan sempurna yaitu sebagai makhluk biologis, pribadi, sosial,
dan makhluk religius. Sedikit menilik tentang konsep psikologi yang menyatakan
manusia sebagai makhluk biologis yang memiliki potensi dasar yang menentukan
kepribadian manusia berupa insting. Manusia hidup pada dasarnya memenuhi
tuntutan dan kebutuhan insting. Menurut keterangan ayat-ayat al-Quran potensi
manusia yang relevan dengan insthing ini adalah nafsu. 45
Manusia dalam al-Quran disebutkan dengan menggunakan kata al-Insan, al-
Basyar, Bani Adam, dan An-Nas. Penggunaan lafadz al-Insan merujuk akan nama

43
Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran, (Bandung: Pustaka, 1996), hlm. 51
44
Azyumardi Azra dan Abudin Nata, Kajian Tematik Al-Quran tentang Konstruksi Sosial,
(Bandung: Angkasa,2008), hlm. 319.
45
Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer, (Malang: UIN Malang
Press, 2009), hlm. 13.
29

manusia yang ditinjau dari kelompoknya, atau secara keseluruhan, sedangkan kata
al-Basyar diperuntukkan bagi manusia yang seorang diri, bukan dari kelompok.
Selain dari itu, Bani Adam merupakan istilah yang digunakan al-Quran untuk
menyebut manusia yang dianalisis dari asal keturunannya dan kata an-Nas
merujuk kepada manusia yang ditinjau dari segala permasalahan hidup yang
dialaminya.46
Pendapat lain tentang al-Quran yang memberikan gambaran tentang manusia.
Kata insan digunakan al-Quran untuk menunjukkan kepada manusia segala
totalitasnya, jiwa dan raga. Kemudian dari akar kata yang sama dengan basyar
lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena memiliki
kulit yang jelas dan berbeda denga kulit binatang yang lain. Yang terakhir
menggunakan kata bani adam dan dzuriyat Adam menunjukkan bahwa manusia
yang terlahir sesudah ada pada dasarnya merupakan keturunan adam sebagai
manusia pertama dan menjadi keluarga alam. 47
Keadaan manusia laksana sebuah sayap malaikat diambil dan diikatkan pada
ekor keledai sehingga keledai itu secara kebetulan juga menjadi malaikat berkat
cahaya yang dibawa oleh malaikat itu. Demikian Rumi menggambarkan hakikat
ganda dari manusia, suatu dualitas yang bukan terdiri dari badan dan jiwa
melainkan kemungkinan-kemungkinan.48
Konsep manusia ideal dalam al-Quran disebut dengan istilah Muhsin. Muhsin
merupakan sebutan bagi manusia yang merasakan kehadiran dan kebersamadaan
dengan Allah. Kekuatan spiritual ini melahirkan semangat melakukan perbuatan
baik dan memperindahnya secara terus menerus serta membentengi diri dari
perbuatan buruk yang berpotensi merusak eksistensinya baik dalam dimensi

46
Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, (Jakarta: Gema Insan Press, 1994), hlm.
79.
47
Abdul rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif kajian Islam, (Jakarta:
Kencana, 2009), hlm. 53.
48
Annemare Schimmel, Ibid, hlm. 259.
30

hubungan vertikal dengan-Nya maupun dalam dimensi hubungan horizontal


dengan sesama makhluk.49
Al-Quran juga menerangkan bahwa sejak awal fitrah manusia adalah
beragama tauhid, sebelum melihat dunia ini manusia telah bersaksi akan keesaan
Allah dan penerima kebenaran yang fitrah itu tidak akan pernah berubah. Selain
itu, hakikat manusia adalah umat yang satu, akan tetapi setelah timbul
perselisihan menjadi berubah yang kemudian Allah mengutus Rasul sebagai
pemberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia yang kerap kali melakukan
perbuatan dosa.50
Manusia dalam fitrahnya memiliki sekumpulan unsur surgawi yang luhur,
yang berbeda dengan unsur-unsur badani yang ada pada binatang, tumbuhan dan
benda-benda tak bernyawa. Unsur-unsur itu merupakan suatu senyawa antara
alam nyata dan metafisis, antara rasa dan non rasa (materi), antara jiwa dan
raga.51
Diciptakan dari sari pati tanah dan asal usul yang rendah dan sederhana,
demikian al-Quran, secara alamiah manusia adalah makhluk lemah, selalu berada
dalam bahaya, godaan dan bujuk rayu dari kekuatan-kekuatan kejahatan. Tetapi
pada akhirnya manusia naik ke tingkat yang lebih tinggi, di atas derajat kehidupan
tanaman dan binatang, hingga mncapai status kenabian, meningkat ke posisi
kedekatan dengan Allah karena diperkuat oleh inspirasi ilahiyyah atau ruh qudus
sehingga ia mampu menaklukan kejahatan.52
Allah Swt menjelaskan akan kemuliaan manusia di dalam al-Quran yang
ditentukan oleh jiwa manusia sendiri (akal, hati, rasio dan nafsu) dan petunjuk.
Bukan hanya itu, diri manusia akan menjadi saksi atas dirinya sendiri di hari
kiamat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya selama di dunia. 53

49
Slamet Firdaus, Konsep Manusia Ideal dalam Al-Quran, (Tanggerang: Makmur Abadi, 2011),
hlm. 80
50
Choiruddin Hadhiri, Ibid, hlm. 97
51
Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama, (Bandung: Mizan,
1997), hlm. 118.
52
Ziaul Haque, Wahyu dan Revolusi, (Jogjakarta: Lkis, 2000), hlm. 114
53
Choiruddin Hadhiri, Ibid, hlm. 92
31

Dari al-Quran ditemukan banyak sekali ayat-ayat yang berbicara tentang


kegiatan manusia yang selalu dikaiitkan dengan aktiftas malaikat. Para malaikat
selalu menunjukkan keterlibatannya dalam keseharian manusia 54. Kata kami
dalam Qs Qaf/50: 16-18 pada kalimat, kami telah menciptakan dalam arti Tuhan
bersama bersama ibu dan bapak karena ayat ini berbicara tentang reproduksi
manusia.55
Dalam al-Quran Adam diberikan kemuliaan. Allah menegaskan, telah Aku
ciptakan manusia dengan tangan-Ku sendiri dan Kutiupkan kepada-Nya Ruh-Ku.
Allah menjadikan Adam sebagai khalifah-Nya di bumi dan mengajarkannya
nama-nama segala sesuatu dan karena pengetahuan ini ia ditempatkan di atas para
malaikat.56
Eksistensi manusia dalam al-Quran lebih ditekankan kepada kapasitasnya
sebagai hamba (Qs al-Dzariyat/51:56), dan sebagai wakil tuhan di bumi (Qs al-
An‟am/6:165). Manusia adalah satu-satunya makhluk eksistensialis, karena hanya
makhluk ini yang bisa naik turun derajatnya di sisi Tuhan. Sekalipun manusia
ciptaan terbaik, ia tidak mustahil akan turun ke derajat paling rendah. 57
C. Proses Penciptaan Manusia dalam Al-Quran
Berkaitan dengan proses penciptaan manusia dinyatakan bahwa Allah
memberikan bimbingannya dalam al-Qur‟an terhadap manusia untuk memahami
ayat-ayat yang menggambarkan alam semesta dan melukiskan sebuah fenomena-
fenomena ilmiah yang terjadi di dalamnya, salah satunya adalah tentang asal mula
manusia.58
Dalam Al-Qur‟an surat Yunus ayat 101 terdapat lafadz undzuru yang berarti
periksalah dengan nadzor. Kalau diamati dengan baik maksud Allah bukanlah

54
M. Quraish Shihaab, Malakat Yang Halus dan Tak Terlihat dalam Al-Quran, (Jakarta: Lentera
Hati, 2010), hlm. 62
55
M. Quraish Shihab, Ibid, hlm. 63
56
Muhammad Abdul Halim, Memahami Al-Quran Pendekatan Gaya dan Tema, (Bandung: Marja,
2002), hlm. 179
57
Nasaruddin Umar, Ibid, hlm. 220
58
Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa, 1996), hlm. 21
32

hanya melihat akan tetapi memperhatikan akan kekuasaan dan kebesaran Alla
Swt serta mengungkap makna dari fenomena yang terjadi. 59
Pertanyaan tentang kapankah kehidupan di bumi ini mulai ada telah dijawab
dengan tegas oleh al-Quran. Al-Quran menjelaskan bahwa kehidupan bermula
saat alam semesta tercipta.60 Hal demikian dijelaskan dalam surat al-Anbiya ayat
30 berikut.

           

        


“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”
(Q. S. Al-Anbiya‟: 30)
Manusia sebagai salah satu spesies makhluk biologis, asal-usulnya berasal
dari tanah,61 sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat al-Quran, salah satu
contohnya adalah:

           
“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya.
Kemudian Dia mengambalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan
kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.” (Q.S.
Nuh/70: 16)
Dalam Qs Nuh/70:16 juga mengisyaratkan bahwa perkembangan kejadian
dan proses penciptaan manusia itu melalui jalur bertahap dan evolutif.
Perkembangan evolusi itu mulai dari thingkat yang sederhana menuju arah
kesempurnaan.62 Berkaitan dengan penciptaan sudah nampak jelas bahwa Allah

59
Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Ibid, hlm. 20
60
Kemenag RI, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Saains, (Jakarta: Kemenag
RI, 2012), hlm. 74
61
Nasarudin Umar, Argumen Kesetaran Gender perspektif Al-Quran, (Jakarta: Paramadina,
2001), hlm. 212
62
Juhaya S Praja, Tafsir Hikamah Seputar Ibadah Muamalah, Jin dan Manusia, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 180
33

Swt adalah pencipta manusia melalui berbagai proses mutasi yang disebut al-
Quran sebagai sunnatullah (Qs Al-Rum/30:30).63
Perempuan dan lelaki dinyatakan al-Quran bersumber dari unsur yang sama
dan dalam mekanisme yang sama. Tidak terdapat perbedaan secara substansial
dan secara struktural antara keduanya. Dengan demikian, secara alamiah dalam
proses keberedaan laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan. 64
Dalam penciptaan makhluk, termasuk di dalamnya manusia beberapa ayat
menjelaskan peranan tanah liat, di samping peranan air 65. Seperti yang kita
temukan dalam QS. al-An‟am/6: 2, QS. al-Hijr/15: 26, QS. al-Mu‟min/40: 12, dan
QS. as-Shaffat/37: 11.
Pada masa Plato dan Aristoteles, banyak pro-kontra mengenai teori
terciptanya embrio. Teori pertama percaya bahwa embrio manusia berbentuk
manusia mikro dan tertanan di sperma laki-laki. Teori kedua juga tidak ada
bedanya dengan yang pertama, kecuali bahwa embrio yang berbentuk manusia
mini itu tertanam dalam rahim wanita dan terbentuk dari darah menstruasi. Teori
tentang proses reproduksi manusia sebenarnya sudah di jelaskan dalam berbagai
surat ratusan tahun sebelumnya. Ayat ke-2 surat al-Insan mengindikasikan adanya
campuran antara unsur yang datang dari laki-laki dan wanita dalam pembentukan
embrio.66
Penting untuk disadari bahwa al-Quran menyatakan secara jelas akan
kemampuan sperma untuk membuahi tidak bergantung pada volume cairan yang
disemburkan. Gagasan bahwa sejumlah sangat kecil cairan sebagai sepenuhnya
bersifat efektif tidak segera tampak nyata.67
Lebih dari seribu tahun sebelum kemajuan spermatozoa ditemukan di awal
abad 17 al-Quran mengungkapkan gagasan-gagasan yang terbukti benar

63
Juhaya S Praja, Ibid, hlm. 181
64
Nasarudin Umar, Argument Kesetaraan Gender, Ibid, hlm. 218
65
Kemenag RI, penciptaan Manusia perspektif al-Aur’an dan Sains, (Jakarta: Kemenag RI,
2012), hlm. 75.
66
Kemenag RI, Ibid, hlm .78
67
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia menurut Al-Quran Bibel dan Sains, (Bandung: Mizan,
1989), hlm. 216
34

berdasarkan penemuan identitas unsur pembuah yang diukur dalam satuan


perseribu milimeter. Adalah benar-benar spermatozoalah yang terdapat di dalam
cairan benih yang mengandung pita DNA. Berdasarkan nalar dari Qs 80: 19
terdapat fakta bahwa warisan genetik yang diterima dari ayahlah yang
menentukan jenis kelamin sesorang. 68
Penciptaan manusia dan aspek mukjizat ini ditekankan di dalam banyak ayat.
Sebagian ayat ini begitu rinci sehingga mustahil bag seseorang yang hidup di
abad ke-7 mengetahuinya. Dari sebagian ayat dinyatakan bahwa manusia tercipta
dari keseluruhan mani,tetapi hanya bagian manis yang sangat sedikit. laki-lakilah
yang menentukan jenis bayi. Embrio manusia melekat pada uterus ibunya seperti
lintah serta embrio berkembanga di tiga daerah gelap di dalam uterus. 69
Cairan-cairan yang bercampur yang dirujuk oleh al-Quran hanya khas bagi
cairan sperma yang kompleksitasnya demikian terpaparkan. Al-Quran juga
menjelaskan kepada kita bahwa unsur pembuah pria berasal dari cairan sperma.

        

“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina”.


Kata sifat “ yang hina” mesti diterapkan tidak saja pada sifat cairan itu sendiri
melainkan juga pada fakta bahwa ia disemprotkan melalui saluran kencing.
Mengenai kata “ saripati” kita sekali lagi bertemu dengan lafadz Sulalat, yang
kepadanya kita tadi merujuk dalam memperbincangkan pembentukan manusia,
selama penciptaan dari saripati lempung. Hal itu menunjuk pada “ sesuatu yang
diambil dari sesuatu yang lain”.70
Penanaman sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim disebutkan dalam
banyak ayat al-Quran yang dalam hal ini menggunakan kata „Alaqah (sesuatu
yang bergantung).

68
Maurise Bucaille, Ibid, hlm. 217
69
Harun Yahya, Pesona Al-Quran, (Jakarta: Rabbani Press, 2002), hlm. 58.
70
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran dan Sains, (Bandung: Mizan,
1989), hlm. 218
35

            
“Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya.”

Sebuah penemuan ilmiah pada abad ke-20 menginformasikan bahwa pancaran


mani yang berasal dan menyembur dari alat kelamin laki-laki mengandung sekitar
200 juta benih manusia sedangkan yang berhasil bertemu dengan ovum hanya
satu saja. Demikianlah yang dimaksud al-Quran dengan nutfatan min maniyyiin
yumna (nutfah dari mani yang memancar).71
Ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan
lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi akan
segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi
“segumpal daging”. Suatu keajaiban penthing dari al-Quran terungkap. Ketika
merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan
kata „Alaq dalam Qs al-Alaq/96: 1-3.72 Merupakan suatu fakta yang kuat bahwa
sel telur yang dibuahi tertanam dalam lendir rahim kira-kira pada hari keenam
setelah pembuahan meengikuthinya dan secara anatomis sungguh telur tersebut
merupakan sesuatu yang bergantung.gagasan tentang kebergantungan
mengungkapkan arti asli dari kata „Alaq.73
Daging yang digulung-gulung (sesuatu yang bergantung) terus tampak sampai
kira-kira hari kedua puluh ketika secara bertahap mengambil bentuk manusia.
Jaringan-jaringan tulang belulang mulai tampak dalam embrio yang secara
berturutan diliputi oleh otot-otot.74 Gagasan tersebut diungkapkan dalam al-Quran
sebagai berikut:

71
Nanang Gojali, Manusia Pendidikan dan Sains dalam perspektif tafsir Heurmenetik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), hlm. 108
72
Harun yahya, Al-Quran dan Sains, ( Bandung: Dzikra, 2004 ), hlm. 106.
73
Maurice Bucaile, Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran dan Sains, Ibid, hlm. 219.
74
Maurice Bucaille, Ibid, hlm. 220.
36

         

           


“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”.
Dua tipe daging yang diberi nama berbeda di dalam al-Quran, yang pertama
“daging yang digulung-gulung” disebut sebagai mudraj, sedang yang kedua
“daging yang masih utuh” ditunjukkan oleh kata Lahm yang memang
menguaraikan secara amat tepat bagaimana rupa otot itu.al-Quran juga
menyebutkan munculnya indera-indera dan bagian-bagian dalam tubuh.75

Segumpal daging yang diterangkan dalam Qs al-Hajj/22: 5 dibahasakan


dengan mudghah. Embrio berubah bentuk dari tahapan „alaqah ke permulaan
tahapan mudghah pada hari ke 24 atau 26. Waktunya relatif lebih cepat ketimbang
perubahan dari tahap nutfah ke ‘alaqah.76

Penunjukkan kepada al-Quran kepada organ-organ seksual mesti diperhatikan.


Karena perujukan olehnya sungguh sangat tepat sebagaimana Qs an-Najm: 45-46
berikut.

          
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita. Dari air mani, apabila dipancarkan”.
Unsur pembuah pria, yaitu spermatozoa mengandung hemicrosom yang
menentukan jenis kelamin calon manusia itu.77

75
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia menurut Bibel Al-Quran dan Sains, (Bandung: Mizan,
1989), hlm. 220
76
Kemenag RI, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Sains, (Jakarta: Kemenag RI,
2012), hlm. 88
77
Maurice Bucaille,Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran dan Sains, Ibid, hlm. 221
37

Aspek penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat al-
Quran adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan
dalam Qs al-Mu‟minun/23:14, bahwa dalam rahim ibu, tulang-tulang terbentuk
lebih dahulu, kemudian terbentuklah otot-otot yang membungkus tulang-tulang
ini78. Penelitian dithingkat mikroskopis menunjukkan bahwa perkembangan
dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan pada Qs al-
Mu‟minun/23:14.79
Dalam al-Quran dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan
dalam rahim ibunya. Fase-fasenya mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari
perkembangan bayi. Secara ringkas, ciri-ciri utama tahap perkembangan80
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan
terbentuklah segumpulan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding
rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin besar sel-sel penyusunnya
pun mengatur diri sendiri guna membentuk tiga lapisan.
2. Tahap Embrionik
Tahap kedua berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini
bayi disebut sebagai embrio.pada tahap ini organ dan sistem tubuh bayi mulai
terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.
3. Tahap Fetus
Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu kedelapan hingga masa
kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah bahwa fetus sudah menyerupai
manusia, dengan wajah da kedua tangan kakinya. Meskipun pada awalnya
memiliki panjang hanya 3 cm, kesemua organnya sudah jelas. Tahap ini
berlangsung kurang lebih selama 30 minggu, dan perkembangan berlanjut
sampai minggu kelahiran.

78
Harun Yahya, Al-Quran dan Sains, ( Bandung: PT Syamil Citra Media, 2004 ), hlm. 107
79
Harun Yahya, Ibid, hlm. 107
80
Harun Yahya, Ibid, hlm. 108
38

Berkaitan dengan tahapan penciptaan manusia, kita juga dapat menilik QS


As-Sajdah/32:7, QS Nuh/71:14, QS al-Infithar/82:7-8 sebagai informasi yang
membuktikan bahwa penciptaan manusia dilakukan dengan bertahap-tahap.
Apa yang disebut Darwin sebagai seleksi alam memanglah seleksi alami
dalam pengertian bahwa Allah Tuhan semesta alamlah yang mengatur seleksi
itu sebagai bagian dari proses penyempurnaan, proses penyelarasan terhadap
keadaan lingkungan dan proses perakitan dalam bentuk yang diberikan-Nya
kepada manusia untuk menjadi khalifah-Nya di bumi ini. 81
Para mufassirin tekstual percaya bahwa Allah menciptakan makhluk hidup
satu demi satu, spesies demi spesies. Tetapi sebaliknya para mufassirin
kontekstual yakin bahwa makhluk hidup diciptakan secara evolusi tahap demi
tahap.82 Bertentangan dengan pendapat pada umumnya dianut oleh mufassirin
kontekstual yang mengatakan bahwa makhluk hidup pertama diciptakan di
bumi, maka mufassirin kontekstual berpendapat bahwa makhluk hidup
pertama adalah justru dalam air. 83
Perbedaan penggunaan kata Turab dan Thin dalam al-Quran ketika
menceritakan tentang penciptaan manusia memiliki maksud tersendiri.
Sebagaimana dijelaskan dalam Qs Ali Imran/3: 59 yang membahas Adam As
dengan menggunakan kata turab, sedangkan ayat al-Quran yang berisi kata
thin yakni dalam Qs al-An‟am/6:2 menguraikan Adam dan manusia sebagai
anak cucunya. Di sini terdapat kesinambungan bahwa turab berarti tanah, dan
thin berarti tanah yang sudah dicampur air. Hal ini berarti bahwa thin
merupakan lanjutan dari tanah.84
Dalam al-Quran disebutkan bahwa dari thin itulah penciptaan kemudian
bercabang dua. Dari thin itu dibuat thin lazib (QS. al-Shaffat/37: 11) yang
merupakan proses lanjutan dari penciptaan Adam. Dari thin pula diciptakan

81
Andi Hakim Nasoetion, Pengantar ke Filsafat Sains, (Bogor:Litera AntarNusa,1989), hlm. 181.
82
Ahmad As Shouwy, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunah tentang IPTEK, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1995), hlm. 269
83
Ahmad As-Shouwy, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunah tentang IPTEK, Ibid, hlm. 271
84
Salman Harun, Mutiara Al-Quran, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 28
39

nuthfah (QS. al-Mu‟minun/23:12-14). Uraian di atas semakin menguatkan


kesinambungan dalam kandungan al-Quran yang membuat tuduhan tentang
inkonsistensi dan ketidakmenarikan al-Quran menjadi gugur dengan
sendirinya. 85
Lafadz lain yang disebutkan dalam al-Quran ketika menerangkan
penciptaan manusia adalah salsal. Salsal adalah benda kering berongga yang
dibuat dari tanah, sehingga mengeluarkan bunyi bila ditiup atau diayunkan.
Benda tersebut, kata al-Quran terbuat dari hama’, yaitu tanah hitam yang
sedikit berbau. Tanah itu dibentuk (masnun) menjadi salsal tersebut. Jadi
Adam dibentuk dari Hama tersebut.86
Dalam al-Quran kata shalshal diulang tiga kali yang semuanya ditemukan
dalam Qs al-Hijr/15:26.28,33. Mula-mula Allah menyatakan kepada nabi
Muhammad Saw bahwa manusia diciptakan dari salsal itu, kemudian
menceritakan bagaimana Dia mengemukakan kepada malaikat tentang
rencana-Nya untuk menciptakan makhluk itu, dan pada ayat ketiga Allah
mengisahkan pembangkangan Iblis yang menolak sujud kepadanya. Jelaslah
bahwa konteks ketiga ayat itu berbeda, sekalipun menceritakan hal yang
sama. Pesan ketiga ayat tidak bisa lain bahwa yang dimaksud adalah
penciptaan Adam. 87
Demikianlah proses penciptaan Adam. Mengenai penciptaan manusia
sebagai anak cucu Adam ditemukan informasinya dalam Qs al-Sajadah/32:8,
bahwa ia diciptakan dari ma’mahin yang telah disebutkan sebelumnya 88.
Penciptaan manusia secara umum melalui proses yang melibatkan Tuhan dan
Manusia, yaitu ibu dan bapak, sedangkan dalam penciptaan Adam As tidak
melibatkan pihak lain. 89

85
Salman Harun, Ibid, hlm. 28
86
Salman Harun, Mutiara Al-Quran, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 29
87
Salman Harun, Ibid, hlm. 29
88
Salman Harun, Ibid, hlm. 30
89
Badriyah Fayumi, Keadilan dan Kesetaraan Gender Perspektif Islam, (Jakarta: Depag RI,
2001), hlm. 37
40

Awalnya mani atau sperma pria ditumpah dan dipancarkan kedalam rahim
(yumna). Kata yumna, dalam bahasa arab berarti ditakdirkan dan disaring.
Maksudnya adalah bahwa air itu sudah disaring dan diolah begitu rupa
sehingga dapat difungsikan untuk menjalankan tugasnya.90
Jika diperhatikan, nampaknya al-Quran menggunakan 12 istilah yang
dapat dianggap sebagai substansi kejadian manusia seperti yang telah
dipaparkan di atas.91 Berdasarkan ayat-ayat al-Quran yang mengemukakan
tentang penciptaan manusia kesemuanya tidak dapat dipisahkan dari air,
karena manusia adalah bagian dari makhluk hidup dan seluruh organisme
makhluk hidup, termasuk dunia flora dan fauna, berasal dari air. 92
Manusia yang hidup ketika al-Quran diturunkan, tentu saja mengetahui
substansi dasar kelahiran yang berhubungan dengan mani laki-laki yang
dipancarkan selama berhubungan seksual. Dan fakta bayi dilahirkan setelah
sembilan bulan jelas merupakan kejadian yang dapat diamati dan tidak
memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Tetapi informasi akan manusia yang
diciptakan dari mani, lelaki yang menentukan jenis kelamin, embrio melekat
pada uterus ibunya seperti lintah diperkuat oleh ilmu pengetahuan abad ke-
20.93
Asal-usul manusia yang bersifat lebih substansial, seperti nyawa atau roh,
tidak diuraikan secara terperinci dalam al-Quran. Roh manusia adalah urusan
Tuhan, sebagaimana diisyaratkan dalam satu ayat pendek dalam Qs al-Isra/17:
85.94
Banyaknya ungkapan justru memperjelas proses dalam penciptaan.
Pengulangan kata dan kisah dalam al-Quran ternyata tidaklah membosankan,
melainkan memberikan kelengkapan dan nuansa yang dinamis. 95

90
Salman Harun, Ibid, hlm. 30
91
Nasarudin Umar, Ibid, hlm. 220
92
Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia menurut Bibel Al-Quran dan Sains, (Bandung: Mizan,
1989), hlm. 196.
93
Harun Yahya, Al-Quran dan Sains, (Bandung :PT Syamil Citra Media, 2004), hlm. 59
94
Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, (Jakarta: Paramadina, 2001), hlm. 219
95
Salman Harun, Ibid, hlm. 32
41

Anda mungkin juga menyukai