Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

Praktik Klinik Keperawatan Jiwa


Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Kasus
“ DEFISIT PERAWATAN DIRI ”

Disusun Oleh :

MARIA MAGDALENA WISNAWATI


NIM : P05120317022

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA) : DEFISIT PERAWATAN DIRI


A. Definisi
 Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan mandi (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).

 Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
a) Fisik
- Badan bau, pakaian kotor.
- Rambut dan kulit kotor.
- Gigi kotor disertai mulut bau.
- Penampilan tidak rapi
b) Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif.
- Menarik diri, isolasi diri.
- Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c) Sosial
- Interaksi kurang.
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
- Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
 Klasifikasi
Jenis-jenis defisit perawatan diri menurut Nurjannah (2004) yaitu :
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.


1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak psikososial
3. Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
B. Rentang Respon
Rentang Respon Kognitif, Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi
klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,
kamar mandi yang dekat dan tertutup.
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Dep Kes (2000), penyebab kurang perawatan
diri adalah :
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
D. Faktor Presipitasi
menurut Dep Kes (2000), Yang merupakan faktor presiptasi defisit
perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

E. Mekanisme Koping
Mekanisme Koping :
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi

F. Pohon Masalah

Gangguan Kebersihan Diri tidak adekuat

Defisit perawatan diri

Penurunan kemampuan dan motivasi perawatan diri


II. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
A. Masalah Keperawatan
1. Gangguan Kebersihan diri tidak adekuat
2. Defisit perawatan diri.
3. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

B. Data Yang perlu dikaji

No Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


1 Defisit Perawatan Diri Ds : - Klien Mengatakan malas mandi
- Klien Mengatakan dirinya malas
berdandan
- Klien mengatakan jarang
membersikan alat
kelamin setelah BAB dan BAK
Do : - Ketidakmampuan mandi ditandai
dengan
rambut rontok, kulit berdaki
- Ketidak mampuan berpakaian dan
berhias

III.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri.
3. Harga diri rendah
4. Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri
5. Intoleransi aktifitas
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa : Defisisit Perawatan Diri
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
Defisisit Pasien mampu : Setelah … kali pertemuan, SP 1
Perawatan Diri pasien mampu :  Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki:
 Mengidentifikasi  Mengidentifikasi - Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek kemampuan dan aspek kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan
positif yang dimiliki, positif yang dimiliki, pasien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan
 Menilai kemampuan  Menilai kemampuan terdekat pasien.
yang dapat digunakan, yang dapat digunakan, - Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali
 Menetapkan atau  Menetapkan atau bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
memilih kegiatan yang memilih kegiatan yang  Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
sesuai dengan sesuai dengan - Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
kemampuan, kemampuan, digunakan saat ini
 Melatih kegiatan yang  Melatih kegiatan yang - Bantu pasien menyebutkannya dan member
sudah dipilih sesuai sudah dipilih sesuai penguatan terhadap kemampuan diri yang
kemampuan, kemampuan, diungkapkan pasien
 Merencanakan  Merencanakan kegiatan - Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi
kegiatan yang sudah yang sudah dilatihnya. pendengar yang aktif.
dilatihnya.  Pilih kemampuan yang akan dilatih
Keluarga mampu  Diskusikan dengan pasien beberapa aktifitas yang
merawat pasien dengan dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang
DHR di rumah dan akan pasien lakukan sehari-hari
menjadi sistem  Bantu pasien menetapkan aktifitas mana yang dapat
pendukung yang efektif pasien lakukan secara mandiri
bagi pasien. - Aktifitas yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga
- Aktifitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien
- Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat
dilakukan pasien
- Susun bersama pasien aktifitas yang dapat
dilakukan pasien
 Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
 Memastikan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
 Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
 Latih kemampuan yang dipilih
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP 2)
 Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Setelah … kali pertemuan, SP 1
keluarga mampu :  Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat
 Mengidentifikasi pasien
kemampuan yang  Jelaskan proses terjadinya HDR
dimiliki pasien  Jelaskan tentang cara merawat pasien
 Menyediakan pasilitas  Main peran dalam merawat pasien HDR
untuk pasien  Susun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
melakukan kegiatan merawat pasien
 Mendorong pasien SP 2
melakukan kegiatan  Evaluasi kemampuan SP 1

 Memuji pasien saat  Latih keluarga langsung ke pasien


pasien dapat melakukan  Menyusun RTL keluarga/ jadwal kegiatan untuk
kegiatan merawat pasien
SP 3
 Membantu melatih
 Evaluasi kemampuan keluarga
pasien
 Evaluasi kemampuan pasien
 Membantu menyusun
jadwal kegiatan pasien  RTL keluarga

 Membantu - Follow up

perkembangan pasien - Rujukan


DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.


Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Townsend. (1998). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai