Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
PENDAHULUAN
daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan
adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya
harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu,
sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang
daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur yang dapat dipakai
untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor
pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak
daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola
keuangan daerah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga
dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.
keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh atau
berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima. Keberhasilan
pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis
yang meliputi semua aspek kehidupan baik materil dan non materil.
memadai. Sampai saat ini penerimaan daerah Kabupaten Lampung Selatan masih
didominasi oleh subsidi bantuan dari Pemerintah Pusat. Walaupun berbagai kebijakan
menjadikan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan utama dalam rangka
dan memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan citra Kabupaten Batu Bara
diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan
penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah.
Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat
kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu
permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat
setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan
tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan
pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna
didasarkan atas nilai tambah maupun lapangan kerja. Namun menggunakan data
lapangan kerja. Hal ini dikarenakan lapangan kerja memiliki bobot yang berbeda
Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar
potensi wilayah yang dapat dikembangkan sebagai sektor pertanian dan perkebunan,
tanaman pangan wilayah Batu Bara berupa padi sawah, jagung, ubi rambat, ubi kayu,
kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau terpusat di pasar yang terletak di setiap
Selain menampung hasil pertanian setempat, pasar tersebut juga menampung hasil
pertanian dari
kecamatan-kecamatan lain yang ada di wilayah Batu Bara sebelum didistribusikan ke
berbagai tempat. Hal ini telah memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan
perkebunan dan hasil perkebunan rakyat. Produksi perkebunan ini didominasi oleh
kelapa sawit, karet, dan kakao. Hasil perkebunan lain yang juga dimiliki adalah kelapa,
Bila dilihat dari dari sisi geografis, kondisi wilayah Kabupaten Batu Bara
sebahagian terdiri dari daerah laut. Sebahagian besar penduduk bermukim di wilayah
pantai dan pesisir, dengan mata pencaharian utama pada sektor perikanan/ nelayan dan
perkebunan.
Kegiatan penangkapan ikan terutama dilakukan di lepas pantai, hal ini disebabkan
wilayah Kabupaten Batu Bara merupakan daerah daratan dan sebahagian lagi lautan
yang bersebelahan dengan Selat Malaka, sedangkan kegiatan budidaya yang dilakukan
penentuan sektor perekonomian unggulan daerah belum pernah dilakukan. Untuk itu
2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perekonomian
Lampung Selatan?
Lampung Selatan ?
2. Menganalisis sektor basis dan non basis dalam perekonomian Kabupaten Lampung
Selatan
Lampung Selatan
4. Menentukan sektor-sektor unggulan perekonomian Kabupaten Lampung Selatan
Selatan.
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang terkait dengan pembangunan dan
TINJAUAN PUSTAKA
dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya
manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan
kepentingan orang banyak atau publik. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010)
dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian
para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan
pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
atau dianggap seragam. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang serta interaksi
berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi, terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu
dengan ruang lainnya dan bagaimana ruang itu saling berinteraksi untuk diarahkan
kepada tercapainya kehidupan yang efisien dan nyaman. Perbedaan fungsi terjadi
karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, perbedaan aktivitas utama pada masing-
masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung
masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang
pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk masa yang akan datang. Dengan
yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap
pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum
tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).
Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan
bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi
serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula
dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi
dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek
pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan
oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan proyek-
proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan
perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,
kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai akibat
proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan perencana daerah
masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah
yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai
menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah tersebut.
Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata, namun
Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut : Gross National
Product (GNP) yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu kesatuan
wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dinyatakan sebagai Produk Nasional Kotor yang
dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik pengertian
tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk Regional Kotor
yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh penduduk suatu
wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa penggunaan faktor-faktor
produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto dapat
diartikan sebagai : Estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh
masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi
yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan
Mankiw (2006) dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan
dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Dalam
konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
untuk mengukur kemajuan pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk
mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor
satu tahun atau periode di suatu negara atau wilayah tertentu (Prihatin, 1999).
secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai sektor
primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses
tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk dalam sektor ini
adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian. Untuk sektor
ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor
sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air
Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank
dan Lembaga Keuangan lainnya serta sektor Jasa-Jasa dikelompokkan ke dalam sektor
umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar. Penyajian atas dasar harga berlaku
keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya
antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada
masing-masing tahun.
Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku
harga. Oleh karena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya faktor
Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap
suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara
yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan harga-
harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan
produksi suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan
cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang
potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries
(Sjafrizal, 2008).
dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah
lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.
Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini
membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas
sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat
exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan
kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah
itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum
perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas
keseluruhan. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik
Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu
kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ).
Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ
pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau
tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas unggulan
daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat
dan setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor (Arsyad,
antara).
b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui
kecendrungan.
Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik
apabila dilakukan dalam bentuk time series/trend, artinya dianalisis selama kurun
waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi
tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan
(Tarigan, 2005).
termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan,
ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya
lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat
tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus
dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan
terus.
sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball
ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan
struktur ekonomi.
Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu
bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup
nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di
wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh
perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah
memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan
kemakmuran masyarakat.
sektor unggulan (leading sektor) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu
potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu
daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu
akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi
(technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan
memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan
(Rachbini, 2001).
Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah
adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di
daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan
bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan
(Tarigan, 2005). Sedangkan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan
komperatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain
serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga memberikan nilai
tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap
perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun
pasar ekspor.
Amir dan Riphat (2005) melakukan studi tentang Analisis Sektor Unggulan
Output 1994 dan 2000, menggunakan analisis input-output yang telah banyak
angka pengganda (multiplier) sektor ekonomi dan tingkat keterkaitan antar sektor
menggunakan pure total linkage yaitu tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor
lainnya sebagai penjumlahan atas angka daya penyebaran (backward linkage) dan daya
menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri (industri lainnya dan indutri makanan,
pendekatan sektor pembentuk PDRB. Hasil studi menunjukkan bahwa sektor pertanian
dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor prioritas bagi
analisis linkage. Hasil studi menunjukkan bahwa analisis angka pengganda diperoleh
bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam perencanaan pembangunan Kota Medan
adalah sektor industri pengolahan. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada
total PDRB Kota Medan pada tahun 2020 adalah sektor perdagangan, restoran dan
hotel, yaitu sebesar 29,76%, sedangkan sedangkan yang terkecil adalah sektor
pertambangan dan galian sebesar 0,01%. Hasil analisis linkage dengan Tabel I-O tahun
2000, sektor bangunan memiliki backward linkage terbesar yaitu 2,22 dan yang
terkecil sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan sebesar 1,37, sedangkan
sktor yang memiliki forward linkage terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu
sebesar 3,80 dan yang terkecil sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,07.
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting
ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-
hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali
potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di
daerah.
perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan menunjukkan posisi sektor
dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial
atau masih dapat berkembang, sektor relatif tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan.
Sektor basis dan non basis merupakan kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan
teori ekonomi basis diklasifikasikan ke dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non
basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang
bersifat ekspor dan non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari
daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-
konsekuensi dari pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di
ekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan
terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non
basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.
Perubahan dan pergeseran sektor dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan
wilayah referensi. Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam
keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB dari
Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa sektor
ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan demikian,
sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan menjadi suatu
sektor unggulan.
Lampung Selatan, hal ini disebabkan akan memberikan keuntungan kompetitif atau
jasa.
Sektor perekonomian unggulan yang diperoleh melalui analisis dapat menjadi
dijadikan dasar dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
METODE PENELITIAN
memberikan sumbangsih pemikiran hasil dari kajian ini. Selain itu menentukan
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, antara lain
PDRB Kabupaten Batu Bara dan Provinsi Sumatera Utara periode 2017-2020 data ini
digunakan untuk analisis klasifikasi pertumbuhan sektor, analisis sektor basis dan
non basis, dan analisis perubahan dan pergeseran sektor ekonomi. Data ini diperoleh
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Selatan, dan data sekunder
lainnya yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini, seperti pertumbuhan ekonomi
Klassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yang dapat digunakan
daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator
utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah (Kuncoro
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran I).
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam
PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam
PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sektor
terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan
kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si ) yang lebih kecil
menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski)
yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah
yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan
3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III).
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam
PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam
PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor
terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si ) yang
lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah
yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memilki nilai kontribusi sektor terhadap
PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap
PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si
Kuadran I Kuadran II
Sektor yang maju dan tumbuh dengan Sektor maju tapi tertekan
pesat (developed sector) (Stagnant sector)
si > s dan ski > sk si < s dan ski > sk
Untuk menjawab perumusan masalah kedua, menentukan sektor basis dan non
Location Quotient (LQ). Analisis LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum
digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor
kegiatan dari PDRB Kabupaten Lampung Selatan yang menjadi pemacu pertumbuhan.
digunakan untuk penentuan sektor basis dapat dikatakan sebagai sektor yang akan
mengacu pada formula yang dikemukakan oleh Tarigan (2007) sebagai berikut:
Keterangan :
Batu Bara menunjukkan hasil yang sama dengan sektor yang sama dalam
2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten
Batu Bara menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan sektor
3. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten
sektor
tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan
Data yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) ini adalah PDRB
Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan
daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih
tinggi atau nasional. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban
atasnya.
yang berhubungan satu dengan yang lainnya (Arsyad 1999 ; Tarigan, 2007)), yaitu
yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk
seberapa jauh daya saing sektor-sektor daerah (lokal) dengan perekonomian yang
dijadika acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu sektor adalah
positif, maka sektor tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada sektor yang sama
Menurut Tarigan (2007) rumus dari analisis Shift Share adalah sebagai berikut:
Δ E r = E r, t – E r, t-n
Artinya, pertambahan lapangan kerja regional adalah banyaknya lapangan kerja pada
tahun akhir (t) dikurangi dengan jumlah lapangan kerja pada tahun awal (t – n).
Persamaan di atas berlaku untuk total lapangan kerja di wilayah tersebut. Hal ini dapat
Δ E r, i = E r, i, t – E r, i, t-n
Artinya, pertambahan lapangan kerja regional sektor i adalah jumlah lapangan kerja
sektor i pada tahun akhir (t) dikurangi dengan lapangan kerja sektor i pada tahun awal
(t - n).
Pertambahan lapangan kerja regional sektor i ini dapat diperinci atas pengaruh dari
National Share, Proportional Shift, dan Differential Shift. Dalam notasi aljabar hal itu
adalah :
Δ E r, i, t = (Ns i + P r, i + D r, i)
Peranan National Share (Nsi) adalah seandainya pertambahan lapangan kerja regional
sektor i tersebut sama dengan proporsi pertambahan lapangan kerja nasional secara
pertumbuhan lapangan kerja sektor i pada region yang dianalisis. Hal ini dapat
di wilayah analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional. Hal ini dapat
D r, i, t = {E r, i, t – ( E N, i, t / E N, i, t-n) E r, i, t-n}
dimana :
(tahun t – n)
t = tahun
Ns = National share
P = Proportional shift
D = Differential shift
deskriptif berdasarkan hasil analisis tipologi klassen, analisis LQ dan analisis shift
share.
berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu harga-harga yang berlaku pada
tahun dasar yang dipilih yakni tahun dasar 2000, perhitungan dari harga konstan
dipilih karena dalam hal ini sudah dibersihkan dari unsur inflasi.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto (gross
value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam
utama.
bukan basis.
masyarakat.
mereka dan daerah pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal.
Amir, Hidayat, dan Riphat, Singgih, 2005. Analisis sektor unggulan untuk evaluasi
kebijakan pembangunan Jawa Timur menggunakan tabel input-output 1994 dan
2000, Jurnal Keuangan dan Moneter-Departemen Keuangan RI.
Rachbini, Didik J, 2001. Pembangunan ekonomi & sumber daya manusia. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Sjafrizal, 2008. Ekonomi regional, teori dan aplikasi, Baduose Media, Cetakan
Pertama, Padang.
Tambunan, D. 2001. Pembangunan dan Ketimpangan wilayah pantai barat dan pantai
timur Sumatera Utara. Tesis. Program Pascasarjana USU, Medan.
Tarigan, R. 2007. Ekonomi regional. teori dan aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara.
Jakarta.
Lampiran 1. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera Utara Tahun
2007-2010 (Milyar Rupiah)
Rata-
Sektor 2007 2008 2009 2010 Jumlah rata
Pertanian 24.34 23.91 23.83 23.78 95.86 23.97
Pertambangan dan Penggalian 1.20 1.23 1.23 1.19 4.85 1.21
Industri Pengolahan 24.07 23.67 22.89 22.39 93.02 23.26
Listri, Gas dan Air Minum 0.79 0.74 0.73 0.73 3.00 0.75
Bangunan 6.52 6.57 6.68 6.77 26.54 6.64
Perdagangan, Hotel dan Restoran 18.31 18.41 18.38 18.44 73.54 18.39
Pengangkutan dan Komunikasi 8.85 9.10 9.31 9.53 36.78 9.20
Keuangan dan Jasa 6.40 6.74 7.04 7.12 27.30 6.83
Jasa-jasa 9.51 9.63 9.91 10.05 39.10 9.78
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 400.00 100.00
Lampiran 3. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2007-2010 (%)
Rata-
Sektor 2007 2007 2009 2010 Jumlah rata
Pertanian 4.98 6.06 4.85 5.08 20.96 5.24
Pertambangan dan Penggalian 9.78 6.13 1.43 5.87 23.20 5.80
Industri Pengolahan 5.09 2.92 2.76 4.52 15.30 3.82
Listri, Gas dan Air Minum 0.22 5.14 4.90 7.06 17.31 4.33
Bangunan 7.78 8.10 6.54 6.77 29.20 7.30
Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.43 6.26 5.43 6.51 25.63 6.41
Pengangkutan dan Komunikasi 9.90 8.89 7.56 9.44 35.78 8.95
Keuangan dan Jasa 12.43 11.30 6.14 10.78 40.65 10.16
Jasa-jasa 8.25 9.47 6.63 6.77 31.12 7.78
Jumlah 6.88 6.42 5.07 6.35 24.72 6.18
Lampiran 4. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara Tahun
2007-2010 (Jutaan Rupiah)
Lampiran 5. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara
2007-2010 (%)
Rata-
Sektor 2007 2008 2009 2010 Jumlah rata
Pertanian 16.10 15.88 15.85 15.82 63.64 15.91
Pertambangan dan Penggalian 0.12 0.12 0.12 0.12 0.48 0.12
Industri Pengolahan 51.92 52.29 52.66 52.80 209.67 52.42
Listri, Gas dan Air Minum 0.64 0.64 0.65 0.66 2.59 0.65
Bangunan 1.77 1.79 1.82 1.85 7.22 1.80
Perdagangan, Hotel dan Restoran 24.33 24.09 23.59 23.33 95.34 23.83
Pengangkutan dan Komunikasi 2.13 2.18 2.24 2.29 8.83 2.21
Keuangan dan Jasa 1.40 1.37 1.40 1.43 5.59 1.40
Jasa-jasa 1.60 1.64 1.69 1.72 6.65 1.66
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 400.00 100.00
Sektor Rata-
2007 2008 2009 2010 Jumlah rata
Pertanian 2.58 3.06 4.08 4.46 14.18 3.54
Pertambangan dan Penggalian 2.34 3.21 3.91 4.05 13.51 3.38
Industri Pengolahan 4.71 5.22 5.03 4.93 19.89 4.97
Listri, Gas dan Air Minum 3.20 4.99 5.65 5.71 19.55 4.89
Bangunan 3.55 5.76 6.09 6.18 21.58 5.40
Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.04 3.47 2.10 3.49 12.10 3.03
Pengangkutan dan Komunikasi 5.82 7.02 7.05 6.90 26.79 6.70
Keuangan dan Jasa 5.81 2.00 6.68 6.76 21.24 5.31
Jasa-jasa 5.98 6.90 7.49 6.91 27.28 6.82
Jumlah 3.98 4.47 4.30 4.65 17.40 4.35
Lampiran 8. Hasil Uji Shift Share Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara
Tahun 2007-2010
Sektor N P D ΔY
Pertanian 197.4199 -21.5532 -50.1438 125.7229
Pertambangan dan Penggalian 1.4765 -0.3864 -0.1858 0.9043
Industri Pengolahan 636.7017 -281.7121 182.5569 537.5465
Listri, Gas dan Air Minum 7.8395 -0.3477 -0.3402 7.1516
Bangunan 21.6609 4.6515 -4.3894 21.9229
Perdagangan, Hotel dan Restoran 298.3537 6.4581 -157.5823 147.2295
Pengangkutan dan Komunikasi 26.1078 12.7884 -7.8729 31.0232
Keuangan dan Jasa 17.1767 10.8595 -13.3593 14.6769
Jasa-jasa 19.6134 5.9328 -1.8474 23.6988
Jumlah 1226.3501 -263.3092 -53.1642 909.8766
Lampiran 9. Data PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Batu Bara Tahun
2007-2009 (Jutaan Rupiah)
Lampiran 10. Data PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2007-2009 (Milyar Rupiah)
Lampiran 11. Hasil Analisis LQ Sub Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Batu Bara
Tahun 2007-2009