Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRA LAB

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

“Pengukuran Tingkat Serangan Penyakit Tanaman Dilapangan”

OLEH :

TEGUH HUTABARAT
2006114472
AGROTEKNOLOGI – D

ASISTEN PRAKTIKUM :
SILVIA JUWITA
TESA LONIKA VALENCIA
MONA KARTIKA

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
I. JUDUL

Judul praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman kali ini yaitu “Pengukuran Tingkat
Serangan Penyakit Tanaman Dilapangan”

II. TUJUAN

Tujuan dari kegiatan praktikum ini yaitu untuk mengetahui keberadaan dan intensitas
serangan suatu patogen, daya rusak patogen, penyebaran dari penyakit tanaman, dan kerugian
yang ditimbulkan.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini yaitu tali plastik dan ajir. Bahan yang
digunakan dalam kegiatan praktikum ini yaitu pertanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
dll.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

Intensitas serangan penyakit mencakup incidence, severity, dan kehilangan hasil


Intensitas serangan penyakit adalah tingkat serangan atau tingkat kerusakan tanaman yang
disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif.
(Pracaya, 2007).
Penyakit tanaman adalah gangguan psikologis pada tanaman yang di sebabkan oleh
mikroorganisme. yang bisa menyebabkan penyakit tanaman menjadi sakit adalah jenis jamur
atau cendawan,bakteri,virus,protozoa,nematode dan lain-lain. Penyakit tanaman dapat
didefinisikan sebagai penyimpangan sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat
melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh faktor
biotik dan abiotik. Penyebab penyakit yang bersifat biotik umunya parasitik pada tumbuhan,
dapat ditularkan, dan disebut penyakit biogenik. Adapun penyakit yang bersifat abiotik tidak
parasit, tidak menular, dan biasa disebut penyakit fisiogenik. Penyebab yang parasitik terdiri dari
beberapa golongan seperti virus, viroid, fitoplasma bakteri, cendawan, riketsia, protozoa,
nematode dan tumbuhan tingkat tinggi (Martoredjo, 1989).
Intensitas penyakit suatu tanaman dihitung dengan rumus ini apabila penyakitnya besifat
sistemik atau dengan adanya serangan patogen cepat atau lambat akan menyebabkan tanaman
tidak berproduksi bahkan mati. Pada penyakit-penyakit yang tidak demikian, artinya intensitas
penyakit yang terjadi dan akibatnya bervariasi dan tanaman tidak mengalami kematian, maka
intensitas penyakitnya dinyatakan dalam istilah Keparahan Penyakit (KeP) yang didefinisikan
sebagai persentase luasnya jaringan tanaman yang terserang pathogen dari total las yang diamati,
seperti dinyatakan dalam rumus berikut: Dimana KeP adalah keparahan penyakit, n adalah
jumlah jaringan terserang pada setiap kategori (skor), v adalah kategori (skor) serangan, Z adalah
kategori serangan tertinggi dan N adalah total dari jumlah jaringan yang diamati (Zadoks,1979).
Pendugaan intesitas penyakit tanaman merupakan cara yang umum untuk menentukan
besar penyakit pada suatu populasi. Sedangkan keterjadian penyakit pada tanaman merupakan
banyaknya sampel unit yang terserang dalam persentase/proporsi dari jumlah sempling unit atau
jumlah keseluruhan terjadinya penyakit disebabkan apabila penyakit ini bersifat sistemik serta
serangan patogen cepat atau lambat yang akan menyebabkan kematian. Keparahan penyakit
tumbuhan adalah daerah sub sempling unit yang terinfeksi penyakit ditulis dalam bentuk persen
atau proporsi total daerah sempling (Leonard J. F. 2001).
Melalui hasil perhitungan dari keparahan penyakit, kita dapat meramalkan nilai dari
keterjadian penyakit. Dengan ini, tentu akan mempermudah dalam proses pencegahan dan
pengendalian penyakit dalam budidaya pertanian. Manfaat dalam kehidupan dengan mengetahui
angka keterjadian dan keparahan penyakit adalah petani dapat memprediksi cara pengendalian
dan kapan pengendalian harus dilakukan. Dengan mengetahui intensitas penyakit suatu tanaman,
maka kita akan mampu mengetahui dampak ekonomi dan lingkungan yang disebabkan oleh
penyakit tersebut.(Djafarudin. 2001).
Analisis agroekosistem merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama dan
penyakit terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal yang
mendasari petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan lahan pertaniannya,
sehingga petani mengetahui tindakan selanjutnya yang harus dilakukan. Petani akan mengetahui
harus dilakukan pengendalian atau tidak, dilakukan pemusnahan, pembersihan, dan tindakan
lainnya yang dianggap yang terbaik dalam menangani penyakit tersebut (Mangan, 2002).
Untuk menilai kerusakan yang disebabkan oleh penyakit dapat digunakan antara lain
metode-metode sederhana, yaitu dengan cara membandingkan banyak tanaman atau bagian
tanaman yang terserang dengan jumlah total tanaman atau bagian tanaman yang diamati. Cara ini
dapat menggunakan rumus :

(1)
𝑛
P = 𝑁 × 100%

P = Presentase tanaman/ bagian tanaman terserang


n = Jumlah tanaman/bagian tanaman terserang
N = Jumlah tanaman/bagian tanaman yang diamati
Metode lain yang lebih representatif untuk menilai kerusakan penyakit adalah metode
rating skala. Skala ini biasanya dibagi dalam 5 atau 6 kelas, yang bertujuan untuk membedakan
tingkat-tingkat serangan pathogen dengan memberikan keterangan yang jelas mengenai tiap-tiap
kategori. Formula yang digunakan dalam metode ini adalah :

(2)

∑(𝑛×𝑉)
P= × 100%
𝑍 ×𝑁

P = Persentase infeksi atau tingkat kerusakan


N = Jumlah tanaman dari tiap kategori
V = Harga (nilai), numeric (skala) dari kategori tertinggi
N = Jumlah tanaman yang diamati

Contoh skala dan kategori dari beberapa penyakit contoh sebagai berikut :

1. Bercak daun Cercospora pada kacang tanah :


0 = Tidak ada bercak sama sekali
1 = Jumlah bercak sedikit sekali (>0-20%)
2 = Jumlah bercak sedikit (>20-40%)
3 = Jumlah bercak sedang (>40-60%)
4 = Jumlah bercak banyak sekali (>60-80%)
5 = Daun mati

2. Penyakit bulai pada jagung oleh Sclerospora maydis :


0 = Tidak ada infeksi
1 = Infeksi sangat rendah (hanya 1/8 daun yang terserang)
2 = Infeksi rendah (sampai 1/6 daun yang terserang)
3 = Infeksi sedang (sampai 1/4 daun yang terserang)
4 = Infeksi berat (sampai ½ daun yang terserang)
5 = infeksi sangat berat (lebih dari ½ daun yang terserang)

3. Penyakit karat daun pada kedelai oleh Phakopsora pachyrrichi :


0 = Tidak ada infeksi
1 = Infeksi sangat rendah, kira-kira 1% atau < 5% terserang karat daun
2 = Infeksi rendah, kira-kira 5% atau <10% terserang karat daun
3 = Infeksi sedang, kira-kira 10% atau <25% terserang karat daun
4 = Infeksi berat, kira-kira 25% atau <50% terserang karat daun
5 = Infeksi sangat berat, kira-kira >50% terserang karat daun
DAFTAR PUSTAKA

Leonard J. F. 2001. Exercises in Plant Disease Epidemiology. APS Press. St. Paul Minnesota.
Martoredjo, T. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian Dari Perlindungan Tanaman.
Andi Offset. Yogyakarta.
Mangan, J. 2002. Pedoman SL-PHT Untuk Pemandu. Proyek PHT-PR/IPMSECP. Jakarta.
Pracaya. 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Zadoks,C.J.and R.D. Schein. 1979. Epidemiology and Plant Disease Management. Oxford
University Press. New York.

Anda mungkin juga menyukai