Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yellow Indah Marwah

NPM : D1A019023

PERATURAN-PERATURAN YANG MELARANG LGBT


1. UUD 1945 Pasal 28J (2)
“Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tinduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
Pembelaan yang sering digunakan oleh kaum LGBT terhadap keberadaan
dirinya sering sekali didasarkan pada hak asasi manusia. Seolah-olah hak asasi
manusia melindungi dan melegalkan perihal keberadaan dirinya. Padahal, keberadaan
mereka jelas dilarang oleh pasal 28J (2) karena perbuatan dari LGBT menentang
nilai-nilai agama dan menodai moral budaya bangsa Indonesia (perbuatan amoral).
Karena semua agama yang ada di Indonesia mengatakan bahwa perkawinan harus
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, bukan laki-laki dengan laki-laki atau
perempuan dengan perempuan.
2. UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Menurut UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1, pernikahan hanya
bisa dilakukan oleh lawan jenis dan apabila dilakukan dengan sesama jenis berarti
mereka telah melanggar pasal tersebut.
3. UU Pornografi Pasal 1 Ayat 1
“Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukkan di muka
umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat.”
Undang-undang tersebut mengatur setiap orang yang melakukan pornografi,
dan bukan berarti mengatur keberadaan LGBT. Jadi bisa disimpulkan bahwasannya
undang-undang ini bisa diberlakukan ketika subyek dari LGBT melakukan hal-hal
yang berbau pornografi yang diatur dalam undang-undang tersebut.

4. KUHP Pasal 292 Tentang Pencabulan


“Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama
kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”
Pasal tersebut menjelaskan bahwa perbuatan LGBT dapat dipidana jika
pasangan mainnya adalah seorang yang belum dewasa secara hukum pidana
walaupun perbuatan tersebut dilakukan tanpa paksaan maupun ancaman kekerasan,
perbuatan tersebut tetap melanggar isi pasal 292 KUHP.
5. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 tentang Lesbian, Gay,
Sodomi, dan Pencabulan
Dalam fatwa tersebut, MUI merekomendasikan bahwa:
a. DPR-RI dan Pemerintah diminta untuk segera menyusun peraturan
perundangundangan yang mengatur:
1. Tidak melegalkan keberadaan komunitas homoseksual, baik lesbi
maupun gay, serta komunitas lain yang memiliki orientasi seksual
menyimpang;
2. Hukuman berat terhadap pelaku sodomi, lesbi, gay, serta aktifitas seks
menyimpang lainnya yang dapat berfungsi sebagai zawajir dan mawani
(membuat pelaku menjadi jera dan orang yang belum melakukan
menjadi takutuntuk melakukannya);
3. Memasukkan aktifitas seksual menyimpang sebagai delik umum dan
merupakan kejahatan yang menodai martabat luhur manusia;
4. Melakukan pencegahan terhadap berkembangnya aktifitas seksual
menyimpang di tengah masyarakat dengan sosialisasi dan rehabilitasi.
b. Pemerintah wajib mencegah meluasnya kemenyimpangan orientasi seksual di
masyarakat dengan melakukan layanan rehabilitasi bagi pelaku dan disertai
dengan penegakan hukum yang keras dan tegas.
c. Pemerintah tidak boleh mengakui pernikahan sesama jenis.
d. Pemerintah dan masyarakat agar tidak membiarkan keberadaan aktifitas
homoseksual, sodomi, pencabulan dan orientasi seksual menyimpang lainnya
hidup dan tumbuh di tengah masyarakat.
Fatwa MUI tersebut menunjukkan penolakan terhadap perbuatan LGBT yang
ditinjau secara agama.
6. Putusan MK No. 46/PUU-XIV/2016
Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan terkait perluasan aturan soal
perzinaan (284) dan pencabulan (292) dalam Putusan Nomor 46/PUU-XIV/2016.
Pada gugatan tersebut, pemohon meminta MK mengubah frasa dalam aturanaturan
tersebut. Hal tersebut membuat objek dalam aturan tersebut menjadi lebih luas. Zina
pada Pasal 284 KUHP diminta untuk mencakup seluruh perbuatan persetubuhan
antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat dalam suatu perkawinan yang sah.
Pasal 292 KUHP diminta turut mencakup setiap perbuatan cabul oleh setiap orang
dengan orang dari jenis kelamin yang sama, bukan hanya terhadap anak dibawah
umur.

Anda mungkin juga menyukai