Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 4

Annisa Ulmi Hafidza


Kelvin Septiansyah
Yuka Fari Saputra

KAJIAN ANALISA PEMAKAIAN GAS ALAM

A. Pengertian Gas Alam

Gas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil
berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang
minyak, ladang gas Bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan
metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik
selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa,
tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul
hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul
hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10),
selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan
sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas
ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang
berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi
karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara
relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup
kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar
emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut).

B. Pembentukan Gas Alam

Minyak bumi, gas alam, dan batu bara berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup,
sehingga disebut bahan bakar fosil. Proses pembentukannya memerlukan waktu yang
sangat lama sehingga termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Minyak
bumi sering disebut dengan emas cair karena nilainya yang sangat tinggi dalam
peradaban modern. Pertanian, industri, transportasi, dan sistem-sistem komunikasi sangat
bergantung pada bahan bakar ini, sehingga berpengaruh pada seluruh kegiatan kehidupan
suatu bangsa.
Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber utama energi dunia, yaitu mencapai
65,5%, selanjutnya batubara 23,5%, tenaga air 6%, serta sumber energi lainnya seperti
panas bumi (geothermal), kayu bakar, cahaya matahari, dan energi nuklir. Negara yang
mempunyai banyak cadangan minyak mentah (crude oil), menempati posisi
menguntungkan, karena memiliki banyak persediaan energi untuk keperluan industri dan
transportasi, disamping pemasukan devisa negara melalui ekspor minyak. Minyak bumi
disebut juga petroleum (bahasa Latin: petrus = batu; oleum = minyak) adalah zat cair
licin, mudah terbakar dan sebagian besar terdiri atas hidrokarbon. Kandungan
hidrokarbon dalam minyak bumi berkisar antara 50% sampai 98%. Sisanya terdiri atas
senyawa organik yang mengandung oksigen, nitrogen, dan belerang.

Ada tiga macam teori yang menjelaskan proses terbentuknya minyak dan gas bumi, yaitu:

(1) Teori Biogenetik (Teori Organik)


Menurut Teori Biogenitik (Organik), disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam
terbentuk dari beraneka ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mati dan tertimbun
di bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini kemudian dihanyutkan oleh arus sungai
menuju laut, akhirnya mengendap di dasar lautan dan tertutup Lumpur dalam jangka
waktu yang lama, ribuan dan bahkan jutaan tahun. Akibat pengaruh waktu, temperatur
tinggi, dan tekanan lapisan batuan di atasnya, maka binatang serta tumbuh-tumbuhan
yang mati tersebut berubah menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas.

(2) Teori Anorganik


Menurut Teori Anorganik, disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam terbentuk akibat
aktivitas bakteri. Unsur-unsur oksigen, belerang, dan nitrogen dari zat-zat organik yang
terkubur akibat adanya aktivitas bakteri berubah menjadi zat seperti minyak yang berisi
hidrokarbon.

(3) Teori Duplex


Teori Duplex merupakan perpaduan dari Teori Biogenetik dan Teori Anorganik. Teori
Duplex yang banyak diterima oleh kalangan luas, menjelaskan bahwa minyak dan gas
bumi berasal dari berbagai jenis organisme laut baik hewani maupun nabati. Diperkirakan
bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani dan gas bumi berasal dari materi nabati.
Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan Lumpur berubah
menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang mengandung
bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk (Source Rock). Selanjutnya minyak
dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya
terakumulasi di tempat tertentu yang disebut dengan perangkap (Trap).
Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan air, (2) minyak
dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan minyak bumi disebut
dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat sendiri dalam suatu perangkap
disebut Non Associated Gas. Karena perbedaan berat jenis, maka gas selalu berada di
atas, minyak di tengah, dan air di bagian bawah. Karena proses pembentukan minyak
bumi memerlukan waktu yang lama, maka minyak bumi digolongkan sebagai sumber
daya alam yang tidak dapat diperbarui (unrenewable).
C. Metode Penyimpanan Gas Alam
Metode penyimpanan gas alam dilakukan dengan "Natural Gas Underground Storage",
yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah yang lazim disebut sebagai "salt dome" yakni
kubah-kubah di bawah tanah yang terjadi dari reservoir sumber-sumber gas alam yang
telah depleted. Hal ini sangat tepat untuk negeri 4 musim. Pada musim panas saat
pemakaian gas untuk pemanas jauh berkurang (low demand), gas alam diinjeksikan
melalui kompresor-kompresor gas kedalam kubah di dalam tanah tersebut. Pada musim
dingin, di mana terjadi kebutuhan yang sangat signifikan, gas alam yang disimpan di
dalam kubah bawah tanah dikeluarkan untuk disalurkan kepada konsumen yang
membutuhkan. Bagi perusahaan (operator) penyedia gas alam, cara ini sangat membantu
untuk menjaga stabilitas operasional pasokan gas alam melalui jaringan pipa gas alam.

Pada dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi:


1. Transportasi melalui pipa salur.
2. Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal tanker LNG
untuk pengangkutan jarak jauh.
3. Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di daratan dengan
road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak dekat dan menengah
(antar pulau).

Di Indonesia, Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Hilir Migas) telah menyusun Master
Plan "Sistem Jaringan Induk Transmisi Gas Nasional Terpadu". Dalam waktu yang tidak
lama lagi sistem jaringan pipa gas alam akan membentang sambung menyambung dari
Aceh-Sumatra Utara-Sumatra Tengah-Sumatra Selatan-Jawa-Sulawesi dan Kalimantan.
Saat ini jaringan pipa gas di Indonesia dimiliki oleh PERTAMINA dan PGN dan masih
terlokalisir terpisah-pisah pada daerah-daerah tertentu, misalnya di Sumatra Utara,
Sumatra Tengah, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur.
Carrier LNG dapat digunakan untuk mentransportasi gas alam cair (liquefied natural gas,
LNG) menyebrangi samudra, sedangkan truk tangki dapat membawa gasa alam cair atau
gas alam terkompresi (compressed natural gas, CNG) dalam jarak dekat. Mereka dapat
mentransportasi gas alam secara langsung ke pengguna-akhir atau ke titik distribusi,
seperti jalur pipa untuk transportasi lebih lanjut. Hal ini masih membutuhkan biaya yang
besar untuk fasilitas tambahan untuk pencairan gas atau kompresi di titik produksi, dan
penggasan atau dekompresi di titik pengguna-akhir atau ke jalur pipa.
Selain digunakan pada transportasi darat, CNG juga dapat digunakan pada pesawat
terbang.[1] CNG digunakan pada beberapa pesawat termasuk pada Husky 200 CNG
milik Aviat Aircraft[2] dan pada Chromarat VX-1 KittyHawk.[3]

D. Dampak Gas Alam Terhadap Lingkungan


Eksplorasi, Pemboran, dan Produksi Gas Alam Memiliki Banyak Dampak Pada
Lingkungan
Ketika ahli geologi mengeksplorasi deposit gas alam di darat, mereka mungkin harus
mengganggu tanah dan vegetasi dengan kendaraan mereka. Sebuah sumur gas di darat
memerlukan pembukaan jalan, pembersihan dan perataan daerah untuk membuat bor pad.
Kegiatan pengeboran sumur menghasilkan polusi udara dan dapat mengganggu satwa
liar. Dibutuhkan pipa untuk mengangkut gas dari sumur, dan biasanya akan dilakukan
pembukaan lahan untuk mengubur pipa. Produksi gas alam juga dapat mengakibatkan
kontaminasi pada sejumlah besar volume air. Air ini harus ditangani dengan baik,
disimpan, dan di-disinfectan sehingga tidak mencemari tanah dan air.
Gas alam yang kita gunakan sebagai bahan bakar sebagian besar merupakan metana,
namun gas yang belum diolah dari sumur mungkin mengandung senyawa lain, termasuk
hidrogen sulfida, gas sangat beracun. Gas alam yang padat hidrogen sulfida biasanya
akan menyala berkobar. Pembakaran gas alam menghasilkan CO2, karbon monoksida,
sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan senyawa lain tergantung pada komposisi kimia dari
gas alam dan seberapa baik gas tersebut dapat terbakar. Sumur gas alam dan pipa sering
membutuhkan mesin untuk menjalankan peralatan dan kompresor, yang mengakibatkan
kebisingan dan polusi udara tambahan. Pengeboran dan ekstraksi gas alam lewat sumur
dan perpipaan, selalu terjadi kebocoran metana. Dalam pemanasan global, metana 34 kali
lebih kuat dari karbon dioksida dalam menahan panas di bumi. Ini berdasarkan skala
waktu 100 tahun. bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, sampah organik.

Kemajuan dalam Teknologi Pengeboran dan Produksi Memiliki Dampak Positif


dan Negatif
Teknologi pengeboran dan pemulihan gas terbaru telah mengurangi sejumlah besar
daerah yang terganggu untuk menghasilkan setiap kaki kubik gas alam. Teknik pemboran
horizontal memungkinkan untuk menghasilkan gas dari satu sumur dibandingkan banyak
sumur di masa lalu, sehingga diperlukan lebih sedikit sumur untuk exploitasi lapangan
gas.
Hydraulic fracturing (biasa disebut “hydrofracking,” atau “fracking,” atau “fracing”)
pada formasi batuan shale akan membuka cadangan gas yang besar, yang sebelumnya
terlalu mahal untuk dikembangkan. Hydrofracking dilakukan dengan memompa cairan
bertekanan tinggi ke dalam sumur untuk membuat rekahan bebatuan dan memungkinkan
gas membebaskan diri dari kantong-kantong kecil di bebatuan. Namun, ada beberapa
masalah potensial pada lingkungan yang juga terkait dengan produksi gas shale, antara
lain:

1. Hydraulic fracturing memerlukan sejumlah besar air.

2. Jika salah kelola, cairan hydraulic fracturing – yang mungkin mengandung bahan
kimia yang berpotensi bahaya – dapat mencemari karena terjadinya tumpahan, bocor,
konstruksi sumur yang rusak, atau jalur eksposur lainnya.
3. Hydraulic fracturing juga menghasilkan sejumlah besar air limbah, yang mungkin
mengandung bahan kimia terlarut dan kontaminan lain yang memerlukan perlakuan
sebelum dibuang atau digunakan kembali.

4. Menurut Survei Geologi Amerika Serikat, rekah hydraulic fracturing “menyebabkan


gempa bumi kecil, walaupun terlalu kecil untuk menjadi perhatian bagi keselamatan.

Peraturan Keselamatan dan Standar Yang Ketat Diperlukan untuk Gas Alam
Karena kebocoran gas alam dapat menyebabkan ledakan, ada peraturan dan standar
industri yang sangat ketat di lokasi pengeboran untuk memastikan transportasi,
penyimpanan, distribusi, dan penggunaan gas alam yang aman. Karena gas alam tidak
memiliki bau, perusahaan gas alam menambahkan zat berbau kuat yang disebut
merkaptan, sehingga akan segera diketahui jika terjadi kebocoran.

Anda mungkin juga menyukai