Anda di halaman 1dari 6

Nama : Asri Satriwidya Saleleubaja

Prodi : Pastoral Konseling


MK : Misiologi
Dosen : Dra. Oloria Malau, M.Th dan Cho Byung Joon

TEOLOGI PEKABARAN INJIL DAN PERJANJIAN BARU

Teologi Pekabaran Injil dari Perjanjian Baru (selain Injil-injil) tidak sulit untuk dibuktikan. Kita
hanya perlu mengingatkan diri kita akan kenyataan, bahwa Kisah Para Rasul merupakan catatan otentik
mengenai pekabaran Injil oleh para rasul dan gereja mulamula, dan bahwa semua surat kiriman ditulis
kepada gereja-gereja yang didirikan melalui usaha-usaha pekabaran Injil. Perjanjian Baru lebih cenderung
merupakan teologi yang operasional daripada teologi dalam penalaran dan konsep. Untuk membuktikan
teologi pekabaran Injil dalam Perjanjian Baru, orang tinggal menerima saja Perjanjian Baru apa adanya.
Jadi, Perjanjian Baru tidak menyajikan suatu teologi pekabaran Injil; tetapi ia adalah teologi Pekabaran
Injil, Bacalah Perjanjian Baru dari sudut pandang itu. Telah dianggap bahwa para rasul tidak memberi
prioritas yang tinggi terhadap penginjilan atau pekabaran Injil kepada dunia, karena tampaknya mereka
relatif sedikit berbicara tentang masalah itu dalam surat-surat kiriman mereka. Kenyataan bahwa semua
penulis Injil mengutipnya dalam bentuk yang satu maupun yang lain, jelas merupakan bukti bahwa
keberadaannya dan isinya sungguh dikenal secara universal. Yang horisontal mendominasi Kisah Para
Rasul, sedang yang vertikal mendominasi surat-surat kiriman.

Para Rasul mengerti betul arti penting pekabaran Injil melalui pengalaman-pengalaman mereka
sendiri. Mereka secara aktif meminta dukungan untuk gereja-gereja yang baru didirikan melalui upaya
penginjilan, meminta bantuan doa mereka, menerima sumbangan mereka, dan merekrut rekan-rekan
sekerja mereka nyaris hanya dari mereka. Mereka saling berbagi dalam keuniversalan secara praktis di
antara para rasul dan menjadi gereja-gereja yang misioner berdasarkan sifat, tujuan, panggilan dan
praktiknya. Di dalam Kitab Kisah Para Rasul kita melihat bagaimana para rasul bekerja, pertama sebagai
misionaris bagi bangsa mereka dan kemudian sebagai utusan-utusan Kristus kepada bangsabangsa di
dunia, kendatipun kita tidak memiliki catatan mengenai berbagai anggota dari jabatan rasul itu. Kehadiran
Roh Kudus dalam kehidupan para rasul membuat semua berbeda, karena Roh Kudus membentuk mereka
menjadi hamba Allah dan rasulrasul. Karena itu, kita dapat mengira bahwa teologi misioner mereka
memancar dari sumber yang dalam, dengan akar-akar pada kebenaran-kebenaran kekal yang menjadi
pengalaman mereka di dunia. Cita-cita agung pekabaran Injil yang menjadi bagian hidup serta yang
diajarkan oleh Kristus mengeluarkan buah-buahnya pada waktu yang ditentukan oleh Allah dan oleh
pelayanan penuh anugerah dari Roh Kudus.

PARA RASUL TERPUKAU OLEH TINDAKAN PENEBUSAN YANG AGUNG DAN


BERKUASA DARI ALLAH YANG BERAKAR DALAM NASIHAT-NYA YANG KEKAL

Tindakan yang telah terjadi dalam Kristus Yesus, orang Nazaret ini, telah dilaksanakan dalam
sejarah - sekarang ini, dalam ruang dan waktu. telah bertindak melalui mereka sesuai dengan maksud dan
rencana keselamatan-Nya yang penuh kasih karunia. Dengan nada yang sama Yohanes menulis, “Dalam
hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya
yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Jadi, Allah tidak kecewa karena Kristus
ditolak dan disalibkan, sebab rencana dan maksud-Nya tidak menjadi sia-sia. Karya penebusan Allah
tersebut terkait dan tidak dapat dipisahkan dengan Kristus. Bertahun-tahun kemudian Petrus menulis:
"Kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan
darah. Dalam Perjanjian Baru tidak ada kesaksian yang lebih tegas daripada Yohanes, yang mengatakan
bahwa Yesus adalah satusatunya Juruselamat.

Keselamatan adalah nyata "sekarang dan di sini" dalam pengalaman pribadi, yang menawarkan
pengampunan dan penyucian dosa serta menganugerahkan hidup kekal, sehingga keselamatan itu adalah
harta pada masa sekarang. Keselamatan menjunjung tinggi kuasa Roh Kudus yang bersifat mengubah,
mengajak manusia mengambil bagian dalam damai sejahtera, sukacita, kepastian, harapan, kesalehan dan
persekutuan dengan Allah melalui Kristus Yesus sebagai pengalaman-pengalaman masa sekarang dan
kekal. Keselamatan bukan sekadar "harapan yang tidak realistis." Yang paling pasti, sejarah tidak
mungkin menjelaskan sepenuhnya kepenuhan serta kekekalan dari keselamatan, tetapi sejarah juga tidak
dapat menghalangi keselamatan. Ini adalah Injil, kabar baik dari Allah di dalam Kristus Yesus. Kenyataan
masa kini dari keselamatan Allah dalam Kristus Yesus adalah tema utama dari Surat Ibrani. Lingkup yang
lengkap dari pemakaian Perjanjian Lama oleh gereja yang mula-mula diterangkan dengan sangat baik
oleh Injil Matius, di mana Matius sendiri adalah seorang rasul, Kitab Ibrani, dan khotbah-khotbah Paulus
di rumah ibadah Yahudi, seperti yang dicatat oleh Lukas dalam bagian kedua Kitab Kisah Para Rasul.

Para rasul memiliki keyakinan pasti bahwa Allah telah bertindak dalam keselarasan sempurna
dengan rencana-Nya yang mula-mula, sebagaimana yang disingkapkan dalam tulisan-tulisan Perjanjian
Lama. Keselamatan Allah melalui Kristus Yesus tersedia bagi semua orang, tetapi keselamatan itu harus
diperoleh oleh iman kepada Yesus Kristus yang dilakukan secara sadar dan sukarela. Bisa dicatat bahwa
iman adalah aspek positif sedang portobatan adalah aspek negatif dari hubungan yang hidup dan. Mereka
berusaha mempengaruhi orang untuk bertobat dari dosa-dosa mereka, kemudian percaya kepada Tuhan
Yesus Kristus. Bertobat adalah tugas dari setiap orang! Di satu sisi adalah orang-orang percaya yang
mengalami keselamatan Allah dalam Kristus; mereka adalah anak-anak Allah. Para rasul berusaha untuk
menggerakkan hati orang untuk berbalik dari dosa dan beriman kepada Kristus Yesus. Pertobatan dan
iman adalah cara yang telah ditetapkan oleh Allah untuk mendapatkan kekayaan rohani dalam Kristus
Yesus.

PARA RASUL DIDORONG DALAM USAHA MEMBERITAKAN INJIL OLEH KOMITMEN


UNTUK TAAT KEPADA TUHAN MEREKA

Para rasul mempunyai kemampuan rohani untuk membedakan tafsiran manusia dengan ilham dan
penyataan ilahi. Dengan sangat pasti para rasul menentang semua tradisi dan kebiasaan golongan Yahudi
ketika mereka menolak untuk menaati keputusan-keputusan mahkamah agung. Ketaatan adalah kata kunci
untuk mengerti pekerjaan para rasul; kata ini menjadi penting dalam perbendaharaan kata mereka. Kewajiban
ini mengisi seluruh kehidupan mereka dan mengikat mereka dalam ketaatan serta kesetiaan kepada Tuhan dan
Guru mereka.
PENGALAMAN AKAN KRISTUS YANG NYATA MEMOTIVASI PARA RASUL

Secara tak terbendung para rasul terilhami oleh cahaya pengalaman pribadi mereka akan Kristus,
yang hidup yang mendiami kehidupan mereka melalui Roh Kudus. Kenyataan Kristus, dalam pengalaman
manusiawi, menjadi milik mereka yang mulia; kenyataan itu adalah kekuatan penopang dan pendorong
mereka. Mereka mengetahui Kristus telah bangkit dari antara orang mati; Meskipun mereka telah
menyaksikan Dia naik ke surga dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka, mereka menyadari
kehadiran-Nya dalam kehidupan mereka. Bersama Paulus, mereka dapat menyatakan, "Kristus yang
hidup di dalam aku.” Pengalaman kristiani adalah sangat berarti dan dinamis bagi mereka. Dengan penuh
sukacita Petrus berseru, "Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah
kami lihat dan yang telah kami dengar." Berulang-ulang para rasul merujuk pada kebangkitan Kristus
Yesus. Pengalaman tentang Tuhan yang bangkit merupakan pengalaman yang tak terhapuskan, yang
mengubah, penuh sukacita, selalu menyegarkan, terus memberi ilham, memberi kemenangan yang mulia.
Dengan penuh keyakinan Yohanes menulis, "Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar,
yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan
tangan kami tentang Firman hidup. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami
beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Kemuliaan-Nya
tercermin dalam pengalaman-pengalaman mereka, yang bisa dilihat melalui kata mulia yang mereka
pakai berulang-ulang.

Jadi, ada penekanan kuat dan konsisten terhadap Roh Kudus dalam ajaran dan pengalaman-
pengalaman rasuli. Roh Kudus merupakan kekuatan dalam pelayanan mereka, dan dipenuhi Roh Kudus
adalah penting untuk pelayanan yang efektif dan berkenan daripada orang Kristen, kurang dari yang
normal, sebab Roh Kudus memberikan kehidupan, kekuatan, makna, pimpinan dan kemuliaan. Oleh
kehadiran-Nya dalam kehidupan mereka, maka kemuliaan Tuhan yang bangkit itu memancar dari para
rasul dan mendorong mereka dalam usaha pekabaran Injil.

VISI MISIONER PARA RASUL


PENYAJIAN MISIONER PALING LENGKAP

Penyajian misioner paling lengkap dilakukan Yohanes dalam kitab Wahyu, di mana Allah secara
dramatis hadir sebagai Allah dari semesta alam - Allah seluruh bumi dan segala bangsa, tidak ada alam
yang dikecualikan. Dia sendiri adalah Allah somesta alam, Allah bangsa-bangsa, Allah sumber
keselamatan dan perlindungan, Allah satu-satunya Hakim tertinggi yang adil. Mirip dengan itu, Yohanes
melihat Anak Domba Allah dalam penglihatan penting yang kedua, Yohanes melihat Anak Domba dalam
kemuliaan berada di sebelah kanan Allah, siap melakukan penghakiman dan perluasan Injil. Jelas tidak
ada sesuatu yang bersifat membatasi atau yang khusus berkaitan dengan penglihatan-penglihatan Anak
Domba dalam berbagai hubungan-Nya. Sementara langit baru dan bumi baru muncul, Anak Domba dan
sang Bapa sama-sama memiliki kemuliaan dan disembah, sementara bangsa-bangsa menikmati berkat-
berkat yang mengalir secara berlimpah dari takhta Anak Domba.
KESIMPULAN
Berbagai realitas yang mulia, berbagai fakta dan kebenaran dalam kesadaran dua belas rasul
menjadi sumber motivasi dan dorongan pekabaran Injil para rasul, sekaligus menjadi dasar teologi
misioner mereka. Fakta bahwa dalam bentuk tertentu Amanat Agung ini ditemukan di setiap Injil adalah
bukti yang memadai bahwa amanat ini merupakan bagian dari tradisi dan ajaran yang nyata dari gereja
mula-mula. Pekabaran Injil menjadi kehidupan mereka, menjadi kepentingan yang sangat memikat
mereka, dan menjadi cita-cita yang memenuhi mereka, dan untuknya mereka membaktikan seluruh
kehidupan dengan sukacita. Jelas tidak ditemukan sesuatu yang khusus dalam tulisan-tulisan mereka,
sebab motivasi pekabaran Injil mengalahkan semua partikularisme, nasionalisme dan etnosentrisme
Yahudi.

RASUL PAULUS
Kita tidak perlu memproyeksikan suatu apologetika (pembelaan iman) yang rumit untuk
keuniversalan Paulus dalam hal ketetapan Allah mengenai keselamatan bagi semua manusia
(keuniversalan yang ideal) dan dalam hal maksud Allah agar InjilNya diproklamasikan secara universal
(keuniversalan praktis). Dua-duanya sangat jelas dalam kehidupan dan ajaran Paulus. Dia adalah
penjelmaan yang konkrit dari keuniversalan ideal dan praktis.

KEUNIVERSALAN YANG IDEAL DARI PAULUS

Sebagai orang penting yang menjelaskan tentang Kristus dan kekristenan, Paulus melakukan
perjalanan secara luas, seperti yang dicatat oleh Lukas dalam kitab Kisah Para Rasul. Yang paling
menonjol di antaranya ialah kenyataan bahwa "Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus."
Dengan kata lain, Allah telah menyediakan di dalam Kristus keselamatan yang cukup untuk
menyelamatkan manusia dari kebinasaannya yang mutlak dan kekal serta menawarkan kemuliaan yang
tak terkatakan serta tak terlukiskan. Paulus menekankan bahwa Allah telah memberikan seorang
Juruselamat dan keselamatan yang cukup untuk semua manusia. Sekali lagi, Paulus menekankan bahwa
Allah sungguh-sungguh menginginkan kabar baik ini diberitakan kepada semua orang di mana pun,
tujuannya agar orang percaya dan secara pribadi memiliki apa yang Allah telah jadikan secara obyektif di
dalam Kristus. Ketika saya menyelidiki akar-akarnya, isinya, implikasi dan otoritasnya, kelihatannya jauh
dari tujuan umum Alkitab dan jelas bertentangan dengan begitu banyak pernyataan langsung Alkitab,
sehingga saya menganggap mereka adalah rekayasa (saya tidak dapat menghindari ungkapan ini) untuk
mengakomodasi dan mendukung dalil-dalil Neoplatonis dan Aristotelian tertentu mengenai pemilihan dan
predestinasi, yang tampak asing bagi Alkitab dan pasti telah membingungkan Paulus.

Maksud Allah untuk semua manusia begitu jelas terbukti pada bagian-bagian dari penyataan
tersebut; di mana monoteisme mutlak serta etis dari Alkitab yang menganggap Allah sebagai satu-satunya
Allah yang benar dan baik; kesatuan organis umat manusia dan identifikasi Kristus dengan mereka untuk
menghadapi prinsip dosa dan bagaimana Dia mengatasi hal itu secara efektif; kasih Allah yang tidak
memandang muka, kudus serta adil yang ditunjukkan serta dinyatakan secara sempurna di dalam Kristus,
demikian pula dengan rujukan-rujukan khusus - ini semua melarang saya untuk menerima secara serius
teori pendamaian terbatas. Perjanjian Lama dan dari kehidupan Kristus ini secara terus terang maupun
secara tersembunyi diungkapkan oleh Paulus dan para rasul. Seperti semburan yang kuat dan deras,
mereka [kebenaran-kebenaran di atas] menopang maksudnya yang ambisius untuk memberitakan Injil di
tempat-tempat yang belum mengenal Kristus. Tidak ada batasan kebangsaan atau batasan budaya dalam
pemikiran misioner Paulus, sebab dia tidak menemukan pembatasan seperti itu di dalam maksud Allah
dan di dalam kelimpahan Kalvari. Dengan cara yang masuk akal dan meyakinkan Paulus memberikan
serangkaian pemikiran misioner yang besar dalam surat kirimannya yang paling sarat doktrin, yaitu: Surat
Roma. Paulus mengetahui dirinya dipanggil Allah dan dikhususkan bagi Injil Allah untuk membawa
orang-orang dan bangsa-bangsa pada ketaatan iman.

KETERLIBATAN DARI KEUNIVERSALAN CITA-CITA PAULUS


Keterlibatan ini menyebabkan gangguangangguan paling serius bahkan di gereja mula-mula dan
membuat Paulus banyak disalahpahami, menyebabkan pergumulan teologis yang sulit dan penganiayaan-
penganiayaan yang sengit. Tetapi, Paulus bertahan menghadapi mereka semua itu, demikian juga cita-
citanya yang besar dan kekal, yaitu cita-cita dari maksud mulia Allah di dalam Kristus Yesus. Pemikiran-
pemikiran terkemudian ini adalah yang paling berkembang sempurna dalam surat kiriman kepada Jemaat
Efesus, sebuah tulisan yang penuh dengan keuniversalan Injil Kristen dan kesetaraan di antara semua
orang percaya. Berlawanan dengan kuil buatan manusia ini, Paulus menampilkan gereja Yesus Kristus
sebagai karya kecakapan atau karya agung Allah, bait kediaman Allah yang hidup. Kebenaran-kebenaran
luar biasa ini mengantarkan Paulus pada intrarasialisme yang dinamis dan efektif yang mendorong dia
untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa. Yang membuat Paulus merangkul seluruh umat manusia,
sehingga dia dapat mengatasi partikularisme nasionalistis serta agama Yahudi dan kemudian menjadi
pembela Injil untuk kepentingan umat manusia, ialah identifikasinya dengan Allah dalam hal tujuan
kekalnya demi umat manusia; identifikasinya dengan Roh Kudus yang bekerja demi keselamatan
manusia, dan identifikasinya dengan kerajaan Allah. Paulus adalah manusia yang memiliki ciri khas
kebangsaan atau ras, dia juga manusia yang memiliki ciri khas milik Kristus.

PEMBELAAN ATAS KEUNIVERSALAN YANG DIIDAM-IDAMKAN PAULUS


Bagi Paulus tampaknya masuk akal, jika Allah adalah Allah yang mutlak, Dia adalah Allah bagi
semua. Allah tidak mungkin menjadi Allah bagi orang-orang tertentu dan bukan bagi orang-orang yang
lain. Konsep tentang Allah yang dianut Paulus menuntut keuniversalan yang diidam-idamkan. Allah
bukan Allah dari satu bangsa saja. Monoteisme etis menyediakan bagi Paulus dasar yang kuat dan sehat
bagi keuniversalan yang praktis. Allah mendapati dia sebagai seorang bukan Yahudi, memanggilnya ke
luar, memimpin dia sepanjang jalan, menganugerahkan janji-janji terbesar kepadanya, mengadakan
perjanjian dengannya, dan semua itu diberikan kepada Abraham ketika ia masih seorang bukan Yahudi.
Karena saat ini bukan masa bagi Israel untuk dipakai sebagai alat Allah, maka Paulus harus mendatangi
secara langsung bangsa-bangsa dan memberitahukan. Dua hal tersebut menemukan perpaduan yang indah
dan keharmonisan di dalam pikiran dan hikmat Allah yang kekal.

Pertama, dia menerima Perjanjian Lama sebagai Firman Allah yang diwahyukan dan tertulis. Dia
tidak menegaskan membawa sesuatu yang baru dalam doktrin-doktrin yang penting ini, melainkan
sekadar menyatakan penafsiran terhadap Perjanjian Lama secara kristologis. Kedua, Dia memberitakan
Kristus dalam rumah-rumah ibadat Yahudi dari Perjanjian Lama, mendiskusikan dan mengejutkan orang-
orang Yahudi dengan itu. Ketiga, dia melangkah ke luar Perjanjian Lama dalam hal doktrin mengenai
gereja sebagai tubuh Kristus dengan kesetaraan hak-hak, kedudukan dan hak istimewa bagi semua orang
dalam rumah tangga Allah dan keimaman dari semua orang percaya, apakah mereka bangsa Yahudi atau
bukan bangsa Yahudi. Dalam hal ini dia bukan hanya melangkah ke luar agama Yahudi, melainkan juga
ke luar Perjanjian Lama. Sebagaimana di dalam Adam semua manusia kehilangan tempatnya di hadapan
Allah dan menjadi sama-sama berdosa, demikian pula di dalam Kristus ada kemungkinan bagi semua
manusia untuk dipulihkan atas dasar dan hak-hak istimewa yang setara. Jadi, kendatipun Paulus
menerima seluruh Perjanjian Lama, dia tidak ragu-ragu untuk mengutarakan pendiriannya, bahwa dia
menganggap Perjanjian Lama tidak menyingkapkan seluruh rahasia dan rencana serta maksud Allah.
kebijaksanaan yang kekal dalam Kristus, yang secara progresif disingkapkan dan disimpulkan dalam
Perjanjian Baru.

Kerja keras dan tulisan-tulisan Paulus sangat memperjelas keyakinannya bahwa Injil harus
diberitakan kepada semua bangsa, dan bahwa gereja Kristus harus tersusun dari kumpulan umat yang
bersifat internasional, yang dihimpun dari semua bangsa....

Anda mungkin juga menyukai