Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan
Peserta Didik
Dosen Pengampu: Dr.Hj. Fikriyah, MA
Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Idam Baktiar (190641041)
2. Sobari (190641053)
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk
bagi umat manusia dalam menempuh jalan yang benar dan berkat rahmat Allah
Yang Maha Kuasa, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Psikologi Perkembangan Bahasa Peserta Didik”
Kami pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan begitu pula dalam
menyusun makalah ini yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami mohon maaf atas segala kekurangannya, semoga usaha penulisan makalah
ini tidak sia-sia dan semoga Allah SWT memberikan manfaat dan ridhoNya
kepada kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 3
A. Metode Penelitian.......................................................... 11
B. Tahapan-tahapan dalam perkembangan bahasa................... 12
BAB IV PENUTUP...................................................................................... 15
A. Kesimpulan ............................................................................ 15
B. Saran ...................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan berawal pada masa bayi. Masa bayi atau balita (di
bawah lima tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam kehidupan
manusia. Pada masa balita ini, manusia pertama kali belajar atau
diperkenalkan dengan suasana yang baru dalam kehidupan dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya di dalam kandungan. Selama 3 hari pertama,
bayi yang normal masih lebih banyak tidur. Sekitar 80% waktunya
dipergunakan untuk tidur, Setelah 2 minggu bayi mulai mampu melakukan
berbagai kegiatan tanpa bantuan orang lain, mulai dari berbalik, duduk,
merangkak dan lain sebagainya. Menjelang usia 7-8 bulan, perasaan atau
emosi bayi mulai muncul, walaupun rasio atau pikirannya belum berfungsi
sama sekali, Pada usia 12-14 bulan, bayi mulai mengenal lingkungannya, baik
lingkungan fisik ataupun social. Secara bertahap, bayi mulai memahami
hubungan antarkata dengan apa atau siapa saja yang ada di sekitarnya. Dan
untuk itu, bayi mulai memerlukan alat ekspresi yang disebut “bahasa”. Mulai
masa inilah bayi mulai belajar mengenal bahasa dari sekitarnya. Anak datang
dengan kemampuan membedakan bunyi yang bersesuaian dengan fonemena
yang berbeda dalam semua bahasa. Apa yang berbeda selama tahun pertama
kehidupan adalah bayi mempelajari fonemena yang relevan dengan
bahasanya, dan kehilangan kemampuan untuk membedakan bunyi-buyi yang
bersesuaian dengan fonem yang sama dalam bahasanya. Fakta luar biasa
tersebut ditentukan oleh eksperimen dimana bayi dipresentasikan pasangan
bunyi secara berututan sementara mereka mengisap dot.
Pemerolehan bahasa pada bayi sangatlah bertahap yang di bagi dalam
beberapa bagian yang akan dibahas dalam makalah ini. Oleh karena itu
penulis sengaja mengangkat tema yang berkaitan dengan perkembangan
bahasa pada manusia khusunya pada remaja.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, dalam makalah ini penulis dapat
merumuskannya menjadi beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Pengertian perkembangan bahasa,
2. Tahapan-tahapan dalam perkembangan bahasa,
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, dan
4. Karakteristik perkembangan bahasa peserta didik.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Agar kita sebagai seorang calon guru dapat memahami bagaimana proses
perkembangan pedidikan anak didik kita terutama perkembangan bahasa
anak.
2. Dengan mengetahui berbagai factor perkembangan bahasa remaja,
diharapkan kita sebagai calon seorang guru mampu melakukan identifikasi
tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa anak.
3. Diharapkan guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam
bentuk diskusi atau komunikasi bebas, agar perkembangan bahasa anak
terarah.
4. Diharapkan adanya kritik dan saran untuk dapat lebih memahami proses
perkembangan bahasa anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bahasa masyarakat di mana mereka tinggal. Bersamaan dengan kehidupannya
dalam masyarakat luas, anak mengikuti proses belajar di sekolah juga.
Sebagaimana diketahui, di lembaga pendidikan bahasa diberikan rangsangan
yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan
bukan hanya memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan
semata, namun juga secara berencana dan bertahapterjadi perubahan
perkembangan sistem budaya, termasuk di dalamya perilaku berbahasa.
Pengaruh pergaulan dalam masyarakat atau teman sebaya terkadang
cukup menonjol, sehingga bahasa anak menjadi lebih diwarnai pola bahasa
pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebayanya. Dari kelompok
itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok tertentu yang bentuknya amat
khusus (bahasa prokem).
Perkembangan bahasa anak dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti bahwa proses
pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat
sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa.
Masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk
mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan
kesempatan, sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk
menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi
sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk
menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya
hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya
akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya.
Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada
aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
4
1. Tahap meraban (pralinguistik) pertama
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan,
bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa, seolah-
olah menghasilkan tiap-tiap jenis bahasa yang mungkin dibuat. Banyak
pengamat menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala bunyi
ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia. Bagaimanapun juga,
hal yang penting adalah bahwa suara-suara bayi yang masih kecil itu
secara linguistik tidaklah merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan
organisasi fonemik dan fonetik. Suara-suara atau bunyi-bunyi tersebut
tidaklah merupakan bunyi-bunyi ujaran, tetapi barulah merupakan tanda-
tanda akustik yang diturunkan oleh bayi-bayi kalau mereka menggerakkan
alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk yang mungkin dibuat.
Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi rabanan mereka
hendaknya jangan digolongkan sebagai performansi linguistic.
2. Tahap meraban (pralinguistik) kedua
Tahap ini disebut juga tahap kata omong kosong, tahap kata tanpa
makna. Awal tahap maraban kedua ini biasanya pada permulaan
pertengahan kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak tidak
menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat
seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku
kata. Banyak kerikan yang aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang
menyerupai vokal hilang dari output para bayi, dan mereka mulai
menghasilkan urutan-urutan KV (konsonan-vokal), dengan satu suku kata
yang sering diulang berkali-kali.
Pada suatu waktu bagian terakhir periode ini (sekitar akhir tahun
pertama kehidupan) muncullah “kata pertama”. Biasanya kata itu tidak
akan berbunyi lebih menyerupai kata orang dewasa daripada sejumlah
rabanan yang telah dihasilkan oleh bayi selama tahap ini, tetapi akan
dianggap sebagai kata pertama itu.
3. Tahap holofrastik (tahap linguistic pertama)
5
Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu
kata yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai satu kalimat
penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai sebagai rasa
untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Anak menyatakan
“mobil” dapat berarti “saya mau mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik
mobil bersama ayah”, atau “saya mau minta diambilkan mobil mainan”.
Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse,
karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat
dalam satu kata yang diucapkanya itu. Banyak sekali terdapat
kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga
berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang
dilakukan anak-anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia
maksudkan dengan yang dia ucapkan itu.
4. Ucapan-ucapan dua kata
Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan
dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak-anak yang
mempergunakan holofrase-holofrase “kucing” dan “papa” mungkin
menunjuk kepada seekor kucing dan diikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada
papa. Maknanya akan terlihat dari urutan ‘kucing papa’, tetapi jelas anak-
anak itu telah mempergunakan dua buah holofrase untuk menyatakan
makna tersebut. Segera setelah itu anak-anak akan mulai memakai ucapan-
ucapan dua kata seperti ‘baju mama’, ‘pisang nenek’, ‘saya mandi’, dan
sebagainya.
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk
menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan
kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang
dirangkai secara tepat.
6
kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan
pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur
meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan
anak.
6. Tata bahasa menjelang dewasa (tahap pengembangan tata bahasa lengkap)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata
bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan
kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan
kongjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini
mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata
bahasa dan fonologis dalam bahasa terkait.
7. Kompetensi lengkap
Pada akhir masa anak-anak, perbendaharaan kata terus meningkat,
gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam
berkomunikasi. Keterampilan dan performansi tata bahasa terus
berkembang kea rah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap
sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.
7
2. Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
Karakteristik perkembangan bahasa remaja sesungguhnya didukung
oleh perkembangan kognitif yang menurut Jean Piaget telah mencapai
tahap operasional formal. Sejalan dengan perkembangan kognitifnya,
remaja mulai mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip berpikir formal atau
berpikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami
peningkatan kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara
komperhensif, membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi
dengan mengurangi penggunaan symbol-simbol dan terminologi konkret
dalam mengomunikasikannya. Tinggi-rendahnya kemampuan kognisi
individu akan mempengaruhi cepat-lambatnya perkembangan bahasa
individu.
3. Faktor Kondisi Lingkungan
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan
sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan
perbedaan antara anak yang satu dengan anak yang lain. Lingkungan
tempat di mana anak tumbuh dan berkembang memberi pengaruh yang
cukup besar terhadap kemampuan berbahasa.
4. Faktor Sosial Ekonomi Keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi cukup baik biasanya akan
mampu menyediakan situasi yang baik pula bagi perkembangan bahasa
anak.
5. Faktor Kondisi Fisik
Orang yang cacat dan terganggu kesehatannya, seperti bisu, tuli,
gagap, atau organ suara tidak sempurna akan terhambat perkembangannya
dalam berbahasa. Faktor kondisi fisik mempengaruhi perkembangan
bahasa anak Karen semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, serta
kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat.
6. Faktor Umur
8
Bahasa seseorang akan berkembangan sejalan dengan pertambahan
usia dan pengalamannya. Disertai oleh perkembangan intelektual maka
remaja akan mampu menunjukkan cara-cara berkomunikasi yang baik dan
sopan.
D. Peranan Pendidikan dalam Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja
Jika perkembangan kemampuan berbahasa merupakan konvergensi atau
perpaduan dari faktor bawaan dan proses belajar dari lingkungannya ,
intervensi pendidikan yang dilakukan secara terencana dan sistematik
menjadi sangat penting. Intervensi pendidikan melalui proses belajar dari
lingkungan dapat di upayakan dengan memberikan kesempatan seluas-
luasnya bagi perkembangan bahasa secara optimal. Lingkungan yang dapat
memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar dan berlatih
mengembangkan kemampuan bahasa perlu di kembangkan secara maksimal,
baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,mampu masyarakat.
Agar kemampuan berbahasan remaja dapat berkembang secara optimal,
sejak dini anak perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki
kemampuan berbahasa yang variatif. Situasi yang menunjang perkembangan
bahasa juga perlu diciptakan dan dikembangkan oleh para guru di sekolah. Di
sisi lain, masyarakat perlu memberikan dukungan yang bersifat kondisi
psikologis dan Sosiokultural bagi perkembangan bahasa remaja. Lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat perlu menciptakan suasan yang
dapat membesarkan hati atau mendorong anak atau remaja untuk berani
mengomunikasihkan fikiran-fikirannya. Cara demikian akan sangat
membantu perkembangan bahasa remaja karean mereka leluasa dan tudak di
hantui oleh kecemasan dan ketakutan untuk mengomunikasikan apa saja yang
dipikirannya.
Guru harus mengembangkan strategi belajar mengajar bidang bahasa
dengan memfokuskan pada pontesi kemampuan anak, karena kemampuan
anak berbeda-beda. Diantara strategi belajar mengajrar bahasa tersebut yaitu:
9
1. Anak-anak di latih untuk mengungkapkan kembali pelajaran yang telah
dipelajari dengan menggunakan bahasa atau kata-kata mereka sendiri.
Dengan demikian guru dapat mengetahui perkembangan bahasa anak.
2. Berdasarkan pengungkapan kembali pelajaran yang telah dipelajari di atas,
guru dapat menambahkan perbendaharaan kata yang diperlukan,sehingga
dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak.
Disamping itu, guru dapat menggunakan metode diskusi untuk
mengembangkan bahasa anak. Buku-buku, surat kabar,majalah, dan lain-
lainnya selakyaknya tersedia untuk membantu perkembangan bahasa anak
remaja.
10
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini merupakan hasil observasi mengenai Proses
Perkembangan Bahasa Peserta didik pada saat sudah lahir hingga sesudah
menempuh pendidikan.
2. Interview
Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam hal berbahasa
dan memahami ucapan orang lain, saya mengajukan beberapa pertanyaan
ketika melakukan observasi kepada anak maupun anggota kelurganya.
Pertanyaan yang saya ajukan lebih bersifat kepada menanyai jati diri anak
(nama, umur, kesukaan dll) sedangkan kepada keluarganya saya
menanyakan bahasa apa yang sudah anak kuasai baik huruf, kata, maupun
kalimat.
3. Dokumentasi
11
Foto Syadad Al Falah umur 3 tahun
B. Hasil Penelitian
1. Perkembangan bahasa anak usia 3 tahun
Nama Peneliti : Sobari
Nim : 190641053
Tema yang diteliti : Perkembangan Bahasa Peserta didik
Nama Obyek yang diteliti : Syadad Al Falah
Umur : 3 tahun
Asal :
Hasil Penelitian
a. Bahasa Anak yang Permulaannya Mendadak
Dilihat dari hasil observasi, mula-mula Syadad Al Falah hanya
menguasai ‘ma’, ‘pa’ dan ‘o’. Kata-kata tersebut mengindikasikan
bahwa Syadad Al Falah mulai dari suku kata yang mudah diucapkan
lebih dulu. Hal itu juga karena apa yang sering ia dengar dari orang
tuanya.
Penyebutan ‘ma’, ‘pa’ dan ‘o’, bisa saja merujuk pada panggilan
‘mama’ dan ‘bapa’. Karena huruf ‘m’ saat diucapkan lebih tipis
daripada ‘p’, maka kata yang pertama kali dikuasai oleh Azzami adalah
kata yang mengandung guruf ‘m’ yaitu ‘ma’. Kemudian ‘o’, meskipun
bukan berupa suku kata tapi Azzami akan mengucapkannya ketika
meminta sesuatu.
b. Bahasa yang Diajarkan Ibu/Keluarga
Kemudian, setelah Syadad Al Falah mulai menguasi kosa kata
dengan dua huruf, maka orang terdekatnya pun akan mulai mengajari
bahasa-bahasa yang baru. Untuk kalangan masyarakat desa, bahasa
yang pertama kali diperkenalkan pada anak adalah bahasa Jawa.
Bahasa-bahasa seperti ‘maem’ yang kemudian oleh Syadad Al
Falah diucapkan dengan ‘mam-mam’. Adapun selain ‘maem’ juga kata-
12
kata yang merujuk pada anggota keluarga, seperti ‘simbah putri’,
‘simbah kakung’, ‘mamas’ dan ‘mbak’.
c. Bahasa Pralinguistik
Pada bahasa pralinguistik ini, Syadad Al Falah mulai menirukan
istilah-istilah yang ada disekitarnya. Seperti suara motor atau mobil.
‘Ngeng-ngeng’ merujuk pada mobil sedangkan ‘mrem-mrem’ merujuk
pada motor. Selain itu, bahasa-bahasa yang sebelumnya telah diajarkan
orang tua. Karena pelafalan yang belum sempurna mengakibatkan
hanya sebagian kata saja yang mampu diucapkan oleh Syadad Al Falah.
Kata ‘putri’ misalnya, berubah menjadi ‘uti’ juga ‘kakung’ menjadi
‘ung’.
Dalam bahasa pralinguistik pula, Syadad Al Falah mulai
mengucapkan bahasa-bahasa yang hanya dia sendiri yang dapat
mengetahuinya. Kata ‘kokok’, biasanya diucapkan apabila ia sedang
marah diikuti dengan ekspresi wajah yang kesal dan hampir menangis.
Hal ini menunjukan bahwa perkembangan bahasa dapat di pengaruhi
oleh perkembangan psikologi anak.
13
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa poin, yaitu :
1. Para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa
sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan,
gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan perkembangan umur kronologisnya.
2. Perkembangan bahasa terkait dengan kognitif, yang berarti fakta
intelegensi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan
berbahasa.
3. Tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam 6 tahapan,
yaitu: tahap meraban/pralinguistik (pertama), tahap holofrstik (tahap
linguistic pertama), tahap ucapan dua kata, tahap pengembangan tata
bahasa, tahap tata bahasa menjelang dewasa, tahap kompetensi lengkap.
4. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa remaja, yaitu:
pola komuniukasi dalam keluarga, kognisi (proses memperoleh
pengetahuan, factor kondisi lingkungan, factor social ekonomi keluarga,
factor kondisi fisik, dan factor umur.
B. Saran
Dengan membaca makalah ini, penulis berharap agar para pembaca
yang budiman dapat mengambil satu hikmah sehingga bisa bermanfaat. Dan
tentunya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna dan terdapat banyak kelemahan. Oleh karena itu, penulis berharap
dan membutuhkan adanya saran dan masukan dari semua pihak yang bersifat
membangun demi penyempurnaan pada makalah selanjutnya. Dengan
demikian, adalah suatu kegembiraan kiranya jika terdapat banyak kritik dan
saran dari pembaca sebagai bahan pertimbanga untuk perjalanan ke depan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16