Anda di halaman 1dari 51

PREVALENSIGAMBARAN RADIOGRAFI

LESIPERIAPIKAL SEBELUM PERAWATAN


ENDODONTIK
DI RSGM FKG USU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi


Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
PRIASHINI RAGHAWAN
NIM: 110600181

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Unit Radiologi Kedokteran Gigi
Tahun 2017

Priashini Raghawan

Prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal sebelum perawatan endodontik


di RSGM FKG USU.

xii + 31 Halaman

Lesi periapikal terjadi sebagai reaksi dari tulang sekitar apeks gigi yang
mengalami nekrosis pulpa. Lesi inflamasi periapikal ini dikarakteristikkan sebagai
periodontitis apikalis, yang secara histologis terlihat berupa abses periapikal dan
granuloma periapikal, dimana jika infeksi meluas ke daerah sumsum tulang abses
periapikal bisa berlanjut menjadi osteomyletis. Gambaran radiografi lesi inflamasi
periapikal bergantung pada lama terjadinya lesi. Perubahan gambaran radiografi
dideteksi dari kehilangan kepadatan tulang, ligamen periodontal dan lamina dura
apakah menjadi lisis (radiolusen) atau sklerotik (radiopak) atau keduanya.Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal
sebelum perawatan endodontik di RSGM FKG USU. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling
dengan jumlah sampel 30 radiografi periapikal yang sesuai kriteria inklusi. Penelitian
dilakukan dengan menginterpretasi gambaran radiograf lesi periapikal diatas viewer
box. Hasil penelitian diperoleh bahwa prevalensi lesi periapikal di instalasi konservasi
RSGM FKG USU yang paling banyak dijumpai adalah pada laki-laki yaitu sebanyak
56.7%. Lesi periapikal paling banyak ditemukan di rahang atas dengan prevalensi
76.6 % dan elemen gigi yang paling banyak ditemukan lesi periapikal adalah gigi 11
dan gigi 21 dengan prevalensi 25.8%. Kesimpulan penelitian ini prevalensi lesi
periapikal yang paling banyak ditemukan adalah lesi periapikal abses yaitu sebanyak
64.5%.

DaftarRujukan : 27 ( 2003 – 2015 )

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 26 Juli 2017


Pembimbing Tanda tangan

Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG


NIP. 19750225 200502 2 005 .................................

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 26 Juli 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG


ANGGOTA : 1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K)
2. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk
memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
di Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada kakak
tersayang saya Vimala Raghawanatas segala kasih sayang baik moril maupun materil
yang tidak akan terbalas oleh penulis sampai kapanpun.. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp.
RKG sebagai dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu penulis dan
bersedia meluangkan waktu, memberikan semangat, motivasi serta bimbingan untuk
menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang
tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. TreliaBoel, drg.,M.Kes., Sp.RKG (K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin
dalam penelitian ini.
2. Hendry Rusdy,drg.Sp BM.,M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. H. Amrin Tahir, drg, Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG, Dewi Kartika, drg,
Maria Novita Helen Sitanggang, drg., selaku staf pengajar Departemen
Radiologi Kedokteran Gigi atas segala masukan dan saran yang telah
diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik lagi.
4. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara (Kak Rani, Kak Tety, Bang Ari).

Universitas Sumatera Utara


5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
yang banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama
menjalani pendidikan.
6. Sahabat-sahabat tersayang (Yoga, Prriyankha, Liliana, Aude, Novi, Irfan,
Lavanya dan thana) yang telah memberikan doa, bantuan, serta motivasi
kepada penulis pada penelitian ini.
7. Semua teman-teman di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam
pengantar ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini
dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi
dan seluruhnya.

Medan, 26 Juli 2017


Penulis

Priashini Raghawan
110600181

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… .

ABSTRAK…………………………………………………………………...

KATA PENGANTAR……………………………….…………………… .... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………… viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4


2.1 Nekrosis Pulpa ............................................................................... 4
2.2 Lesi Periapikal................................................................................ 5
2.3 Periodontitis Apikalis .................................................................... 6
2.3.1 Granuloma Periapikal.................................................................. 7
2.3.2 Kista Periapikal ........................................................................... 8
2.4 Condensing Osteitis ....................................................................... 9
2.5 Abses Apikalis .............................................................................. 10
2.6 Radiografi Intraoral ........................................................................ 10
2.6.1 Radiografi Periapikal .................................................................. 10
2.6.1.1 Teknik Paralel .......................................................................... 11
2.6.1.2 Teknik Bisekting ...................................................................... 12
2.6.2 Radiografi Bitewing ................................................................... 132.6.3
Radiografi Oklusal ............................................................................... 13
2.7 Kerangka Teori .............................................................................. 14

Universitas Sumatera Utara


2.8 Kerangka Konsep ........................................................................... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 16


3.1 Jenis Rancangan Penelitian ........................................................... 16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 16
3.3Populasi dan Sampel ....................................................................... 16
3.3.1Populasi ........................................................................................ 16
3.3.2Sampel .......................................................................................... 17
3.4 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional .............................. 18
3.4.1Variabel Penelitian ....................................................................... 18
3.4.2 Definisi Operasional.................................................................... 18
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 19
3.6 Prosedur Penelitian........................................................................ 19
3.7 Pengolahan dan Analisis Data....................................................... 19
3.7.1 Pengolahan Data ......................................................................... 19
3.7.2 Analisis Data ............................................................................... 20
3.8Etika Penelitian ............................................................................... 20
3.8.1 Informed Consent ........................................................................ 20
3.8.2 Ethical Clearance.............................................................. ......... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN ........................................................................ 21


4.1 Prevalensi karaktesi sampel dari penelitian ................................... 21
4.2 Prevalensi rahang yang terkena lesi periapikal .............................. 21
4.3 Prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal .............................. 22
4.4 Prevalensi elemen gigi terkena lesi periapikal ............................... 22
4.5 Gambaran radiografi lesi periapikal ............................................... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................ 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ................................................................................. 26
6.2 Saran…………………………………………………………… 26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

LAMPIRAN………………………………………………………………….

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Efek Proses Inflamasi Pada Jaringan periapikal ................................. 5


2. Definisi operasional………………………………………………… 18
3. Prevalensi karaktesi sampel dari penelitian……………………… ..... 21
4. Prevalensi rahang yang terkena lesi periapikal…………………… .... 21
5. Prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal……………………… 22
6. Prevalensi elemen gigi terkena lesi periapikal……………………… . 22

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambaran radiografi infeksi dan inflamasi jaringan apikal .............. 5

2. Gambaran radiografi infeksi dan inflamasi jaringan apikal .............. 6

3. Gambaran radiografi granuloma periapikal ……………………….. 8

4. Gambaran radiografi kista periapikal …………….…. ..................... 8

5. Gambaran radiografi condensing osteitis …………… ..................... 9

6. Gambaran radiografi abses apikalis …………… ............................. 10

7. Gambaran radiografi periapikal teknik paralel…………… ............. 12

8. Gambaran radiografi periapikal teknik bisekting…………… .......... 13

9. Gambaran radiografi lesi periapikal……………………………… .. 23

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Lembar Health Ethical Committee of North Sumatera
2. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian
3. Lembar persetujuan subjek peneliti ( informed consent)
4. Rincian biaya penelitian
5. Jadwal pelaksanaan penelitian
6. Hasil data penelitian
7. Curriculum vitae

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lesi periapikal merupakan respon lokal dari tulang di sekitar apikal gigi
akibat nekrosis pulpa atau akibat kerusakan jaringan periapikal yang disebabkan
perluasan penyakit periodontal.Agen infeksi dari pulpa yang nekrosis keluar melalui
apeks akar yang menyebabkan reaksi inflamasi pada ligamen periodontal periapikal
dan daerah sekitar tulang (periodontitis apikalis).1
Ketika terdapat inflamasi kerana paparan masif bakteri, ini memudahkan
kolonisasi bakteri menyebar melalui foramen apikal menuju jaringan periapikal.
Karies dan trauma pada gigi dapat menyebabkan inflamasi pada pulpa dan
menyebabkan pulpa nekrosis. Jika daerah di sekitar sumsum tulang terjadi reaksi
inflamasi, abses periapikal lokal dapat menjadi osteomyelitis2&3
Lesi periapikal dapat saja terlihat luas, namun biasanya lesi bersumber dari
daerah apeks gigi. Proses penyakit periapikal dimulai dari proses inflamsi akut ke
kronis dan proses akut bergerak lambat ke proses kronis, serta bergantung pada
tingkat virulensi mikroorganisme yang menyerang apikal.1
Pada radiograf perubahan awal lesi terlihat dari hilangnya kepadatan tulang,
yang biasanya menghasilkan pelebaran ruang ligamen periodontal pada apeks gigi
dan kemudian dapat berlanjut dengan area radiolusen dengan diameter yang lebih
besar dari sekitar tulang.1Pada awal lesi tidak menunjukan perubahan pada radiograf
dan apabila lesi menjadi kronis, menunjukan radiolusen atau sklerotik (radiopak) atau
keduanya.1 Lesi inflamasi periapikal dapat menstimulasi resorpsi tulang atau
pembentukan tulang. Lamina dura di sekitas apeks gigi biasanya menghilang. Reaksi
sklerotik dari tulang biasanya terbatas pada daerah apeks gigi, gambaran radiolusen
pada periapeks dapat beratiindikasi adanya lesi abses, granuloma, ataupun kista.1,4
Penelitian Nair menemukan bahwa populasi di brazil terdapat 35% yang
didiagnosa sebagai abses periapikal, 50% granuloma dan 15% kista. Penelitian ini

1
Universitas Sumatera Utara
juga menunjukan bahwa prevalansi lesi preriapikal rendah bila dilakukan perawatan
saluran akar telah dilakukan.5
Menurut peneliti Raed Mukhaimer prevalensi lesi periapikal secara
keseluruhan pada populasi Palestian adalah sebanyak 15.1%. lesi periapikal lebih
banyak ditemukan pada maksila yaitu dengan 18.2% dibandingan dengan mandibula
yaitu dengan 12.2%.6 Farrokh Farhadi menyimpulkan bahwa prevalensi lesi
periapikal lebih ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita, dan peneliti juga
menyimpulkan bahwa tidak hubungan signifikan antara jenis kelamin dan lesi
periapikal yang terjadi.7
Menurut Gerhad, prevalensi periapikal granuloma berkisar dari 40% ke 94%
manakala kista berkisar dari 6% ke 54,5%. Peneliti menunjukan prevalensi periapikal
granuloma lebih tinggi dari kista, karena perbedaan kriteria diagnosis.8 Peneliti
Franciso, menyimpulkan bahwa pada populasi California 68% wanita dan 38% laki-
laki dengan usia 18-69 terdapat prevalensi lesi periapikal yaitu pada lesi granuloma
62,5%, kista 20% dan abses 17,5% .9
Radiografi sangat penting dan diperlukan pada perawatan endodontik.
Radiografi periapikal paling baik digunakan untuk memperlihatkan radiografi awal
dalam perawatan endodontik karena lebih detail struktur anatomi gigi geligi mulai
dari mahkota sampai apikal gigi dan jaringan pendukungnya, daerah radiolusen yang
menjadi tanda terjadinya peradangan pada apikal gigi dapat diinterpritasi secara
jelas.10
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian untuk mengetahui persentase prevalensi gambaran lesi
periapikal pada perawatan endodontik.

Universitas Sumatera Utara


1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
rumusaan masalah sebagai adalah:
Berapakah prevalensi gambaran lesi periapikal pada perawatan endodontik di
RSGM FKG USU.

1.3 TujuanPenelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gambaran lesi
periapikal sebelum perawatan endodontik di RSGM FKG USU.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi klinis bagi dokter
gigi dalam rencana perawatan dan dapat menjadi data awal penelitian selanjutnya di
lingkungan FKG. Penelitian ini dapat menjadi bahan edukasi bagi masyarakat sebagai
informasi mengenai gigi berlubang yang sudah nekrosis pulpa dapat mengalami
infeksi.
2. Manfaat Praktis
a. Informasi ini dapat digunakan dalam membuat rancangan dan
pengembangan program kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah lesi periapikal,
khususnya lesi periapikal sulit terdeteksi secara klinis namun dapat dilihat dengan
bantuan radiografi periapikal.
b. Diharapkan masyarakat dapat memahami bahwa radiografi
periapikal dapat membantu mendeteksi lesi periapikal dan rencana perawatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nekrosis Pulpa


Nekrosis merupakan akibat dari inflamasi, dapat juga terjadi setelahtrauma
yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. Penyebab terjadinya nekrosis
pulpa disebabkan oleh kerusakan yang membahayakan pulpa seperti bakteri, trauma
dan iritasi kimiawi. Radiograf umumnya menunjukan suatu kavitas, suatu jalan
terbuka ke saluran, dan suatu penebalan ligamen periodontal. Jaringan pulpa nekrotik,
debris selular dan mikroorganisme mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan
periapikal mungkin normal, atau menunjukan sedikit inflamasi yang dijumpai pada
ligamen periodontal.11

2.2 Lesi Periapikal


Lesi periapikal biasanya disebut dengan peridontitis apikal akut, periodontitis
apikal kronis, condensing osteitis, abses apikalis. Gambaran radiolusen disebut
rarefying osteitis, sedangkan gambaran radiopak disebut dengan sclerosing osteitis,
condensing osteitis dan focal sclerosing osteitis.1 Gambaran radiograf pada periapikal
memperhatikan 3 hal yaitu ketebalan, kontinuitas dan radiodensitas. Penyakit
periapikal akan dideteksi dalam radiograf dimulai dari kelainan ruang periodontal
ligamen (pelebaran ruang), diikuti kelainan lamina dura (garis radiopaknya hilang),
baru terjadi resorpsi dan destruksi tulang alveolar.2
Pada awal lesi tidak menunjukan perubahan pada radiografi dan apabila lesi
menjadi kronis, menunjukan radiolusen atau sklerotik perubahan (radiopak) atau
keduanya. Lesi yang disertai oleh gejala seperti nyeri atau pembengkakan disebut
akut (simtomatik), sementara lesi yang disertai dengan gejala ringan atau tidak ada
gejala didefinisikan kronik (asimtomatik). Proses penyakit periapikal dimulai dari
proses inflamsi akut ke kronis dan proses akut bergerak lambat ke proses kronis, serta
bergantung pada tingkat virulensi mikroorganisme yang menyerang apikal. Poliferasi

4
Universitas Sumatera Utara
sel-sel epitel dari rest of malasszes yang berasal dari bakteri membentuk abses dan
jika keadaan ini terus dibiarkan, sel-sel epitel akan berpoliferasi dan membentuk
perapikal granuloma, granuloma ini akan berkembang menjauhi apeks, maka makin
sedikit nutrisi yang didapat sehingga bagian tengah dari granuloma akan mengalami
kematian dan menyebabkan kista. 1,11
Tabel 1. Efek proses iflamasi yang berada pada jaringan periapikal dan gambaran
radiografi11
Fase Inflamasi Perubahan Inflamasi Gambaran Radiografi
Inflamasi Awal Eksudat berkumul di Pelebaran ruang ligamen
Akut ligamenperiodontal bagian periodontal kadang tidak terlihat
apikal disebut periodontitis pelebaran.
apikal.
Penyebaran Resorpsi dan destruksi pada Kehilangan gambaran radiopak
Inflamasi Awal soket tulang apikal sehingga lamina dura di apikal.
terbentuk abses periapikal.
Penyebaran Resorpsi tulang dan destruksi Gambaran radiolusen di apeks
Inflamasi Lanjut tulang alveolar apikal lanjut. karena kehilangan tulang pada
apeks gigi.
Inflamasi Kronis Destruksi minimal tulang Tidak terlihat perubahan minimal
Awal Fase Rendah apikal. dan hanya terlihat skerotik tulang
disekitar apeks gigi atau sclerosing
osteitis.
Inflamasi Kronis Tulang apikal diresorpsi Area radiolusen kehilangan tulang
Fase Lanjut kembali dan hancur dan di apeks, dikelilingi oleh tulang
membentuk granuloma atau sklerotik padat.
kista periapikal.

Gambar 1. Gambaran radiografi infeksi dan inflamasi pada jaringanapikalA. tidak


ada perubahan. B perubahan awal pada apikal- pelebaran ruang ligamen
periodontal yang radiolusen (periodontitis apikalis akut). C perubahan

Universitas Sumatera Utara


awal pada apikal, hilangnya lamina dura yang radiopak (awal periapikal
abses).11

Gambar 2. Gambaran radiografi infeksi dan inflamasi pada jaringan apikal. D


inflamasi akut meluas- diffuse, daerah yang tidak jelas dari radiolusen
pada apeks (periapikal abses). E inflamsi kronis fase rendah-
diffusedaerah radiopak di apeks (sclerosing osteitis). F inflamasi kronis
fase lanjutdaerah radiolusen yang dikelilingi tulang sklerotik
padat(periapikal granuloma atau kista radikuler)11

2.3 Periodontitis Apikalis


Periodontitis apikalis secara umum dibagi kepada dua yaitu periodontitis
apikalis akut dan periodontitis apikal kronis. Periodontitis apikalis akut disebut
sebagai periodontitis apikalis simtomatik. Penyebaran pertama dari inflamasi pulpa
ke jaringan periradikuler disebut periodontitis apikalis akut (PAA). Penyebab utama
terjadi periodontitis apikalis akut adalah disebabkan iritasi yang berdifus dari nekrosis
pulpa ke jaringan periapikal seperti bakteri, toksin bakteri, obat disinfektasi, dan
debris.12
Periodontitis apikalis akut pada umumnya menimbulkan rasa sakit pada saat
mengunyah. Sensitif terhadap perkusi merupakan tanda penting tes diagnostik. Tes
palpasi dapat merespon sensitif atau tidak ada respon. Jika periodontitis apikalis
merupakan perluasan pulpitis, maka akan memberikan respon terhadap tes vitalitas.
Jika disebabkan oleh nekrosis pulpa maka gigi tidak akan memberikan respon
terhadap tes vitalitas.12

Universitas Sumatera Utara


Gambaran radiografi terlihat adanya penebalan ligamen periodontal.
Periodontitis apikalis juga terkait dengan eksudasi plasma dan perpindahan sel-sel
inflamasi dari pembuluh darah ke jaringan periapikal. Hal ini menyebabkan
kerusakan pada ligamen periodontal dan resopsi tulang alveolar.13&14
Periodontitis apikalis kronis merupakan inflamasi yang berjalan tanpa ada
gejala. Periodontitis apikalis kronik timbul akibat nekrosis pulpa dan biasanya
diawali dengan peridontitis apikalis akut. Tes perkusi memberi respon non sensitif,
sedangkan untuk tes palpasi memberikan respon non sensitif. Hal ini menunjukan
keterlibatan tulang kortikol dan terjadi perluasan lesi ke jaringan lunak. Lesi
periodontitis apikalis kronis diklasifikasikan sebagai granuloma atau kista.12
Secara radiografis periodontitis apikalis kronis menunjukan perubahan
gambaran dasar radiolusen periapikal. Perubahan berawal dari penebalan ligamen
periodontal dan resorpsi lamina dura kemudian terjadi desturksi tulang periapikal.
Gambaran radiografis pada periodontitis apikalis kronis dapat berupa granuloma atau
kista.1&15

2.3.1 Granuloma Periapikal


Merupakan bentuk lebih lanjut dari periodontitis apikal yang ditandai dengan
pertumbuhan jaringan granulomatous(jaringan peradang kronis) yang berasal dari
pulpa yang mati. Pulpa yang mati disebabkan karies gigi, restorasi yang dalam dan
gigi yang mengalami trauma.14 Perkembangan suatu granuloma adalah matinya
pulpa,diikuti oleh suatu infeksi ringan atau iritasi jaringan periapikal yang
merangsang suatu reaksi selular produktif. Granuloma periapikal mungkin tetap aktif
selama jangka waktu yang lama, tapi kesetimbangan dapat terganggu setiap saat
disebabkan migrasi dari flora mikroba. Bakteri kemudian dapat bermigrasi dari kanal
ke dalam jaringan periapikal dan peradangan kronis menjadi sebagai abses apikalis
kronis.13
Pada pemeriksaan radiografik tampak area radiolusen dengan batas jelas
pada apeks akar gigi dan terlihat kehilangan lamina dura. Periapikal granuloma
memperlihatkan bulatan radiolusen dan dibatasi membran periodontium.15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Gambaran radiografi granulomaperiapikal14

2.3.2 Kista Periapikal


Kista periapikal merupakan respon peradangan kronis dari jaringan periapeks
yang berkembang dari lesi kronis. Kista ini berisi cairan yang dikelilingi dengan
jaringan granuloma.16 kista periapikal disebut juga dengan kista radikuler, kista
periodontal apikal. Kisa radukuler adalah kista yang berasal dari poliferasi sisa- sisa
epitel malassez yang dipicu oleh reaksi inflamasi sebagai bentuk pertahanan tubuh
terhadap invasi bakteri.13 kista perapikal berkembang dari granuloma di periapikal
yang sudah ada sebelumnya yang mengalami inflamsi kronik di jaringan granulasi
apeks dari gigi yang non vital. 15
Pada pemeriksaan radiografi terdapat area radiolusen, kadang-kadang
klasifikasi dystrofi mungkin berkembang lama di kista, jarang distribusikan dan
partikular radio kapasitas kecil. Gambaran radiograf kista periapikal menunjukan lesi
dengan batas kortikol.1

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6. Gambaran radiografikista periapikal14
2.4 Condensing Osteitis
Condensing osteitis adalah sebuah varian dari periodontitis apikalis kronis
(asimtomatik) yang menunjukan adanya peningkatan tulang trabekula sebagai
respons terhadap iritasi yang persisten. Penyebaran iritan dari saluran akar ke jaringan
periradikuler merupakan penyebab utama condensing osteitis. Lesi ini biasanya
ditemukan disekitar apeks gigi posterior mandibula, suatu tanda kemungkinan
adanya inflamsi pulpa atau nekrosis. Walaupun begitu, condensing osteitis dapat
terjadi di sekitar apeks pada gigi mana pun. Condensing osteitis mungkin
asimtomatik atau menimbulkan nyeri.12
Gambaran radiograf terlihat tulang periapikal kelihatan lebih radiopak dari
tulang normal dan terdapat pelebaran ligamen periodontal.15

Gambar 7. Gambaran radiografi condensing osteitis14

2.5 Abses Apikalis


Abses apikalis dapat disebabkan metabolik toksik dari pulpa nekrotik yang
keluar dari ujung akar yang mendorong terjadi reaksi inflamasi pada ligamen
periodontal dan tulang pendukungnya, reaksi inflamsi yang sebagian besar terdiri dari
limfosit yang dicampur dengan neutrofil polimonrfonuklear, tergantung pada tingkat
keparahan respon, neutrofil dapat terbentuk menjadi nanah dan menghasilkan abses
periapikal .11
Abses apikalis ditandai dengan ketidaknyamanan dan nyeri, adanya
pembentukan nanah dan pembengkakan. Abses apikalis disertai dengan
manifestasisistemik seperti meningkatnya suhu tubuh, malaise, dan leukositas. Tes
perkusi abses apikalis akan menghasilkan respon yang sangat sensitive, tes palpasi
akan merespon sensiitf. Sedangkan tes vitalitas tidak memeberikan respon.Gambaran

Universitas Sumatera Utara


radiografis abses apikalis, terlihat penebalan pada ligamen periodontal dengan lesi
pada jaringan periapikal.15

Gambar 8. Gambaran radiografi abses apikalis15

2.6Radiografi Intraoral
Radiografi intaoral adalah suatu teknik pemotretan dengan reseptor
diletakkan di dalam mulut pasien.10 Adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan
struktur disekitarnya dan pemeriksaan intra oral adalah pokok dari dental radiografi.
Tipe – tipe radiografi intra oral meliputi radiografi periapikal, radiografi bitewing dan
oklusal.17

2.6.1 Radiografi Periapikal


Radiografi periapikal menjelaskan teknik intraoral dirancang untuk
menunjukan gigi individu dan jaringan di sekitar apeks. Setiap film biasanya
menunjukan 2-4 gigi dan memberikan informasi rinci tentang gigi dan tulang alveolar
sekitarnya.11 Dosis efektif pemeriksaan rutin gigi pada radiografi periapikal adalah
0,001-0,008 mSv yaitu dosis yang relatif kecil dan tidak berbahaya untuk tubuh. Efek
samping yang dapat terjadi dari radiograf periapikal adalah muntah,kekelahan dan
kehilangan nafsu makanan. Ukuran film pada radiografi periapikal ada dua tipe, yaitu
untuk anak-anak dan dewasa. Ukuran film untuk anak-anak ada dua jenis yaitu
ukuran 0 (22 mmx35 mm) dan ukuran 1 (21 mmx40 mm), dan untuk orang dewasa
digunakan ukuran 2 (30,5 mmx40,5 mm).15
Indikasi untuk radiografi periapikal yaitu untuk perawatan endodontik
melihat adanya infeksi atau inflamasi pada daerah apikal gigi, untuk melihat ada atau

Universitas Sumatera Utara


tidaknya kelainan posisi pada gigi yang belum tumbuh, dan untuk evaluasi secara
menyeluruh pada kista apikal dan lesi lainya pada tulang alveolar.11
2.6.1.1 Teknik Paralel
Teknik paralel dikenal sebagai extension cone paralleling, right
angletechnique, long cone technique, dan true radiograph. Kelebihan teknik parallel
merupakan teknik yang ideal karena menggunakan film holder sehingga lebih stabil
di dalam mulut.11
Prinsip yang dilakukan pada teknik parallel dilakukan dengan menepatkan
film sejajar dengan aksis panjang gigi untuk menjaga agar film tetap sejajar dengan
aksis panjang gigi dengan menggunakan film holder. Setelah film dan aksis panjang
gigi sejajar, pusat sinar-x diarahkan tegak lurus dengan gigi dan film. Teknik yang
dilakukan dengan benar akan memiliki kelebihan seperti menghasilkan gambar yang
jelas sesuai dengan ukuran gigi sesungguhnya, distrosi kecil, mudah untuk
diinterpretasi. Tetapi teknik parallel ini memiliki kekurangan seperti sulit meletakkan
film holder, terutama pada anak- anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil, dan
dipengaruhi keterampilan operator dalam pemakaian film holder karena kurang
nyaman bagi pasien yang sensitif jika jaringan mukosa pada dasar mulut.18
Pada pengambilan gambar molar mandibula, film ditempatkan pada film
holder dengan orentasi horizontal. Molar kedua terletak pada tengah film dengan
sinar tegak lurus pada pusat film. Arah titik dating terletak pada bagian bawah sudut
mata bagian luar ke daerah tengah mandibula. Kontak antara molar harus terbuka dan
daerah distal molar ketiga harus terlihat meskinpun gigi tidak ada. Hati-hati dalam
penempatan film karena tepi yang tajam dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada
dasar mulut yang sensitif.1
Teknik paraleling memiliki kelebihan yaitu meghasilkan gambar yang akurat
secara geometris dengan sedikit pembesaran, menggambarkan jaringan periapikal
secara akurat dengan sedikit pemedekatan atau elongasi, melihat keseluruhan
mahkota gigi dapat teramati dengan baik, sehingga karies proksimal dapat terdeteksi,
posisi relatif dari film, gigi dan arah sinar tidak dipengaruhi oleh posisi kepala
pasien.11

Universitas Sumatera Utara


Teknik paraleling memiliki kekurangan, yaitu posisi film untuk pengambilan
ronsen foto untuk gigi posterior, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien,
sering memicu refleks muntah (gagging), tidak dapat diterapkan pada pasien dengan
palatum yang datar atau dangkal, gambaran pada bagian apikal dari akar gigi
terkadang muncul sangat dekat dengan tepi film, dan film holder harus terbuat dari
bahan yang dapat disterilisasi dan hanya dapat digunakan sekali pakai.1

Gambar 10. Radiografi periapikal teknik parallel11

2.6.1.2 Teknik Bisekting


Teknik bisektris dikenal juga dengan bisecting angle techinique, bisection of
the angle technique dan short cone technique. Prinsip pada bisecting technique
menggunakan prinsip geometri, film harus diletakkan sepanjang permukaan
lingual/palatal dari gigi, bidang film aksis panjang film tidak diperlukan karena
pasien dapat memegang film dengan menggunakan jari.17
Teknik bisektris memiliki kelebihan, yaitu posisi film tidak menggangu
kenyamanan pasien, dimanapun regio yang diamati, mudah dan cepat dalam posisi,
panjang gigi pada gambar sama dengan panjang gigi sebenarnya bila sudut yang
dibentuk benar, sehingga ini cukup adekuat untuk tujuan diagnostik, meskipun tidak
ideal.11
Teknik bisektris memiliki kekurangan, yaitu gambar yang dihasilkan dapat
mengalami distorsi karena angulasi vertikal yang kurang tepat dapat menghasilkan
gambar yang elogasi maupun memmendek, angulasi horizontal yang kurang tepat
dapat menghasilkan gambar yang overlapping antara mahkota dan akar gigi, akar
bukal gigi premolar dan molar maksila terlihat pendek pada gambar.11

Universitas Sumatera Utara


Gambar 11. Radiografi periapikalteknik bisektris11

2.6.2 Radiografi Bitewing


Teknik bitewing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan
permukaan gigi yang meliputi crown, daerah interproksimal dan crest alveolar
maksila dan mandibula dalam film yang sama. Selain itu, radiografi oklusal berguna
untuk mendeteksi karies interproksimal (terutama karies dini) dan crest alveolar
antara 2 gigi. Dosis radiografi bitewing adalah 0,001-0,008mSv.17

2.6.3 Radiografi Oklusal


Teknik oklusal digunakan untuk pemeriksaan di daerah maksila atau
mandibula. Radiografi oklusal memiliki tujuan yang berguna untuk melihat lokasi
akar gigi, lokasi supernumerary, gigi yang tidak erupsi, gigi yang impaksi, untuk
melihat keadaan salivary stone di kelenjar submandibular, untuk mengevaluasi
perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan di mandibular atau di maksila,
untuk mengevaluasi basis sinus maksilaris, pemeriksaan cleft palate, dan mengukur
perubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula. Prinsip radiografi
oklusal yaitu film diletakkan di dalam mulut antara permukaan oklusal maksila dan
mandibula. Film tersebut distabilkan dengan menggigit permukaan film tersebut.
Dosis pada radiografi oklusal adalah 0,008mSv.17

Universitas Sumatera Utara


2.7 Kerangka Teori

Nekrosis pulpa Radiografi Intra Oral

Lesi Periapikal Radiografi Periapikal

Periodontitis Periodontitis Kista Condensing Abses


Apikalis Akut Apikalis Kronis Osteitis
• Granuloma
• Kista

Universitas Sumatera Utara


2.8 Kerangka Konsep

Nekrosis Pulpa

Lesi Periapikal

Radiografi Periapikal

Periodontitis Periodontitis Apikalis Condensing Abses


Apikalis Kronis
Osteitis
Akut • Granuloma
• Kista

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui prevalensi
gambaran lesi periapikal sebelum perawatan endodontik di RSGM FKG USU.
Deskriptif adalah penelitian yang merupakan gambaran objek atau subjek yang
diteliti sesuai dengan apa adanya. Fungsi deskriptif adalah untuk memberikan
gambaran umum tentang data yang telah diperoleh.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di instalasi konservasi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara karena pasien yang menderita nekrosis pulpa umumnya
dirujuk ke instalasi konservasi. Pengambilan foto radiografi periapikal untuk
penelitian dilakukan di Instalasi Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Rumah Sakit
Gigi Dan Mulut yang berada di Sumatera Utara karena merupakan satu-satunya
rumah sakit pendidikan di Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
Desember 2016.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu seluruh radiografi
periapikal pasien yang datang ke Instalasi Konservasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
FKG USU yang telah didiagnosa nekrosis pulpa oleh mahasiswa kepaniteran klinik
yang telah disetujui dokter Konservasi.

Universitas Sumatera Utara


3.3.2 Sampel
Sample penelitian adalah radiografi periapikal pasien data sekunder yang
16
memiliki lesi periapikal yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
Metodepengumpulan sample menggunakan accidental sampling.

1. Kriteria inklusi
a. Pasien umur 30-40 yang di diagnosa nekrosis pulpa.
b. Memiliki lesi periapikal.
c. Yang belum melakukan perawatan.
2. Kriteria eksklusi
a. Apeks akar yang fraktur.
b. Gigi yang sudah dilakukan perawatan endodontik.
c. Gigi yang sudah resorpsi akar
3. Besar sampel
Besar sampel yang ditentukan menggunakan rumus:
𝑍𝑍𝛼𝛼 2 𝑃𝑃 𝑄𝑄
𝑛𝑛 =
𝑑𝑑2

Keterangan :
n = Besar sample
Z𝛼𝛼 = deviasi baku alfa = 1,96
P = proporsi penelitian sebelumnya = 0,59 = 5,9%
Q = 1- P= 1-0,59 = 0,41
D = absolute precision = 16% = 0,16
Sehingga,
(1,96)2 . 0,59 .0,41
n=
(0,16)2

0,9293
n=
0,0256

Universitas Sumatera Utara


n = 26 ≈ 30
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1 VariabelPenelitian
Prevalensi gambaran lesi periapikal pada pasien yang melakukan perawatan
endodontik di RSGM FKG USU.

3.4.2 Definisi Operasional


Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Hasil Skala
Penelitian Operasional Pengukuran Pengukuran Ukur
Abses Abses dengan Pemeriksaan 1. Ya Ordinal
gambaran Radiografi 2. Tidak
radiolusen diffuse, Periapikal
disertai hilangnya
ligamen periodontal
di lamina dura, dan
adanya penebalan
ligamen periodontal
Granuloma Granuloma dengan Pemeriksaan 1. Ya Ordinal
gambaran Radiografi 2. Tidak
radiolusen bulat di Periapikal
apikal lesi
Kista dengan Pemeriksaan 1. Ya Ordinal
Kista gambaran Radiografi 2. Tidak
radiolusen bulat Periapikal
berbatas jelas dan
radiopak pada
apikal gigi,yan
disertai hilangnya
ligamen periodontal
di lamina dura
Condensing Condensing osteitis Pemeriksaan 1. Ya Ordinal
osteitis dengan gambaran Radiografi 2. Tidak
radiolusen di apeks Periapikal
berbatas jelas dan
radiopak

Universitas Sumatera Utara


3.5 Alat Penelitian
Alat
Alat – alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Laptop merek Asus
2. Kamera digital
3. Viewer Box
4. Alat tulis

3.6 Prosedur Penelitian


1. Menyeleksi sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi pada pasien
yang sudah didiagnosa dan akan melakukan perawatan endodontik.
2. Menyeleksi gambaran radiografi periapikal pasien (data sekunder)yang
dapat diinterpritasi untuk dilihat lesi periapikalnya
3. Melakukan reproduksi radiograf periapikal sampel untuk disimpan dalam
bentuk digital.
4. Melakukan evaluasi radiografi untuk melihat lesi periapikal apakah abses,
granuloma atau kista di atas viewer box.
5. Mencatat data untuk dihitung prevalensinya.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


3.7.1 Pengolahan Data
1. Identifying, yaitu mengenal pasti hasil penelitian yang telah diperoleh
2. Entry data, yaitu kegiatan memasukkan data dalam komputer untuk
dilakukan analisa dengan uji statistik deskriptif dengan menyajikan data dalam
bentuk frekuensi dan presentase
3. Tabulating, yaitu proses menghintung setiap variabel berdasarkan
kategori yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


3.7.2 Analisis Data
Untuk melihat analisis dari hasil radiograf tersebut, maka dilakukan analisis
dengan uji statistik deskriptif.

3.8 Etika Penelitian


3.8.1 Informed Consent
Penelitian meminta izin dan menjelaskan tujuan dari penelitian kepada pasien
Instalasi Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang
termasuk kriteria inklusi untuk meminta agar berpartisipasi dalam penelitian. Bagi
responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan
penelitian.

3.8.2 Ethical Clearence


Penelitian ini mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Sumatera
Utara (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat
822/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2016.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini mengenai prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal


sebelum perawatan endodontik di RSGM USU. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Desember 2016 hingga Januari 2017. Prosedur penelitian ini melihat lesi periapikal
pada gambaran radiografi periapikal dengan bantuan viewer box. Sampel penelitian
adalah radiografi periapikal pasien data sekunder yang memiliki lesi periapikal yang
sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30
sampel.

4.1 Prevalensi Karakteristik Sampel dari Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian laki-laki mengalami lesi periapikal dengan
prevalensi 56.7%.
Tabel 1. Prevalensi Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik Sampel
Penelitian
Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin

Laki-laki 17 56.07.00
Perempuan 13 43.03.00

4.2 Prevalensi Rahang yang Terkena Lesi Periapikal


Berdasarkan hasil penelitian maksila terdapat lesi periapikal dengan
prevalensi 80%.
Tabel 2. Prevalensi Rahang Gigi yang Terkena Lesi Periapikal
Jenis Rahang Gigi Jumlah Persentase (%)
Maksila 23 76.7
Mandibula 7 33.3

Universitas Sumatera Utara


4.3 Prevalensi Gambaran Radiografi Lesi Periapikal Dilihat Melalui
Gambaran Radiografi Periapikal di RSGM USU
21
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 20 lesi periapikal abses dengan
prevalensi 64.5%.
Tabel 3. Prevalensi gambaran radiografi lesi periapikal malalui gambaran radiografi
periapikal di RSGM USU.
Kasus Kelainan Jumlah Persentase%
Periapikal
Abses 20 66.7
Granuloma 10 33.3
Kista - -
Condensing Osteitis - -

4.4 Prevalensi Elemen Gigi yang Terkena Lesi Periapikal


Elemen gigi yang paling banyak terdapat lesi periapikal adalah elemen gigi 11
dan 21 dengan persentase 25.8%.
Tabel 4. Prevalensi Elemen Gigi yang Terkena Lesi Periapikal.

Elemen Gigi yang Terkena Lesi


Jumlah Presentase%
Periapikal
12 1 40.00.00
11 7 23.3%
42 1 3.2%
21 8 25.8%
47 1 3.2%
22 1 43.3%
46 1 3.2%
36 1 3.2%
41 2 6.5%
24 1 3.2%
12 4 12.9%
13 1 3.2%
Total 31 100.00.00

Universitas Sumatera Utara


4.5Gambaran Radiografi Lesi Periapikal

A B

A. Lesi periapikal abses kelihatan radiolusen diffuse dengan batas yang tidak
jelas pada apeks gigi 46. B. Lesi periapikal granuloma kelihatan tampak
radiolusen dengan batas tepi yang kadang terlihat jelas pada gigi 21.
(Dokumentasi pribadi)

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil radiografi periapikal pasien data


sekunderyang memiliki lesi periapikal di Instalasi Konservasi RSGM USU dengan 30
sampel. Pengamatan ini dilakukan untuk melihat jenis lesi periapikal yang terdapat
pada setiap elemen gigi. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh prevalensi lesi
periapikal lebih banyak pada laki-laki dibandingan perempuan yaitu 17 laki (56.7%)
dan 13 perempuan (43.3%). Gbadebo (2014) mengatakan prevalensi lesi periapikal
18
banyak ditemukan pada laki dibandingkan perempuan yaitu laki sebanyak 35%.
Layya Safi (2008) juga menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam terjadinya lesi
periapikal antara dua jenis kelamin.19
Pada tabel 2 terlihat bahwa prevalensi lesi periapikal lebih banyak ditemukan
pada rahang atas yaitu sebanyak 76.6%. Hal ini sejalan dengan Ao Akinyamaju
(2014) yang menemukan bahwa prevalensi lesi periapikal lebih banyak pada rahang
atas dengan 56.9%.20 Hal ini mungkin disebabkan trauma dan karies gigi yang lebih
rentan terjadi pada rahang atas yang dapat menyebabkan nekrosis pulpa yang dapat
berlanjut sehingga menimbulkan lesi.21 Salah satu yang menyebabkan karies lebih
banyak ditemukan pada maksila karena self-cleansing pada mandibular lebih banyak
dibandingkan maksila.22
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 lesi periapikal yang paling banyak
dijumpai adalah abses dengan prevalensi 66,7%. Vier dkk di Brazil menunjukan
prevalensi lesi periapikal abses pada penelitian yang paling banyak dijumpai yaitu
sebanyak 63.7%.23 Umumnya abses periapikal dapat disebabkan metabolik toksik dari
pulpa nekrotik yang keluar dari ujung akar yang mendorong terjadi reaksi inflamasi
pada ligamen periodontal dan tulang pendukungnya. Efek inflamasi tersebut
mengelilingi tulang cancelleous, menstimulasi pembentukan tulang, menghasilkan
pola sklerotik dan resorpsi tulang sehingga terlihat gambaran radiolusen.11 Ruang

Universitas Sumatera Utara


24
ligamen periodontal pada lesi akan melebar disekeliling apikal akar dan terjadi
kehilangan lamina dura di apikal.15Debora (2003) mengatakan bahwa pada radiografi
lesi periapikal abses, kelihatan ruang ligamen periodontal dalam batas normal dan
kelihatan sedikit menebal ke radilolusen periapikal yang besar.24
Pada tabel 3 terlihat hanya 12 elemen gigi yang terkena lesi periapikal dan
masing-masing gigi memiliki lesi periapikal yang berbeda yang diinterpritasi melalui
radiografis.Elemen-elemen gigi yang terkena lesi periapikal merupakan gigi 12, 11,
42, 21, 47, 22, 46, 36, 41, 24, 12 dan 13.Frekuansi gigi yang terdapat lesi periapikal
yang paling tinggi adalah gigi 11 dan 21. Hasil penelitian ini sesuai dengan peneliti
Gbadebo,yang mengatakan lesi periapikal lebih banyak ditemukan pada insisivus atas
maksila yaitu dengan prevalensi 68.4%.Prevalensi lesi periapikal lebih ditemukan
pada insisivus disebabkan karena kebanyakan yang terlibat dalam trauma domestik
atau kecelakan lalu lintas, olaraga dan lain-lain.18 Ramanpreet et al mengatakan
bahwakebanyakan lesi terjadi pada gigi anterior rahang atas ditimbulkan oleh
trauma morphologi dan lokasinya posisi gigi di rahang atas menyebabkan fraktur
hingga pulpa terbuka dan merupakan gigi permanen yang tumbuh awal sehingga
dapat terjadi kerusakan lebih dahulu dibandingkan dengan gigi lain. Gigi anterior
rahang atas memiliki kamar pulpa yang dekat dengan permukaan luar gigi sehingga
apabila terdapat karies akan lebih cepat mencapai pulpa dan berlanjut ke area apikal
dan ini yang mengakibatkan terjadi nekrosis pulpa lebih cepat pada anterior
dibandingkan gigi posterior.21

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Prevalensi lesi periapikal yang diperoleh pada penelitian ini paling banyak
adalah abses yaitu sebesar 64.5% dan diikuti granuloma 32.3% dan kista sebanyak
3.2%.

6.2 Saran
1. Dibutuhkan penelitian yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar
di Instalasi Konservasi dan dibandingkan dengan histopatologi agar diperoleh hasil
yang akurat.
2. Perlu memberikan edukasi pada pasien yang datang ke Instalasi
Konservasi bahwa harus dilakukan pemeriksaan radiografik untuk melihat ada tidak
lesi sebelum melakukan perawatan untuk mendapatkan perawatan yang lebih tepat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

26

1. White SC, Pharoah MJ, Oral radiology principle and interpretation. 6th ed. St
Louis: 2009: 309-45.
2. Sabarina D, Anne R. Frequensi dan distrubusi lesi periapikal berdasarkan elemn
gigi, lokasi, kelainan, jenis kelamin dan ukuran lesi. Dept Oral Maxillofacial
Surgery. Sept 2007 ; 12(8): 585.
3. Sood N, Maheshwari N, Gothi Rajat. Treatment of large periapical cyst like
lesion: a noninvasive approach: a report of two cases. Int J Clinical Ped Dent.
May –Augustus 2015; 8(2):133.
4. Venugopal P, Kumar a, Jyothi KN. Successful healing od periapical lesion with
non surgical endodontic approach. J Dent Sci Res 2011; 2:1.
5. Estrela C, Leles CR, Hollanda AC, Moura MS, Pecora JD. Prevalence and risk
factor of apical periodontitis in endodontically treated teeth in a selected
population of Brazilian adults. Braz Dent J. 2008; 19(1): 37.
6. Mukhaimer R, Hussein E, Orafi I. Prevalence of apical periodontitis and quality
of root canal treatment in an adult Palestinian sub- population. Saudi Dent J.
2012; 24: 150-153.
7. Farhadi F, Sina SM, Zarandi A. Using Periapical radiography to differentiate
periapical granuloma and radicular cysts. Avicenna J Dent Res. June 2015; 8(2):3.
8. Block RM, Bushella, Rodrigues H, Langeland K. A histopathologic,
histobacteriologic and radiographic study of periapical endodontic surgical
specimens. Oral Surg. 1976. 678.
9. Enriquez FJJ, Vieyra JP, Ocampo FP. Relationship between clinal and
histopathologic findings of 40 periapical lesion. Open Acess J. 2015; 5(2): 1.
10. Sitam PD. Radiografi periapikal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2012. 6-10.
11. Whaites E. Essentials of dental radiography and radiology. 4th ed. London:
Churchill Livingstone Elsevier; 2003. 75-100.

Universitas Sumatera Utara


12. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip & praktik ilmu endodonsia 3th ed.
Sumawinata N. Jakarta: Buku Kedoktoran EGC; 2003. 31-53.
13. Chandra S, Gopikrishna V. Grossman’s endodontic practice. 13th ed. India:
Wolter Kluwer ; 2014: 112-143.
14. Abbot PV. Classification, diagnosis and clinical manifestations of apical
periodontitis. Endodontic Topics: Blackwell Munksguard. Australia. 2004; 8: 36-
48.
15. Ingle JI. Pdo endodontics. Hamilton: Bc decker; 2005.9-30.
16. Taringan R, Taringan G. Perawatan pulpa gigi. 3 ed. Jakarta: Buku Kedoktoran
EGC; 2012. 3-40.
17. Boel T. Dental radiografi prinsip dan teknik. Medan: Usu Press; 2009. 20.
18. Gbadebo SO, Akinyamoju AO, Sulaiman AO. Periapical Pathology: Comparison
Of Clinical Diagnosis And Histopatological Findings. J West African Col Surg.
July-September 2014; 4(3): 81-83.
19. Safi L, Azar RM, Akbary R. A twenty- year survey f pathologic reports of two
common types of chronic periapical lesion on Shiraz Dental School. JODD.
22/04/2008; 2:63.
20. Akinyamoju AO, Gbadebo SO, Adeyemi BF. Periapical lesion of the jaw: a
review of 104 cases in Ibadan. Ann Ibadan Post Med. Desember; 12(2): 115.
21. Mappangara S, Tajrin A, Fatmawati. Kista radikuler dan kista dentigerous. Kis
rad. 2007; 1-2: 3.
22. Baqar A, Mirza D, Ahmed S, Hakeem S. Pattern of missing teeth in patients seen
in prosthodontic department in a teaching hospital Karachi. Pakistan oral & Dent
J. June 2014; 34(2): 368.
23. Vier FV, Figueiredo JAP. Prevalence of different periapical lesions associated
with human teeth and their correlation with the presence and extension of apical
external root resorption. Int Endo J. 2002; 35: 710.
24. Matthews DC, Sutherlands S, Basrani B. Emergency management of acute apical
abscess in the permanent dentition: a systematic review of the literature. J Can
Dent Assoc. November 2003; 69(10): 660.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN


Selamat pagi Saudara.
Perkenalkan, nama saya Priashini Raghawan. Saya adalah mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang malakukan penelitian di
instalansi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM FKG USU dengan judul “Prevalensi
Gambaran Radiografi Lesi Periapikal Sebelum Perawatan Endodontik di
RSGM FKG USU”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapakah persentase gambaran lesi
periapikal pada penderita yang gigi mengalami infeksi pada akar yang melakukan
perawatan di RSGM. Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi klinis
bagi dokter gigi dalam rencana perawatan, dapat menjadi data awal penelitian
selanjutnya di lingunkungan FKG, dan dapat menjadi bahan edukasi bagi masyarakat
sebagai informasi mengenai gigi berlubang yang mengalami infeksi dapat dilihat
menggunakan radiografi periapikal. Penelitian ini bermanfaat bagi saudara karena
saudara dapat mengetahui bahwa gigi yang belubang sudah mengalami infeksi dan
harus segera dilakukan perawatan. Saudara akan dilakukan pemeriksan rosen foto
periapikal di Instalasi Radiologi Kedoktoran Gigi RSGM FKG USU. Penelitian ini
menggunakan radiografi periapikal dengan dosis radiasi yang kecil yaitu 0,001-0,008
mSv. Pengambilan radiografi periapikal di lakukan di Instalasi Radiologi Kedokteran
Gigi RSGM FKG USU dengan waktu kira-kira 5 menit dan pengambilan radiografi
periapikal dilakukan pada pasien yang mengalami kematian pulpa dan jumlah subjek
peneliti adalah sebanyak 30 orang. Dosis radiasi sangat kecil sehingga tidak akan
menimbulkan efek negatif terhadap saudara.Jika terdapat efek samping seperti
muntah, kelelahan atau kehilangan nafsu makanan yang diduga berhubungan dengan
penelitian ini, saya akan berhenti pengambilan ronsen foto dan saudara tidak akan
dipaksakan, saudara akan dibawa ke rumah sakit untuk berobat dan diberikan obat,
dan saya akan membiayai biaya pengobatannya. Setiap data yang ada dalam

Universitas Sumatera Utara


penelitian ini akan dirahsiakan dan digunakan untuk kepentingan
penelitian.Partisipasi Ibu/Bapak di penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan.
Pada penelitian ini Saudara tidak dikenakan biaya apapun dan mendapat
souvenir sebagai ucapan terima kasih dan apabila saudara membutuhkan penjelasan
atau mengalami keluhan berhubungan dengan penelitian ini, maka dapat menhubungi
saya:Priashini (081394343764). Alamat Jl. Dr. Mansyur Jl Pembangunan No110
Jika saudara bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian
terlampir harap ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan
kepada saya sebagai peneliti. Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitiaan ini
kapan saja selama penelitian ini berlangsung.
Mudah-mudahan keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2016

Priashini Raghawan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang keuntungan,


risiko dan hak-hak saya sebagai sujek penelitian yang berjudul:
“Prevalensi Gambaran Radiografi Lesi periapikal Sebelum Perawatan
Endodontik Di RSGM FKG USU”

maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ..............................................................
Alamat : ..............................................................
No. Telepon/HP : ..............................................................

dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam


penelitian tersebut diatas. Saya berhak mengundurkan diri dari penelitian apabila saya
merasa dirugikan.

Medan, .........................2016

Menyetujui,
Subjek Penelitian

(.................................................)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN


Waktu Penelitian
April Maret Juni
No Kegiatan
2015 2015 2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Revisi Proposal
4 Pengurusan Surat Izin
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan dan Analisis Data
7 Penyusunan Laporan

Universitas Sumatera Utara


WaktuPenelitian
No. Kegiatan Agustus 2016 Srptember 2016 Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Poposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan data
PengolahandanAnalisis
6.
Data
7. PenyusunanLaporan

Universitas Sumatera Utara


WaktuPenelitian
No. Kegiatan Januari 2017 Februari 2016 Maret 2017 April 2017 Mei 2017
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Poposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan data
PengolahandanAnalisis
6.
Data
7. PenyusunanLaporan

Universitas Sumatera Utara


Waktu Penelitian
juni juli Augustus
No Kegiatan 2017 2017 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Revisi Proposal
4 Pengurusan Surat Izin
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan dan Analisis Data
7 Penyusunan Laporan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

PREVALENSI GAMBARANRADIOGRAFI LESI PERIAPIKAL SEBELUM


PERAWATAN ENDODONTIK DI RSGM FKG USU

Besar biaya yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebesar empat juta
enam ratus tujuh puluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut:
Alat-alat : Rp 250.000,00
Biaya penjilitan dan penggandaan laporan : Rp 250.000,00
Biaya Transportasi : Rp 200.000,00
Biaya sovenior : Rp 400.000,00
+
Jumlah : Rp 900.000,00

Biaya penelitian ditanggung sendiri oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Frequency table

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 17 56.7 56.7 56.7
Perempuan 13 43.3 43.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19.00 3 10.0 10.0 10.0
20.00 4 13.3 13.3 23.3
21.00 1 3.3 3.3 26.7
22.00 3 10.0 10.0 36.7
23.00 1 3.3 3.3 40.0
24.00 1 3.3 3.3 43.3
25.00 2 6.7 6.7 50.0
26.00 1 3.3 3.3 53.3
27.00 2 6.7 6.7 60.0
28.00 1 3.3 3.3 63.3
30.00 1 3.3 3.3 66.7
31.00 1 3.3 3.3 70.0
32.00 1 3.3 3.3 73.3
42.00 1 3.3 3.3 76.7
43.00 1 3.3 3.3 80.0
44.00 1 3.3 3.3 83.3
47.00 1 3.3 3.3 86.7
48.00 2 6.7 6.7 93.3
49.00 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Elemen Gigi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Gigi 11 7 23.3 23.3 23.3
Gigi 11 dan Gigi 1 3.3 3.3 26.7
12
Gigi 12 4 13.3 13.3 40.0
Gigi 12 dan Gigi 1 3.3 3.3 43.3
22
Gigi 14 1 3.3 3.3 46.7
Gigi 21 8 26.7 26.7 73.3
Gigi 22 1 3.3 3.3 76.7
Gigi 31 1 3.3 3.3 80.0
Gigi 36 1 3.3 3.3 83.3
Gigi 41 2 6.7 6.7 90.0
Gigi 42 1 3.3 3.3 93.3
Gigi 46 1 3.3 3.3 96.7
Gigi 47 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Lesi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Abses 20 66.7 66.7 66.7
Granuloma 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Jenis Rahang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid mandibular 7 23.3 23.3 23.3
maxillar 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15-25 Tahun 15 50.0 50.0 50.0
26-35 Tahun 7 23.3 23.3 73.3
16-45 Tahun 3 10.0 10.0 83.3
>45 Tahun 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

Curriculum vitae

Riwayat Peneliti

Nama : Priashini Raghawan

Tempat dan Tanggal Lahir : Malaysia,13 april 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Anak ke : 6 (enam) dari 6 (enam) bersaudara

Alamat : No110, Jalan Pembangunan Dr.mansyur kost pondok


asri .

No. Telp : 087748759486

Alamat e-mail : riya11@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2001-2006 : Sekolah kebangsaan Methodist

2007-2009 : Sekolah Menengah Bandar Damai Perdana

2010-2011 : Geomatika college

2012- sekarang : Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigi Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai